26
REFLEKSI KASUS “HORDEOLUM EKSTERNUM OD” Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Tidar Magelang Diajukan kepada dr. Sri Yuni Hartati, Sp.M Disusun oleh : W A N D I

Resus Hordeolum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

stase mata

Citation preview

Page 1: Resus Hordeolum

REFLEKSI KASUS

“HORDEOLUM EKSTERNUM OD”

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian

Bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Tidar Magelang

Diajukan kepada

dr. Sri Yuni Hartati, Sp.M

Disusun oleh :

W A N D I

2009.031.0202

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2015

Page 2: Resus Hordeolum

LAPORAN KASUS

1) DOKUMENTASI

a. IDENTITAS

Nama : Nn. M

Usia : 20 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Santri

Agama : Islam

Alamat : Tegalrejo,Magelang

b. ANAMNESIS

Keluhan Utama

Benjolan di kelopak mata kanan bawah

Keluhan Tambahan

Nyeri sentuh,gatal,dan rasa mengganjal pada mata kanan

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Tidar Magelang dengan

keluhan ada benjolan di mata kanan bawah sejak 2 bulan lalu sebelum

masuk rumah sakit. Awalnya berupa bintik dalam kelopak mata kanan

bawah yang sakit dan tidak bisa di pencet kemudian semakin lama

semakin membesar sehingga kelopak mata kanan bawah merah dan

bengkak. Benjolan disertai rasa sakit, terutama bila benjolan tersentuh dan

terasa gatal. Pasien juga merasa seperti ada yang mengganjal pada mata

kanan bawah. Keluar kotoran, mata kabur dan demam disangkal oleh

pasien.

Page 3: Resus Hordeolum

Riwayat Penyakit Dahulu

Keluhan serupa : disangkal

Penyakit mata : disangkal

Trauma mata : disangkal

Hipertensi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluhan serupa : disangkal

Hipertensi, Alergi, DM : disangkal

c. KESAN

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan Umum : Baik

OD : Tampak benjolan pada palpebra bawah

OS : Tampak tenang

d. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

PEMERIKSAAN OD OS

Visus Jauh 20/80 20/30

Refraksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Visus Dekat Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Proyeksi Sinar Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Persepsi Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

e. PEMERIKSAAN OBJEKTIF

PEMERIKSAAN OD OS PENILAIAN

1. Sekitar Mata

- Alis N N Kedudukan alis baik,

jaringan parut (-),

Page 4: Resus Hordeolum

simetris

- Silia N N Trikiasis (-),distrikriasis

(-) madarosis (-)

2. Kelopak mata

- Pasangan N N Simetris, ptosis (-)

- Gerakan N N Gangguan gerak

membuka dan menutup

(-), blefarospasme (-)

- Lebar rima 10 mm 10 mm Normal 9 – 14 mm

- Kulit Terdapat benjolan

pada palpebra inferior

lateral

N Benjolan (+) tunggal,

kemerahan (+)

- Tepi kelopak N N Trichiasis (-), ektropion

(-), entropion (-)

- Margo

intermarginalis

N N Tanda radang (-)

3. Apparatus Lakrimalis

- Sekitar glandula

lakrimalis

N N Tanda radang (-)

- Sekitar sakus

lakrimalis

N N Tanda radang (-)

- Uji flurosensi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Uji regurgitasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

4. Bola Mata

- Pasangan N N Simetris (orthophoria)

- Gerakan N

+ +

+ +

+ +

N

+ +

+ +

+ +

Tidak ada gangguan

gerak (syaraf dan otot

penggerak bola mata

normal)

- Ukuran N N Makroftalmos (-),

Mikroftalmos (-)

5. TIO N N Palpasi kenyal (tidak ada

Page 5: Resus Hordeolum

peningkatan dan

penurunan TIO)

6. Konjungtiva

- Palpebra superior Hiperemis (+) N OD Hiperemis (+)

Injeksi konjungtiva (+)

Injeksi siliar (-)

- Forniks N N

- Palpebra inferior Tampak benjolan

pada bagian lateral

palpebra, hiperemis

(+)

N

- Bulbi Injeksi Konjungtiva

(+), injeksi siliar (-)

N

7. Sclera N N Ikterik (-)

8. Kornea

- Ukuran N N Ø horizontal 12 mm, Ø

vertical 11 mm

- Kecembungan N N Lebih cembung dari

sclera

- Limbus N N Benjolan (-)

Benda Asing (-)

- Permukaan N N Licin, mengkilap

- Uji flurosensi Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Placido N N Reguler konsentris

9. Kamera Okuli Anterior

- Ukuran N N COA dalam

- Isi N N Jernih, flare (-), hifema

(-), hipopion (-)

