Review Paper - Seminar 1 Cepi Ramdani 10144

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 Review Paper - Seminar 1 Cepi Ramdani 10144

    1/12

  • 8/17/2019 Review Paper - Seminar 1 Cepi Ramdani 10144

    2/12

     berfungsi untuk memperbaiki citra yang berderau, Segmentasi

    Citra ( Image Segmentation) berguna untuk memilah gambar

    menjadi bagian-bagian tertentu yang unik dan bermakna,memperjelas batas dari setiap objek dalam citra sehingga

    memudahkan untuk proses diagnosa, Klasifikasi Citra ( Image

    Classification) berfungsi untuk mengelompokkan citra

     berdasarkan fitur tertentu, dan Deteksi Citra ( Image Detection)

     berfungsi untuk mendeteksi kelainan, melihat

    kelainan/penyakit. Dalam paper ini akan dibahas proses keduayakni segmentasi citra pada citra  MR  otak. Segmentasi citra

    merupakan langkah kunci dari pengolahan citra kepada

    analisis citra, dan juga memegang posisi penting dalam teknik

     pencitraan dan merupakan dasar dari pemahaman citra lebih

    lanjut[4].

    Otak merupakan organ penting bagi suatu individu, otak

    merupakan organ istimewa yang mengontrol organ-organ

    tubuh lainnya. Sedikit kerusakan pada organ otak dapat

    menganggu bahkan meniadakan fungsi organ atau jaringan

    tertentu. Beberapa kelainan yang terjadi pada otak diantaranya,

     Alzheimer , Parkinson,  Dementia, Tumor , dsb. Pada paper ini

    kelainan yang banyak dibicarakan dan dimaksudkan adalah

    tumor dan lebih khusus lagi tumor otak. Tumor otak adalah

    keadaan dimana sel-sel otak tumbuh dan berkembang berlipat-lipat secara tidak terkontrol karena alasan tertentu, mekanisme

    yang biasa mengontrol sel-sel terganggu, sehingga tidak dapat

    mengatur pertumbuhan dari sel-sel otak [5]. Tumor dapat

     bersifat benign (bukan kanker) atau malignant  (kanker) [6].

    II. Landasan Teori

    2.1 Citra

    Citra, menurut kamus Webster   adalah suatu representasi,

    kemiripan atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra dari

    sudut pandang matematis, merupakan fungsi bersambung

    (continue) dari intensitas cahaya pada bidang 2 dimensi.Citra yang terlihat merupakan cahaya yang direfleksikan

    dari sebuah objek. Sumber cahaya menerangi objek, objek

    memantulkan kembali sebagian dari berkas cahaya tersebut dan

     pantulan cahaya ditangkap oleh alat-alat optik, misal mata

    manusia, kamera,  scanner , sensor satelit, dsb, kemudian

    direkam.

    Citra digital adalah citra yang disimpan dalam formatdigital (dalam bentuk  file). Hanya citra digital   yang dapat

    diolah menggunakan komputer. Jenis citra lain jika akan diolah

    dengan komputer harus diubah dulu menjadi citra digital .

    Citra  Magnetic Resonance  dibentuk dengan

    mentransformasikan/merekonstruksi gelombang radio ( Free

     Induction Decay - FID), yang diperoleh pada proses  scanning  oleh perangkat  Magnetic Resonance  ( MR), dengan

    menggunakan formula matematika  Fourier . Citra  MR  otak,merupakan citra penampang otak yang dihasilkan oleh

     perangkat  MR, dengan 3 sudut pandang yakni samping

    ( sagittal ), depan (coronal ), atas (axial ) dan gabungan

    ketiganya (oblik ). Objek dominan yang nampak adalah

     jaringan Gray Matter (GM), White Matter (WM),  dan

    Cerebrospinal Fluid (CSF). 

    Pencitraan (imaging) adalah kegiatan mengubah informasi

    dari citra tampak/citra non digital   menjadi citra digital .

    Beberapa alat yang dapat digunakan untuk pencitraan adalah :

     scanner , kamera digital, kamera sinar-x/sinar infra merah.

    Pengolahan Citra  merupakan kegiatan memperbaiki

    kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia/mesin

    (komputer). Inputannya adalah citra dan keluarannya juga citra

    tapi dengan kualitas lebih baik daripada citra masukan, misalcitra warnanya kurang tajam, kabur (blurring ), mengandung

    noise  (misal bintik-bintik putih), sehingga perlu ada

     pemrosesan untuk memperbaiki citra karena citra tersebutmenjadi sulit diinterpretasikan karena informasi yang

    disampaikan menjadi berkurang.

    Analisis Citra adalah kegiatan menganalisis citra sehingga

    menghasilkan informasi untuk menetapkan keputusan

    (biasanya didampingi bidang ilmu kecerdasan buatan/AI yaitu

     pengenalan pola ( pattern recognition) menggunakan jaringansyaraf tiruan, logika fuzzy).

    Gambar 1. Alur Manipulasi Citra[7].

    2.2 Segmentasi

    Segmentasi merupakan sebuah proses untuk memisahkansebuah obyek dari background   atau latar, sehingga obyek

    tersebut dapat diproses untuk keperluan tertentu[8].

    Segmentasi citra secara formal dapat didefinisikan sebagai berikut, jika F adalah seluruh pixel dari citra dan P adalah

    kelompok pixel yang saling terhubung yang memiliki

    nama/panggilan yang telah didefiniskan, maka segmentasi

    dapat diartikan sebagai pembagian dari seluruh pixel F

    kedalam kelompok-kelompok atau wilayah tertentu (S1, S2,

    S3, ..., Sn), sesuai dengan kesamaan atribut/ciri yang dimiliki,

    dimana setiap kelompok/wilayah saling beririsan[5].

    Gambar 2. Definisi Segmentasi[5].

