Upload
neysaonline
View
361
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Ringkasan Kuliah Prof Lis
Citation preview
RINGKASAN KULIAH PROF LIS1. Transfusi darah ? ialah = bentuk pengobatan sementara, berlangsung sepanjang umur hidup
sel-sel / komponen darah , tujuannya : ( menguntungkan ( perbaiki k.u. ( homeostatik ( tingkatkan oksigenasi jaringan, koreksi hipovolemia, hemostasis Kegunaannya : - Life saving ,supportive treatment, preventive treatment 2. Kekurangan pemberian transfusi adalah - dapat terjadi selama maupun setelah transfusi ,
- belum tentu karena golongan darah tak cocok ,
- perlu penanganan segera
- perlu persiapan / persyaratan transfusi
3. Klasifikasi reaksi transfuse :
- Akut : dalam 1 2 jam setelah transfusi ,- Tertunda : > 2 hari / berbulan bulan / bertahun tahun setelah transfusi , Imunologik dan Nonimunologi4. Bagaimana Reaksi imunologik pada transfusi ?
BLOOD DONOR Ag : Human leukocyte antigens (HLA) : kelas I & I, Granulocye specific antigen, Platelet Specific antigens
Red blood cell antigens : blood goups Ag, others
RECIPIENTS Ab : Natural (ABO groups) , regular Ab (konstan), Acquired, irregular Ab , Kadang dijumpai dalam plasma 5. Febrile reaction ? suhu ( 1oC di atas normal selama transfusi tanpa sebab lain) umum timbul dalam 2 jam/akhir transfusi, dapat menggigil
sebab : - HLA / Ag spesifik leukosit & trombosit donor >< Ab resipien ,
akumulasi TNF-(, IL-1, IL-6 selama platelet concentrates disimpan - Alergen / Ig E dalam serum donor ( IL-1, histamin reaksi yang terbanyak dijumpai (multitransfusi , multigravida )
! Agregat dapat terkumpul di vaskuler paru ( pulmunary reaction = transfusion related acute lung injury ( TRALI )
7. TRALI coba dijelaskan?
timbul mendadak = respiratory distress syndromeudem paru, panas menggigil, sakit dada, batuk nonproduktif, dispneu, hipotensi, sianosis
karena Ab donor >< HLA / Ag spesifik granulosit resipien ( ikat komplemen
terjadi bersamaan dengan pelepasan sitokin / faktor lain yang sebabkan leukosit neutrophil menempel pada sel endotel & transfusi dengan darah simpan yang mengandung lipid bioaktif
febrile reaction karena cemaran polisakharid / substansi pirogen8. Coba jelaskan reaksi Alergi pada transfusi darah ?
- manifestasi klinik : urtikaria,eritema, gatal
ringan = paling sering = reaksi anafilaktoid,
sedang,
berat ( panas, flushing, dispneu, hipotensi
- penyebab :
* kebanyakan karena Ig A donor >< anti- Ig A resipien
( defisiensi Ig A pada resipien )
* reaksi diperantarai Ig E9. Gambarkan Mast Cell ?
10. Apa yang dimaksud Refractoriness to platelet transfusion?= trombosit meningkat > rendah dari yang diharap ( < 30% 10 60 / < 20% 18-24 jam
( 20 70% pasien multipel transfusi mengalami
( penyebab : * imunologik (anti HLA/ anti Ag spesifik dan * nonimunologik
( hindari pemberian komponen eritrosit / mengandung > I juta leukosit 11. Coba jelaskan Post transfusion purpura syndrome ?
Trombositopenia berat 5 10 hari pasca transfusi ,Ada allo-Ab anti-trombosit , Jarang dan dapat terjadi pada wanita 12. Coba jelaskan Graft versus host disease ( GVHD ?
( jarang, dapat fatal, berproliferasi, sitotoksik IL-1, IL-2, TNF, IFN,GMCSF,
Limfosit imunokompeten donor >< resipien imunosupresi /donor dengan 1 haplotype HLA idem resipien)13. Apa yang dimaksud REAKSI NONIMUNOLOGIK ?
Volume / circulatory overload : Kerja jantung diperberat ( payah jantung kongestif ( batuk, sianosis, kesulitan bernapas
Penularan penyakit : hepatitis (virus B,C), malaria, sifilis, HIV, Hemosiderosis pada multitransfusi
Kesalahan teknik :
pemakaian dektrose 5 % dalam cairan hipotonik
bahan tidak dibekukan teratur
diberikan dalam kondisi masih beku
darah hemolisis / terinfeksi/ overheated perlakuan pemberian dengan tekanan kuat 13. Apa yang dilakukan bila terjadi reaksi transfusi ?
Check kembali data penderita ( clerical errors : identitas, jumlah unit yang ditransfusikan, riwayat transfusi sebelumnya 14. Apa yang dilakukan Spesimen darah untuk reaksi transfusi : resipien : * sebelum reaksi transfusi (a)* setelah reaksi transfusi (b). donor (c) Cara melakukan test ..
ulangi pada spesimen a, b, c : golongan darah ABO & Rh , silang mayor & minor
direct Antiglobulin Coomb pada a & b :
( bila positif ( identifikasi Ab
( bila a negatif, b positif ( apakah ada Ag pada c ? bakteri mikroskopik & kultur pada c15. Tujuan UJI SILANG SERASI ?
- Mencegah terjadinya reaksi transfusi dengan memastikan penderita tidak
mengandung antibodi yang reaktif
terhadap eritrosit donor
Memastikan bahwa darah yang diberikan
sesuai / kompatibel, dan tidak
menimbulkan reaksi serta bermanfaat bagi pasien Tes Coombs dipakai untuk mendeteksi adanya antibodi/autoantibodi incomplete.Tes Coombs dibedakan 2 macam, yaitu:
Direk: untuk mendeteksi adanya antibodi incomplete yang telah terikat pada eritrosit in vivo
Indirek: untuk mendeteksi adanya antibodi incomplete yang bebas dalam sirkulasi
16. Jelaskan APLIKASI KLINIS UJI SILANG SERASI ? Mendeteksi ada tidaknya antibodi , baik antibodi komplet (IgM) maupun antibodi inkomplet (IgG) yang terdapat dalam serum / plasma pasien maupun dalam plasma donor yang mempunyai arti klinis yang dapat menyebabkan kerusakan sel darah merah
Cek akhir uji kecocokan golongan darah ABO
17. Apa PRINSIP DASAR UJI SILANG SERASI ?
REAKSI ANTIGEN ANTIBODI
DILAKUKAN DALAM FASE DAN MEDIUM BERBEDA . MENGAPA ? Reaksi antigen antibodi yang dilakukan pada fase dan medium yang berbeda karena jenis antibodi golongan darah mempunyai karakter yang berbeda . Antibodi seperti anti M,N,P, Lua ,Lub bereaksi baik dalam medium saline di suhu kamar, tapi kurang baik reaksinya dalam medium albumin . Antibodi sistim Rhesus bereaksi baik dalam medium albumin tetapi tidak dalam medium saline (kecuali anti E) . Anti Kell, Duffy, Kidd baru tampak reaksinya dengan p.enambahan antiglobulin 18 ANTIBODI PADA FASE UJI SILANG SERASI, jelaskan ? Fase 1 : Fase suhu kamar dengan medium saline
Fase ini dapat mendeteksi :
1. Antibodi yang komplet ( IgM / Cold antibodi )
misalnya terdapat pada ketidak cocokan pada
penetapan golongan darah ABO
2. Adanya Alloantibodi (antibodi komplet )seperti : anti M, anti Lewis, anti N, anti P1, anti A1
3. Adanya auto antibodi : anti-H, anti-IFase II : Fase inkubasi 37C didalam medium Bovine AlbuminFase ini dapat mendeteksi :
(beberapa antibodi sistim Rhesus seperti : anti D, anti E, anti c
(antibodi inkomplet lain :anti- K, Fya, Fyb,Jka, S, Lea, Leb
Mengapa 37C ? Fase III : Fase antiglobulin .