10. Iris

- Warna Cokelat Cokelat

- Pasangan N N Simetris

- Gambaran N N Kripte baik, Sinekia (-)

Page 6: Resus Hordeolum

11. Pupil

- Ukuran Ø 4 mm Ø 4 mm Normal (Ø 3 – 6 mm)

pada ruangan dengan

cahaya cukup

- Bentuk Bulat Bulat Isokor

- Tempat N N Di tengah

- Tepi N N Reguler

- Refleks direct ( + ) ( + ) Positif

- Refleks indirect ( + ) ( + ) Positif

12. Lensa

- Ada/tidak Ada Ada Ada

- Kejernihan N N Jernih

- Letak N N Di tengah, di belakang

iris

- Warna kekeruhan Tidak ada Tidak ada

13. Korpus Vitreum N N Jernih

14. Refleks Fundus ( + ) ( + ) Warna jingga kemerahan

terang, homogen

f. DIAGNOSIS BANDING

Hordeolum eksternum OD

Hordeolum internum OD

Kalazion OD

Tumor palpebra OD

Selulitis preseptal OD

g. DIAGNOSIS

Hordeolum eksternum OD

h. TERAPI

Kompres hangat selama 15 menit sebanyak 4x sehari

Tobramicin tetes 6 x I tetes per hari

Page 7: Resus Hordeolum

i. PROGNOSIS

Visum (Ad Visam) : dubia ad bonam

Kesembuhan (Ad Sanam) : dubia ad bonam

Jiwa ( Ad Vitam) : dubia ad bonam

Kosmetika (Ad Kosmeticam) : dubia ad bonam

2) MASALAH YANG DIKAJI

1. Mengapa pasien didiagnosis hordeolum eksternum OD ?

2. Mengapa didiagnosis banding dengan hordeolum internum, kalazion,

tumor palpebra dan selulitis preseptal?

3. Bagaimana prognosis pasien ini?

3) PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Hordeolum merupakan infeksi akut yang umumnya disebabkan

oleh bakteri Staphylococcus pada kelenjar palpebra. Hordeolum terbagi

atas hordeolum eksterna yang merupakan infeksi pada kelenjar yang lebih

kecil dan superfisial (Zeis atau Moll) dan hordeolum interna dimana

infeksi  terjadi pada kelenjar Meibom.1,3

B. INSIDENS

Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum

merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering

ditemukan. Insidensi tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin.2,3

C. ANATOMI PALPEBRA

Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang

berfungsi melindungi struktur-struktur jaringan mata yang rentan terhadap

Page 8: Resus Hordeolum

trauma. Palpebra sangat mudah digerakkan karena kulit di sini paling tipis

di antara kulit di bagian tubuh lain. Di palpebra terdapat rambut halus,

yang hanya tampak dengan pembesaran. Di bawah kulit terdapat jaringan

areolar longgar yang dapat mengalami distensi akibat edema masif.

Muskulus orbikularis oculi melekat pada kulit. Permukaan dalamnya

dipersarafi nervus fascialis (VII), dan fungsinya adalah untuk menutup

palpebra.4

Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang

dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip

melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior

berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra

terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat

lapis kulit dan jaringan subkutaneus, lapis muskulus protraktor

(M.orbikularis okuli), septum orbita, musculus retraktor (M.levator

palpebra), tarsus, lapisan membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).3

Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena

tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak

subkutan. Muskulus Orbikularis okuli berfungsi untuk menutup palpebra.

Serat ototnya mengelilingi fisura palpebra secara konsentris dan meluas

sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi.

Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian

pretarsal; bagian diatas septum orbital adalah bagian preseptal. Segmen

luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh

nervus facialis.3,4

Jaringan Areolar Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli,

berhubungan dengan lapis subaponeurotik dari kulit kepala. Tarsus

merupakan struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan

fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas

jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di

kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).3

Page 9: Resus Hordeolum

Anatomi mata dan palpebra

Konjungtiva Palpebrae bagian posterior palpebrae dilapisi selapis

membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.

Margo palpebra dipisahkan oleh garis abu-abu (batas mukokutan) menjadi

margo anterior dan posterior. Margo anterior terdiri dari bulu mata,

glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar

sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.

Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke

dalam satu baris dekat bulu mata. Margo posterior berhubungan dengan

bola mata, dan sepanjang margo ini terdapat muara-muara kecil dari

kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).

Pungtum lakrimalis terletak pada ujung medial dari margo posterior

palpebra. Pungtum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah

melalui kanalikulus ke sakus lakrimalis.2,3

Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang

dibuka. Fisura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis

kira-kira 0,5 cm dari margo lateral orbita dan membentuk sudut tajam.

