Upload
neng-intan-ajah
View
159
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
PROPOSAL LAPORAN AKHIR
APLIKASI KOLOM ISIAN GANDA PADA PEMBUATAN BIODIESEL
BERBASIS METIL ASETAT DENGAN BIOKATALIS
Proposal ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Penyusunan Laporan Akhir
Program Diploma III Jurusan Teknik Kimia
Disusun Oleh :
Intan Choirin (0931410079)
Rizka Isma Safitri (0931410084)
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2012
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Penelitian : Aplikasi Kolom Isian Ganda Pada Pembuatan Biodiesel Berbasis Metil Asetat Dengan Biokatalis
Nama : Intan Choirin (0931410079) Rizka Isma Safitri (0931410084)
Tempat Penelitian : Politeknik Negeri Malang
Jurusan : Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan pada ujian proposal Laporan Akhir.
Malang, 29 Maret 2012
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Ir. Dwina Moentamaria, MT
NIP. 19610220 198902 2 001
FORM REVISI
Judul : Aplikasi Kolom Isian Ganda Pada Pembuatan Biodiesel Berbasis Metil Asetat denganBiokatalis
Nama : Intan Choirin 0931410079 Rizka Isma Safitri 0931410084
No Nama Penguji Uraian Tanda Tangan1 Achmad Chuamidi Judul
Gambar alat Skema kerja Metodologi
2 Windi Zamrudy Blok diagram lebih jelas Dasar teori enzim &
mekanismenya Uji & target data
3 Anang Takwanto, ST, MTNIP. 19770530202121003
Mekanisme reaksi enzim lipase dengan metil asetat
Gambar alat disesuaikan Penurlisan rumus kimia
(subscript/superscribt) Daftar pustaka harus
sesuai dengan dasar teori & latar belakang
Ruang lingkup masalah diperbaiki
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Ir. Dwina Moentamaria, MT
NIP. 19610220 198902 2 001
Bab 1
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Menurut Soerawidjaja (2006) menyatakan, bahwa biodiesel merupakan bahan
bakar yang diperoleh dari proses esterifikasi atau transesterifikasi asam lemak dengan
alkohol dan bantuan katalis. Hasil penelitian Chumaidi (2007) dalam reaktor
bertekanan memberikan data konversi biodiesel sebesar 42 %. Sisanya merupakan
impuritis berupa methanol, sisa katalis alkali, gliserol, dan sabun. Oleh karena itu,
untuk mengurangi impuritis itu telah dilakukan penelitian, hasilnya adalah biokatalis
lipase yang di imobilisasi dari bakteri mucor miehei.
Menurut penelitian Hermansyah (2009) enzim lipase mempunyai kelebihan
mampu mengarahkan reaksi secara spesifik tanpa adanya reaksi samping yang tidak
diinginkan. Biokatalis ini mampu memperbaiki kelemahan katalis alkali, yakni tidak
bercampur homogen sehingga pemisahannya lebih mudah.
PUF (Polyurethane Foam) adalah setiap polimer yang terdiri dari rantai
organik unit bergabung dengan urethan karbamat (Awang, 2007). PUF memiliki
beberapa kelebihan, yaitu:menghasilkan konversi yang tinggi, tahan terhadap suasana
asam, dibentuk bulat sempurna dan dapat digunakan lebih dari 5 kali dalam proses
pembuatan biodiesel sehingga lebih ekonomis. Pada penelitian terdahulu Sughisa
(2011) telah dilakukan isolasi enzim dari Mucor miehei dengan menggunakan PUF
sebagai immobilized pada pembuatan biodiesel dilakukan secara batch. Penelitian
lanjutan akan dikembangkan dengan system kontinyu.
Menurut Hermansyah (2009) enzim lipase yang bisa menjadi biokatalis dapat
terdeaktivasi secara cepat dan stabilitas enzim tersebut dalam mengkatalisis reaksi
menjadi buruk jika berkontak dengan methanol. Oleh karena itu, penambahan metil
asetat pada reaksi minyak randu digunakan untuk mensuplai gugus alkil, sehingga
reaksi saponifikasi bisa dihindari dan senyawa ini mampu menjaga stabilitas dari
biokatalis selama proses reaksi berlangsung. Biokatalis diimobilisasi sehingga tidak
tercampur homogen dengan produk biodiesel. Nilai tambah lainnya didapatkan dari
triasetilgliserol yang memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan gliserol yang
merupakan produk samping rute alkohol.
Reaktor yang digunakan pada pembuatan biodisel merupakan sistem
continous dengan menggunakan packed bed reactor. Continous packed bed reactor
adalah reaktor yang tepat digunakan untuk enzim amobil dan bakteri amobil. Selain
itu, dengan packed bed reactor mudah dalam pengoprasian dan pengontrolan,
kualitas produk lebih mudah dikontrol, luas permukaan kontak antar biokatalis
dengan minyak randu lebih maksimal dan kondisi operasi lebih stabil. Sedangkan,
menggunakan Reaktor Alir Tunggal Berpengaduk (RATB) dikhawatirkan enzim
lipase amobil akan rusak akibat adanya adukan dan luasan kontak enzim dan crude
oil tidak maksimal.