Pada fase ini akan terdeteksi aglutinasi antibodi inkomplet : anti D, anti E, anti C, anti Duffy, anti Kell, anti Kidd, anti S dll.19. Bagaimana REAKSI SILANG SERASI?
MAYOR CROSSMATCHING: reaksi antara serum pasien dengan s.d.m. donor
MINOR CROSSMATCHING : reaksi antara serum donor dengan s.d.m. pasien
20. Cara melakukan Uji silang serasi ? Harus dilakukan 3 fase, mayor, minor dan auto
Untuk permintaan lebih dari satu kantong, tidak boleh dilakukan metoda pooling, baik pada uji cocok serasi mayor maupun minor.
Ada instruksi kerja / SOP , lembar kerja/lembar pemeriksaan
Hasil terdokumentasi dengan baik
Bahan pemeriksaan ? CONTOH DARAH PASIEN : darah tanpa / dengan antikoagulant yang berumur kurang dari 48 jam
CONTOH DARAH DONOR : darah dalam anticoagulant yang diambil dari slang kantong darah
REAGENSIA : Saline / NaCl 0,9 %, Bovine Albumin 22 %, Coombs serum, Coombs Control Cell ( CCC)21. Apa yang dimaksud BOVINE ALBUMIN 22 % ? menurunkan zeta potensial
menyebabkan sel yang coated dengan antibodi berdekatan satu sama lain
22. PERSIAPAN UJI SILANG SERASI ? SERUM PASIEN : - Jernih bebas dari sel darah merah
- SUSPENSI S.D.M. PASIEN 3-5% DALAM SALINE , setelah sel dicuci
- PLASMA DONOR yang jernih bebas dari sel2 darah
- SUSPENSI S.D.M. DONOR 3-5% DALAM SALINE , setelah sel dicuci 23. TUJUAN PENAMBAHAN ANTIHUMAN GLOBULIN ( COOMBS SERUM )?
1/3 dari semua antibodi yang dapat menyebabkan reaksi transfusi hanya dapat dideteksi dengan teknik antiglobulin . Reagen harus mampu bereaksi dgn antibodi/ komplemen yang terikat pada antigen tertentu24. COOMBS CONTROL CELLS ( CCC) apakah itu ?
Sel eritrosit normal yang dibuat coated oleh suatu antibodi inkomplet
CCC umumnya dibuat dari sel normal golongan O Rh positip, dengan anti D inkomplet.25.Apakah CARA MEMBUAT CCC ?
Sel O. Rhesus positip
Anti D modified ( IgG) yang sudah diketahui titernya
Saline 0,9 %
26. Cara membuat CCC ?
1.Buatlah suspensi sel O Rhesus positip 40% yang sudah dicuci 3 X dalam saline
2.Ambil 1 tetes anti-D, encerkan dengan saline 15 tetes (volume menjadi 16 tetes )
3.Tambahkan suspensi sel O Rh positip 40 % sebanyak 8 tetes
4.Inkubasi 37 C selama 30 menit (coated)
5.Putar , kemudian supernatan dibuang
6.Cuci selnya dengan saline ( 3X)
7.Endapan sel jadikan suspensi 5% ( 40%(5% , akan diperoleh 64 tetes CCC 5 % ) 27. INTERPRETASI HASIL UJI SILANG SERASI?
Bila Mayor dan Minor fase 1 sampai fase 3 tidak menunjukkan reaksi aglutinasi dan atau hemolisis , hasil diinterpretasikan kompatibel (cocok) ( darah dapat keluar Bila Mayor dan Minor fase 1 sampai fase 3 menunjukkan adanya reaksi aglutinasi dan atau hemolisis , hasil diinterpretasikan inkompatibel (tidak cocok) ( darah tidak dapat keluar
28. Yang perlu diperhatikan selama uji silang serasi
- Suhu inkubasi 37 C
Lama inkubasi minimal 15 menit, jika waktu dikurangi maka antibodi inkomplet tidak akan coated dengan sempurna sehingga akan lepas pada waktu pencucian
Cara pencucian sel untuk menghilangkan sisa globulin yang bebas harus sempurna. Karena sisa glubulin yang tertinggal akan dapat menetralisir anti globulin serum ( Coombs serum )29. AGAR REAKSI SILANG TIDAK MEMBERIKAN HASIL NEGATIP PALSU Saline harus bersih, jernih, tidak berwarna, tidak terkontaminasi serum
Suhu inkubator harus tepat
Lama inkubasi harus tepat
Pencucian sel darah merah harus bersih
Hasil negatip harus dikontrol dengan menggunakan CCC
30. Bagaimana pemeriksaan Gol Darah ABO dan Rhesus
31. Pemeriksaan Uji Cocok Serasi ?
32. Penyebab Crossmatch Mayor Positif ?1. Golongan darah ABO pasien atau donor tidak benar
2. Adanya allo antibodi dalam serum pasien yang bereaksi dengan antigen yang ada pada sel darah merah donor. Hasil auto kontrol harus negatip, kecuali pada pasien yang baru ditransfusi dengan sel yang inkompatibel.3. Adanya autoantibodi dalam serum pasien yang juga bereaksi dengan sel darah merah donor.
4. Penyelubungan sel darah donor oleh protein, biasanya DCT positip 33. PENYEBAB CM MINOR POSITIP ?1. Kelainan dalam serum pasien, pasien mendapat transfusi plasma ekspander (dextran ) dengan berat molekul yang tinggi , multiple myeloma sehingga menyebabkan terjadinya false positip (rouleaux formasi). Semua test termasuk auto kontrol akan menunjukkan hasil positip.
2. Kontaminasi pada pemeriksaan , misalnya tabung yang kotor, kontaminasi sampel dan reagen oleh bakteri34..PENYEBAB CM MINOR POSITIP? ABO grouping pasien / donor tidak benar
Adanya antibodi spesifik dalam serum donor, yang bereaksi dengan antigen yang sesuai pada SDM pasien.Penanganan : ganti donor
Penyelubungan SDM pasien oleh protein, sehingga hasil pemeriksaan anti human globulin (DCT) positip
Kontaminasi 35. KASUS 1 : INKOMPATIBEL PADA SUHU KAMAR Pasien : O Rh positip ( Serum :Anti A, Anti B S.dm: antigen-/ +Donor : A Rh positip (Serum : Anti B S.d.m: antigen A Mayor Crossmatch Minor Crossmatch Pasien : Anti A Antigen -
Anti B
+ +
Donor : Antigen A Anti B
INKOMPATIBEL KOMPATIBEL
S.d.m = sel darah merah36. KASUS 2 : INKOMPATIBEL PADA SUHU KAMARPasien :A Rh pos Serum : Anti B S.d.m. : Antigen A +
Donor : B Rh pos Serum : Anti A S.d.m : Antigen B
Mayor Minor Pasien : Anti B Antigen A + +
Donor : Antigen B Anti A INKOMPATIBEL INKOMPATIBEL 37. Jelaskan CM MAYOR INKOMPATIBEL , AUTO KONTROL NEGATIP ?