Page 10: Resus Hordeolum

Septum orbital adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis

yang terletak di antara margo orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai

pemisah antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan

tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale

inferius menyatu dengan tarsus inferior.3,4

Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra

superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang

berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi

sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-

serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra

inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang

menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus

inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan

orbikularis okuli.Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus

simpatis.

Levator dan muskulus rektus inferior dipersarafi oleh nervus

okulomotoris. Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a.

Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus

frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus

V.2,3

Page 11: Resus Hordeolum

 

Anatomi Palpebra mata

D. ETIOLOGI

1. Faktor Predisposisi

Lebih sering pada anak kecil dan dewasa muda, meskipun

tidak ada batasan umur dan pada pasien dengan tarikan pada mata

akibat ketidakseimbangan otot atau kelainan refraksi. Kebiasaan

mengucek mata atau menyentuh kelopak mata dan hidung, serta

adanya blefaritis kronik dan diabetes mellitus adalah faktor-faktor

yang umumnya berkaitan dengan hordeolum rekuren.

Hiperlipidemia termasuk kolesterolemia, hygiene lingkungan dan

riwayat hordeolum sebelumnya juga mempengaruhi.2

Page 12: Resus Hordeolum

1. Organisme penyebab

Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus

hordeolum.5

E. KLASIFIKASI

Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis :

Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar

Meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut

hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan

lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.5

Hordeolum Eksternum

Adalah infeksi kelenjar sebaceous dari Zeis di dasar bulu mata,

atau infeksi pada kelenjar keringat apokrin dari Moll. Hordeolum

eksternum terbentuk pada bagian luar palpebra dan dapat dilihat sebagai

benjolan merah kecil.

Hordeolum Internum

Adalah infeksi pada kelenjar sebaceous meibom yang melapisi

bagian dalam kelopak mata.Penyakit ini juga menyebabkan benjolan

merah di bawah palpebra (pada konjunctiva tarsalis) dan tampak dari luar

sebagai bengkak dan kemerahan. Hordeolum internum mirip dengan

chalazia, tetapi cenderung lebih kecil dan lebih menyakitkan dan biasanya

Page 13: Resus Hordeolum

tidak menghasilkan kerusakan permanen. Hordeolum internum ditandai

dengan onset akut dan biasanya pendek durasinya (7-10 hari tanpa

pengobatan) dibandingkan dengan chalazia yang kronis dan biasanya tidak

sembuh tanpa intervensi.

Hordeolum eksterna

Hordeolum interna

F. PATOGENESIS

Page 14: Resus Hordeolum

Kebanyakan hordeolum disebabkan infeksi Staphylococcus,

biasanya Staphylococcus aureus. Infeksi tersebut dapat mengenai kelenjar

Meibom (hordeolum interna), maupun kelenjar Zeis dan Moll (hordeolum

eksterna). Proses tersebut diawali dengan pengecilan lumen dan statis hasil

sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder

oleh Staphylococcus aureus sehingga terjadi pembentukan pus dalam

lumen kelenjar. Secara histologis akan tampak gambaran abses, dengan

ditemukannya sel Polimorfonuklear (PMN) dan debris nekrotik. Nyeri,

hiperemis, dan edema palpebral adalah gejala khas pada hordeolum.

Intensitas nyeri mencerminkan beratnya edema palpebra. Apabila pasien

menunduk, rasa sakit bertambah. Pada pemeriksaan terlihat suatu benjolan

setempat, warna kemerahan, mengkilat dan nyeri tekan, dapat disertai

bintik kuning atau putih yang merupakan akumulasi pus pada folikel

silia.1,2,5

G. MANIFESTASI KLINIK

Gejala Klinis

Tanda-tanda hordeolum sangat mudah dikenali, yaitu tampak

adanya benjolan pada kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna

kemerahan dan nyeri. Hordeolum eksterna adalah infeksi pada kelenjar

Zeis dan kelenjar Moll. Benjolan nampak dari luar pada kulit kelopak mata

bagian luar (palpebra). Hordeolum interna adalah infeksi yang terjadi pada

kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna ini benjolan mengarah ke

konjungtiva (selaput kelopak mata bagian dalam). Benjolan akan nampak

lebih jelas dengan membuka kelopak mata. Hordeolum internum biasanya

berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum.6,7

Tanda klinik

Pada stadium selulitis ditandai dengan adanya benjolan keras,

kemerahan, lokal, nyeri, edema, umumnya pada margo palpebral.

