119
"RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N-NAQSYABANDIYYATI 'L-‘ĀLIYAH" KARYA SYEKH ABDALLAH DIHLAWI: SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR, DAN ISI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun Oleh NURHAYATI C0202002 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2006

RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

  • Upload
    vuanh

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

"RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N-NAQSYABANDIYYATI 'L-‘ĀLIYAH"

KARYA SYEKH ABDALLAH DIHLAWI: SUNTINGAN TEKS,

ANALISIS STRUKTUR, DAN ISI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh NURHAYATI

C0202002

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2006

Page 2: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

"RISĀLATA 'L-BADĪ ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N-NAQSYABANDIYYATI 'L-‘ĀLIYAH" KARYA

SYEKH ABDALLAH DIHLAWI: SUNTINGAN TEKS,

ANALISIS STRUKTUR, DAN ISI

Disusun oleh

NURHAYATI C0202002

Telah disetujui oleh Pembimbing

Pembimbing

Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag. NIP 131 895 875

Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Indonesia

Drs. Henry Yustanto, M.A. NIP 131 913 433

Page 3: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

"RISĀLATA 'L-BADĪ ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N-NAQSYABANDIYYATI 'L-‘ĀLIYAH" KARYA

SYEKH ABDALLAH DIHLAWI: SUNTINGAN TEKS,

ANALISIS STRUKTUR, DAN ISI

Disusun oleh

NURHAYATI

C0202002

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sasatra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Pada tanggal: 22 Juli 2006

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Drs Henry Yustanto, M.A. (…………………….. )

NIP 131 913 433

Sekretaris Drs. Hanifullah Syukri, M.Hum. (………………………)

NIP 132 231 674

Penguji I Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. (………………………)

NIP 131 895 875

Penguji II Dr. H. Bani Sudardi, M.Hum. (………………………)

NIP 131 841 883

Dekan,

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Uneversitas Sebelas Maret Surakarta

Prof. Dr. Maryono Dwirahardjo, S.U. NIP 130 675 167

Page 4: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

PERNYATAAN

Nama : Nurhayati

NIM : C0202002

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul "Risālata 'l-Badī‘iyyah fī Tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati 'l-‘Āliyah Karya Syekh Abdallah Dihlawi: Suntingan teks, Analisis Struktur, dan Isi" adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 22 Juli 2006

Yang membuat pernyataan,

Nurhayati

Page 5: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

MOTTO

ان مع العسریسرا. فان مع العسریسرا

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah

kesulitan itu ada kemudahan".

(Alquran dan Terjemahnya, Q.S. Al- Insyirāh: 5-6)

Bagaimanapun, suatu hal pasti akan berlalu

dan suatu hari, kita pun akan tersenyum, menyadari

bahwa kita pernah melewatinya (M.M)

Page 6: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini penulis persembahkan kepada:

• Ayah dan Bundaku tercinta

• Adindaku tersayang, Dik Aah

• ☺Mas Hanafiku yang selalu di hati

• Almamater Universitas Sebelas Maret Surakarta

Page 7: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

KATA PENGANTAR

Al-hamdu li 'l- Lāhi rabbi 'l- `ālamīn, segala puji dan syukur penulis

panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,

terutama nikmat iman, Islam, dan ilmu, sehingga penulis dapat menyelesaikan

tulisan ini dengan lancar. Selawat serta salam semoga selalu tercurah kepada

Rasulullah Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya.

Karya ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Maryono Dwiraharjo, S.U. selaku Dekan Fakultas Sasra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Henry Yustanto, M.A. selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas

Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang dengan penuh

perhatian dan kesabaran memberikan petunjuk, arahan, dan motivasi yang

sangat luar biasa berharga bagi penulis.

4. Dra. Hesti Widyastuti, M.Hum. selaku pembimbing akademik penulis selama

masa studi.

5. Pimpinan dan staf Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Fakultas Sastra dan Seni Rupa,

Perpustakaan Islam Surakarta, Perpustakaan Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri Surakarta yang telah memberikan kemudahan dalam mendapatkan

sumber data dan buku-buku referensi untuk penyelesaian skripsi.

Page 8: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

6. Ayah dan bundaku yang entah sampai kapan aku dapat membalas setiap

tetesan air mata, leleran keringat, dan lantunan doa yang telah terangkai.

7. (orang lain boleh saja datang dan pergi, tapi yang namanya sahabat akan

selalu dihati….dan buatku mereka adalah matahari yang sebenarnya, mereka

akan selalu ada dan tak akan pernah pergi ~M.M~) Sahabat-sahabatku tercinta

dan tersayang penghuni kos "Danone" (Fungani, Diah, Ummi, Iswati) yang

selalu menemaniku baik suka maupun duka, serta terima kasih untuk setiap

motivasi, keluh kesah dan sharing kita yang membuat kita agak sedikit

dewasa.

8. Teman-teman seperjuangan pecinta filologi sejati Mbak Fathilah, Mbak

Innatul, Mbak Sarah, Dimas Gendut, Ika, Mursini, Endang Rina, Nur

Rohmah, Puji, terima kasih atas kekompakan dan kerja samanya.

9. Rekan-rekan mahasiswa Sastra Indonesia Angkatan 2002, I luv U all

10. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Semoga Allah swt membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Akhirnya, penulis berharap karya tulis ini akan bermanfaat bagi para pembaca.

Surakarta, Juli 2006

Penulis

Page 9: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

DAFTAR ISI Halaman

Lembar Persetujuan……………………………………………………........ ii

Lembar Pengesahan ………………………………………………………… iii

Lembar Pernyataan………………………………………………………..... iv

Motto………………………………………………………………………... v

Persembahan……………………………………………………………….... vi

Kata Pengantar……………………………………………………………..... vii

Daftar Isi……………………………………………………………………... ix

Daftar Tabel………………………………………………………………….. xi

Abstrak……………………………………………………………………….. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………...... 1

B. Pembatasan Masalah………………………………………..... 9

C. Rumusan Masalah ………………………………………….... 9

D. Tujuan Penelitian …………………………………………..... 9

E. Manfaat Penelitian………………………………………….... 10

F. Sistematika Penulisan…..……………………………........ .... 11

BAB II LANDASAN TEORI

A. PenyuntinganTeks ...………………………………………… 12

B. Sastra Kitab…………....……… ……………………………. 14

C. Struktur Teks Sastra Kitab ….....……………………………. 15

D. Tasawuf dan Tarekat …………...…………………………… 16

Page 10: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

E. Tarekat Naqsyabandiyah ........................................................ 22

F. Kerangka Pikir ........………………..…………………....... 25

BAB III METODE PENELITIAN

A. Sumber Data…….. ……………………………………….. 26

B. Metode Penelitian…………………... ……………………. 26

C. Teknik Pengumpulan Data………….……………….......... 28

D. Teknik Pengolahan Data…………….……………………. 29

BAB IV SUNTINGAN TEKS

A. Inventarisasi Naskah………………………………………. 31

B. Deskripsi Naskah …………………………………………. 32

C. Ikhtisar Isi Teks……………………………………………. 40

D. Kritiks Teks………………………………………………… 41

E. Suntingan Teks ..…………………………………………… 49

F. Daftar Kata-kata Sukar…………………………………….. 57

BAB V TAREKAT NAQSYABANDIYAH

A. Struktur Teks RBTNA…..………………………………… 62

B. Tarekat Naqsyabandiyah….………………………………. 82

BAB VI PENUTUP

A. Simpulan ……………………..…………………………... 97

B. Saran ………………………..……………………………. 98

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 99

LAMPIRAN

Page 11: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1 Lakuna ………………………………………………………... 43

Tabel 2 Adisi…………………………………………………………… 43

Tabel 3 Ditografi………………………………………………………. 43

Tabel 4 Substitusi……………………………………………………… 44

Tabel 6 Ketidakkonsistenan kata adalah……………………………….. 44

Tabel 7 Pedoman Transliterasi ………………………………………… 48

Tabel 8 Kosa Kata Arab Istilah Tasawuf………………………………. 75

Tabel 9 Kosa Kata Arab bukan Istilah Tasawuf……………………….. 76

Page 12: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

ABSTRAK

Nurhayati. C0202002. 2006. "Risālata 'l-Badī‘iyyah fī Tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati'l-‘Āliyah" Karya Syekh Abdallah Dihlawi: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Isi. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimanakah suntingan teks Risālata 'l-Badī‘iyyah fī Tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati'l-‘Āliyah? (2) Bagaimanakah struktur teks dan kandungan teks Risālata 'l-Badī‘iyyah fī Tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati'l-‘Āliyah?

Tujuan penelitian ini adalah (1) menyediakan suntingan teks RBTNA yang baik dan benar, baik dalam arti mudah dibaca karena telah ditransliterasikan dari huruf Arab ke dalam huruf Latin, benar dalam arti kebenaran isi teks dapat dipertanggungjawabkan. (2) Mendeskripsikan struktur teks Risālata 'l-Badī‘iyyah fī Tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati'l-‘Āliyah yang meliputi struktur penyajian teks, gaya penyajian, pusat penyajian, gaya bahasa dan mengungkapkan kadungan teks Risālata 'l-Badī‘iyyah fī Tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati'l-‘Āliyah. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode filologis, metode struktural dan analisis isi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah naskah Risālata 'l-Badī‘iyyah fī Tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati'l-‘Āliyah dengan nomor kode ML 479 F. Teknik pengumpulan data dengan teknik pustaka. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah tahap reduksi data, tahap penyajian data, dan tahap penarikan simpulan

Dari hasil analisis dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Naskah Risālata 'l-Badī‘iyyah fī Tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati'l-‘Āliyah merupakan naskah tunggal, sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. Setelah dilakukan kritik terhadap teks ini, maka ditemukan beberapa kesalahan salin tulis antara lain: 5 buah lakuna, 3 buah adisi, 1 buah ditografi, 5 buah substitusi, dan ketidakkonsistenan dalam penulisan kata adalah. (2) Teks Risālata 'l-Badī‘iyyah fī Tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati'l-‘Āliyah menggunakan struktur penyajian eksposisi yang sistematis terdiri dari pendahuluan, isi, penutup; gaya penyajiannya menggunakan bentuk interlinier dengan penggunaan kalimat bahasa Arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu; pusat penyajiannya menggunakan metode orang pertama (Ich-Erzählung) yaitu teks yang dituturkan sendiri oleh pengarang; dari segi gaya bahasanya memiliki 4 buah gaya bahasa yaitu terdiri dari 29 kosa kata Arab istilah tasawuf dan 14 kosa kata Arab bukan istilah tasawuf, kata-kata khusus, sintaksis dengan penggunaan kata dan, maka, bagi, sarana retorika terdiri dari gaya penguraian, penguatan, hiperbola, gaya retorika, penyimpulan, dan bahasa kiasan. Secara garis besar teks Risālata 'l-Badī‘iyyah fī Tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati'l-‘Āliyah berisi tentang ajaran Tarekat Naqsyabandiyah yang berupa zikir Tarekat Naqsyabandiyah, 3 jalan yang harus ditempuh salik untuk sampai kepada Allah Taala (ma'rifatullah), dan saran kepada salik agar memilih dan mentaati guru (syekh).

Page 13: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia memiliki aneka jenis bahan peninggalan budaya masa

lampau. Peninggalan itu ada yang berupa karya sastra dalam bentuk naskah-naskah

kuno. Menurut Edwar Djamaris naskah merupakan suatu peninggalan tertulis nenek

moyang kita pada kertas, lontar, kulit kayu, dan rotan. Tulisan pada kertas itu biasa

dipakai pada naskah-naskah yang berbahasa Melayu dan yang berbahasa Jawa, lontar

banyak dipakai pada naskah-naskah berbahasa Jawa dan Bali, kulit kayu dan rotan

biasa digunakan pada naskah-naskah berbahasa Batak (1997:3).

Naskah adalah produk masa lampau hasil sastra lama warisan nenek moyang,

dan isi naskah itu bermacam-macam, seperti sejarah, hukum, bahasa, sastra, filsafat,

moral, obat-obatan, dan banyak pula di antaranya yang mengungkapkan ajaran

agama seperti agama Islam. Sebagian naskah dapat digolongkan dalam karya sastra,

dalam pengertian khusus, seperti cerita-cerita dongeng, hikayat, cerita binatang,

pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar Djamaris, 1997:4-5). Informasi yang

terkandung dalam naskah-naskah tersebut kesemuanya memiliki nilai khusus yang

tak ternilai harganya sebagai bentuk peninggalan budaya bangsa Indonesia.

Usaha untuk menggali informasi dalam naskah-naskah lama perlu mendapat

perhatian yang khusus dan saksama. Naskah sebagai produk masa lampau warisan

Page 14: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

dari nenek moyang yang bernilai tinggi, dalam perjalanan waktunya telah mengalami

perubahan dan kerusakan, baik karena faktor waktu maupun karena ulah manusia.

Kemusnahan naskah atau hilangnya naskah dari bumi Indonesia disebabkan

oleh hal-hal yang tidak disengaja. Kemusnahan naskah di Indonesia yang beriklim

tropis disebabkan karena kerusakan alas naskah (seperti kertas) karena tidak dapat

bertahan terhadap iklim. Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis membuat

naskah-naskah kurang bertahan lama dibandingkan naskah-naskah yang ada di

negara barat. Iklim di Indonesia yang panas dan lembab lebih mempercepat

kemusnahan naskah. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kemusnahan naskah

dapat juga terjadi karena ulah serangga (kutu, ngengat) yang mungkin saja membuat

naskah rusak, sehingga tidak dapat dipakai lagi karena tidak terbaca isinya (Sri

Wulan Rujiati Mulyadi, 1994:79). Oleh karena itu, usaha penyelamatan terhadap

naskah-naskah lama melihat kondisi naskah yang memprihatinkan dan kandungan

teks yang dinilai penting harus mendapat perhatian yang lebih dari berbagai pihak.

Buah karya sastra yang berasal dari zaman masuknya Islam berupa kitab-

kitab agama yang telah di golongkan tersendiri ke dalam kesusastraan kitab (Siti

Baroroh Baried, et. al., 1994:23). Sastra Kitab mempunyai corak khusus di antaranya

meliputi teks-teks yang berhubungan dengan renungan mistik, kumpulan doa-doa

dan mantra-mantra yang berhubungan dengan Islam, risalah-risalah tentang teologi

Islam dan buku-buku daktik yang berhubungan dengan etika Islam (moral) (Siti

Chamamah Soeratno, et. al, 1982:151). Ditinjau dari segi isinya, sastra kitab

mempunyai kegunaan untuk penanaman ajaran dan akidah Islam, serta menguatkan

iman dan meluruskan ajaran yang sesat (Siti Chamamah Soeratno, et. al., 1982:209).

Page 15: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Naskah Aneka Karangan merupakan salah satu naskah Melayu yang

termasuk dalam kategori Sastra Kitab, karena teks dari naskah ini mengandung

ajaran agama (fikih dan tasawuf). Naskah Aneka Karangan ini tercatat di

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jakarta, dengan nomor ML 479. Menurut

Katalogus Koleksi Naskah Melayu yang ditulis oleh Amir Sutaarga et.al, naskah

Aneka Karangan berisi delapan teks (1972:315-316). Untuk membedakan antara satu

teks dengan teks yang lain, maka setiap teks akan diberikan kode huruf Latin dari A

sampai H, sehingga terdapat delapan teks dengan nomor ML 479A--H:

1) Jamah dan ayat-ayat yang dibaca di dalamnya (ML 479 A).

2) Adab berdzikir dan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu (ML 479 B).

3) Perbedaan mazhab Imam Syafii dan Imam Hanafi (ML 479 C).

4) Hukum warisan (fikih) (ML 479 D).

5) Hukum nikah ajaran Syekh Abdulmufti As Samalawi (ML 479 E).

6) Tarekat Naqsyabandiyah dan kitab Syekh Abdullah (ML 479 F).

7) Hukum menyembelih dan ijmak ulama (ML 479 G).

8) Ijmak mengenai hakim dan Tauliyah (ML 479 H).

Dalam naskah ini, antara teks satu dengan teks yang lain tidak berhubungan.

Dari kedelapan teks tersebut, hanya teks Tarekat Naqsyabandiyah dan kitab

Syekh Abdullah saja yang akan diteliti. Hal tersebut dikarenakan karena keterbatasan

dari peneliti. Alasan yang mendasari hanya diambilnya teks Tarekat Naqsyabandiyah

dan kitab Syekh Abdullah yaitu :

1. Kedelapan teks yang terdapat dalam katalog Amir Sutaarga baru sebagian yang

telah diteliti maupun yang masih dalam proses penelitian oleh peneliti lain.

Page 16: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Adapun teks yang sudah teliti adalah teks perbedaan mazhab Imam Syafii dan

Imam Hanafi (ML 479 C) oleh Innatul Khoiriyah, sedangkan teks yang masih

dalam penelitian oleh peneliti lain adalah teks hukum nikah ajaran Syekh

Abdulmufti As Samalawi (ML 479 E) oleh Siti Sarah, dan teks hukum

menyembelih dan ijmak ulama (ML 479 H) oleh Moh. Dimas Ash`ari. Selain itu,

berdasarkan pemeriksaan daftar skripsi di berbagai perguruan tinggi dan

Direktori Edisi Naskah Nusantara, teks Tarekat Naqsyabandiyah dan kitab Syekh

Abdullah belum pernah digarap secara filologis. Jika dilihat dari segi kondisi

pernaskahan di Indonesia, naskah ini harus segera diselamatkan karena faktor

usianya yang sudah mencapai 160 tahun lebih. Teks Tarekat Naqsyabandiyah dan

kitab Syekh Abdullah merupakan warisan budaya bangsa yang harus dipelihara

dan dilestarikan dari kemusnahan. Usaha yang dapat dilakukan dalam rangka

penyelamatan naskah di antaranya adalah dengan menyediakan terbitan suntingan

naskah yang mudah dibaca dan dipahami oleh masyarakat karena sudah

ditransliterasi dari huruf Arab (Melayu/Pegon) ke dalam huruf Latin. Sementara

itu, dari segi kandungan isinya, teks ini mengandung ajaran rohani yang penting

karena berisi tentang ajaran agama Islam terkait dengan konsep ajaran Tarekat

Naqsyabandiyah.

2. Teks Tarekat Naqsyabandiyah dan kitab Syekh Abdullah merupakan teks yang

lengkap. Lengkap berarti dimulai dengan basmalah dan diakhiri dengan tamat

serta terdapat kolofon di dalamnya (sesuai dengan struktur sastra kitab) jika

dibandingkan dengan teks yang lain yang masih dalam satu naskah, seperti teks

ijmak mengenai hakim dan tauliyah.

Page 17: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

3. Sumber tertulis (naskah manuskrip) yang menunjukkan perkembangan Tarekat

Naqsyabandiyah Mujaddidiyah pada awal abad ke-18 M tidak begitu banyak

diketahui. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Martin van Bruinessen,

"Kita kurang banyak mengetahui mengenai abad kedelapan belas dibandingkan

dengan abad ketujuh belas atau abad ke sembilan belas; secara umum

demikianlah yang sebenarnya, dan begitu pula yang sebenarnya mengenai tarekat

Naqsyabandiyah" (Bruinessen, 1992:64). Martin van Bruinessen hanya

menemukan satu sumber tertulis mengenai perkembangan Tarekat

Naqsyabandiyah pada abad ke-18, yaitu sebuah risalah pendek berbahasa Arab

dalam sebuah naskah kumpulan risalah pendek dari Museum Nasional Jakarta

(Ms. A, fol 162a-164b). Adapun teks Tarekat Naqsyabandiyah dan kitab Syeh

Abdullah yang berbahasa Melayu juga merupakan teks yang ditulis pada abad

ke-18. Oleh karena itu, penelitian terhadap teks Tarekat Naqsyabandiyah dan

Kitab Syekh Abdullah sangat perlu dilakukan.

Pemberian judul Tarekat Naqsyabandiyah dan kitab Syekh Abdullah dalam

katalog Amir Sutaarga bukan merupakan judul asli dari teks. Judul teks Tarekat

Naqsyabandiyah dan kitab Syekh Abdullah mengandung kelemahan yang di

antaranya adalah:

1. Judul yang diberikan oleh Amir Sutaarga pada pemberian nama Syekh Abdullah

adalah salah, karena sumber-sumber tertulis mengenai silsilah guru

Naqsyabandiyah tidak ditemukan adanya nama guru Naqsyabandiyah yang

bernama Syekh Abdullah dari Dihlawi (India), melainkan menyebutkan nama

Syekh Abdallah Dihlawi. Nama Syekh Abdullah yang diberikan oleh Amir

Page 18: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Sutaarga semata-mata hanya sebatas membaca teks tanpa mempelajari lebih jauh

tentang silsilah guru Tarekat Naqsyabandiyah. Adapun kutipannya berbunyi:

…makasanya minta kepada kami berulang-ulang beberapa kali oleh setengah kekasihan aku bahwa aku pindah kitab imam yang alim lagi wali Allah yang ahli 'sh-Shūfī, dan yaitu Syekh Abdallah Dihlawi nama negerinya. Wa kāna fī kitābi 'l- mazkūri mubayyinan li tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati 'l-‘āliyah dan adalah dalam // kitab yang tersebut menyata(kan) bagi Tarekat Naqsyabandiyyah yang tinggi (RBTNA: 1-2).

2. Jika dibaca lebih teliti lagi, di dalam pendahuluan teks penyalin menerangkan

dengan jelas tentang judul teks. Judul teks tersebut adalah "Risālata 'l-Badī‘iyyah

fī Tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati 'l-‘Āliyah" (selanjutnya disingkat RBTNA)

artinya Risalah yang indah dalam tarekat Naqsyabandiyah. Adapun keterangan

dalam pendahuluan yang menyiratkan sebagai judul karangan berbunyi, "Dan aku

akan kitab ini seperti kitab yang mustaqal pada bahasa Jawi. Wa sammaituhu

risālata 'l-badī‘iyyah fī tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati 'l-‘āliyah. Dan aku namai

akan dia Risālata 'l-Badī‘iyyah fī Tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati 'l-‘Āliyah.

Artinya risalah yang indah pada menyatakan Tarekat Naqsyabandi." (RBTNA:2-

3).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa deskripsi yang diberikan oleh

Amir Sutaarga mengenai judul teks tidak sesuai dengan judul asli teks. Oleh karena

itu, keterangan judul teks yang diberikan oleh Amir Sutaarga perlu disesuaikan

dengan judul asli teks, yaitu "Risālata 'l-Badī‘iyyah fī Tharīqati 'l-Naqsyabandiyyah

'l-‘Āliyah". Teks ini berisi tentang konsep ajaran Tarekat Naqsyabandiyah.

Dalam penelitian ini, inventarisasi naskah hanya dilakukan melalui studi

katalog saja. Adapun studi lapangan tidak dilakukan karena keterbatasan peneliti.

Page 19: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Berdasarkan hasil studi katalog diketahui bahwa teks RBTNA termasuk naskah

tunggal. Hasil studi katalog yang telah dilakukan di antaranya:

1. Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat yang ditulis oleh Amir

Sutaarga, et.al pada tahun 1972.

2. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 5A yang ditulis oleh Edi S

Ekadjati dan Undang A Darsa, tahun 1999.

3. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 4 yang ditulis oleh TE

Behrend, tahun 1998.

4. Malaische en Minangkabausche Hansshriften in de Leidsche Universiteis-

Bibliotheek oleh Van Ronkel, tahun 1921.

5. Malay Manuscripts a Bibliographical Guide oleh Joseph H Howard, tahun

1966.

6. Direktori Edisi Naskah Nusantara oleh Edi S Ekadjati (penyunting), tahun

2000.