    Segmentasi citra MR otak pada dasarnya proses untuk

    memilah-milah bagian-bagian dari otak pada citra MR tersebut

    seperti Gray Matter (GM), White Matter (WM)  lalu

    memperjelas batas/tepi dari bagian-bagian tersebut sehingga

    semua bagian terlihat jelas.

    Tujuan dari segmentasi citra MR otak yakni, memisahkaninformasi-informasi yang terdapat dalam citra kepada bagian-

     bagian yang lebih mudah untuk dimengerti/dipahami dengan

    meletakkan batas-batas yang membatasi wilayah otak yang

    sehat dari wilayah otak yang sakit (terdapat tumor/kanker

    misalnya)[5].

    Segmentasi citra merupakan langkah kunci dari pengolahan

    citra kepada analisis citra, dan juga memegang posisi penting

    dalam teknik pencitraan dan merupakan dasar dari pemahaman

    citra lebih lanjut[4].

  • 8/17/2019 Review Paper - Seminar 1 Cepi Ramdani 10144

    3/12

     

    (a) (b)

    Gambar 3. Contoh Segmentasi. (a) Gambar asli, (b)

    Gambar hasil segmentasi[9].

    2.3 Otak dan Tumor Otak

    2.3.1 Pengenalan Otak

    Otak manusia merupakan pusat pengendali seluruh organ-

    organ tubuh, merupakan organ spesial yang menjadikan

    manusia memiliki kemampuan beradaptasi dan bertahan pada beragam kondisi lingkungan. Otak manusia menjadikan

    manusia mampu untuk berbicara, mengucapkan kata-kata,

    melakukan suatu tindakan, dan berbagi pikiran juga perasaan.

    Otak manusia memiliki berat rata-rata 1500 gram atau

    sekitar 2 % dari berat tubuh[10]. Terdiri dari dua tipe jaringan,yakni Gray Matter (GM) dan White Matter (WM). Gray Matter  

    tersusun dari sel-sel neuron  dan  glial , juga dikenal sebagai

    neuroglia atau glia yang mengendalikan aktifitas-aktifitas otak

    dan inti basal   (caudate nucleus, putamen, pallidum,  dan

    claustrum). White Matter (WM)  terdiri dari banyak axon-axon 

    yang terhubung pada cerebral cortex  dengan wilayah-wilayahotak lainnya. Belahan otak sebelah kiri dan kanan dihubungkan

    oleh corpus callosum, sebuah pita tipis dari serat White Matter .Otak mengandung semacam cairan pelindung yang

    menyelimuti organ otak yakni Cerebrospinal Fluid (CSF) yang

    terdiri dari  glukosa, garam, enzim-enzim, dan sel darah putih.

    Cairan ini menyelimuti otak juga pita  spinal , cairan ini

     berfungsi untuk melindungi kedua organ dari tekanan, benturan

    luka, cedera, dsb.

    Otak terbagi menjadi 2 bagian menurut letaknya yakni otak

    kanan dan otak kiri. Otak kanan mengatur tubuh bagian kiri

    sementara otak kiri mengatur tubuh bagian kanan. Menurut

    ukurannya otak terbagi menjadi 2 bagian juga yaitu otak besar

    yang disebut cerebrum dan otak kecil yang disebut cerebellum.

    Otak besar terdiri atas bagian  frontal, temporal, parietal   dan

    occipital lobes.

    Gambar 4. Penampang Otak Manusia[10].

    2.3.2 Tumor Otak

    Kelainan pada otak yang menjadi subjek penelitian yang

     berkaitan dengan citra MR pada paper ini mengacu pada tumor

    dan kanker (tumor yang merusak). Tumor adalah keadaan

    dimana sel-sel tumbuh dan berkembangbiak tidak terkontrol

    karena suatu alasan. Jika keseimbangan dari pertumbuhan dankematian sel terganggu maka dimungkinkan tumor akan

    terbentuk[11]. Mekanisme yang mengontrol kehidupan sel-sel

    normal tidak berjalan dengan semestinya, tidak dapat

    mengendalikan pertumbuhan sel-sel. Ketidaknormalan massa

     jaringan otak adalah tumor otak yang menempati ruangan pada

    tengkorak dan mengganggu fungsi normal dari otak danmemberikan tekanan pada pada otak. Semakin meningkatnya

    tekanan pada otak dapat mengakibatkan kerusakan pada

     jaringan otak.

    Para ilmuwan telah mengelompokkan tumor otak

     berdasarkan lokasi dari tumor, tipe jaringan yang terlibat,

    apakah itu termasuk sel kanker atau bukan. Tempat bermula

    dan faktor-faktor lain yang terlibat. World Healthy

    Organization (WHO) mengklasifikasikan tumor otak kedalam120 macam. Pengelompokkan ini dilakukan berdasarkan asal

    sel tumor dan perilakunya dari yang tidak agresif hingga yang

     paling agresif. Bahkan beberapa jenis tumor memiliki level

     berkisar dari level I, dimana berarti tidak bersifat kanker (less

    malignant/benign) hingga level IV yang berarti bersifat kanker

    (more malignant ).

    Tumor otak dibagi menjadi 2 macam berdasarkan letaknya,

    yakni tumor otak utama dan sekunder. Tumor otak utamaadalah tumor yang berasal dari otak dan dinamai dengan namasel dimana dia berasal, mereka bisa bersifat kanker atau tidak.

    Tumor yang tidak bersifat kanker (benign) pertumbuhannya

    lambat dan jarang menyebar kemana-mana atau jarang

    menjangkiti jaringan disekitarnya. Namun bagaimanapun juga

    tumor tersebut meskipun tidak agresif dapat memberikan

    tekanan pada otak yang dapat mempengaruhi kinerja otak[6].

