Resusitasi Neonatus ISI

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/26/2019 Resusitasi Neonatus ISI

    1/18

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Asfiksia pada neonatus terjadi pada 20,9% kematian neonatus. Walaupun

    sebagian besar bayi baru lahir (90%) tidak memerlukan interensi untuk dapat

    bernafas pada saat transisi dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin, sedangkan

    !0% dari bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk memulai bernafas saat

    lahir, dan sekitar !% membutuhkan resusitasi yang ekstensif.!

    "ujuan utama resusitasi pada neonatus adalah untuk men#egah terjadinya

    morbiditas dan mortalitas yang berkaitan dengan hipoksia$iskemik kerusakan

    jaringan (otak, jantung, ginjal) dan juga mengupayakan respirasi dan #ardia#

    output yang spontan dan adekuat.!

    uideline untuk resusitasi pada neonatus telah di paparkan oleh American

    Heart Association dan American Academy of Paediatrics. uideline tersebut

    sangat bermanfaat untuk mengingat urutan resusitasi. &egagalan untuk mengikuti

    guideline tersebut akan menghasilkan hasil yang buruk.!

    B. Tujuan Penulisan

    !. "ujuan umum

    'engetahui langkah$langkah dan #ara melakukan resusitasi neonatus

    2. "ujuan khusus

    a. 'engetahui langkah aal resusitasi dalam melakukan resusitasi

    neonatus

    1

  • 7/26/2019 Resusitasi Neonatus ISI

    2/18

    b. 'engetahui penilaian dan penatalaksanaan aal jalan nafas dalam

    melakukan resusitasi neonatus

    C. Manfaat Penulisan

    !. 'emberikan ilmu pengetahuan tentang resusitasi neonatus2. 'enambah aasan dalam penatalaksanaan aal jalan nafas dalam

    melakukan resusitasi neonatus

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    Assesment yang #epat pada bayi baru lahir yang tidak memerlukan resusitasi

    dapat se#ara umum di identifikasikan dengan dua karakter berikut

    !. Apakah bayi benafas atau menangis*

    2. Apakah bayi tersebut memiliki tonus otot yang baik*

    +ika seluruh jaaban dari pertanyaan tersebut adalah iya-, maka bayi tersebut

    tidak memerlukan resusitasi dan seharusnya tidak dipisahkan dari ibunya. ayi

    tersebut dapat dikeringkan dan diletakkan langsung pada dada ibunya dan di

    selimuti dengan kain kering, untuk menjaga suhu tubuhnya. /bserasi pernafasan,

    aktifitas dan arna kulit harus dilakukan.!,2

    2

  • 7/26/2019 Resusitasi Neonatus ISI

    3/18

    +ika terdapat jaaban yang tidak-, terdapat persetujuan se#ara umum, baha

    seharusnya bayi tersebut mendapat satu atau lebih diantara empat kategori

    tindakan yang berurutan

    !. tep aal pada stabilisasi (menyediakan lingkungan yang hangat,

    memposisikan, membebaskan airay, mengeringkan, stimulasi, re$posisi)

    2. 1entilasi

    . &ompresi dada

    3. 4emberian epinefrin dan atau olume ekspansi

    &eputusan untuk menuju ke kategori tindakan berikutnya dinyatakan dengan

    assesment yang simultan dari ketiga tanda$tanda ital respirasi, denyut jantung,

    dan arna. ekitar 0 detik yang di i5inkan untuk menyelesaikan setiap step, re$

    ealuasi, dan memutuskan untuk beranjak ke step berikutnya (gambar !).

    3

  • 7/26/2019 Resusitasi Neonatus ISI

    4/18

    6eonatus aterm yang #airan ketubannya jernih dan bersih dari mekonium,

    langsung bernafas, menangis, dan tonus ototnya baik memerlukan peraatanrutin, seperti mengeringkan, menghangatkan, dan membersihkan jalan nafas

    dengan balon penghisap atau kateter penghisap. ebaliknya, neonatus yang tidak

    memenuhi kriteria di atas memerlukan langkah$langkah resusitasi. 6ilai Apgar

    dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya resusitasi.

    7angkah$langkah resusitasi neonatus antara lain

    !. tabilisasi

    2. 1entilasi

    . &ompresi dada

    3. 4enggunaan medikasi

    etiap langkah memerlukan aktu 0 detik untuk menuju ke langkah berikutnya.