Jenis packed bed reactor yang digunakan adalah plug flow reactor.
Penggunaan PFR sesuai digunakan pada konversi yang tinggi, dimana untuk
menghasilkan konversi yang tinggi dapat diperoleh dari penambahan volume reaktor,
volume ini berbanding lurus dengan waktu tinggal (Levenspiel, 1999). Maka
penelitian ini menggunakan double packed bed reactor dilakukan dengan
penambahan volume reaktor dan menggunakan rute non-alkohol dengan peranan
metal asetat sebagai pengganti metanol sehingga diharapkan mendapat konversi
biodiesel dari minyak biji randu lebih tinggi dengan impuritis yang rendah.
1.2. Ruang Lingkup Masalah
Penggunaan kolom isian ganda untuk aplikasi pembuatan biodiesl dari minyak
randu enzim dengan menggunakan enzim lipase perlu diperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, antara lain: flowrate umpan, jumlah biokatalis yang digunakan tiap
kolom, perbandingan mol minyak randu : metil asetat sebesar 1:6 dan suhu operasi
disesuaikan pada kondisi optimum.
1.3. Batasan Masalah
Kinetika reaksi sementara diabaikan
Variabel berubah:
Flowrate umpan
Jumlah biokatalis yang digunakan tiap kolom (mass cathalyst)
Variabel tetap:
Perbandingan mol minyak randu : metil asetat sebesar 1:6
Suhu operasi disesuaikan pada kondisi optimum
1.4. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh variabel laju alir substrat dan jumlah biokatalis terhadap
hasil konversi biodiesel?
Bagaimana karakteristik biodiesel minyak randu yang dibuat dengan metil asetat?
Apakah penggunaan kolom isian ganda dapat meningkatkan hasil konversi
biodiesel?
1.5. Tujuan
Mengetahui pengaruh variabel laju alir substrat dan ketinggian packing serta
penggunaan kolom isian ganda untuk meningkatkan hasil konversi biodiesel dari
minyak randu
Mengetahui pengaruh metil asetat sebagai pensuplai gugus metil pengganti
methanol terhadap karakteristik biodiesel dari minyak randu
Bab 2
Tinjauan Pustaka
2.1 Biodiesel
Biodiesel atau Fatty Acid Methyl Ester (FAME) merupakan miyak nabati, lemak hewani
yang diubah melalui proses tranesterifikasi yang pada dasarnya meraksikan minyak tersebut
dengan methanol. Dengan memanfaatkan biodiesel sebagai bahan bakar maka dapat
mengurangi emisi gas buang seperti CO2, SO2, dan hidrokarbon di udara. Selain itu biodiesel
mempunyai keunggulan diantaranya biodegradable, tidak beracun, mempunyai bilangan
cetane yang tinggi, nilai flash point (titik nyala) yang lebih tinggi dari petroleum diesel
sehingga aman di simpan dan digunakan. Biodiesel tidak secara spontan meletup atau
menyala dalam keadaan normal karena mempunyai titik bakar yang tinggi yaitu 150oC.
Biodiesel mempunyai kelebihan jika dibanding dengan bahan bakar petroleum.
Kelebihan tersebut antara lain :
1.Biodiesel diproduksi dari bahan pertanian sehingga dapat diperbarui.
2.Biodiesel mempunyai bilangan cetane yang tinggi, volatile rendah, dan bebas sulfur.
3.Biodiesel ramah lingkungan karena tidak memiliki emisi Sox.
4.Menurunkan keausan ruang piston karena sifat pelumasan bahan bakar yang bagus.
5.Biodiesel tidak mudah terbakar karena memiliki titik bakar yang relative tinggi, aman dalam
penyimpanan karena tidak mengandung racun.
6.Memungkinkan diproduksi skala kecil dan menengah sehingga tidak memerlukan biaya
yang sangat besar, dan memungkinkan diproduksi di pedesaan.
7.Menurunkan ketergantungan suplai minyak dari Negara asing sebagai importir.
8.Biodegradable : jauh lebih mudah terurai oleh mikroorganisme dibanding minyak mineral.
9.Tidak adanya pencemaran akibat tumpahnya biodiesel pada tanah dan air, karena biodiesel
bisa terurai secara alami.