7. Katalog Naskah Buton: Koleksi Abdul Mulku Zahari oleh Achadiati Ikram,

Tjiptaningrum F Hassan, dan Dewaki Kramadibrata yang terbit pada tahun

2002.

8. Catalogue of Malay and Minangkabau Manuscripts oleh Joan de Lijster

Streef dan Jan Just Witkam yang diterbitkan di Leiden oleh Legatum

Warnerianum in Leiden University Library, tahun 1998.

Dari katalog-katalog tersebut diatas, teks RBTNA hanya tercantum dalam

Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat dalam naskah Aneka Karangan

ML 479 pada halaman 315-316.

Page 20: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Penelitian ini difokuskan pada masalah suntingan teks, analisis struktur, dan

isi. Oleh karena itu, penelitian ini diberi judul "Risālata 'l-Badī‘iyyah fī Tharīqati 'n-

Naqsyabandiyyati 'l-Āliyah" Karya Syekh Abdallah Dihlawi: Suntingan teks,

Analisis Struktur, dan Isi.

B. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada suntingan teks, analisis struktur dan isi teks

RBTNA. Masalah yang dibahas meliputi:

1. Suntingan teks yang dibatasi pada ejaan yang berlaku, yaitu Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD) dengan mempergunakan pedoman transliterasi Arab-

Latin.

2. Analisis Struktur yang dibatasi pada struktur teks yaitu struktur penyajian teks,

gaya penyajian, pusat penyajian, gaya bahasa dan analisis isi yang dibatasi pada

kandungan teks RBTNA.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah suntingan teks RBTNA?

2. Bagaimanakah struktur teks RBTNA dan kandungan teks RBTNA?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menyediakan suntingan teks RBTNA yang baik dan benar, baik dalam arti

mudah dibaca karena telah ditransliterasikan dari huruf Arab ke dalam huruf

Latin, benar dalam arti kebenaran isi teks dapat dipertanggungjawabkan karena

Page 21: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

telah dibebaskan dari segala macam kesalahan yang terjadi pada waktu

penyalinannya sehingga akan didapatkan sebuah teks yang mendekati aslinya.

2. Mendeskripsikan struktur teks RBTNA yang meliputi struktur penyajian teks, gaya

penyajian, pusat penyajian, gaya bahasa dan mengungkapkan kadungan teks

RBTNA.

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan dapat memberi manfaat baik teoretis maupun

praktis.

1. Manfaat Teoretis

a. Turut memperkaya hasil-hasil penelitian, terutama dalam bidang filologi.

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain, baik itu di bidang filologi

maupun peneliti ilmu lain, dalam hal ini ilmu agam Islam, sehingga dapat

memberikan kontribusi berupa referensi dalam bidang filologi dan agama.

2. Manfaat Praktis

a. Memperkenalkan keberadaan teks RBTNA kepada masyarakat

b. Membantu melestarikan peninggalan budaya rohani bangsa Indonesia.

c. Memberi tambahan wawasan bagi pembaca dalam pengembangan ajaran

agama Islam terkait dengan masalah Tarekat Naqsyabandiyah.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab pertama, pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah

yang menguraikan tentang hal-hal yang menjadi alasan peneliti untuk melakukan

Page 22: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

penelitian; pembatasan masalah yang berisi masalah-masalah yang akan dibahas

yang meliputi suntingan teks yang dibatasi pada ejaan yang berlaku, analisis struktur

yang dibatasi pada struktur teks; perumusan masalah yang meliputi bagaimana

suntingan teks, struktur penyajian teks dan kandungan teks RBTNA; tujuan

penelitian adalah menyediakan suntingan teks yang baik dan benar, mendeskripsikan

struktur teks dan mengungkap kandungan teks RBTNA; manfaat penelitian yang

meliputi manfaat teoretis dan manfaat praktis; sistematika penulisan.

Bab kedua, landasan teori. Bab ini berisi tentang langkah-langkah dalam

melakukan penyuntingan teks, pengertian Sastra Kitab, menjelaskan tentang struktur

teks Sastra Kitab, menjelaskan tentang tasawuf dan tarekat, menjelaskan tentang

Tarekat Naqsyabandiyah.

Bab ketiga, metode penelitian. Bab ini berisi tentang sumber data yang

dipakai dalam penelitian ini dan asalnya; metode yang dipakai dalam penelitian ini

yaitu metode filologi, metode struktural, dan analisis isi; teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini yaitu teknik kepustakaan; teknik pengolahan data yang meliputi

tahap reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan yang dilakukan dengan

cara induktif.

Bab keempat, suntingan teks. Bab ini berisi inventarisasi naskah yang

dilakukan melalui studi katalog; deskripsi naskah; kritik teks; ikhtisar isi teks;

suntingan teks; daftar kata sukar untuk membantu pembaca memahami teks.

Bab kelima, Tarekat Naqsyabandiyah. Bab ini berisi tentang struktur teks

RBTNA dan Tarekat Naqsyabandiyah. Struktur teks RBTNA meliputi struktur

penyajian, gaya penyajian, pusat penyajian, dan gaya bahasa.

Page 23: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Bab keenam, penutup. Bab ini berisi simpulan dan saran. Simpulan meliputi

hasil penelitian yang merupakan tujuan dari penelitian ini menyangkut suntingan

teks, struktur dan kandungan teks RBTNA.

Page 24: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penyuntingan Teks

Filologi dipakai untuk menyebut ilmu yang berhubungan dengan studi teks,

yaitu studi yang dilakukan dalam rangka mengungkapkan hasil budaya masa lampau

yang tersimpan di dalamnya. Konsep tersebut bertujuan mengungkapkan hasil

budaya masa lampau sebagaimana yang terungkap dalam teks (Siti Baroroh Baried,

et. al, 1994:4). Ini berarti bahwa sebagai salah satu disiplin ilmu, filologi memiliki

objek penelitian yang berupa teks yang bertujuan mengungkapkan hasil budaya masa

lampau yang berupa naskah. Naskah merupakan objek konkrit filologi dan pada

hakikatnya yang dituju dari naskah bukanlah fisik naskah tersebut, melainkan teks

yang tersimpan di dalam naskah.

Penyuntingan teks merupakan kegiatan utama dalam filologi yang bertujuan

untuk mendapatkan kembali teks yang mendekati asli dan untuk membebaskan teks

itu dari segala macam kesalahan yang terjadi pada waktu penyalinannya sehingga

teks itu dapat dipahami sebaik-baiknya. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan

itu adalah dengan membetulkan segala kesalahan, mengganti bacaan yang tidak

sesuai, menambah bacaan yang ketinggalan, dan mengurangi bacaan yang kelebihan

(Edwar Djamaris, 1997:21)

Penyuntingan teks memerlukan metode yang tepat dan sesuai dengan kondisi

naskah yang disunting. Penyuntingan teks dengan menggunakan metode yang tepat

dan sesuai dengan objek yang diteliti akan menghasilkan suntingan yang baik dan

Page 25: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

benar. Baik dalam arti mudah dibaca dan pahami, sebab sudah ditransliterasikan dan

ejaannya sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa sasaran. Benar dalam arti kebenaran

isi teks dapat dipertanggungjawabkan, sebab sudah dibersihkan dari kesalahan-

kesalahan (Sholeh Dasuki, 1999:60).

Kegiatan menyunting teks meliputi: 1) inventarisasi naskah, 2) deskripsi

naskah, 3) perbandingan naskah, 4) dasar-dasar penentuan naskah yang akan

ditransliterasi, 5) singkatan naskah, dan 6) tranliterasi naskah. Inventarisasi naskah

dapat ditempuh dengan mengumpulkan seluruh informasi mengenai naskah, baik dari

katalogus naskah atau dari berbagai perpustakaan universitas, museum atau

perorangan yang diketahui memiliki atau menyimpan naskah. Langkah selanjutnya

adalah membuat uraian atau deskripsi naskah secara terperinci. Dalam uraian

tersebut dijelaskan mengenai judul naskah, keadaan naskah, kertas, watermarek

(kalau ada), catatan lain mengenai isi naskah, serta pokok-pokok isi naskah.

Perbandingan naskah perlu dilakukan, apabila naskah merupakan naskah jamak

sehingga diperlukan dasar-dasar penentuan naskah yang akan ditransliterasi dan

singkatan naskah untuk memudahkan pengenalan isi naskah (Edwar Djamaris,

1977:23-30). Langkah terakhir dalam penelitian filologi adalah transliterasi naskah.

Transliterasi adalah penggantian jenis tulisan, huruf dari abjad satu ke abjad yang

lain. Istilah ini dipakai dengan pengertian sama pada penggantian jenis tulisan

naskah. Dalam melakukan transliterasi, perlu diketahui pedoman yang berhubungan

dengan pemisahan dan pengelompokan kata, ejaan, dan pungtuasi. Berdasarkan

pedoman, transliterasi harus memperhatikan ciri-ciri teks asli sepanjang hal itu dapat

Page 26: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

dilaksanakan karena penafsiran teks yang bertanggungjawab sangat membantu

pembaca dalam memahami isi teks (Siti Baroroh Baried, et. al, 1994:63-64).

Penyuntingan teks selalu disertai dengan kegiatan kritik teks. Kritik teks

diartikan sebagai pengkajian terhadap kandungan teks yang tersimpan dalam naskah

untuk mendapatkan teks yang paling mendekati aslinya (constitutio textus) (Bani

Sudardi, 2003a:55). Inilah tugas utama filologi, yaitu melalui kritik teks memurnikan

teks. Teks yang sudah bersih dari kesalahan-kesalahan dan telah tersusun kembali

seperti semula yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai sumber untuk

kepentingan berbagai penelitian dalam bidang ilmu-ilmu lain (Siti Baroroh Baried,

et. al. 1994:61).

B. Sastra Kitab

Dalam khazanah kesusastraan Indonesis lama Melayu terdapat karya yang

bercorak Islam. Liaw Yock Fang dalam bukunya Sejarah Kesusasatraan Melayu

Klasik menyebutkan bahwa terdapat sejumlah karya sastra yang dikenal dengan

sebutan "sastra keagamaan" (1991:286).

Menurut Rolvink, kajian tentang Al Quran, tafsir, tajwid, arkanul-Islam,

usuluddin, fikih, ilmu sufi, ilmu tasawuf, tarekat, zikir, rawatib, doa, jimat, risalah,

wasiat dan kitab tib (obat-obatan, jampi-jampi), semuanya dapat digolongkan ke

dalam Sastra Kitab (Fang, 1993:41). Sastra Kitab mencakup bidang yang amat luas

sekali, termasuk di dalamnya ilmu kalam, ilmu fikih dan ilmu tasawuf. Jenis sastra

ini biasanya disadur dan diterjemahkan dari bahasa Arab oleh orang Indonesia yang

tinggal di Mekah dan Madinah (Fang, 1991:286). Menurut Siti Baroroh Baried, et.al

Page 27: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

yang dimaksud dengan Sastra Kitab adalah naskah-naskah yang berisi keagamaan,

tasawuf, dan mistik Islam (1994:23).

Sastra tasawuf merupakan bagian terpenting dalam Sastra Kitab. A. John

berpendapat bahwa sastra tasawuf memainkan peranan yang sangat penting dalam

perkembangan agama Islam di nusantara karena 1) para ahli tasawuf (sufi) dapat

menyesuaikan ajaran Islam kepada tingkat pemahaman masyarakat setempat, 2)

ajaran tasawuf mempunyai daya tarik yang lebih. Menerima ajaran tasawuf dan

memasuki tarekatnya berarti memasuki suatu keluarga besar yang saling tolong

menolong. Atas jasa para pengikut tarekat maka Islam di Nusantara menjadi

berkembang melalui ajaran mistik mereka. Oleh karena itu, maka pada paruh abad

pertama ke-17, ada empat tarekat yang berkembang luas di Aceh, yaitu tarekat

Qadariyah, Naqsyabandiyah, Syattariyah, dan Suhrawardi (Fang, 1993:41).

C. Struktur Teks Sastra Kitab

Sastra Kitab sebagai salah satu ragam sastra Islam mempunyai corak yang

khusus yang tampak dalam stuktur penceritaan dan pemakaian bahasa. Adapun yang

dimaksud dengan struktur di sini adalah struktur narasi. Struktur narasi Sastra Kitab

adalah struktur penyajian teks, yang sama halnya dengan struktur penceritaan dalam

sastra fiksi yang berupa plot dan alur (Siti Chamamah Soeratno, et. al.,1982:152).

Sastra Kitab mempunyai ciri-ciri khusus. Ciri-ciri khusus dalam Sastra Kitab

tersebut meliputi struktur penyajian teks, gaya penyajian, pusat penyajian, dan gaya

bahasa. Struktur penyajian Sastra Kitab pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu

1) pendahuluan, 2) isi, dan 3) penutup. Pada umumnya struktur penyajian teks pada

Page 28: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Sastra Kitab adalah alur lurus, yaitu masalah-masalah yang disajikan diuraikan

secara berurutan sesuai dengan urutan kronologinya (Siti Chamamah Soeratno, et.

al., 1982:209-210)

Pendahuluan dalam Sastra Kitab dimulai dengan doa pembuka karangan yang

biasanya berupa basmalah dan selawat untuk Nabi Muhammad untuk keluarga dan

sahabatnya dalam bahasa Arab disertai terjemahannya dalam bahasa Melayu secara

interlinier. Isi dibentangkan sesuai dengan masalah yang dibahas. Sesudah

pembentangan isi yang menjadi masalah, karangan ditutup dengan doa kepada Tuhan

dan salawat nabi beserta keluarganya dan sebagai penutup digunakan kata "tamat"

yang berarti selesai atau sempurna (Siti Chamamah Soeratno, et. al., 1982:156-157)

Sastra Kitab sebagai ragam sastra Islam mempunyai gaya bahasa yang khusus

yang terlihat dalam istilah-istilah khusus dari lingkungan agama Islam yang berupa

istilah-istilah kata Arab dan ungkapan-ungkapan khusus dalam kalimat-kalimat

bahasa Arab. Pemungutan istilah dan kosa kata Arab tersebut disesuaikan dengan

pokok isi uraian sastra kitab tersebut. Bila ajaran tasawuf yang dikemukakan, maka

kosakata dan istilah pun diambil dari lapangan tasawuf (Siti Chamamah Soeratno, et.

al., 1982:211).

D. Tasawuf dan Tarekat

1. Tasawuf

Istilah tasawuf secara etimologis dikatakan beberasal dari beberapa kata-kata

yang berbeda-beda. Istilah-istilah tersebut antara lain:

Page 29: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

a. Berasal dari kata Ibnu Sauf, yaitu seorang Arab yang hidup sebelum Islam

datang dan bertapa di sekitar Kakbah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan,

berasal dari kata Sufah yang digunakan sebagai nama surat ijazah orang naik

haji, berasal dari kata sophia (bahasa Yunani) yang berarti kebijaksanaan (Bani

Sudardi, 2003b:14).

b. Diambil dari kata Sawf yang artinya bersih, atau Shafaa yang berarti bersih. Ada

juga yang berpendapat kata tasawuf diambil dari Shuffah yaitu suatu kamar

disamping masjid Nabi Muhammad di Madinah yang disediakan untuk sahabat-

sahabat nabi yang miskin, tapi kuat imannya, yang makan minum mereka

ditanggung oleh orang-orang yang mampu dalam kota Madinah. Ada juga yang

mengambil sandaran kalimat tasawuf ini dari shaff yaitu baris-barisan saf ketika

sembahyang, sebab orang-orang yang kuat imannya dan murni kebatinannya

ketika sembahyang memilih saf yang pertama. Ada juga yang mengambil

sandaran kata tasawuf dari saufanah yaitu sebangsa buah-buahan kecil berbulu-

bulu yang banyak tumbuh di padang pasir tanah Arab, sebagaiman pakaian

kaum sufi yang berbulu-bulu seperti buah tersebut (Barmawie Umarie, 1966:9

dan Hamka, 1993:79).

Tasawuf berarti membersihkan hati dari apa yang mengganggu perasaan

kebanyakan makhluk, berjuang dalam memerangi hawa nafsu untuk mendekati sifat-

sufat suci kerohanian, dan bergantung pada ilmu-ilmu hakikat, mamakai barang yang

penting dan terlebih kekal, menaburkan nasehat memegang tegung janji Allah dan

mengikuti contoh Rasulullah (Al Junaid dalam Hamka, 1993:84).

Page 30: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Tasawuf dapat pula diartikan mencari jalan untuk memperoleh kecintaan dan

kesempurnaan rohani. Kecintaan dan kesempurnaan rohani yang dapat dirasakan

dalam dunia rohani, dunia yang tidak dapat di raba dan dirasa melalui pancaindra,

tetapi dapat dirasa dengan kelezatan perasaan yang halus, dunia yang ghaib, serta

berpadu dengan arti cinta dan kesempurnaan (Abubakar Aceh, 1992:28).

Bani Sudardi (2003b:13) berpendapat bahwa tasawuf dapat dikatakan sebagai

paham yang berusaha membersihkan jiwa dari sifat-sifat yang tercela dalam rangka

mendekatkan diri kepada Allah. Tasawuf lebih menekankan ibadah berdasarkan

kecintaan terhadap Tuhan daripada ibadah yang semata-mata memenuhi hukum

fikih. Penekanan terletak pada batin manusia, bukan dari kegiatan lahirnya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas tasawuf dapat diartikan secara

sederhana sebagai paham yang mementingkan kepentingan rohaniah yang berusaha

membersihkan hati dari bermacam-macam godaan kesenangan duniawi dalam rangka

mendekatkan diri kepada Allah untuk memperoleh kecintaan dan kesempurnaan

rohani.

Tasawuf atau sufisme adalah nama yang biasanya dipergunakan untuk

menyebut mistik Islam. Mistik telah disebut sebagai arus besar kerohanian yang

mengalir dalam semua agama, yang dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai

kesadaran terhadap "Kenyataan Tunggal" yang mungkin disebut "Kearifan",

"Cahaya" atau "Nihil" atau bisa disebut sebagai cinta kepada Yang Mutlak

(Schimmel, 2000:1-2).

Tasawuf tidak tersusun dari praktik dan ilmu, tetapi merupakan akhlak, dan

siapa yang yang melebihimu dalam nilai akhlak maka melebihimu dalam tasawuf.

Page 31: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Maksudnya ialah bertindak sesuai dengan perintah dan hukum Allah, yang dipahami

dalam pengertian rohaninya yang dalam tanpa mengingkari bentuk-bentuk luarnya

(Schimmel, 2000:17).

Karakter khas yang terdapat di dalam tasawuf ialah mengenai adanya

pembagian agama ke dalam tingkatan-tingkatan tertentu. Tingkatan-tigkatan tersebut

meliputi 1) syariat, 2) tarekat, 3) hakikat dan 4) makrifat. Syariat adalah hukum-

hukum dasar dalam menjalankan agama yang oleh para pengikut tasawuf dipakai

dalam pedoman lahiriah seperti menjalankan salat atau puasa. Tarekat berarti jalan

yang ditempuh oleh para pengikut tasawuf dengan menjalankan ibadah sekhusyuk-

khusuknya. Di dalam tarekat diharuskan ada guru yang membimbing dan sering kali

dalam pelaksanaan peribadatannya terdapat banyak variasi (misalnya dalam tata cara

zikir dan doa). Oleh karena itu, dalam perkembangannya menjadi suatu aliran khas

yang namanya dinisbatkan kepada pemimpin awalnya. Pada tingkatan hakikat timbul

suatu kesadaran dan kemampuan dalam diri seorang sufi terhadap realitas gaib yang

sebelumnya tidak diketahui. Pada tingkatan ini seorang sufi dituntut untuk

mengekang nafsu agar tidak tergelincir kepada jalan kesesatan. Tingkatan tertinggi

dalam tasawuf adalah makrifat, yaitu realitas hakiki yang menjadi tujuan utama.

Seorang sufi senantiasa memusatkan perhatiannya untuk mencapai realitas tertinggi,

yakni Allah. Pada tingkatan tertinggi ini sufi merasa bermesra-mesraan dengan Allah

melalui pengalaman batinnya (Bani Sudardi, 2003b:6-7)

Model jalan mistik dalam tasawuf memiliki perwujudan yang bervariasi, yang

pada umumnya bahwa jalan menuju Tuhan diibaratkan manusia sebagai perantau

yang melakukan perjalanan atau perpindahan. Dalam Islam, jalan mistik ibarat jalan,

Page 32: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

maka sering disebut dengan "tarekat" (thariqat dalam bahasa Arab) yang dalam

pengamalannya melalui tingkatan-tingkatan yang dinamakan dengan maqam. Orang

mistik yang mengerjakannya dinamakan salik (Romdon, 1995:32-33).

2. Tarekat

Secara etimologi tarekat (thariqat dalam bahasa Arab) berasal dari kata Arab

"Tariqatun" jamaknya "tharaiq" (Ahmad Fuad Said, 2005:1) yang berarti:

1. jalan atau cara (al-kaifiah)

2. metode atau sistem (al-uslub)

3. mazab, aliran, haluan (al-mazab)

4. keadaan (al-halah)

5. pohon kurma yang tinggi (an-nakhiah ath-thawilah)

6. tiang tempat berteduh, tongkat atau gagang payung (amadul midzhallah)

7. yang mulia terkemuka dari kaum (syariful qaum)

8. gores atau garis pada sesuatu (al-khath fi as-syi`i)

Istilah 'tarekat' memiliki banyak pengertian. Tarekat bisa berarti 'jalan',

terutama tradisi kesufian, atau 'organisasi persaudaraan sufi'. Istilah tarekat diartikan

sebagai organisasi persaudaraan sufi, sehingga tarekat dalam pengertian ini berarti

pengorganisasian ajaran isoteris (khusus kesufian) yang terpusat pada hadirnya

pembimbing (mursyid). Makna ini dekat dengan kata kata sirath yang berarti 'jalan

jembatan', syari`at (jalan menuju sumber air), sabil (jalan). Kata 'suluk' juga

mengandung makna jalan, cara atau prosedur yang harus ditempuh seseorang atau

kelompok orang untuk mencapai tujuannya. Secara terminologis, ringkasnya paling

Page 33: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

tidak memiliki tiga arti diatas, yaitu jalan lurus, praktek tasawuf dan persaudaraan

sufi (Lubis, 2005:3).

Tarekat juga berarti tasawuf, apabila tasawuf dipandang sebagai jalan

spiritual menuju Tuhan. Sang penempuh jalan spiritual (salik) harus menempuh jalan

tersebut (suluk) dibawah pimpinan seorang guru terpercaya (syekh, mursyid, atau pir

dalam bahasa Persia) yang dalam pengembaraannya melalui tingkatan-tingkatan

yang disebut maqam (Schimmel, 2000:101). Ini berarti tarekat adalah nama khusus

bagi sekumpulan latihan kejiwaan (riyadhah al-nafs) dan ritual spiritual yang

memandu seseorang atau sekelompok orang yang menapaki jalan khusus dalam

rangka mendekatkan diri kepada Tuhan (Lubis, 2005:3)

Tarekat adalah jalan atau cara pelaksanaan teknis untuk mendekatkan diri

kepada Tuhan dengan bimbingan seorang mursyid. Mursyid menunjuk kepada

hubungan penurunan ilmu tarekat dari satu guru kepada guru tarekat yang lainnya.

Adapun tujuan tarekat adalah mempertebal keimanan dalam hati sedemikian hingga

tidak ada yang lebih indah dan dicintainya selain dari Allah, dan kecintaannya itu

melupakan dirinya dan dunia ini seluruhnya. Perjalanan kepada tujuan itu harus

dilandasi rasa ikhlas dan bersih dari segala amal dan niatnya yang dilakukan dengan

cara memperbanyak zikir kepada Allah (Abubakar Aceh, 1992:64).

