55
RINGKASAN METODOLOGI PENELITIAN “PENGUMPULAN DATA” Dalam melakukan suatu penelitian, sangat memerlukan adanya data untuk mendukung hasil penelitian kita dalam menjawab masalah penelitian atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk memperoleh data yang kita perlukan, maka dalam penelitian terdapat macam-macam teknik pengumpulan data sesuai jenis data yang kita perlukan. Oleh karena itu, berikut ini kami membahas tentang apa pengertian data dan jenis- jenisnya, serta bagaimana teknik pengumpulan datanya. A. PENGERTIAN DATA DAN JENISNYA Menurut Hasan (2002:82), data adalah bentuk jamak dari datum. Data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat berupa sesuatu yang diketahui Nama Anggota Kelompok 5: 1. Hadi Priyanto (12080304007) 2. Fitrah Riana S. (12080304008) 3. Ni Kadek Wedha A. (12080304022) 4. Dwi Hariadi (12080304023) 5. Uswatun Khasanah (12080304036)

Ringkasan Pengumpulan Data

  • Upload
    novie

  • View
    269

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Dalam melakukan suatu penelitian, sangat memerlukan adanya data untuk mendukung hasil penelitian kita dalam menjawab masalah penelitian atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk memperoleh data yang kita perlukan, maka dalam penelitian terdapat macam-macam teknik pengumpulan data sesuai jenis data yang kita perlukan. Oleh karena itu, berikut ini kami membahas tentang apa pengertian data dan jenis-jenisnya, serta bagaimana teknik pengumpulan datanya.

Citation preview

RINGKASAN METODOLOGI PENELITIAN

“PENGUMPULAN DATA”

Dalam melakukan suatu penelitian, sangat memerlukan adanya data untuk

mendukung hasil penelitian kita dalam menjawab masalah penelitian atau menguji

hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk memperoleh data yang kita perlukan,

maka dalam penelitian terdapat macam-macam teknik pengumpulan data sesuai

jenis data yang kita perlukan. Oleh karena itu, berikut ini kami membahas tentang

apa pengertian data dan jenis-jenisnya, serta bagaimana teknik pengumpulan

datanya.

A. PENGERTIAN DATA DAN JENISNYA

Menurut Hasan (2002:82), data adalah bentuk jamak dari datum. Data

merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat berupa sesuatu yang

diketahui atau yang dianggap atau anggapan. Atau suatu fakta yang digambarkan

lewat angka, simbol, kode dan lain-lain.

Dari sumber SK Menteri P dan K No. 0259/U/1977 tanggal 11 Juli 1977

(dalam Arikunto, 2010:161), disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan angka

yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi.

Nama Anggota Kelompok 5:

1. Hadi Priyanto (12080304007)2. Fitrah Riana S. (12080304008) 3. Ni Kadek Wedha A. (12080304022) 4. Dwi Hariadi (12080304023)5. Uswatun Khasanah (12080304036)6. Rizka Aulia (12080304037)

Kelas : Pendidikan Akuntansi 2012 A

Jadi, ditinjau dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa data

adalah keterangan-keterangan tentang suatu fakta yang dapat dijadikan bahan

untuk menyusun suatu informasi.

Data perlu dikelompokkan terlebih dahulu, sebelum digunakan dalam

proses analisis. Menurut Hasan (2002:82), pengelompokan data disesuaikan

dengan karakteristik yang menyertainya. Berikut ini dijelaskan secara rinci

mengenai jenis- jenis data tersebut.

1. Pengelompokan Data menurut Sumber Pengambilannya

Berdasarkan sumber pengambilannya, data dibedakan atas dua yaitu, sebagai

berikut.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di

lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan

yang memerlukannya. Data primer ini, disebut juga data asli atau data

baru. Contohnya yaitu, interview, observasi.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang

yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini,

biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti

terdahulu. Data sekunder disebut juga data tersedia. Contohnya adalah data

dokumentasi dan arsip-arsip resmi.

2. Pengelompokan Data menurut Waktu Pengumpulan

Berdasarkan waktu pengumpulannya, data dibedakan atas dua, yaitu sebagai

berikut :

a. Data Berkala (time series)

Data berkala adalah data yang terkumpul dari waktu ke waktu untuk

memberikan gambaran perkembangan suatu kegiatan atau keadaan.

Contohnya seperti; perkembangan uang beredar, harga 9 macam bahan

pokok penduduk.

b. Data Kerat Lintang (cross section)

Data kerat lintang adalah data yang terkumpul pada suatu waktu tertentu

untuk memberikan gambaran perkembangan suatu kegiatan atau keadaan

pada waktu itu. Misalnya seperti; data penelitian yang menggunakan

kuesioner.

3. Pengelompokan Data menurut Sifatnya

Berdasarkan sifatnya, data dibedakan atas dua, yaitu sebagai berikut :

a. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk bilangan. Misalnya

seperti; Kuesioner pertanyaan tentang suasana kerja, kualitas pelayanan

sebuah rumah sakit atau gaya kepemimpinan, dll.

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk bilangan. Misalnya seperti;

harga saham, besarnya pendapatan, dll.

4. Pengelompokan Data menurut Tingkat Pengukurannya

Berdasarkan tingkat pengukurannya (skalanya), data dibedakan atas empat,

yaitu sebagai berikut :

a. Data Nominal

Data nominal adalah data yang berasal dari pengelompokan peristiwa

berdasarkan kategori tertentu, yang perbedaannya hanyalah menunjukkan

perbedaan kualitatif. Contohnya seperti; Angka (1) untuk laki-laki dan

angka (2) untuk perempuan hanya merupakan simbol yang digunakan

untuk membedakan dua kategori jenis kelamin.

b. Data Odinal

Data ordinal adalah data yang berasal dari obyek atau kategori yang

disusun menurut besarnya, dari tingkat terendah ke tingkat tertinggi atau

sebaliknya dengan jarak atau rentang yang tidak harus sama. Contohnya

seperti; Peringkat (ranking) mahasiswa dalam satu kelas yang

menunjukkan urutan prestasi belajar tertinggi sampai terendah.

c. Data Interval

Data interval adalah data yang berasal dari obyek atau kategori yang

diurutkan berdasarkan suatu atribut tertentu, di mana jarak antara tiap

obyek atau kategori adalah sama. Pada data ini, terdapat angka nol mutlak.

Contohnya seperti; jarak kota A ke kota B ditempuh dengan kecepatan

antara 60 km/jam sampai dengan 65km/jam

d. Data Rasio

Data rasio adalah data yang menghimpun semua ciri dari data nominal,

data ordinal dan data interval dan dilengkapi titik nol absolut dengan

makna empiris. Angka pada data ini, menunjukkan ukuran yang

sebenarnya dari obyek/kategori yang diukur. Contohnya seperti;

pengukuran berat.

