97
RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI INDONESIA (Studi Kasus: Era kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh TOTO TOHARI 105032101049 JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI

DI INDONESIA

(Studi Kasus: Era kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh

TOTO TOHARI

105032101049

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 2: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI

DI II\DONESIA(Studi Kasus: Era Kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlah)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushulddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelal Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh:

Toto TohariNIM.105032101049

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMAFAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA20tt/1432

Page 3: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

LEMBAR PENGESAIIAN

Skipsi berjudul : Respons l\{uhammadiyah rerhadap Kristenisasi diIndonesia studi Kasus: Era Kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan telah

diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin UiN Syarif Hidayatullah

Jakarta pada 23 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Teologi (s.T'h.l) pada program Studi perbandingan

Agarna.

Jakart4 23 Juni 201I

Panitia Ujian Munaqasyah

Maulana- M.AqNIP. 19610312 198903 I 002

Anggota,

Pengu.|i.{l

NIP. 19651 129 199403 I 002

Page 4: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Dengan ini saya :

Nama : Toto Tohari

NIM : 105032101049

Fak/Jur : Ushuluddin/Perbandingan Agama

Jusul Skripsi : “Respons Muhammadiyah Terhadap Kristenisasi

di Indonesia Studi Kasus Era Kepemimpinan

K.H. Ahmad Dahlan”

Dosen pembimbing : Drs. M. Nuh Hasan, MA

Menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 23 Juni 2011

Toto Tohari

Page 5: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

MOTTO

Waktu adalah kunci

Kunci kebahagiaan, kunci kegembiraan, kunci kemenangan, kunci kesuksesan.

Bagi orang yang menghargainya

Waktu adalah kunci

Kunci menangis, kunci menyesal, kunci kegagalan, kunci bersedih, kunci marah.

Bagi orang yang melihatnya sebelah mata.

Waktu adalah kunci

Setiap orang sama diberi waktu

Sukses atau gagalnya orang ditentukan oleh pengolahan waktu

Jangan tangisi waktu

ia tak pernah berputar kembali

Karena waktu adalah kunci

Hargai waktu dalam hidupmu

(sang waktu)

Page 6: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

i

ABSTRAK

Didirikannya Muhammadiyah 1912 adalah sebuah jawaban atas keadaan

sosial-keagamaan yang terjadi pada masyarakat saat itu, kondisi yang memprihatinkan

pada saat itu telah terjadi penjajahan yang dilakukan oleh kolonial telah menyebabkan

rakyat Indonesia semakin menderita, diperparah lagi dengan banyaknya umat Islam

yang mengamalkan ritual dan berbagai tradisi (kejawen) yang pada dasarnya tidak

sesuai dengan tuntunan agama yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis, sehingga ini

perbuatan syirik, bid’ah, khurafat. Hal inilah yang telah menyebabkan rakyat

Indonesia mudah di jajah dan jauh dari tuntunan ajaran Islam yang sebenarnya.

Di samping kondisi bangsa Indonesia berada di bawah telapak kaki penjajah

kolonial Belanda yang bertujuan untuk mengekploitasi kekayaan alam Nusantara

secara paksa, yang dibarengi dengan kegiatan misi Kristenisasi kepada pribumi

dengan berbagai cara Dilakukan oleh para zending untuk mengkonversiakn Islam

menjadi umat Kristiani, ini adalah momok yang menakutkan dan meresahkan

dikalangan umat Islam, sebab melakukan konversi secara masif dan terlembaga,

meskipun pemerintah Belanda menyatakan netral terhadap agama, akan tetapi itu

hanya isapan jempol belaka.

Berangkat dari keadaan seperti ini K.H. Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk

melakukan pembaharuan dalam segala bidang, baik dengan mendirikan lembaga

pendidikan, pengajian, dan yang lainnya, dengan tujuan untuk merespon adanya

Kristenisasi terhadap rakyat Indonesia yang dilakukan oleh kolonial dan

penyimpangan terhadap ajaran Islam. adapun ciri khas dari K.H. Ahmad Dahlan tidak

mengedepankan konfrontasi. Akan tetapi melalui persaingan pembangun infastruktur

tersebut.

Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana Respons Muhammadiyah Terhadap

Kritenisasi di Indonesia pada era kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan. dengan

menggunakan metode penelitian kajian pustaka. Proses analisis dilakukan dengan

menelaah seluruh data pustaka dari berbagai sumber bacaan, yang kemudian data

tersebut di analisis dan dipelajari secara cermat dan dideskripsikan. Selanjutnya

diberikan gambaran, penafsiran dan uraian. Dengan demikian kita bisa melihat usaha-

usaha yang diperjuangkan oleh K.H Ahmad Dahlan dalam menyadarkan umat Islam

Indonesia yang masih dikuasi dan dijajah oleh Kolonial. Dengan harapan umat Islam

Indonesia bangkit dari keterbelakangan akibat penjajahan yang dilakukan oleh

kolonial sehingga merdeka dan dapat mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan Al-

Qur’an dan hadis.

Page 7: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

v

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الر حمن الر حيم

Puji syukur terhatur kepada dzat yang maha ghafur, atas karunia dan rahmat, hidayah dan

inayah-Nya, penulis masih diberi kesempatan untuk menghirup udara segar dan menata masa

depan dengan cerah dan penuh semangat membara. Atas kekuasaan-Nya diri ini masih bisa

melewati samudera kehidupan yang penuh dengan gelombang penderitaan dan kebahagiaa dalam

mengarungi lautan kehidupan. Atas bimbingan-Nya, terpatri rasa sadar bahwa hidup ini adalah

lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan perahu keimanan. Atas

pertolongan-Nya jua skripsi ini dapat terselesaikan.

Salawat dan salam semoga tetap tercurah kepada haribaan nabi agung Muhammad SAW,

sebagai suri tauladan sepanjang masa, semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di padang

mahsyar nanti dan termasuk ke dalam barisan hamba-hamba yang diberi inayah untuk

melanjutkan risalahnya.

Penulis sadar betul dengan sepenuh hati bahwa skripsi ini hanyalah goresan tinta kecil

yang jauh nilainya dari ukuran dengan orang-orang besar, namun dalam kapasitas penulis yang

dhai’f dan di rantai dengan berbagai keterbatasan, skripsi ini rasanya sebuah capaian sejarah

yang monumental yang menjadikan penulis merasa besar, atau minimal ada sebuah kebanggaan

hati dalam penulis untuk membidik capaian-capain selanjutnya untuk mewujudkan mimpi agung

seperti orang-orang besar.

Penulis jua sadar dengan sepenuh hati bahwa diri ini berhutang banyak kepada pihak

yang telah direpotkan oleh penulis, baik memberikan dukungan moril dan materinya, motivasi,

Page 8: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

v

bimbingan dan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini. Jauh dari itu, skripsi ini ibarat segelas air

dingin dalam musim kemarau yang penulis tempuh dalam menjalani kerasnya kehidupan

Sembah bhakti, penulis haturkan kapada ayah (Enco Dasa) dan ibu (Uke Rukesih),

mohon maaf jika anakmu ini belum dapat membalas budi seperti yang telah engkau berikan

kepada diri ini. Terimakasih kepada ayah yang dengan keterbatasanmu diri ini bisa

membuktikan dan mewujudkan impian, sehingga kini anakmu ini lebih mengerti tentang

kedewasaan dan memahami kerasnya gelombang batu kehidupan. Terimakasih kepada ibu, kasih

sayang ibu yang tak pernah kering, telah membuat anakmu ini mampu bertahan di bawah

tajamnya jurang kehidupan. Terimakasih juga untuk kakak-ku ( Dadi dan kakak iparku teh Titin)

atas nasihatnya dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Terimakasih kepada

adik-ku (Riswan), raih mimpimu agar engkau menjadi orang yang menaikan drajat keluarga kita.

Amin.

Tak lupa, penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih tak terhingga kepada orang-

orang yang telah menanam benih-benih jasa dalam diri penulis antara lain:

1. Prof. Dr. H. Zainun Kamaluddin Fakih, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin.

2. Drs. M. Nuh Hasan, MA., selaku Ketua Program Studi Perbandingan Agama sekaligus

dosen pembimbing skripsi, penulis ucapkan terima kasih banyak atas bimbingannya, dan

Drs. Maulana, M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan Perbandingan Agama.

3. Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si dan Prof. Dr. Masri Mansoer, MA atas kesediaannya

menjadi Penguji Sidang Skripsi penulis.

4. Keluarga Besar Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta segenap

dosen, karyawan dan seluruh staf yang telah banyak memberikan ilmu dan membantu

Page 9: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

v

memberikan fasilitas bagi penulis dalam rentang waktu selama studi “di kampus

pembaharu” tercinta ini.

5. Ucapan terima kasih kepada wa Ewong, wa Witi dan wa Kidil, ma Acim dan teh Mimin;

deden, Imas, Samsul, ma Dewo dan teh mimi; Anggi, ma Anyim. Ma Engku-wa Elek, wa

Yudi, ma Darsih, ceu Embat, ma Casdi, wa Emi, ma Enda dan ceu Teri, wa Eumi A Nana,

Atas doa dan suppotnya

6. Keluarga Besar Pondok Pesantren Riadul Muta’alimin desa Geresik, Kec Ciawigebang,

Kab Kuningan, Pimpinan K.H. Ono Tarsono (A Ono) dan isrtinya teh Teti serta anak-

anaknya, penulis haturkan Terimakasih atas doa dan bimbingannya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi.

7. Keluarga besar ibu Minah dan bapak Mimid; A Eman dan istrinya Mba Ani beserta anak-

anaknya ( a Inan, a Rega dan dede Fahri), A Dede dan istrinya , A Engkus dan teh Eneng,

A lesmana ( om les) dan teh Yati, A Heri dan teh Yayah serta anaknya neng Nabil.

terimakasih atas doa dan bantuanya, penulis hanya bisa mendoakan semoga menjadi

keluarga yang sakinah, mawadah dan penuh dengan rahmat-rahmat Allah SWT.

8. Ucapan terimakasih kepada abah Solihin (alm) dan ema Emi (pengusaha kerupuk di

Bekasi), atas doa dan bantuannya, penulis sering silaturahmi kerumah dan diberi uang

jajan, ibu guru Eli terimakasih aras sharingnya,

9. Terimakasih kepada teman-taman seperjuangan kelas Perbandingan Agama angkatan 2005;

Robi, Wahyu, Samsul, Wasil, Zamroni, Masriah, Kiki, Lian, Ihya, Fikri, Iis, Rahmat,

Guntur, Deliar, Titis, Lukman, thanks for sharing dan diskusinya selama kita studi. Serta

kepada kakak kelas Perbandingan Agama, bang: Gugah, Paoji, Gigin,Yasir, Kodir dan

Page 10: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

v

yang lainnya, juga tak lupa kepada adik kelas PA, belajarlah dengan tekun dan gali potensi

diri agar menjadi orang yang mempunyai daya saing.

10. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Ciputat: terimakasih

IMM, engkau adalah Universitas kehidupan kedua bagiku. Karenamulah, diri ini telah

berubah dari apa yang tidak aku bayangkan. Diri ini ditempa, dididik. Diuji. Perkenankan

jua, penulis ucapkan thanks to. Kang ade sang inspirator (when you merrid?), Masto, kang

Ma’ruf, bang Alfin (DPD IMM), kang Edi, kang Meidi, kang Cecep, kang Fadli, kang

Baharudin Azis, teh Orin. Pimpinan Cabang 2008-2009, masa amanah-ku; Indra. K

(Ketum), Tarsih, Ayu, Rijal, Ningsih, Siti Aisyah, Ipin, Hasbi. Pimpinan Cabang.2009-

2010 Imawan Iqbal dan jajarannya, Pimpinan Cabang 2010-2011 Imawan Fahmi dan

jajarannya, dan adik-adik-ku yang di ASTRA dan ASTRI.

11. Adik-adiku atau lebih simple teman-teman-ku, Imawan/wati; Beni Azhari, Zuhri, Adik

Saiful Safikri, Hak, Dedi, Apip, Riswan Fais, Fikri, Syifa, Epin, Rita, Ita, Ina, Nina, Dini,

Fatwa, Uun.

12. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2008: Punggawa Tiga Serangkai (aku, Jajang,

Amir, semoga persahabatan kita tetap terjalin sampai akhir tua, semoga kita bisa S2

bersama), Zakiyah, Nunung, Nining, Enok, Imas, Sri, Erna, Mila, Mustain, Wahyu, Roby,

Samsul, YOU ALL IS THE BEST MY FRIEND.

13. Teman-teman Ikatan Pemuda, Pelajar, dam Mahasiswa Kuningan (IPPMK); kang Udin,

kang Andi, Afif, Tendi, Raja, kum teu di wiji-wiji.

Akhirnya dengan keterbatasan ini, penulis ucapkan terima kasih banyak kepada pihak-

pihak yang telah membantu dan memberi semangat selama penulis menimba ilmu di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 11: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah ....................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 9

D. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 10

E. Kerangka Teori ......................................................................... 11

F. Metode Pembahasan ................................................................. 12

G. Sistematika Penulisan .............................................................. 13

BAB II. KONSEPSI MISI DAN PERKEMBANGAN KRISTENISASI

DI INDONESIA

A. Konsepsi Kristenisasi ............................................................... 16

B. Bentuk-bentuk Kristenisasi ...................................................... 23

C. Kristenisasi di Indonesia .......................................................... 26

BAB III MUHAMMADIYAH ERA AHMAD DAHLAN

A. Sejarah Berdirinya Muhammadiyah ........................................ 47

B. Perkembangan Muhammadiyah Era Ahmad Dahlan ............... 56

C. Metode dan Bentuk Gerakan Dakwah Muhammadiyah

Era Kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan ............................... 60

BAB IV SIKAP DAN RESPONS MUHAMMADIYAH ERA AHMAD

DAHLAN TERHADAP KRISTENISASI

A. Pandangan Muhammadiyah terhadap kristensiasi ...................64

B. Respons Muhammadiyah Terhadap Kristenisasi .....................68

Page 12: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

vii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 79

B. Saran-Saran .............................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………82

Page 13: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara majemuk, didalamnya terdiri dari keaneka

ragaman seperti suku, bahasa, etnis, agama, budaya dan yang lainnya, atau

meminjam bahasanya Alwi Shihab “Kesatuaan dalam Keanekaragaman” (Bhineka

Tunggal Ika). Di satu sisi, ini adalah modal yang sangat kuat untuk membangun

bangsa yang lebih kokoh dan mandiri. Akan tetapi di sisi lain, ini bisa menjadi

ancaman bagi keutuhan bangsa, bila tidak terakomodir semuanya sebagai contoh

konflik yang ditimbulkan oleh SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan)

ini adalah salah satu bentuk ancaman bagi keutuhan NKRI. Selain itu sifat yang

dicerminkan oleh bangsa ini yaitu sangat terbuka kepada gagasan yang datang dari

luar, sehingga dalam sejarah panjang Indonesia telah membuktikan bahwa bangsa

ini bisa menyambut baik pengaruh pelbagai peradaban asing termasuk di

dalamnya agama dan kebudayaan asing.