    Tumor agresif dapat tumbuh sangat cepat dan menyebar pada

     jaringan lain, Setiap tumor-tumor ini memiliki karakteristik

    unik tersendiri dalam hal klinis, radiografi, dan biologi. Tumor

    otak sekunder adalah tumor yang berasal dari bagian tubuh lain

    (bukan otak). Tumor ini terdiri dari sel kanker, berasal dari

    suatu tempat di tubuh yang kemudian menyebar ke otak.Penyebab utama dari tumor otak sekunder ini adalah kanker

     paru-paru, kanker payudara , melanoma, kanker ginjal, kanker

    kandung kemih, certain sarcoma, testicular , dan sel tumor

    germ.

    2.4 Magnetic Resonance Image

     MRI   dikenal dengan nama  Nuclear Magnetic Resonance

    (NMR). Hal ini disebabkan prinsip dasar  MRI  bersumber pada pemanfaatan nucleus  bermuatan positif atau  proton  yang

     berinteraksi dengan gelombang radio didalam suatu medan

  • 8/17/2019 Review Paper - Seminar 1 Cepi Ramdani 10144

    4/12

    magnet yang sangat kuat.  MRI   merupakan alat kedokteran di

     bidang pemeriksaan diagnostik radiologi  yang dapat

    menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuhmanusia.  MRI   memiliki kemampuan menghasilkan gambaran

     jaringan lunak secara axial , coronal  dan sagittal  tanpa merubah

     posisi tubuh pasien [12].

    Gambar 5. Pemindai MRI.

    Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air yang

    mengandung dua atom hidrogen  dengan nomor atom ganjil.

    Didalam inti atom hidrogen  memiliki satu  proton. Inti

    hidrogen merupakan kandungan inti terbanyak dalam jaringan

    tubuh manusia yaitu 1019 inti/ mm³ dan memiliki gaya

    magnetik ( gyromagnetic) terkuat dibandingkan unsur lainnya.

     Proton  memiliki sifat yang hampir sama dengan sifat

    sebuah magnet. Sebab  proton merupakan suatu partikel yang bermuatan positif dan aktif melakukan putaran pada sumbunya

    ( spin) secara kontinu. Berdasarkan teori jika suatu muatan

    listrik melakukan pergerakan maka disekitarnya akan timbul

    gaya magnet dengan demikian dapat diibaratkan proton seperti

    sebuah magnet yang kecil. Pada unsur dengan nomor atomgenap,  proton-proton akan berpasang-pasangan sehingga efekmagnetiknya akan saling meniadakan. Karena tidak ada

    magnetisasi pada unsur dengan nomor atom genap maka tidak

    terdapat inti bebas sehingga akan sulit untuk dirangsang agar

    terjadi pelepasan sinyal. Sebaliknya unsur dengan nomor atom

    ganjil memiliki inti atom bebas yang akan menghasilkan

    magnetisasi sehingga mudah untuk melakukan pelepasansinyal. Begitu pula dengan unsur selain hidrogen  yang

    memiliki nomor atom ganjil. Sehingga memungkinkan untuk

    melakukan pengembangan pemeriksaan  MRI   pada jaringan

    yang mengandung  Natrium  (11  proton  dan 12 neutron  ),

     Phospor (15  proton  dan 16 neutron ) dan  Potassium  ( 19

     proton dan 20 neutron )[12].

    Gambar 6. Pergerakan Precission Proton[12].

    Prinsip dasar pemeriksaan  MRI   dapat dijelaskan secara

    singkat sebagai berikut[2].

    a. Struktur atom hidrogen (H) dalam tubuh manusia saat di

    luar medan magnet berarah acak dan tidak membentuk

    keseimbangan.

     b. Saat diletakkan dalam alat  MRI , atom H akan se-jajar

    dengan arah medan magnet.

    c. Saat diberikan  Radio Frequency (RF), atom H akan

    mengabsorsi energi dari RF . RF  yang diberikan sesuai dengan

     besar frekuensi  Larmor yang besarnya berbanding lurus

    dengan besar tetapan  gyromagnetic  suatu atom (H) dalam

    suatu medan magnet.

    d. Dengan bertambahnya energi, atom H akan mengalami

     pembengkokan sesuai besar dan lama energi  RF   yangdiberikan.

    e. Saat RF  dihentikan, atom H akan sejajar kembali dengan

    arah medan magnet. Pada saat kembali inilah, atom H akan

    memancarkan energi yang dimilikinya.

    f. Energi yang berupa sinyal tersebut dideteksi dengan

    detektor yang khusus dan diperkuat. Selanjutnya komputer

    akan mengolah dan merekonstruksi citra berdasarkan sinyal

    yang diperolah dari berbagai irisan.

    Proses terjadinya signal MRI yang berasal dari pasien

    tersebut melalui 3 fase fisika yaitu : Fase Presesi 

    (Magnetisasi), Fase Resonansi dan Fase Relaksasi.

    Fase Presisi

    Telah diketahui inti sebuah atom terdiri dari neutron  yang

    tidak bermuatan ( netral  ) dan proton yang bermuatan positif.

     Proton-proton yang bersifat magnetik memiliki medan magnet

    yang mengarah pada 2 kutub ( utara dan selatan ) mirip dengan

    sebuah magnet kecil sehingga  proton-proton dengan kutubnyatersebut lazim disebut “  Magnetic Dipole  “.  Dalam keadaan

    normal  proton-proton hydrogen  dalam tubuh tersusun secara

    acak sehingga tidak dihasilkan jaringan magnetisasi. Ketika pasien dimasukan kedalam medan magnet yang kuat dalam

     pesawat MRI , magnetic dipole  (  proton-proton ) tubuh pasien

    akan searah ( parallel ) dan tidak searah (antiparallel ) dengan

    kutub medan magnet pesawat. Selisih  proton-proton  yangsearah dan berlawanan arah amat sedikit dan tergantung

    kekuatan medan magnet pesawat dan selisih inilah yang akanmerupakan inti bebas (tidak berpasangan) yang akan