Selain itu, menurut Ikhsan (2008:137), pada kebanyakan penelitian

akuntansi keperilakuan jenis data dikelompokkan menjadi data subyek, fisik, dan

dokumenter. Ketiga jenis data tersebut tidak berbeda dengan pengelompokan

jenis-jenis data yang biasa digunakan dalam penelitian-penelitian bisnis dan

manajemen. Berikut ini dijelaskan secara rinci mengenai ketiga jenis data

tersebut.

1. Data subyek

Data subyek merupakan jenis data penelitian yang berupa opini, sikap,

pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang

menjadi subyek penelitian. Dengan demikian, data subyek merupakan data

penelitian dilaporkan sendiri oleh responden secara individual atau secara

kelompok dari sumbernya. Data subyek selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan

bentuk tanggapan (respon) yang diberikan, baik secara lisan (verbal), tertulis dan

ekspresi. Respon verbal diberikan sebagai tanggapan atas pertanyaan yang

diajukan oleh peneliti dalam wawancara. Respon tertulis diberikan sebagai

tanggapan atas pertanyaan tertulis (kuisioner) yang diajukan oleh peneliti. Respon

ekspresi diperoleh dari proses observasi.

2. Data Fisik

Data fisik merupakan jenis data penelitian yang berupa obyek atau benda-

benda fisik. Data fisik merupakan benda berwujud yang menjadi bukti suatu

keberadaan atau kejadian pada masa lalu. Data fisik dalam penelitian keperilakuan

dapat dikumpulkan melalui metode observasi.

3. Data Dokumenter

Data dokumenter merupakan jenis data penelitian yang antara lain berupa:

faktur, penjualan, surat-surat, notulen hasil rapat, memo, atau dalam bentuk

laporan program. Data dokumenter memuat apa dan kapan suatu kejadian atau

transaksi, serta siapa yang terlibat dalam suatu kejadian. Data dokumenter dalam

penelitian dapat menjadi bahan atau dasar analisis data yang kompleks yang

dikumpulkan melalui metode observasi dan analisis dokumen yang dikenal

dengan content analisys. Data dokumenter yang dihasilkan melalui content

analisis antara lain berupa kategori isi, telaah dokumen, pemberian kode

berdasarkan karakteristik kejadian atau transaksi.

B. PENGUMPULAN DATA

Menurut Hasan (2002:83), pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-

peristiwa atau hal-hal atau keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik

sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung

penelitian.

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik

tertentu, antara lain.

I. TEKNIK OBSERVASI

a. Pengertian Observasi

Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan

“memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan

secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan

hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam

penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial.

Menurut Sukandarrumidi dan Haryanto (2008:35), observasi adalah

melakukan pengamatan dan pencatatan suatu obyek, secara sistematik fenomena

yang diselidiki. Sedangkan menurut Hasan (2002:86), observasi adalah pemilihan,

pengubahan, pencatatan dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang

berkenaan dengan organisme in situ, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris.

Jadi, ditinjau dari pengertian di atsa, maka dapat disimpulkan bahwa

observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan

dan pencatatan suatu obyek yang sedang diteliti sesuai dengan tujuannya.

b. Tujuan Observasi

Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang

dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam

aktivitas, dan makna kejadian dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam

kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat, faktual, sekaligus teliti tanpa

harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan.

Tujuan utama observasi adalah untuk mengamati tingkah laku manusia

sebagai peristiwa aktual, yang memungkinkan kita memandang tingkah laku

sebagai proses. Tujuan pokok kedua dari observasi adalah untuk menyajikan

kembali gambaran – gambaran kehidupan sosial, kemudian dapat diperoleh cara –

cara lain. Berkaitan dengan hal ini sering digunakan secara berdampingan data

lain untuk mendapatkan kualitas kehidupan atau realitas penemuan – penemuan

penelitian secara keseluruhan dari seorang peneliti.

c. Manfaat Observasi

Menurut Patton dalam Nasution, 1988 (Sugiyono, 2012:313), manfaat

observasi adalah sebagai berikut.

1) Dengan berada di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks

data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan

yang holistik atau menyeluruh.

2) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga

memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif. Jadi, tidak

dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif

membuat kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

3) Peneliti dapat meilhat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain,

khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap

biasa dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.

4) Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan

oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin

ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

5) Peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden,

sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

6) Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya dapat mengadakan

pengamatan, tetapi juga akan memperoleh kesan-kesan pribadi dan

merasakan situasi sosial yang diteliti.

d. Jenis-jenis Observasi

Menurut Hasan (2002:87), observasi dapat dibedakan menjadi beberapa

jenis, seperti berikut ini. Berdasarkan keterlibatan pengamatan dalam kegiatan

orang-orang yang diamati, maka observasi dapat dibedakan atas dua, yaitu.

1) Observasi partisipan

Merupakan observasi di mana pengamat ikut serta terlibat dalam kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang diteliti atau yang diamati,

seolah-olah merupakan bagian dari mereka.

2) Observasi tak partisipan

Merupakan observasi di mana pengamat berada di luar subyek yang diteliti

dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.

Berdasarkan cara pengamatan yang dilakukan, observasi dapat dibedakan atas

dua, yaitu.

1) Observasi berstruktur

Merupakan observasi di mana pengamat dalam melaksanakan

observasinya, menggunakan pedoman pengamatan.

2) Observasi tak berstruktur

Merupakan observasi di mana pengamat dalam melaksanakan

observasinya, melakukan pengamatan secara bebas.

e. Petunjuk untuk Melakukan Observasi

1. Kuasai pegetahuan apa yang akan diobservasi.

2. Kenali dengan baik tempat melakukan observasi.

3. Tentukan tujuan umum dan tujuan khusus untuk menentukan apa yang

harus diobservasi.

4. Buat cara untuk mencatat hasil observasi (check list atau bentuk lain).

5. Batasi dengan tegas, macam tingkat kategori yang digunakan

(misalnya score).

6. Lakukan observasi dengan cermat.

7. Lakukan pencatatan setiap gejala secara terpisah.

8. Periksa alat bantu elektronik sebelum dimanfaatkan.

(Sukandarrumidi dan Haryanto, 2008:35-36).

f. Tingkat Kecermatan Observasi

Menurut Sukandarrumidi dan Haryanto (2008:38), kecermatan observasi

sangat ditentukan oleh:

a) Rasa ingin tahi yang dimiliki observer.

b) Pengalaman observer.

c) Ingatan observer.

d) Wilayah pandang observer.

e) Keadaan fisik dan indera observer.

g. Kelebihan dan Kelamahan Observasi

Menurut Sukandarrumidi dan Haryanto (2008:38), kelebihan observasi

adalah sebagai beikut.