38.
39
40. Pertimbangan hasil Crossmatch
KOMPATIBEL :
Mayor , Minor Darah keluar
INKOMPATIBEL
Mayor Darah tidak boleh keluar
Minor Darah dapat keluar
(DCT > Minor)
41. Langkah lanjut hasil inkompatibel ?
Inkompatibel pada Mayor : darah tidak boleh diberikan pada pasien. Lanjutkan skrining & identifikasi antibodi Inkompatibel pada Minor : dalam keadaan darurat pasien dapat diberikan donor berupa Packed Red Cells42. Bagaimana PEMECAHAN MASALAH CM INKOMPATIBEL ?
LANGKAH I : Riwayat pasien
Umur, jenis kelamin , etnis ( contoh fenotip Fya-b- 68 % terdapat pada orang kulit hitam)
Catatan sebelumnya :
- Riwayat transfusi sebelumnya, mendapatkan transfusi 3 bulan sebelumnya ,termasuk produk darah
- Riwayat kehamilan , jumlah kehamilan, lahir mati, abortus, bayi dengan HDN
- Riwayat pemakaian obat jangka lama
LANGKAH II : Pemeriksaan Ulang
Contoh darah pasien baru
Cuci s.d.m. pasien 4 X, ulangi pemeriksaan golongan darah ABO
Lakukan DCTLANGKAH III : Skrining / Identifikasi antibodi
Antibodi tipe panas (IgG) atau tipe dingin (IgM )
IgM bereaksi bagus pada suhu kamar, IgG bereaksi bagus pada 37 C dan AHG
Bila hanya minor crossmatch yang inkompatibel maka lakukan Direct Coombs Test ( DCT) ,bila hasilnya :
( Positip, berarti s.d.m. pasien sudah diselubungi ( Coated ) oleh suatu antibody dalam tubuhnya ( in vivo), a.l. pada pasien AIHA, HDN
( Negatip, berarti disebabkan oleh suatu antibodi dalam plasma donor
Darah dapat keluar (DCT > Minor )43. Uji Silang Serasi False Negatif Adanya allo antibodi yang sangat lemah dalam serum pasien (respons primer) yang tidak dapat terdeteksi sehingga se-olah2 uji silang serasi kompatibel. Pada saat transfusi terjadi (respons sekunder ), imun antibodi yang ada akan menimbulkan reaksi transfusi ( penting pemeriksaan skrining antibodi) Bila contoh darah dalam selang kantong darah tidak tercampur baik dengan anticoagulantnya maka kemungkinan akan terjadi kerusakan pada SDM sehingga antigen SDM menjadi lemah
Bila prosedur uji silang serasi tidak dilakukan semestinya , inkubasi tidak pada suhu dan waktu yang seharusnya
44. Inkompatibel pada Mayor .
Darah donor tidak boleh diberikan pada pasien. Lakukan pemeriksaan lanjutan skirining & identifikasi Antibodi terhadap darah pasien . Bila didapatkan irregular allo-antibodi yang spesifik pada serum pasien, maka dapat dicarikan darah donor yang cocok dengan darah pasien 45. . Inkompatibel pada Minor.
Dalam keadaan darurat pasien dapat diberikan darah donor berupa Packed Red Cells (sel darah merah pekat).46. Pada pasien dengan auto immune Hemolytic Anemia (AIHA) type hangat, hasil Uji Silang Serasi selalu inkompatibel.Dalam keadaan mendesak dapat diberikan darah donor yang hasil reaksi Uji Silang Serasi inkompatibel pada Mayor & Minor yang hasil reaksinya paling lemah dibanding pada reaksi sel darah merah penderita ( auto kontrol ). Dalam pemberian transfusi harus berhati-hati, karena reaksi alloantibodi tidak terdeteksi dalam pemeriksaan Skrining & Identifikasi Antibodi. Pemberian transfusi harus dibawah pengawasan dokter.
47. Pada pasien penderita Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA) type dingin, hasil Uji Silang Serasi selalu inkompatibel.
Transfusi umumnya tidak diperlukan. Dalam keadaan mendesak transfusi dapat diberikan dengan yaitu dengan cara darah dihangatkan dulu sebelum ditransfusi, agar sel darah merah donor tidak disensitasasi atau dirusak oleh auto antibodi penderita. Pemberian transfusi harus dibawah pengawasan dokter. 48. .Pada pasien dalam keadaan darurat dengan reaksi inkompatibel, dapat diberikan Packed Red Cell /PRC (sel darah merah pekat) golongan darah O Rhesus Negatip49. Bagaimana dengan metode gel ?
50. Reaksi Hemolitik Ekstra vascular ? Reaksi ekstra vascular sama beratnya seperti reaksi intravasculair
Reaksi fatal jarang terjadi
Reaksi jenis ini disebabkan karena antibodi IgG yang mengakibatkan kerusakan sel-sel darah merah oleh makrofag
Keadaan seperti ini kadang-kadang berakibat penurunan tajam secara tiba-tiba pada kadar hemoglobin pasien, seringkali terjadi setelah 10 hari, sesudah transfuse
51. Reaksi Hemolitik Intra vascular ?
Reaksi intra vascular berakibat hemolisis sel2 darah merah dalam sistem sirkulasi, lalu terjadi ikterik dan hemoglobinaemia
Reaksi ini terutama disebabkan oleh antibodi IgM dan yang paling berbahaya anti-a dan anti-b dari gol ABO
Kebanyakan reaksi jenis ini berakibat fatal akibat perdarahan yang tidak teratasi atau gagal ginjal
52. Jelaskan ttg imunisasi imunologis? Resipien dapat mengalami sensitisasi /immunisasi sehinga pemberian antigen yang baru pada transfusi berikutnya dapat terjadi pembentukan antibodi
hal ini berkaitan dengan transfusi hemolitik dan allergi pada pasien-pasien yang mengalami multiple transfusi dan terbentuknya HDN pada wanita rhesus negatip yang mempunyai bayi rhesus positip 53. Apa itu GVHD ? Transfusi darah segar atau sel darah putih pada pasien-pasien yang fungsi kekebalannya rusak atau mengalami penekanan dapat menyebabkan reaksi antara lymphosit yang ditransfusikan dan lymphosit host/pasien
Pada keadaan normal lymphosit yang sehat/hidup akan ditolak setelah beberapa hari oleh pertahanan kekebalan pasien Pada defisiensi immune,lymphosit yang ditransfusikan tak hanya hidup dan berproliferasi , tetapi juga dapat menyerang jaringan host/pasien dan menyebabkan reaksi pada kulit, diarrhae yang berat dan bahkan kematian.
Reaksi dapat dicegah dengan darah donor atau sel darah putih yang diradiasi sebelum transfusi
Lymphosit yang telah diradiasi tidak lagi mengalami pemecahan lymphosit dan tidak menyebabkan graft versus host reaction
54. Pemeriksaan laboratorium pada reaksi transfuse?
contoh darah darah beku dan tidak beku dari pasien sesegera setelah transfusi
- contoh darah pasien sebelum transfusi sebaiknya sudah tersedia di laboratorium
- sisa sel darah merah dan plasma dari darah donor yg ditransfusikan,yg tersimpan di Bank darah dan sisa dari kantong darah yg ditransfusikan
- specimen pertama urine pasien sesudah transfusi dilakukan
55. Saat reaksi transfuse yg dilakukan? Sebaiknya harus mampu melakukan :
1. Mutlak harus mencatat
- jenis reaksi yg diderita pasien.