    8ntuk menuju ke langkah berikutnya diperlukan penilaian terhadap respirasi,

    detak jantung, dan kulit bayi. ontohnya, apneadangasping merupakan indikasi

    bantuan entilasi. 4eningkatan atau penurunan detak jantung dapat menunjukkan

    kondisi perbaikan atau perburukan. ianosis sentral, penurunan cardiac output,

    hipotermia, asidosis, atau hipoolemia merupakan indikasi dari resusitasi lebih

    lanjut.!,2

    A. LANKAH A!AL "ESUSITASI!,2

    7angkah aal untuk memulai resusitasi meliputi mengurangi pengeluaran

    panas, memposisikan kepala pada sniffing positionuntuk membuka jalan nafas,

    membersihkan jalan nafas, dan memberikan rangsangan.

    #. Meng$angatkan

    "ermoregulasi merupakan aspek penting dari langkah aal resusitasi. :al ini

    dapat dilakukan dengan meletakkan neonatus di baah radiant warmer.

    ebaiknya bayi yang diletakkan di baah radiant warmer dibiarkan tidak

    berpakaian agar dapat diobserasi dengan baik serta men#egah terjadinya

    hipertermi. ayi yang dengan berat kurang dari !;00 gram, mempunyai risiko

    tinggi terjadinya hipotermi. 8ntuk itu, sebaiknya bayi tersebut dibungkus dengan

    4

  • 7/26/2019 Resusitasi Neonatus ISI

    5/18

    plastik, selain diletakkan di baah radiant warmer. "ujuan dari resusitasi

    neonatus yaitu untuk men#apai normotermi dengan #ara memantau suhu,

    sehingga tidak terjadi hipertermi iatrogenik.

    %. Me&'(sisikan Ke'ala )an Me&*ersi$kan Jalan Nafas

    etelah diletakkan di baah radiant warmer, bayi sebaiknya diposisikan

    terlentang dengan sedikit ekstensi pada leher pada posisi sniffing position.

    &emudian jalan nafas harus dibersihkan. +ika tidak ada mekonium, jalan nafas

    dapat dibersihkan dengan hanya menyeka hidung dan mulut dengan handuk, atau

    dapat dilakukan suctiondengan menggunakan bulb syringeatausuction catheter

    jika diperlukan. ebaiknya dilakukan suction terhadap mulut lebih dahulu

    sebelumsuctionpada hidung, untuk memastikan tidak terdapat sesuatu di dalam

    rongga mulut yang dapat menyebabkan aspirasi. elain itu, perlu dihindari

    tindakan suction yang terlalu kuat dan dalam karena dapat menyebabkan

    terjadinya refleks agal yang menyebabkan bradikardi dan apneu.

    sniffing position

    +ika terdapat mekonium tetapi bayibugar, yang ditandai dengan laju nadi lebih

    dari !00 kali per menit, usaha nafas dan tonus otot yang baik, lakukan suction

    pada mulut dan hidung dengan bulb syringe ( balon penghisap ) atau kateter

    penghisapbesar jika diperlukan.

    4neumonia aspirasi yang berat merupakan hasil dari aspirasi mekonium saat

    proses persalinan atau saat dilakukan resusitasi. /leh karena itu, jika bayi

    menunjukan usaha nafas yang buruk, tonus otot yang melemah, dan laju nadi

    kurang dari !00 kali per menit, perlu dilakukan su#tion langsung pada tra#hea dan

    harus dilakukan se#epatnya setelah lahir. :al ini dapat dilakukan dengan

    5

  • 7/26/2019 Resusitasi Neonatus ISI

    6/18

    laringoskopi langsung dan memasukan kateter penghisap ukuran !2

  • 7/26/2019 Resusitasi Neonatus ISI

    7/18

    +. Mengeringkan )an Me&*eri "angsangan

    &etika jalan nafas sudah dibersihkan, bayi dikeringkan untuk men#egah terjadinya

    kehilangan panas, kemudian diposisikan kembali. +ika usaha nafas bayi masih

    belum baik, dapat diberikan rangsang taktil dengan memberikan tepukan se#ara

    lembut atau menyentil telapak kaki, atau dapat juga dilakukan dengan

    menggosok$gosok tubuh dan ekstremitas bayi.!,2

    4enelitian laboratorium menunjukkan baha pernapasan adalah tanda ital

    pertama yang berhenti ketika bayi baru lahir kekurangan oksigen. etelah periode

    aal pernapasan yang #epat maka periode selanjutnya disebut apnu primer.