1. Alat yang langsung dapat untuk menyelidiki berbagai gejala.

2. Untuk observer, teknik observasi lebih sedikit tuntutannya.

3. Memungkinkan pencatatan pada waktu yang sama dengan terjadinya suatu

gejala.

Kelemahan observasi adalah sebagai berikut.

1. Tidak sesuai untuk penelitian pribadi seseorang.

2. Observee dapat bertingkah lain apabila tahu kalau sedang diobservasi.

3. Kejadian yang diobservasi belum tentu bersamaan dengan keberadaan

observer.

4. Di tempat kejadian, tugas observasi dapat terganggu oleh peristiwa lain

yang datang tak diduga, misal hujan.

5. Kejadian dapat lama atau sebentar di tempat yang sama atau di tempat

yang berlainan sehingga menyulitkan perekaman oleh observer.

Menurut Hasan (2002:86), kelebihan teknik observasi adalah sebagai berikut.

1. Data yang diperoleh adalah data aktual/segar dalam arti bahwa data

diperoleh dari responden pada saat terjadinya tingkah laku.

2. Keabsahan alat ukur dapat diketahui secara langsung. Tingkah laku yang

diharapkan muncul mungkin akan muncul atau mungkin juga tidak

muncul. Karena tingkah laku dapat dilihat atau diamati, maka kita segera

dapat mengatakan bahwa yang diukur memang sesuatu yang dimaksudkan

untuk diukur.

Kelemahan teknik obeservasi adalah sebagai berikut.

1. Untuk memperoleh data yang diharapkan, maka pengamat harus menunggu

dan mengamati sampai tingkah laku yang diharapkan terjadi/muncul.

2. Beberapa tingkah laku sukar atau tidak mungkin diamati bahkan mungkin

dapat membahayakan si-pengamat jika diamati.

II. TEKNIK ANGKET (KUESIONER)

a. Pengertian Angket

Menurut Hasan (2002:83), angket adalah teknik pengumpulan data dengan

menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden.

Responden adalah orang yang memberikan tanggapan (respon) atas – atau,

menjawab – pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sedangkan menurut

Sukandarrumidi dan Haryanto (2008:39), Kuesioner atau angket sering disebut

sebagai self administrated quetioner adalah teknik pengumpulan data dengan

mengirim suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi. Responden

adalah orang yang menerima daftar pertanyaan yang dikirimkan oleh peneliti,

mengisi dan mengirim kembali kepada peneliti.

Jadi, ditinjau dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

angket (kuesioner) adalah teknik pengumpulan data dengan memberikan daftar

pertanyaan kepada responden untuk diisi atau dijawab oleh responden tersebut.

b. Asumsi penelitian dengan kuesioner

Dalam hal ini pengumpulan data untuk penelitian dengan memanfaatkan

kuesioner, ada beberapa asumsi yang perlu diperhatikan menurut Sukandarrumidi

dan Haryanto (2008:39-40), antara lain.

1. Dari pihak responden

a. Responden adalah orang yang lebih tahu dirinya sendiri.

b. Apa yang dinyatakan responden benar.

c. Responden menguasai dan mampu menjawab sendiri masalah yang

ditanyakan.

2. Dari pihak peneliti

a. Dalam menyusun kuesioner, peneliti harus mampu membaca

tingkat pengetahuan responden.

b. Bahasa kuesioner merupakan bahasa responden.

c. Dalam menyusun kuisioner, hindari penggunaan kata-kata ilmiah

yang sulit dicerna oleh responden.

d. Dalam menyusun kuisioner, hindari penggunaan kata-kata yang

berarti ganda.

e. Pengiriman kuesioner kepada responden harus tepat waktu dan

tepat sasaran.

Sedangkan menurut Hasan (2002:84), dalam membuat pertanyaan atau

pernyataan, perlu diperhatikan beberapa hal yaitu sebagai berikut.

1. Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat harus jelas dan tidak meragukan.

2. Hindari pertanyaan atau pernyataan ganda.

3. Responden harus mampu menjawab.

4. Pertanyaan atau pernyataan harus relevan.

5. Pertanyaan atau pernyataan sebaiknya pendek.

6. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang bias, sugestif.

Apabila hal-hal di atas tidak diperhatikan dengan baik, maka ada

kemungkinan keinginan peneliti untuk mendapatkan data akan terhambat.

c. Komponen Angket

Menurut Hasan (2002:84), angket dikatakan baik, efektif dan efisien

apabila memenuhi komponen-komponen berikut.

1. Ada subyek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian.

2. Adanya ajakan, yaitu permohonan dari peneliti kepada responden untuk

turut serta mengisi secara aktif dan obyektif pertanyaan maupun

pernyataaan yang tersedia.

3. Ada petunjuk pengisian angket, yang mudah dimengerti dan tidak bias.

4. Ada pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat mengisi jawaban, baik

secara tertutup, semi tertutup ataupun terbuka.

5. Pertanyaan dalam angket ini dapat berbentuk pertanyaan terbuka atau

tertutup atau kombinasi antara terbuka dan tertutup.

d. Jenis-jenis Angket

Menurut Sukandarrumidi dan Haryanto (2008:40), macam kuesioner

berdasar atas cara menyusunnya, dikenal dua cara dalam menyusun pertanyaan,

yaitu sebagai berikut.

1. Pertanyaan terbuka

a. Pertanyaan yang diajukan tidak disediakan pilihan jawabannya.

b. Responden diminta untuk menuliskan jawaban sesukannya.

Contoh : Apa yang Bapak/Ibu/Sdr yang ketahui tentang

otonomi daerah ?

Kelebihan kuesioner terbuka :

a. Bagi peneliti, mudah cara membuatnya.

b. Responden diberi kebebasan menuliskan isi hati dan

pemikirannya.

Kelemahan kuesioner terbuka:

a. Bagi peneliti, sulit mengolah jawaban yang dituliskan secara

bebas.

b. Pengolahan jawaban memakan waktu lama.

c. Pada peneliti timbul rasa bosan dengan membaca jawaban yang

sangat banyak dan bervariasi.

d. Rasa malas akan timbul pada responden yang tidak mempunyai

banyak waktu.

2. Pertanyaan tertutup

a. Pertanyaan yang diajukan kepada responden disediakan pilihan

jawaban.

b. Responden diminta untuk memilih satu di antara beberapa jawaban

yang tersedia.

Contoh : Menurut pendapat Bapak/Ibu/Sdr, tunjangan kemahalan

yang diberikan oleh pemerintah kepada para pegawai Unipa

( ) telah memadai

( ) cukup

( ) terlalu kecil.