Table 2.1 Spesifikasi biodiesel sesuai SNI-04-7182-2006
No Parameter Satuan Nilai Metode Uji
1 Massa Jenis pada 15 0C kg/m3 850-890 ASTM-D 1298
2 Viskositas Kinematik pada 40 0C mm2/s 2.3-6.0 ASTM-D 445
3 Angka Setana Min.47 ASTM-D 613
4 Titik Nyala (cup tertutup) 0C Min.100 ASTM-D 93
5 Titik Kabut 0C Max.18 ASTM-D 2500
6 Residu Karbon
-dalam sampel asli, atau
-dalam 10% ampas distilasi
%-m
Max.0.05
Max.0.30
ASTM-D 4530
7 Air dan Sedimen %-v Max.0.05 ASTM-D 2709
ASTM-D-1266
8 Temperatur Distilasi 900C 0C Max.360 ASTM-D 1160
9 Abu Tersulfatkan %-m Max.0.02 ASTM-D 874
10 Belerang ppm-m
mg/kg
Max.100 ASTM-D 5453
ASTM-D 1266
11 Fosfor ppm-m
mg/kg
Max.10 AQCS Ca 12-55
12 Angka Asam mg
KOH/kg
Max.0.8 AQCS Ca 12-55
13 Gliserol bebas %/m Max.0.02 AQCS Ca 30-63
ASTM-D 6584
14 Gliserol Total %/m Max.0.24 ASTM-D 6584
2.2 Bahan baku biodiesel
2.2.1 Minyak biji randu (ceiba pentandra)
Minyak biji randu selama ini hanya digunakan sebagai bahan baku alat
penerangan, minyak pelumas, campuran coating pada genting, campuran pada kain batik,
serta sumber protein untuk sapid dan domba. Meskipun demikian minyak biji randu ini
sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel karena
memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh minyak jarak yang selama ini
dikembangkan dan diunggulkan. Kelebihan minyak randu adalah mengandung senyawa
utama (90%) yang terdiri dari asam oleat, linoleat, palmitat, dan stearat.
Table 2.2 Kandungan minyak randu *)
*) Sumber : J.S. Jamieson and W.F baugman, juorn. Am Chem. Soc. 42 (1920) 1197
Kadar FFA yang terdapat pada biji minyak randu berdasarkan hasil percobaan
adalah sebesar 7,57 % sehingga harus diturunkan hingga kurang dari 2 % karena bila
kadarnya terlalu tinggi maka keberadaan FFA dapat menurunkan kwalitas biodiesel yang
akan dihasilkan yakni biodiesel yang akan bersifat korosif dan dapat menyumbat saluran
injector mesin diesel akibat pembentukan deposit. Oleh karena itu, sebelumnya diproses
lebih lanjut minyak biji randu harus mengalami proses pemurnian terlebih dahulu. Selain
itu, kadar FFA dalam minyak akan menentukan proses pembentukan methyl ester yang
akan dilalui. Apabila dalam minyak banyak terkandung trigliserida maka proses yang
harus dilalui adalah tranesterifikasi sedangkan bila banyak mengandung FFA maka
proses yang harus dilalui adalah esterifikasi.
2.2.2 Enzim lipase
No. Nama asam lemak Kadar %
1
2
3
4
5
6
Oleat
Linoleat
Miristat
Palmilat
Stealat
Arachidat
49,8
29,3
0,50
15,9
2,30
0,80
Enzim lipase merupakan enzim yang dapat menghidrolisis rantai panjang
trigliserida. Enzim ini memiliki potensi untuk digunakan memproduksi asam lemak.
Selain itu enzim lipase telah banyak dikenal memiliki cakupan aplikasi yang amat luas.
Penggunaan enzim lipase sebagai biokatalis untuk sintesis biodiesel sangat menjanjikan
karena mampu memperbaiki kelemahan katalis alkali, yaitu tidak bercampur homogen,
sehingga pemisahannya mudah dan mampu mengarahkan reaksi secara spesifik tanpa
adanya reaksi samping yang tidak diinginkan.
Beberapa kritik yang ditujukan terhadap proses transesterifikasi kimiawi adalah
tingginya konsumsi energi proses serta masih terikutnya senyawa-senyawa pengotor
dalam metil ester, seperti [mono, di] gliserida, gliserol, air, dan katalis alkalin yang
dipergunakan. Pemurnian metil ester terhadap senyawa-senyawa pengotor tersebut
memerlukan tambahan energi dan material dalam proses transesterifikasi minyak menjadi
biodiesel. Lipase sebagai biokatalisator dapat mengkonversi bahan nabati menjadi metal
ester (biodiesel) dengan tingkat kemurnian yang tinggi karena gliserol dapat dengan
mudah dipisahkan. Penggunaan lipase dipilih karena kereaktifannya untuk reaksi yang
berulang-ulang dan penggunaan enzim atau selnya harus dalam bentuk amobil.
Immobilisasi Enzim
Enzim terimobilisasi adalah suatu enzim yang dilekatkan pada suatu bahan yang
inert dan tidak larut seperti sodium alginat. Amobilisasi dilakukan dengan maksud untuk
meningkatkan stabilitas dan membuat sel, organel atau enzim dapat digunakan secara
terus menerus. Dengan sistem ini, enzim dapat lebih tahan terhadap perubahan kondisi
seperti pH atau temperatur. Sistem ini juga membantu enzim berada di tempat tertentu
selama berlangsungnya reaksi sehingga memudahkan proses pemisahan dan
memungkinkan untuk dipakai lagi di reaksi lain. Sistem ini memiliki keunggulan dalam
hal efisiensi sehingga di industri banyak digunakan dalam reaksi yang dikatalisis oleh
enzim. Ketika akan mengimobilisasi enzim maka harus dipilih metode yang tepat agar
bisa menghindari kehilangan aktifitas enzim tanpa merubah gugus aktif enzim. Dengan
kata lain mengikat enzim tetapi sebisa mungkin mengurangi kerusakan enzim.