Indonesia telah di jajah oleh kolonial kurang lebih 350 (tiga ratus lima

puluh) tahun dengan berbagai bentuk eksploitasi, salah satunya adalah konversi

umat Islam menjadi Kristiani, sebab bangsa ini mayoritas penduduknya beragama

Islam. Sudah barang tentu ini menjadi agenda para misionaris untuk melakukan

Kristenisasi dengan menggunakan kemasan dipelbagai kegiatan. Seorang Nasrani

Eropa dan sekaligus pendeta, Samuel Zwemmer, berkata: “Tujuan utama dari

Page 14: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

2

kerja misionaris Kristen bukan hanya untuk membawa orang-orang Islam menjadi

Kristen, tetapi mencabut mereka keluar dari Islam”.1

Dalam doktin ajaran Kristen dikenal adanya perintah untuk melakukan

penginjilan (Evangelisasi) yaitu ketika Kristus berpesan kepada muridnya

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka

dalam nama Bapak dan Anak dan Roh Kudus”,2 dan ajarlah mereka melakukan

segala yang telah kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, aku menyertai kamu

senantiasa sampai kepada akhir zaman. (Matius 28:16-20)

Begitulah para penginjil berpegang teguh pada ayat tersebut, walaupun

nyawa sebagai taruhannya, dengan tujuan untuk menyebar luaskan amanat agung

kepada pribumi Nusantara ini.

Kecurigaan kalangan muslim itu semakin mendalam ketika mereka

menyaksikan layanan kemanusiaan yang menjonol dalam kegiatan misionaris,

seperti bantuan pendidikan, kesehatan/keuangan untuk memasyarakatkan ajaran

Kristen, sehingga hal ini mereka pandang sebagai suatu bentuk yang sama dengan

upaya Kristenisasi.

Dalam membicarakan awal Kristenisasi, menurut Y. Bakker menganggap

permulaan pengembangan agama Kristen di Indonesia terjadi pada pertengahan

abad VII dengan berdirinya Episkopal Syria di Sumatera3

1 Alwi Shihab, Islam Inklusif, Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, (Bandung,

Mizan, 1997, cet ke-1), hal. 9 2 Injil Matius 28:19, hal 19

3 Episkopal dengan arti bahwa Gereja-gereja (ke Gerejaan) diperintahi oleh uskup-uskup;

dari atas ke bawah secara rinci, dan para pemimpinnya ditunjuk, bukan dipilih oleh jemaat selaku

wakil-wakilnya. Baca Abujamin Roham, Ensiklopedia Lintas Agama, (Jakarta: Emerald, 2009),

hal. 173

Page 15: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

3

Sejarah panjang kegiatan misi Kristenisasi di Indonesia, berawal dari

kedatangan bangsa Portugis yang ditandai dengan kedatangan Colombus. bangsa

Portugis yang menemukan rute ke Asia lewat Afrika Selatan menandai era baru

kegiatan misi Kristenisasi dikepulauan Indonesia.4 Pada tahun 1511, Portugis

berhasil mendaratkan kapalnya di Malaka dan pada akhir tahun yang sama

berhasil mencapai Maluku. Kemudian agama Kristen memasuki daerah tersebut,

dengan mengikuti jalur perjalanan Portugis, maka salib-pun ditanamkan

dimanapun kapal Portugis mendarat.

Bersamaan dengan proses Islamisasi terhadap kebudayaan lokal Indonesia,

bangsa Belanda mendarat di Banten, Jawa Barat, pada 1596, dan langsung

bergabung dengan bangsa Portugis, Inggris, dan Spanyol dalam memburu

keuntungan di wilayah tropis yang amat kaya akan rempah-rempah ini. Namun

dalam pergulatan merebut pengaruh antara ketiga bangsa itu (Portugis, Inggris,

dan Spanyol), yang mendominasi kepulauan Nusantara yaitu bangsa Belanda,

Maka pada abad ke 18, tentara-tentara Belanda berhasil melumpuhkan kerajaan

Islam Mataram.

Dengan bangkitnya kekuatan Belanda, kegiatan Misi Kristenisasi beralih

ke VOC dan mulailah berkembang Kristen Protestan di wiliyah ini. Mereka

mengambil alih Pastor dan jemaah Kristen di bawah pengaruh mereka, sehingga

secara umum mereka benar-benar berhasil dalam usaha untuk menyebarkan ajaran

Kristen di Indonesia.5

4 Komaruddin Hidayat, (Ed) Passing Over, Melintasi Batas Agama, (Jakarta: Gramedia

dan Paramadina, 1998), hal. 11 5 Bahkan menurut Almanak Pemerintah untuk Hindia-Belanda hanya ada 17 Pendeta, 27

Misionaris dan satu Pastur tapi jumlah ini meningkat pada tahun 1900, menjadi berturut-turut 27

Page 16: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

4

Ada tiga bentuk hegemoni,6 yang digencarkan oleh kolonial penjajah

yakni glory, gospel, gold, untuk itu mereka juga memberikan pelayanan

pendidikan dan sosial, serta kolonial Belanda merekrut orang-orang Indonesia

untuk memperoleh pendidikan Barat. Westernisasi bersamaan dengan kegiatan

Misi Kristenisasi yang dilakukan di Indonesia.

Menurut Alwi Shihab, pada umumnya Islam memandang Kristen sebagai

Ahlul Kitab yang harus dihormati tetapi sepanjang perjalanan sejarah, hubungan

yang telah menjadi sumber kebaikan bagi keduanya ini telah menjadi sumber

berbagai kesalahpahaman, ketidakpercayaan dan konflik.7 Pandangan Alwi

Shihab di atas senada dengan Th. Sumartana, St. Sunardi dan Farid Warjidi, yang

mengatakan:

“Salah satu sebab pertentangan antara kedua agama besar ini (Islam-

Kristen) menyangkut hal penyebaran agama (dakwah, zending, Misi). Agama

pada masa itu menampilkan dirinya sebagai potensi disintegratif yang cukup

menonjol disamping bidang-bidang lainnya, seperti idiologi, politik, dan

kesukuan.8

Dalam kegiatan Misi Kristenisasi membutuhkan modal dan para ahli, baik

di bidang agama maupun di bidang teknis riset, dana dari luar negeri tentu saja

menjadi faktor pendukung yang singnifikan, misalnya dari International Christian

Pendeta, 33 Misionaris ,49 Pastur, bisa dilihat di karyanya. Alwi Shihab, Islam Inklusif, Menuju

Sikap Terbuka dalam Beragama, (Bandung, Mizan, 1997, cet ke-1), hal. 11 6 Istilah „Hegemoni‟ dipeloporikan oleh Antonio Gramsci, sosiolog aliran Marxis.

Hegemoni dalam terminologi Gramsci adalah penguasaan terhadap kelas-kalas dibawahnya

dengan cara fersuasif, sebagai lawan dari domonasi (penguasaan dengan tekanan otoritarian dan

kekerasan). Hegemoni juga berarti penguasaan atas pihak lain dengan jalan consensus, dimana

pihak yang dikuasai menyetujui ide, gagasan, dan cara pandang pihak yang menguasainya. Lebih

lanjut baca: Roger Simon, Gagasan-gagasan politik Gramsci, (Jakarta, INSIST bekerja sama

dengan Pustaka Pelajar, 2001, cet. III), hal, 19. 7 Th. Sumartana, “Pengantar; Menuju Dialog antar Iman, dalam Dialog, Kritik dan

Identitas Agama, (Yogyakarta: Dian/Interfidei, 1999), hal. X 8 Th. Sumartana, “Pengantar; Menuju Dialog antar Iman, dalam Dialog, Kritik dan

Identitas Agama, (Yogyakarta: dian/Interfidei, 1999), hal. 9

Page 17: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

5

Aid, dan dari Word Council of Churches yang menjadi donator terbesar dalam

kegiatan misi Kristenisasi.

Berbeda dengan penyebaran Islam di Timur Tengah yang dalam

penyebarannya disertai dengan pendudukan wilayah oleh militer Muslim. Namun

kedatangan Islam ke Indonesia dilakukan secara damai.9

Untuk itu sebagai counter atas adanya Misi Kristenisasi di Indonesia, umat

Islam dalam hal ini gerakan ormas Islam Muhammadiyah telah menampilkan diri

dalam kehidupan keagamaan di Indonesia, karena Muhammadiyah sepanjang

sejarahnya telah membuktikan bahwa ia bukanlah sekedar gerakan pendidikan

atau sosial-keagamaan, melainkan juga gerakan yang sangat aktif mendorong

kebangkitan kembali masyarakat muslim di Indonesia, selain sumbangannya yang

mengesankan dalam bidang sosial, politik dan pendidikan, sayap perempuan

Muhammadiayah, dalam hal ini Aisyiyah, mungkin dapat disebut sebagai gerakan

kaum perempuan yang paling dinamis di dunia muslim Indonesia.

Keresahan umat Islam dicerminkan dengan adanya gerakan-gerakan

pribumi pada awal di Hindia-Belanda yang bercorak kultural dari pada politis.

Adapun pergerakannya bervariasi, sebagian bersifat keagamaan dan sebagian

yang lainnya bersifat sekuler. Salah satu pergerakan yang bersifat pendidikan dan

kultural yang ditampilkan oleh kaum muslim santri ialah gerakan

Muhammadiyah, yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Jawa Tengah pada

1912.

9 Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, Sejarah Wacana dan Kekuasaan,

(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999), hal 8.

Page 18: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

6

Pada intinya Muhammadiyah memainkan empat peran penting yang saling

berkaitan10

: pertama, sebagai gerakan pembaharuan; kedua, sebagai agen

perubahan sosial; ketiga, sebagai kekuatan politik; dan keempat, yang paling

menonjol, sebagai pembendung paling aktif misi-misi Kristenisasi di Indonesia.

Muhammadiyah secara terbuka berupaya menanggulangi pasang naik kegiatan

Misionaris Kristen dalam berbagai cara. Tujuan ini diusahakan dicapai kadang-

kadang dengan cara langsung, tetapi yang lebih sering dengan cara tidak langsung,

yakni dengan menyediakan dan meningkatkan fasilitas-fasilitas pendidikan dan

kesehatan Islam. Cara tidak langsung ini dimaksudkan untuk menandingi fasilitas

sejenis yang sudah dengan mapan dikembangkan oleh lembaga Misionaris

Kristen.

Berangkat dari pemikiran tersebut, penulis mengajukan sebuah judul

skripsi “Respons Muhammadiyah terhadap Misi kristenisasi di Indonesia Era

Kepemimpinan K.H Ahmad Dahlan”. Maka berkenaan dengan itu dapat penulis

tegaskan beberapa alasan memilih pokok masalah tersebut:

Pertama, masih sangat sedikit tulisan yang berkenaan dengan “Aktivitas

Misi Kristenisas,” mungkin hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama adalah

ketidaksediaan untuk membahas permasalahan yang dapat memunculkan

pertentangan tersembunyi antara umat Islam khususnya Muhammadiyah dan

Kristen di Indonesia kepermukaan. Alasan Kedua adalah kehati-hatian yang

berlebihan, berusaha untuk tidak mengusik kepekaan pemerintah terhadap

permasalahan yang berhubungan dengan SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar

10

Alwi Shihab, Membendung Arus: Respons Gerakan Muhammadiyah Terhadap

Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1998, cet ke 1), hal. 3

Page 19: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

7

Golongan), oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan Misi

Kristenisasi ini, sebagai sumbangsi pemikiran dan upaya memecahkan kebekuan

penulis tentang kegiatan Misi Kristenisasi.

Kedua, tulisan ini tidak untuk mendiskreditkan umat Kristen sebagai

kelompok minoritas, namun lebih merupakan pengungkapan fakta terhadap

adanya aktivitas Misi.Kristenisasi pada masa Kolonial penjajahan di Indonesia.

Ketiga, sesuai dengan tema, penulis ingin mengungkap lebih jauh

mengenai bentuk Respons yang diberikan umat Islam khususnya Muhammadiyah

terhadap adanya kegiatan Misi Kristenisasi pada masa Kolonial penjajahan dan

mengungkap lebh jauh keterlibatan organisasi massa Muhammadiyah sebagai

bentuk dari lembaga formal umat Islam dalam merespon adanya Misi Kristenisasi.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Masuknya agama Kristen sering dianggap semata-mata hasil kerja

penginjilan yang dihembuskan oleh kedatangan penjajah di Indonesia sehingga ini

menjadi momok yang meresahkan bagi pribumi khususnya umat Islam. Agama

adalah persoalan inti dalam kasus ini. Perpindahan agama yang dilakukan oleh

seseorang merupakan manifestasi keinginan untuk melakukan perubahan secara

radikal karena kepercayaan telah tertancap dalam di jantungnya dan berakar di

hatinya. Ketika beralih agama berarti mencampakan agama masa lalu seseorang,

akan tetapi akan menjadi masalah jika melakukan itu kepada ribuan orang yang

sudah memiliki agama (Islam) yang dianut seperti di Nusantara pada masa

Kolonial penjajah yang digarap oleh para Minionaris Kristen. Menginngat dalam

Page 20: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

8

doktin ajaran Kristen dikenal adanya perintah untuk melakukan penginjilan

(Evangelisasi).