- lama waktu antara transfusi dan reaksi
yang terjadi.
- jumlah darah yg ditransfusikan2. Periksa plasma pasien sebelum dan sesudah transfusi untuk mendapatkan tanda adanya ikterik dan atau hemoglobinaemia.
3. Lakukan DCT pada sel2 sebelum dan sesudah transfuse
4.Ulangi uji kecocokan dari serum pasien terhadap sel-sel darah merah donor termasuk pemeriksaan gol ABO pasien dan donor atau sel-sel darah merah sebelum dan sesudah transfusi.
5. Periksa plasma donor terhadap sel-sel darah merah pasien dengan ICT untk memeriksa adakah antibodi dalam plasma donor yg bereaksi dengan sel darah merah pasien,sebelum dan sesudah transfusi.
6.Telitilah sampel pasien pasca transfusi dari urin pasien untuk mencari adanya hemoglobin bebas.
7. Lakukan pemeriksaan ulang atas semua catatan anda untuk memastikan ada tidaknya kesalahan-kesalahan akibat kekeliruan pemasukan data atau tertukarnya sampel.56. Apa yg dimaksud Afinitas ?
57, Apa yg dimaksud Aviditas ?
58. Faktor yang mempengaruhi Aviditas dan Avidity ?
Faktor yang mempengaruhi hasil a.l.
Keseimbangan kadar Ag & Ab ( zona ekuivalen) : fenomena prozone & postzone dan kompleks tak terbentuK
Faktor lingkungan :
* agitasi * temperatur * pH * konsentrasi garam 59. Jelaskan ttg acute inflammatory pattern ? inflamasi sistemik akut berat : albumin ( (, ((1& (2
globulin, seringkali ( ( ringan (- globulin Jelaskan tentang chronic inflammatory pattern ? ( globulin cenderung (juga dijumpai pada keganasan ( nekrosis berat & penyakit kolagen )60. Tes aglutinasi : Direk : tes Widal, kehamilan, golongan darah
Indirek : antibodi anti-amuba
Pasif terbalik
Hambatan aglutinasi : tes hCG (tes kehamilan 61. Bagaimana DETEKSI LABORATORIK SLE ?
a. Metoda sederhana untuk kelainan imunologik: sel LE (ANA : anti-DNA) fenomena in vitro, 5% positif pada artritis rheumatoid beberapa penderita skleroderma dan drug induced reactions b. Metoda mutakhir : profil ANA dimana didapatkan Hasil : Titer 1/ 160 arti diagnostik bermakna
anti-ds DNA, anti-Smith c. Pemeriksaan laboratorium lain : sesuai kondisi a.l : kelainan hematologik : anemia hemolitik dengan retikulosis, leukopenia, limfopenia, trombositopenia
kelainan ginjal : proteinuria > 3+, silinder bergranula + Ketiga pemeriksaan diatas berdasarkan bahwa pada SLE terdapat : Anti nuclear antibody (ANA) Fenomena sel LE
Sel LE merupakan fenomena in vitro. Ditemukannya sel LE mempunyai makna adanya ANA yang merupakan anti DNA. Sel LE secara sederhana menggambarkan opsonisasi nukleus oleh ANA dan tidak digunakan lagi dalam diagnosis. Fenomena sel LE sebagai alat diagnostik telah digantikan oleh tes ANA. Anti double stranded DNA (anti-ds DNA)
Merupakan antibody yang khas untuk LES yang aktif yaitu dengan titrer tinggi.
Anti single stranded DNA (anti-ss DNA)
Antibodi ini tidak spesifik untuk LES, dapat dijumpai pada penyakit autoimun lain.
Anti extractable nuclear antigen ( anti-ENA)
ENA merupakan protein non histon. Ada 2 macam anti ENA yaitu:
Anti Smith antigen (anti-Sm)
Merupakan protein non histonyang tidak mengandung asam nukleat. Anti-Sm khas LES aktif
Anti ribonucleoprotein (anti-RNP)
Dijumpai pada beberapa penderita LES ringan dengan titer rendah
Anti soluble nucleoprotein (Anti-sNP)
sNP Merupakan kompleks deoksiribonukleoprotein dengan histon. Anti-sNP diduga sebagai penyebab terjadinya fenomena sel LE. Hasil anti-sNP positif dilaporkan pada 50% penderita LES.
Anti-4S-6S RNA
2. Autoantibodi anti sitoplasma:
Anti-Ro
Mirip ANA SS-A. Dijumpai pada 25% penderita LES. Anti-Ro peka cahaya/sinar ultraviolet sehingga dipikirkan kaitannya dengan mekanisme kerusakan kulit.
Anti-La
Mirip ANA SS-B. Merupakan campuran antigen nucleus dan sitoplasma.
Antimitokondria, antiribosom, antilisosom merupakan antibody yang tidak spesifik organ atau spesies tertentu.
Anti Ro dan anti La tidak spesifik untuk LES, tetapi keduanya sangat berguna bila ANA dan anti ds-DNA negatif.
3. Autoantibodi anti membrane sel
Anti-eritrosit
Dapat menyebabkan anemi hemolitik autoimun, dapat memberi hasil tes Coombs direk positif.
Antilimfosit dan antigranulosit
Autoantibodi ini menghambat baik retraksi bekuan maupun generasi tromboplastin
4. Autoantibodi anti koagulan
Menyebabkan PPT dan APTT memanjang. Antibodi anti-faktor VIII spesifik dan seringkali menyebabkan perdarahan.
5. Faktor reumatoid
( 30% penderita LES memberi hasil positif dengan tes lateks RF
62. Apa yang dimaksud penyakit SLE dan khas yg ada d SLE ? Lupus Eritematosus Sistemik ( LES ) adalah penyakit autoimun dengan inflamasi sistemik kronik yang diikuti dengan eksaserbasi dan remisi, dapat mengenai hampir seluruh organ tubuh dengan karakteristik adanya autoantibodi terhadap antigen-antigen intraselular dari inti sel (double dan single stranded DNA/dsDNA dan ssDNA), histon, dan extractable nuclear antigen (ENA). Lupus eritematosus sistemik merupakan prototype penyakit autoimun yang ditandai oleh produksi antibodi terhadap komponen-komponen inti sel yang berhubungan dengan manifestasi klinis yang luas. Tubuh pasien lupus membentuk antibodi yang salah, karena antibodi tersebut akan merusak organ tubuh sendiri, seperti ginjal, hati, sendi, eritrosit, leukosit atau trombosit. Antibodi ini seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri ataupun virus yang masuk ke dalam tubuh. Dan khas adanya vaskulitis63. Apa yg dimaksud vaskulitis pd SLE? Vaskulitis adalah peradangan pada pembuluh darah,merupakan suatu proses jaringan ikat dan bukan jar ikat penyakit pada beberapa penyakit autoimun. Diduga melibatkan virus hepatitis, hal ini terjadi saat system kekebalan salah mendeteksi/mengenali pembuluh darah atau bagian pembuluh darah.kemudian menyerangnya. Sel2 sistem kekebalan yang menyebabkan peradangan mengelilingi dan menyusup ke dalam pembuluh darah yg terkena, merusak dan mungkin merusak jaringan yg ditemui. Sehingga pembuluh darah bocor atau tersumbat, yg akan mengganggu aliran darah ke saraf,organ2 dan lainnya.Daerah tersebut akan kehilangan darah (iskemik) dan rusak permanen.