Pusat kegiatan tarekat di dunia Islam dikenal antara lain dengan nama ribath,

zawiyah, tekke, darqah. Anggota tarekat dapat dibedakan menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama adalah mereka yang bermukim dalam ribat serta memusatkan

perhatian sepenuhnya pada ibadah. Kelompok kedua adalah mereka yang tinggal di

luar ribath dan tetap melakukan pekerjaan sehari-hari, namun pada waktu tertentu

Page 34: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

berkumpul di ribath untuk mengikuti pelatihan spiritual tertentu. Murid yang

menjadi tingkat lanjutan tertentu biasanya diberi ijazah dan diperbolehkan keluar dari

ribath yang kemudian biasanya mendirikan ribath baru di tempat lain dengan cara

menjadi mursyid bagi murid-muridnya. Dengan cara inilah pengikut tarekat semakin

banyak dan menyebar hingga membentuk suatu jaringan yang signifikan (Lubis,

2005:4-5).

E. Tarekat Naqsyabandiyah

Penyelenggaraan tarekat merupakan salah satu perkembangan yang menarik

dalam perkembangan di Nusantara kita. Melalui pengikut tarekat, Islam di Indonesia

berkembang pesat, oleh karena itu pada paruh abad ke-17 berkembanglah beberapa

aliran tarekat, di antaranya tarekat Naqsyabandiyah yang berkembang di daerah Aceh

(Fang, 1994: 41).

"Naqsyabandiyah" menurut Syekh Najmuddin Amin Al Kurdi dalam

kitabnya Tanwirul Qulub berasal dari dua kata dalam bahasa Arab, yaitu "naqsyi"

yang berarti "ukiran atau gambar" yang dicap pada sebatang lilin atau benda lainnya,

dan kata "band" yang berarti "bendera atau layar besar". Jadi, Naqsyabandiyah dapat

diartikan sebagai ukiran atau gambar yang terlukis pada suatu benda, melekat, tidak

terpisah lagi, seperti tertera pada sebuah bendera atau spanduk besar (Ahmad Fuad

Said, 2005:5)

Orang yang memberi tarekat Naqsyabandiyah adalah Syekh Bahauddin

Naqsyabandi, berasal dari tradisi Asia Tengah yang merupakan keturunan Yusuf

Hamdhani (Shcimmel, 2000:462). Sebagian ahli sejarah menyatakan bahwa

Page 35: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

"naqsyiban" merupakan nama sebuah negeri di Turkistan, tempat lahir Syeh

Bahauddin. Selanjutnya Syekh Ahmad Khatib bin Abdul Latif dalam kitabnya ayātu

'l-Baiyinaat halaman 23 menyatakan bahwa Tarekat Naqsyabandiyah ialah tarekat

Nabi Muhammad yang diajarkan dan diasuh oleh Bahauddin Naqsyabandi dan

diamalkan oleh murid-muridnya. Syekh Bahauddin mengajarkan kepada murid-

muridnya untuk mengamalkan tiga ilmu, yaitu tauhid, fikih dan tasawuf. Berbeda

nama tarekat berarti berbeda orang yang melaksanakannya, sehingga berbeda pula

wirid yang datang dari nabi Muhammad yang dipakai mereka (Ahmad Fuad Said,

2005:6).

Aliran-aliran tarekat diketahui banyak jenisnya, namun terdapat perbedaan

yang khas dalam pelaksanaan peribadatannya. Ibadah yang membedakan antara

aliran-aliran tarekat adalah zikir.

Amalan pokok paling mendasar bagi penganut tarekat Naqsabandiyah adalah

zikir untuk mengingat Allah. Menurut Ahmad Fuad Said zikir itu terbagi menjadi

dua, yaitu zikir qalbi (hati) dan zikir lisan (lidah). Zikir dengan lidah ialah menyebut

Allah dengan berhuruf dan bersuara. Zikir dengan hati ialah mengingat atau

menyebut Allah dalam hati, tidak berhuruf dan tidak bersuara (2005:17). Penganut

Tarekat Naqsyabandiyah memilih zikir qalbi, karena peranan hati dalam kehidupan

sangat menentukan. Hati adalah tempat iman, sumber pancaran cahaya dan penuh

dengan rahasia. Jika hati baik, niscaya anggota tubuh yang lain akan menjadi baik,

jika hati buruk maka buruklah anggota badan yang lain (Ahmad Fuad Said, 1996:53).

Pelaksanaan zikir dalam Tarekat Naqsyabandiyah adalah dengan zikir qalbi.

Adapun zikir qalbi terbagi menjadi dua, yaitu zikir Ismu Zat dan zikir Nafi Isbat.

Page 36: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Zikir Ismu Zat yaitu zikir dengan menyebut nama zat Allah yaitu Allāh Allāh. Zikir

Nafi Isbat adalah zikir dengan mengucap Lā ilāha illa 'l-Lāh. Variasi lain yang

diamalkan oleh pengikut Tarekat Naqsyabandiyah yang lebih tinggi tingkatannya

adalah zikir Lathaif. Melalui zikir ini, orang memusatkan kesadarannya, yakni

membayangkan nama Allah itu bergetar dan memancarkan panas, berturut-turut pada

tujuh titik halus (Bruinessen, 1992:80-81). Ketujuh tempat tersebut adalah: 1) latifatu

'l-qalbi yang merupakan sentral dan rohaniah manusia dan merupakan induk dari

lathifah-lathifah lainnya yang terletak dua jari di bawah susu kiri dan satu jari arah

ke kiri (hati sanubari manusia sendiri), 2) latifatu 'r-Ruh terletak dua jari di bawah

susu kanan dan satu jari arah ke kanan, 3) latifatu 's-Sirri terletak dua jari di bawah

susu kiri dan satu jari arah ke kanan, 4) latifatu 'l-Khafi terletak dua jari di bawah

susu kanan dan satu jari ke arah dalam dari susu kanan, 5) latifatu 'l-Akhfa yang

terletak di tengah-tengah dada kita, 6) latifatu 'n-Natika terletak di ubun-ubun dan

berhubungan dengan otak jasmani, 7) latifatu kullu 'l-Jasad yaitu menzikirkan

seluruh latifah-latifah dan seluruh anggota badan serta ruas-ruasnya dari ujung

rambut sampai ujung kuku (Djamaan Nur, 2004: 264-268).

Latihan mistik lain yang terdapat dalam Tarekat Naqsyabandiyah di samping

amalan yang berupa zikir adalah muraqabah. Muraqabah ini berarti menjaga atau

merasa dirinya selalu diawasi oleh Allah dalam segala sikap dan hukum Allah. Sikap

batin ini timbul dengan membangkitkan kepekaan rasa pada kesenantiasaan Allah

melihat segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia (Al-Qusyairy, 2002:286).

Page 37: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

F. Kerangka Pikir

Naskah RBTNA merupakan salah satu hasil sastra lama warisan nenek

moyang yang di dalamnya menyimpan sejumlah informasi penting. Usaha

penyelamatan dan penggalian informasi terhadap naskah RBTNA sangat perlu

dilakukan mengingat kondisi naskah dan kepentingan isinya yang memuat ajaran

agama. Adapun usaha yang dapat dilakukan adalah dengan menerbitkan suntingan

teks yang mudah dibaca dan mudah dipahami oleh masyarakat dengan

mentransliterasikannya dari huruf Arab Melayu ke dalam huruf Latin.

Teks RBTNA termasuk dalam kategori sastra kitab. Stuktur teks Sastra kitab

mempunyai kekhasan tersendiri dibanding dengan sastra fiksi pada umumnya.

Pengkajian teks RBTNA adalah dengan mendeskripsikan struktur teks sebagaimana

struktur teks sastra kitab.

Dalam rangka interpretasi teks maka analisis terhadap kandungan teks perlu

dilakukan untuk mengungkap dan memahami teks. Dengan demikian, isi

(kandungan) naskah dapat dibaca dengan mudah dan dapat menambah wawasan

pembaca tentang ajaran Tarekat Naqsyabandiyah yang termuat dalam teks RBTNA.

Naskah RBTNA

Suntingan Teks RBTNA

Analisis Struktur Teks RBTNA Analisis isi

Pelestarian terhadap hasil budaya bangsa

dan tambahan wawasan bagi pembaca

Page 38: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah RBTNA dengan nomor kode

ML 479 F (huruf F menunjukkan urutan nomor teks yang terdapat dalam deskripsi

naskah Aneka Karangan), yang berada pada halaman 98–108. Naskah RBTNA

ditulis dalam bahasa Melayu dengan huruf Arab-Melayu. Naskah ini diperoleh dari

Perpustakaan Nasional Jalan Salemba Raya 28 A Jakarta.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara kerja yang bersistem untuk memulai

pelaksanaan suatu kegiatan penelitian untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

(Sangidu, 2004:13). Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, yaitu

penelitian yang data-datanya bukan berdasarkan angka-angka tetapi berdasarkan

konsep-konsep, kategori-kategori, dan bersifat abstrak. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1. Metode Filologis

Berdasarkan inventarisasi naskah yang dilakukan dengan studi katalog, dapat

diketahui bahwa naskah RBTNA merupakan naskah tunggal. Penyuntingan

naskah dalam penelitian ini akan menggunakan metode penyuntingan naskah

tunggal. Adapun metode penyuntingan naskah yang digunakan peneliti untuk

Page 39: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

menyunting naskah RBTNA adalah metode edisi strandar. Metode edisi standar

yaitu menyunting teks dengan membetulkan kesalahan-kesalahan kecil dan

ketidakajegan. Ejaannya disesuaikan dengan ejaan yang berlaku dalam bahasa

sasaran (Bahasa Indonesia). Tulisan-tulisan yang rusak, salah atau kosong

sepanjang masih dapat direkonstruksi sedapat mungkin diperbaiki. Pembetulan

dilakukan atas dasar pemahaman yang sempurna sebagai hasil dari perbandingan

dengan naskah-naskah yang sejenis dan sezaman (Siti Baroroh Baried, 1994:68).

Setiap perbaikan yang dilakukan akan dipertanggungjawabkan dengan memberi

penjelasan mengenai kesalahan-kesalahan teks yang dicatat khusus, misalnya

memberikan penjelasan di dalam pengantar suntingan, memakai catatan kaki

(footnote) agar dapat diperiksa dan diperbandingkan dengan bacaan naskah

sehingga masih memungkinkan penafsiran lain oleh pembaca, sehingga

pertanggungjawaban atau setiap perbaikan yang dilakukan oleh penyunting akan

memberikan tambahan bobot atau kualitas keilmiahan yang menurut pertimbangan

keilmiahan dirasa lebih tepat (Sholeh Dasuki, 1999:61).

2. Metode Struktural

Naskah Aneka Karangan teks RBTNA termasuk ke dalam kategori Sastra

Kitab. Pengkajian teks RBTNA adalah dengan menggunakan metode deskriptif.

Metode deskriptif yaitu memberikan uraian yang menjadi masalah, menganalisa,

dan menafsirkan data yang ada. Mendeskripsikan struktur (struktur Sastra Kitab)

di sini dengan menggunakan pendekatan intrinsik, yaitu pendekatan yang berusaha

menafsirkan dan menganalisis karya itu sendiri sebagai suatu totalitas. Dalam

rangka interpretasi teks maka digunakan analisis isi yang berusaha mengungkap,

Page 40: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

memahami teks. Analisis isi merupakan strategi untuk menangkap pesan suatu

karya sastra. Analisis ini digunakan apabila hendak mengungkap, memahami dan

menangkap pesan karya sastra. Dengan demikian, isi (kandungan) naskah dapat

dibaca dengan mudah dan diketahuai oleh para pembaca.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Teknik pengumpulan

data dalam penelitian ini adalah studi pustaka (library reseach), yaitu penelitian yang

menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Jenis penelitian

dengan menggunakan studi pustaka akan lebih tepat jika menggunakan teknik simak

dan catat sebagai teknik pengumpulan datanya. Teknik simak adalah metode yang

berupa penyimakan atau dilakukan dengan menyimak. Teknik simak tersebut

digunakan untuk mengumpulkan data tertulis. Setelah dilakukan penyimakan,

kemudian data dicatat dengan teknik catat. Teknik catat dilakukan untuk mencatat

bentuk-bentuk kesalahan salin-tulis yang terdapat di dalam teks RBTNA.

D. Data

Data dalam penelitian ini berupa kosa kata tertentu di dalam teks RBTNA

yang termasuk ke dalam kesalahan salin-tulis yang terjadi pada waktu penyalinannya.

Bentuk-bentuk kesalahan yang biasa terjadi dalam penulisan naskah lama di

antaranya seperti lakuna, adisi, ditografi, transposisi, subtsitusi, dan lain-lain.

Page 41: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

E. Teknik Analisis Data

Dalam analisis data digunakan jalinan sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Pada tahap ini data yang masih mentah dipilih untuk disederhanakan

kemudian digolongkan, dibuang yang tidak perlu, diorganisasikan sehingga

kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Data kualitatif dapat

disederhanakan dan ditransformasikan melalui ringkasan atau uraian singkat.

Misalnya, dalam penelitian ini data-data yang termasuk ke dalam bentuk

kesalahan salin-tulis dalam naskah dipilih untuk kemudian digolong-golongkan

sesuai dengan bentuk kesalahan salin-tulis.

b. Penyajian Data

Data yang telah disederhanakan dan ditransformasikan tersebut dianalisis

berdasarkan acuan-acuan ilmiah yang sesuai dengan pokok permasalahan.

c. Penarikan Simpulan

Berdasarkan reduksi data dan penyajian data, penarikan simpulan dari

keseluruhan hasil penelitian terhadap naskah diambil secara induktif. Penarikan

simpulan secara induktif adalah penarikan kesimpulan dengan berfikir

berdasarkan pengetahuan yang bersifat khusus ke pengetahuan yang bersifat

umum. Selain itu, penarikan kesimpulan harus diuji kembali (verifikasi) dimulai

dari pengumpulan data, reduksi data, dan penyajian data agar diperoleh

simpulan yang tepat.

Ketiga komponen tersebut merupakan tiga hal utama yang jalin-menjalin pada

saat, sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar.

Page 42: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Aktivitas ketiga komponen berbentuk interaksi dengan proses siklus, sehingga dapat

dibuat skema sebagai berikut:

( Miles, 1992: 20 )

PENGUMPULAN DATA

PENYAJIAN DATA REDUKSI DATA

PENARIKAN KESIMPULAN

Page 43: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

BAB IV

SUNTINGAN TEKS

A. Inventarisasi Naskah

Inventarisasi naskah merupakan kegiatan mendaftar semua naskah yang ada.

Kegiatan ini dapat ditempuh dengan dua cara. Cara yang pertama dapat ditempuh

melalui studi katalog, yaitu dengan mengumpulkan seluruh informasi mengenai

naskah dari semua katalogus naskah yang ada. Cara yang kedua yaitu dengan studi

lapangan. Studi lapangan dapat dilakukan dengan cara terjun ke lapangan langsung

untuk mengumpulkan seluruh informasi mengenai naskah dari berbagai

perpustakaan, museum atau perorangan yang diketahui memiliki atau menyimpan

naskah. Dalam penelitian ini, inventarisasi naskah hanya dilakukan melalui studi

katalog. Berdasarkan hasil studi katalog diketahui bahwa teks RBTNA termasuk

naskah tunggal. Hasil studi katalog yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Katalogus Koleksi naskah Melayu Museum Pusat yang ditulis oleh Amir

Sutaarga, et.al pada tahun 1972.

2. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 5A yang ditulis oleh Edi S

Ekadjati dan Undang A Darsa, tahun 1999.

3. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 4 yang ditulis oleh TE Behrend,

tahun 1998.

4. Malaische en Minangkabausche Hansshriften in de Leidsche Universiteis-

Bibliotheek oleh Van Ronkel, tahun 1921.

Page 44: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

5. Malay Manuscripts a Bibliographical Guide oleh Joseph H Howard, tahun

1966.

6. Direktori Edisi Naskah Nusantara oleh Edi S Ekadjati (penyunting), tahun

2000.

7. Katalog Naskah Buton: Koleksi Abdul Mulku Zahari oleh Achadiati Ikram,

Tjiptaningrum F Hassan, dan Dewaki Kramadibrata yang terbit pada tahun

2002.

8. Catalogue of Malay and Minangkabau Manuscripts oleh Joan de Lijster Streef

dan Jan Just Witkam yang diterbitkan di Leiden oleh Legatum Warnerianum in

Leiden University Library, tahun 1998.

Dari hasil inventarisasi naskah melalui studi pada kedelapan katalog-katalog

tersebut di atas, teks RBTNA hanya tercantum dalam Katalogus Koleksi Naskah

Melayu Museum Pusat dalam naskah Aneka Karangan ML 479 pada halaman 315-

316.

B. Deskripsi Naskah

Tahap kedua yang harus dilalui dalam rangka kerja penelitian filologi adalah

membuat uraian atau deskripsi naskah. Deskripsi naskah berarti menguraikan hal-

hal mengenai naskah dan pokok-pokok isi naskah secara terperinci untuk

mengetahui keadaan naskah dan sejauh mana isi naskah. Deskripsi naskah dalam

penelitian ini meliputi; 1) judul naskah, 2) nomor naskah, 3) tempat penyimpanan

naskah, 4) asal naskah, 5) keadaan naskah, 6) ukuran naskah, 7) tebal naskah, 8)

Page 45: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

jumlah baris pada setiap halaman naskah, 9) huruf, aksara, tulisan, 10) cara

penulisan, 11) bahan naskah, 12) bahasa naskah, 13) bentuk teks, 14) umur naskah,

15) identitas pengarang kitab, dan penyalin, 16) fungsi sosial teks, dan 16) catatan-

catatan lain.

Berikut ini akan disajikan deskripsi naskah teks RBTNA secara terperinci:

1. Judul Naskah

Teks RBTNA merupakan salah satu dari delapan teks yang terdapat pada

naskah Aneka Karangan. Menurut Katalogus Koleksi Naskah Melayu yang

dikarang oleh Amir Sutaarga et.al, teks RBTNA diberi judul Tarekat

Naqsyabandiyah dan Kitab Syekh Abdullah. Pemberian keterangan oleh Amir

Sutaarga tersebut dinilai kurang sesuai karena mengandung beberapa kelemahan.

Adapun alasan kurang sesuainya pemberian judul oleh Amir Sutaarga telah

dikemukakan pada latar belakang masalah. Berdasarkan hasil pembacaan yang

lebih teliti, pada bagian pendahuluan teks RBTNA ditemukan sebuah keterangan

yang memuat keterangan judul teks. Keterangan judul teks berbunyi:

Dan aku akan kitab ini seperti kitab yang mustaqal pada bahasa Jawi. Wa sammaituhu risālata 'l-badī‘iyyah fī tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati 'l-‘āliyah. Dan aku namai akan dia Risālata 'l-Badī‘iyyah fī Tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati 'l-‘Āliyah artinya risalah yang indah pada menyatakan tarekat Naqsyabandi // yang tinggi (RBTNA:2-3).

Berdasarkan kutipan di atas, dapat diketahui bahwa penyalin naskah (Haji

Abbas) memberikan judul kitab salinannya pada bahasa Melayu dengan judul

yang cukup jelas pada pendahuluan teks. Oleh karena itu judul teks yang

diberikan oleh Amir Sutaarga perlu disesuaikan dengan judul asli teks yaitu,

"Risālata 'l- Badī‘iyyah fī Tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati 'l-‘Āliyah".

Page 46: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

2. Nomor Naskah

Teks RBTNA bernomor naskah ML 479 F. ML merupakan singkatan dari

Melayu, kode koleksi naskah Melayu di Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia, terdaftar dengan nomor ML 479, huruf F merupakan tambahan dari

peneliti yang menunjukkan urutan nomor teks yang terdapat dalam naskah Aneka

Karangan.

3. Tempat Penyimpanan Naskah

Naskah RBTNA tersimpan sebagai salah satu koleksi naskah Melayu yang

berada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jalan Salemba Raya 28A,

Jakarta, Indonesia.

4. Asal Naskah

Di dalam naskah RBTNA tidak terdapat keterangan yang menyatakan tentang

asal naskah.

5. Keadaan Naskah

Keadaan naskah RBTNA masih utuh dan lengkap, artinya tidak terdapat

lembaran-lembaran naskah yang hilang atau rusak, menggunakan kertas impor

(deskripsi naskah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, penyunting

Fathmi), tulisan masih jelas terbaca, ditulis dengan menggunakan tinta warna

hitam dan merah. Naskah RBTNA merupakan naskah yang telah dijilid.

Penjilidan masih dalam keadaan baik (utuh) dan dijilid dengan menggunakan

karton berwarna coklat tua.

Page 47: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

6. Ukuran Naskah

a. Ukuran lembaran naskah

p x l : 16 x 22,5 cm

b. Ukuran lembaran teks

p x l : 9 x 15,5 cm

7. Tebal Naskah

Naskah Aneka Karangan memiliki jumlah halaman keseluruhan 150 halaman

dan tidak terdapat halaman yang kurang maupun kosong. Naskah RBTNA

berjumlah 10 halaman mulai dari halaman 98 sampai dengan halaman 108.

8. Jumlah Baris pada Setiap Halaman Naskah

Pada naskah RBTNA, jumlah baris pada setiap halaman adalah 19 baris.

9. Huruf, Aksara, dan Tulisan

a. Jenis tulisan

Jenis tulisan yang dipakai adalah Arab Melayu (Jawi/ Pegon).

b. Ukuran huruf

Ukuran huruf yang dipakai pada naskah RBTNA relatif berukuran

sedang (medium).

Page 48: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

c. Bentuk huruf

Bentuk huruf yang dipakai pada naskah RBTNA memakai bentuk tegak.

d. Keadaan tulisan

Keadaan tulisan pada naskah RBTNA masih cukup baik dan jelas untuk

dibaca. Ada beberapa tulisan yang sulit dibaca karena tidak jelas. Pada

tulisan-tulisan yang salah, terdapat tulisan yang dicoret oleh pengarang

karena salah tulis. Kata-kata yang tertulis dengan tinta warna merah pada

hasil print-out kurang jelas tulisannya.

e. Jarak antar huruf

Jarak antar huruf pada naskah RBTNA termasuk renggang.

f. Goresan Pena

Goresan pena dalam teks RBTNA tampak tebal.

g. Warna tinta

Warna tinta yang digunakan pada naskah RBTNA adalah tinta warna

hitam dan merah. Tinta merah hanya dipakai untuk menulis kata-kata khusus

seperti kata-kata tumpuan dan kalimat zikir, selebihnya kata-kata yang lain

menggunakan tinta warna hitam.

Page 49: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

h. Pemakaian tanda baca

Peneliti tidak menemukan tanda baca standar seperti tanda titik ataupun

koma dalam naskah RBTNA. Di dalam naskah terdapat kata-kata tumpuan

yang berfungsi sebagai pembatas antarkalimat dan antaralenia, misalnya kata

dan, maka, kemudian daripadanya, adapun.