Berangkat dari permasalahan di atas tadi, hemat penulis, penelitian ini

sangat layak untuk diteliti dan dikembangkan, maka agar permasalahan ini tidak

meluas, penulis akan merumuskan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa sebenarnya konsepsi misi dan perkembangan Kristenisasi Era

Kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan?

2. Apa yang melatarbelakangi K.H. Ahmad Dahlan mendirikan

Muhammadiyah?

3. Apa saja yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan dalam menghambat

Kristenisasi?

4. Apakah usaha K.H. Ahamd Dahlan berhasil dalam menghambat

Kristenisasi?, jika berhasil tolak ukurnya dimana?

5. Bagaimana Respons Muhammadiyah terhadap kristenisasi di Indonesia

pada Era Kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan?

Secara keseluruhan Kristenisasi telah menjadi keresahan bagi umat Islam,

mengingat di negara ini mayoritas penduduknya beragama Islam. Gerakan-

gerakan Misi Kristenisasi dari awal kedatangnya yang dibawa oleh para penjajah

hingga sampai sekarang dengan bentuk kemasan atau penampilan yang selalu

berbeda-beda, ini telah menjadi momok yang meresahkan umat Islam sehingga

harus di respons.

Dalam kajian skripsi ini sesungguhnya memerlukan uraian panjang dan

luas, maka titik fokus (center of interest) dari penelitian ini adalah pada konsep

Page 21: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

9

(cara) Misi Kristenisasi yang nantinya dapat dilihat dari awal kedatangannya

sampai sekarang selalu berubah-rubah dan bagaimana Respons Muhammadiyah

pada era kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan terhadap Kristenisasi. Di pilihnya

ormas Islam Muhammadiyah bukan berarti menafikan peran organisasi lain dalam

merespons adanya kegiatan misi Kristenisasi, namun penulis melihat berdasarkan

fakta dan data yang ada, ormas Islam Muhammadiyah inilah yang secara nyata

melakukan kegiatan-kegiatan sebagai reaksi terhadap adanya kegiatan

Kristenisasi, maka untuk meresponsnya dibangunlah tempat pendidikan dan

rumah sakit, serta panti asuhan diberbagai pelosok daerah-daerah untuk

mengimbangi banyaknya para misi Kristenisasi yang disebar lembaga gereja,

sehingga seperti inilah yang dilakukan Muhammadiayah untuk melakukan

penetrasi terhadap misi Kristenisasi.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah ingin menjelaskan mengenai

Respons Muhammadiyah Terhadap Misi Kristenisasi pada era kepemimpinan

K.H. Ahmad Dahlan. Adapun manfaat dari penelitiaan ini antara lain:

1. Dapat dipakai sebagai salah satu bahan referensi yang menyangkut

Misi Kristenisasi pada masa penjajahan di Indonesia

2. Sebagai stimulant awal untuk penelitian lebih lanjut dalam rangka

menelusuri gerakan Misi Kristenisasi di Indonesia

3. Sebagai counter atas adanya kegiatan Kristenisasi di Indonesia yang

dilakukan oleh Muhamadiyah era kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan

Page 22: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

10

D. Tinjauan Pustaka

Sepanjang penelusuran penulis, sudah ada skripsi yang membahas

mengenai “Respons Umat Islam Terhadap kristen di Indonesia (1945 s/d 1990)”

oleh Ida Humaida11

, mahasiswi Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam, Fakultas

Adab IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2000. penelitian skripsinya

berkonsentrasi pada sejarah berkembangnya misi Kristenisasi di Indonesia dari

tahun 1945 s/d 1990, skripsi ini hanya membahas tentang sejarah misi di Indonesi.

Untuk itu sebagai counter atas adanya Kristenisasi di Indonesia, dua Ormas Islam

yaitu Muhammadiyah dan Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) dengan

berbagai gerakannya adalah untuk dakwah Islam dan mengimbangi Misi Kristen

di Indonesia.

Disamping itu dalam Disertasinya Dr Alwi Shihab mengenai “Gerakan

Muhammadiyah” tahun1998 yang dijadikan buku dengan judul “Membendung

Arus: Respons Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia”12

yang diterbitkan tahun sama, dijelaskan dalam buku itu mengenai Indonesia dalam

tinjauan historis, masuk dan berkembangnya agama Kristen di Jawa, atas itulah

salah satu lahirnya Muhamadiyah adalah salah satunya sebagai penetrasi

kebudayaan lokal dari Kolonial Belanda sehingga Muhammadiyah membendung

misi-misi Kristen.

Sebagai pendukung, penulis mengambil literatur dari karangannya C.

Guillot dengan judul buku “Kiai Sadrach Riwayat Kristenisasi di Jawa” buku

11

Lihat dalam Skripsi, Ida Humaida. “Respon Umat Islam terhadap Misi Kristen 1945

s/d 1990).” Skripsi S1 Fakultas Adab, IAIN syarif Hidayatullah Jakarta, 2000 12

Lihat Disertasi Alwi Shihab “Gerakan Muhammadiyah” yang dijadikan buku

“Membendung Arus; Respons Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia

,(Bandung; Mizan 1998)

Page 23: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

11

tersebut mengupas tentang berdirinya agama Kristen di Jawa berikut gerakan

Misionarisnya yang dilakukan oleh gereja Protestan dan Katolik, untuk

menyebarkan Kristenisasi maka dilakukan oleh orang Eropa non gereja dan orang

pribumi diantaranya: Mr Ende, nyonya Philips, Sadrach dan yang lainnya. Pokok

dalam buku ini adalah menceritakan riwayat hidup Sadrach dan pergerakannya

dalam penyebaran Misi Kristenisasi di jawa. Diantara pendukung buku lainnya

adalah buku “Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia” yang dikarang

oleh pendeta. Dr. Jan S. Aritonang. Buku ini memaparkan tentang perjumpaan

Islam dan Kristen pada masa penjajahan Portugis, Belanda VOC, Jepang, serta

perjumpaan Islam dan Kristen pada masa Orde Lama, pada masa Orde Baru, dan

perjumpaan Islam pada masa Era Reformasi. Selain itu masih banyak buku

lainnya yang berkaitan tentang Misi Kristenisasi di Indonesia yang dijadikan

sebagai referensi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Maka dari studi review

terhaduhu di atas, penulis ingin mengungkapkan Kristenisasi pada era

kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan sebagai counter oleh ormas Islam

Muhammadiyah terhadap Kristenisasi, serta buku-buku lainnya yang menyangkut

Muhammadiyah dan agama Kristen di Indonesia.

E. Kerangka Teori

Menjelang didirikannya Muhammadiyah, Islam-Indonesia tengah

mengalami krisis karena keterbelakangan pemeluknya akibat sistem pendidikan

yang statis. Kegiatan Misi Kristen maupun organisasi yang tidak berbasis Islam

nampaknya menempati posisi terdepan karena disebabkan oleh kuatnya pengaruh

lobi Kristen Pemerintah Kolonial yang bertujuan untuk mengebiri peranan Islam

Page 24: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

12

Indonesia. Oleh karena itu Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiayah adalah

perkembangan logis dalam menghadapi kegiatan Kristenisasi yang diberi

dukungan dan kekuatan oleh para penguasa Kolonial Belanda13

. Sebagai counter

atas Misi kristenisasi Ahmad Dahlan mendirikan lembaga pendidikan yang

menggabungkan sistem pesantren dan umum.

Berangkat dari Firman Allah “dan barang siapa mencari agama selain

Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima dari-Nya dan di akhirat kelak ia akan

termasuk orang yang merugi”.14

Menurut Murtdha Muthahhari jika seseorang

mengatakan bahwa makna Islam secara harfiah adalah ketundukan kepada Allah

maka konsekuensinya wajib ketundukan kepada Allah dengan menerima perintah-

perintahnya. Selain itu dalam pandangan Murtdha Muthahhari hanya ada satu

agama yang benar pada tiap zaman, dan semua manusia wajib beriman

kepadanya. Sehingga tiap-tiap nabi menguatkan keabsahan nabi-nabi terdahulu,

maka konsekuensinya keimanan kepada semua nabi adalah ketundukan agama-

agama sebelumnya kepada nabi yang teraktual15

. Dalam hal ini Islam yang di

bawakan oleh nabi Muhammad.

F. Metode Pembahasan

Dalam upaya memudahkan penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan

pendekatan kajian pustaka, analisis historis mengenai respons Muhammadiyah

terhadap kristenisasi di Indonesia pada era kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan,

maka dilakukan dua tahapan metode pembahasan sebagai berikut: Pertama,

13

Mahasri Shobahiya DKK, Studi Kemuhammadiyahan, Surakarta: Lembaga

Pengembangan Ilmu-ilmu Dasar (LPID) UMS, 2008 Cet ke 3, hal 43 14

Al-Qur‟an Surat Ali’Imran Ayat 85 15

Murtdha Muthahhari, Memastikan Bunda Teresa Masuk Neraka?, Dopok; Pustaka

Iman, 2006 hal 26-27

Page 25: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

13

heuristic atau penelusuran data, beberapa data yang penulis jadikan rujukan

adalah data primer seperti berkaitan dengan sejarah misi Kristen masuk ke

Indonesia, baik dari buku-buku, jurnal, majalah, surat kabar, dan tulisan-tulisan

yang membahas penetrasi misi kristenisasi di Indonesia pada era kepemimpinan

K.H. Ahmad Dahlan. Kedua; Kajian Analisa, penulis mencoba melakukan kritik

terhadap data yang ada dengan mencoba membandingkan satu informasi dengan

informasi lainnya, sehingga di dapat data yang penulis anggap paling akurat untuk

dijadikan rujukan dalam skripsi ini. Teknik dan penulisan skripsi ini mengacu

pada pedoman penulisan skripsi, tesis, disertasi yang di susun oleh tim UIN Syarif

Hidayatulah Jakarta atau mengikuti buku pedoman Akademik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Guna mendukung pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan

pembahasan dengan menganalisa bagaimana Respons dan reaksi umat Islam

khususnya Muhammadiyah terhadap kegiatan Misi Kristenisasi di Indonesia pada

era kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan.

Sejumlah pertanyaan di atas kiranya bisa difahami sebagai upaya penulis

untuk membuat suatu rumusan skripsi guna memudahkan kajian yang mengarah

pada bentuk respons Muhammadiayah terhadap Kristenisasi di Indonesia era

kepemimpinan K.H Ahmad Dahlan .

G. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini secara sistematis terbagi atas lima pembahasan,

dimulai dari Bab I dan disusul Bab berikutnya,

Page 26: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

14

Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah,

perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan

sistematika penulisan. Pada Bab ini juga akan dipaparkan mengenai penelitian ini

penting untuk dilakukan. Kecuali itu, cakupan masalah yang dibahas juga dibatasi

sedemikian rupa agar tidak melebar pada hal-hal yang di luar pembahasan.

Kerangka teoritis dimaksudkan sebagai mata baca dan alat analisa penulis dalam

menilai suatu permasalahan. Dalam Bab ini juga disajikan tinjauan pustaka atau

review studi terdahulu yang pernah membahas persoalan serupa. Dengan

demikian, kiranya memjadi jelas apa signifikansi penelitian yang penulis lakukan

dan dari mana posisi penulis diantara para penulis terdahulu.

Bab II Memaparkan konsepsi Kristenisasi yang di dalamnya memuat arti

Kristenisasi, dalil teologis Kristenisasi, misi kristenisasi, disusul dengan bentuk-

bentuk Kristenisasi, serta penulis akan menjelaskan juga sejarah kristenisasi di

Indonesia.

Bab III Memuat bahasan tentang sejarah berdirinya Muhammadiyah. Pada

bagian ini juga akan dibahas perkembangan Muhammadiyah era K.H. Ahmad

Dahlan. Sebagai akhir Bab III penulis juga akan memaparkan metode dan bentuk

gerakan dakwah Muhammadiyah

Bab IV Menguraikan tentang Kristenisasi dalam pandangan

Muhammadiyah, selanjutnya Respons Muhammadiayah Terhadap Kristenisasi

pada era kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan,

Bab V Merupakan penutup, hasil analisa dari penelitian ini akan dijelaskan

secara singkat dan disimpulkan dalam Bab V. Bab ini menjawab beberapa

Page 27: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

15

perumusan yang dirumuskan dalam Bab I. Kecuali, beberapa catatan dan saran

penting dari hasil penelitian ini juga akan ditambahkan dalam Bab ini.

Page 28: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

BAB II

KONSEPSI MISI DAN PERKEMBANGAN KRISTENISASI

DI INDONESIA

A. Konsepsi Kristenisasi

Menjelang pertengahan abad ke-VII Indonesia jatuh ke kaki penguasa

kolonial, melalui penjajahan terhadap pribumi yang diikuti dengan penyebaran

kegiatan Misi Kristenisasi. Ini telah membuktikan bahwa pemerintah kolonial

tidak hanya mencari keuntungan terhadap wilayah yang dijajahnya, akan tetapi

mereka juga memberi dukungan terhadap para misionaris untuk menyebarkan

agama Kristen di Indonesia.

1. Arti Kristensiasi

Sebelum membicarakan tentang Kristeisasi, penulis akan menjelaskan

terlebih dahulu mengenai arti Misi, karena Misi dan Kristenisasi adalah bagaikan

dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan karena keduanya saling berkaitan.