Page 15: Resus Hordeolum

Pada stadium abses ditandai dengan adanya pus yang dapat terlihat

berupa bintik kuning atau putih pada kelopak mata pada silia yang

terifeksi. Umumnya pembentukan hordeolum tunggal, namun bisa lebih

dari satu/multipel (hordeola).2

Pseudoptosis atau ptosis dapat terjadi akibat bertambah beratnya

kelopak mata sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum,

kelenjar preaurikel kadang ditemukan ikut membesar. Keluhan lain yang

umumnya dirasakan oleh penderita hordeolum diantaranya rasa

mengganjal pada kelopak mata, nyeri tekan dan intensitas nyeri bertabah

bila pasien menunduk. Hordeolum dapat membentuk abses di kelopak

mata dan pecah dengan mengeluarkan nanah.6,7,8  

H. PEMERIKSAAN

Diagnosis dapat di tegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisis

seperti yang telah dipaparkan di atas.

I. DIAGNOSIS BANDING

KALAZION

Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom

yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom

dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut.

Biasanya kelainan ini dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan

jaringan parut lainnya.8,10

Kalazion juga disebabkan sebagai lipogranulomatosa kelenjar

Meibom. Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan

pada saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion

dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.8

Page 16: Resus Hordeolum

Kalazion

J. PENATALAKSANAAN

Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited)

dalam 1-2 minggu. Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara

khusus, obat topikal (salep atau tetes mata antibiotik) maupun kombinasi

dengan obat antibiotika oral (diminum). Urutan penatalaksanaan

hordeolum adalah sebagai berikut :

- Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari.

- Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin,

Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain.

Obat topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama

pada fase peradangan.

- Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin,

Eritromisin, Doxycyclin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak

menunjukkan perbaikan dengan antibiotik atopikal. Obat ini diberikan

selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis antibiotika oral hanya

atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.

Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat

badan sesuai dengan masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya

hordeolum. Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan

Page 17: Resus Hordeolum

untuk meredakan keluhan nyeri, misalnya : Asetaminofen, Asam

mefenamat, Ibuprofen, dan sejenisnya.

Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi atopikal

dengan pentokain tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan prokain

atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila :

- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus

pada margo palpebra.

- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.

Setelah dilakukan insisi, lakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi

jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep

antibiotik.7

 

K. KOMPLIKASI

Komplikasi hordeolum dapat berupa mata kering, simblefaron,

abses, atau selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat

jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.

L.  PROGNOSIS

Page 18: Resus Hordeolum

Hordeolum termasuk gangguan kelopak mata yang jinak,

namun umumnya sering rekuren.4

 

 

DAFTAR PUSTAKA

1. Sundaram V, Barsam A, Alwitry A, Khaw P, eds. Oxford Specialty

Training: Training in Ophthalmology the Essential Clinical Curriculum.

UK: Oxford University Press; 2008. p.84.

2. Khurana AK, ed. Comprehensive Ophthalmology 4th Edition. New Delhi:

New Age International (P) Ltd Publishers; 2007. p.339-42; 44-6.

3. Lang G, ed. Ophthalmology: A Pocet Textbook Atlas 2nd Edition. New

York: Thieme; 2006. p. 37-9.

4. Sullivan JH, Shetlar DJ, Whitcher JP. Lids, Lacrimal Apparatus and Tears.

In: Riordan P, Whitcher JP, eds. Vaughan & Asbury’s General

Ophthalmology. California: McGraw-Hill; 2004. p. 78-81.

5. Ehrenhaus MP. Hordeolum. [online]. 2012. [cited 2012 April 4].

[hal/screens]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/

1213080

6. Ming AS, Constable IJ, eds. Color Atlas of Ophthalmology 3rd Edition.

7. Schlote T, Rohrbach J, Grueb M, Mielke J, eds. Pocket Atlas of

Ophthalmology. New York: Thieme; 2006. p. 26-9.

Page 19: Resus Hordeolum

8. Bustos DE. Chalazion on Medline Plus. [online]. 2010. [cited 2010 August

11].[hal/screens].Availablefrom: at:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/

ency/ article/001006.htm

9. Nessette MJ. Hordeolum and Stye in Emergency Medicine. [online]. 2012.

[cited2012April4].[hal/screens].Availablefrom:http://emedicine.medscape.

com/ article/798940

10. Wessels IF. Chalazion. [online]. 2011. [cited: 2011 March 25].

[hal/screens].Availblefrom:http://emedicine.medscape.com/

article/1212709

11. Manfredi T. Hordeolum Treatment. [online]. 2011. [cited 2011 April 4].

[hal/screens].Availablefrom:http://www.healthguidance.org/entry/15643/1

/ Hordeolum-Treatment.html