Kelebihan kuesioner dengan jawaban tertutup :

a. Bagi peneliti, mudah mengolah jawaban yang masuk.

b. Bagi peneliti, waktu untuk mengelompokkan jawaban menjadi

singkat.

c. Untuk responden mudah memilih jawaban.

d. Untuk responden dalam mengisi jawaban menjadi singkat.

Kelemahan kuisioner dengan jawaban tertutup :

a. Bagi peneliti, dalam membuat pertanyaan perlu hati-hati jangan

sampai ada hal-hal yang tertinggal.

b. Bagi peneliti, waktu untuk membuat pertanyaan menjadi lebih

lama.

c. Untuk responden, kebebasan dalam menjawab pertanyaan dibatasi.

d. Untuk mengatasi hal tersebut alangkah baiknya bila pada

pertanyaan paling akhir dibuatkan pertanyaan yang bersifat

terbuka.

Contoh :

Sesudah Bpk/Ibu/Sdr. selesai menjawab pertanyaan-pertanyaan

tersebut di atas, mohon untuk melanjutkan menjawab pertanyan

berikut;

Adakah saran-saran Bapak/Ibu/Sdr. dalam menyelesaikan masalah

yang tersirat dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, mohon

diuraikan.

Sedangkan menurut Hasan (2002:84), berdasarkan bentuk pertanyaan atau

pernyataan yang ada dalam angket tersebut, maka angket dapat dibedakan atas 3

golongan, yaitu sebagai berikut.

a. Angket terbuka

Merupakan angket yang pertanyaan atau pernyataannya memberikan

kebebasan kepada responden, untuk memberikan jawaban dan

pendapatnya sesuai dengan keinginan mereka.

b. Angket tertutup

Merupakan angket yang pertanyaan atau pernyataannya tidak

memberikan kebebasan kepada responden, untuk memberikan jawaban

dan pendapatnya sesuai dengan keinginan mereka karena jawaban

telah disediakan oleh peneliti.

c. Angket semi terbuka

Merupakan angket yang pertanyaan atau pernyataannya memberikan

kebebasan kepada responden untuk memberikan jawaban dan memilih

pendapat menurut pilihan-pilihan yang telah disediakan.

Berikut ini contoh pertanyaan-pertanyaan dari masing-masing jenis angket.

1. Angket Terbuka :

i. Apakah anda memiliki kebiasaan belajar setiap hari di rumah? Jelaskan

alasannya!

ii. Berapa lama biasanya anda belajar di rumah?

iii. Apakah waktu tersebut anda rasa cukup? Mengapa?

2. Angket Tertutup :

ANGKET GAYA BELAJAR No Pernyataan SS S KS TS

1 Gaya belajar saya sesuai dengan prosedur yang benar

2 Saya belajar tanpa adanya ulangan , tugas atau pun ujian

3 Saya selalu mengulang pelajaran setelah KBM selesai

4 Saya belajar dengan cara merangkum tiap mata pelajaran

5 Saya bertanya jika timbul ketidak pahaman pada penjelasan guru

6 Semangat saya tinggi dalam belajar

7 Saya suka membaca buku

8 Saya selalu menyiapkan pelajaran untuk besok

9 Saya termasuk orang yang rajin belajar

10 Saya merasa nyaman ketika mendengarkan musik sambil belajar

11 Saya terbiasa belajar dalam suasana sepi

12 Saya suka memberi warna dan kombinasi pada catatan

13 Saya mengingat pelajaran dengan memahami catatan

ANGKET MANAJEMEN WAKTUNO Pernyataan SS S KS TS

1 Saya mampu menyusun jadwal secara teratur

2 Saya tidak menyia-nyiakan waktu

3 Waktu untuk belajar telah saya manajemen dengan baik

4 Waktu belajar saya lebih banyak dari pada waktu bermain

5 Saya telah mampu menyeimbangkan segala aktivitas

6 Saya termasuk orang yang banyak kegiatan

7 Bagi saya waktu adalah uang

8 Saya tidak pernah menunda nunda pekerjaan

9 Waktu belajar saya ± 5 jam/hari

10 Saya menggunakan ”asas pergunakan waktu sekarang”

12 Waktu yang longgar saya gunakan untuk mengisi kegiatan

13 Saya senang mencari kesibukan

Pemanfaatan waktu harus saya prioritaskan

3. Angket Semi Terbuka :

1. Apakah anda memiliki kebiasaan belajar setiap hari di rumah?

Ya  Tidak

Jika Ya maupun Tidak, Berilah Alasan Anda!

.................................................................................................

2. Berapa lama biasanya anda belajar di rumah?

1 jam   2 jam  3 jam

Berikan jawaban lain jika ada!

.................................................................................................

3. Apakah waktu tersebut anda rasa cukup?

Ya  Tidak

Mengapa?

.............................................................................................

e. Kelebihan dan Kelemahan Angket

Menurut Sukandarrumidi dan Haryanto (2008:45), sebelum peneliti

memutuskan metode kuesioner sebagai alat pengumpul data, hendaknya

mengetahui terlebih dahulu kelebihan dan kelemahan dari kuesioner.

Kelebihan metode kuesioner, antara lain.

a. Peneliti tidak perlu kontak langsung dengan responden.

b. Mampu menjangkau responden yang tempatnya jauh.

c. Sumber data dapat terkumpul dalam jumlah banyak pada saat yang

bersamaan.

d. Dapat menghemat tenaga, biaya, dan waktu.

Kelemahan metode kuesioner, antara lain.

a. Unsur yang tidak disadari dan tidak ditanyakan tidak akan terungkap.

b. Besar kemungkinan jawaban terlalu subyektif ditinjau dari sisi responden.

c. Kesulitan merumuskan diri sendiri ke dalam bahasa responden.

d. Ada unsur merekonstruksi unsur data secara logis dari unsur data yang

dirasa tidak logis.

e. Kadang-kadang peneliti terjerumus pada hal-hal yang tidak sewajarnya

ditanyakan.

Sedangkan menurut Hasan (2002:84), keuntungan teknik angket adalah

sebagai berikut.

1. Angket dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar karena dapat

dikirim melalui pos.

2. Biaya yang diperlukan untuk membuat angket relatif murah.

3. Angket tidak terlalu mengganggu responden karena pengisiannya

(menjawab pertanyaan) ditentukan oleh responden itu sendiri.

Di samping itu, juga terdapat kerugian teknik angket menurut Hasan

(2002:84), yaitu sebagai berikut.

1. Jika dikirim melalui pos, maka prosentase yang dikembalikan relatif

rendah.

2. Angket tidak dapat digunakan pada responden yang tidak mampu

membaca dan menulis.

3. Pertanyaan-pertanyaan dalam angket dapat ditafsirkan salah oleh

responden.