Tidak pernah ditemukan dalam perjanjian baru mengenai istilah Misi,

akan tetapi didalamnya terdapat kurang lebih sembilan puluh lima ungkapan

Yunani yang berkaitan dengan Misi.1 Salah satu ungkapan Yunani bernuansa Misi

adalah “apostello” yang artinya “mengutus”, sedangkan kata Misi itu sendiri

berasal dari bahasa latin “mitto” yang memiliki arti “mengutus”.2 Secara umum

kata Misi bisa merujuk pada pengutusan seseorang dengan tujuan khusus,

misalnya Misi kesenian, Misi budaya, dan yang lainnya. Namuan Misi dalam

1 David J.Bosch, Transformasi Misi Kristen. Sejarah Teologi Misi yang Mengubah dan

berubah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), cet ke-1, hal. 23 2 Daniel Maedjadja, Prinsip-prinsip Dasar Kepemimpinan Kristen, (Yogyakarta: Yayasan

ANDI, 1995), hal. 41-42

16

Page 29: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

17

konteks Kekristenan, Misi dipahami dalam arti pengutusan gereja universal ke

dalam dunia untuk menjangkau orang-orang kepada Kristus, sebagai Tuhan dan

Juru Selamat, khususnya melalui sekelompok pekerja yang disebut Misionaris

Ada beberapa hal yang perlu ditekankan dari definisi Misi di atas, hemat

penulis terbagi dalam empat pengertian, yaitu:

Pertama, Pengutusan ke Dunia, artinya Orang Kristen diutus untuk pergi ke dunia

(Yoh. 17), membawa orang yang belum bertobat ke dalam ibadah gereja. Oleh

karena itu orang Kristen harus proaktif dalam Misi, bukan menunggu

kesempatan;.Kedua, Gereja Universal, artinya Misi bukanlah pekerjaan sebuah

gereja lokal. Misi adalah pekerjaan Allah, karena itu seluruh orang yang percaya

disegala tempat harus terlibat. Sehingga fungsi gereja lokal harus memperhatikan

dan mendukung pekerjaan Misi di belahan dunia yang lain, karena pekerjaan

tersebut adalah milik semua gereja; Ketiga, Untuk Menjangkau Orang-orang

kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, .artinya Misi tidak selalu identik

dengan pertumbuhan gereja (lokal). Tujuan utama Misi bukanlah menambah

jumlah keanggotaan suatu gereja lokal saja, melainkan pelebaran kerajaan Allah.

Misipun tidak identik dengan mengajarkan agama Kristen, Yesus sebagai guru

etika, penyembuh maupun pemberi berkat; keempat. Khususnya Misionaris,

artinya Kekhususan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa ada banyak daerah

yang belum memiliki orang Kristen di sana, sehingga sekelompok orang Kristen

perlu diutus secara khusus untuk memberitakan Injil di sana. Kekhususan ini tidak

membatalkan peran serta gereja lokal. Gereja lokal harus tetap mendukung para

Misionaris dalam banyak cara sambil tetap melakukan tugasnya sendiri.

Page 30: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

18

Berkaitan dengan Misi, sebagaimana yang diungkapkan oleh David J.

Bosch, ia memberikan iliustrasi menarik bahwa yang dimaksud dengan Misi

ialah: (a) penyebaran Iman (b) perluasan pemerintahan Allah, dan (c) pendirian

jemaat-jemaat baru.3 Selain itu kata Misi ternyata sering juga diparafrasekan

dengan istilah lain Zending dan Evangelisasi, istilah zending lebih merupakan

kosa kata bahasa Belanda, yang berarti pengutus Injil (Misi yang dibawakan oleh

Kristen Protestan), sementara Evangelisasi Penginjilan (Misi yang dibawakan

oleh gereja Katolik)..

Dari sekian banyak definisi Misi, ada dua definisi yang sering dipakai,

yaitu definisi dari Advancing Church Mission Commitment (ACMC). Definisi ini

dibuat dan disepakati oleh kira-kira 170 orang Pimpinan gereja dan Badan-badan

Misi4

Pertama, Misi adalah: Setiap usaha yang ditujukan dengan sasaran untuk

menjangkau melampaui kebutuhan gereja dengan tujuan untuk melaksanakan

Amanat Agung dengan menyatakan Kabar Baik dari Yesus Kristus, menjadikan

murid, dan dikaitkan dengan kebutuhan yang utuh dari manusia, baik jasmani

maupun rohani; Kedua, Mengenai gereja Misioner yang aktif dan sehat,

digambarkan sebagai: Gereja yang mengambil sikap agresif dalam penginjilan

sedunia, dimana setiap anggota jemaat melihat dirinya sebagai komponen kunci

3 David J.Bosch, Transformasi Misi Kristen. Sejarah Teologi Misi yang Mengubah dan

Berubah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), cet ke-1, hal. 24 4 Novi Yuniarti, Sekilas Tentang Misi, artikel diakses pada 30 Maret 2011 dari

http://www.misi.sabda.org.9/9.

Page 31: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

19

dalam menggenapi Amanat Agung dan memobilisasi sumber-sumber dayanya

semaksimal mungkin untuk tugas ini"

Sedangkan menurut Uskup Stephen Neil, Misi adalah setiap usaha sengaja

untuk melintasi atau menerobos rintangan-rintangan dari gereja kepada non gereja

demi memproklamirkan Injil dalam kata dan karya. Jadi, yang dikategorikan

sebagai Misi adalah pekerjaan yang memikirkan kebutuhan akan Injil di luar

tembok gereja atau non gereja..

Kristenisasi ialah Pengkristenan (orang-orang) atau gerakan untuk

mengkristenkan umat manusia.5 Kristenisasi dalam pengertian yang lain ialah

upaya meng “Kristen” kan semua manuasia, baik anak keturunan Bani Israil yang

sesat, maupun manusia lainnya yang berada dimuka bumi ini. Adapun kata atau

istilah “Kristenisasi” sama dengan istilah Evangelisasi dan zending yang memiliki

perbedaannya hanya terletak pada bahasa, bahwa kata Evangelisasi dan zending

adalah bahasa indah, ramah, dan halus yang dibawa oleh misionaris Katolik,.

sedangkan kata zending selalu dipakai oleh orang Kristen Protestan dalam

menyebarkan Misinya. Akan tetapi kata Kristenisasi lebih mendesak dalam

pengertian lebih bersifat kepada melakukan segala cara (melalui: pemanfaatan

kemiskinan, kebodohan umat, pengangguran, dan yang lainnya) dengan

melakukan apa saja untuk menjadikan seseorang atau bangsa di luar Israil agar

menjadi pengikut Jesus yang Kristus ini sesuai dengan Matius 28:19 dan Yahya

10:16 “Ada lagi padaKu domba yang lain, yang bukan masuk kandang domba ini;

maka sekalian itu juga wajib aku bawa”

5 Sutan Rajasa, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya, Karya Utama. 2002). hal. 335

Page 32: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

20

Para evangelis dan zending dalam menyampaikan ajaran Kristen, mereka

memakai sumbernya dari segenap kitab Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama, atau

mereka bisa dikatakan Kristolog artinya jika pengertian tentang ke Kristenan atau

berita yang menyangkut tentang Yesus Kristus, berdasarkan Alkitab yang

disampaikan lewat ucapan, tulisan, atau yang lainya adalah murni.

2. Dalil Teologis Kristenisasi

Dalam bab satu telah penulis ulas mengenai doktin ajaran Kristen dikenal

adanya perintah untuk melakukan penginjilan (Evangelisasi) yaitu ketika Kristus

berpesan kepada muridnya untuk “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa

muridku dan baptislah mereka dalam nama Bapak dan Anak dan Roh Kudus”,6

dan ajarlah mereka melakukan segala yang telah kuperintahkan kepadamu. Dan

ketahuilah, aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. (Matius

28:16-20)

Begitulah para penginjil dengan gigih teguh pada ayat di atas tersebut

meskipun harus ditebus dengan nyawa mereka dengan harapan mendapatkan

kehidupan baru di surga, mengingat ini adalah sebuah sebuah “Amanat Agung”

untuk menjadikan segala bangsa sebagai murid Yesus dan membaptis mereka atas

nama Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Roh Kudus.

Selain itu untuk memperkuat tentang dogma dalam Kristen yang

menyangkut Kristenisasi ialah Matius 28:19 dan Yahya 10:16 “Ada lagi padaKu

Domba yang lain, yang bukan masuk kandang domba ini; maka sekalian itu juga

6 Injil Matius 28:19, hal 19

Page 33: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

21

wajib aku bawa. Artinya Yesus ingin menjadikan seseorang atau bangsa di luar

Israil dan seluruh umat manusia agar menjadi pengikut Jesus yang Kristus.

Adapun Doktrin agama Kristen yang lainnya terkait dengan Kristenisasi

adalah jauh sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW, dogma Kristen

menyatakan bahwa satu-satunya jalan keselamatan dunia dan akhirat hanya

ditawarkan oleh Yesus. "Siapa tidak besama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak

berkumpul bersama-Ku bercerai-berai" (Matius 12:30) yang kemudian

berkembang dengan slogan Extra Eccelesias Nulla Salus (di luar gereja tak ada

keselamatan).

Dari ketiga ayat di atas tersebut adalah doktrin agama dalam Kristen yang

dijadikan oleh para misionaris sebagai sumber untuk melaksanakan kristenisasi

karena ini adalah Amanat Agung.

3. Misi Kristenisasi

Ada beberapa tujuan dari kristenisasi yang ingin dicapai adalah sebagai

berikut:

1. Misi kriatenisasi Mencakup Pekabaran Injil dan Pelayanan Sosial.

Ada beberapa pandangan umum tentang Misi kristenisasi, salah satunya

menurut A. Scott Moreau, “Mission and Missions” dalam Evangelical Dictionary

of World Missions. Pandangan Tradisional melihat Misi kristenisasi identik (dan

terbatas pada) penginjilan saja, namun menurut pandangan Modern (kalangan

liberal) Misi Kristenisasi mencakup penginjilan dan memberikan pelayanan sosial,

namun bagi mereka penginjilan tidak lebih penting dari pada pelayanan sosial.

Adapun Perubahan paradigma dikalangan Injil tentang pengertian Misi

Page 34: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

22

Kristenisasi dipelopori oleh John Stott. Ia berpendapat bahwa Misi Kristenisasi

Al-Kitabiah mencakup penginjilan dan pelayanan, akan tetapi penginjilan tetap

menjadi inti Misi kristenisasi, seperti murid-murid Yesus diutus untuk melakukan

Misi Kristenisasi sama seperti yang telah dilakukan Yesus, sedangkan dalam

pelayanan Yesus, Ia tidak hanya memberitakan Injil tetapi juga memperhatikan

masalah sosial.

2. Misi Kristenisasi Berujung pada Pemuridan.

Mayoritas orang memahami inti amanat agung (Mat 28:19-21) adalah

terletak pada penginjilan (banda. kata “pergilah” yang diletakkan di awal kalimat)

dan langkah selanjutnya adalah pemuridan, baptisan dan pengajaran.

Bagaimanapun, menurut struktur kalimat Yunani di ayat 19-20, inti Amanat

Agung justru terletak pada pemuridan. Hal ini didasarkan pada mood imperatif

untuk kata kerja “jadikanlah murid” (muridkanlah) yang diikuti oleh tiga

participle (anak kalimat), yaitu “pergi”, “baptiskanlah” dan “ajarkanlah”.

Penggunaan kata “muridkanlah” di sini menempatkan penginjilan dalam konteks

mempelajari hukum (ajaran) Yesus.

3. Mis Kristenisasii Merupakan Tugas Seluruh Orang yang Percaya.

Kesalahpahaman lain tentang Amanat Agung yang kadangkala muncul

adalah konsep bahwa pekerjaan Misi Kristenisasi merupakan tugas khusus untuk

murid-murid Tuhan Yesus (kaum rohaniwan, dan bukan untuk jemaat awam).

Bahkan ada yang berpendapat bahwa penginjilan merupakan karunia khusus yang

tidak harus dilakukan oleh setiap orang yang percaya. Pandangan ini tentu saja

tidak sesuai dengan esensi Amanat Agung. Padahal Amanat agung ditujukan bagi

Page 35: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

23

“semua bangsa” dan disertai janji “sampai kesudahan jaman”. Dua hal ini tidak

mungkin hanya dimaksudkan untuk kaum rohaniawan sebagai murid Tuhan, akan

tetapi orang awampun yang percaya dipersilahkan untuk melakukan penyebaran

Misi.

dari yang telah dibahas di atas tadi, maka sebenarnya misi Kristenisasi

adalah ingin memproklamirkan kerajaan Allah, dengan harapan afar seluruh umat

manusia bisa masuk kedalam kerajaan Allah tersebut yang telah Mengutus Yesus

sebagai juru selamat bagi umat manusia.

B. Bentuk-bentuk Kristenisasi

Sebenarnya bentuk nyata dari adanya Kristenisasi adalah penjajahan, akan

tetapi untuk mempermudah prosesnya, maka hemat penulis dibagi kepada dua

katagori, yaitu:

1. Sistem Pendidikan Sekolah.

Sejak awal, penyebaran agama Kristen ke Indonesia melalui pendirian

sekolah-sekolah yang didukung oleh pamarintah Belanda. Proyek pendidikan

pemerintah Belanda dimulai sekitar pertengahan abad ke 19. Beberapa anak-anak

Indonesia dari kalangan menengah ke atas mendapat kesempatan untuk belajar di

sekolah untuk anak-anak Eropa yang sudah berdiri sejak 1816. Pemerintah

kolonial juga membuka sekolah guru untuk sekolah-sekolah Jawa dan sekolah

STOVIA untuk melayani kesehatan masyarakat pribumi. Karena meresa kurang

mencukupi, pada tahun 1879 pemerintah kolonial membuka Hofdenschoolen

Page 36: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

24

(sekolah para kepala) untuk mendidik anak-anak Bupati dalam bidang

administrasi. Proyek pendidikan ini terus berlanjut sampai dengan pembukaan

lembaga pendidikan dasar yang disebut dengan sekolah kelas satu dan sekolah

kelas dua.7

Pada periode politik etis, atau periode setelah 1900-an, telah terjadi

perubahan pada pendidikan kolonial, baik dalam bentuk re-organisasi sekolah

maupun pembukaan sekolah-sekolah baru. Pada tahun 1900, tiga Hofdenschoolen

yang teletak di Bandung, Magelang, dan Probolinggo di-re-organisasi menjadi

OSVIA (Opleidingschoolen Voor Inlandsche Ambtenaren), dengan tujuan supaya

nyata-nyata menjadi lembaga pendidikan yang mencetak pejabat pribumi yang

secara tidak langsung mendidik mereka agar tertarik pada Belanda. Dan memang

untuk pembelajarannya di OSVIA adalah lima tahun, dengan pengantar bahasa

Belanda. Tahap berikutnya sekolah kelas satu berubah menjadi HIS (Hollandsch

Inlandsch School) atau bisa disebut sekolah Belanda-Pribumi pada tahun 1914.8

Di samping itu pemerintah kolonial Belanda juga telah membuka sekolah-

sekolah, seperti sekolah untuk orang Eropa ELS (Europessch Lagere School),

sekolah tingkat menengah HBS (Hogere Burger School), MULO (Meer

Uitgebreid Lafere Onderwijs) untuk melayani pendidikan tingkat menengah dan

AMS (Algemene Middelbare School) untuk melayani pendidikan tingkat atas,

7 Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20; Pergumulan antara

Modernisasi dan Identitas, (Jakarta: LPJM UIN Jakarta press, 2009), hal. 86 8 Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20; Pergumulan antara

Modernisasi dan Identitas, , hal. 87

Page 37: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

25

sekolah- sekolah di atas tersebut adalah mengakomodasi banyak gagasan dan cita-

cita pada tahun 1900-an STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsch Arsten).