Pengetahuan mengenai sisi aktif enzim akan sangat membantu dalam proses ini. Sisi aktif
bisa dilindungi selama proses pelekatan dimana protektif grup bisa dihilangkan tanpa
mengurangi aktifitas enzim.
Reaksi diatas menggambarkan reaksi antara trigliserida dengan asam-asam amino
yang terdapat dalam enzin lipase. Asam amino mempunyai muatan negatif (elektrofil)
yang berlebih sehingga cenderung akan menyerang gugus positif (ikatan
rangkap/nukleofil) yang ada pada trigliserida. Oksigen yang terikat pada gugus asam
amino akan menarik salah satu ikatan rangkap pada trigliserida menjadi iktan tunggal R-
O, sedangkan ikatan tunggal sisa akan masuk ke dalam ikatan H pada asam amino.
Gugus asam amino pada lipase
Trigliserida
Pemutusan ikatan rangkap C=O oleh gugus O (elektrofil)
Pengikatan gugus H dengan O
Setelah pemutusan ikatan maka hasil akhir yang terbentuk adalah lipase (karena
sebagai katalis hanya memepercepat reaksi dan didapatkan kembali pada produk akhir)
dan asam lemak (fatty acid).
2.2.3 PUF (Polyurethane Foam)
Polyurethane adalah campuran dua jenis bahan kimia (isocyanate dan polyol)
yang diaduk secara bersama-sama, sehingga terjadi reaksi dan membentuk busa.
Polyurethane juga terdapat dalam berbagai bentuk, seperti busa lentur, busa keras, pelapis
anti bahan kimia, bahan perekat, dan penyekat, serta elastomers. Sedangkan berdasarkan
ilmu kimia PUF adalah setiap polimer yang terdiri dari rantai organik unit bergabung
dengan urethan karbamat. Polimer Polyurethane dibentuk melalui pertumbuhan
polimerisasi langkah dengan mereaksikan suatu monomer yang mengandung paling
sedikit dua isosianat kelompok fungsional dengan monomer lain yang mengandung
setidaknya duahidroksil ( alkohol ).
Polyurethane memiliki fungsi sebagai bahan isolasi temperatur dan juga memiliki
kelebihan sebagai bahan penyerap suara, ringan serta rigid sebagai bahan konstruksi.
Polyurethane bisa ditemukan pada berbagai macam benda di sekitar kita. Misalnya saja,
pada cairan pelapis dan cat, elastomer keras seperti pada roda roller blade, penyekat
berbahan keras, busa lentur yang lembut, serat elastis, atau sebagai kulit utuh.
Keunggulan dari PUF antara lain adalah memiliki berat jenis yang ringan yaitu
sekitar 36 Kg/m3 dan memiliki nilai koefisien rambatan panas yang dihasilkan oleh
Polyurethane hanya sekitar 0.017, menghasilkan konversi yang tinggi, dapat tahan
terhadap suasana asam.
2.2.4 Metil Asetat
Metil Asetat merupakan senyawa organik (ester) yang pada keadaan normal
berupa cairan tak berwarna, berbau khas, larut dalam alkohol, khloroform dan eter dan
larut terbatas dalam air. Dalam Industri kimia, methil asetat banyak digunakan sebagai
pelarut organik atau solvent untuk selulosa nitrat, rubber klorida, ethyil selulosa,
benzylabitat, resin metil metakrilat, resin cyclohexanone, formaldehid, poli stirene,
polivinilasetat, dll. Metil Asetat digunakan juga dalam industri kosmetik, farmasi dan
paintremover. Metil asetat sebagai pelarut cukup disukai karena titik didih yang rendah,
pada keadaan normal 57oC dan tidak berbahaya. Konsumsi methil asetat diperkirakan
akan terus meningkat dalam beberapa tahun mendatang dan hal ini adakaitannya dengan
perkembangan industri coating dan plastik yang terus berlangsung. Sehingga metil asetat
yang digunakan sebagai solvent dalam industri tersebut akanmendorong terhadap
peningkatan konsumsi dari produk ini.