III. Teknik Wawancara (Interview)

a) Pengertian Wawancara

Menurut Hasan (2002:85), wawancara adalah teknik pengumpulan data

dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden,

dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam. Sedangkan menurut

Sukandarrumidi dan Haryanto (2008:45), wawancara yaitu suatu proses tanya

jawab secara lisan antara interviewer (orang yang menginterview) dengan

interviewee (orang yang diinterview).

Jadi, ditinjau dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan proses tanya jawab secara

lisan antara pewawancara dengan responden dan hasil dari tanya jawab tadi

dicatat atau direkam. Tujuan dari wawancara itu sendiri adalah untuk

mendapatkan data secara langsung dalam waktu yang singkat dari responden.

b) Fungsi Wawancara

Menurut Sukandarrumidi dan Haryanto (2008:46), fungsi interview ada

tiga, yaitu.

1. Sebagai metode primer untuk pencarian data.

2. Sebagai metode pelengkap, apabila metode kuesioner dan observasi dirasa

kurang lengkap.

3. Metode kriterium (pengukur), dipergunakan untuk meyakinkan kebenaran

informasi dalam memutuskan suatu kebijakan.

c) Cara Melakukan Wawancara

Menurut Sukandarrumidi dan Haryanto (2008:45-46), interview dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Kontak langsung (di mana interviewer dan interviewee berhadapan

langsung).

2. Kontak tidak langsung (dengan perantara media elektronik, misalnya

radio, televisi, telepon, teleconference, handphone).

d) Jenis-jenis Wawancara

Menurut Hasan (2002:85), teknik wawancara dapat dibedakan atas dua,

yaitu sebagai berikut.

1. Wawancara berstruktur

Merupakan teknik wawancara di mana pewawancara menggunakan

(mempersiapkan) daftar pertanyaan, atau daftar isian sebagai pedoman saat

melakukan wawancara.

2. Wawancara tidak berstruktur

Merupakan teknik wawancara di mana pewawancara tidak menggunakan

daftar pertanyaan atau daftar isian sebagai penuntun selama dalam proses

wawancara.

e) Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Melakukan Wawancara

Menurut Hasan (2002:85-86), dalam melakukan wawancara, ada beberapa

hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut.

1. Penampilan fisik, termasuk pakaian yang dapat memberikan kesan apakah

pewawancara dapat dipercaya atau tidak.

2. Sikap dan tingkah laku.

3. Identitas, pewawancara harus memperkenalkan dirinya dan kalau perlu

menunjukkan tanda pengenal atau surat tugas.

4. Kesiapan materi, dalam arti pewawancara memahami dan menguasai apa

yang akan ditanyakan dan siap memberikan jawaban apabila diperlukan.

5. Sebaiknya lakukan perjanjian dengan calon responden, kapan mereka

bersedia untuk diajak wawancara.

6. Mulailah wawancara dengan terlebih dahulu menggunakan kalimat

pembuka atau kalimat pengantar, dan dalam proses wawancara, gunakan

bahasa yang baik dan benar.

7. Kontrol jalannya wawancara dan bila perlu pihak responden dituntun

seperlunya, agar ia tidak mengalami banyak kesulitan dalam menjawab

atau mengemukakan pendapat.

f) Kelebihan dan Kekurangan Wawancara

Menurut Hasan (2002:85), teknik wawancara juga memiliki beberapa

kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan wawancara adalah sebagai berikut.

1. Wawancara dapat digunakan pada responden yang tidak bisa membaca

dan menulis.

2. Jika ada pertanyaan yang belum dipahami, pewawancara dapat segera

menjelaskannya.

3. Pewawancara dapat segera mengecek kebenaran jawaban responden

dengan mengajukan pertanyaan pembanding, atau dengan melihat wajah

atau gerak-gerik responden.

Kekurangan wawancara adalah sebagai berikut.

1. Wawancara memerlukan biaya yang sangat besar untuk perjalanan dan

uang harian pengumpul data.

2. Wawancara hanya dapat menjangkau jumlah responden yang kecil.

3. Kehadiran pewawancara mungkin mengganggu responden.

IV. TEKNIK TES

a. Pengertian Tes

Menurut Sudjana dan Ibrahim (2001:100), tes adalah alat ukur yang

diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan

baik secara tertulis, secara lisan atau secara perbuatan. Hasil pengukuran ini

biasanya berupa data kuantitatif bisa pula berupa data kualitatif. Data kuantitatif

dari alat ukur ini umumnya data interval, sehingga dapat diolah dengan teknik –

teknik statistika.

Menurut Indrakusuma (dalam Arikunto, 2012:46), tes adalah suatu alat

atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data atau

keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang

boleh dikatakan tepat dan cepat.

Untuk mengumpulkan data yang sifatnya mengevaluasi hasil proses atau

untuk mendapatkan kondisi awal sebelum proses dan sesudah proses (pre-test dan

post-test), teknik ini dapat digunakan. Instrumennya dapat berupa soal-soal tes,

petunjuk pengerjaan soal, dan kunci jawaban (Umar, 2003:94).

b. Jenis-jenis Tes

Menurut Arikunto (2010:266), tes yang digunakan ada dua jenis yaitu tes

untuk mengukur pencapaian atau prestasi (tes prestasi belajar) dan tes untuk

mengukur kemampuan dasar (tes intelegensi/tes minat/tes bakat). Berikut ini

dijelaskan secara rinci dari masing-masing jenis tes.

1. Tes prestasi belajar

Dalam penelitian pendidikan, prestasi belajar umumnya ditempatkan

sebagai variabel terikat atau respon, yakni variabel yang terjadi sebagai akibat dari

suatu perlakuan tertentu. Tes prestasi belajar mengukur penguasaan kemampuan

tertentu sebagai hasil dari proses belajar.

Ada dua jenis tes prestasi belajar menurut Arikunto (2010:266-267), yaitu

tes buatan guru dan tes terstandar. Tes buatan guru artinya tes yang disusun oleh

guru dengan prosedur tertentu, tetapi belum mengalami uji coba berkali-kali

sehingga tidak diketahui ciri-ciri dan kebaikannya. Sedangkan tes terstandar

artinya tes yang telah disusun oleh para ahli melalui beberapa uji coba, sehingga

memiliki validitas dan reliabilitas yang dapat diandalkan.

Tes prestasi buatan guru ada dua macam, yakni tes objektif dan tes

essay/subjektif. Tes objektif yang disusun dalam bentuk benar-salah, pilihan

ganda, dan menjodohkan isian pendek saat ini banyak digunakan dalam penelitian

pendidikan. Sedangkan tes essay jarang digunakan karena kurang praktis dan

terlalu subjektif, sekalipun tes ini banyak keunggulannya dari tes objektif.