    membentuk jaringan magnetisasi.  Dipole  yang membentuk

     jaringan magnetisasi tersebut cenderung dengan arah kurub

    medan magnet pesawat  MRI  (B0)  –   dikenal juga dengan arah

    longitudinal   (Z axis). Jaringan magnetisasi itu sulit diukur

    karena arah induksi magnetnya sama dengan arah induksimagnet pesawat, sehingga dibutuhkan perubahan arah induksi

    magnet dari dipole-dipole  tersebut dengan menggunakan

  • 8/17/2019 Review Paper - Seminar 1 Cepi Ramdani 10144

    5/12

    gelombang radio.  Dipole  –  dipole  selain terus melakukan  spin 

     juga melakukan gerakan relatif. Gerakan relatif tersebut serupa

    dengan gerakan permukan gasing ( spinning to toy) yangdisebut gerakan presesi. Frekuensi gerakan presesi tergantung

     pada jenis atom dan kekuatan medan magnet luar yang

    mempengaruhinya (kekuatan medan magnet pesawat  MRI   ).

    Frekuensi presesi dapat dihitung berdasarkan rumus larmor

     berikut ini :

    WO = Y . BO

    Dimana :

    WO ( Omega Zerio ) = frekuensi presesi atau resonansi

    magnetik ( 2,13 MHZ   –  85 MHZ  )

    Y ( gamma ) = konstanta giromagnetik proton ( Hydrogen 42,8 MHZ/Tesla )

    BO = kekuatan medan magnet ( Tesla )

    Fase Resonansi 

    Mengetahui secara tepat frekuensi presesi  proton-proton 

    sangat mutlak untuk menentukan besarnya frekuensi presesi

    gelombang radio ( RF ) yang akan dipancarkan untuk mengubah

    arah orientasi dipole  yang membentuk jaringan magnetisasi.

    Ketika  proton-proton hydrogen  mengalami 1 presesi, maka

     proton-proton  akan mudah menyerap energi luar. Pada saat

    fase presesi itulah gelombang radio ( RF ) dipancarkan dan

     proton-proton hydrogen akan menyerapnya dan mulai bergerak

    meninggalkan arah longitudinal   ( L direction) yang sejajar

    dengan arah kutub magnet pesawat menuju kearah transversal

    (Tegak lurus terhadap sumbu medan magnet pesawat) dan

    menghasilkan magnetisasi transversal .  Proton-proton  yang

    dapat dipengaruhi oleh gelombang radio hanyalah  proton-

     proton  yang memiliki frekuensi presesi yang sama dengan

    frekuensi gelombang radio.  Fase  dimana  proton-proton  bergerak meninggalkan sumbu longitudinal   menuju arahtransversal  disebut sebagai fase resonansi. 

    Fase Relaksasi

    Ketika  proton-proton hydrogen  berada pada bidang

    transversal , maka akan menginduksikan  signal   dalam bentuk

    gelombang elektromagnetik (dikenal dengan  MRI   ) yang akan

    diterima oleh sebuah kumparan (antenna) penerima disisi

     pesawat MRI. Saat pancaran frekuensi radio dihentikan ( turnoff ) proton-proton secara perlahan lahan kehilangan energinya

    dan mulai bergerak meninggalkan arah transversal   (decay)

    menuju kembali kearah longitudinal   (recovery) sambil

    melepaskan energi yang diserapnya dari gelombang radiodalam bentuk gelombang elektromagnetik yang dikenal

    sebagai signal  MRI , fase ini disebut fase relaksasi.Fase relaksasi dibagi menjadi T1 dan T2. T1 didefenisikan

    sebagai waktu yang diperlukan proton-proton hydrogen sekitar

    63% telah berada kembali dalam arah longitudinal

    (magnetisasi longitudinal  ). T1 mencerminkan tingkat transfer

    energi frekuensi radio ( RF ) dari  proton-proton  keseluruh

     jaringan sekitar (Tissue-Lattice) sehingga T1 biasa puladikenal; istilah “Spin Lattice-Relaxation”, dimana besar T1

    tergantung pada konsentrasi dan kepadatan  proton  serta

    struktur kimiawi dari materi jaringan yang diperiksa

    ( Macromolecul Environment ). Jika T1 makin lama maka

    diperoleh signal yang makin besar.Ketika pemberian gelombang radio 900 (memutar  proton-

     proton  ke arah transversal ) diperoleh  signal   dari arah

    transversal   maksimum. Namun ketika RF 900 dihentikan

    magnetisasi transversal   yang memancarkan signal awal

    maksimum berangsur angsur mulai berkurang ( Decay).

    Awalnya presesi  proton-proton  berada dalam laju dan arahyang sama ( fase yang sama) namun secara perlahan satu sama

    lain keluar dari fase yang satu tersebut ( Dephasing ) disebabkan

    terjadinya interaksi antara satu  proton  dengan  proton  lain

    disekitarnya ( spin-spin interaction). Interaksi  spin-spin 

    merupakan suatu mekanisme tambahan yang dikonstribusikan

    oleh kenyataan bahwa medan magnetik eksternal dari pesawat

     MRI   tidak betul-betul seragam (homogen) sehingga

    menghasilkan magnetisasi  proton-proton  lokal yang tidak

    homogen  (local inhomogeneity).  Local inhomogeneity 

    meningkatkan interksi  spin-spin  dan mempercepat dephasing  

    sehingga mempercepat penurunan besarnya  signal   ( signal

    decay) ke nilai nol. Hal ini berarti terdapat adanya signal  yang

    hilang (loss of signal  ). Waktu yang diperlukan proton-proton 

    dari keadaan magnetisasi transversal   berkurang hingga sekitar

    37 % saja dan ini merupakan nilai T2 yang sebenarnya.