10. Cara Penulisan

a. Penempatan tulisan pada lembar naskah

Cara penulisan pada lembar naskah RBTNA yaitu teks ditulis dari arah

kanan ke kiri, cara seperti ini mengikuti cara penulisan huruf Arab. Penulisan

teks pada lembaran naskah secara bolak-balik. Kedua sisi halaman pada

setiap lembar naskah ditulisi semua. Cara penulisan seperti ini biasanya

disebut dengan istilah recto dan verso.

b. Pengaturan ruang tulisan

Pengaturan ruang tulisan pada naskah RBTNA terbentuk secara bebas,

tidak ada pembatas, misalnya garis yang mengatur ruang tulisan. Pada

halaman terakhir pada naskah RBTNA ruang tulisan dibuat berbeda dengan

halaman-halaman sebelumnya. Pengaturan ruang tulisan pada halaman

terakhir (halaman 108) tulisan diatur sedemikian rupa hingga membentuk

segitiga.

c. Penomoran naskah

Penomoran naskah pada naskah merupakan tambahan orang lain dengan

menggunakan pensil yang ditulis di pojok kanan atas.

Page 50: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

11. Bahan Naskah

Bahan naskah adalah kertas. Kertas naskah sudah berwarna kecoklat-coklatan

karena dimakan usia. Watermark kertas tidak tampak dengan jelas karena bahan

naskah yang lapuk, sehingga kapan tahun pembuatan kertas dan kertas buatan

mana tidak dapat diketahui secara pasti.

12. Bahasa Naskah

Bahasa yang digunakan dalam naskah RBTNA adalah bahasa Melayu klasik,

misalnya terdapat pemakaian kosa kata seperti memaca, dulapan, mengata, dan

lain-lain, yang menunjukkan gejala ejaan yang menandai kurun waktu tertentu.

Selain itu, di dalam teks banyak digunakan istilah Arab, misalnya shalla 'l-Lāhu

‘alaihi wa sallam, muhammadu 'r-Rasūlu 'l-Lāh, wa 'l-Lāhu ‘alamu bi 'sh-

shawāb, subhānahu wa ta‘āla, dan lain-lain.

13. Bentuk Teks

Bentuk teks yang digunakan pada teks RBTNA adalah bentuk prosa.

14. Umur Naskah

Berdasarkan kolofon dan keterangan pada pendahuluan naskah, naskah

RBTNA selesai ditulis pada tahun 1258 H. Keterangan pada pendahuluan teks

tersebut berbunyi:

Falammā kānat hijratu 'n-Nabiyyi shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, samāniyata wa 'l-khamsīna wa 'l-mi’ataini ba‘da 'l-alfi faqad thalaba ilainā mirāran ba‘dhu 'l-ahibbā’i an naqla kitāba 'l-imāmi 'l- ‘ālimi 'l- walī ahli 'sh-Shūfī wa huwa 'sy-Syaikhu ‘Abdallah Ad-Dihlawi ilā lisānu 'l-Jāwi. Adapun kemudian dari itu maka tatkala adalah hijratu 'n-

Page 51: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Nabiyyi shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam dua ratus lima puluh dulapan tahun kemudian daripada seribu tahun….(RBTNA:1). Adapun keterangan pada kolofon berbunyi, "Wa kanā 'l-farāgha min rasmi

hazihi 'r-Risālah fī Makkati 'l-Musyarafah ‘āma 'l-mazkur. Dan adalah selesai

daripada mengarang risalah ini dalam negeri Mekah yang mulia dalam tahun

yang telah tersebut"(RBTNA:10). Kalimat dalam tahun yang telah tersebut

mengacu keterangan pada pendahuluan teks, yaitu keterangan tahun 1258 H.

Tahun 1258 H = 1842 M. Jika dihitung sejak naskah selesai ditulis sampai

sekarang (2006) maka umur naskah RBTNA mencapai164 tahun.

15. Identitas Penyalin Naskah

Naskah RBTNA ini merupakan salinan dari kitab karangan Syekh Abdallah

Dihlawi dari India. Hal tersebut dinyatakan di dalam teks yang berbunyi:

…makasanya minta kepada kami berulang-ulang beberapa kali oleh setengah kekasihan aku bahwa aku pindah kitab imam yang alim lagi wali Allah yang ahli 'sh-Shūfī, dan yaitu Syekh Abdallah Dihlawi nama negerinya. Wa kāna fī kitābi 'l- mazkūri mubayyinan li tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati 'l-‘āliyah, dan adalah dalam // kitab yang tersebut menyata(kan) bagi Tarekat Naqsyabandiyah yang tinggi (RBTNA:1).

Kolofon yang berbunyi, "Qāla 'l-mu’allifu 'l-kharij ‘Abbas Al Asyi. Telah

mengata oleh mualif yaitu Haji Abbas namanya, Aceh nama negerinya. Wa kāna

'l-farāgha min rasmi hazihi 'r-Risālah fī Makkati 'l-Musyarafah ‘āma 'l-mazkur.

Dan adalah selesai daripada mengarang risalah ini dalam negeri Mekah yang

mulia dalam tahun yang telah tersebut" (RBTNA:10), dapat diketahui bahwa

kitab ini disalin dan sekaligus milik Haji Abbas dari Aceh yang tinggal di

Mekah.

Page 52: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

16. Fungsi Sosial Teks

Fungsi sosial teks RBTNA adalah untuk sarana dakwah. Selain sebagai

sarana dakwah, teks RBTNA juga berfungsi untuk meningkatkan dan

mempertebal keimanan khususnya bagi para penganut Tarekat Naqsyabandiyah

karena berisi tentang ajaran Tarekat Naqsyabandiyah.

17. Catatan Lain

Catatan yang dapat ditambahkan pada deskripsi naskah RBTNA adalah

nomor mikrofilm naskah ini. Naskah RBTNA bernimor mikrifilm Rol 429. 06,

665. 06.

B. Ikhtisar Isi Teks

Halaman I Pendahuluan terdiri dari:

1 A1: a. Basmalah

1 b. Hamdalah, puji-pujian kepada Allah.

1

1

1

2

2-3

3

B1:

C1:

c. Selawat atas nama Nabi Muhammad Shalla 'l-Lāhu

‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabat.

Kata Ammā ba‘du yang berarti 'adapun kemudian dari itu'.

a. Latar belakang penyalinan kitab

c. Motivasi penyalinan kitab

d. Judul teks

e. Harapan penyalinan kitab

Page 53: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

II Isi terdiri dari:

3-4

4-6

6-7

A2: Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah:

a. Penjelasan bagi sālik sebelum mengamalkan zikir

Tarekat Naqsyabandiyah.

b. Penjelasan mengenai zikir lathaif

c. Penjelasan mengenai zikir nafi isbat

7

8-10

10

d. Penjelasan zikir khafi dan zikir dengan jahar

e. Penjelasan kepada sālik tentang jalan untuk sampai

kepada Allah Taala (ma`rifatullah)

f. Saran

III Penutup terdiri dari:

10

A3: Identitas penyalin naskah:

a. Nama penyalin

b. Tempat selesainya menyalin naskah

c. Waktu selesainya menyalin naskah

d. Doa

e. Kata Tamma

D. Kritik Teks

Dalam pelaksanaan tugas seorang filolog, bagian yang terpenting dari

pekerjaannya adalah kritik teks. Menurut Sholeh Dasuki, kritik teks adalah suatu

kegiatan menilai teks sebagaimana adanya. Kegiatan kritik teks ini dilakukan karena

dilatarbelakangi oleh adanya tradisi salin-menyalin teks yang memungkinkan

Page 54: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

timbulnya salin tulis, dan melalui kritik teks kita mendapat teks (bacaan) yang benar

yaitu bacaan yang mendekati aslinya (1992:177). Tujuan kritik teks adalah

menelusuri kembali suatu naskah dalam keadaan seasli mungkin, dengan jalan

membandingkan dengan naskah-naskah sejenis dalam segi dan aspeknya, mulai dari

bentuk tulisan, ejaan, leksikologi, morfologi, sintaksis sampai kepada isi ceritanya

(Yuliana Agussalim, 1995:13)

Kegiatan kritik teks sangat memperhatikan kelainan bacaan yang ada dalam

teks. Kelainan bacaan tersebut disebabkan oleh perubahan yang dilakukan oleh

penyalin. Perubahan-perubahan itu merupakan kesalahan salin tulis baik sengaja

maupan tidak disengaja. Kegiatan salin-menyalin teks tersebut menyebabkan korupsi

atau rusak bacaan tidak dapat dihindari (Darusuprapto, 1984: 7).

Bentuk-bentuk kesalahan yang biasa terjadi dalam penulisan naskah lama,

dinamakan dengan istilah-istilah filologi sebagai berikut:

1. Lakuna, yaitu pengurangan huruf atau suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, dan

paragraf.

2. Adisi, yaitu penambahan huruf atau suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, dan

paragraf.

3. Ditografi, yaitu perangkapan huruf atau suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat,

dan paragraf.

4. Substitusi, yaitu penggantian huruf atau suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat,

dan paragraf.

5. Transposisi, yaitu perpindahan letak huruf atau suku kata, kata, frasa, klausa,

kalimat, dan paragraf.

Page 55: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Dalam naskah RBTNA ditemukan empat bentuk kesalahan yaitu lakuna,

adisi, ditografi, dan substitusi. Selain ketiga bentuk kesalahan diatas ditemukan pula

bentuk kesalahan ketidakkonsistenan penulisan kata adalah. Perincian kesalahan

salin tulis dari masing-masing kasus dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 1 Lakuna

No. Hlm / Baris Naskah Latin Edisi

menyata menyatakan میات 1 / 2 1

sililah silsilah سلیلة 15 / 3 2

ampuan ampunan امفون 7 / 4 3

ثلید 3 / 5 4 lidanya lidahnya

mathluwī mathlūbī مطلوى 6 / 7 5

Tabel 2 Adisi

No. Hlm / Baris Naskah Latin Edisi

adapat dapat ا دا فت 9 / 3 1

لھثكمل 15 / 4 2 kamilislihī kamislihī

dishditashawwur ditashawwur د ص د تصور 7 / 8 3

Tabel 3

Ditografi

No. Hlm / Baris Naskah Latin edisi

ada adalah adalah اداد لة 9 / 4 1

Page 56: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Tabel 4 Substitusi

No. Hlm / Baris Naskah Latin edisi

1

2

3

4

5

2 / 7

2 / 16

3 / 1

6 / 2

6 / 14

عن

البد بقیة

یا

قالب

سیاءل

‘an

'l-badabaqiyah

qālab

saya’alu

min

'l-badī‘iyyah

kullu 'l-jasad

as’alu

Selain kesalahan seperti lakuna, ditografi, adisi, substitusi, dan transposisi,

terdapat pula ketidakkonsistenan penulisan kata adalah. Adakalanya kata adalah

ditulis dengan tulisan اد الة, namun kadang pula ditulis اد لة. Ketidakkonsistenan dalam

penulisan kata adalah yang menggunakan tulisan اد لة terdapat pada beberapa bagian

saja, sedangkan penulisan kata adalah yang lain menggunakan tulisan اد الة. Berikut

ini adalah rinciannnya.

Tabel 6 Ketidakkonsistenan Kata adalah

No. Hlm / Baris Tulisan Edisi

adalah اد لة 13 / 2 ,9 / 2 1

E. Suntingan Teks

Menyunting merupakan kegiatan menyiapkan naskah siap cetak untuk

diterbitkan dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa.

Bahasa disini sudah menyangkut ejaan, diksi, dan struktur (KBBI:871).

Page 57: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Suntingan teks yang disediakan dalam penelitian ini adalah suntingan teks

RBTNA yang mendekati asli dan telah dibebaskan dari segala macam kesalahan

yang terjadi pada waktu penyalinannya, sehingga teks RBTNA dapat dipahami

sebaik-baiknya. Suntingan teks RBTNA dilakukan dengan mentransliterasikannya

dari huruf Arab ke dalam huruf Latin agar mudah dibaca dan dipahami oleh

masyarakat luas. Setiap perbaikan yang dilakukan oleh penyunting diberi penjelasan

pada pengantar suntingan, memakai catatan kaki (footnote) agar dapat diperiksa dan

diperbandingkan dengan bacaan naskah, sehingga memungkinkan penafsiran lain

oleh pembaca. Dengan demikian kebenaran isinya dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah.

Dalam transliterasi teks RBTNA disajikan dengan menggunakan tanda-tanda

sebagai berikut.

1. Tanda garis miring dua ( // ), digunakan untuk menunjukkan pergantian

halaman.

2. Kata, frase atau kalimat yang diberi angka (1, 2, 3,……), di kanan atas

dapat dilihat didalam catatan kaki.

3. Angka (1, 2, 3,.….), yang terdapat pada sisi pias kanan teks, menunjukkan

halaman naskah

4. Tanda kurung dua [ ], menunjukkan penghilangan huruf atau suku kata

oleh penyunting

5. Tanda kurawal { }, menunjukkan skolia atau kekurangan teks yang

tercatat pada pias teks.

6. Tanda hubung ---, menunjukkan teks tidak dapat dibaca oleh penyunting .

Page 58: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Pedoman ejaan yang digunakan dalam suntingan RBTNA ini adalah sebagai

berikut.

1. Ejaan dalam suntingan ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah dalam

Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

2. Kosa kata yang berasal dari bahasa Arab yang sudah diserap dalam Bahasa

Indonesia disesuaikan dengan EYD.

3. Kosa kata arkhais dan kosa kata yang menunjukkan ciri khas bahasa asal

(Melayu) ditulis miring.

4. Istilah-istilah dan kosa kata dalam bahasa Arab yang belum diserap ke

dalam bahasa Indonesia sesuai dengan pedoman transliterasi dan ditulis

miring.

5. Penulisan kata ulang disesuaikan dengan EYD.

Pedoman transliterasi yang digunakan dalam suntingan teks RBTNA adalah

sebagai berikut.

1. Huruf ain ( ع ) yang terletak di tengah dan disukunkan, diedisikan

menjadi (k) pada kosa kata yang telah diserap dalam bahasa Indonesia,

dan ( ) ‘ jika terdapat pada kosakata yang belum diserap.

2. Kata-kata bahasa Arab yang belum diserap dalam bahasa Indonesia

diedisikan dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Tasydid ّ dilambangkan dengan huruf rangkap.

Misalnya : عر و جل ‘azza wa jalla

Page 59: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

b. Tanda maddah (panjang) alif ( ا ), wawu ( و ), dan ya ( ي ) sebagai

penanda vokal panjang diedisikan memberi garis datar di atasnya.

Misalnya: ā, ī, ū

c. Kata sandang ( ا ل )yang diikuti huruf qomariah diedisikan dengan /al-/,

apabila terletak di awal kalimat. Apabila terletak di tengah kalimat atau

frase maka diedisikan dengan /'l-/, sedangkan kata sandang ( ا ل ) yang

diikuti huruf syamsyiah diedisikan menjadi huruf syamsyiah yang

mengikutinya.

3. Huruf-huruf pendiftong, yaitu ( ا و( dan ai ( ا ي ) ditulis dengan vokal (au)

untuk ا و dan vokal (ai) untuk ا ي

4. Ta marbuthah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan

dhammah, ditransliterasikan (t) atau (h), untuk hamzah ( ء ) mati di

transliterasikan dengan huruf (k). Misalnya: رحمة - rahmat

5. Suku kata akhir yang hidup atau mendapat harakat fatkah, kasrah, dan

dhammah, pada akhir kalimat ditransliterasikan mati mengikuti huruf

konsonan yang mengikutinya. Misalnya: الرحیم 'r-Rahīm.

Pedoman transliterasi yang digunakan dalam suntingan teks RBTNA

mengacu pada pedoman transliterasi yang disusun oleh Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang menjadi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta) nomor 6. Namun, karena tidak semua fonem tercakup

dalam sistem transliterasi IAIN Syarif Hidayatullah, maka ditambah dan dilengkapi

dengan beberapa fonem-fonem untuk bahasa Melayu.

Page 60: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Tabel 7 Pedoman transliterasi

Huruf Nama Latin Huruf Nama Latin

ghain gh غ alif a ا

fa f ف ba b ب

qaf q ق ta t ت

kaf k ك sa s ث

lam l ل jim j ج

mim m م ha h ح

nun n ن kha kh خ

wau w و dal d د

ha h ه zal z ذ

’ hamzah ء ra r ر

ya y ي zain z ز

g ک sin s س

c چ syin sy ش

ng غ shad sh ص

ny پ dhad dh ض

p ف tha th ط

zha zh ظ

‘ ain ع

Sumber: Heijer, Johannes den. 1992:5-6

Page 61: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Suntingan Teks

Bismi 'l- Lāhi 'r-Rahmāni 'r-Rahīm. Al-hamdu li 'l-Lāhi rabbi 'l-‘ālamīn.

Artinya segala puji-pujian tertentu bagi Allah Taala Tuhan seru alam. Wa 'sh-

shalātu wa 's-salāmu ‘alā Muhammadin wa ‘alā ālihi wa shahbihi ajma‘īn. Dan

rahmat Allah dan salam-Nya atas Muhammad dan atas segala keluarganya dan

sahabatnya sekalian mereka itu.

Ammā ba‘du. Falammā kānat hijratu 'n-Nabiyyi shalla 'l-Lāhu ‘alaihi

wa sallam, samāniyata wa 'l-khamsīna wa 'l-mi’ataini ba‘da 'l-alfi faqad

thalaba ilainā mirāran ba‘dhu 'l-ahibbā’i an naqla kitāba 'l-imāmi 'l- ‘ālimi 'l-

walī ahli 'sh-Shūfī wa huwa 'sy-Syaikhu ‘Abdallah Ad-Dihlawi ilā lisānu 'l-Jāwi.

Adapun kemudian dari itu maka tatkala adalah hijratu 'n-Nabiyyi shalla 'l-Lāhu

‘alaihi wa sallam dua ratus lima puluh dulapan tahun / kemudian daripada seribu

tahun, makasanya minta kepada kami berulang-ulang beberapa kali oleh

setengah kekasihan aku bahwa aku pindah kitab imam yang alim lagi wali Allah

yang ahli 'sh-Shūfī, dan yaitu Syekh Abdallah Dihlawi nama negerinya. Wa kāna

fī kitābi 'l-mazkūri mubayyinān li tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati 'l-‘āliyah. Dan

adalah dalam // kitab yang tersebut menyata(kan)1 bagi Tarekat Naqsyabandiyah

yang tinggi.

Famtasaltu wa‘atamadtu ilā 'l-Lāhi ta‘āla rājiyān li 's-Sawābi mina 'l-

Lāhi 'l-karīmi yaumi 'l ma’ab. Maka aku ikut dan aku pegang diri kepada Allah

Taala hal keadaan aku harap bagi pahala daripada Allah Taala yang amat murah

1 Tertulis میات

Page 62: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

pada hari kiamat. Li qaulihi shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, "Izā māta ibnu

Ādama inqatha‘a ‘amaluhu illā min2 salāsatin ‘ilmun muntafa‘un wa waladun

shālihun yad‘ūlahu wa shadaqatun jāriyatun". Artinya karena sabda Nabi Shalla

'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, "Apabila mati anak Adam, niscaya putuslah amalnya

melainkan daripada tiga perkara; pertama ilmu yang memberi manfaat, kedua

anak yang saleh yang memintak doa baginya, ketiga sedekah jariyah yakni

waqaf".

Wa ja‘altu hāza 'l-kitāba ka 'l-kitābi mustaqal fī lisāni 'l-Jāwī. Dan aku

akan (menjadikan)3 kitab ini seperti kitab yang mustaqal pada bahasa Jawi. Wa

sammaituhu risālata 'l-badī‘iyyah4 fī tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati 'l-‘āliyah.

Dan aku namai akan dia Risālata 'l-Badī‘iyyah fī Tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati

'l-‘Āliyah artinya risalah yang indah pada menyatakan Tarekat Naqsyabandi //

yang tinggi.

Wa 'l-Lāhi as’alu5 an yanfa‘a bihi kamā nafa‘a bi ashli hazā 'l-kitābi wa

an yaj‘alahu khālishān li wajhi 'l-karīmi 'l-wahhābi wa sababān li 'l-fawzi

yauma 'l-ma’ab. Dan kepada Allah Taala aku pohon akan bahwa memberi

manfaat ia seperti barang yang telah memberi manfaat bagi pohon kitab ini dan

bahwa menjadi oleh Allah Taala akan dia tulus ikhlas bagi Zat yang mulia lagi

2 Tertulis عن

3 Merupakan edisi dari penyunting

4 Tertulis البد بقیة

5 Tertulis سیاءل

Page 63: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

yang baik pemberian dan jalan bagi kemenangan pada hari kiamat. Yā ikhwānī,

hai segala saudaraku, jikalau kamu [a]dapat6 kesalahan pada ibaratnya, maka

hendaklah engkau perbaiki akan dia serta engkau murāja‘ah kepada pohon kitab

ini.

Ketahui olehmu hai sālik, barang siapa masuk tarekat ini, hendaklah

mengucap selawat pada mula-mula lima kali, dan dihadiah akan dia kepada roh

Nabi Shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, dan kepada roh segala guru-guru yang

empunya sil(s)ilah7 yang sampai isnad-nya kepada Nabi Shalla 'l-Lāhu ‘alaihi

wa sallam, dan hendaklah menyampang diri dengan wasitah mereka itu kepada

Tuhan ‘Azza wa jalla. Setelah itu, maka mengucap istigfar dua puluh lima kali;

yaitu, "Astaghfiru 'l-Lāha rabbī min kulli zanbin wa atūbu ilaih"; // kemudian

maka memaca Fatihah sekali; kemudian maka memaca surat Al Ikhlas tiga kali.

Setelah sudah yang demikian itu, maka hendaklah dihadir akan rupa syekh yang

tempat diambil talkin daripadanya diseru di hadapannya dengan hati serta minta

tolong daripadanya dan minta daripada Allah Taala akan faidhu 'l-mahabbati wa

'l-maghfirah yakni limpah kekasihan dan ampu(n)an8. Setelah itu maka dimulai

bagi lathīfah qalbu, serta menunduk kepala sedikit kepadanya, dan makna

lathīfah itu tempat nur, dan [ada] adalah9 di dalam lathīfah itu tempatnya di

6 Tertulis ا د ا فت

7 Tertulis سلیلة

8 Tertulis امفون

9 Tertulis اداد لة

Page 64: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

bawah susu kiri kadar dua jari, hal keadaannya cenderung kepada pihak kiri

sedikit kadar dua jari jua, hendaklah dimula-mula hazhah {yakni d.s.d.y.k}10

tatkala itu akan mafhum ismu zat, yaitu Allah; dan adalah mafhumnya Zat Allah

Subhānahu wa ta‘āla dengan tiada misal seperti firman Allah Taala, "Laisa

kamislihī11 Syai’un"12, artinya tiada seperti baginya suatu jua pun, dan hendaklah

tatkala itu dipelihara daripada segala khawatir dan daripada berpikir-pikir

daripada barang yang telah lalu dan yang lagi akan datang, dan lagi hendaklah

tatkala itu tawajuh kepada hati, dan hati tawajuh kepada // mafhum zat yang

wājibbu 'l-wujūd; dan mengata tatkala itu dengan lisānu 'l-khayāl, "Allāh Allāh"

hal keadaan bertemu lida(h)nya13 dengan langit-langit. Dan apabila zahir

padanya berkerap-kerap zikir dalam hati, maka hendaklah berpindah kepada

lathīfatu 'r-Ruh, dan adalah tempatnya pada bawah susu kanan kadar dua jari,

maka berhadap kepadanya pula dan menyebut pula, "Allāh Allāh" dengan lisānu

'l-khayāl jua. Kemudian dari itu maka berpindah kepada lathīfah Sir, dan adalah

tempatnya berbetulan susu kiri kadar dua jari, hal keadaannya cenderung kepada

tengah dada kita, maka disebut di sana, "Allāh Allāh" jua. Kemudian dari

padanya lalu berpindah ia kepada lathīfah khafī dan berhadap kepadanya pula,

dan adalah tempatnya berbetulan susu kanan kadar dua jari, hal keadaannya

10 Merupakan sisipan pada bagian samping kanan teks

11 Tertulis لھثكمل

12 Q S Asy-Syura: 11

13 Tertulis ثلید

Page 65: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

cenderung ia kepada tepat dada jua, maka disebut di sana, "Allāh Allāh" jua

seperti dahulunya. Kemudian maka berpindah kepada lathīfah akhfā, dan adalah

tempatnya pada tengah dada kita, hendaklah berhadap kepadanya serta disebut,

"Allāh Allāh" seperti yang tersebut dahulu jua. Setelah itu maka berpindah

berhadap kepada lathīfah Nafs, dan adalah tempatnya pada dahi kita, maka

disebut, // "Allāh Allāh" pula di sana. Setelah itu maka berhadap kepada lathīfah

kullu 'l-jasad14 yaitu sekalian tubuhnya, dan disebut disana pula, "Allāh Allāh"

dengan lisānu 'l-khayāl jua hingga zahir bergerak-gerak segala lathīfah yang

tersebut itu.