    =angsangan seperti mengeringkan atau menepuk telapak kaki akan menimbulkan

    pernapasan.

    Walaupun demikian bila kekurangan oksigen terus berlangsung, bayi akan

    melakukan beberapa usaha bernapas dan kemudian masuk ke dalam periode apnu

    sekunder. elama masa apnu sekunder, rangsangan saja tidak akan menimbulkan

    kembali usaha pernapasan bayi baru lahir. antuan pernapasan dengan entilasi

    tekanan positif harus diberikan untuk mengatasi masalah akibat kekurangan

    oksigen.

  • 7/26/2019 Resusitasi Neonatus ISI

    8/18

    (gasping). Gasping menunjukkan adanya usaha nafas yang tidak efektif dan

    memerlukan entilasi tekanan positif. elain itu, laju nadi harus lebih dari !00

    kali per menit, yang diukur dengan #ara melakukan palpasi tekanan nadi di daerah

    dasar umbilikus,atau dengan auskultasi dinding dada sebelah kiri. +ika laju nadi

    kurang dari !00 kali per menit, segera lakukan entilasitekanan positif.

    4enilaian arna kulit dapat dilakukan dengan memperhatikan bibir dan batang

    tubuh bayi untuk menilai ada tidaknya sianosis sentral. ianosis sentral

    menandakan terjadinya hipoksemia, sehingga perlu diberikan oksigen tambahan.

    +ika masih terjadi sianosis setelah diberikan oksigen tambahan, entilasi tekanan

    positif perlu dilakukan, bahkan dengan laju nadi lebih dari !00 kali per menit. +ikasianosis sentral masih terjadi dengan entilasi tekanan positif yang adekuat, perlu

    dipikirkan adanya penyakit jantung baaan atau adanya hipertensi pulmoner yang

    persisten.!,2

    B. PENILAIAN DAN PENATALAKSANAAN A!AL JALAN NA/AS!,2

    Penilaian Jalan Nafas

    eperti yang sudah disebutkan, penilaian dan penatalaksanaan dari jalan

    nafas dapat dilakukan dengan #ara pembersihan jalan nafas, memposisikan bayi

    pada sniffing position untuk membuka jalan nafas. elain itu, dapat pula

    dilakukan ealuasi terhadap laju nadi dan arna kulit bayi. >aluasi ini harus

    dilakukan dengan baik karena bila ada salah satu tanda ital yang abnormal, akan

    segera membaik jika diberikan entilasi. +adi, di dalam resusitasi neonatus,

    pemberian entilasi yang adekuat merupakan langkah yang paling penting dan

    paling efektif.

    8

  • 7/26/2019 Resusitasi Neonatus ISI

    9/18

    Pe&*erian 0ksigen

    4emberian oksigen diperlukan apabila neonatus dapat bernafas, laju nadi

    lebih dari !00 kali per menit, tetapi masih terjadi sianosis sentral. /ksigen aliranbebas oksigen diberikan dengan #ara dialirkan ke hidung bayi se#ara pasif, dapat

    diberikan menggunakan sungkup, Tpiece resuscitator, atau selang oksigen

    (o!ygen tubing) sesuai dengan #ara yang diperlukan. 8ntuk memastikan neonatus

    mendapatkan oksigen dengan konsentrasi tinggi, sungkup harus diletakkan

    menempel pada ajah, agar men#iptakan tekanan yang setara dengan "ontinuous

    Positi#e Airway Pressure ("PAP)atauPositi#e $nd $!piratory Pressure (P$$P).

    +ika menggunakan selang oksigen, posisi tangan harus dibentuk seperti mangkok

    di ujung selang dan diletakkan di depan ajah bayi. /ksigen tidak boleh

    diberikan lebih dari !0 liter per menit (74') untuk aktu yang lama. /ksigen

    #ukup diberikan dengan aliran ; 74' dalam resusitasi.

    tandar oksigen yang digunakan dalam resusitasi neonatus yaitu oksigen

    !00%. "erdapat penelitian yang meneliti penggunaan udara ruangan (oksigen

    2!%) dan oksigen !00% untuk resusitasi neonatus. ?isebutkan baha

    penggunaan oksigen !00% dapat merugikan selama masa post asfiksia, hal ini

    berdasarkan teori

    !. 4ada obserasi in itro , produksi oksigen radikal saat reoksigenasi hipoksia

    bergantung pada konsentrasi oksigen

    2. peningkatan konsentrasi hipo@antine di plasma selama hipoksia men#apai

    leel lebih tinggi pada saat resusitasi. &arena hipo@antine terakumulasi pada

    neonatus yang asfiksia , maka dapat kita artikan baha limitasi oksigen pada

    masa post asfiksi se#ara potensial dapat mengurangi luka akibat akumulasi

    dari oksigen radikal.