Sekolah-sekolah ini sebagai tujuan integral dari cencana pemerintah

Kolonial belanda yang bekerjasama dengan para misionaris untuk

“membelandakan” anak-anak pribumi yang kelas menengah keatas dengan

harapan kelak masuk pada agama Kristen.

2. Inkulturasi (penyesuaian agama terhadap budaya setempat).

Prinsip bahwa agama Kristen harus disampaikan kepada pribumi dalam

bentuk yang bisa diterima oleh kebudayaan dan pandangan dunia masyarakat

tersebut,9 dengan mempertahankan hal yang fundamen dalam ajaran Kristen,

sehingga bentuk Alkitab bisa di terjemahkan dalam bahasa pribumi tersebut

seperti, Indonesia, melayu, Jawa, Sunda, dll. Dengan tujuan agar bisa diterima dan

dipahami oleh masyarakat setempat. Selain itu siakp yang ditonjolkan oleh para

misionaris adalah sikap akamodatif terhadap tradisi Jawa dan adat-istiadat Islam,

seperti memakai blangkaon, berbicara bahasa Jawa, dan yang paling menarik

mereka pun mempertahankan upacara adat selametan, yang di dalamnya adalah

kumpul dan makan bersama, karena tradisi ini adalah kegiatan yang menjadi

kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari orang Jawa. Adapun bentuk Kristenisasi

yang lainnya adalah memanfaatkan tradisi yang menceritakan kisah-kisah dalam

Alkitab untuk menyampaikan pesan-pesannya melalui pementasan pewayangan

9 Alwi Shihab, Membendung Arus: Respons Gerakan Muhammadiyah Terhadap

Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1998, cet ke 1) hal 48

Page 38: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

26

yang seperti yang dilakukan oleh seorang Wali Songo (Sunan Kalijaga) dalam

menyebarkan agama Islam di Jawa.

Selain itu bentuk Kristenisasi yang lainya adalah, dibukanya lahan

pertanian sebagai membuka lapangan pekerjaan untuk pribumi, dengan secara

perlahan mereka pun akan medah dalam menyampaikan ajaran agama Kristennya,

dan yang tidak kalah penting lagi merekan membuka pengobatan secara cuma-

cuma dan gratis kepada masyarakat yang dibarengi dengan pembaptisan.

C. Kristenisasi di Indonesia

Seperti yang sudah diungkapkan pada Bab pendahuluan, berbicara tentang

awal Misi Kristenisasi masuk ke kepulauan Indonesia sebagaimana yang di

katakan oleh Y. Bakker mengatakan bahwa masuknya agama Kristen di Indonesia

sudah terjadi pada pertengahan abad ke VII dengan berdirinya gereja Episkopat10

Syiria di Sumatera.

a. Prakemerdekaan:

1. Misi Kristenisasi di bawah Kolonial Portugis

Negara Portugis terletak di semenanjung Iberia, ujung barat daya benua

Eropa, dikenal sebagai Negara yang mayoritas penduduknya beragama Kristen

Katolik. Dalam perjalanannya bangsa Portugis ini mengemban tiga Misi dalam

melakukan ekspansinya: berdagang, menaklukan wilayah, dan menyiarkan agama.

Ketiga hal tersebut sering diungkapkan dengan istilah Gospel, Gold, and Glory.

Maka setiap dalam ekspedisi bangsa Portugis selalu diikutkan sejumlah imam atau

10

Gereja-gereja yang Orang para pemimpinnya ditunjuk bukan dipilih oleh jemaat selaku

wakil-wakilnya. lebih lengkapnya baca: Abujamin Roham, Ensiklopedi Lintas Agama, (Jakarta: pt.

Intermasa bekerja sama EM.Emerald 2009), cet. I, hal. 173-174

Page 39: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

27

rohaniawan katolik yang bertugas untuk melayani dan merawat para pedagang

dan personilnya, bahkan untuk mengabarkan Injil kepada penduduk pribumi,

sehingga para imam atau rohaniawan ini merangkap sebagai Misionaris. Agama

Kristen tiba di wilayah yang kini disebut Indonesia, menurut para sarjana Kristen

yaitu sejak periode bapak-bapak Kristen awal.11

. Dalam pelayarannya era

Columbus, orang-orang bangsa Portugis menemukan rute perjalanan menuju ke

Asia lewat Afrika selatan yang selanjutnya ini adalah proses awal dalam kegiatan

Misionaris di wilayah kepulauan Nusantara ini. Maka usaha Misi Kristenisasi

berikutnya yang di gencarkan oleh orang-orang Portugis meraih kesuksesan

terutama di wilayah Maluku sebagai kepulauan yang kaya rempah-rempah, pada

abad ke XVI. Orang –orang Portugis berhasil mendaratkan perahunya di Maluku,

setelah itu melebarkan ekspansinya ke Goa, dan Malaka yang dijadikan sebagai

pusat kegiatan Misi Krisren.12

Pada tahun 1511, bangsa Portugis telah menguasai Malaka, dan pada saat

tahun yang sama juga mereka telah menguasai Maluku, dan memperluas di

wilayah-walayah sekitarnya disertai dengan penyebaran agama Katolik dengan

simbol Salib ditancapkan dimana saja orang-orang Kristen berlabuh. Sehingga

gereja yang pertama diberdiri di wilayah Maluku pada tahun 1522. Maka untuk

memperluas tidak lama kemudian didatangkanlah sejumlah Misionaris dari India

untuk mengajarkan Alkitab.

11

Dr. Kurt Koch, Menyatakan bahwa penginjil Thomas, yang bekerja di India, mungkin

saja berlayar ke wilayah Indonesai bersama para pedagang India 12

Syamsud Dhuha, Penyebaran dan Perkembangan Islam-Katolik-Protestan Di

Indonesia (Surabaya: Usaha Nasional, 1987), cet. ke-2, hal 56

Page 40: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

28

Dalam sejarah penyebaran agama Katolik di Indonesia, tercatat sebuah

nama yang dianggap sebagai Misionaris paling termashur dalam sejarah gereja,

sebagaimana yang dikatakan, H. Berkhof, mencatat salah satu diantara para

Misionaris awal ini adalah Fransisco Xaverius/Francis Xavier (1506-1552) yang

berasal dari Masyarakat Yesus (Society of Jesus), yang sejak kelahirannya

mendapat panggilan “Rasul untuk orang-orang Indonesia”, sehingga ia dianggap

paling mashur dan berhasil menjalankan Misinya di Maluku sampai Ternate.

Kesuksesan para Misionaris ini selalu dikaitkan dengan kestabilan

kekuasaan Kolonial Portugis, sehingga pada periode pertama berdirinya gereja

mengalami perkembangan besar dalam jumlah penganut agama Katolik.

Sebagaimana dalam tulisannya Fransisco Xaverius, “(jika) setiap tahunnya selusin

saja para pendeta datng ke sini dari Eropa, maka gerakan Islam tidak akan

bertahan lama dan semua penduduk ke pulauan Indonesia akan menjadi pengikut

agama Kristen”.13

Dalam catatannya disebutkan sebagainama Fransisco Xaverius mengajar

untuk anak-anak dan dewasa dua jam setiap hari, ia berusaha mengenalkan Injil

dan ajaran-ajaran Katolik. Bahkan ia dengan kerja keras merumuskan pokok-

pokok iman Kristen, di samping itu dengan ide-ide yang cemerlang ia

menterjemahkan injil ke dalam bahasa Melayu dengan harapan agar penduduk asli

bisa memahami Injil, bahkan ia juga menyusun syair-syair yang berkenaan dengan

dua belas pasal iman.

13 Alwi Shihab, Pendahuluan Membendung Arus: Respons Gerakan Muhammadiyah

Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1998, cet ke 1) hal 31

Page 41: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

29

Keberhasilan usaha-usaha yang dirintis oleh Fransisco Xaverius banyak

diikuti dan ditiru serta kemudian diteruskan oleh para pastur-pastur yang lainnya

dibeberapa daerah. Diantaranya ada beberapa nama-nama seperti Seperto Antonio

De Taveiro pada tahun 1551 di daerah Flores, selain itu ada juga Peter Vicente

Viegas yang mengenalkan Injil dan ajaran-ajaran Katolik di Makasar, Fransiska

Dominika dan Diego Magelhaes, ia adalah seorang pastur yang ikut dalam

penyebaran Injil di Menado.14

Sebenarnya bila kita amati, Portugis memperkenalkan agama Katolik

dengan cara kekerasan yang berlandaskan jiwa pemberontakan dan permusuhan

tradisional terhadap Islam.15

Bagi mereka semua orang Islam adalah musuh yang

harus diperangi. Mereka sengaja datang keberbagai pelosok daerah antara lain

untuk memerangi Islam dan menggantikannya dengan agama Kristen. Maka

beberapa organisasi Zending maupun organisasi Misi berlomba-lomba yang

mendapat dukungan dana pemerintah Kolonial untuk beroperasi di tanah jajahan.

Namun seiring dengan berjalannya waktu kekuasaan bangsa Portugis

secara perlahan-lahan melemah di wilayah ini, ditandai dengan terjadinya

penurunan keanggotaan gereja secara drastis. Bahkan orang-orang Portugis diusir

dari Maluku oleh VOC. Ada pun pertempuran antara orang-orang Belanda

melawan orang-orang Inggris, Spanyol dan Portugis mengakibatkan jatuhnya

koloni-koloni Portugis di tangan Belanda di wilayah Nusantara ini.

14

Syamsud Dhuha, Penyebaran dan Perkembangan Islam-Katolik-Protestan di Indonesia

(Surabaya: Usaha Nasional, 1987), cet. ke-2, hal 59 15

Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta: LP3ES, 1985), hal 16

Page 42: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

30

Diakhir periode ini, perlawanan antara Portugis, Ingris dan Belanda untuk

menguasai jalur perdagangan berakhir dengan kemenangan dipihak Belanda.16

Yang pada akhirnya Misionaris Belanda memaksa orang-orang Katolik yang

mereka temui untuk memeluk agama Kristen Protestan yang menandai runtuhnya

gereja katolik di Indonesia timur, dan mulailah babak baru zending Protestan di

Nusantara.

2. Misi kristenisasi di bawah Kolonial Belanda

Orang-orang Belanda datang ke Nusantara sebenarnya lebih dimotivasi

oleh hasrat untuk mendapatkan keuntungan dagang ketimbang semangat untuk

menyebarkan agamanya atau membagikan keyakinan imannya kepada pribumi.

Adapun Misi Kristenisasi pada masa Kolonial Belanda diawali dengan

didirikannya Vereenign de Oost Indische Compagnie (VOC) adalah perkumpulan

perdagangan Belanda yang didirikan pada tahun 1602 dan dibubarkan pada tahun

1799. di bawah VOC, agama Kristen didominasi oleh gereja Reformasi, sehingga

VOC menyatakan bahwa agama Kristen apapun tidak boleh dipraktikan di

wilayah ini kecuali geraja Reformasi Belanda. Maka mereka mengambil alih

kongregasi-kongregasi katolik Portugis dan menunjuk pastor-pastor untuk

memimpin gereja. Di sini Belanda benar-benar ingin menghancurkan apa saja

yang sebelumnya dibangun oleh orang-orang Katolik. Penyebaran Kristen

Protestan senantiasa mengikuti gerak VOC. Oleh sebab itu VOC dengan kekuatan

politiknya mendukung pemeliharaan orang-orang Kristen dalam penyebaran Injil

di daerah-daerah yang dikuasainya.

16

Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta: LP3ES, 1985), hal 16

Page 43: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

31

Namun dalam kenyataannya perhatian yang tidak banyak dan sungguh-

sungguh yang diberikan oleh VOC kepada orang-orang Kristen untuk memperluas

wilayah dari gereja Katolik di Indonesia, yang terjadi malah sebaliknya mereka

memperkerjakan para pastor-pastor VOC dalam memimpin kebaktian di rumah

para pedagang Eropa, orang-orang Belanda hanya lebih memedulikan keamanan,

keuntungan komersial yang diraih dari pada mengkonversikan orang-orang

pribumi.17

Yang sangat mengecewakan bagi orang-orang Kristen yaitu dalam hal

kebijakan VOC di Jawa selama kurang lebih Dua ratus tahun, hal ini bisa terlihat

dari kegiatan gereja Belanda ditempat atau berjalan sendirian dalam memberikan

pelayanan kepada orang-orang Kristen Eropa. Tidak ada niatan yang sungguh-

sungguh untuk mendekati dan menjalankan Misi Kristenisasi kepada orang-orang

Jawa agar mereka tertarik dan pindah agama. Bahkan usaha-usaha untuk

mendekati itu justru mereka hindari oleh VOC karena khawatir akan pengaruh

negatifenya terhadap keuntungan ekonomi mereka. Namun di sisi yang lain orang-

orang Kristen harus berterimakasih kepada VOC dalam hal penerbitan Perjanjian

Baru dalam bahasa Indonesia. Kemungkinan dorongan ini didasari pada prinsip

17

Dalam hal ini VOC dan para pemegang saham maunya mencari keuntungan terus.

mereka tidak berminat pada berdakwah, akan tetapi pada pencarian keuntungan berdagang, hal ini

tercermin dalam langkah-langkah tertentu yang ditempuh Jan Pieterszoom Coen, yang menjadi

Gubernur Jendral VOC pada tahun 1618. dia melaksanakan sistem “pengiriman dan penjatahan

secara paksa” dengan benar-benar mengeksploitasi pulau-pulau Nusantara dalam bidang pertanian

para penduduk kepulauan, lewat para pemimpin lokal mereka, dipaksa menyediakan produk tropis

tertentu dan dalam jumlah tertentu untuk memnuhi komuditas ekspor VOC. Untuk mendapatkan

keuntungan lebih besar, Jan Pieterszoom Coen juga menaruh perhatian kepada orang Cina dan

memberikan mereka peluang-peluang tertentu untuk berdagang. Coenlah orang pertama Belanda

dalam mendesakan masuknya orang-orang Cina ke Indonesia. Coen bahkan menyerukan

penculikan orang-orang Cina jika mereka tidak mau secara sukarela tinggal di Indonesia. Sejak

saat itu, orang-orang Cina merupakan “kelas menengah” yang memperantarai para penguasa

Kolonial dan rakyat Indonesia. Lihat Wilfred T. Neil, Twentieth Century Indonesia ( New York:

Columbia University Press, 1973), hal. 284-285

Page 44: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

32

pokok dalam melaksanakan penyebaran Misi Kristenisasi, agar secepat mungkin

orang-orang Kristen itu mempunyai Alkitab di tangan mereka dan dalam bahasa

mereka sendiri.