Penelitian yang menggunakan tes terstandar hasilnya lebih dapat

dipercaya. Peneliti juga tidak perlu repot karena tinggal memakainya, tetapi sulit

juga dalam mencari tes terstandar untuk prestasi belajar dan tujuan tertentu. Oleh

karena itu, umumnya peneliti membuat soal tes sendiri sesuai dengan tujuan dan

keperluan penelitian. Tes buatan peneliti sekalipun tidak baku (terstandar) dapat

digunakan dalam penelitian jika telah memenuhi persyaratan validitas dan

reliabilitas. Untuk itu, tes buatan peneliti perlu diuji coba terlebih dahulu.

Tes prestasi belajar sebagai instrumen penelitian sebaiknya mengungkap

hasil belajar secara komprehensif meliputi bidang kognitif, afektif dan psikomotor

dengan semua aspek-aspeknya. Sedangkan lingkup materi tes prestasi belajar

hendaknya bersumber dari kurikulum pendidikan yang berlaku. Dengan demikian,

data yang diperoleh dari penelitian ini menggambarkan data empiris yang berlaku

di sekolah. Dalam penelitian pendidikan, penyusunan tes prestasi belajar buatan

peneliti sebagai alat pengumpul data jauh lebih baik dari pada tes baku

(terstandar) atau sekedar menggunakan data sekunder dari dokumen hasil belajar

yang telah ada, sebab instrumen yang dihasilkan dapat dipandang sebagai hasil

penelitian itu sendiri.

2. Tes Pengukur Kemampuan Dasar

Tes pengukur kemampuan dasar dibagi menjadi tiga, yaitu tes intelegensi

(kecerdasan), tes bakat, dan tes minat. Tes intelegensi (kecerdasan) mengukur

kemampuan atau potensi individu secara umum. Tidak mudah dalam membuat tes

ini dan harus standarilized. Tes kecerdasan biasanya mengukur beberapa

kemampuan dasar seperti kemampuan numerikal, verbal, tilikan ruang dan lain-

lain, sehingga merupakan satu perangkat dalam bentuk baterai tes. Salah satu yang

cukup terkenal adalah tes kecerdasan yang disusun oleh Binet Simon yang disebut

tes intelegensia yang menghasilkan ukuran kecerdasan dalam bentuk IQ. Dasar

yang digunakan adalah rasio antara umur mental dengan umur kronologis. Jika

umur mental lebih tinggi daripada umur kalender akan menghasilkan IQ tinggi,

dan sebaliknya.

Rumus yang digunakan adalah :

MAMK

X 100

MA = Umur mental

MK = Umur Kronologis / kalender

100 = Bilangan tetap

Penggunaan tes intelegensi dalam penelitian bisa dilakukan untuk melihat

pengaruhnya terhadap variabel prestasi belajar, motivasi, kemampuan berkarya,

pengembangan karir, dan lain-lain. Tes intelegensi umumnya tersedia di fakultas

psikologi yang siap untuk digunakan. Bahkan telah ada yang disusun untuk

keperluan anak Indonesia.

Tes bakat atau aptitude test yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui

dan mengukur bakat seseorang, misalnya bakat bahasa. Sedangkan tes minat atau

measure of interest yaitu alat untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu.

Jadi, berbeda dengan tes hasil belajar yang diberikan setelah seseorang mengikuti

program belajar, maka tes kemampuan dasar ini dapat diberikan kapan saja, tidak

tergantung apakah seseorang tersebut telah mengikuti suatu program pengajaran

tertentu atau tidak.

Selain itu, ada tiga jenis tes yang sering dipergunakan sebagai alat

pengukur, yaitu sebagai berikut :

1. Tes Lisan

Yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara lisan

tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang

diberikan secara lisan pula.

2. Tes Tertulis

Yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis

tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang

diberikan secara tertulis pula. Tes tertulis dibedakan dalam 2 (dua)

bentuk, yaitu sebagai berikut:

a. Tes subjektif/essay

Tes subjektif pada umumnya berbentuk essay. Tes bentuk ini

sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat

pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului

dengan kata-kata seperti : uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana,

bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.

1) Kebaikannya adalah :

a) Mudah disipakan dan disusun

b) Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau

untung-untungan

c) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta

menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus

d) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan

maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri

e) Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu

masalah yang diteskan

2) Keburukannya adalah :

a) Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui

segi mana dari pengetahuan siswa yang betul dikuasai

b) Kurang representatif dalam hal mewakili scope bahan

pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja

b. Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat

dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk

mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes essay.

Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan

jauh lebih banyak daripada tes essay. Kadang-kadang untuk tes yang

berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30-40 buah soal.

1) Kebaikannya :

a) Mengandung lebih banyak segi positifnya, misalnya lebih

representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat

dihindari capur tangannya unsur subjektif baik dari segi siswa

maupun segi guru yang memeriksa

b) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat

menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan

teknologi

c) Pemeriksaannya dapat diserahkan ke orang lain

d) Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang

mempengaruhi

2) Kelemahannya :

a) Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada esai

karena soalnya banyak dan harus diteliti untuk menghindari

kelemahan-kelemahan lain

b) Soal-soal cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya

pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses

mental yang tinggi

c) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan

d) Kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih

terbuka

e) Tes Praktik/Unjuk Kerja

3. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan

melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan

kompetensi.

c. Jenis-jenis Tes Objekif

Tes objektif terdiri atas beberama macam, antara lain.

1. Tes Benar-Salah (True-False)

Soal-soal berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statement

tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas

untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B

jika pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf S

jika pernyataan salah.

2. Tes pilihan ganda (Multiple Choice Test)

Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau

pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Untuk

melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban

yang telah disediakan. Multiple choice test terdiri atas bagian keterangan

(stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options).

Kemungkinan jawaban (options) terdiri atas satu jawaban yang benar

yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).

3. Menjodohkan (Matching Test)

Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan,

mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri

atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Tugas murid adalah

mencari jawaban dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga sesuai atau

cocok dengan pertanyaannya.

V. TEKNIK DOKUMENTASI

a. Pengertian dan Tujuan Dokumentasi

Menurut Bungin (2008:121), metode dokumenter adalah salah satu metode

pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk

menelusuri data historis. Sedangkan menurut Hasan (2002:87), studi dokumentasi

adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek

penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa

buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan kasus dalam pekerjaan

sosial, dan dokumen lainnya. Namun, ada pula pendapat lain menurut Arikunto

(2010: 274), metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, agenda dan sebagainya.

Jadi, ditinjau dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan

menganalisis dokumen-dokumen, baik tertulis maupun elektronik. Dokumen-

dokumen yang telah dihimpun, terlebih dahulu dipilih yang sesuai dengan tujuan

dan fokus masalah yang akan diteliti. Kemudian dokumen tersebut diurutkan

sesuai dengan sejarah kelahirannya, kekuatan dan kesesuaian isinya dengan tujuan

pengkajian. Selanjutnya, dilakukan analisis, perbandingan dan pensintesisan

(pemaduan) sehingga membentuk satu hasil kajian yang sistematis, terpadu dan

utuh.