64. Bagaimana pathogenesis SLE ?
Etiologi dan patogenesis LES belum diketahui dengan jelas. Meskipun demikian, terdapat banyak bukti bahwa patogenesis LES bersifat multifaktor, mencakup pengaruh faktor genetik, lingkungan dan hormonal terhadap respons imun. Faktor genetik memegang peran penting dalam kerentanan serta ekspresi penyakit. Gen yang berperan terutama gen yang mengkode unsur-unsur sistem imun. Kaitan dengan haplotipe MHC tertentu terutama HLA-DR2 dan HLA-DR3 serta dengan komponen komplemen yang berperan pada fase awal reaksi ikat komplemen juga gen yang mengkode reseptor sel T, immunoglobulin dan sitokin. Pada LES, autoantibodi yang terbentuk ditujukan terhadap antigen yang terutama terletak pada nukleoplasma. Antigen sasaran ini meliputi DNA, protein histon dan non histon. Antigen dari luar yang akan diproses oleh makrofag (APC) akan menyebabkan berbagai keadaan seperti: apoptosis, aktivasi atau kematian sel tubuh, sedangkan beberapa antigen di tubuh tidak dikenal (self antigen). Antigen tersebut akan diproses seperti umumnya antigen lain oleh APC dan sel B. Peptida ini akan menstimulasi sel T dan akan diikat oleh sel B pada reseptornya untuk selanjutnya menghasilkan suatu antibodi yang merugikan tubuh. Antibodi yang dibentuk oleh peptide ini dan antibodi yang dibentuk oleh antigen eksternal akan merusak target organ. Di sisi lain antibodi juga dapat berikatan dengan antigennya untuk membentuk komplek imun yang dapat merusak berbagai organ dalam tubuh bila terjadi endapan. Perubahan yang abnormal di dalam sistem imun tersebut dapat mempresentasikan protein RNA, DNA dan fosfolipid ke dalam sistem imun tubuh. Beberapa autoentibodi dapat mengeliputi trombosit dan sel darah merah karena antibody tersebut dapat berikatan dengan glikoprotein II dan III pada dinding. trombosit dan eritrosit. Di sisi lain antibody juga dapat bereaksi dengan antigen sitoplasmik trombosit dan eritrosit yang akhirnya akan terjadi proses apoptosis. Peningkatan komplek imun di sirkulasi sering ditemukan pada penderita LES dan keadaan ini sering menimbulkan kerusakan jaringan bila terjadi pengendapan. Komplek imun juga dapat berikatan dengan komplemen yang akhirnya berikatan dengan reseptor C3d di eritrosit yang menimbulkan hemolisis. Bila komplek imun melalui hepar maka akan dieliminasi dengan cara mengikat C3bR dan bila melalui limpa akan diikat FcR IgG. Ketidakmampuan kedua organ tersebut menimbulkan manifestasi klinis hemolisis. Deposit imun komplek di sirkulasi melibatkan berbagai aktivasi komplemen, PMN dan berbagai mediator inflamasi yang ditimbulkan karena kerusakan/disfungsi sel endotel pembuluh darah.Berbagai keadaan yang terjadi pada LES ialah penurunan jumlah IL-1, peningkatan IL-6 dan IL-4. Ketidakseimbangan sitokin ini dapat meningkatkan aktivasi sel B untuk membentuk antibody.Autoreaktivitas berlebihan sel B dengan produk autoantibody yang disekresinya dan sel T dengan sitokin yang dilepaskannya menyebabkan kerusakan sel/jaringan.65. Jelaskan tentang pemeriksaan ANA test ?
merupakan autoantibodi terhadap kandungan inti sel. Titer ANA yang tinggi dideteksi pada penyakit autoimun dibandingkan orang normal. Diagnostik : diperiksa titer dan melihat pola autoantibodi yang dapat menyerang jaringan tubuh. 4 kelompok klasifikasi antibodi terhadap : 1. DNA, 2. histon, 3. protein nonhiston,4. antigen nukleolar metode pemeriksaan antibodi antinuklear yang menggunakan bahan berfluoresens dan dilihat dengan mikroskop fluoresens. Pemeriksaan ini merupakan baku emas (gold standard) untuk deteksi ANA. Pada pemeriksaan ANA IF digunakan Hep2 dan Primate liver ANA tes positif : kemungkinan adanya penyakit autoimun ANA tes positif dgn titer tinggi : semakin kuat keterkaitan adanya penyakit autoimun Perubahan titer ANA tidak berkorelasi dengan aktivitas penyakit ANA tes tidak untuk monitoringKeterbatasan test ANA :
10 % orang dewasa normal mempunyai antibodi antinuklear Pasien SLE yang sedang mendapat terapi steroid atau remisi dapat tes ANA negatif Penentuan titer tergantung dari mikroskop floresens dan penilaian observer Sampel dan larutan pencuci yang terkontaminasi bakteri atau jamur dapat menyebabkan pewarnaan tidak spesifik.66. Jelaskan tentang Rheumatik Artritis ? - Destruksi primer pada sendi terutama jari,
- Menyerang sendi besar bila penyakit makin progresif,
Karakteristik kerusakan pada tulang rawan (kartilago) dan inflamasi selaput sendi ( sinovium)
Autoimun lokal, ( aktivitas sel T CD4, sel B( sel plasma
RR individu dengan HLA DR 4. diduga diawali stimulasi Ag virus
Produksi Ab abnormal : - faktor Rheumatoid !
- ANA juga dapat dideteksi secara laboratorik 67. Jelaskan tentang Demam Rematik ?
- Terjadi 3 minggu / berminggu / berbulan pasca infeksi Streptococcus hemolitikus (faringitis).
- Ab bereaksi silang dengan protein sakrolemna & miosin dari miokardium Pemeriksaan laboratorium : (tidak spesifik)
- ASTO : titer tinggi / > 200 IU
- petanda inflamasi akut 68. Jelaskan pemeriksaan Ag/Ab HIV dan pemeriksaan lain yang saudara ketahui ?
Perlu diketahui : Virus HIV-1 dan HIV-2 ( HIV
Menyerang sel limfosit T CD4+ (bereplikasi
( lisis sel ( TCD4+ dalam darah
Virus HIV ( virus RNA untai ganda
( famili retrovirus genus lentivirus
Sifat sitopatik ( merusak sel
Target ( menginfeksi sel sistim imun
( limfosit T CD4 + (Th), makrofag, sel dendrit
Masuk sel ( menembus membran sel T CD4+ melalui gp120 dan gp41 Deteksi adanya virus HIV
A. Biakan Virus.
Merupakan pemeriksaan rujukan untuk menentukan adanya infeksi virus HIV. Saat ini tingkat keberhasilan biakan virus pada penderita HIV mendekati 100%. Pemeriksaan ini dilakukan dengan membiakan limfosit penderita bersama sel indikator atau sel mononuklear orang sehat. Setelah pembiakan selama minimal 4 minggu, pertumbuhan virus HIV dapat dapat dideteksi dengan memeriksa aktifitas reverse trasncriptase atau adanya antigen p24 dalam biakan tersebut.Cara pemeriksaan ini mahal dan memerlukan tenaga yang terlatih dan teliti, waktu yang lama serta bahaya karena petugas mudah terpapar virus dalam jumlah besar. Pemeriksaa ini terutama dipakai dalam penelitian, dan jarang untuk pemeriksaan rutinB. Deteksi Antigen.