Pada era baru penyebaran agama Kristen Protestan terjadi di Maluku, yang

sebelumnya telah beragama Katolik. Akan tetapi sejak kedatangan penguasa baru

VOC, para pemeluk Katolik harus dipaksa menjadi Protestan. Orang Belanda

pertama yang ditugaskan di Maluku untuk sebagai „Penyebar Injil” ialah Stollen

Beeker, yang dalam perjalanannya kemudian mendirikan Majelis Gereja pada

tahun 1615. Majelis Gereja ini mempunyai tugas menyelenggarakan pemeliharaan

rohani di daerah Maluku dan sekitarnya‟

Selain di daerah Maluku yang menjadi basis penginjilan Protestan, maka

sasaran selanjutnya adalah Sulawesi Utara yang daerahnya sejak tahun 1563

penduduknya memeluk agama Katolik, dan lagi-lagi harus tunduk pada kompeni

Belanda (VOC), orang-orang katolik di sana dipaksa untuk menjadi Protestan,

bahkan yang lebih tragis pemuka-pemuka agama Katolik dibunuh dan setempat

diancam kecuali kalau tunduk pada perjanjian untuk beralih kepada Kristen

Protestan.

Belanda (VOC) pun melebarkan penginjilannya ke daerah Jawa, disinilah

menjadi lahan empuk dalam kegiatan Misi Kristenisasi, karena daerah Jawa

dianggap daerah yang paling mudah di Kristenkan. Hal ini didasari atas asumsi

bahwa sinkretisnya Islam di kawasan ini mempermudah penaklukannya. Bahkan

dalam catatannya, Alwi Shihab mengungkap, “ dari sekian banyak daerah yang

menjadi tujuan Kristenisasi, daerah jawalah yang paling sukses, tidak bisa

Page 45: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

33

ditandingi oleh keberhasilan kegiatan Misi Kristenisasi di wilayah Islam lain

manapun”18

Melihat dari keberhasialan tersebut, tidak terlepas dari usaha yang

dilakukan para Misionaris Protestan yang dengan gigih berupaya menyebarkan

Injil kepada para penduduk pribumi. Mereka mulai mewartakan pesan-pesan

Kristus, padahal jumlah mereka tidak seberapa, namun mampu memberikan

kontribusi yang luar biasa, dibalik kesuksesan kegiatan Misi Kristenisasi di daerah

Jawa, maka berkaitan dengan hal itu, berikut penulis cantumkan beberapa tokoh

yang dianggap memainkan peran dalam penyebaran Misi Kristenisasi di Jawa,

antara lain:

1. Johannes Emde (1811)

Ialah seorang pendeta dari Jerman yang saleh, berdomisi di Surabaya

pekerjaan sehari-harinya selain sebagai pendeta, ia juga sebagai pembuat jam,

yang dalam perjalanannya untuk melancarkan gerakan Misi Kristenisasi di Jawa,

ia pun mengawini perempuan Jawa sebagai jalinan kontak dengan dengan

penduduk pribumi atau lokal dalam rangka menyebarkan ajaran-ajaran agama

Kristen. maka ia terdorong untuk menterjemahkan beberapa Al-Kitab ke dalam

bahasa Jawa19

. Seirng perjalananya pada tahun 1845, Pastor Johannes Emde telah

berhasil membangun kongregasinya di Surabaya yang dikenal dengan nama

“Kesalehan Surabaya”, di bawah kepemimpinan Johannes Emde, dapat

mengembangkan sebuah kelompok pribumi Jawa yang menjadi pengikutnya.

18

Syamsud Dhuha, Penyebaran dan Perkembangan Islam-Katolik-Protestan di Indonesia

(Surabaya: Usaha Nasional, 1987), cet. ke-2, hal 76

19

Alwi Syihab, Membendung Arus Respon Gerakan Muhammadiyah Terhadap Misi

Kristen di Indonesia, (Bandung, 1998), hal 31.

Page 46: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

34

Emde berharap pengikut barunya yang berasal dari pribumi Jawa dapat menerima

cara hidup Barat, sehingga Emde mengajarkan sepenuhnya dengan corak barat

kapada 220 pribimi Jawa yang telah dibaptisnya.

2. Pastor Coenraad Laurens Coolen (1775-1873)20

Tokoh ini lahir dari seorang bapak berkewarganegaraan Rusia dan

berimigrasi ke Indonesia yang mengabdikan diri menjadi prajurit upahan tentara

VOC. Ibunya berasal dari Indonesia tepatnya seorang perempuan Jawa dari

keturunan bangsawan. Sedangkan bapaknya dari Rusia, dari sang ayah, Coolen

mewarisi nilai-nilai agama Kristen Barat, sedangkan dari ibunya, Coolen mewarisi

ruh mistik kebudayaan Jawa.

Keberhasilannya dalam menarik orang-orang pribumi untuk masuk agama

Kristen Protestan dikarnakan metode yang diterapkannya, yaitu “Metode

Pribumi”. Cara Colleen mendakwahkan bahwa untuk menjadi Kristen tidak perlu

menanggalkan/melepaskan watak dan kebudayaan Jawa mereka. Oleh sebab itu,

Coleen melarang pembaptisan. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk menarik

hati orang-orang pribumi agar masuk agama Kristen dengan berusaha menjadikan

orang-orang Jawa menjadi Kristen (menjawakan Kristen).

Sebagai usaha yang dilakukan Coleen, untuk menarik pribumi, Coleen

memanfaatkan tradisi Jawa, salah satunya Coleen memanfaatkan wayang sebagai

media untuk menceritakan kisah-kisah Alkitab dan menyampaikan pesan-pesan

agamanya. Melihat caranya, sepintas penulis teringat upaya yang dilakukan salah

20

Lihat Pdt. Dr. Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia

(Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2005), hal 87

Page 47: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

35

seorang wali dari Wali Songo, para sufi yang ikut menyebarkan agama Islam di

Jawa, tepatnya Sunan Kalijaga. Teknik dan strategi ini sama persis dengan yang

digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk menarik perhatian orang kepada Islam

beberapa abad sebelumnya yaitu dengan menggunakan metode wayang..

Kerja keras Coleen dan beberapa yang lainnya mengikuti metodenya,

dengan berprinsip bahwa agama Kristen harus tersampaikan kepada masyarakat

Jawa dalam model bentuk yang bisa diterima oleh kebudayaan dan pandangan

orang Jawa. Dengan mempertahankan ajaran-ajaran Kristen fundamentalnya, oleh

karena itu Alkitab diadaptasikan ke dalam kebudayaan local, dengan

diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa. Karena menurut Coleen pesan-pesan ajaran

Kristen pada dasarnya bersifat universal yang tidak terikat kepada kebudayaan

tertentu.

Konsekuensi logis terhadap penekanan kebudayaan Jawa, maka banyak

bermunculan para penginjil yang disebarkan oleh orang Jawa, di antaranya tokoh-

tokoh orang Jawa itu adalah Singotruno, Paulus Tosari, Matius Niep, dan yang

besar pengaruhnya terhadap penyebaran Misi Kristenisasi diantara mereka yaitu

Kiayi Sadrach (1835)21

, lahir di Kewedanaan Jepara yang menjadikan Purworejo,

Jawa Tengah, sebagai pusat keagamaan Kristen.

Kebanyakan para Misionaris yang lainnya tidak keberatan terhadap

Kristen Jawa, dalam hal ini kasus Sadrach. Namun segelintir Misionaris yang

memandang Sadrach sebagai pemimpin komunitas independen, sehingga ini

meresahkan segelintir para Misionaris salah satunya adalah Frans Lionb Cachet

21

C. Guillot, Kiai Sadrach Riwayat Kristenisasi di Jawa (Jakarta: PT. Grafiti Pers, 1985,

cet I) hal 55

Page 48: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

36

(1835-1899), ia seorang pendeta reformasi, yang sangat menentang gerakan

Sadrach, maka dengan tegas Frans Lionb Cachet mengecam doktrin dan praktik

Sadrach dngan kata-kata berikut ini:

“Misi harus memisahkan dari Sadrach si pembohong, yang

meracunibidang Misi kita sepenuhnya dan melahirkan sebuah agama Kristen Jawa

yang sama sekali tidak memberikan tempat bagi Kristus”

Untuk itu, Coleen dan para pengikutnya, terutama Sadrach, telah

mengantisipasi konsep yang telah berkembang dengan sebutan “Inkulturasi”

(inculturation).22

Sehingga dalam tahun-tahun terakhir ini, dalam dokumen resmi

gereja sering ditulis dan dibcarakan mengenai perlunya membangun dan

mengembangkan hubungan dinamis antara gereja dan kebudayaan-kebudayan

lokal yang beragam atau yang disebut “inkulturasi” yang menjadi kosa kata resmi

dalam agama Kristen. Konsep inkulturasi ini adalah hasil dari kerja keras yang

dibangun oleh Coleen dalam menjalankan Misi kristenisasinya.

Dari sinilah menimbulkan polemik ditubuh para Misionaris, seperti Pastor

Amt, berdiri pada ekstrem yang sangat bertolak belakang dengan posisi Coleen,

Amt lebih terdorong untuk menghadirkan agama Kristen dalam bentuk yang

“murni Eropa” ketimbang dari yang lainnya. Karena bagi Amt, walik

22

Banyak definisi yang diberikan untuk kata „inkulturasi” (Inculturation), tetapi kata itu

pada mulanya merujuk kepada pendidikan teologi di neraga-negara non Barat, namun belakangan

kata ini merujuk kepada konsep hubungan dengan kebudayaan-kebudayaan yang pesan-pesan

Kristeiani belum sampai kepadanya. Atau meminjam definisi Ary Roest Crollius. S.J. inkulturasi

adalah hubungan dinamis antara pesan-pesan Kristiani dengan kebudayaan-kebudayaan yang

dimasukan kehidupan Kristiani ke dalam kebudayaan dan proses interaksi, dan asimilasi yang

timbale-balik dan kritis.”. yang kemudian kata itu menjadi sebuah konsep yang banyak digunakan

dan diakui manfaatnya dalam bidang Misiologi. Atau inkulturasi juga bisa disederhanakan sebagai

penyesuaian kehidupan iman dengan kebudayaan penduduk setempat. Akibatnya keagamaan

diperkaya oleh nilai-nilai tradisi. Untuk lebih jelas lihat Abujamin Roham, Ensiklopedia Lintas

Agama, (Jakarta: Emerald, 2009) hal 333

Page 49: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

37

sesungguhnya pesan Kristus yaitu orang Kristen Barat, karena ini melihat dari

nasib agama Kristen secara historis sudah ada ditangan Eropa.

Yang pada akhirnya kedua model metode ini (inkulturasi dan Kristen

murni Eropa) saling bertentangan terhadap peran penting dalam memperkenalkan

agama Kristen kepada masyarakat Jawa. Masing-masing dari para pendukung

kedua metode ini membangun kongregasinya sendiri-sendiri, sehingga kedua

belah pihak sering cakar-cakaran, akan tetapi pada sisi yang lain mereka saling

mendukung.

3. J. Van Rhijn dan Pastor Jellesma dari Masyrakat Misionaris Belanda

(Netherlands Missionary Society) 1846

Untuk memperluas gerakan Misionarisnya, maka Jellesma oleh Masyrakat

Misionaris Belanda (Netherlands Missionary Society) ditunjuk sebagai

penanggung jawab aneka kerja Misionaris di Jawa. kehadiran Jellesma sebenarnya

untuk merekonsiliasikan kedua kelompok Kristen Jawa yang saling bertentangan.

Sehingga dia dapat mengkombinasikan sisi terbaik kedua belah pihak, secara

bijaksana. Sikap netral yang ditunjukan oleh Jellesma yang berdomisi di wilayah

baru temapt dia mengembangkan program latihan bagi para penginjil Jawa. Maka

dalam kata-kata kraemer Jellesma adalah “…seorang dengan bawaan apostolik

yang sepenuhnya mengabdikan diri kepada tujuan mengkonversi masyarakat

Jawa.” Dalam riwayatnya sebelum wafat, Jellesma telah berhasil membaptis

sekitas 2500 orang Jawa. Sehingga dalam perjalanannya Sadrach, seorang

penginjil Jawa yang sangat terkenal dan berpengaruh sempat bertemu dengan

Jellesma pada tahun 1855, yang juga dipengaruhi olehnya.

Page 50: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

38

Dalam beberapa tahun berikutnya para Misionaris profesioanal mulai

terlibat langsung dalam penyebaran ajaran-ajaran Injil di Jawa, untuk memperkuat

maka dibangunlah konsolidasi agama Kristen yang pada akhirnya menjadi kokoh

lagi, ini dicerminkan dalam kebijakan pembangunan desa-desa Kristen yang

digagas oleh Pieter Jans, ia adalah seorang Misionaris Mennonit. Dalam

pandangan Jans mengenai kehidupan masysrakat Jawa selalu terkait dengan desa

mereka, oleh karena itu kerja-kerja Misi Kristenisasi dilaksanakan dengan cara

membuka diri terhadap desa baru yang menjadi target agar para Misionaris yang

baru dapat menyebarkan agama Kristen.