    Kehilangan  signal   yang diakibatkan oleh medan magnetik

    lokal yang tidak homogen  tersebut, menutupi nilai T2 yangsebenarnya. Nilai T2 yang diakibatkan oleh adanya medan

    magnetik yang tidak homogen  diberi simbol T2*. Medan

    magnetik lokal yang tidak homogen  mengakibatkan terjadinya

    gerakan presesi  proton-proton  yang tidak seragam (acak)

    sehingga menyebabkan terjadinya saling interaksi diantara

    mereka dengan demikian tidak ada  signal   yang terdeteksisehingga seolah olah ada kehilangan signal (loss of signal   ).

    Hadirnya T2* mempercepat signal  menuju ke nol, oleh karena

    itu prosedur pemeriksaan  MRI   salah satunya adalah

    mengurangi atau menghilangkan efek T2*, sehingga diperileh

    nilai T2 yang sebenarnya. Jika nilai T2 besar maka signal  yang

    dihasilkan juga besar. Jadi proses dephasing   diakibatkan olehhasil interaksi  spin-spin  yang sebenarnya dan interaksi  spin-

     spin akibat medan magnet yang tidak homogen ( T2*).

    Dari fase relaksasi T1 dan T2 terbentuk kontras citra yang

     berbeda, dimana  fase T1 menghasilkan citra  MR T1-weighted  

    dan  fase  relaksasi T2 menghasilkan citra  MR T2-weighted .

    (a) (b)

    Gambar 7. Citra Magnetic Resonance; (a) T1-weighted, (b)

    T2-weighted[13].

  • 8/17/2019 Review Paper - Seminar 1 Cepi Ramdani 10144

    6/12

    III. PEMBAHASAN 

    Algoritma segmentasi citra medis khususnya citra Magnetic

     Resonance (MR) telah banyak berkembang dan beragam

    macamnya. Dalam paper ini akan dibahas hasil penelitian

    terdahulu dari implementasi dan pengujian algoritma-algoritmasegmentasi dengan merujuk pada paper-paper  penelitian dalam

    lingkup yang terkait.

    3.1 K-means clustering - Support Vector Machine

    Penggabungan antara metode segmentasi  K-means

    clustering dengan Support Vector Machine (SVM), penelitian

    dilakukan oleh [14], langkah-langkah segmentasi yang

    dilakukan yakni pertama menggunakan algoritma  K-means

    clustering   untuk mendapatkan hasil inisialisasi klasifikasi

    sebagai label kelas, kemudian kedua atribut/ciri vektor dari

    setiap pixel dari jaringan lunak otak dipilih sebagai contoh

     pelatihan dan contoh pengetesan, dan langkah terakhir

    segmentasi menggunakan algoritma SVM [14].

    Pengujian dilakukan terhadap citra  MR T1-w  dengan

    tingkat derau/noise  yakni 5%, 7%, dan 9%. Hasil dari penelitian dari metode yang diajukan/diteliti dilakukan

    komparasi dengan metode K-means clustering saja tanpa SVM .

    Disimpulkan bahwa metode  K-means clustering  dengan SVM  

    memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan

    menggunakan metode K-means saja.

    Gambar 8. Hasil Perbandingan Metode yang Dipilih

    dengan metode K-means Clustering[14].

    (a) (b)

    (c) (d)

    Gambar 9. (a) Citra simulasi, (b) Citra referensi, (c)

    Segmentasi K-means clustering, (d) Segmentasi metode yang

    diajukan[14].

    3.2 Hybrid Intellegent Algorithm Fuzzy Hopfield Neural Network

     Fuzzy Hopfield Neural Network   merupakan gabungan dari

    metode  Fuzzy C-means Clustering   dengan metode  Hopfield

     Neural Network.  Metode ini diajukan oleh [15] merupakan

    metode yang memungkinkan untuk melakukan pembelajaransecara online dan implementasi paralel dalam segmentasi citra.

    Penelitian yang mereka kerjakan tidak terfokus hanya pada

    segmentasi citra namun juga pada deteksi kelainan otak.Langkah-langkah yang mereka lakukan dapat diurutkan

    sebagai berikut,

    1. Reduksi derau (noise) pada citra dengan menggunakan

    metode "local entropy minimization with a bicubic spline" dan

    " anisotropic diffusion filter  ".

    2. Deteksi kelainan (tumor) dengan metode analisis simetri

    3. Segmentasi citra menggunakan metode  Fuzzy Hopfield

     Neural Network. 

    Data/citra eksperimen yang disediakan terdiri dari citra MR

    T1-w dan T2-w dengan rincian,

    1. Citra  MR  otak bertumor asli dari  Pioneer Diagnostic

    Center (PDC), Addis Ababa, Ethiopia 

    2. Citra  MR  otak sehat asli dari  Internet BrainSegmentation Repository (IBSR).

    3. Citra MR bertumor dalam bentuk simulasi.

    Hasil segmentasi dari penelitian mereka disajikan sebagai

     berikut.

    a)

     b)

    c)

    Gambar 10. Hasil Segmentasi Menggunakan Citra

    Simulasi. Baris (a),(b),dan(c) ; kolom berurutan dari kiri ke

    kanan : Citra T2-w, Citra T1-w, Citra segmentasi metode yang

    diajukan, Citra segmentasi dasar, Citra ekstraksi dengan

    metode yang diajukan, Citra ekstraksi dari segmentasi

    dasar [15].

  • 8/17/2019 Review Paper - Seminar 1 Cepi Ramdani 10144

    7/12

     

    a)

     b)

    c)

    d)

    Gambar 11. Hasil dari segmentasi dan ekstraksi citra MR

    otak bertumor asli. Dari kiri ke kanan, tiga kolom pertama ;

    Citra dari pasien A. (a) Citra T2-w, (b) Citra T1-w, (c) Citra

     segmentasi metode yang diajukan, (d) Ekstraksi dari citra yang

    tersegmen; tiga kolom terkahir merepresentasikan citra MR

     pasien B[15].