2.3 Reaktor
Reaktor merupan faktor penting dalam hal pembuatan biodiesel. Reaktor dapat
dikatagorikan menjadi dua yaitu batch reactor dan reaktor kontinyu. Untuk reaktor
kontinyu dapat dibedakan lagi menjadi 2 jenis yaitu continue strirred tank reactors
(CSTR) dan plug flow reactors (PFR). Akan tetapi dalam reactor enzim amobil ada
beberapa macam reactor yang dapat digunakan diantaranya : stirred tank reactor dan
packed bed reactor. Berikut adalah klasifikasi reactor berdasarkan tipe katalis yang
digunakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan packing antara lain :
a) Packing harus bisa memberikan luas permukaan basah yang besar per satuan volume
dari ruang yang berisi packing, agar terbentuk luas interface yang besar untuk
terjadinya kontak antara fase gas dan cairan. Sehingga ukuran media packing sangat
berpengaruh.
b) Packing harus memiliki rongga volume yang besar, agar pressure droppressure drop
yang terjadi tidak berlebihan dan dapat pula menimbulkan aliran yang besar.
c) Packing harus memiliki sifat pembasahan yang baik (mudah dibasahi) dan harus
dipilih secara efektif ditinjau dari segi ketahanan terhadap korosi
d) Packing harus memiliki bulk density yang rendah (menyangkut sistem penahan atau
pondasi packed tower) dan sedapat mungkin memilih harga yang relatif murah.
Table 2.3 Spesifikasi reactor *)
*
*) Ichiro Chibata, Immobilized Enzymes, 149
Reaktor Kolom Isi
Reaktor kolom isi banyak digunakan untuk enzim amobil dan mikroba sel amobil.
Dalam kasus ini perlu dipikirkan pressure drop dalam packed bed. Hal yang
mempengaruhi pressure drop ini adalah kolom, dimensi kolom dan reaction rate. Dilihat
dari aliran substrat ada 3 macam kemungkinan yaitu aliran kebawah, keatas dan metode
recycle. Linier velocity dari substrat sangat mempengaruhi laju reaksi, utuk itu metode
recycle disarankan. Untuk aplikasi di industri tipe aliran dari substrat sangat penting.
Dalam beberapa kasus aliran kebawah menyebabkan adanya tekanan pada bed kolom
enzim, jadi aliranke atas umumnya di aplikasikan di dalam industri. Kelebihan metode
kontinyu dari pada batch yaitu : mudah di control dan dioperasikan, menurunkan biaya
produksi, kondisi operasinya lebih stabil, kualitas produk lebih mudah dikontrol.
Teknologi kolom berpaking merupakan jenis kolom isian yang dapat digunakan
untuk memproses bahan baku menjadi produk secara kontinyu. Kolom berpaking sangat
ideal untuk menghasilkan produk dengan tingkat konversi yang sangat tinggi karena
aliran yang masuk kolom berpaking mempunyai kecepatan yang sama di seluruh bagian
dinding kolom dan memberikan volume yang lebih kecil dari pada reaktor batch untuk
konversi yang sama. Keuntungan penggunaan kolom berpaking pada proses biodiesel
adalah luas kontak antara permukaan katalis enzim lipase dengan substrat (bahan baku
minyak randu) terjadi secara intim dengan luas permukaan yang sangat besar. Kolom
berpaking berbentuk silinder atau kolom yang dilengkapi dengan pemasukan substrat dan
ruang distribusi pada bagian bawah pemasukkan substrat dan distributornya pada bagian
ata, pengeluaran zat cair dari atas yang diisi dengan massa zat tak aktif diatas
penyangganya yang disebut kolom isian (tower packing).
Teknologi kolom berpaking merupakan proses kontinyu dari pengembangan
proses batch. Kinerja kolom berpaking sudah teruji dalam beberapa proses perengkahan
fase gas dan cair yang sering melibatkan katalis padat atau katalis semi padat untuk
menghasilkan produk fase gas atau cair. Kolom berpaking mempunyai ruang distribusi
aktif sehingga memungkinkan kontak antara bahan cairan dan katalis fase padat
berlangsung intens, luas permukaan menjadi lebih besar dan reaksi akan berlngsung
secara kontinyu bergeser kekanan karena terdapat penurunan tekanan yang sangat rendah
pada sisi bawah dan atas kolom.
Reaktor yang digunakan pada pembuatan biodisel merupakan sistem
continous dengan menggunakan packed bed reactor. Continous packed bed reactor
adalah reaktor yang tepat digunakan untuk enzim amobil dan bakteri amobil. Selain
itu, dengan packed bed reactor mudah dalam pengoprasian dan pengontrolan,
kualitas produk lebih mudah dikontrol, luas permukaan kontak antar biokatalis
dengan minyak randu lebih maksimal dan kondisi operasi lebih stabil. Sedangkan,
menggunakan RATB dikhawatirkan enzim lipase amobil akan rusak akibat adanya
adukan dan luasan kontak enzim dan crude oil tidak maksimal.
Jenis packed bed reactor yang digunakan adalah plug flow reactor.
Penggunaan PFR sesuai digunakan pada konversi yang tinggi, dimana untuk
menghasilkan konversi yang tinggi dapat diperoleh dari penambahan volume reaktor,
volume ini berbanding lurus dengan waktu tinggal seperti yang terlihat pada
persamaan dibawah ini,
Sistem plug flow reaktor dimana komposisi dari aliran fluida yang berubah-ubah
dari point satu ke point lainnya dalam satu aliran dan neraca massa komponennya untuk
reaksi komponennya dibuat untuk elemen dengan nilai volume yang berbeda-beda.