Tujuan dari dokumentasi adalah untuk melengkapi data yang belum

dikemukakan oleh informan dan untuk mengetahui seberapa besar data tersebut

dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya metode dokumentasi dalam penelitian

pendidikan dimaksudkan untuk mendapatkan data peserta didik melalui buku

pribadi. buku induk siswa. hasil tes psikologis dan hasil belajar peserta didik.

b. Kajian Isi Dokumen (Content Analysis Document)

Penggunaan dokumen ini berkaitan dengan apa yang disebut analisis isi.

Cara menganalisis isi dokumen adalah dengan memeriksa dokumen secara

sistematik bentuk-bentuk komunikasi yang dituangkan secara tertulis dalam

bentuk dokumen secara obyektif. Definisi yang dikemukakan Holsti (dalam

Moleong, 2007: 220), bahwa kajian isi adalah teknik apapun yang digunakan

untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan, dan

dilakukan secara objektif, dan sistematis.

Prinsip dasar dari kajian isi, menurut Guba dan Lincoln (dalam Moleong,

2007:220-221) memiliki lima ciri utama, yaitu.

1. Prosesnya harus mengikuti aturan. Aturan itu sendiri haruslah berasal dari

kriteria yang ditentukan, dan prosedur yang ditetapkan.

2. Prosesnya sistematis.

3. Prosesnya diarahkan untuk menggeneralisasi.

4. Mempersoalkan isi yang termanifestasikan

5. Menekankan analisis secara kuantitatif, namun hal tersebut dapat pula

dilakukan bersama analisis kualitatif.

c. Kelebihan dan kelemahan Teknik Dokumentasi

Menurut Hasan (2002:87-88), ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari

studi dokumentasi. Beberapa kelebihan dari studi dokumentasi ini adalah sebagai

berikut.

1. Pilihan alternatif, untuk subyek penelitian tertentu yang sukar atau

tidsk mungkin dijangkau, maka studi dokumentasi dapat memberikan

jalan untuk melakukan penelitian (pengumpulan data).

2. Tidak reaktif, karena studi dokumentasi tidak dilakukan secara

langsung dengan orang, maka data yang diperlukan tidak terpengaruh

oleh kehadiran peneliti atau pengumpul data.

3. Untuk penelitian yang menggunakan data yang menjangkau jauh ke

masa lalu, studi dokumentasi memberikan cara yang terbaik.

4. Besar sampel, dengan dokumen-dokumen yang tersedia, teknik

memungkinkan untuk mengambil sampel yang lebih besar dengan

biaya yang relatif kecil.

Kelemahan studi dokumentasi adalah sebagai berikut.

1. Bias, biasanya data yang disajikan dalam dokumen bisa berlebihan

atau tidak ada (disembunyikan).

2. Tersedia secara selektif, tidak semua dokumen dipelihara untuk dibaca

ulang oleh orang lain.

3. Tidak komplit, data yang terdapat dalam dokumen biasanya tidak

lengkap.

4. Format tidak baku, format yang ada pada dokumen biasanya berbeda

dengan format yang terdapat pada penelitian, disebabkan tujuan

penulisan dokumen berbeda dengan tujuan penelitian.

VI. Teknik Sosiometri

a. Pengertian Sosiometri

Sosiometri adalah suatu metode untuk mengumpulkan data tentang pola

dan struktur hubungan antara individu-individu dalam kelompok. Metode ini

mula-mula dikembangkan oleh Moreno an Jenning. Metode ini didasarkan atas

postulat-postulat bahwa kelompok mempunyai struktur yang terdiri dari

hubungan-hubungan interpersonal yang kompleks. Hubungan-hubungan ini dapat

diukur secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Posisi tiap-tiap individu dalam

struktur kelompoknya dan hubungannya yang wajar dengan individu yang lain

dapat diukur dengan metode ini (Kencana, 1993:109).

Sosiometri adalah suatu metode pengumpulan serta analisis data mengenai

pilihan, komunikasi, dan pola interaksi antar-individu dalam kelompok. Dapat

dikatakan bahwa sosiometri adalah kajian dan pengukuran pilihan sosial.

Sosiometri disebut pula sebagai sarana untuk mengkaji “tarikan” (attraction) dan

tolakan (repulsion) anggota-anggota suatu kelompok (Siahaan, 2005).

Jadi, ditinjau dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

sosiometri adalah teknik pengumpulan data untuk menemukan, memetakan,

menuliskan dan mengevaluasikan status sosial, struktur-struktur sosial dan

perkembangan atau proses gejala-gejala sosial, dengan jalan mengukur besarnya

penolakan serta penerimaan antara individu-individu di dalam kelompok.

Dalam metode sosiometri, pengumpulan data ditujukan untuk memperoleh

keterangan tentang adanya interaksi di antara anggota kelompok, antara kelompok

dengan kelompok, antara pribadi dengan anggota kelompok dan sebagainya.

Atribut dalam interaksi dapat saja perilaku keinginan, antisipasi maupun suatu

fantasi. Berjenis-jenis perilaku sosial seperti duduk di samping, makan bersama,

membeli, meminjamkan dan sebagainya.

Data sosiometri dapat memberikan jawaban tentang posisi individu dalam

kelompok, tentang hubungan dalam sub kelompok ataupun tingkat kohesi dari

kelompok dalam studi tentang pengaruh variasi struktur kelompok terhadap

perilaku anggota kelompok ataupun dalam melihat ciri perorangan yang selalu

dipilih dan yang jarang-jarang dipilih.

Beberapa pertanyaan dalam penelitian sosiometri dapat dilihat di bawah ini.

1. Dengan siapa anda lebih suka bekerja (bermain, duduk di samping dsb) ?

2. Anggota-anggota kelompok mana (kelompok umum, kelas, organisasi dan

sebagainya) yang paling anda senangi (atau anda benci)?

3. Siapakah tiga orang murid yang paling baik (paling buruk) dalam kelas

anda?

4. Siapa yang anda akan pilih untuk mewakili anda dalam komisi untuk

meningkatkan program fakultas?

5. Sebutkan empat orang yang mempunyai prestasi tertinggi dalam organisasi

anda (kelas, perusahaan, team dan sebagainya)!

6. Sebutkan 2 kelompok yang sangat anda terima (sangat benci)!

Dalam sebuah penelitian dengan metode sosiometri juga dtemukan bahwa

pujian yang diberikan oleh seseorang yang mempunyai prestise tinggi kepada

murid dapat menambah nilai pilihan (choice value) dari murid tersebut.

b. Analisis hasil sosiometri

Tahap-tahap yang harus dilakukan dalam menganalisis hasil sosiometri

adalah sebagai berikut.