Ketahui olehmu hai sālik, bahwasannya segala lathīfah yang tersebut

dinamai akan dia lathīfah yang tawajuh. Adapun zikir yang kedua itu zikir nafi

dan isbat, dan adalah tarekatnya bahwa bertemu / lida(h) dengan langit-langit

seperti yang dahulu; kemudian maka dimulai dengan lisānu 'l-khayāl daripada

pusat kita kalimat, "Lā" serta dipanjang akan dia hingga sampai kepada hotak

kita; kemudian maka dihela daripadanya serta didatang kalimat, "Ilāha" kepada

bahu kanan kita; kemudian maka dimulai daripadanya kalimat, "Illā 'l-Lāh",

serta dipalunya ke dalam hati sanubari; dan lagi hendaklah dimula makna

kalimat itu yaitu, "Lā15 maqshūda illā 'l-Lāh", artinya tiada yang dimaksud

melainkan Allah Taala yang wājibbu 'l-wujūd dengan tiada misal. Dan apabila

berzikir dengan nafi dan isbat, tatkala menahan nafas hendaklah melepas akan

14 Tertulis قالب

15 Tertulis یا

Page 66: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

nafasnya dengan ke asal jua seperti tiga kali atau lima sekira-kira kuasa. Setelah

berzikir beberapa kali, yakni // sekira-kira kuasa maka mengucap, "Muhammadu

'r-Rasūlu 'l-Lāh", dan jangan dipanjang menahan nafas yakni sekira-kira tiada

zahir baginya khafaqān, dan apabila sudah berzikir beberapa kali, yakni sekira-

kira kuasa bersamaan berzikir dengan ismu zat atau dengan yakni nafi dan isbat,

maka mengata dengan lidah khayāl, "Ilāhī anta maqshūdī wa ridhāka mathlūbī16

ā‘tinī mahabbaka wa maghfiratak", yakni hai Tuhanku, Engkau itu maksud aku,

dan ridha-Mu itu tentunya aku beri oleh-Mu akan daku kekasihan Engkau, dan

ampun Engkau.

Ketahui olehmu hai sālik, bahwasannya zikir yang tersebut, yakni zikir

ismu zat dan zikir nafi dan isbat, semuanya dikerjakan dengan khafi. Adapun jika

berzikir dengan jahar maka mengucap dengan lidah serta sahih lafaz-nya, dan

serta dimula hazhah makna zikir dan serta tawajuh kepada hati, dan hati itu

tawajuh kepada Zat Subhānahu wa ta‘āla, dan apabila nyata bagi orang yang

berzikir itu kaifiat dan jamiyah, maka hendaklah memelihara akan dia, dan

apabila tiada nyata baginya kaifiat dan jamiyah, maka hendaklah berulang-ulang

zikir hingga nyata keduanya.

Ketahui olehmu hai sālik, kata ulama // ahli 'sh shūfī, bahwasannya jalan

sampai kepada Allah Taala itu tiga perkara, pertama berzikir dengan syaratnya

seperti yang telah tersebut; kedua murāqabah, yaitu tawajuh kepada Allah

Subhanahu wa ta‘āla dan tawajuh kepada hati dan hilang segala khawatir

16 Tertulis مطلوى

Page 67: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

daripadanya; ketiga berlazim bersahabat seorang, dan adalah bersahabatnya itu

memberi balas kepada kaifiat dan jamiyah, dan memelihara akan dia dengan

[dish]ditashawwur17 akan rupanya, serta dipelihara akan dia pada dari aku yakni

pendapat dalam hati inilah hasil mafhum kitab karangan Syekh Abdallah Ad-

Dihlawi yang tempat hamba nukil wa 'l-Lāhu ‘alam. Kata Syekh Tajuddin Al

Hindi Al-‘ārifi bi 'l-Lāhi qaddasa 'l-Lāhu sirrah, "Bermula jalan kepada Allah

Taala atas Tarekat Naqsyabandi itu tak dapat tiada daripada salah suatu daripada

tiga tarekat. Tarekat yang pertama; bahwa berzikir ia dengan kalimat tayibbah;

yaitu, "Lā ilāha illā 'l-Lāh muhammadu 'r-Rasūlu 'l-Lāh" dengan menahan nafas

serta memelihara akan bilangan yang kamil yaitu tiga kali atau lebih; dan apabila

sampailah bilangan dua puluh esa kali; pada hal tiada nyata bagi orang yang

berzikir itu bekas zikir, yaitu dalil atas tiada dikabul akan zikirnya; maka

hendaklah / ketika itu dimasuk pada permulaan zikir pula. Adapun kaifiyat //

zikir itu; bahwa engkau jadi akan lidah bertemu dengan langit-langit, dan engkau

bertemu bibir dengan bibir, dan gigi dengan gigi, serta / menahan akan nafas

kita; dan engkau mula dengan kalimat, "Lā" daripada pusat dan engkau naik

akan dia hingga sampai hotak dan engkau sampai kepadanya, maka engkau hela

daripadanya dengan kalimat, "Ilāha" hingga sampai kepada bahu kanan,

kemudian maka dihela daripadanya dengan kalimat, "Illā 'l-Lāh" kepada pihak

kiri, serta engkau lutar dalam hati sanubari dengan kuat sekira-kira nyata

bekasnya dan hangatnya kepada sekalian tubuhnya; dan engkau hela,

17 Tertulis د ص د تصور

Page 68: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

"Muhammadu 'r-Rasūlu 'l-Lāh" daripada pihak kiri kepada pihak kanan dan kiri,

yakni antara kanan dan kiri. Setelah itu maka engkau kata dengan hati pula,

"Ilāhī anta maqshūdī wa ridhāka mathlūbī". Tarekat yang kedua yaitu tawajuh

dan murāqabah, yaitu bahwa engkau tawajuh kepada mafhum ismu 'l-mubārak

yaitu lafaz "Allāh" dengan tiada wasitah, dan engkau mula hazhah akan dia

dalam khayāl, dan engkau tawajuh dengan sekalian madrak yakni pendapatnya

kepada hati sanubari. Tarekat yang ketiga itu bertambatnya engkau dengan syekh

yang kamil-mukamil yang sampai kepada maqām musyāhadah"; inilah kehasilan

// kata Syekh Tajuddin.

Dan jika engkau kehendaki lebih daripada yang tersebut itu, maka lazim

olehmu akan sendirimu mutalaah kepada kitab yang panjang-panjang pada ilmu

ini, dan lagi hendaklah engkau ambil daripada syekh yang mursyid, dan tiada

hasil ilmu melainkan dengan syekh jua, karena bahwasannya barang siapa tiada

syekh yakni guru, maka yaitu setan syekhnya wa 'l-Lāhu a‘lamu bi 'sh-Shawāb".

Qāla 'l-mu’allifu 'l-kharij ‘Abbas Al Asyi. Telah mengata oleh mualif

yaitu Haji Abbas namanya, Aceh nama negerinya. Wa kanā 'l-farāgha min rasmi

hazihi 'r-Risālah fī Makkati 'l-Musyarafah ‘āma 'l-mazkur. Dan adalah selesai

daripada mengarang risalah ini dalam negeri Mekah yang mulia dalam tahun

yang telah tersebut. Al-lāhumma 'ghfirlanā wa li wālidainā wa li jami‘i 'l-

muslimīn. Hai Tuhanku, ampun oleh-Mu bagi kami, dan bagi dua ibu bapa kami,

dan bagi sekalian orang Islam. Amīn yā rabba 'l-‘ālamīn. Tamma.

Page 69: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

F. Daftar Kata Sukar a. Kata-kata Arab dalil

hazhah

ikhlas

isbat

:

:

:

:

pendapat yang dikemukakan da dipertahankan sebagai

suatu kebenaran

pelan-pelan

dengan hati yang bersih (jujur); tulus hati

penyungguhan; penetapan; penentuan

ismu zat : nama zat

ismu 'l-mubarak : nama yang mendapat berkah

isnad : menisbatkan

jahar

jamiyah

kadar

:

:

:

dengan mengeraskan suara

kumpulan; bersama terus

lebih kurang; kira-kira

kaifiat : keadaan menurut sifatnya; sifat (tabiat) yang asli; cara

yang khusus (baik).

kamil-mukamil : sangat sempurna, baik sekali.

khafi

khafaqān

:

:

yang tersembunyi; tidak tampak.

berdebar, berdetak hati

lafaz : lafal

lathīfah qalbu

lathīfah akhfā

lathīfah khāfi

:

:

:

halus hati

halus yang lebih tersembunyi

halus yang tersembunyi

Page 70: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

lathīfah Nafs

lathīfah Ruh

:

:

halus jiwa

halus ruh

Lathīfah Sir

lisānu 'l-khayāl

:

:

halus rahasia

lisan khayal

mafhum : sudah paham (mengerti, tahu)

madrak

mualif

:

:

keadaan merasakan, mencapai, mengenal, menginsafi

yang diperoleh melalui pancaindra, akal dan batin

yang mengarang; penyusun

mubarak

murāja‘ah

murāqabah

mursyid

mustaqal

:

:

:

:

:

mendapat berkah

mengulang kembali; memeriksa

mawas diri kepada Allah Subhanahu wa ta‘ala

orang yang menunjukkan jalan yang benar; guru agama;

yang baik hidupnya; yang berbakti kepada Tuhan

barasal dari

mutalaah : hal menelaah (memeriksa, mempelajari, menyelidiki)

dengan baik-baik

nafi : penolakan; penampikan; pengingkaran; ingkar

sahih : sah; benar; sempurna; tiada cela (dusta, palsu); sesuai

dengan baik-baik.

sālik

sedekah

syekh

:

:

:

para penempuh jalan rohani

pemberian sesuatu kepada yang berhak menerimanya

guru sufi

Page 71: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

talkin : mengajarkan; memberi tahu

tashawwur : menggambarkan guru

tawajuh

tayibbah

:

:

selalu menghadap Tuhan

baik; bagus

wājibbu 'l-wujūd : wujud yang wajib

wakaf

wasitah

:

:

benda bergerak atau tidak bergerak untuk kepentingan

umum sebagai pemberian yang ikhlas

pengantar jalan

b. Kata-kata Arkhais berlazim

didatang

:

:

melazimkan; mengharuskan

dimasukkan

dihela

dimasuk

dimula

:

:

:

menghela, menarik nafas

dimasukkan

dimulai

dipanjang : menjadikan panjang

dulapan

dua puluh esa

:

:

delapan

dua puluh satu

hotak : otak

kehasilan : hasil; kesimpulan

kekasihan

lutar

:

:

kasihan

melontarkan; melempar

makasanya : makanya

Page 72: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

memaca : membaca

memintak : memanjatkan doa; berdoa

mengata : mengatakan; berkata

menyampang : menolong; meminta bantuan

pohon : memohon

tamma : tamat

c. Istilah Arab Bismi 'l- Lāhi 'r-Rahmāni 'r-

Rahīm

: dengan nama Allah Yang maha Pengasih

lagi Maha Penyayang

Al-hamdu li 'l- Lāhi rabbi 'l-

‘ālamīn

: segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam

Ammā ba‘du : adapun kemudian dari pada itu

samāniyata wa 'l-mi’ataini

ba‘da 'l-alfi

: 1258

Shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam : semoga selawat dan salam tetap kepadanya

Yā ikhwānī : hai, saudaraku

‘Azza wa jalla : Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia

Faidhu 'l-mahabbah wa 'l-

maghfirah

Astaghfiru 'l-Lāha rabbī min

kulli zanbin wa atūbu ilaih

:

:

limpahan kasih dan ampunan

aku mohan ampun kepada Allah Tuhanku

dari tiap-tiap dosa dan aku berserah diri

kepada-Nya

Page 73: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Subhānahu wa ta‘āla : Maha Suci Allah dan Maha Tinggi (Mulia)

Laisa kamislihi syai’un : tidak ada sesuatupun yang serupa dengan

Dia

Lā maqshūda illā 'l-Lāhu : tidak ada yang dimaksud kecuali Allah

Ilāhī anta maqshūdī wa ridhāka

mathlūbī ā‘tinī mahabbaka

wa maghfiratak

: ya Tuhanku Engkau yang aku kehendaki

dan ridha-Mu yang aku tuntut,

karuniailah oleh-Mu akan daku dan

pengenalan Engkau

wa 'l-Lāhu a‘lamu bi 'sh-shawab : hanya Allah yang tahu yang kebenarannya

Lā ilāha illā 'l-Lāh muhammadu

'r-Rasulu 'l-Lāh

Al-‘ārifi bi 'l-Lāhi qaddasa 'l-

Lāhu sirrah

:

:

tidak ada Tuhan selain Allah Muhammad

utusan Allah

semoga Allah mensucikan kebenarannya

Al-lāhumma 'ghfirlanā wa

liwalidainā wa li jami‘i 'l-

muslimin

: ya Allah kami mohon ampun dan kedua

orang tua kami dan bagi sekalian orang

Islam

Amīn yā rabba 'l-‘ālamīn : amin wahai Tuhan semesta alam

Sumber : Ahmad Warson Munawwir. 1984. Al-Munawwir Kamus Besar Arab-Indonesia. (Edisi Tahun 1997).

Yogyakarta: Pustaka Progresif Pustaka Wahana Mengenal Diri dan Ilahi. Mahmud, Dato Paduka Haji. 2003. Kamus Bahasa Melayu Nusantara. Bandar Sri Begawan: Dewan

Bahasa dan Pustaka Brunai. Solihin, M dan Rosihan Anwar. 2002. Kamus Tasawuf. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi III. Jakarta: Balai Pusataka. Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al Quran. 1971. Al Quran dan Terjemahnya. Jakarta:

Departemen Agama Republik Indonesia.

Page 74: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

BAB V

TAREKAT NAQSYABANDIYAH

A. Struktur Teks RBTNA

Struktur teks Sastra Kitab mempunyai kekhasan tersendiri. Struktur disini

adalah struktur penyajian teks seperti halnya pada struktur penceritaan dalam fiksi

yang berupa alur atau plot (Siti Chamamah Soeratno, et. al., 1982:152). Struktur teks

yang diungkap dalam penelitian ini adalah struktur penyajian teks RBTNA, gaya

penyajian teks RBTNA, pusat penyajian teks RBTNA, dan gaya bahasa teks

RBTNA.

1. Struktur Penyajian teks RBTNA

Ditinjau dari segi strukturnya, teks RBTNA terbagi atas tiga bagian yang

masing-masing bagian merupakan unsur-unsur yang berkesinambungan. Teks

RBTNA terdiri dari: I. Pendahuluan, II. Isi, dan III. Penutup. Adapun penjelasan

masing-masing adalah sebagai berikut:

I. Pendahuluan terdiri dari:

A1: a. Basmalah

Sebagian besar karya sastra Kitab, permulaan penulisan diawali

dengan bacaan basmalah. Teks RBTNA pada permulaan penulisan diawali

dengan bacaan basmalah, yaitu "Bismi 'l- Lāhi 'r-Rahmāni 'r- Rahīm"

(RBTNA:1).

b. Hamdalah

Page 75: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Bacaan hamdalah, yaitu pujian terhadap Allah Taala sebagai pencipta

alam."Al-hamdu li 'l- Lāhi rabbi 'l- ‘ālamīn. Artinya segala puji-pujian

tertentu bagi Allah taala Tuhan seru alam (RBTNA:1).

c. Selawat atas Nabi Muhammad saw, keluarga, dan sahabat.

Bacaan selawat merupakan doa, dan biasanya diperuntukkan untuk

Nabi Muhammad, keluarganya, dan sahabatnya. Di dalam teks RBTNA

terdapat juga bacaan selawat atas Nabi Muhammad saw, keluarga dan para

sahabat. Adapun kutipannya berbunyi, "Wa 'sh-shalātu wa 's-salāmu ‘alā

Muhammadin wa ‘alā ālihi wa shahbihi ajma‘īn. Dan rahmat Allah dan

salam-Nya atas Muhammad dan atas segala keluarganya dan sahabatnya

sekalian mereka itu" (RBTNA:1).

B1: Kata Ammā ba‘du, yang berati 'adapun kemudian daripada itu'. Kata itu

merupakan ungkapan tetap untuk menyudahi bacaan pembukaan.

C1: a. Latar belakang penyalinan kitab

Teks RBTNA disalin oleh penyalin atas permintaan seseorang pada

tahun 1258 H/1842 M, namun tidak disebutkan atas permintaan siapa.

Permintaan tersebut adalah agar penyalin menyalin sebuah kitab milik

Syekh Abdallah Dihlawi dari India. Kitab yang disalin merupakan kitab

yang di dalamnya memuat ajaran tentang Tarekat Naqsyabandiyah dan di

sini tidak dijelaskan judul kitab yang disalin oleh penyalin. Syekh Abdallah

Dihlawi merupakan salah seorang ahli dibidang kesufian. Beliau juga

merupakan salah satu guru dari Tarekat Naqsyabandiyah.

Page 76: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

...maka tatkala adalah hijratu 'n-Nabiyyi shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam dua ratus lima puluh dulapan tahun kemudian daripada seribu tahun, makasanya minta kepada kami berulang-ulang beberapa kali oleh setengah kekasihan aku bahwa aku pindah kitab imam yang alim lagi wali Allah yang ahli 'sh-Shūfī, dan yaitu Syekh Abdallah Dihlawi nama negerinya. Wa kāna fī kitābi 'l-mazkūri mubayyinān li tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati 'l-‘āliyah. Dan adalah dalam // kitab yang tersebut menyata(kan) bagi Tarekat Naqsyabandiyah yang tinggi. (RBTNA:1-2).

b. Motivasi penyalinan kitab

Motivasi penyalinan kitab adalah kesanggupan penyalin untuk

menyalin teks dengan mengharap ridha dari Allah Taala. Penyalin menyalin

teks dari kitab Syekh Abdallah Dihlawi dengan dasar sebuah hadis nabi.

Hadis nabi tersebut berisi tentang tiga amalan yang tidak putus pahalanya

hingga manusia mati. Tiga perkara tersebut adalah ilmu yang bermanfaat,

anak saleh yang mendoakan kedua orang tuanya, dan amal jariyah yakni

wakaf. Hal ini ditulis dan dijelaskan dengan bahasa Arab yang kemudian

diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu. Adapun kutipannya sebagai

berikut.

Famtasaltu wa‘atamadtu ilā 'l-Lāhi ta‘āla rājiyān li 's-Sawābi mina 'l-Lāhi 'l-karīmi yaumi 'l ma’ab. Maka aku ikut dan aku pegang diri kepada Allah Taala hal keadaan aku harap bagi pahala daripada Allah Taala yang amat murah pada hari kiamat. Li qaulihi shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, "Izā māta ibnu Ādama inqatha‘a ‘amaluhu illā ‘an salāsatin, ‘ilmin muntafa‘un wa waladun shālihun yad‘ūlahu wa shadaqatun jāriyatun". Artinya karena sabda Nabi Shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, "Apabila mati anak Adam, niscaya putuslah amalnya melainkan dari pada tiga perkara; pertama ilmu yang memberi manfaat, kedua anak yang saleh yang memintak doa baginya, ketiga sedekah jariyah yakni waqaf (RBTNA:2).

Page 77: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

c. Judul teks

Penyalin memberi judul karangannya dengan judul ”Risālata 'l-

Badī‘iyyah fī Tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati 'l-‘āliyah". Judul tersebut

terdapat di dalam pendahuluan teks dan kutipannya berbunyi, "Dan aku

akan kitab ini seperti kitab yang mustaqal pada bahasa Jawi. Wa

sammaituhu risālata 'l-badī`iyyah fī tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati 'l-

‘āliyah. Dan aku namai akan dia Risālata 'l-Badī‘iyyah fī Tharīqati 'n-

Naqsyabandiyyati 'l-‘Āliyah artinya risalah yang indah pada menyatakan

Tarekat Naqsyabandi // yang tinggi" (RBTNA:2-3).

d. Harapan penyalinan kitab

Harapan penyalinan kitab adalah penyalin memohon kepada Allah

Taala agar tulisan yang disalin memberi manfaat bagi orang lain sebagaimana

hadis nabi, bahwa karyanya merupakan salah satu ilmu yang bermanfaat bagi

orang lain, sehingga memberikan jalan kemudahan baginya pada hari kiamat

kelak. Harapan penulisan teks RBTNA tertera pada kutipan berikut ini.

Wa 'l-Lāhu yas’alu an yanfa‘a bihi kamā nafa‘a bi ashli 'l-hazā 'l-kitābi wa an yaj‘alahu khālishān li wajhi 'l-karīmi 'l-wahhābi wa sababān li 'l-fawzi yauma 'l-ma’ab. Dan kepada Allah Taala aku pohon akan bahwa memberi manfaat ia seperti barang yang telah memberi manfaat bagi pohon kitab ini dan bahwa menjadi oleh Allah Taala akan dia tulus ikhlas bagi Zat yang mulia lagi yang baik pemberian dan jalan bagi kemenangan pada hari kiamat (RBTNA:4). Selain itu, apabila di kemudian hari terdapat kesalahan pada karangan

yang telah disalin, maka orang yang lebih ahli atau orang yang mengetahui

Page 78: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

kesalahan penyalin hendaklah memperbaikinya. Adapun kutipannya adalah

sebagai berikut.

Yā ikhwānī, hai saudaraku, jikalau kamu [a]dapat kesalahan pada ibaratnya, maka hendaklah engkau perbaiki akan dia serta engkau murāja‘ah kepada pohon kitab ini (RBTNA:4).

II. Isi terdiri dari:

A2: Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah

a. Penjelasan bagi salik sebelum mengamalkan zikir Tarekat Naqsyabandiyah

Syarat bagi salik sebelum mengamalkan zikir Tarekat Naqsyabandiyah

dimulai dengan mengucap selawat sebanyak lima kali; mengucap istigfar;

yaitu, "Astaghfiru 'l-Lāha rabbī min kulli zanbin wa atūbu ilaih" (Aku mohon

ampun kepada Allah Tuhanku dari tiap-tiap dosa, dan aku berserah diri

kepadanya) sebanyak dua puluh lima kali; membaca surat Fatihah sekali;

surat Al Ikhlas tiga kali; menghadirkan rupa Syekh (guru) yang menjadi guru

dan memohon limpahan karunia serta memohon ampun kepada Allah Taala.