    . elain itu hiperoksia memperlambat aliran darah pada bayi aterm maupun

    preterm dan pemberian oksigen !00% saat persalinan dapat menyebabkan

    penurunan aliran darah jangka panjang pada bayi preterm.

    9

  • 7/26/2019 Resusitasi Neonatus ISI

    10/18

    4ada penelitian tersebut didapatkan baha mortalitas neonatus lebih

    rendah pada penggunaan oksigen 2!% daripada oksigen !00% ( ;, % dan 9,;% )

    dan pada neonatus preterm juga berlaku hal yang sama yaitu mortalitas pada

    penggunaan oksigen 2!% lebih rendah daripada oksigen !00% ( 2! % dan ; % ).

    :al ini menunjukkan resusitasi menggunakan oksigen 2!% (udara ruangan)

    tampaknya potensial sebagai strategi untuk menurunkan mortalitas neonatus

    bahkan pada neonatus preterm. Bni dapat berimplikasi terhadap aturan di negara

    berkembang yang masih men#ari #ara lebih murah namun dapat menurunkan

    angka kematian pada neonatus maupun bayi.

    4enggunaan oksigen memiliki efek samping seperti dapat merusak paru$paru dan

    jaringan, terutama pada bayi prematur. :al ini menyebabkan

    direkomendasikannya penggunaan oksigen dengan konsentrasi kurang dari !00%,

    yang dapat diperoleh dengan menggunakan o!ygen blender yang dapat

    men#ampur oksigen dan udara untuk menghasilkan konsentrasi udara yang

    diinginkan. 4ada bayi yang menderita penyakit jantung baaan, penggunaan

    oksigen !00% dapat mengganggu perfusi jaringan. e#ara umum, saturasi oksigen

    harus dijaga antara ;$9;%, dimana C0$0% didapatkan pada menit aal

    kehidupan. !

    10

  • 7/26/2019 Resusitasi Neonatus ISI

    11/18

    4emberian oksigen tambahan juga diberikan pada bayi yang memerlukan

    entilasi tekanan positif. Bndikasi dari entilasi tekanan positif dengan oksigen

    tambahan antara lain

    !. ayi yang apnea

    2. 7aju nadi kurang dari !00 kali per menit setelah 0 detik

    . "erjadi sianosis sentral setelah diberikan oksigen tambahan

    1entilasi Tekanan P(sitif 'a)a Ba2i Ater&

    eberapa penelitian menunjukkan pada bayi yang mengalami apnea atau

    gasping (megap megap), pemberian entilasi tekanan positif dengan ke#epatan

    30$D0 kali per menit dengan oksigen !00% merupakan #ara yang efektif untuk

    mem#apai laju nadi lebih dari !00 kali per menit. "ekanan yang diperlukan untuk

    dapat melakukan entilasi tekanan positif pada bayi aterm dan preterm dengan

    efektif yaitu antara 0$30 #m :2/, alaupun dengan tekanan 20 #m :2/ sudah

    #ukup efektif. "anda dari entilasi yang adekuat yaitu adanya peningkatan dari

    laju nadi. Apabila tidak terjadi peningkatan laju nadi, reposisi ulang kepala dan

    sungkup, serta bersihkan kembali jalan nafas atau lakukan su#tion lagi. ila masih

    gagal dengan entilasi yang non$inasif, perlu dilakukan intubasi.

    1entilasi Tekanan P(sitif 'a)a Ba2i Preter&

    4aru$paru pada bayi preterm lebih mudah terluka oleh olume inflasi yang

    besar, sehingga lebih sulit untuk dilakukan entilasi. "ekanan sebesar 20$2; #m

    11

  • 7/26/2019 Resusitasi Neonatus ISI

    12/18

    :2/ sudah #ukup adekuat dalam entilasi pada bayi preterm. 4ada bayi yang

    menunjukkan tanda$tanda pernapasan yang buruk danEatau sianosis dapat

    digunakan "ontinuousPositi#e Airway Pressure ("PAP) sekitar 3$D #m :2/.

    ama seperti bayi aterm, jika masih gagal, perlu dilakukan intubasi.