Melalui desa-desa yang baru dibangun ini, komunitas Kristen Jawa

menjadi tulang punggung bagi gereja di Jawa. Sehingga bagi para Misionaris cara

ini lebih efektif untuk menarik perhatian para pemeluk Kristen baru di wilayah-

wilayah yang sangat kuat keislamannya. Namun dalam perjalanannya metode

pembukaan desa-desa baru tidak meraih kesuksesan seperti yang dicita-citakan

pada saat priode awalnya. Sebenarnya metode itu punya peranan penting dan

pengaruh yang sangat kuat dalam membumikan beberapa pusat Kristen

dikemudian hari sehingga bertebaran di wilayah Jawa.

Dalam catatan sejarah awal Misi Kristenisasi di Indonesia mengaitkan

beberapa tokoh penting dalam proses penyebaran agama Kristen. Dalam kasus

penyebaran ini, terbagi menjadi dua peristiwa penting diantaranya adalah

dilakukan oleh orang-orang yang awam dan yang kedua dilakukan oleh orang-

orang professional yang bergabung kepada beberapa organisasi Misi pada masa

itu..

Page 51: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

39

Berikut ini penulis akan membatasi beberapa tokoh yang ikut dalam

menyumbangkan penyebaran agama Kristen sebelum muncul gerakan organisasi

Islam Muhammadiayah.

1.1. Samuel Eliza harthoorn, tahun (1831-1883)

adalah seorang yang dianggap berpengaruh terhadap usaha Misi

Kristenisasi di pulau Jawa, tidak jauh berbeda dengan usaha yang dilakukan

sebelumnya. Eliza beranggapan bahwa dibutuhkan sikap yang akomodatif

terhadap tradisi Jawa dan adat-istiadat Islam

satu hal yang menjadi perhatian Eliza dan ini terus dipertahankannya

adalah ketika upacara adat selametan. Selametan adalah upacara praktik makan

bersama dengan dibarengi ritual yang sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan

sehari-hari orang Jawa, sehingga ini diresapi dengan nilai-nilai gereja. Untuk itu

selametan ini dapat ditemukan di Kristen jawa, serta yang paling mengesankan

adalah proses selamatan semuanya bercorak dikristenkan. Lebih dari itu, yang

menarik dari Kristen Jawa adalah setiap praktik yang dilakukan oleh para sufi

untuk mengingat Allah seperi dzikir, tahlil, dipraktikan oleh mereka dipakai

dengan cara agama Kristen juga.

1.2. Carel Poensen Tahun (1836-1919)

Setibanya di pulau Jawa sebagai Misionaris pada tahu 1860, Poensen

langsung bergabung serta bekerja pada Masyarakat Misionaris Belanda, dan ia

menetap di sana sampai 1890. uniknya dalam pandangan-pandangan Poensen

mengenai Islam, ia relatif moderat, bahkan ia menemukan aspek-aspek positif dari

Islam selama berada di Jawa. Menurutnya orang-orang Jawa tidak mudah

Page 52: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

40

terpengaruh hal-hal buruk dari luar, seperti candu, alkohol, dan judi sebagaimana

orang-orang Eropa dan China. Akan tetapi dalam pandangannya, Poensen

menyatakan bahwa Islam belum mampu untuk memenuhi kebutuhan paling

pokok jiwa manusia.23

Membangun sebuah komunitas Kristen di tengah-tengah mayoritas umat

Islam adalah suatu hal yang tidak mungkin, terkecuali ada upaya dan srtategis

baru dalam penerapan konversi terhadap umat Islam. Untuk itu Poensen

membentuk pusat-pusat Misi Kristenisasi dengan membuka ladang-ladang

pertanian baru di bawah manajemen orang-orang Kristen. Berangkat dari

membuka ladang-ladang pertanian, lalu masyarakat setempat diundang ke tempat

ladang pertanian dan dengan secara perlahan-lahan diperkenalkan dengan ajaran-

ajaran Kristen. Maka dengan demikian mereka masuk agama Kristen. Dan

mereka tidak merasa terasingkan dari masyarakat.

Dengan keahlian yang dikuasai Poensen baik itu bahasa dan kebudayaan

Jawa, maka ia dihormati sebagai seorang sarjana dan Misionaris dengan memiliki

pengetahuan mendalam tentang kebudayaan Jawa, yang bisa menjalin hubungan

erat dengan kelompok penduduk pribumi, yang pada hal-hal tertentu, ia kritis

terhadap Pemerintah Belanda dengan menyalurkan aspirasi penduduk pribumi

seprti mengkritik keras terhadap ekploitatif dan menindas yang dilakukan

Pemerintah Belanda

23

Alwi Shihab, Membendung Arus: Respons Gerakan Muhammadiyah Terhadap

Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1998, cet ke I) hal 53-54

Page 53: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

41

Selain itu keberhasilan yang telah dilakakukan oleh Misionaris Poensen

dalam merekrut orang-orang Kristen baru terhadap orang-orang Jawa dengan cara

lewat keuntungan materi, artinya Poensen menciptakan lapangan pekerjaan dan

memberikan kemakmuran untuk orang-orang Jawa sebagai alat penyempaian dan

menyebarluaskan agama Kristen, yang kemudian dikenal “kebijakan beras

Krisren” .

1.3. Lion Cachet Tahun (1835-1899)

Lion Cachet adalah seorang Misionaris yang tergabung dalam Misi

Reformasi (Reformed Mission) pada tahun 1855, dan ia juga sebagai seorang

pendeta Nieuwe Westerwerk di Belanda, kemudian ia berlayar ke Hindia-Belanda

pada 1891 dan menjadi seorang inspektur kerja Misionaris selama sepuluh tahun

berdomisi di Jawa. Ia mengkritik pemerintahan Belanda yang dalam kurun waktu

tiga setengah abad memerintah Jawa, tetapi tidak berhasil dalam menyebarkan

agama Kristen kepada pribumi Jawa.

Kritik Lion Cachet kepada Pemerintah Belanda adalah tentang rendahnya

standar sosial untuk para Misionaris serta buruknya penampilan fisik gereja yang

disebabkan oleh sederhananya para pejabat Misi Kristen, yang dinilainya kurang

mendapat kemakmuran dari Pemerintah Belanda. Serta ia menyesalkan prosedural

yang lambat dan berbelit-belit yang harus dilewati oleh para Misionaris dari

Belanda terhadap perolehan surat izin menjalankan Misi Kristenisasi.

Adapun langkah yang diterapkan oleh Lion Cachet terhadap Misi

kristenisasi yaitu menolak dengan tegas bentuk agama Kristen Jawa dan

mengecam praktik-praktik Sadrach sebagai seorang penginjil Jawa. Dalam sisi

Page 54: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

42

yang lain, Lion Cachet melihat Islam sebagai bentuk keras terhadap penolakan

penuh agama Kristen, sehingga dalam pandangannya Islam Jawa sebagai salah

satu hambatan dalam menjalankan proses Misi Kristenisasi di Nusantara.

Untuk itu Lion Cachet dan para pemimpin Misi di Belanda cemas, maka

sebagai reaksinya para pemimpim Misi itu melakukan upaya-upaya yang

komprehensif untuk meningkatkan standar sosial para Misionaris dan

memperbaiki kondisi bangunan gereja di Jawa. Lion Cachet telah memainkan

peranan yang sangat beras dalam perbaikan-perbaikan ini, sehingga ia dikukuhkan

sebagai salah satu figur penting dalam pertumbuhan dan konsilidasi agama

Kristen di Jawa.

1.4. Pendeta Baron Van Boetzelaer tahun (1873-1956)

Boetzelaer tergabung dalam Consul for Missions (Konsul Misi) berada di

Batavia, sebagai ibu kota Pemerintah Belanda di Hindia-Belanda. Berbagai usaha

dijalankan Boetzelaer untuk mengubah kebijakan Belanda dengan tujuan agar

menguntungkan agama Kristen, untuk itu dengan sekuat tenaga, ia bumbujuk dan

menekan Pemerintah Belanda dalam memberikan “dukungan pemerintah terhadap

gerakan Misi Kristenisasi” yang menjadi prioritas agenda pemerintah Belanda.

Pengaruh Boetzelaer kepada pemerintahan Belanda terhadap kerja

Misionaris, Misi kristenisasi di Jawa mendapat bantuan finansial

b. Masa Kemerdekaan Sampai Akhir Orde Lama.

1. Misi Pada Masa Kemerdekaan Sampai Akhir Orde Lama

Babak sejarah baru Indonesia sebagai Negara merdeka dimulai, tepatnya

pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno-Hatta didaulat untuk memproklamirkan

Page 55: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

43

kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Adalah suatu hal yang wajar kalau

seluruh rakyat Indonesia (tanpa kecuali), merayakan kemenangan besar ini, yang

diraih dengan penuh pengorbanan jiwa yang tanpa pamrih.

Ketika berbicara mengenai hubungan Islam-Kristen pada masa

kemerdekaan, maka akan dikaitkan kepada peristiwa Piagam Jakarta24

(Mukaddimah UUD) selalu menjadi rujukan, persoalan yang dianggap sebagai

ketegangan pertama dalam hubungan Islam-Kristen di Indonesia.25

Berawal ketika naskah”Pembukaan UUD” diajukan ke depan Panitia

Besar pembentukan UUD 1945, pertentangan tajam muncul menyangkut pasal-

pasal agama. Kalangan Kristen, dan beberapa tokoh nasionalis sekuler, menolak

dengan tegas hal yang kemudian dikenal sebagai “tujuh kata” dalam naskah

“pembukaan” itu. Pernyataan krusial dalam naskah “pembukaan” yang menunjuk

pada “tujuh kata” tersebut adalah (“….dengan kewajiban menjalankan syari‟at

Islam bagi pemeluk-pemeluknya”)26

Bagi kalangan Kristen, naskah yang dipersoalkan diatas, yang

mengandung bobot hukum yang besar dapat digunakan sebagai titik awal bagi

upaya pembentukan Negara Islam di Indonesia. Meskipun kelompok muslim

24

Piagam Jakarta semula hanyalah sebuah rancangnan Mukaddimah UUD Republik

Indonesia dan sekaligus sebagai pidato saat-saat Proklamasi Republik Indonesia dikumandangkan.

Piagam Jakarta tersebut dihasilkan oleh 9 orang tokoh perjuangan dalam suatu rapat PPKI dengan

anggota-anggotanya: Soekarno, Hatta, Soebardjo, Moh. Yamin, Wahid Hasjim, Agus Salim,

Kahar Mudzakkir, Abi-keosno Cokrosoejoso, dan AA Marasim. Disebut Piagam Jakarta atau

Djakarta Charter. Menurut Mr. Moh Yamin karena diputuskan di Djakarta tanggal 22 Juni 1945.

satu diantara lain isi Piagam Jakarta ialah memuat 7 kata yang menyatakan kewajiban bagi umat

Islam menaati syariat agamanya. Lebih lanjut baca buku Abujamin Roham, Ensiklopedia Lintas

Agama, (Jakarta: Emerald, 2009) hal 595 25

Alwi Shihab, Membendung Arus: Respons Gerakan Muhammadiyah Terhadap

Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1998, cet ke 1) hal 168 26

M. Natsir, Mencari Modus Vivendi Diantara umat Beragama di Indonesia. (Jakarta:

Media Dakwah, 1983), hal. 5

Page 56: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

44

berusaha mengklarifikasi maksudnya bahwa mereka tidak ingin mendirikan

Negara Islam kecuali lewat prosedural yang domokratis, kelompok Kristen

bersikeras menolak “tujuh kata” itu sepenuhnya. Selanjutnya mereka mengancam

jika hal itu tidak diterima, maka mereka akan membentuk sebuah negara

tersendiri. Pertentangan yang berlangsung sengit antara kedua umat beragama itu

tentu saja berperan penting dalam memperburuk situasi.27

Pada priode antara proklamasi RI pada 1945 dan 1950, perjuangan

melawan Belanda, yang memaksa masuk kembali dan menjajah Indonesia,

semakin meningkat, pada periode itu, di tengah konfrontasi fisik melawan

kembali masuknya musuh bersama, ketegangan antara kelompok muslim dan

kelompok Kristen yang sebelumnya akut, untuk sementara mereda. Bagi seluruh

rakyat Indonesia perjuangan melawan Belanda, adalah perjuangan demi negara

dan agama. Para Misionari pribumi walaupun besar atas didikan pemerintah

Kolonial Belanda, bersatu padu menggalang persatuan untuk melawan penjajah di

negeri ini. Yang muncul kemudian adalah sentimen atau kepentingan bersama

bahwa semangat untuk menjadikan Indonesia merdeka, bersih dari segala macam

bentuk penjajahan, harus diwujudkan. Sehingga ketika itu, kegiatan Misionari

Kristen yang gencar dilakukan oleh para zending Kolonial maupun Misionari

pribumi terhenti, dengan keinginan untuk menjadikan Indonesia merdeka

mengalahkan segalanya.

27

Endang Saifudin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 dan Sejarah Konsensus

Nasional antara Islam dan Nasional Sekuler tentang Dasar Negara RI 1945-1949, (Bandung:

pustaka Bandung 1981), hal. 10 dan lihat Abujamin Roham, Ensiklopedia Lintas Agama, (Jakarta:

Emerald, 2009) hal 595

Page 57: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

45

Namun, setelah kemerdekaan diraih, udara kebebasan sudah dihirup

kembali, usaha-usaha kegiatan Misi Kristenisasi terkuak lagi. Luka lama kembali

membuka hubungan meruncing antara Islam dan Kristen. Rupanya sikap kaum

penjajah Portugis dan Belanda, yang tidak akan senang melihat kaum muslim taat

melaksanakan perintah agamanya, sikap itu terwarisi dengan baik oleh orang-

orang Kristen pribumi.

Pada masa awal kemerdekaan, setelah pengakuan kedaulatan Indonesia

oleh Belanda pada tahun 1949. ketika bahaya bersama yaitu penjajah Belanda

sudah hilang, pertikaian kelompok muslim dan kristem muncul kembali.28

Bagi

umat Kristen, berkat republik baru, sebagian daerah Indonesia yang sebelumnya

merupakan wilayah yang terbatas bagi kalangan Misionari, kini terbuka lebar.29

Setelah kemerdekaan Indonesia, agama Kristen menikmati hak-hak

istimewa yang sama seperti Islam dan agama-agama lainnya. Dengan demikian

agama Kristen diberi tempat sederajat diantara agama-agama yang diakui di

negeri ini.