    Hasil quantitatif dari metode segmentasi yang diajukan

    diperbandingkan dengan segmentasi dasar, divalidasi dengan

    metode umum validasi metrik yakni  Jaccard Similarity Index 

    (JSI), Dice Similarity Score(DSS), Sensitivity dan Specificity.

    Gambar 12. Hasil Validasi Segmentasi Dasar dengan

    Segmentasi yang diajukan[15].

    3.3 SOM-clustering (Self Organizing Maps)

    SOM   adalah teknik pengklusteran yang digunakan untuk

    melakukan segmentasi secara tidak tertuntun (unsupervised ).Penelitian segmentasi dengan metode SOM   telah dilakukan

    oleh [16]. Sama seperti penelitian yang dilakukan oleh [15],

     peneltian tidak hanya terfokus pada segmentasi namun juga

    reduksi derau dan klasifikasi.  Fase-fase  yang dilakukan dapat

    diurukan sbb.

    1. Konstruksi histogram

    2. Ekstraksi fitur-fitur

    3. Clustering

    4. Segmentasi

    5. Ekstraksi fitur tekstur menggunakan GLCM (Gray Level

    Co- occurrence Matrix)

    6. Pemilihan fitur menggunakan  PCA (Principal

    Component Analysis)

    7. Klasifikasi menggunakan PSVM (Proximal Support

    Vector Machines)

     Fase clustering   dan segmentasi yang akan disinggung

    dalam paper ini.

    Gambar 13. Proses Segmentasi[16].

    Dari penelitian yang dilakukan tidak disajikan penilaian

    dari metode segmentasi yang diajukan, namun hasil yangdisajikan lebih bersipat umum untuk seluruh proses. Dataset

    yang diolah hanya terdiri dari citra T1-w, sumber data berasal

    dari  Internet Brain Segmentation Repository (IBSR) dari

     Massachusetts General Hospital.

    Gambar 14. Hasil perbandingan metode yang diajukan

    dengan metode lainnya[16].

    3.4 Threshold - Neural Network

    Penelitian dengan algoritma ini telah dilakukan oleh[17],

    namun dalam penelitian mereka algoritma neural network  

    digunakan untuk proses klasifikasi nantinya, jadi untuk proses

    segmentasi hanya menggunakan algoritma thresholding . Salah

    satu teknik thresholding  adalah mempartisi histogram dengan

    menggunakan sebuah threshold    global   T. Segmentasi

    dilakukan dengan memeriksa piksel demi piksel dari citra dan

    memberikan label pada setiap piksel sebagai objek atau sebagaibackground , tergantung pada tingkat keabuan dari piksel

    tersebut, apakah lebih besar atau lebih kecil dari T [18].Teknik threshold   tersebut diajukan dalam penelitian[18].

    Dataset yang diolah dalam penelitian [17] adalah citra T1-w 

    sedangkan dalam penelitian [18] tidak disebutkan informasi

    mengenai dataset yang dipakai.

    Hasil segmentasi dari metode Threshold  disajikan berikut,

  • 8/17/2019 Review Paper - Seminar 1 Cepi Ramdani 10144

    8/12

     

    (a) (b) (c)

    (d) (e)

    Gambar 15. Segmentasi menggunakan algoritma

    threshold; (a) Gambar asli, (b) Penghapusan tengkorak, (c)

    Segmentasi WM, (d) Segmentasi GM, (e) Segmentasi CSF [17].

    3.5 Sobel Operator and Maximum Entropy Algorithm

    Gabungan dari metode Sobel Operator   dan  Maximum

     Entropy.  Penelitian mengenai metode ini telah dilakukan oleh

    [4], tujuan dari penelitian mereka seperti yang disinggung

    dalam abstraksi paper mereka yakni berfokus pada masalah

    akurasi dalam segmentasi sobel, dimana metode segmentasi

    sobel tradisional mudah menyebabkan ketidakjelasan pada

    citra, kontras citra tidak tampak, dan akurasi segementasi

    sangat rendah [4]. Langkah-langkah segmentasi yang

    dilakukan yakni, pertama citra diolah oleh algoritma Sobel

    edge detection  untuk menemukan garis yang benar yang

    melalui threshold   kemudian setelah itu langkah kedua

    menerapkan nilai yang didapat dari algoritma  sobel   sebagaimasukkan untuk algoritma segmentasi 2-d maximum entropy.

    Contoh penerapan segmentasi, hasil dan perbandingannya

    disajikan dalam gambar 15 dan 16.

    (a) Citra asli (b) Segmentasi Wavelet

    (c) Segmentasi Sobel   (d) Segmentasi Maximum Entropy 

    (e) Segmentasi Canny  (f) Segmentasi metode yang dajukan

    Gambar 16. Perbandingan metode segmentasi yangdiajukan dengan metode segmentasi lainnya[4].

    Gambar 17. Perbandingan Secara Kuantitatif [4].

    Keterangan gambar 13 :

    1. Untuk nilai  PNSR/dB  >= 38 dB, maka mata manusia

    tidak akan bisa membedakan diantara dua gambar. Semakin

     besar nilainya maka semakin tinggi qualitas citra.

    2. Time, merupakan konsumsi waktu

    3.  NC (Normalized related Coefficient)  digunakan untuk

    mengevaluasi algoritma segmentasi citra.

    3.6 Semi-MriMOO - AMOSA

    Merupakan teknik segmentasi semi tertuntun ( semi-

     supervised ). Penelitian atas algoritma ini diajukan oleh [19],

    teknik yang diajukan ini menggunakan nilai intensitas dari

     pixel dari citra sebagai fitur. Ditambah juga teknik ini

    mengasumsikan bahwa informasi aktual kelas label dari 10%

    nilai dari fakta-fakta data set citra diketahui.

    Dataset citra yang dipakai dalam penelitian tersebut

    menggunakan citra simulasi normal dari otak T1-w, T2-w, dan

     Proton Density.  Kemampuan dari teknik yang diajukan

    diperbandingkan dengan beberapa metode segmentasi terkenalyakni  Fuzzy C-means,   Expectation Maximization (EM), 

     Multiobjective based MCMOClust,  dan  Fuzzy-VGAPS

    Clustering. 

    Gambar 18. Perbandingan Kemampuan[19].

    Keterangan :

     AC  berarti Aktual

     MS   Minkowski Indeks 

  • 8/17/2019 Review Paper - Seminar 1 Cepi Ramdani 10144

    9/12

     

    (a) (b) (c)

    (d) (e)

    Gambar 19. Citra normal MR Otak (T1-w) ; (a) z,. (b) z2,

    (c) z5, (d) z10, (e) z36 [19].

    (a) (b) (c)

    (d) (e)

    Gambar 20. Segmentasi Citra oleh algoritma yang

    diajukan Semi-MriMOO ; (a) z1, (b) z2, (c) z5, (d) z10, (e) z36

    [19].

    3.7 Modified Spatial Fuzzy C-Means

    Algoritma  Modified SFCM   ini diajukan dalam penelitian

    [20]. Penelitian mereka berfokus pada segmentasi jaringan

    lunak normal yakni White Matter (WM), Gray Matter (GM),

    dan Cerebrospinal Fluid (CSF). Sebelum melakukan

    segmentasi dilakukan dahulu reduksi derau (noise) dengan

    metode wrapping based curvelet transform, kemudian citra

    keluaran dari metode de-noise  tersebut menjadi masukkan

    untuk proses segmentasi dengan memanfaatkan algortima Modified Spatial Fuzzy C-Means. Metode segmentasi  M-

    SFCM   ini melakukan segmentasi pada jaringan lunak normal

    dengan mempertimbangkan/menyertakan informasi spasial,

     pixel tetangga memiliki keterikatan/keterhubungan yang tinggi.

    Dataset citra yang digunakan citra MR T1-w dengan tingkat

    derau Rician sebesar 1 %, 3%, 5%, 7%, 9% dan tingkat artifak

     INU (Intensity Non-Uniformity) sebesar 20%, 40%.

    (a)

    (b)

    (c)

    Gambar 21. Perbandingan Citra dari kiri ke kanan, Citra

     Normal dengan derau 1% dan INU 20%, Citra segmentasi

    SFCM, Citra segmentasi M-SFCM ; (a) White Matter, (b) Gray

     Matter, (c) Cerebrospinal Fluid [20].

    Gambar 22. Perbandingan kuantitatif segmentasi citra

    dengan derau 1% dan INU 20%[20].

    Gambar 23. Perbandingan kuantitatif segmentasi citra

    dengan derau 9% dan INU 40%[20].

    Penelitian yang serupa, algoritmanya sama namun dengan

    nama yang berbeda yakni Optimized Fuzzy Logic  oleh [21],

    konsepnya hampir sama yakni menggunakan algoritma  Fuzzy

    C-means  dengan memanfaatkan informasi spasial. Dikatakan

     bahwa dalam penelitiannya digunakan algoritma  Fuzzy C-

     Means yang menggabungkan informasi spasial ke dalam fungsi

    keanggotaan untuk pengklusteran. Manfaat dari teknik ini

    yakni lebih kurang sensitif terhadap derau dibandingkan

    dengan algoritma lainnya[21]. Dataset citra yang digunakan

  • 8/17/2019 Review Paper - Seminar 1 Cepi Ramdani 10144

    10/12

    yakni citra normal T2-w  dengan ukuran 256x256 dan citra

    tumor glioma T2-w dengan ukuran yang sama.

    (a) (b)

    Gambar 24. Perbandingan Citra Asli normal dengan

    Segmentasi; (a) Citra asli, (b) Citra segmentasi[21].

    (a) (b)

    Gambar 24. Perbandingan citra asli tumor glioma dengan

    Segmentasi; (a) Citra asli, (b) Citra segmentasi[21].

    3.8 Konventional K-means, ExpectationMaximization(EM), Spatial Fuzzy C-means.

    Penelitian terhadap ketiga algoritma segmentasi citra diatas

    dilakukan oleh [22]. Mereka melakukan studi komparasi

    terhadap ketiga algoritma tersebut, proses pengujian dilakukan

    dengan menggunakan dataset 5 citra berupa citra  MR T1-w dengan ukuran 165x175 pixel .

    Gambar 25. Hasil perbandingan ketiga algoritma[22].

    Performansi dari ketiga algoritma dievaluasi denganmenggunakan kriteria evaluasi segmentasi objektif berdasarkan

     Jaccard Index (JC), Volumetric SImilarity (VC), Global

    Consistency Error (GCE), Variation Of Index (VOI), dan

     Probability Random Index (PRI). Kesimpulan dari penelitian

    mereka, menyatakan bahwa Spatial  Fuzzy C-Means memiliki

    akurasi yang bagus dalam semua kasus pengujian dan lebih

    cepat daripada metode K-Means dan Maximization.

    III KESIMPULAN

    Dalam bidang analisis citra medis telah berkembang pesat

    metode, algoritma, skema, serta teknik yang mengarahkankepada keberhasilan proses analisis. Nilai ukur keberhasilan

    suatu metode maupun algoritma atau skema juga teknik dapat

    dilihat dari seberapa akurat hasil yang didapat, seberapa kuat

    nilai kebenarannya, kemudahan dalam implementasi,

    kecepatan proses, dan harga. Dalam paper ini tersaji metode

    analisis citra pada tahap preprocessing yang telah dilakukanoleh peneliti-peneliti. Semua metode yang disinggung memiliki

    tingkat keberhasilan yang bagus.

    IV REFERENSI

    [1] M. Y. Choong, W. Y. Kow, Y. K. Chin, L. Angeline,

    and K. T. K. Teo, “Image segmentation via

    normalised cuts and clustering algorithm,”  Proc. -

    2012 IEEE Int. Conf. Control Syst. Comput. Eng.

     ICCSCE 2012, pp. 430 – 435, 2013.

    [2] I. Soesanti, A. Susanto, T. Widodo, and M.

    Tjokronagoro, “Ekstraksi Ciri dan Identifikasi Citra

    Otak MRI Berbasis Eigenbrain Image,”  Forum Tek.,vol. 34, no. 1, pp. 47 – 52, 2011.

    [3] H. B. Nandpuru, S. S. Salankar, and V. R. Bora, “MRIBrain Cancer Classification Using Support Vector

    Machine,”  Electr. Electron. Comput. Sci. (SCEECS),

    2014 IEEE Students’  Conf. IEEE., pp. 1 – 6, 2014.

    [4] H. Zhang, Q. Zhu, and X. F. Guan, “Probe into image

    segmentation based on sobel operator and maximum

    entropy algorithm,”  Proc. - 2012 Int. Conf. Comput.

    Sci. Serv. Syst. CSSS 2012, pp. 238 – 241, 2012.

    [5] M. S. H. Al-Tamimi and G. Sulong, “Tumor brain

    detection through MR images: A review of literature,”  J. Theor. Appl. Inf. Technol., vol. 62, no. 2, pp. 387 – 

    403, 2014.

    [6] K. Machhale et al., “MRI Brain Cancer Classification

    Using Hybrid Classifier ( SVM- KNN ),”  Int. Conf.

     Ind. Instrum. Control , pp. 60 – 65, 2015.

    [7] I. Hestiningsih, “Pengolahan Citra,” Bandung, 2013.

    [8] P. A. Cahyan, M. Aswin, and A. Mustofa,

    “Segmentasi Citra Digital dengan Menggunakan

  • 8/17/2019 Review Paper - Seminar 1 Cepi Ramdani 10144

    11/12

    Algoritma Watershed dan Lowpass Filter Sebagai

    Proses Awal,” pp. 1 – 6, 2013.

    [9] A. Z. Arifin and A. Asano, “Image segmentation by

    histogram thresholding using hierarchical cluster

    analysis,”  Pattern Recognit. Lett., vol. 27, no. 13, pp.

    1515 – 1521, 2006.

    [10] C. Noback, N. Strominger, R. Demarest, and D.Ruggiero, The Human Nervous System Structure and

     Function, 6th ed. Totowa, New Jersey: Human Press

    Inc, 2005.

    [11] R. Balakrishnan and S. G, “Brain Tumor Diagnosis

    From MRI Feature Analysis –  A Comparative Study,” 

     IEEE Spons. 2nd Int. Conf. Innov. Inf. Embed.

    Commun. Syst. ICIIECS ’ 15, pp. 1 – 4, 2015.

    [12] H. Tjahjadi, “Magnetic Resonance Imaging,” pp. 1 – 7,

    2012.

    [13] M. R. Zaky, R. M. Shaat, S. R. El-Bassiony, A. A.

    Abdel Razek, and S. M. Farag, “Magnetic resonance

    imaging (MRI) brain abnormalities of

    neuropsychiatric systemic lupus erythematosus

     patients in Mansoura city: Relation to disease

    activity,”  Egypt. Rheumatol., Nov. 2015.

    [14] J. Liu and L. Guo, “A New Brain MRI Image

    Segmentation Strategy Based on K-means Clustering

    and SVM,” 2015 7th Int. Conf. Intell. Human-

     Machine Syst. Cybern. A, pp. 270 – 273, 2015.

    [15] Y. Megersa and G. Alemu, “Brain Tumor Detection

    and Segmentation Using Hybrid Intelligent

    Algorithms,”  IEEE , pp. 1 – 8, 2015.

    [16] K. B. Vaishnavee and K. Amshakala, “An AutomatedMRI Brain Image Segmentation and Tumor Detection

    using SOM-Clustering and Proximal Support Vector

    Machine Classifier,”  IEEE Int. Conf. Eng. Technol.

    2015, pp. 1 – 6, 2015.

    [17] K. J. Shanthi, M. S. Kumar, and C. Kesavadas,“ Neural Network Model for Automatic Segmentation

    of Brain MRI,”  IEEE , pp. 1125 – 1128, 2008.

    [18] H. S. Abdulbaqi, A. F. Omar, I. Shahrim Bin Mustafa,

    M. Z. M. Jafri, and L. K. Abood, “Detecting Brain

    Tumor in Magnetic Resonance Images Using Hidden

    Markov Random Fields and Threshold Techniques,”  IEEE , pp. 1 – 5, 2014.

    [19] A. K. Alok, S. Saha, and A. Ekbal, “MR Brain Image

    Segmentation Using Muti-objective Semi-supervised

    Clustering,”  IEEE , pp. 0 – 4, 2015.

    [20] D. Selvathi and R. Dhivya, “Segmentation of tissues

    in MR images using Modified Spatial Fuzzy C Means

    algorithm,” Signal Process. Image Process. Pattern

     Recognit. (ICSIPR), 2013 Int. Conf., pp. 136 – 140,

    2013.

    [21] I. Soesanti, A. Susanto, T. S. Widodo, and M.

    Tjokronagoro, “Optimized Fuzzy Logic Based

    Segmentation for Abnormal MRI Brain Images

    Analysis,”  Int. J. Comput. Sci. Issues, vol. 8, no. 5, pp.

    207 – 213, 2011.

    [22] R. Reddy, E. V Prasad, and L. S. S. Reddy,“Comparative Analysis of Brain Tumor Detection

    using Different Segmentation Techniques,”  Int. J.

    Comput. Appl., vol. 82, pp. 14 – 28, 2013.

  • 8/17/2019 Review Paper - Seminar 1 Cepi Ramdani 10144

    12/12