    Alat3alat 1entilasi

    1entilasi pada neonatus dapat menggunakan beberapa ma#am alat seperti

    %. &elfinflating bags

    '. lowinflating bag . Tpiece resuscitator

    *. +aryngeal mask airways

    . $ndotracheal tube

    &elfinflating bags merupakan alat yang paling banyak dipakai dalam

    entilasi manual. Alat ini memiliki katup pengaman yang menjaga

    tekanan inflasi sebesar ; #m :2/. 6amun katup pengaman ini kurang

    efektif bila digunakan terlalu kuat. Positi#e $nd$!piratory Pressure

    (P$$P)dapat diberikan apabila katup P$$P disambungkan. "etapi self

    inflating bags tidak dapat menggunakan "PAP. elain itu, selfinflating

    bagstidak dapat digunakan untuk mengalirkan oksigen aliran bebas (free

    flowo!ygen).

    lowinflating bags atau balon tidak mengembang sendiri dapat mengembang

    apabila ada sumber gas. Alat ini tidak memiliki katup pengaman, namun dengan

    12

  • 7/26/2019 Resusitasi Neonatus ISI

    13/18

    alat ini dapat dilakukan P$$P atau "PAP karena adanya katup yang dapat

    mengatur aliran udara. elain itu, dengan alat ini dapat dialirkan oksigen aliran

    bebas dan lebih baik dalam resusitasi neonatus.

    Tpiece resuscitatormerupakan alat yang dapat mengatur aliran udara serta juga

    dapat membatasi tekanan yang diberikan. "ekanan inflasi yang diinginkan dan

    aktu inspirasi lebih stabil dengan alat ini dibandingkan dengan selfinflating

    bags danflowinflating bags. elain itu, dengan alat ini dapat dilakukan P$$P

    dan dapat mengalirkan oksigen aliran bebas.

    +aryngeal mask airway (+-A) merupakan alat yang dapat digunakan apabila

    penggunaan sungkup sudah tidak efektif. 8kuran yang biasa digunakan yaitu !.!,2

    Bndikasi penggunaan endotracheal tubeantara lain

    !. 4enghisapan mekonium dari trakea

    2. aat entilasi menggunakan sungkup sudah tidak efektif

    . &oordinasi dengan kompresi dada

    3. 4enggunaan >pinefrin

    ;. &eadaan resusitasi khusus (seperti hernia diafragma kongenital)

    8ntuk mengurangi terjadinya hipoksia saat melakukan intubasi, sebaiknya

    dilakukan pre$oksigenasi, dengan #ara memberikan oksigen aliran bebas selama

    20 detik. iasanya digunakan blade yang lurus pada tindakan ini. lade no.!

    digunakan untuk bayi aterm, no.0 untuk bayi preterm, dan no.00 untuk bayi yang

    sangat preterm. 8kuran dari endotracheal tube dipilih berdasarkan berat dari

    neonatus.

    4osisi dari endotracheal tubeyang benar dapat ditandai dengan peningkatan laju

    nadi, adanya pengeluaran /2, terdengarnya suara nafas, pergerakan dinding

    dada, adanya embun pada selang, dan tidak ada distensi abdomen saat entilasi.

    13

  • 7/26/2019 Resusitasi Neonatus ISI

    14/18

    Apabila tidak ada peningkatan dari laju nadi dan tidak ada pengeluaran /2,

    posisi dari endotracheal tubeharus diperiksa dengan laringoskop.

    8kuran >" erat (gram) 8sia gestasi (minggu)

    2,; F!000 F2

    ,0 !000$2000 2$3

    ,; 2000$000 3$

    ,;$3,0 G000 G

    K(&'resi Da)a

    &ompresi dada harus dilakukan apabila laju nadi kurang dari D0 kali per

    menit alaupun sudah dilakukan entilasi se#ara adekuat dengan pemberian

    oksigen tambahan selama 0 detik. &ompresi dada harus dilukan dengan

    ke#epatan 90 kali per menit dengan perbandingan kompresi dengan entilasi !

    (900). &ompresi dilakukan di baah sela iga ketiga dengan kedalaman sepertiga

    dari diameter anterior dan posterior. Ada 2 #ara yang dapat digunakan, yaitu

    dengan metode 2 jari (' finger method) dan metode ibu jari (thumb method).