Semua hal yang harus dilakukan oleh salik dijelaskan secara urut dan

terperinci. Lebih jelasnya terdapat dalam kutipan berikut ini:

Hai sālik, barang siapa masuk tarekat ini hendaklah mengucap selawat pada mula-mula lima kali. Dan akan dihadiah akan dia kepada roh Nabi Shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam dan kepada ruh segala guru-guru yang empunya sil(s)ilah yang sampai isnad-nya kapada Nabi Shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam dan hendaklah menyampang diri dengan wasitah mereka itu kepada Tuhan ‘Azza wa jalla. Setelah itu maka mengucap istigfar dua puluh lima kali yaitu, "Astaghfiru 'l-Lāha rabbī min kulli zanbin wa atūbu ilaih",// kemudian maka memaca Fatihah sekali kemudian maka memaca surat Al Ikhlas tiga kali. Setelah surat yang demikian itu maka hendaklah dihadir akan rupa syekh yang tempat diambil talkin daripadanya diseru dihadapannya dengan hati serta minta tolong

Page 79: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

daripadanya dan diminta daripada Allah Taala akan faidhu 'l- muhabbah wa 'l- maghfirah yakni limpah kekasihan dan ampunan (RBTNA:3-4).

b. Penjelasan tentang zikir lathaif (zikir ismu zat).

Zikir lathaif dilaksanakan dengan menyebut asma Allah yang paling

tinggi yaitu, "Allāh Allāh". Zikir lathaif ini terdiri dari tujuh tempat pada

tubuh manusia. Adapun ketujuh tempat tersebut adalah lathīfah qalbu,

lathīfatu 'r-Ruh, lathīfah Sir, lathīfah khafī, lathīfah akhfā, lathīfah Nafs, dan

lathīfah kullu 'l-jasad.

c. Penjelasan tentang zikir nafi isbat

Adapun ajaran zikir di dalam Tarekat Naqsyabandiyah selain zikir

lathaif adalah zikir nafi isbat. Zikir nafi isbat terdiri atas bacaan perlahan

disertai dengan pengaturan nafas. Bacaan zikir ini adalah kalimah, "Lā ilāha

illā 'l-Lāh" dengan pengaturan nafas. Zikir ini bermakna bahwa tidak ada

Tuhan yang patut disembah melainkan Allah, sesuai dengan kutipan dibawah

ini.

Adapun zikir yang kedua itu zikir nafi dan isbat, dan adalah tarekatnya bahwa bertemu lida(h) dengan langit-langit seperti yang dahulu; kemudian maka dimulai dengan lisānu 'l-khayāl daripada pusat kita kalimat, "Lā" serta dipanjang akan dia hingga sampai kepada hotak kita; kemudian maka dihela daripadanya serta didatang kalimat, "Ilāha" kepada bahu kanan kita; kemudian maka dimulai daripadanya kalimat, "Illā 'l-Lāh", serta dipalunya ke dalam hati sanubari; dan lagi hendaklah dimula makna kalimat itu yaitu, "Lā maqshūda illā 'l-Lāh" (RBTNA:7).

d. Penjelasan zikir khafi dan zikir dengan jahar.

Zikir khafi merupakan zikir yang dikerjakan dengan hati (sir). Zikir

lathaif (ismu zat) dan zikir nafi isbat termasuk ke dalam zikir khafi oleh

Page 80: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

karena itu pelaksanaanya harus dilaksanakan sir (tidak bersuara), sedangkan

jika melaksanakan zikir dengan jahar, maka lafal zikir harus benar dan jelas.

Hal tersebut dijelaskan pada teks RBTNA yang berbunyi:

Ketahui olehmu hai sālik, bahwasannya zikir yang tersebut, yakni zikir ismu zat dan zikir nafi dan isbat, semuanya dikerjakan dengan khafi. Adapun jika berzikir dengan jahar maka mengucap dengan lidah serta sahih lafaz-nya, dan serta dimula hazhah makna zikir dan serta tawajuh kepada hati, dan hati itu tawajuh kepada Zat Subhānahu wa ta‘āla (RBTNA:7).

e. Penjelasan mengenai jalan untuk sampai kepada Allah Taala (ma'rifatullah)

Jalan ma'rifatullah dapat ditempuh melalui 3 jalan. Ketiga jalan

tersebut dijelaskan oleh Syekh Abdallah Dihlawi yang meliputi zikir,

muraqabah, dan keharusan untuk bersahabat dengan orang yang menjadi

guru dengan mentashawwur rupanya dikala sedang beribadah. Guru akan

memberikan balasan terhadap kaifiat dan jamiyah.

Ketahui olehmu hai sālik, kata ulama // ahli sufi, bahwasannya jalan sampai kepada Allah taala itu tiga perkara, pertama berzikir dengan syaratnya seperti yang telah tersebut; kedua murāqabah yaitu tawajuh kepada Allah Subhanahu wa ta‘āla, dan tawajuh kepada hati dan hilang segala khawatir daripadanya; ketiga berlazim bersahabat seorang, dan adalah bersahabatnya itu memberi balas kepada kaifiat dan jamiyah, dan memelihara akan dia dengan [dish]ditashawwur akan rupanya, serta dipelihara akan dia pada dari aku yakni pendapat dalam hati inilah hasil mafhum kitab karangan Syekh Abdallah Ad-Dihlawi yang tempat hamba nukil wa 'l-Lāhu ‘alam (RBTNA:7-8).

Jalan untuk sampai kepada Allah Taala juga dijelaskan oleh Syekh

Tajuddid. Adapun menurut Syekh Tajuddin, jalan ma'rifatullah dapat

ditempuh melalui 3 jalan. Ketiga jalan tersebut meliputi zikir dengan kalimat

tayibbah, muraqabah dan tawajuh, dan tertambatnya hati seorang salik

Page 81: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

dengan guru (syekh) untuk mencapai maqam musyahadah, yaitu tingkatan

tertinggi dalam mencapai kebahagiaan. Kutipannya adalah berikut ini.

Kata Syekh Tajuddin Al Hindi Al-‘ārifi bi 'l-Lāhi qaddasa 'l-Lāhu sirrah, "Bermula jalan kepada Allah Taala atas Tarekat Naqsyabandi itu tak dapat tiada daripada salah suatu daripada tiga tarekat. Tarekat yang pertama; bahwa berzikir ia dengan kalimat tayibbah; yaitu, "Lā ilāha illā 'l-Lāh muhammadu 'r-Rasūlu 'l-Lāh" dengan menahan nafas serta memelihara akan bilangan yang kamil yaitu tiga kali atau lebih.... Tarekat yang kedua yaitu tawajuh dan murāqabah, yaitu bahwa engkau tawajuh kepada mafhum ismu 'l-mubārak yaitu lafaz "Allāh" dengan tiada wasitah, dan engkau mula hazhah akan dia dalam khayāl, dan engkau tawajuh dengan sekalian madrak yakni pendapatnya kepada hati sanubari. Tarekat yang ketiga itu bertambatnya engkau dengan syekh yang kamil-mukamil yang sampai kepada maqām musyāhadah"; inilah kehasilan // kata Syekh Tajuddin (RBTNA:8-10).

f. Saran

Saran pada teks RBTNA berisi himbauan kapada salik untuk menelaah

kitab-kitab lain apabila menginginkan yang lebih dari yang telah dibaca.

Selain itu, bagian terpenting dari pengamalan ajaran ini adalah untuk

mengambil guru (mursyid) agar tidak sesat di kemudian hari. Hal tersebut

diuraikan di dalam teks, bahwa barang siapa yang tidak mengambil guru

maka setan adalah gurunya.

Dan jika engkau kehendaki lebih daripada yang tersebut itu, maka lazim olehmu akan sendirimu mutalaah kepada kitab yang panjang-panjang pada ilmu ini, dan lagi hendaklah engkau ambil daripada syekh yang mursyid, dan tiada hasil ilmu melainkan dengan syekh jua, karena bahwasannya barang siapa tiada syekh yakni guru, maka yaitu setan syekhnya wa 'l-Lāhu a‘lamu bi 'sh-Shawāb (RBTNA:10).

III. Penutup terdiri dari:

A3: Identitas penyalin naskah

Page 82: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

a. Identitas penyalin naskah

Identitas penyalin teks adalah Haji Abbas Al Asyi dari Aceh.

Kutipannya berbunyi, "Qāla 'l-mu’allifu 'l-kharij ‘Abbas Al-Asyi. Telah

mengata oleh mualif yaitu Haji Abbas namanya, Aceh nama negerinya"

(RBTNA:10).

b. Tempat selesainya menyalin naskah

Teks RBTNA selesai disalin di Mekah Al Musyarafah, sebagaimana

yang disebutkan di dalam kolofan, "Wa kanā 'l-farāgha min rasmi hazihi 'r-

Risālah fī Makkati 'l-Musyarafah ‘āma 'l-mazkur. Dan adalah selesai daripada

mengarang risalah ini dalam negeri Mekah yang mulia dalam tahun yang

telah tersebut" (RBTNA:10).

c. Waktu mengenai selesainya menyalin naskah

Waktu mengenai selesainya menyalin teks dijelaskan dengan

keterangan yang berbunyi, "Falammā kānat hijratu 'n-Nabiyyi shalla 'l-Lāhu

‘alaihi wa sallam, samāniyata wa 'l-khamsīna wa 'l-mi’ataini ba‘da 'l-alfi

….maka tatkala adalah hijratu 'n-Nabiyyi shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam

dua ratus lima puluh dulapan tahun kemudian daripada seribu tahun"

(RBTNA:1).

d. Doa

Doa penutup dalam teks RBTNA berbunyi, "Al-lāhumma 'ghfirlanā wa

li wālidainā wa li jami‘i 'l-muslimīn. Hai Tuhanku, ampun oleh-Mu bagi

kami, dan bagi dua ibu bapa kami, dan bagi sekalian orang Islam. Amīn yā

rabba 'l-‘ālamīn” (RBTNA: 10).

Page 83: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

e. Kata Tamma

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dibuat skema struktur teks

RBTNA. Skema struktur RBTNA adalah sebagai berikut:

I II III

A1 (a-b-c)-B1-C1 (a-b-c-d) A2-(a-b-c-d-e-f) A3 (a-b-c-d-e)

Struktur teks RBTNA menggunakan alur lurus, yaitu teks diuraikan secara berurutan

dan sistematis dari pendahuluan, isi dan kemudian penutup. Kata-kata atau kalimat

yang menggunakan bahasa Arab diartikan secara interlinier.

Ditinjau dari sudut tujuannya, teks RBTNA termasuk dalam karangan

eksposisi. Eksposisi merupakan bentuk wacana yang berusaha menguraikan suatu

objek sehingga memperluas pengetahuan pembaca. Jenis karangan ini tidak

bermaksud mempengaruhi atau mengubah sikap dan pendapat pembacanya.

Eksposisi mempunyai tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, tubuh eksposisi, dan

penutup. Teks RBTNA memiliki struktur penyajian yang memuat pembukaan, isi,

dan penutup sesuai dengan tiga bagian utama dalam eksposisi. Hal terpenting dalam

eksposisi adalah isi dan kesimpulan hanya bersifat semacam pendapat. Teks RBTNA

berisi informasi tentang ajaran Tarekat Naqsyabandiyah.

2. Gaya Penyajian Teks RBTNA

Setiap karya sastra mempunyai gaya penyajian tersendiri yang dapat

membedakannya dengan karya sastra lain. Gaya penyajian yang dipergunakan oleh

pengarang pada teks RBTNA sama seperti halnya karya ilmiah yang sistematis

Page 84: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

dengan gaya memaparkan gagasan dengan menggunakan dalil-dalil dari Alquran

dan hadis.

Gaya penyajian teks RBTNA menggunakan bentuk interlinier. Pembukaan

teks RBTNA diawali dengan bacaan basmalah; hamdalah; puji-pujian kepada Allah

swt dan selawat kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, dan segenap sahabatnya

(dijelaskan dalam bahasa Arab dan diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu). Hal

ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

Bismi 'l- Lāhi 'r-Rahmāni 'r-Rahīm. Al-hamdu li 'l-Lāhi rabbi 'l-‘ālamīn. Artinya segala puji-pujian tertentu bagi Allah taala Tuhan seru alam. Wa 'sh-shalātu wa 's-salāmu ‘alā Muhammadin wa ‘alā ālihi wa shahbihi ajma‘īn. Dan rahmat Allah dan salam-Nya atas Muhammad dan atas segala keluarganya dan sahabatnya sekalian mereka itu (RBTNA:1). Sesudah pembukaan, kemudian diikuti uraian dalam bahasa Arab yang

kemudian diterjemahkan dalam bahasa Melayu. Perhatikan kutipan berikut ini.

Ammā ba‘du. Falammā kānat hijratu 'n-Nabī shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, samāniyata wa 'l-khamsīna wa 'l-mi’ataini ba‘da 'l-alfi faqad thalaba ilainā mirāran ba‘dhu 'l-ahibbā’i an naqla kitāba 'l-imāmi 'l- ‘ālimi 'l- walī ahli 'sh-Shūfī wa huwa 'sy-Syaikhu ‘Abdallah Ad-Dihlawi ilā lisānu 'l-Jāwi. Adapun kemudian dari itu maka tatkala adalah hijratu 'n-Nabiyyi shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam dua ratus lima puluh dulapan tahun kemudian daripada seribu tahun, makasanya minta kepada kami berulang-ulang beberapa kali oleh setengah kekasihan aku bahwa aku pindah kitab imam yang alim lagi wali Allah yang ahli 'sh-Shūfī, dan yaitu Syekh Abdallah Dihlawi nama negerinya (RBTNA:1). Wa kāna fī kitābi 'l-mazkūri mubayyinan li tharīqati 'l-naqsyabandiyyati 'l-‘āliyah. Dan adalah dalam // kitab yang tersebut menyata(kan) bagi Tarekat Naqsyabandiyyah yang tinggi. Famtasaltu wa‘atamadtu illa 'l-Lāhi ta‘ala rājiyan li 's-Sawābi mina 'l-Lāhi 'l-karīmi yaumi 'l ma’āb. Maka aku ikut dan aku pegang diri kepada Allah Taala hal keadaan aku harap bagi pahala daripada Allah Taala yang amat murah pada hari kiamat (RBTNA:1-2).

Page 85: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Untuk memperkuat suatu uraian, dikuatkan dengan menggunakan dasar

sebuah hadis nabi dan kutipan ayat suci Alquran yang ditulis dalam bahasa Arab

yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu. Seperti terlihat pada

kutipan berikut ini.

Li qaulihi shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallama, "Izā māta ibnu Ādama inqatha‘a ‘amaluhu illā ‘an salāsatin, ‘ilmin muntafa‘un wa waladun shālihun yad‘ūlahu wa shadaqatun jāriyatun". Artinya karena sabda Nabi Shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, "Apabila mati anak Adam, niscaya putuslah amalnya melainkan dari pada tiga perkara; pertama ilmu yang memberi manfaat, kedua anak yang saleh yang memintak doa baginya, ketiga sedekah jariyah yakni waqaf (RBTNA:2) Setelah itu maka dimulai bagi lathīfah qalbu, serta menunduk kepala sedikit kepadanya, dan makna lathīfah itu tempat nur, dan ada di dalam lathīfah itu tempatnya di bawah susu kiri kadar dua jari, hal keadaannya cenderung kepada pihak kiri sedikit kadar dua jari jua, hendaklah dimula-mula hazhah tatkala itu akan mafhum ismu zat, yaitu Allah, dan adalah mafhumnya Zat Allah Subhānahu wa ta‘āla dengan tiada misal seperti firman Allah taala, "Laisa kamislihī syaiun", artinya tiada seperti baginya suatu jua pun (RBTNA:4).

Pada bagian isi teks, untuk memulai suatu uraian tentang suatu pokok

bahasan diawali dengan kalimat "Ketahui olehmu hai salik". Seperti tampak pada

kutipan berikut ini.

Ketahui olehmu hai sālik, barang siapa masuk tarekat ini, hendaklah mengucap selawat pada mula-mula lima kali, dan dihadiah akan dia kepada roh Nabi Shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, dan kepada roh segala guru-guru yang empunya sil(s)ilah yang sampai isnad-nya kepada Nabi Shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, dan hendaklah menyampang diri dengan wasitah mereka itu kepada Tuhan ‘Azza wa jalla (RBTNA:3).

Pada bagian akhir uraian, disarankan kepada salik untuk menelaah kitab-kitab

lain apabila menginginkan yang lebih dari yang telah dibaca. Di samping itu,

disarankan pula untuk mengambil guru (syekh) agar tidak sesat di kemudian hari.

Page 86: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

3. Pusat Penyajian Teks RBTNA

Pusat penyajian pada teks RBTNA menggunakan metode orang pertama (Ich-

Erchählung). Teks dituturkan sendiri oleh diri tokoh atau penulis teks. Hal tersebut

dapat dilihat pada kutipan di berikut ini.

makasanya minta kepada kami berulang-ulang beberapa kali oleh setengah kekasihan aku bahwa aku pindah kitab imam yang alim lagi wali Allah yang ahli 'sh-Shūfī, dan yaitu Syekh Abdallah Dihlawi nama negerinya. Wa kāna fī kitābi 'l-mazkūri mubayyinan li tharīqati 'l-naqsyabandiyyati 'l-‘āliyah. Dan adalah dalam // kitab yang tersebut menyata(kan) bagi Tarekat Naqsyabandiyyah yang tinggi. Famtasaltu wa‘atamadtu illa 'l-Lāhi ta‘ala rājiyan li 's-Sawābi mina 'l-Lāhi 'l-karīmi yaumi 'l ma’āb. Maka aku ikut dan aku pegang diri kepada Allah taala hal keadaan aku harap bagi pahala daripada Allah taala yang amat murah pada hari kiamat (RBTNA:1-2).

Kata aku dalam kutipan di atas menjelaskan bahwa pengarang mewakili dirinya

sendiri sebagai penulis. Walaupun demikian konsep-konsep pemikiran yang

tertuang dalam teks RBTNA merupakan hasil pembacaan dari kitab karangan

Syekh Abdallah Dihlawi.

4. Gaya Bahasa Teks RBTNA

a. Kosa kata

Sastra Kitab sebagai ragam sastra Islam mempunyai gaya bahasa khusus yang

terlihat dalam istilah-istilah khusus dari lingkungan agama Islam. Istilah-istilah

khusus tersebut berupa kosa kata Arab dan ungkapan-ungkapan khusus dalam

kalimat-kalimat bahasa Arab. Pemungutaan istilah dan kosa kata Arab tersebut

disesuaikan dengan pokok isi uraian sastra kitab tersebut. Apabila ajaran tasawuf

yang dikemukakan, maka kata-kata dan istilahya pun diambil dari lapangan

Page 87: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

tasawuf. Di dalam teks RBTNA terdapat kosa kata Arab yang merupakan istilah

tasawuf dan kosa kata istilah Arab biasa yang bukan istilah tasawuf. Adapun

rinciannya adalah sebagai berikut.

Tabel 8 Kosa Kata Arab Istilah Tasawuf dalam Teks RBTNA

NO KOSA KATA NO KOSA KATA

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

doa

isbat

ismu zat

ismu 'l-mubarak

ikhlas

kamil-mukamil

khafi

lathīfah qalbu

lathīfah akhfā

lathīfah khāfī

lathīfah Nafs

lathīfatu 'r-Ruh

lathīfah Sir

lisānu 'l-khayāl

madrak

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

maqām

murāqabah

mursyid

musyahadah

nafi

sālik

syekh

talkin

tarekat

tashawwur

tawajuh

wājibbu 'l-wujūd

wasitah

zikir

Page 88: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Tabel 9 Kosa Kata Arab Biasa bukan Istilah Tasawuf dalam Teks RBTNA

NO KOSA KATA NO KOSA KATA

1

2

3

4

5

6

7

jahar

jamiyah

kadar

kaifiyat

hazhah

khafaqān

lafaz

8

9

10

11

12

13

14

mafhum

mualif

mustaqal

mutalaah

sahih

tayibbah

wakaf

b. Ungkapan

Ungkapan merupakan ucapan-ucapan khusus yang sudah tetap atau sudah

menjadi formula khusus. Dalam teks RBTNA dipergunakan ungkapan-ungkapan

khusus dalam bahasa Arab sebagai berikut.

(Nabi Muhammad) Shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam (RBTNA: 1, 2, 3), yang

berarti "Semoga selawat dan salam tetap kepadanya". Ungkapan tersebut

diucapkan sesudah menyebut Nabi Muhammad.

(Allah) Taala (RBTNA:3,4), yang berarti "Allah Mahatinggi". Ungkapan

tersebut diucapkan sesudah menyebut Allah.

(Allah) ‘Azza wa jalla RBTNA:3), yang berarti "Allah Yang Mahaperkasa

lagi Mahamulia". Ungkapan tersebut diucapakan setelah menyebut nama Allah.

(Allah) Subhānahu wa ta‘āla (RBTNA:4,7,8), yang berarti " Maha suci Allah

dan Mahatinggi". Ungkapan ini diucapkan sesudah menyebut Allah.

Page 89: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

(Syekh Tajuddin Al Hindi) Al-‘ārifi bi 'l-Lāhi qaddasa 'l-Lāhu sirrah,

(RBTNA:8), yang berarti "Semoga Allah mensucikan rahasianya". Ungkapan

tersebut diucapkan bagi orang-orang yang menghasilkan sesuatu (fatwa dan

sebagainya) dan diakui keilmuannya.

Yā ikhwānī (RBTNA:3), yang berarti "Hai saudaraku". Ungkapan tersebut

diucapkan sebagai sapaan kepada sesama orang Islam.

Wa 'l-Lāhu ‘alam (RBTNA:8), yang berarti "Hanya Allah yang tahu".

Ungkapan tersebut diucapkan pada bagian akhir selesainya suatu pokok uraian

dari seorang ulama.

c. Sintaksis

Teks RBTNA merupakan teks yang termasuk dalam kategori Sastra Kitab,

oleh karena itu banyak mendapat pengaruh sintaksis Arab. Pengaruh sintaksis

Arab pada teks RBTNA dapat dilihat dalam pemakaian kata penghubung dan

yang dipakai pada awal kalimat. Dalam bahasa Melayu kata dan tidak pernah

dipakai untuk membuka kalimat. Pemakaian kata wa (و ) secara etimologis

berarti dan yang dalam struktur sintaksis bahasa Arab dapat dipakai di awal

kalimat. Pemakaian kata dan pada teks RBTNA tidak berfungsi sebagai kata

penghubung, melainkan sebagai kata tumpuan. Hal ini dapat dilihat dalam

kutipan teks RBTNA berikut ini.

Wa ja‘altu hāza 'l-kitāba ka 'l-kitābi mustaqal fī lisāni 'l-Jāwī. Dan aku akan (menjadikan) kitab ini seperti kitab yang mustaqal pada bahasa Jawi. Wa sammaituhu risālata 'l-badī‘iyyah fī tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati 'l-‘āliyah. Dan aku namai akan dia Risālatu 'l-Badī‘iyyah fī Tharīqati 'n-Naqsyabandiyyati 'l-‘Āliyah artinya risalah yang indah pada menyatakan Tarekat Naqsyabandi // yang tinggi. Wa 'l-Lāhu yas’alu an yanfa‘a bihi kamā nafa‘a bi ashli 'l-

Page 90: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

hazā 'l-kitābi wa an yaj‘alahu khālishan li wajhi 'l-karīmi 'l-wahhābi wa sababan li 'l-fawzi yauma 'l-ma’ab. Dan kepada Allah Taala aku pohon akan bahwa memberi manfaat ia seperti barang yang telah memberi manfaat bagi pohon kitab ini dan bahwa menjadi oleh Allah Taala akan dia tulus ikhlas bagi Zat yang mulia lagi yang baik pemberian dan jalan bagi kemenangan pada hari kiamat (RBTNA:2-3).