Untuk menentukan konsentrasi dari liquid yang masuk dalam plug flow dapat
menggunakan persamaan.
persamaan 1
Bentuk dari reaksi ini berhubungan dengan kecepatan reaksi, tingkatan dari
reaksi, volume reaktor dan kecepatan umpan. Dengan penambahan jumlah plug flow
maka akan terjadi pertambahan volume sehingga kan berpengaruh terhadap besarnya
konversi yang dihasilkan.
sehingga menjadi , persamaan 1 akan menjadi
persamaan 2
Dari persamaan 2, didapatkan bahwa volume berbanding lurus dengan nilai
konversi yang dihasilkan, shingga dengan bertambahnya volume maka akan terjadi
pertambahan nilai konversi.
2.5 Rute Non-Alkohol
Sintesis biodiesel menggunakan biokatalis merupakan proses alternatif yang
banyak menarik perhatian untuk menggantikan proses konvensional yang menggunakan
katalis alkali karena mempunyai keunggulan di proses separasi yang lebih mudah dan
terhindarnya dari reaksi samping yang merugikan. Namun, biokatalis ini mudah
terdeaktivasi oleh alkohol yang merupakan reaktan dalam reaksi sintesis biodiesel. Oleh
karena itu, perlu dikembangkan metode baru yang mampu mempertahankan aktivitas dan
stabilitas biokatalis selama reaksi berlangsung. Metode baru yang akan dikembangkan
adalah dengan mengubah rute reaksi dari menggunakan alkohol ke rute reaksi yang tidak
menggunakan alkohol. Rute reaksi non alkohol bisa dilakukan dengan cara mengganti
alkil alkohol dengan alkil asetat yang sama-sama berfungsi sebagai pensuplai alkil.
Sintesis biodiesel menggunakan biokatalis merupakan proses alternatif yang banyak
menarik perhatian untuk menggantikan proses konvensional yang menggunakan katalis
alkali karena mempunyai keunggulan di proses separasi yang lebih mudah dan
terhindarnya dari reaksi samping yang merugikan. Namun, biokatalis ini mudah
terdeaktivasi oleh alkohol yang merupakan reaktan dalam reaksi sintesis biodiesel. Oleh
karena itu, perlu dikembangkan metode baru yang mampu mempertahankan aktivitas dan
stabilitas biokatalis selama reaksi berlangsung.
Metode baru yang akan dikembangkan adalah dengan mengubah rute reaksi dari
menggunakan alkohol ke rute reaksi yang tidak menggunakan alkohol. Rute reaksi non
alkohol bisa dilakukan dengan cara mengganti alkil alkohol dengan alkil asetat yang
sama-sama berfungsi sebagai pensuplai alkil. Lingkungan beralkohol seperti metanol
menyebabkan lipase terdeaktivasi secara cepat dan stabilisasinya dalam mengkatalisa
reaksi menjadi buruk. Penggantian alkohol dengan alkil asetat itu mampu meningkatkan
stabilitas enzim lipase selama proses reaksi.
Bab 3
Metodologi
Penelitian Laporan akhir ini dilakukan melalui metode eksperimental. Adapun tahapan – tahapan
yang dilakukan adalah :
a) Pembuatan crude lipase
1. Cara Pembuatan Media Potato Dextrose :
Kentang diiris tipis dan direbus dalam aquades 1000 ml selama 1 jam kemudian disaring
dengan kain saring. Dan ditambahkan dekstrosa ke dalam filtrat dan dipanaskan hinga
larut, ditambahkan air lagi untuk mengganti yang menguap. Selanjutnya, dimasukan ke
dalam erlenmeyer dan di sterilkan dalam autoklaf dalam suhu 121oC, ±30 menit.
2. Peremajaan Mikroorganisme
Media PDA dalam bentuk agar miring disiapkan, kemudian dalam keadaan steril dua lup
ose dari biakan murni Mucor miehei dimasukan ke dalam agar miring tersebut dan
diinkubasi kembali dengan kondisi yang sama seperti pada saat inkubasi biakan murni.
3. Pembuatan Starter ( Inokulum )
Dua ml air steril dituang pada biakan murni Mucor miehei dan dikocok. Campuran
tersebut di tuang ke dalam beaker 50 ml dan dilakukan pengulangan. Campuran yang
telah di dapat diencerkan hingga 10 ml dan dituang pada 100 ml media cair steril.
Kemudian diinkubasi di dalam shaker incubator selama 4 hari pada suhu 54 oC.
4. Produksi Crude Lipase
Larutan inokulum dipindahkan pada 800 ml media cair sebanyak 3-10 % dari 800 ml
media cair fermentasi. Media cair diinkubasi selama 5 hari sesuai dengan kurva
pertumbuhan.
b) Pembuatan PUF sebagai media Amobilisasi crude lipase
1. Persiapan
Polyol sebanyak 100 gram dimasukkan kedalam wadah pengaduk, ditambah dengan
air, surfaktan, katalis basa, katalis logam dan filler dengan volume tertentu. TDI
ditambahkan kedalam tangki pengaduk dan diaduk selama 3 detik. Setelah itu
EDA dituang kedalam tangki pengaduk dan diaduk lagi selama 5 detik.