Deteksi antigen p24 dalam darah umumnya dilakukan dengan teknik ELISA. Pemeriksaan ini terutama berperan untuk diagnosis dini infeksi HIV pada neonatus atau penderita seronegatif dengan riwayat terpapar HIV. Antigen p24 dapat terdeteksi dalam darah penderita hanya pada saat jumlah antigen tersebut banyak dari pada antibodi terhadapnya, oleh sebab itu deteksi antigen hanya dapat dilakukan pada stadium dini dimana belum terbentuk antibodi terhadap p24.
C. Deteksi materi genetik HIV
Setelah menginfeksi suatu sel, HIV akan menetap dalam keadaan laten selama beberapa waktu. Dalam sel tersebut HIV berbentuk provirus, dimana rantai asam deoksiribonukleat provirus tersebut diintegtasikan ke dalam rantai DNA sel penjamu. Adanya provirus dalam sel mononuklear penderita dapat membantu menegakkan diagnosis infeksi HIV.Deteksi materi genetik ini dapat dilakukan dengan teknik PCR, dimana suatu segmen DNA provirus akan diamplifikasi secara invitro sehingga dapat di deteksi. Deteksi amplifikon dapat dilakukan dengan elektrofosesis pada agarose dengan pewarnaan ethidium bromida. Adanya pita dengan berat molekul ertentu berarti telah terjadi amplifikasisegmen DNA provirus. Untuk memastikan bahwa amplifikon yang terbentuk merupakan hasil amplifikasi segmen provirus HIV perlu dilakukan pemeriksaa lebih lanjut dengan hibridisasi amplikon oleh pelacak DNA ( DNA probe ).Saat ini telah dikembangkan teknik reverse trascriptase PVR untuk mendeteksi dan mengukur jumlah RNA HIV dalam serum penderita. Pemeriksaan ini dimulai dengan membentuk DNA komplementer dari RNA HIV dan dilanjutkan dengan amplifikasi segmen DNA komplementer tersebut dengan teknik PCR. Deteksi antibodi terhadap HIVDiagnosis infeksi HIV biasanya ditegakkan berdasarkan pemeriksaan antibodi terhadap HIV. Antibodi terhadap berbagai komponen virion HIV biasanya mulai terdeteksi pada 4-8 minggu setelah infeksi. Waktu antara saat terinfeksi dengan mulai terdeteksinya antibodi dalam serum penderita dikenal sebagai window period. Pemeriksaan serologik untuk mendeteksi anti-HIV tersebut dapat dikelompokkan menjadi pemeriksaan penyaring dan pemeriksaan konfirmasi. Setelah pemeriksaan penyaring dapat diidentifikasi spesimen yang kemungkinan mengandung anti-HIV, sedangkan setelah pemeriksaan konfirmasi dapat diketahui bahwa spesimen yang reaktif pada pemeriksaan penyaring mengandung antibodi spesifik terhadap HIV.69.Coba jelaskan tentang perjalanan penyakit HIV AIDS disertai gambaran grafiknya?
Sesudah HIV memasuki tubuh manusia, partikel virus tersebut bergabung dengan DNA sel penderita yang terinfeksi. DNA sel akan selalu ada pada tubuh manusia, sehingga berakibat sekali seseorang terindeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi dan dikenal dengan istilah ODHA ( orang dengan HIV/AIDS ). Dari semua pengidap HIV hanya sedikit yang menjadi AIDS dalam 3 tahun pertama, karena diperlukan 3 sampai 10 tahun bagi pengidap HIV untuk jatuh ke tahap AIDS yang selanjutnya disebut penderita AIDS. Periode gejala infeksi HIV adalah :
A Periode infeksi akut / primer
Sebanyak 30 -60 % penderita mengalami gejala tidak khas, timbul dalam 6 minggu pertama, berupa demam, rasa letih, sakit pada otot dan sendi, sakit menelan dan pembesaran kelenjar getah bening, ruam, diare atau batuk.Gejala ini miri gejala influenza atau penyakit mononukleosis infeksiosa.juga disertai gejala radang selaput otak berupa demam, sakit kepala, kejang-kejang dan kelumpuhan saraf otak. Pemeriksaan cairan otak menunjukkan peningkatan kadar protein dan sel mononuklear. Gejala infeksi akut HIV biasanya senbuh sendiri. Periode infeksi primer ditandai dengan cepatnya replikasi HIV. Dalam masa ini terjadi :
Tingginya kadar dari sel asosiasi dan plasma viremia
Level plasma dari p24 antigen ( capsid protein)meningkat
Level dari peredaran virus bisa mencapat 10 7 partikel/mm3 Terbentuk anti-HIV respon imun Syndroma klinik pada fase ini tidak terlihat adanya gejala khas (seroconversi ilness).
Window period = waktu antara terjadinya infeksi sampai timbul Ab
( sekitar 4 8 minggu ( dapat sampai 3 bulan )
B. Periode Asimptomatik
Bila seseorang baru saja terinfeksi HIV, biasanya tidak menunjukkan gejala dan keluhan. Hal ini dapat berlangsung antara 6 minggu sampai beberapa bulan atau bahkan tahun, umumnya 8 10 tahun.Pada masa Asimptomatik terdapat :
Hitung CD4 sel T menurun atau datar
Antibodi anti HIV meningkat atau datar
Hitung CTL HIV spesifik stabil
C. Periode simptomatik
Setelah beberapa tahun tanpa gejala , pada tahap berikutnya berat badan mulai menurun, meski tidak mencolok, tidak sampai 10 %. Pada tahap ini kadang-kadang ada gejala kuli dan mulut yang ringan, misalnya infeksi jamur pada kuku, sariawan yang berulang pada mulut dan peradangan pada sudut mulut. Infeksi bakteri pada saluran nafas atas yang berulang dapat juga ditemukan, walaupun demikian penderita masih dapat melakukan aktifitas normal. Pada masa Simptomatik terlihat :
Naiknya Viral Load
Menurunnya hitung CD4 sel T
Menurunnya respon anti HIV immune
D. Periode AIDS ( lanjut )
Pada periode ini penderita diserang oleh satu atau beberapa macam infeksi oportunistik, seperti pneumonitis carinii,toxoplasmosis otak, diare akibat kriptosporidiosis, infeksi virus sitomegalo, herpes simplek, kandidiasis esophagus, trakhea, bronkus atau infeksi jamur jenis lain. Kadang ditemukan beberapa jenis keganasan, antara lain kanker kelenjar getah bening dan sarkoma kaposi.