1. Memeriksa hasil angket sosiometri,

2. Membuat tabulasi yang berupa matrik sosiometri,

3. Membuat sosiogram,

4. Menghitung indeks pemilihan (i.p), yakni indeks pemilihan dibuat dengan

rumus:

Keterangan:

i.p = indeks pemilihan

n = jumlah anggota dalam kelompok

5. Membuat laporan hasil analisis sosiometri

Berikut ini paparan tahap-tahap analisis hasil sosiometri.

1. Angket sosiometri

Langkah pertama dalam analisis sosiometri adalah memeriksa angket sosiometri.

Berikut ini contoh angket sosiometri.

Isilah titik dibawah ini dengan sejujurnya:

1. Pilihlah 3 (tiga) orang teman anda dalam kelas ini yang anda senangi

untuk diajak belajar bersama:

a. ..................................................,

alasannya ............................................

b. ....................................................,

alasannya ............................................

c. ....................................................,

alasannya ............................................

2. Pilihlah seorang teman anda yang paling anda senangi untuk menjadi

ketua kelompok belajar:

Nama:...........................................,

alasannya ................................................

3. Pilihlah teman anda yang paling anda senangi untuk menjadi ketua

kelas:

Nama:.....................................,

alasannya .....................................................

4. Pilihlah 3 (tiga) orang teman anda dalam kelas ini yang anda senangi

untuk diajak bermain-main bersama (misalnya: kesenian, olahraga, dan

lain-lain):

a. ...................................................,

alasannya ............................................

b. ....................................................,

alasannya ............................................

c. ....................................................,

alasannya ............................................

5. Pilihlah 3 (tiga) orang teman anda dalam kelas ini yang kurang anda

senangi:

a. ....................................................,

alasannya ............................................

b. ....................................................,

alasannya ............................................

c. ...................................................,

alasannya ............................................

6. Pilihlah seorang teman anda dalam kelas ini yang paling tidak anda

senangi:

.....................................................,

alasannya ................................................

2. Matrik sosiometri

Data yang diperoleh dari angket sosiometri kemudian dirangkum dalam

matrik sosiometri, yaitu suatu tabel yang berisi nama pemilih, nama yang

dipilih beserta urutan pilihan dan jumlah pilihannya {f = (Pilihan I x 3)+

(Pilihan II x 2)+(Pilihan III x 1)}

3. Sosiogram

Sosiogram adalah penggambaran hubungan sosial dalam bentuk bagan.

Sosiogram dibuat berdasarkan pada data matrik sosiometri, yang dapat dipakai

untuk melihat hubungan sosial secara keseluruhan. Sosiogram dapat dibuat dalam

bentuk lajur, lingkaran atau bentuk bebas. Dari sosiogram dapat diketahui dengan

jelas tentang:

1. Status sosiometri dari setiap subyek

2. Besarnya jumlah pemilihan untuk setiap subyek

3. Arah pilihan dari dan terhadap individu tertentu

4. Kualitas arah pilihan

5. Intensitas pilihan

6. Ada dan tidaknya pusat pilihan

7. Ada tidaknya isolasi

8. Kecenderungan timbulnya kelompok

Cara membuat sosiogram:

1. Buatlah sebuah sumbu ordinat dan dibuat skala yang mencakup frekuensi

pemilihan terbanyak.

2. Letakkan setiap individu setinggi frekuensi pemilih yang diperoleh. Misalnya

A pemilihnya 5 angka maka A diletakkan pada garis yang setinggi frekuensi 5.

3. Buat garis pilihan yang ditandai dengan panah:

Bentuk hubungan

1. Berbentuk segitiga (triangle). Bentuk ini merupakan suatu persahabatan atau

hubungan yang mempunyai intensitas yang cukup kuat.

2. Berbentuk bintang (star). Konfigurasi ini kurang baik sebab kalau A (yang

berkedudukan sebagai pusat) tidak ada maka kelompok itu akan pecah

(disintegrasi).

3. Berbentuk jala (network). Hubungan cukup menyeluruh, baik, kuat, dan

hilangnya seseorang tidak akan membuat kelompoknya bubar karena hubungan

ini mempunyai intensitas cukup kuat.

4. Berbentuk rantai (chain). Hubungan searah atau sepihak, tidak menyeluruh,

kelompok demikian ini keadaannya rapuh.

SOSIOGRAM

4. Indeks pemilihan

Dari contoh di atas, kesimpulan secara umum diperoleh bahwa A adalah

anak yang paling populer dalam kelompok tersebut, dengan mendapat jumlah

pemilih 4 terdiri atas 3 pilihan pertama dan 1 pilihan kedua. Dengan demikian

tingkat popularitas A dalam kelompok dapat dicari melalui perhitungan indeks

pemilihan, yaitu:

Jadi, indeks pemilihan untuk A = 1. Berarti semua anggota kelompok telah

memilih A. Dari antara kelima anggota kelompok tidak ada yang terisolir, dapat

dilihat lagi pada sosiogram di atas. Pada sosiogram juga tampak tiga pasang anak

yang saling memilih, yaitu untuk pilihan pertama, A – B; untuk pilihan kedua, C –

E; sedang untuk pilihan ketiga, D – E. Di samping itu, ada dua klik yang

mencolok yaitu A – C – E dan C – D – E yang saling memilih triangle. Berdasar

pada tujuan sosiometri yaitumembentuk kelompok belajar maka ada beberapa

alternatif yang dipertimbangkan untuk membuatkan kelompok belajar ini,

disamping juga perlu dipertimbangkan dengan alasan setiap pilihan.

Misalnya:Kelompok I : A – B – C

Kelompok II : C – D – E

Kelompok III : C – B – E

5. Membuat laporan hasil analisis sosiometri

Untuk mencatat data sosiometri secara individu, maka dapat digunakan

kartu sosiometri untuk setiap siswa dan kartu sosiometri ini disimpan dalam kartu

pribadi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Rineka Cipta

________________. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta:

Bumi Aksara

Bungin, M. Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana

Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.

Jakarta : Ghalia Indonesia

Ikhsan, Arfan. 2008. Metodologi Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Yogyakarta:

Graha Ilmu

Kencana, Nur Wayan. 1993. Pemahaman Individu. Surabaya: Usaha Nasional

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif.  Bandung: Remaja

Rosda Karya

Siahaan, Hotman M. 2005. Metode Sosiometri. Jakarta: Kencana

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.

Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukandarrumidi dan Haryanto. 2008. Dasar-dasar Penulisan Proposal Penelitian.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Umar, Husein. 2003. Metode Riset Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama