Upload
mukti-monza
View
84
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS TEKNOLOGI PROSES PERMESINAN
REVIEW JURNAL
Disusun oleh :
Ismail Mukti Adi I1410017
Radians Tri Handika I1410027
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
Review Jurnal
Judul
Jurnal
Investigasi eksperimental baja AISI 1045 dengan menggunakan karbondioksida kriogenik sebagai
fluida pemotongan pada mesin bubut.
Penulis B. Dilip Jerold * , M. Pradeep KumarDepartement of Mechanical Engineering, CEG Campus, Anna University Chennai, Chennai-600 025, India* Corresponding author.
Email : [email protected] (B. Dilip Jerold).
Penerbit Journal of Manufacturing Processes 13 (2011) 13–119
Latar
Belakang
Suhu yang intensif dalam mesin yang berkecepatan tinggi tidak hanya membatasi umur pahat
tetapi juga merusak permukaan dengan menginduksi tegangan sisa tarik, mikrocrakcs dan
kerusakan akibat termal. Untuk mengatasi masalah diatas, pada penelitian ini digunakanlah
metode pendinginan dengan menggunakan pendingin kriogenik. Menggunakan karbondioksida
(CO2) kriogenik sebagai cutting fluid.
Penelitian eksperimen ini membandingkan antara permesinan kering (tanpa cooling) dan
permesinan basah (menggunakan cooling) pada mesin bubut dengan material baja AISI 1045.
Eksperimen ini meneliti tentang temperatur pemotongan, gaya pemotongan, ketebalan geram
(chip), sudut geser dan kekasaran permukaan.
Metodologi Spesimen :
- AISI 1045 Steel (Ø60mm x 300mm)
Mesin Bubut :
- NAGMATI - 175
Alat potong :
- Multi-coated carbide insert (CNMG 120412-5TN2000)
o Rake angle : -5o
o Clearance angle : 5o
Tool Holder :
- PCLNR 2020 K 12
Parameter proses :
- Cutting speed : 40,51; 94,2; 145,1 m/min
- Feed rate : 0,051; 0,096; 0,191 nn/rev
- Depth of cut : 1 mm
Kondisi permesinan :
- Kondisi kering
- Kondisi basah
- Kondisi kriogenik
Alat pengukuran :
- Gaya potong :
o Kistler type 9257B piezo-electric three component dynamometer
o Kistler type 5070A12100 multichannel charge amplifier
o PC (dynoware system)
- Kekasaran permukaan :
o Mesin : Talysurf
o Jarak ukur : ± 150 μm
o Resolusi : -0,014 μm
o Tool : stylus 112/1502 diamond tip radius 5 μm
Cooling :
- Kriogenik :
o Coolant : CO2
o Nozzle : Ø 2 mm
o Jarak nozzle : 50 mm dari daerah pemotongan
o Laju aliran : 3 g/s
- Kondisi basah
o Coolant : Oil coolant
o Nozzle : Ø 2 mm
o Jarak nozzle : 50 mm dari daerah pemotongan
o Laju aliran : 3 g/s
Gambar 1. Setting untuk permesinan memakai kriogenik.
Hasil 1. Temperatur Pemotongan
Gambar 2. Variasi temperature pemotongan dengan perbedaan kondisi permesinan
Dari gambar 2. diatas dapat diambil kesimpulan bahwa presentase penurunan suhu pada
rpm rendah adalaha kecil dibandingkan pada rpm tinggi, karena temperatur pemotongan pada
saat pemotongan pertama kali rendah. Sedangkan dalam rpm tinggi, presentase suhu yaitu
relatif tinggi, temperatur pemotongan terdapat pada daerah pemotongan.
2. Ketebalan Geram (chip)
Gambar 3. Variasi ketebelan chip dengan laju pemakanan.
Dari gambar 3. diatas dapat diambil kesimpulan, pada kondisi kriogenik saat rpm rendah
(40,51 m/min) ketika laju pemakanan ditingkatkan ukuran curl pada chip akan meningkat pula
dan pada kecepatan dan pemakanan yang konstan akan meningkatnya kemampuan memutus
chip (breakability chip) dan diperoleh potongan chip yang kecil-kecil. Pada kondisi kering dan
basah, ketebalan chip yang yang diperoleh yaitu sulitnya chip untuk putus. Pada rpm tinggi
chip akan terus menerus keluar secara kontinyu berbeda dengan kondisi kriogenik dengan chip
yang terputus-putus, hal ini akan menghasilkan permukaan akhir yang buruk dan umur pahat
yang kurang.
Gambar-gambar dari chip yang dihasilkan dari kondisi kering, basah, dan kriogenik
ditunjukkan pada tabel 1. Hasil pengukuran ketebalan chip ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 1. Gambar chip pada kondisi permesinan kering, basah, dan kriogenik CO2
Tabel 1. (lanjutan)
Tabel 2. Nilai ketebalan chip
3. Kekasaran Permukaan
Gambar 4. Perbandingan antara kekasaran permukaan dengan laju pemakanan.
Dari gambar 4. diatas, pada kondisi kriogenik permukaan lebih baik sekitar 5% - 25%
bila dibandingkan pada kondisi basah. Hasil paling cukup tinggi terjadi pada rpm tinggi yaitu
sekitar 4% - 16% pada kondisi kriogenik.
4. Gaya Pemotongan
Gambar 5. Perbandingan antara gaya pemotongan dengan laju pemakanan.
Dari gambar 5. diatas, ketika laju pemakanan diambil sebagai parameter, menunjukkan
bahwa jika lajGu pemakanan meningkat maka gaya pemotongan juga meningkat karena
peningkatan beban chip. Dengan nilai yang diperoleh dari beban tangensial dan gaya
pemakanan, teramati bahwa semua gaya meningkat termasuk pada peningkatan cutting speed
dan laju pemakanan. Hal ini diamatai bahwa nilai-nilai gaya pemakanan, gaya tangensial, dan
gaya pemakanan pada kondisi kriogenik jauh lebih kecil daripada kondisi basah dan kering.
5. Sudut Geser
Gambar 6. Perbandingan antara sudut geser dengan laju pemakanan.
Sudut geser dapat dirumuskan :
tan∅=(r cosγ )
(1−r sinγ )
Dimana :
Ø = sudut geser
r = rasio ketebalan chip
γ = Sudut garuk
Dari gambar 6. diatas, peningkatan sudut geser akan mengurangi bidang geser sehingga
mengurangi ketebalan chip juga. Hal ini ditemukan bahwa adanya peningkatan sebesar 6% -
21% pada sudut geser untuk kondisi kriogenik dibandingkan pada kondisi basah. Penerapan
CO2 di daerah pemotongan akan meningkatkan sudut geser dalam semua parameter
pemotongan yang akan menghasilkan gaya potong yang rendah pada kondisi kriogenik.
Kesimpula
n
1. Pada kondisi kriogenik temperatur pemotongan akan berkurang sekitar 5% - 22% bila
dibandingakan dengan pemotongan pada kondisi basah.
2. Gaya potong pada kondisi kriogenik kecil daripada pemotongan basah dan kering. Sekitar 17%
- 38% keunggulan yang didapat dari kondisi kriogenik.
3. Breakability chip jauh lebih baik diperoleh pada kondisi kriogenik, sudut geser meningkat
akibat penurunan dari bidang geser sehingga mengurangi ketebalan chip.
4. Permukaan akhir dari part yang sudah selesai dikerjakan dapat ditingkatkan dalam kondisi
kriogenik pada perbandingan antara kondisi basah dan kering.