69.Tujuan pemeriksaan lab HIV ?Tujuan deteksi Ab : - uji saring ( 3 X ( 1 X pakai sensitivitas ((, selanjutnya lebih spesifik & berbeda jenis reagen / teknik) - konfirmasi dan diagnosisMetode untuk mendeteksi ( banyak, a.l. ELISA, agglutinasi latex, dot-blot immunobinding assay ( untuk uji saring, Western blot, lineimmunoassay, radioimmunoprecipitation assay ( RIPA ), immunofluoresensi, tes neutralisasi ( untuk konfirmasi KULTUR HIV ------------------------------- jarang dipakai bahaya penularan bagi petugas ! Sel T CD4+ me-( oleh karena : Viral budding (terinfeksi ( efek sitopatik HIV ( apoptosis Pembentukan syncytium ( sel multinuclear besar
Umur sel T CD4+ < N ( ( Gangguan fungsi sel T CD4+ : aktivasi makrofag ( induksi sel T CD8, sel B, sel NK ( Sel B terinfeksi HIV ( pengaktifan abnormal
( hipergamaglobulinemia poliklonal IgG dan IgA
( pe-( regulasi sel T CD8+ terhadap sel B
( unregulated sel B Monosit dan makrofag yang terinfeksi HIV : Dapat berikatan dengan envelope HIV ok mempunyai reseptor permukaan CD4
Monosit terinfeksi reservoir HIV ok tahan tehadap efek sitopatik HIV
Menghasilkan inhibitor IL-1 :
proliferasi sel T CD4 (
kemampuan fagositosis ( Imunodefisiensi Penetapan jumlah Th ( CD4+ ) : ! Bila jumlah < 200 / L (imunodefisiensi berat)Fase Infeksi HIV : 1. Fase Akut (early infection)
- Infeksi sel T CD4+ memori
jaringan limfoid mukosa
- Kematian sel-sel terinfeksi dalam 2 minggu infeksi
sel T CD4+ >> dihancurkan (mukosa
memori T CD4+ dalam 4 hari
terinfeksi 60%, dlm 1 minggu 80%)2. Transisi dari fase akut ke fase kronik - penyebaran virus, viremia
- terbentuk imun respon di Host
( untuk kontrol sebagian infeksi dan produksi virus ( 12 minggu setelah infeksi)
3. Fase kronik dari penyakit - kelenjar limfe dan limpa sebagai tempat
replikasi virus HIV ( destruksi sel
T CD 4 + < 200 sel/uL AIDS 71. Jelaskan tentang HBV dan HCV ? HEPATITIS B
Interpretasi Hepatitis B
Gambar a. Infeksi hepatitis B virus akut\
2. Infeksi hepatitis B kronik dengan HBeAg positif
Gambar 2. Infeksi hepatitis B kronik dengan HBeAg negative
Perubahan serologik: HCV VHC-RNA pada fase dini Anti VHC: (+) 1-2mgg sesudah infeksi VHC IgM anti VHC: - diagnosis infeksi akut,
- aktivitas VHC pd inf.kronis
- respon thd terapi
Teknik:
Tes Anti HCV (semiautomatik, automatik, rapid tes)72. Jelaskan hepatitis C ?
73. Jelaskan tentang infeksi Torch, CMV ?
Toxoplasma ( CMV-----------Biakan/ Mikroskopi dan Inokulasi darah/cairan ke tikus/ jaringan ( apusan Giemsa , ditemukan Owls eye ,Tachyzoites .crescent shaped .prominent, centrally placed nucleus Pemeriksaan Serologik
Complement Fixation (CF)
Indirect Fluoroscent Antibody (IFA
Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA)
Immunofluorescence assay/ Immunochemi luminescence assay
Enzyme-linked Fluoresnce assay (ELFA)Orang immunocompromised
IgM biasanya negatif
IgG positif:
Hanya bermakna infeksi kronik
Titer ( moderat, jarang >4x
( 1:1024: sangat menunjang tapi jarang
Penetapan status imun
Infeksi akut: Serokonversi atau titer >4x (>1:1024), atau IgG ( + gejala klinik
Infeksi > 6 bulan lalu: Titer IgG datar, IgM negatif
Infeksi 3-6 bulan lalu: IgM rendah~sedang, IgG tinggi
Infeksi dalam 3 bulan lalu: IgM & IgG tinggi
Infeksi kongenital
Darah foetus: IgM pos (hanya~20%)
Isolasi parasit dr lekosit foetus & biakan
Prenatal diagnosis
Trimester I: Biakan villi chorionic
Trimester II: Biakan darah talipusat, cairan amnion
PCR cairan amnion Infeksi Neonatal
Isolasi parasit: plasenta, darah, CSF, atau jaringan lain
IgG positif:
darah atau CSF, cairan mata
IgG anak ( > ibu, dan persisten sampai 1 thn
IgM positif: positif, hanya 60%74. Buatlah algoritma Toxoplasma?
75. Jelaskan infeksi Ig M dan Ig G Toxoplasma ?
INFEKSI PRIMER: IgG avidity rendah : infeksi baru ( : sembuh / infeksi lamaINFEKSI SEKUNDER IgG avidity (
76. Jelaskan CMV Kongenital ?
Isolasi CMV : darah tali pusat / darah neonatus / saliva / urin waktu : 1-3 minggu metoda : PCR. IgM : darah fetus / darah tali pusat77. Infeksi Baru Rubella ibu Jelaskan ? DETEKSI IgM : umum positif - 8 minggu , dapat sampai 1 tahun
PENINGKATAN TITER / KADAR IgG
SEROKONVERSI : IgM IgG ( juga perlu pada vaksinasi)
IgG AVIDITY78. DIAGNOSIS LABORATORIK INFEKSI RUBELLA KONGENITAL
DETEKSI IgM : darah tali pusat , darah / serum neonatus : 100% positif sampai 3 bulan. negatif 18 bulan
DETEKSI IgG : serokonversi umur 9 -12 bulan , IgG positif umur 1-2 tahun . infeksi kongenital
Isolasi virus : ambil spesimen umur < 3 bulan .ekskresi tertinggi79. Jelaskan pemeriksaan laboratorium Tuberkulosis apa saja yang ditemukan? = limfositosis, LED meningkat
= deteksi basil tahan asam dalam bentuk solid / virgin yang menunjukkan kuman masih hidup, atau fragmented yang menunjukkan sudah mati / dead bacilli = a rapid immunochromatographic test ( ICT tuberculosis ) untuk mendeteksi secara kualitatif Ab.
( Ig G ) terhadap Ag mycobacterium tuberculosis dapat dipakai untuk menunjukkan tbc aktif80. Jelaskan Tentang hasil interpretasi ICT .?
81. Jelaskan pemeriksaan laboratorium infeksi dengue ? DENGUE : hematokrit ((), jumlah trombosit (() sensitized lymphocytes ( LPB ) , hipoalbuminemia
deteksi Ab ( Dengue blot Ig M and Ig G, Dengue duo Ig M & Ig G.
IgM : muncul ( 5 hari setelah infeksi, ( selama 1 3 minggu, bertahan 60 90 hari. pemeriksaan pertama hasil neg. , ulangi 3 5 hari kemudian.. IgG : infeksi primer, Ig G baru muncul ( 14 hari
infeksi sekunder muncul hari ke 2 diikuti Ig M hari ke 5.
dapat bertahan lama, mungkin seumur hidup. Isolasi virus / deteksi virus / komponen viru
81. Jelaskan tentang imuntrombositopenia? Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditandai oleh adanya penurunan jumlah trombosit dalam darah perifer. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam produksi trombosit yang memadai dan peningkatan destruksi trombosit perifer atau sekuestrasi trombosit dalam limpa.Pada Pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal.Penyebab trombositopenia disebabkan oleh banyak factor, salah satunya adalah adanya drug induced yang mengakibatkan trombositopenia dan juga adanya proses autoimun pada trombosit seperti pada Idiopahtic/Immune Thrombocytopenia Purpura (ITP). Hal ini merupakan gambaran dimana begitu banyak obat yang dapat mengakibatkan trombositopenia dan diperlukan penelitian atau pengkajian lebih lanjut mengenai masalah ini. Begitu juga dengan ITP, dimana prevalensi pada anak antara 4,0-5,3 per 100.000 dimana ITP akut sering terjadi pada anak-anak (Ibnu Purwanto, 2006). Immune Thrombocytopenia Purpura pada dewasa terjadi pada umumnya pada usia 18-40 tahun dan 2-3 kali lebih sering pada perempuan dari pada laki-laki (Ibnu Purwanto, 2006). Selain itu adanya infeksi virus dan anemia yang disertai perdarahan dapat juga menyebabkan adanya trombositopenia. Pada skenario 3 terdapat seorang anak berumur 12 tahun dengan keluhan timbul bercak-bercak hitam di tungkai 1 hari yang lalu setelah panas dan minum obat. Anak tersebut 3 hari yang lalu datang ke sarana kesehatan dengan keluhan panas dan pilek baru 1 hari. Diberikan obat puyer dan amoxyllin. Puyer diminum 3 kali 1 bungkus, dan tablet amoxyllin 3 kali tablet. Obat diminum sudah 2 kali. Pada kenjungan ke sarana kesehatan kedua, dilakukan pemeriksaan fisik : Panas tidak diketemukan, suhu badan 36,8 C, bercak-bercak hitam pada lengan dan kaki, pilek masih ada. Hasil pemeriksaan darah : Hb 10,8 g/dl ; Hct 32,9% ; AL 5,96.103 /ul ; Hitung jenis leukosit, Basofil/eosinophil/netropil segmen/limfosit/monosit = 1/7/54/33/5 (%) ; AT 95.103/ul.