2. Isolasi crude lipase
Crude lipase dari biakan Mucor miehei dalam media fermentasi diisolasi dengan
metode sentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama ± 10 menit. Supernatan yang
diperoleh mengandung crude lipase murni dan di uji aktifitasnya.
3. Uji aktifitas lipase hasil isolasi (kondisi pH dan suhu optimum pada aktifitas unit
yang tertinggi).
Untuk menentukan aktifitas crude lipase digunakan metode titimetri, yaitu sebanyak
2 ml minyak randu dalam erlenmeyer 50 ml di tambah 1 ml buffer phospat dan 1 ml
larutan enzim. Campuran substrat – enzim ini kemudian dikocok menggunakan
shaker incubator pada kondisi yang telah ditentukan. Setelah ± 30 menit, substrat
enzim diinaktifkan dengan menggunakan campuran aseton : etanol (1 : 1) sebanyak 1
ml. campuran tersebut ditambahkan 5 tetes phenolftalin 1 % sebagai indikator dan
dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH 1 N. titrasi dihentikan setelah campuran
berubah menjadi merah muda. Pengukuran dilakukan secara duplo (Yusriansah,
2009).
4. Amobilisasi crude lipase menggunakan PUF
5. Aplikasi crude lipase
6. Analisa hasil biodiesel
7. Efisiensi pemakaian crude lipase amobil
c) Pembuatan biodiesel minyak randu
1. Persiapan bahan baku yang digunakan
2. Persiapan packed bed coloumn
3. Pengaturan laju alir minyak randu (variable berubah)
4. Pengambilan sampel dalam waktu tertentu
5. Uji sampel biodiesel (analisa)
d) Uji analisa sampel biodiesel
1. Analisa voidage (ε)
• Masukkan immobilized lipase ke dalam gelas ukur 10 ml
• Masukkan air hingga gelas ukur terpenuhi oleh air
• Amati volume air yang dapat masuk kedalam gelas ukur, itu sebagai volume
rongga
• ε = volume rongga /total volume
2. Analisis viscositas
• Sampel diambil dengan pipet sebanyak kurang lebih 500 µl untuk temperature 40
oC
• Setelah itu sampel dimasukkan kedalam viscometer tube
• Sempel yang telah dimasukkan tadi ditunggu hasilnya pada layar computer yang
menunjukkan besar viscositas sampel tersebut.
• Setelah itu menekan tombol pada alat yang sesuai pada alat viscometer yang akan
dibersihkan
3. Analisis densitas
• Hidupkan alat dan setting pada suhuh 15 oC tunggu hingga alat siap
• Suntikkan sampel sebanyak kurang lebih 15 ml dalam automatically density
• Tekan tombol measure
• Tunggu hingga data dihasilkan
4. Analisis flash point
• Masukkan sampel hingga batas pada cup yang telah disediakan
• Masukkan thermometer pada sampel tersebut
• Panaskan dengan heater, setiap kenaikan 3 derajat lewatkan api diatasnya hingga
terlihat sekilas api di atas sampel. Pada saat itulah lihat suhu pada termometer
5. Analisis pour point
• Sampel sebanyak 50 ml didinginkan dan pada saat penurunan suhu 3 derajat
periksa sampel dengan cara memiringkan tabung
• Suhu pour point didapatkan pada saat cairan idak mengalir pada saat tabung
dimiringkan, pada saat tersebut lihat suhunya dan tambahkan 3 derajat.
6. Analisis CCI (Calculated Cetane Index)
• Sampel sebanyak 100 ml diamsukkan kedalam labu distialsi yang berukuran 125
ml
• Thermometer dimasukkan kedalam labu distilasi yang telah berisi sampel
• Labu distilasi yang berisi sampel dan telah dilengkapi thermometer dipasang
kedalam alat distilasi ASTM
• Catat suhu pada saat distilat sudah mencapai 50 ml
• CCI dapat dihitung dengan menggunaklan rumus :
CCI = 454,74–1641,416 D+774,74 D2–0,554 B+9,803 (log B )2
Keterangan:
D : dencity pada suhu 15 oC (g/cm3)
B : mid boiling point
7. Analisa % FAME menggunakan GC (Gas chromatography).
8. Perhitungan konversi berdasarkan data berat FAME yang dihasilkan
Skema Kerja
Isolasi crude lipase dari Mucor miehei
Penentuan kondisi terbaik dengan crude lipase amobil dan co-immobilizer
Aplikasi kolom isian ganda dengan crude lipase amobil
analisa
Keterangan :Sterilisasi alat, Pembuatan media, Peremajaan Mucor miehei.
Keterangan :Perbanyakan biomassa Mucor miehei pada media Potato Dextrose, pemisahan supernatant dengan biomassa dengan metode sentrifugasi, uji aktivitas crude lipase bebas
Keterangan :Variabel yang digunakan :
Waktu perendaman 24 jam.