Adapun selain penggunaan kata wa (و ) sintaksis dalam teks RBTNA juga

mempergunakan kata lī ( ل ى ). Kata lī ( ل ى ) sebagai penunjuk kepunyaaan adalah

pinjaman dari bahasa Arab yang menunjukkan arti "milik". Misalnya, "Al-hamdu

li 'l-Lāhi rabbi 'l-‘ālamīn. Artinya segala puji-pujian tertentu bagi Allah Taala

Tuhan seru alam" (RBTNA:1)

Disamping pemakaian kata wa (و ) dan lī ( ل ى ), teks RBTNA juga memakai

pemakaian kata maka (ف ) dalam bahasa Arab. Kata maka (ف ) secara etimologis

berarti maka, dan dalam bahasa Arab dapat dipakai diawal kalimat. Kata maka

dalam bahasa Melayu dapat digunakan sebagai kata tumpuan yang berada diawal

kalimat. Misalnya, "Famtasaltu wa‘atamadtu ilā 'l-Lāhi ta‘āla rājiyan li 's-

Sawābi mina 'l-Lāhi 'l-karīmi yaumi 'l ma’ab. Maka aku ikut dan aku pegang diri

kepada Allah Taala hal keadaan aku harap bagi pahala daripada Allah Taala yang

amat murah pada hari kiamat" (RBTNA:2).

d. Sarana Retorika

1) Gaya penguraian

Gaya penguraian pada teks RBTNA menggunakan gaya yang menguraikan

suatu gagasan secara terperinci serta urut. Hal tersebut dapat dilihat pada

kutipan di bawah ini.

Page 91: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Ketahui olehmu hai sālik, barang siapa masuk tarekat ini, hendaklah mengucap selawat pada mula-mula lima kali, dan dihadiah akan dia kepada roh Nabi Shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, dan kepada roh segala guru-guru yang empunya sil(s)ilah yang sampai isnad-nya kepada Nabi Shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, dan hendaklah menyampang diri dengan wasitah mereka itu kepada Tuhan ‘Azza wa jalla. Setelah itu, maka mengucap istigfar dua puluh lima kali; yaitu, "Astaghfiru 'l-Lāha rabbī min kulli zanbin wa atūbu ilaih"; // kemudian maka memaca Fatihah sekali; kemudian maka memaca surat Al-Ikhlas tiga kali (RBTNA:3-4).

Uraian diatas menjelaskan secara jelas dan terperinci serta urut mengenai syarat

bagi salik yang akan mengamalkan amalan Tarekat Naqsyabandiyah yang

dimulai dengan mengucap selawat sebanyak lima kali; mengucap istigfar;

yaitu,: "Astaghfiru 'l-Lāha rabbī min kulli zanbin wa atūbu ilaih" sebanyak dua

puluh lima kali; membaca surat Al Fatihah sekali; membaca surat Al Ikhlas tiga

kali.

Gaya penguraian pada teks RBTNA banyak mempergunakan sarana retorika

enumerasi (penjumlahan) yang ditandai dengan polysindeton. Polysindeton

merupakan suatu gaya dengan cara beberapa kata, frase, atau klausa yang

berurutan dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan kata penghubung

(Gorys Keraf, 1990:131). Misalnya:

Setelah itu maka mengucap istigfar dua puluh lima kali; yaitu, "Astaghfiru 'l-Lāha rabbī min kulli zanbin wa atūbu ilaih"; // kemudian maka memaca Fatihah sekali; kemudian maka memaca surat Al Ikhlas tiga kali (RBTNA:3-4). Kemudian maka dimulai dengan lisānu 'l-khayāl daripada pusat kita kalimat, "Lā", serta dipanjang akan dia hingga sampai kepada hotak kita; kemudian maka dihela daripadanya serta didatang kalimat, "Ilāha" kepada bahu kanan kita, kemudian maka dimulai daripadanya kalimah "Illā 'l-Lāh (RBTNA:7).

Page 92: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Kata penghubung kemudian maka pada kutipan di atas menunjuk pada gaya

penguraian yang memaparkankan gagasan secara urut dan terperinci.

2) Penguatan Sarana retorika pada teks RBTNA yang menyangatkan dan

menegaskan atau menguatkan pernyataan disesuaikan dengan penggunaan

kata dan lagi.

kemudian maka dimulai daripadanya kalimah "Illā 'l-Lāh", serta dipalunya ke dalam hati sanubari dan lagi hendaklah dimula makna kalimat itu yaitu, "Lā maqshūda illā 'l-Lāh" ….Dan jika engkau kehendaki lebih daripada yang tersebut itu, maka lazim olehmu akan sendirimu mutalaah kepada kitab yang panjang-panjang pada alam ini, dan lagi hendaklah engkau ambil daripada syekh yang mursyid, dan tiada hasil ilmu melainkan dengan syekh jua karena bahwasannya barang siapa tiada syekh yakni guru, maka yaitu syetan syekhnya wa 'l-Lāhu a‘lamu bi 'sh-Shawāb (RBTNA:7-8).

Kata dan lagi pada kutipan di atas menunjukkan penguatan terhadap

pernyataan sebelumnya.

3) Hiperbola

Hiperbola merupakan sarana retorika yang melebih-lebihkan sesuatu

hal atau keadaan, yang berfungsi sebagai penyangatan atau penegasan suatu

pernyataan. Dalam teks RBTNA terdapat hiperbola sebagaiman kutipan di

bawah ini.

Dan jika engkau kehendaki lebih daripada yang tersebut itu, maka lazim olehmu akan sendirimu mutalaah kepada kitab yang panjang-panjang pada alam ini, dan lagi hendaklah engkau ambil daripada syekh yang mursyid, dan tiada hasil ilmu melainkan dengan syekh jua karena bahwasannya barang siapa tiada syekh yakni guru, maka yaitu setan syekhnya wa 'l-Lāhu a‘lamu bi 'sh-Shawāb (RBTNA:10).

Page 93: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Kalimat di atas mengandung hiperbola yang melebih-lebihkan sesatu. Di

dalam kalimat "barang siapa tiada syekh yakni guru, maka yaitu setan

syekhnya" menyatakan maksud, bahwa orang yang tidak mempunyai guru,

maka setan adalah gurunya.

4) Gaya retorika

Gaya retorika yang digunakan pada teks RBTNA menggunakan gaya

seorang ahli pidato yang sedang memberi khotbah kepada pendengar (salik),

yaitu memberikan penjelasan tentang suatu persoalan dengan gaya

berkhotbah. Seperti misalnya tampak pada kutipan berikut.

Ketahui olehmu hai sālik, kata ulama // ahli 'sh shūfī, bahwasannya jalan sampai kepada Allah Taala itu tiga perkara, pertama berzikir dengan syaratnya seperti yang telah tersebut; kedua murāqabah, yaitu tawajuh kepada Allah Subhanahu wa ta‘āla dan tawajuh kepada hati dan hilang segala khawatir daripadanya; ketiga berlazim bersahabat seorang, dan adalah bersahabatnya itu memberi balas kepada kaifiat dan jamiyah, dan memelihara akan dia dengan [dish]ditashawwur akan rupanya, serta dipelihara akan dia pada dari aku yakni pendapat dalam hati inilah hasil mafhum kitab karangan Syekh Abdallah Ad-Dihlawi yang tempat hamba nukil wa 'l-Lāhu ‘alam (RBTNA:7-8).

Pada bagian isi teks, untuk memulai suatu uraian tentang suatu pokok

bahasan selalu diawali dengan kalimat "Ketahui olehmu hai salik". Kalimat

"Ketahui olehmu hai salik" menandakan bahwa pengarang memposisikan diri

sebagai orang yang akan memberikan penjelasan kepada salik.

5) Penyimpulan

Sarana retorika ini berupa gaya penyimpulan suatu uraian dengan kata

maka…..maka…., yaitu penyimpulan suatu uraian sebelumnya. Hal ini dapat

dicontohkan pada kutipan dibawah ini.

Page 94: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Adapun jika berzikir dengan jahar maka mengucap dengan lidah serta sahih lafaz-nya, dan serta dimula hazhah makna zikir dan serta tawajuh kepada hati, dan hati itu tawajuh kepada Zat Subhānahu wa ta‘āla, dan apabila nyata bagi orang yang berzikir itu kaifiat dan jamiyah, maka hendaklah memelihara akan dia, dan apabila tiada baginya kaifiat dan jamiyah, maka hendaklah berulang-ulang zikir hingga nyata keduanya (RBTNA:8). Dan jika engkau kehendaki lebih daripada yang tersebut itu, maka lazim olehmu akan sendirimu mutalaah kepada kitab yang panjang-panjang pada alam ini, dan lagi hendaklah engkau ambil daripada syekh yang mursyid, dan tiada hasil ilmu melainkan dengan syekh jua karena bahwasannya barang siapa tiada syekh yakni guru, maka yaitu syetan syekhnya wa 'l-Lāhu a‘lamu bi 'sh-Shawāb (RBTNA:10).

Pada kutipan diatas, kata maka menandai suatu kesimpulan dari pernyataan

sebelumnya.

6) Bahasa kiasan

Pada teks RBTNA, terdapat bahasa kiasan yang berupa perbandingan atau

perumpamaan (simile), yaitu membandingkan suatu hal dengan kata

pembanding: seperti, misalnya, umpama, laksana atau kata-kata semacam itu.

Berikut ini adalah kutipannya.

Dan adalah ada di dalam lathīfah itu tempatnya di bawah susu kiri kadar dua jari, hal keadaannya cenderung kepada pihak kiri sedikit kadar dua jari jua, hendaklah dimula-mula hazhah tatkala itu akan mafhum ismu zat, yaitu Allah, dan adalah mafhumnya Zat Allah Subhānahu wa ta‘āla dengan tiada misal seperti firman Allah Taala, "Laisa kamislihī syaiun", artinya tiada seperti baginya suatu jua pun (RBTNA:4).

B. Tarekat Naqsyabandiyah

Tarekat adalah jalan atau sistem untuk menuju keridhaan Allah semata-mata.

Adapun ikhtiar menempuh jalan tersebut bernama suluk, sedangkan orangnya disebut

Page 95: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

salik (Barmawie Umarie, 1966:97). Pelaksanaan teknis yang dilaksanakan untuk

mendekatkan diri kepada Allah harus dengan bimbingan seorang mursyid. Mursyid

menunjuk kepada hubungan penurunan ilmu tarekat dari satu guru kepada guru

tarekat yang lainnya. Berbeda tarekat berarti berbeda orang yang melaksanakannya,

sehingga berbeda pula wirid yang dipakai mereka.

Tarekat Naqsyabandiyah merupakan salah satu nama tarekat yang besar di

Indonesia. Nama Naqsyabandiyah diambil dari pendiri tarekat ini, yaitu Syekh

Bahauddin Naqsyabandi, seorang penduduk asli Bukhara. Tarekat ini berdiri pertama

kali di Asia Tengah dan meluas ke Turki, Suriah, Afganistan, dan India. Pada abad

ke-10 H/16M, Tarekat Naqsyabandiyah sampai di India yang dipimpin oleh Ahmad

Sirhindi (972-1033H/1564-1624M) yang dikenal sebagai Mujaddid-i Alf-i Tsani

(Pembaharu Milenium Kedua). Pusat Naqsyabandiyah Sirhind (di Punjab)

mengalahkan pamor pusat Naqsyabandiyah di Asia Tengah. Pada permulaan abad

ke-13H/19M, salah seorang Syekh Naqsyabandiyah yang berasal dari Delhi yang

bernama Syekh Abdallah Dihlawi (di India lebih di kenal dengan nama sufinya, Syah

Ghulam Ali) memiliki murid yang tersebar di berbagai negara seperti Roma, Suriah,

Bagdad, Mesir, Cina, Ethiophia (Nizami, 2003:219-220). Khalifah Mujaddidi India

dari Abdallah Dihlawi (w. 1240) inilah yang dalam sejarahnya bertanggungjawab

atas pengaruh Tarekat Naqsyabandiyah yang dicapai di Mekah dan Madinah. Syekh

Abdallah ini merupakan khalifah dari kepala dari Mirza Mazhar Jan-i Janan

(Bruinessen, 1996:65).

Teks RBTNA merupakan salah satu teks yang berisi tentang Tarekat

Naqsyabandiyah yang mendapat pengaruh dari guru Naqsyabandiyah yang bernama

Page 96: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Syekh Abdallah Dihlawi. Hal tersebut dinyatakan dalam teks melalui pernyataan

yang berbunyi:

Adapun kemudian dari itu maka tatkala adalah hijratu 'n-Nabiyyi shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam dua ratus lima puluh dulapan tahun kemudian daripada seribu tahun, makasanya minta kepada kami berulang-ulang beberapa kali oleh setengah kekasihan aku bahwa aku pindah kitab imam yang alim lagi wali Allah yang ahli 'sh-Shūfī, dan yaitu Syekh Abdallah Dihlawi nama negerinya (RBTNA:1).

Teks RBTNA disalin oleh seorang dari Indonesia (Aceh) bernama haji Abbas Asyi

yang tinggal di Mekah pada tahun 1258H/1842M. Adapun ajaran Tarekat

Naqsyabandiyah yang terdapat dalam teks RBTNA ini adalah sebagai berikut.

1. Zikir Tarekat Naqsyabandiyah

Dalam teks RBTNA, pertama-tama dipaparkan urutan kegiatan yang harus

dilaksanakan seorang salik pengikut Tarekat Naqsyabandiyah sebelum melaksanakan

amalan zikir Naqsyabandiyah. Adapun urutannya diawali dengan mengucap selawat

sebanyak lima kali. Selawat tersebut akan dihadiahkan kepada roh Nabi Muhammad

Shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam dan roh seluruh guru yang sampai isnad-nya kepada

Nabi Muhammad Shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, dari beliau akan sampai kepada

Allah. Apabila selawat sebanyak lima kali sudah selesai dilakukan, maka dilanjutkan

dengan mengucap istigfar yaitu, "Astaghfiru 'l-Lāha rabbī min kulli zanbin wa atūbu

ilaih" (RBTNA:3). Tahap selanjutnya yaitu membaca Fatihah sekali kemudian

membaca surat Al Ikhlas sebanyak tiga kali. Langkah selanjutnya adalah

menghadirkan rupa Syekh (guru) tempat diambilnya pelajaran (ajaran) serta

memohon limpahan karunia dan ampunan dari Allah taala.

Ketahui olehmu hai sālik, barang siapa masuk tarekat ini, hendaklah mengucap selawat pada mula-mula lima kali, dan dihadiah akan dia

Page 97: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

kepada roh Nabi Shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, dan kepada roh segala guru-guru yang empunya sil(s)ilah yang sampai isnad-nya kepada Nabi Shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, dan hendaklah menyampang diri dengan wasitah mereka itu kepada Tuhan ‘Azza wa jalla. Setelah itu, maka mengucap istigfar dua puluh lima kali; yaitu, "Astaghfiru 'l-Lāha rabbī min kulli zanbin wa atūbu ilaih"; // kemudian maka memaca Fatihah sekali; kemudian maka memaca surat Al Ikhlas tiga kali. Setelah sudah yang demikian itu, maka hendaklah dihadir akan rupa syekh yang tempat diambil talkin daripadanya diseru di hadapannya dengan hati serta minta tolong daripadanya dan minta daripada Allah Taala akan faidhu 'l-mahabbati wa 'l-maghfirah yakni limpah kekasihan dan ampu(n)an (RBTNA:3).

Zikir artinya mengingat kepada Tuhan yang dalam tarekat mengingat kepada

Tuhan tersebut dibantu dengan ucapan untuk menyebut nama Allah atau sifatnya,

atau kata-kata untuk senantiasa mengingatkan kepada Tuhan (Abubakar Aceh,

1990:278). Amalan pokok paling mendasar bagi penganut Tarekat

Naqsyabandiyah adalah zikrullah (mengingat Allah). Adapun zikir dalam Tarekat

Naqsyabandiyah itu terbagi menjadi dua, yaitu zikir khafi (hati) dan zikir lisan

(lidah). Zikir dengan lisan ialah menyebut Allah dengan berhuruf dan bersuara. Zikir

dengan hati (khafi) ialah mengingat atau menyebut Allah dalam hati, tidak berhuruf

dan tidak bersuara (Ahmad Fuad Said, 2005:15-17).

Tarekat Naqsyabandiyah memilih zikir dengan khafi (hati) karena peranan hati

sangat menentukan dalam kehidupan. Hati merupakan tempat iman dan sumber

pancaran cahaya yang penuh dengan rahasia. Jika hati baik maka niscaya anggota

tubuh yang lain baik pula, namun jika hati buruk maka buruklah anggota tubuh yang

lainnya.

Pelaksanaan zikir dalam Tarekat Naqsyabandiyah adalah dengan zikir qalbi

(khafi). Adapun zikir qalbi terbagi menjadi dua, yaitu zikir ismu zat dan zikir nafi

Page 98: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

isbat. Zikir ismu zat yaitu zikir dengan menyebut nama Zat Allah yang hakiki, yaitu

Allāh Allāh. Zikir nafi isbat adalah zikir dengan mengucap Lā ilāha illā 'l-Lāh

sembari memusatkan perhatian kepada Allah dengan pengaturan nafas.

a. Zikir Ismu Zat

Zikir ismu zat yaitu zikir dengan menyebut nama Zat Allah yang paling tinggi

diantara asma-asma Allah yaitu Allāh Allāh. Praktek zikir dalam Tarekat

Naqsyabandiyah mengenal adanya tingkatan zikir yang lebih tinggi diantaranya

terdapat pelajaran mengenai zikir lathaif. Zikir lathaif dilaksanakan dengan

menyebut nama zat Allah yang paling tinggi yaitu Allāh Allāh. Zikir lathaif

berhikmah menghancurkan sifat mazmumah yang ada pada diri manusia dan

sekaligus menjadi sarang iblis. Ketujuh tempat tersebut adalah:

1) Lathīfah qalbu

Lathīfah qalbu merupakan sentral dan rohaniah manusia dan merupakan

induk dari latifah-latifah lainnya. Lathīfah qalbu terletak di bawah susu kiri

selebar dua jari, cenderung kepada pihak kiri sedikit, kira-kira dua jari yang

merupakan hati sanubari manusia. Melalui lathīfah ini menjelmalah kedekatan

seorang salik kepada Allah Subhānahu wa ta‘āla, bahwa tidak ada yang serupa

dengan Allah, sebagaimana firman Allah swt QS Asy Syura:11.

)11:لشورى1(لھ شیىءكمثلیس …….

"…….Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang

Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS Asy Syura:11).

Di dalam teks RBTNA hal tersebut dinyatakan dalam kutipan berikut ini, yaitu:

Page 99: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Setelah itu maka dimulai bagi lathīfah qalbu, serta menunduk kepala sedikit kepadanya, dan makna lathīfah itu tempat nur, dan ada di dalam lathīfah itu tempatnya di bawah susu kiri kadar dua jari, hal keadaannya cenderung kepada pihak kiri sedikit kadar dua jari jua, hendaklah dimula-mula hazhah tatkala itu akan mafhum ismu zat, yaitu Allah, dan adalah mafhumnya Zat Allah Subhānahu wa ta‘āla dengan tiada misal seperti firman Allah taala, "Laisa kamislihī syaiun", artinya tiada seperti baginya suatu jua pun (RBTNA:4)

Kedekatan seorang salik kepada Allah adalah dengan menghadapkan diri

dan membulatkan hati hanya kepada Allah semata. Dengan demikian,

penglihatan dan pendengaran batinlah yang senantiasa terpancar dari lubuk hati,

sehingga yang terdengar dan terlihat adalah Allah. Oleh karena itu, ilham dari

Allah (yang merupakan Nur Ilahi) terbit dari hati orang yang sedang berzikir,

sehingga hatinya selalu hadir bersama Allah (Djamaan Nur, 2004:264–265).

Lafal zikir pada lathifah qalbu adalah "Allāh Allāh", dengan keadaan lidah

bertemu dengan langit-langit. Hal tersebut terdapat dalam kutipan teks RBTNA

yang berbunyi:

Dan hendaklah tatkala itu dipelihara segala khawatir dan daripada berpikir-pikir daripada barang yang telah lalu dan yang lagi akan datang, dan lagi hendaklah tatkala itu tawajuh kepada hati, dan hati tawajuh kepada // mafhum zat yang wājibbu 'l-wujūd, dan mengata tatkala itu dengan lisānu 'l-khayāl, "Allāh Allāh" hal keadaan bertemu lida(h)nya dengan langit-langit (RBTNA:4-5).

2) Lathīfah Ruh

Lathīfah Ruh terletak di bawah susu kanan kira-kira dua jari ke arah kanan,

berhubungan dengan paru-paru dengan lafaz zikir Allāh Allāh (Djamaan Nur,

2004:265). Hal ini dinyatakan di dalam teks RBTNA yang berbunyi:

Page 100: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Dan apabila zahir padanya berkerap-kerap zikir dalam hati maka hendaklah berpindah kepada lathifatu 'r-Ruh. Dan adalah tempatnya pada bawah susu kanan kadar dua jari maka berhadap kepadanya pula dan menyebut pula Allāh Allāh dengan lisanu 'l-khayal jua"(RBTNA:5).

3) Lathīfah Sir

Lathīfah Sir terletak berbetulan susu kiri kadar dua jari, cenderung kepada

tengah dada kita dengan lafaz zikir Allāh Allāh. Di dalam teks RBTNA hal

tersebut dinyatakan dengan kutipan yang berbunyi, "Kemudian dari itu maka

berpindah kepada lathīfah Sir. Dan adalah tempatnya berbetulan susu kiri kadar

dua jari hal keadaannya cenderung kepada tengah dada kita maka disebut di sana

Allāh Allāh jua" (RBTNA:5).

4) Lathīfah khafī

Lathīfah khafī terletak berbetulan susu kanan kadar dua jari, cenderung

tepat dada, dengan lafal zikir Allāh Allāh. Menurut teks RBTNA keterangan

tentang lathīfah khafī dinyatakan dalam kutipan berikut yang berbunyi,

"Kemudian dari padanya lalu berpindah ia kepada lathīfah khafī, dan berhadap

kepadanya pula. Dan adalah tempatnya berbetulan susu kanan kadar dua jari hal

keadaannya cenderung ia kepada tepat dada jua. Maka disebut di sana Allāh

Allāh jua seperti dahulunya" (RBTNA:5)

5) Lathīfah akhfa

Lathīfah akhfa bertempat di tengah dada dengan lafaz zikir Allāh Allāh.

Keterangan mengenai lathīfah akhfa dijelaskan dalam teks RBTNA, "Kemudian

maka berpindah kepada lathīfah akhfa. Dan adalah tempatnya pada tengah dada

Page 101: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

kita hendaklah berhadap kepadanya serta disebut Allāh Allāh seperti yang

tersebut dahulu jua" (RBTNA:5)

6) Lathīfah Nafs

Lathīfah Nafs terletak pada dahi, dengan lafaz zikir Allāh Allāh,

sebagaimana kutipan dalam teks RBTNA, "Setelah itu maka berpindah berhadap

kepada lathīfah Nafs dan adalah tempatnya pada dahi kita maka disebut // Allāh

Allāh pula di sana." (RBTNA:5).

7) Lathīfah kullu 'l-jasad

Lathīfah terakhir yang disebutkan di dalam teks RBTNA adalah Lathīfah

kullu 'l-jasad, yaitu seluruh anggota badan. Pada lathīfah ini, lafal zikir yang

harus diucapkan adalah lafal zikir Allāh Allāh dengan lisan khayal, sebagaimana

kutipan berikut ini, "Setelah itu maka berhadap kepada lathīfah kullu 'l-jasad

yaitu sekalian tubuhnya, dan disebut disana pula Allāh Allāh dengan lisānu 'l-

khayāl jua hingga zahir bergerak-gerak segala lathīfah yang tersebut itu"

(RBTNA:5).