Semua obat dihentikan dan dievaluasi 3 hari kemudian didapatkan Hct 32,1% dan AT 94.103/ul.82. Additional factors that assist in mediating the impact of Ab-induced hematologic diseases adalah:
number of Ag sites on membrane
- motility of Ag within membrane
- class of immunoglobulin
- subclass of Ig
- quantity of Ab-sensitizing blood
- equilibrium constant of Ab
- ability of Ab to activate complement
- thermal range of Ab (especially for erythrocytes)
- activity of recipients reticuloendothelial system / macrophage 83. IMMUNE GRANULOCYTOPENIA ?
Ab (allo-Ab, auto-Ab, drug induced-Ab) / complement coated granulocytes are removed from circulation through ( interaction with the monocytes-macrophage system
Allo-Ab : post transfusion immune granulocytopenia ( HLA / specific-Ab febrile reaction = leukoagglutinin reaction dan post pregnancy immune granulocytopenia : Ab to neutrophil specificAg inherited from the neonates father.
Auto-Ab :84. Granulocytopenia with other disorders85. Drug-induced 86. AUTOIMMUNE THROMBOCYTOPENIC PURPURA :
.
s. ,
EMBED Unknown
EMBED Unknown
JSD
58
CM MAYOR INKOMPATIBEL , AUTO KONTROL NEGATIP
MAYOR CROSSMATCH
KEMUNGKINAN PENYEBAB
PEMECAHAN
Inkompatibel
Inkompatibel semua unit/
Satu atau beberapa Unit
IgG alloantibodi
Antibodi terhadap antigen frekwensi tinggiDCT positip pada donor
Identifikasi antibodiCari antibodi yang bereaksi pada 37C/AHGCari donor keluarga(saudara)
Unit Darah dikarantina
Pada 37 C / AHG
JSD
95
CONTOH LEMBAR KERJA
Mayor I
Mayor II
Minor I
Minor II
Auto kontrol
Auto Pool
Sus sel 50 ul donor I
Sus sel 50 ul Donor II
Sus sel 50 ul Pasien
Sus Sel 50 ul Pasien
Sus sel 50 ul pasien
Sus sel Pool 50 ul Donor
Plasma 25 ul Pasien
Plasma 25 ul Pasien
Plasma 25 ul Donor
Plasma 25 ul Donor
Plasma 25 ul Pasien
Plasma Pool 25 ul Donor
Inkubasi 37 C- 15 menit
Putar 910 rpm 10 menit
Baca hasil
Pemeriksaan Uji Cocok Serasi Metoda gel
_1415303854.bin
_1415304033.bin
JSD
60
CM MAYOR INKOMPATIBEL, AUTO KONTROL POSITIP
MAYOR CROSSMATCH
KEMUNGKINAN PENYEBAB
PEMECAHAN
Inkompatibel
Inkompatibel
Rouleaux disebabkan protein abnormal dalam serum penderita ( multiple myeloma )Penderita mendapat plasma expander
HDNAIHA tipe hangatReaksi transfusiDrug induced
Tambahkan 2 tetes NaCl
Ulangi pemeriksaan , Periksa DCT, skrining / identifikasi antibodi
Pada 37 C
JSD
42
Mayor I
Mayor II
Mayor III
Minor I
Minor II
Minor III
AutoKontrol
Auto pool
Jam
PhaseI
2 tts serum Os
2 tts serum Os
2 tts serum Os
2 tts plasma donor I
2 tts plasma donorII
2 tts plasma donorIII
2 tts serum Os
2 tts pool plasmadonor
1 tts sel dn I 5%
1 tts sel dn.II 5%
1 tts seldn III 5%
1 tts sel Os 5%
1 tts sel Os 5%
1 tts sel Os 5%
1 tts sel Os 5%
1 tts pool sel dn5%
Kocokkocok hingga tercampur rata
Putar 3000 rpm selama 15 20 detik baca reaksi
PhaseII
2 tts B. Alb 22%
2 tts B. Alb 22%
2 tts B. Alb 22%
2 tts B. Alb 22%
2 tts B. Alb 22%
2 tts B. Alb 22%
2 tts B. Alb 22%
2 tts B. Alb 22%
Kocok-kocok hingga tercampur rata, inkubasi 37 C selama 15 menit
Putar 3000 rpm selama 15 20 detik baca reaksi
Cuci dengan saline sebanyak 3 x
PhaseIII
2 tts AHG
2 tts AHG
2 tts AHG
2 tts AHG
2 tts AHG
2 tts AHG
2 tts AHG
2 tts AHG
Kocok-kocok hingga tercampur rata
Putar 3000 rpm selama 15 20 detik baca reaksi
Bila Hasil Negatip Tambahkan 1tetes CCC, kocok-2 Putar 3000 rpm 15-20 detik Baca reaksi
Pemeriksaan Uji Cocok Serasi
JSD
54
CM MAYOR INKOMPATIBEL , AUTO KONTROL NEGATIP
MAYOR CROSSMATCH
KEMUNGKINAN PENYEBAB
PEMECAHAN
Inkompatibel
Semua / Beberapa unit donor inkompatibel
Alloantibodi Ig M ( golongan darah ABO tidak cocok )antibodi dingin spesifik
-Anti A1 dalam serum pasien A2 -Donor salah golongan
Ulangi pemeriksaan golongan ABO
Cari antibodi yang bereaksi pada suhu dingin :anti-Lea, anti Leb, anti-P1, anti-M, anti-N Periksa golda pasien dengan anti A1 lectin- Darah dikarantina
PADA SUHU KAMAR
JSD
41
UNIT TRANSFUSI DARAH
Check list & Lembar kerja Pemeriksaan Uji Cocok Serasi
Identitas Pasien./Donor
Sel Grouping
Serum Typing
AutoKontrol
Rhesus faktor
Jam
1 tts sel 5%
1 tts sel 5%
2 tts serum
2 tts serum
2 tts serum
2 tts serum
1 tts sel 5%
1 tts sel 5%
1 tts.AntiA
1 ttsAntiB
1tts test sel A 5%
1tts test sel B5%
1 tts testsel O 5%
1 tetes sel 5%
1 tetesAnti-D
1 tetesB. Alb 6%
Pasien
Kocok-kocok hingga tercampur rata, putar 3000 rpm 15-20 detik baca reaksi
Donor
Kocok-kocok hingga tercampur rata, putar 3000 rpm 15-20 detik baca reaksi
Pemeriksaan Golongan Darah ABO & Rhesus