    'etode ibu jari lebih direkomendasikan karena tidak #epat lelah dan dapat

    mengatur kedalaman tekanan dengan baik. elain itu, menurut beberapa

    penelitian, metode tangan melingkari dada menghasilkan tekanan sistolik,

    diastolik, mean arterial pressure, dan perfusi jaringan yang lebih baik daripada

    metode 2 jari. 'etode 2 jari digunakan apabila dibutuhkan akses ke umbilikus

    untuk memasangumbilical catheter.

    etelah dilakukan kompresi dada selama 0 detik, lakukan penilaian

    kembali terhadap laju nadi, laju pernafasan, dan arna kulit. &ompresi dada harus

    14

  • 7/26/2019 Resusitasi Neonatus ISI

    15/18

    dilakukan sampai laju nadi lebih dari atau sama dengan D0 kali per menit se#ara

    spontan.

    Peng$entian "esusitasi!,2

    ?i dalam persalinan, ada kondisi dimana tidak dilakukan resusitasi, antara

    lain bayi dengan masa gestasi kurang dari 2 minggu, bayi dengan berat lahir

    kurang dari 300 gram, anen#ephaly, dan bayi yang dipastikan menderita trisomi

    ! dan !. edangkan penghentian resusitasi dapat dilakukan apabila tidak terjadi

    sirkulasi spontan dalam aktu !; menit.

    15

  • 7/26/2019 Resusitasi Neonatus ISI

    16/18

    C. MEDIKASI!,2

    !. E'inefrin

    >pinefrin sangat penting penggunaannya dalam resusitasi, terutama saat

    oksigenasi dengan entilasi dan kompresi dada tidak mendapatkan hasil yang

    memuaskan. >pinefrin dapat menyebabkan asokontriksi perifer, meningkatkan

    kontraktilitas jantung, dan meningkatkan frekuensi jantung. ?osis yang digunakan

    0.0!$0.0 mgEkg yang dapat diberikan B1 atau dosis yang lebih tinggi 0.0

    sampai 0.! mgEkg melalui pipa endotrakeal. 4emberian ini dapat diulang setiap $

    ; menit sekali.

    2. 1(lu&e e4'an)ers

    pada neonatus yang membutuhkan resusitasi, harus dipikirkan kemungkinan

    terjadinya hipoolemia terutama pada neonatus dengan respons yang tidak

    adekuat terhadap resusitasi yang diberikan. 1olume e@panders yang dapat

    digunakan hole blood /$rh negatie !0mlEkg, atau =inger 7a#tate !0mlEkg, dan

    normal saline !0 mlEkg. emuanya ini dapat diberikan se#ara intra ena selama ;$

    !0 menit.

    . Nal(4(ne $2)r(5$l(ri)e

    'erupakan antagonis opioid yang sebaiknya diberikan pada neonatus dengan

    depresi nafas yang tidak responsif terhadap resusitasi entilasi yang sebelumnya

    lahir dari ibu dengan mendapatkan narkotik 3 jam sebelum kelahiran. ?osis yang

    diberikan 0.! mgEkg se#ara B1 ataupun melalui pipa endotrakeal. ?osis ini dapat

    diulangi setiap ; menit apabila dibutuhkan.

    3. De4tr(se

    lukosa darah seaktu harus diperiksa setidaknya 0 menit setelah lahir padaneonatus yang mengalami asfiksia, neonatus yang lahir dari ibu dengan diabetes,

    atau prematur. olus de@trosa !0% diberikan dengan dosis !$2 mlEkg B1 dan

    selanjutnya dapat diberikan de@trosa !0% dengan laju 3$DmlEkgEmenit (0$!00

    mlEkgEhari)

    16

  • 7/26/2019 Resusitasi Neonatus ISI

    17/18

    III. PENUTUP

    6eonatus aterm yang #airan ketubannya jernih dan bersih dari mekonium,

    langsung bernafas, menangis, dan tonus ototnya baik memerlukan peraatanrutin, seperti mengeringkan, menghangatkan, dan membersihkan jalan nafas

    dengan balon penghisap atau kateter penghisap. ebaliknya, neonatus yang tidak

    memenuhi kriteria di atas memerlukan langkah$langkah resusitasi. 7angkah$

    langkah resusitasi neonatus antara lain stabilisasi, entilasi, kompresi dada, dan

    penggunakan medikasi.

    17

  • 7/26/2019 Resusitasi Neonatus ISI

    18/18

    DA/TA" PUSTAKA

    !. B?AB. =esusitasi 6eonatus. +akarta adan 4enerbit B?ABH20!;.

    2. ?iisi 6eonatologi ?epartemen B&A ='$