Zikir lathaif ini merupakan pokok dan mendasari zikir-zikir yang lain. Zikir lathaif

inilah yang merupakan senjata ampuh untuk membasmi sifat buruk pada ketujuh

tempat-tempat yang tersebut di atas. Dengan zikir ini, salik memusatkan kesadaran

(dan membayangkan nama Allah ) berturut-turut pada tujuh titik halus pada tubuh.

b. Zikir Nafi Isbat

Zikir nafi isbat artinya, 1) menafikan segala yang terupa yang dapat

dibesarkan, yaitu dengan kalimat, "Lā ilāha" yang berarti "Tiada Tuhan", 2)

mengisbatkan Allah yang menjadi sesembahan, yaitu dengan kalimat, "Illā 'l-Lāh"

Page 102: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

yang berarti "Melainkan Allah". Jadi, "Lā ilāha illā 'l-Lāh" berarti tidak ada Tuhan;

melainkan Allah (Barmawie Umarie, 1966:24)

Zikir nafi isbat terdiri atas bacaan perlahan disertai dengan pengaturan nafas,

mengucap kalimat, "Lā ilāha illā 'l-Lāh", yang dibayangkan dan digambarkan

seperti menggambar jalan (garis) melalui tubuh. Kata "Lā" digambar dari daerah

pusar terus ke atas sampai ke ubun-ubun. Kata "Ilāha" turun ke kanan dan berhenti

di ujung bahu kanan. Kata "Illā" dimulai dan turun melewati bidang dada, sampai

kejantung, dan kearah jantung inilah kata terakhir "Allāh" dihujam sekuat tenaga

(Bruinessen, 1996:80). Pada waktu kalimat, "Lā ilāha illa 'l-Lāh" diucapkan,

hendaklah orang yang berzikir menghayati makna, bahwa tiada Tuhan yang berhak

disembah, tiada Tuhan yang berhak dituju dan tiada Tuhan yang berhak dicintai,

kecuali Allah swt (Djamaan Nur, 2004:269).

Teks RBTNA juga menjelaskan hal yang serupa mengenai zikir nafi isbat.

Pada zikir ini keadaan lidah bertemu dengan langit-langit, kemudian memulai zikir

dengan kalimat "Lā" dari pusar ditarik lurus ke atas sampai ke otak kita, kalimat

"Ilāha" ditarik dari otak ke bahu kanan, kalimat "Illā 'l-Lāh" dari bahu kanan ke

arah hati sanubari, kemudian dari hati sanubari dimaknai kalimat, "Lā maqshūdi

illa 'l-Lāhu" yang artinya tiada yang dimaksud melainkan Allah Taala.

Ketahui olehmu hai sālik, bahwasannya segala lathīfah yang tersebut dinamai akan dia lathīfah yang tawajuh. Adapun zikir yang kedua itu zikir nafi dan isbat, dan adalah tarekatnya bahwa bertemu lida(h) dengan langit-langit seperti yang dahulu; kemudian maka dimulai dengan lisānu 'l-khayāl daripada pusat kita kalimat, "Lā" serta dipanjang akan dia hingga sampai kepada hotak kita; kemudian maka dihela daripadanya serta didatang kalimat, "Ilāha" kepada bahu kanan kita; kemudian maka dimulai daripadanya kalimat, "Illā 'l-Lāh", serta dipalunya ke dalam hati sanubari; dan lagi hendaklah dimula makna

Page 103: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

kalimat itu yaitu, "Lā maqshūda illā 'l-Lāh", artinya tiada yang dimaksud melainkan Allah Taala yang wājibu 'l-wujūd dengan tiada misal (RBTNA:6).

Pelaksanaan zikir nafi isbat dilaksanakan sebanyak tiga atau lima kali zikir

dengan menahan nafas, sekuasanya bagi orang yang berzikir. Sesudah berzikir

beberapa kali dengan sekuasanya beberapa kali, kemudian dilanjutkan dengan

mengucap, "Muhammadu 'r-Rasūlu 'l-Lāh". Apabila zikir yang demikian tadi

sudah dilaksanakan beberapa kali, atau sekuasa bagi orang yang berzikir baik

dengan zikir ismu zat ataupun zikir nafi isbat, kemudian dilanjutkan dengan

mengucap, "Ilāhī anta maqshūdī wa ridhāka mathlūbī a‘tinī mahabbaka wa

maghfiratak".

Dan apabila berzikir dengan nafi dan isbat, tatkala menahan nafas hendaklah melepas akan nafasnya dengan ke asal jua seperti tiga kali atau lima sekira-kira kuasa. Setelah berzikir beberapa kali, yakni // sekira-kira kuasa maka mengucap, "Muhammadu 'r-Rasūlu 'l-Lāh", dan jangan dipanjang menahan nafas yakni sekira-kira tiada zahir baginya kh.f.q.a.n., dan apabila sudah berzikir beberapa kali, yakni sekira-kira kuasa bersamaan berzikir dengan ismu zat atau dengan yakni nafi dan isbat, maka mengata dengan lidah khayāl, "Ilāhī anta maqshūdī wa ridhāka mathlūbī ā‘tinī mahabbaka wa maghfiratak" (RBTNA:7).

Zikir khafi merupakan zikir yang dikerjakan dengan hati (sir). Zikir lathaif

(ismu zat) dan zikir nafi isbat termasuk ke dalam zikir khafi oleh karena itu

pelaksanaanya harus dilaksanakan dengan sir (tidak bersuara), sedangkan jika akan

melaksanakan zikir dengan jahar, maka lafal zikir harus benar dan jelas. Apabila

zikir dengan jahar tersebut sesuai dengan kaifiat dan jamiyahnya, maka hendaklah

dipelihara zikirnya, namun jika sesuai dengan kaifiat dan jamiahnya hendaklah

Page 104: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

zikir tersebut diulang-ulang hingga sesuai dengan kaifiat dan jamiyah. Hal tersebut

dijelaskan pada teks RBTNA yang berbunyi:

Adapun jika berzikir dengan jahar maka mengucap dengan lidah serta sahih lafaz-nya, dan serta dimula hazhah makna zikir dan serta tawajuh kepada hati, dan hati itu tawajuh kepada Zat Subhānahu wa ta‘āla. Dan apabila nyata bagi orang yang berzikir itu kaifiat dan jamiyah, maka hendaklah memelihara akan dia, dan apabila tiada baginya kaifiat dan jamiyah, maka hendaklah berulang-ulang zikir hingga nyata keduanya (RBTNA:7)

3. Ma`rifatullah

Bagi sufi, tiap jiwa yang bersih akan dapat mencapai ma`rifatullah. Salah

satu jalan untuk mencapai ma`rifatullah adalah dengan membersihkan diri

sebersih-bersihnya, serta menempuh tingkat-tingkat pendidikan sufi, yang

dinamakan maqamat (Abubakar Aceh, 1992:69-70).

Maqam adalah sebuah istilah dunia sufistk yang harus diperjuangkan dan

diwujudkan oleh seorang salik dengan melalui beberapa tingkatan. Pencapaian

tingkatan tersebut melalui pencarian yang tak mengenal lelah, beratnya syarat, dan

beban kewajiban yang harus dipenuhi. Seseorang tidak akan mencapai suatu

tingkatan dari tingkatan sebelumnya selama dia belum memenuhi ketentuan-

ketentuan, hukum-hukum, dan syarat-syarat maqam yang hendak dilangkahi atau

sedang ditingkatkannya (Al-Qusyairy, 2002:57-58).

Dalam teks RBTNA, untuk mencapai tingkat kebahagiaan dapatditempuh

melalui tiga perkara. Jalan untuk sampai kepada Allah Taala tersebut dikemukakan

oleh Syekh Abdallah Dihlawi melalui zikir, muraqabah, dan keharusan seorang

salik untuk bersahabat dengan orang yang menjadi guru dengan mentashawwur

Page 105: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

rupanya dikala sedang beribadah. Guru akan memberi balasan terhadap kaifiat dan

jamiyah.

Jalan untuk menuju ma`rifatullah juga dijelaskan oleh Syekh Tajuddin

seorang guru Tarekat Naqsyabandiyah. Menurut Syekh Tajuddin jalan untuk

sampai kepada ma`rifatullah meliputi:

a. Zikir dengan kalimat tayibbah

Zikir yaitu suatu kegiatan ibadah yang dilakukan untuk selalu mengingat dan

meyakini kebesaran Allah. Syekh Nuruddin mengatakan bahwa kalimah tayib

mempunyai tiga arti, yaitu: 1) tiada Tuhan selain Allah, 2) tiada yang dikasihi

dan dikehendaki selain Allah, 3) tidak ada sesuatu (maujud) selain Allah (dalam

Ahmad Daudy, 1983:195).

Zikir dengan kalimat tayib dalam teks RBTNA adalah zikir dengan kalimat

"Lā ilāha illā 'l-Lāh muhammadu 'r-Rasūlu 'l-Lāh" yang diucapkan tiga kali atau

lebih dengan menahan nafas secara terus menerus. jika zikir tersebut usauim

dilaksanakan sebanyak dua puluh satu kali, sedangkan orang yang melaksanakan

zikir belum merasakan bekas zikirnya, maka zikir yang telah diamalkan tidak

akan dikabulkan permohonannya oleh Allah. Oleh karena itu, orang yang

mengamalkan zikir hendaklah mengulang zikirnya hingga terasa bekas zikirnya.

Adapun kaifiyat zikir itu jadikan lidah bertemu dengan langit-langit, bibir

bertemu dengan bibir, gigi bertemu dengan gigi, serta dengan menahan nafas.

Setelah itu, dilanjutkan memulai zikir dengan kalimat, "Lā" dari pusar ditarik

lurus ke atas hingga ke otak, kemudian menghela kalimat "Ilāha" yang ditarik

dari otak ke bahu kanan, selanjutnya menghela kalimat "Illa 'l-Lāh" dari bahu

Page 106: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

kanan ke arah hati sanubari pada pihak kiri hingga hangatlah seluruh tubuh

orang yang menerjakan zikir. Selanjutnya menghela kalimat, "Muhammadu 'r-

Rasūlu 'l-Lāh" dari pihak kiri kepada pihak antara pihak kanan dan kiri, setelah

itu dilanjutkan dengan mengucap dalam hati kalimat, "Ilāhī anta maqshūdī wa

ridhāka mathlūbī".

b. Muraqabah dan tawajuh

Muraqabah menurut arti katanya adalah senantiasa untuk tetap memelihara

maksud, sedangkan makna istilahnya adalah keabadian memandang dengan hati

pada Allah yang diposisikan sebagai Zat yang selalu mengawasi manusia dalam

segala sikap dan hukumnya. Sikap batin ini timbul dengan membangkitkan

kepekaan rasa pada kesenantiasaan Allah melihat diri manusia dalam segala

gerak dan diamnya (Al-Qusyairy, 2002:268).

Muraqabah juga berarti menjaga atau merasa dirinya selalu diawasi sehingga

membentuk sikap yang selalu awas pada hukum-hukum Allah. Orang yang

selalu mengawasi dirinya terhadap apa-apa yang telah lampau, memperbaiki di

saat sekarang, berarti selalu berada di jalan yang benar, mengadakan kontak

yang baik dengan Allah swt sambil menjaga hati, sehingga orang akan

mengetahui bahwa ia dekat dengan Allah swt. Allah swt adalah Zat Maha

Pengawas dan Zat Mahadekat dengan hati manusia. Ini berarti Allah swt

mengetahui keadaan, melihat segala perbuatan dan mendengar ucapan manusia.

Hal ini sesuai dengan teks RBTNA, bahwa muraqabah yaitu tawajuh kepada

Allah Subhanahu wa ta‘āla, dan tawajuh kepada hati dan hilang segala khawatir

daripadanya (RBTNA:8).

Page 107: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Latihan mistik muraqabah hanya diajarkan kepada murid yang tingkatannya

lebih tinggi (kepada mereka yang telah menguasai zikir lathaif). Latihan ini

berupa pengendalian diri melalui teknik-teknik konsentrasi dan meditasi

(Bruinessen, 1996:82).

Tawajuh berarti menyatukan atau mengkonsentrasikan seluruh indra zahir

dan indra batin untuk munajat, berzikir kehadirat Allah swt. Berzikir kepada

Allah dengan mengosongkan rohaniah dari segala sesuatu, sehinggga yang ada

hanya Allah swt saja. Mentawajuhkan rohaniah kehadirat Zat Allah swt dengan

segala sifat kebesaran dan keagungan-Nya yang Mahasempurna seraya berzikir,

baik dengan zikir ismu zat ataupun zikir nafi isbat (Djamaan Nur,2004:277).

c. Bertambatnya salik dengan syekh (guru) untuk mencapai maqam musyahadah.

Syekh atau guru dalam tarekat mempunyai kedudukan yang penting dalam

tarekat, karena guru merupakan perantara dalam ibadah antara murid dengan

Tuhan. Untuk mencapai jalan kebahagian kapada Tuhan, maka salik harus

memilih dan mentaati guru. Pekerjaan memilih dan mentaati guru merupakan

hal yang terpenting dalam amalan Tarekat Naqsyabandiyah karena guru akan

membimbing salik dalam mencapai tujuan tersebut. Pekerjaan ini wajib bagi

salik dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Sebagaimana yang telah di

terangkan oleh Syekh Tajuddin Naqsyabandi, bahwa seorang murid yang tidak

mengambil seorang guru yang tetap, maka setanlah gurunya. Guru selalu hadir

pada waktu murid mengerjakan ibadah, mengerjakan zikir, dan bertolong-

tolongan satu sama lain dalam segala kebajikan (Abubakar Aceh, 1990:128).

Hal ini sesuai dengan informasi yang terdapat dalam teks RBTNA, "Dan tiada

Page 108: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

hasil ilmu melainkan dengan syekh jua, karena bahwasannya barang siapa tiada

syekh yakni guru, maka yaitu setan syekhnya wa 'l-Lāhu a‘lamu bi 'sh-Shawāb

(RBTNA:10).

Bertambatnya seorang murid terhadap guru akan membawa murid untuk

sampai kepada maqam musyahadah. Maqam musyahadah merupakan tingkatan

bahwa seeorang seolah-olah dalam taraf berpandang-pandangan dengan Allah,

dimana seorang salik telah mendapat kasyaf yakni tiada hijab antara dia dengan

Allah (Djamaan Nur, 2004:282).

Page 109: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan terhadap naskah RBTNA yang telah dipaparkan

dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

1. Naskah RBTNA merupakan naskah tunggal, sehingga metode yang paling

sesui untuk mengadakan suntingan teks adalah metode standar, yaitu

menerbitkan suntingan teks dengan membetulkan kesalahan-kesalahan kecil

dan ketidakajegan, ejaannya disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang

berlaku. Setelah dilakukan kritik terhadap teks RBTNA, maka ditemukan

beberapa kesalahan salin tulis antara lain: 5 buah lakuna, 3 buah adisi, 1 buah

ditografi, 5 buah substitusi, dan ketidakkonsistenan dalam penulisan kata

adalah.

2. Struktuk teks RBTNA dapat dilihat dari struktur penyajian, gaya penyajian,

pusat penyajian, dan gaya bahasa. Dilihat dari struktur penyajiannya, teks

RBTNA berstruktur sistematis terdiri dari pendahuluan, isi, penutup. Adapun

dilihat dari gaya penyajiannya, teks RBTNA menggunakan bentuk interlinier

dengan penggunaan kalimat bahasa Arab yang diterjemahkan ke dalam

bahasa Melayu. Di samping itu, pusat penyajian teks RBTNA menggunakan

metode orang pertama (Ich-Erzählung) yaitu teks yang dituturkan sendiri oleh

pengarang atau diri tokoh. Dari segi gaya bahasa teks RBTNA memeiliki 4

buah gaya bahasa yaitu: (1) kosa kata yang terdiri dari kosa kata Arab istilah

Page 110: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

tasawuf 29 buah kata dan kosa kata Arab bukan istilah tasawuf sebanyak 14

buah; (2) ungkapan terdapat 7 buah kata-kata khusus; (3) sintaksis yang

terdapat dalam teks RBTNA adalah penggunaan kata dan, maka, bagi; (4)

sarana retorika terdiri dari gaya penguraian, penguatan, hiperbola, gaya

retorika, penyimpulan, dan bahasa kiasan.

3. Bardasarkan analisis isi terhadap teks RBTNA, dapat diketahui bahwa teks

RBTNA berisi tentang ajaran Tarekat Naqsyabandiyah yang berupa: (1) zikir

Tarekat Naqsyabandiyah yaitu zikir khafi (zikir lathaif dan zikir nafi isbat)

dan zikir dengan jahar atau lisan, (2) jalan untuk sampai kepada Allah Taala

(ma'rifatullah) yaitu zikir dengan kalimat tayibbah, muraqabah dan tawajuh,

bertambatnya salik dengan syekh (guru) untuk mencapai maqam

musyahadah, dan saran kepada salik agar memilih dan mentaati guru (syekh)

B. Saran

Penelitian ini baru menghadirkan suntingan teks, analisis struktur sastra kitab,

dan isi. Oleh karena itu, perlu adanya kajian dari berbagai disiplin ilmu lain seperti

sejarah, sosiologi, agama, interteks dan sebagainya sehingga akan terkuak rahasia

yang ada di dalam naskah ini (ML 479 F) khususnya. Diharapkan pula ada penelitian

terhadap naskah lainnya yang masih belum diteliti (ML 479 A, ML 479 B, ML 479

D, ML 479 H) karena masih banyak nilai-nilai budaya warisan leluhur yang belum

tergali.

Page 111: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar Aceh. 1990. Pengantar Ilmu Tarekat. Solo: Ramadhani.

1992. Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawwuf. Solo: Ramadhani.

Achadiati Ikram, Tjiptaningrum F.Hassan, dan Dewaki Kramadibrata. 2002. Katalog Naskah Buton: Koleksi Abdul Mulku Zahari. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Adit Rosadi dan Moh. Suhud. 1960. Pelajaran Membaca dan Menulis Huruf Arab Melayu. Bandung: Peladjar.

Ahmad Daudy. 1983. Allah dan Manusia: dalam Konsepsi Syeikh Nuruddin Ar-Raniry. Jakarta: Rajawali Press.

Ahmad Fuad Said. 1996. Hakikat Tarikat Naqsyabandiyah. Jakarta: PT. Alhusna Zikra

.. 2005. "Thariqat Naqsyabandiyyah: Sejarah, Amalan, dan Dalil-dalilnya" makalah Seminar Nasional Tasawuf. 29 Januari 2005. Surakarta: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Surakarta.

Ahmad Warson Munawwir. 1984. Al-Munawwir Kamus Besar Arab-Indonesia.(Edisi Tahun 1997). Yogyakarta: Pustaka Progresif Pustaka Wahana Mengenal Diri dan Ilahi.

Al-Qusyairy, Abul Qasim Abdul Karim Hawazin. 2002. Risalah Qusyairiyah Sumber Kajian dan Ilmu Tasawuf (edisi terjemahan Ma`ruf Zariq dan Ali Abdul Hamid Balthayj). Jakarta: Pustaka Amani.

Amir Sutaarga, et. al. 1972. Katalogus Koleksi Naskah Museum Pusat. Jakarta: Proyek Inventaris dan Dokuman Kebudayan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Page 112: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Bani Sudardi. 2003a. Penggarapan Naskah. Surakarta: Badan Penerbit Sastra Indonesia.

. 2003b. Sastra Sufistik Internalisasi Ajaran-ajaran Sufi dalam Sastra Indonesia. Surakarta: Tiga Serangkai.

Barmawie Umarie. 1966. Systematik Tasawwuf. Solo: AB. Sitti Syamsijah.

Behrend, TE dan Titik Pudjihastuti. 1997. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara. Jilid 3A. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Behrend, TE (penyunting). 1998. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara. Jilid 4. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Bruinessen, Martin van. 1996. Tarikat Naqsyabandiyah di Indonesia: Survei Historis, Geografis, dan Sosiologi. Bandung: Mizan.

Djamaan Nur. 2004. Tasawuf dan Tarekat Naqsyabandiyah Pimpinan Prof. Dr. H. Saidi Kadirun Yahya. Medan: USU Press

Edi S Ekadjati dan Undang A Darsa. 1999. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 5A. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Edi S Ekadjati (Penyunting). 2000. Direktori Edisi Naskah Nusantara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Edwar Djamaris. 1977. "Filologi dan Cara Kerja Penelitian Filologi" dalam Bahasa dan Sastra no. 1 th. III. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.

. 1997. Metode Penelitian Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 113: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Fang, Liaw Yock. 1991. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jilid I. Jakarta: Erlangga.

. 1993. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Gorys Keraf. 1990. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia

Hamka. 1993. Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya. Jakarta: Pustaka Panji Mas

Heijer, Johannes den. 1992. Pedoman Transliterasi Bahasa Arab. Jakarta: INIS

Howard, Joseph H. 1996. Malay Manuscripts a Bibliographical Guide. Kuala Lumpur: University of Malaya library.

Lubis, Nur A Fadhil. 2005. "Sejarah dan Perkembangan Tarekat di Indonesia" makalah Seminar Nasional Tasawuf. 29 Januari 2005. Surakarta: Sekolah Tinggi Agam Islam Negeri Surakarta.

Mahmud, Dato Paduka Haji. 2003. Kamus Bahasa Melayu Nusantara. Bandar Sri Begawan: Dewan Bahasa dan Pustaka Brunai

Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif (edisi terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI-Press.

Nizami, Khaliq Ahmad. "Tarekat Naqsyabandiyyah" dalam Sayyed Hossein Nasr (ed.). 2003. Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam Manifestasi. Bandung: Mizan.

Romdon. 1995. Tasawwuf dan Ilmu Kebatinan. Yogyakarta: LESFI

Sangidu. 2004. Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan Kiat. Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya UGM.

Page 114: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar

Schimmel, Annemarie. 2000. Dimensi Mistik dalam Islam (edisi terjemahan oleh Sapardi Djoko Damono, et. al.). Jakarta: Pustaka Firdaus.

Sholeh Dasuki. 1999. "Metode Penyuntingan Teks dalam Filologi" dalam Haluan

Sastra Budaya. Surakarta: Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret.

Siti Baroroh Baried, et. al. 1994. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada.

Siti Chamamah Soeratno, et. al. 1982. Memahami Karya-karya Nuruddin Arraniri. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.

Solihin, M dan Rosihan Anwar. 2002. Kamus Tasawuf. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sri Wulan Rujiati Mulyadi. 1994. Kodikologi Melayu. Jakarta: Universitas Indonesia.

Streef, Joan de Lijster dan Jan Just Witkam. 1998. Catalogue of Malay and Minangkabau Manuscripts. Leiden: Legatum Warnerianum in Leiden University Library.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta: Balai Pusataka.

Van Ronkel. 1921. Malaische en Minangkabausche Hansshriften in de Leidsche Universiteis-Bibliotheek. Leiden: Boekhandel en Drukerij voorhen E. J. Brill

Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al Quran. 1971. Al Quran dan Terjemahnya. Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia.

Page 115: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar
Page 116: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar
Page 117: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar
Page 118: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar
Page 119: RISĀLATA 'L- BADĪ‘IYYAH FĪ THARĪQATI 'N …... · sehingga metode yang sesuai untuk menyunting teks adalah metode standar. ... pantun, syair, guridam, dan sebagainya (Edwar