Perbandingan PUF : lipase 1:1
Uji %penurunan aktivitas crude lipase
Biodiesel
Keterangan :Co-immobilizer yang digunakan : Lesitin, gelatin, PEG, MgCl2, Campuran (Lesitin, gelatin, PEG, MgCl2)
Keterangan :Analisa dilakukan dengan alat GC dan uji fisik
Persiapan
Diagram Alir Proses
Campuran dari minyak randu dan metil asetat dengan perbandingan mol 1:6 dipanaskan terlebih
dahulu pada suhu 40°C, kemudian dimasukkan dalam tangki penampung umpan. Sebelum proses
dijalankan kolom-kolom isian harus diisikan PUF terlebih dahulu sebanyak massa biokatalis
yang divariablekan. Kotak pemanas harus diisi dengan air terlebih dahulu hingga penuh
kemudian alat dapat dinyalakan dan diatur suhu pemanasnya. Pada kondisi operasinya suhu pada
kolom-kolom isian harus dijaga stabil 40°C, maka dibutuhkan pemanasan dari air diluar kolom-
kolom isian. Sebelum umpan dialirkan pada kolom isian, perlu dilakukan kalibrasi laju air sesuai
dengan variable yang dibutuhkan. Kemudian proses dapat dijalankan dengan waktu tinggal
tertentu pada laju alir yang diinginkan untuk menghasilkan produk biodiesel sesuai standart SNI.
3.1. Alat dan Bahan
a) Alat
1. Packed bed coloumn
2. Beaker glass
3. Analisis GC
b) Bahan
1. Minyak randu
2. Metil asetat
3. Enzim lipase
4. PUF
3.2 Rancangan Percobaan
mQ A B C D
1 x x x X2 x x x X3 x x x X
Keterangan :
Q = laju alir minyak randu pada kolom (lt/min)
m = massa biokatalis (gr)
x = hasil konversi yang dihasilkan
3.3 Pengumpulan Data
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Jumlah biokatalis yang paling efisien dalam pembuatan biodiesel
Laju alir yang sesuai agar menghasilakan biodiesel bersatandart SNI
3.4 Analisis Data
Hasil analisis data dilakukan dengan menggunakan alat GC. Penelitian dilakukan secara
eksperimen dan data akan digambarkan secara grafis.
Hasil penelitian berupa konversi biodiesel yang sesuai dengan biodiesel SNI.
3.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan TA ini dilaksanakan mulai bulan April sampai Mei 2012 di Politeknik Negeri
Malang.
3.6 Jadwal Pelaksanaan
April Mei Juni1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
PersiapanPelaksanaanAnalisaPengolahan DataKonsultasi PembimbingPembuatan Laporan Akhir
Kegiatan
Daftar Pustaka
Amir. 2006. Isolasi Lipase dari Mucor miehei sebagai Biokatalisator pada Pembuatan Biodiesel.
Laporan akhir. Malang: Politeknik Negeri Malang
Anonim(1). 2005. Making Polyurethane Foam. http://www.pslc.ws/mactest/foamsyn.htm,
diakses pada 19 Maret 2012
Anonim(2). 2005. Making Polyurethane Foam. http://www.pslc.ws/mactest/foamsyn.htm,
diakses pada 19 Maret 2012
Anonim(3).2006.SNI04-7182-2006
http://xa.yimg.com/kq/groups/3004572/314667868/name/SNI, diakses pada 19 Maret 2012
Anonim(4). 2011. Lipase. http://en.wikipedia.org/wiki/Lipase, diakses pada 19 Maret 2012
Awang, Roila; et al. 2007. Immobilization of Lipase from Candida Rugosa on Palm-Based Foam
as a Support Material Polyurethane. American Journal of Biochemistry and Biotechnology 3 (3):
163-166, 2007. ISSN 1553-3468 © 2007 Science Publications
Chumaidi, A. 2007. Kemampuan katalis basa terhadap produk biodiesel dari minyak randu.
Politeknik Negeri Malang
Hermansyah, H. 2009. Jurnal Penelitian Biodiesel Rute Non-alkohol. Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Ichiro Chibata. 1978. Immobilized Enzymes
Levenspiel, O. 1999. Chemical Reaction Engineering. John Wiley & Sons:New York
Okik HC,Tuhu AR. 2009. Optimasi Kinerja Countercurrent Packed Column Tower Dalam
Menyisihkan Polutan Udara. Staf pengajar Jurusan Teknik Lingkungan – FTSP – UPN
“Veteran” Jatim
Soerawidjaja.2006. Fondasi-Fondasi Ilmiah Dan Keteknikan Dari Teknologi Pembuatan
Biodiesel. Handout Seminar Nasional “Biodiesel Sebagai Energy Alternative Masa Depan”.
UGM Yogyakarta
Sughisa, RM. 2011. Amobilisasi Crude Lipase Dari Mucor Miehei Menggunakan Polyurethane
Foam Sebagai Biokatalis Pada Pembuatan Biodiesel. Malang:Politeknik Negeri Malang