Usaha Misionari diperkuat dengan didirikannya Dewan Gereja Indonesia

(DGI) oleh umat Protestan pada 25 Mei 1950. tujuan mereka tidak lain ialah

membantu program gereja-gereja anggota, khususnya dalam hal persaksian dan

pelayanan di daerah-daerah.

28

Alwi Shihab, Membendung Arus: Respons Gerakan Muhammadiyah Terhadap

Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1998), cet ke 1 hal 173 29

Ketika kekuasaan masih ditangan Pemerintah Belanda, ada aturan mengenai pembagian

wilayah Misionari Protestan dan Katolik. Pulau Flores dan Sulawesi Selatan, misalnya hanya bisa

dimasuki Misionari Katolik, sedangkan daerah Batak hanya boleh dimasuki para Misionari

Protestan. Lebih lanjut baca, Alwi Shihab, Membendung Arus, hal 173

Page 58: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

46

Gereja-gereja anggota DGI tersebut, terdiri dari gereja-gereja Protestan

dan Pantekosta. Selain itu tercatat masih banyak gereja-gereja di Indonesia yang

berada di luar DGI, yaitu:

1. Gereja-gereja yang memiliki tingkat Nasional, seperti gereja Kristen

Protestan di Pematang Siantar, gereja Baptis di Semarang.

2. Gereja-gereja yang bertingkat provinsi, seperti gereja Kristen Batak di

Tarutung, gereja Protestan Minahasa di Menado dan lain-lain.

Perlu diketahui, selain dalam bentuk penyebaran doktrin agama, Misi

Kristen juga terlihat dalam bentuk pendirian beberapa lembaga keagamaan

berkedok sosial, seperti bantuan pendidikan, kesehatan, atau keuangan bagi

masyaratak non Kristen. Namun reaksi dari kaum muslim juga semakin tegas, di

sisi lain upaya Misi Kristen semakin meningkat, akan tetapi karena keadan politik

dalam negeri yang belum stabil pada masa ini, ditambah lagi boomingnya

peristiwa pemberontakan G30 S/PKI, membuat kegiatan Misionaris pada masa

ini, belum memetik hasilnya. Setelah munculnya era baru di bawah Presiden

Soeharto, dimana kondisi politik negeri ini cendrung menafikan umat Islam, baru

Misi Kristenisasi bisa dirasakan hasilnya.

Page 59: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

BAB III

MUHAMMADIYAH ERA K.H. AHMAD DAHLAN

A. Sejarah Berdirinya Muahammadiyah

Lahirnya suatu pemikiran baru atau gerakan baru tidak dapat dipisahkan

dari kondisi kehidupan sosial dan budaya yang melingkupinya. Boleh jadi,

munculnya pemikiran atau gerakan baru itu merupakan respons terhadap kondisi

yang ada. Atau sebaliknya, yaitu sebagai kekuatan yang ditujukan untuk

mendukung kemapanan itu sendiri agar menjadi lebih kukuh, yang jelas, salah

satu dari kedua motivasi tersebut selalu ada dalam setiap fenomena yang muncul.

Namun untuk proses kemunculan suatu fenomena tentu tidak begitu mudah,

karena banyak faktor yang saling berpengaruh. Dalam hal ini Yogyakarta adalah

salah satu kota perjuangan dan bersejarah, karena itu kota ini sering tampil dalam

sejarah pusat perjuangan. Di samping itu kota ini memegang peranan penting

dalam membangun nasional, ada beberapa peristiwa penting yang telah terjadi di

kota ini, seperti perjuangan dari pahlawan Sultan Agung Hanjokrokusimo (1591-

1645), Pangeran Diponogoro (1775-1855), keduanya adalah putera Yogyakarta,

bahkan pada waktu revolusi dahulu, Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan dan

perjuangan sehingga pantas Yogyakarta disebut kota revolusi.

Begitu juga dengan berdirinya organisasi sosial-keagamaan

Muhammadiyah,1 sebagai gerakan Islam bercorak modernis yang berdiri awal

1 Secara bahasa (etimologi), Muhammadiyah berasal dari bahasa Arab “Muhammad

SAW”. Yaitu nama Nabi dan Rasul Allah SWT yang terakhir, kemudian mendapat imbuhan „ya‟

nisbah yang artinya menjeniskan atau menisbahkan dan “ta” marbuthah yang memiliki makna

pengikut. Jadi Muhammadiyah itu artinya “ umat Muhammad saw atau pengikut Muhammad

47

Page 60: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

48

abad ke 20 M, tentu tidak dapat dipisahkan dari situasi serta sejumlah faktor yang

melatarbelakangi munculnya organisasi tersebut di Indonesia.2

Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta pada tanggsl 8 Dzulhijjah 1330

H/18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan.3 Setelah melalui saran dari

saw”, yaitu semua orang Islam yang mengikuti dan meyakini bahwa nabi Muhammad adalah

hamba dan pesuruh Allah yang terakhir. Dengan demikian siapa saja yang mengaku beragama

Islam sesungguhnya ia adalah Muhammadiyah tanpa harus dilihat dan dibatasi oleh adanya

perbedaan organisasi, golongan, bangsa, geografis, etnis dan sebagainya

Secara istilah (terminologi ), Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah ma‟ruf nahi

mungkar, berakidah Islam yang bersumber pada Al-Qur‟an dan sunnah nabi. Muhammadiyah

didrikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912 M, di Kauman kota

Yogyakarta. Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan maksud untuk

bertafaul (berpenghargaan baik) dapat mencontoh jejak perjuangan nabi Muhammad saw dalam

rangka menegakan dan menjunjung tinggi agama Islam semata-mata demi terwujudnya izzul Islam

wal muslimin, kejayaan Islam sebagai cita-cita dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai realitas.

Untuk lebih lengkap lihat, Mustafa Kamal Pasya, dkk, Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid

(Yogyakarta: Citra Karsa Mandir, 2003), hal. 43-44 2 Muhammadiyah yang lahir di Indonesia merupakan respons dari situasi dan kondisi

masyarakat yang terpuruk akibat Kolonialisme Belanda dan ajaran Islam yang dipandang sudah

tidak murni dan bercampur dengan ajaran yang menyimpang. Lihat, Sutarmo, Muhammadiyah:

Gerakan Sosial-Keagamaan Modernis (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2005), hal. 18-19 3 Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta yaitu sebagai seorang Khatib dan

pedagang (batik). Melihat keadaan umat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan

penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak

mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadis, oleh

karena itu beliau memberikan pengertian keagamaan dirumahnya ditengah kesibukannya sebagai

khatib dan pedagang.

Mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya

mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya. Profesinya sebagai pedagang sangat

mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat ajakannya menyebar keluar kampung

Kauman, bahkan sampai keluar daerah dan keluar pulau Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan

tersebut maka didirikanlah perserikatan Muhammadiyah, serta mendirikan organisasi untuk kaum

perempuan dengan nama Aisyiyah yang disitulah istri K.H. Ahmad Dahlan, Nyi Walidah Ahmad

Dahlan berperan serta aktif dan sempat juga menjadi pemimpinnya. Di samping memberi kegiatan

pelajaran/pengetahuan kepada laki-laki, beliau juga memberikan pelajaran kepada kaum ibu muda

dalam forum pengajian yang disebut “sidhratul muntaha”. Pada siang hari pelajaran untuk anak-

anak laki-laki, dan perempuan. Pada malam hari untuk anak-anak yang sudah dewasa. Di samping

memberikan kegiatan kepada laki-laki, pengajian kepada ibu-ibu dan anak-anak, beliau juga

mendirikan sekolah-sekolah. Tahun 1913 sampai-dengan 1918 beliau telah mendirikan Sekolah

Dasar 5 buah, tahun 1919 mendirikan Hooge School Muhammadiyah ialah sekolah lanjutan.

Tahun 1921 diganti namanya menjadi Kweek School Muhammadiyah, tahun 1923, dipecah

menjadi dua, laki-laki sendiri dan perempuan sendiri, dan akhirnya tahun 1930 namanya dirubah

menjadi Mu‟allimin. Untuk lebih lengkap lihat Y.B. Sudarmanto, Jejak-jejak Pahlawan dari

Sultan Agung hingga Syekh yusuf, (Jakarta: Rasindo, 1996), hal. 64

Page 61: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

49

murid-muridnya yang berada di organisasi Budi Utomo untuk mendirikan sebuah

lembaga yang permanent.4

Di kampung Kauman inilah yang terletak disekitar keraton, terkenal

penduduknya taat beragama. Pada abad ke sembilan belas di sana ada seorang

alim ulama bernama Kiai Haji Abubakar bin Kiai Haji Sulaiman yang menjabat

sebagai Khatib di mesjid besar kesultanan Yogya. Pada tahun 1868 M keluarga H.

Abubakar dikaruniai Tuhan seorang putera yang ke empat. Kepada sang bayi

lelaki yang baru lahir itu diberi nama Muhammad Darwisy (nama sewaktu masih

kecil K.H. Ahmad Dahlan) yang kelak mendirikan ormas Islam Muhammadiyah,

akan tetapi hari kelahirannya belum diketahui dengan pasti selain tahunnya saja.

Adapun silsilah Muhammad Darwisy, sepanjang pengetahuan penulis

ialah Muhammad Darwisy bin Kiai Haji Abubakar bin Kiai Haji Sulaiaman bin

Kiai Murtadha bin Kiai Ilyas bin Demang Jurang Juru Kapido bin Demang

Jurang Juru Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Jatinom) bin

Maulana Mohammad Fadlul‟llah (Prapen) bin Maulana „Ainun Yaqin bin

Maulana Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim aliyullah.5

Sebagaimana halnya anak-anak kecil lainnya. Muhammad Darwis diasuh

serta didik oleh kedua orang tuanya, dan diajarkan membaca Al-Qur‟an di

rumahnya dan ditempat yang lain. Sebenarnya secara ekonomi K.H. Abu Bakar

mampu untuk menyekolahkan putera-puterinya, akan tetapi karena sekolah-

sekolah pada waktu itu dibawah manajemen Kolonial Belanda, akhirnya beliau

4 Deliar Noor, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1996),

hal. 84 5 Junus Salam, K.H. Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya, (Ciputat- Tangerang, Al

Wasat Publising House, 2009) hal. 56

Page 62: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

50

memilih untuk mengajarkan putera-puterinya yang berjumlah tujuh (7) orang6, di

pesantren Kauman yang dipimpinnya..

Seorang Orientalis Belanda, Pijper, mengatakan bahwa Muhammadiyah

timbul sebagai reaksi atas politik Pemerintah Hindia-Belanda yang berusaha

menasranikan orang Indonesia. Agaknya statement Pijper mendekati benar, kalau

boleh dibilang benar, karena menurut K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendiri

pertama Muhammadiyah, sebagai orang yang pertama merespons tentang efek

yang ditimbulkan dari meningkatnya kegiatan Misi Kristenisasi di Indonesia.

Namun dalam pandangan K.H. Ahmad Dahlan, menentang dan melawan peran

aktif mereka dan menghentikan penetrasinya melalui konfrontasi secara langsung

itu tidak mungkin,7 baginya membangun kesadaran kaum muslim tentang akibat

dari kegiatan Misi Kristenisasi tersebut merupakan sesuatu yang lebih efektif dan

strategis.

Menurut Alwi Shihab ada dua faktor yang melatarbelakangi berdirinya

gerakan Muhammadiyah, internal dan eksternal. Faktor internal berkaitan erat

dengan kondisi keberagamaan umat Islam Indonesia yang dianggap telah

menyimpang dari ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya, maka Muhammadiyah

muncul sebagai respons terhadap pertentangan yang berlangsung lama dalam

masyarakat Jawa. Pada masa itu, keyakinan keagamaan dalam masyarakat Jawa

6 Tujuh orang putera-puteri K.H. Abu Bakar yaitu lima orang perempuan (Nyi.Hj.Khatib

Hasan, Nyi.Hj. Muchsin, Nyi.Hj. Muhammad Saleh, Nyi.Hj.Abdurrahman, dan Nyi.Hj.

Muhammad Fakih) dan dua orang laki-laki (K.H. Ahmad Dahlan, dan H. Muhammad Basyir) 7 Alwi Shihab, Membendung Arus: Respons Gerakan Muhammadiyah terhadap Penetrasi

Misi Kristenisasi di Indonesia, hal 160

Page 63: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

51

sangat diwarnai oleh pengeruh takhayul, khurafat, mitologi, dan sebagiannya yang

berbau sinkretisme (kejawen).8

. Sementara faktor eksternal disebabkan kebijakan politik Belanda

mengenai dibolehkannya umat Islam Indonesia melakukan ibadah haji ke tanah

suci, dari sanalah pengaruh ide-ide dan pemikiran gerakan dari Timur Tengah

mulai masuk ke dalam pemikiran beberapa tokoh dan pemimpin Islam Indonesia,

sehingga mempercepat masuk dan berkembangnya gerakan Muhammadiyah,

maka kelahiran Muhammadiyah didorong oleh tersebarnya gagasan pembaharu

Islam dari Timur Tengah ke Indonesia pada tahun-tahun pertama abad ke 20. Pada

masa itu di Timur Tengah, khususnya di Mesir Jalaludin Al-Afghani (1839-

1897)9, di Mesir Muhammad Abduh (1849-1905)

10, dan Rasyid Ridha (1865-

8 Sazali, Muhammadiyah dan Masyrakat Madani; independensi, rasionalitas, dan

pluralisme, (Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2005) hal 73-74 9 Jamaluddin Al-Afghani dilahirkan didekat Kabul, Afghanistan pada tahun 1939 M dan

meninggal di Istambul, Turki pada 1897 M. Adapun pokok-pokok pemikirannya dalam masalah

keagamaan antara lain: Pertama, Islam adalah agama yang sesuai untuk semua bangsa pada segala

masa. Kedua, untuk menjawab segala perkembangan dan tantangan zaman yang senantiasa maju

karena perkembangan ilmu pengetahuaan dan teknologi, maka pendirian bahwa pintu ijtihad tetap

terbuka adalah pendirian yang benar, sebab hanya dengan jalan ijtihad tantangan tersebut dapat

dijawab. Ketiga, umat Islam dimana-mana terlihar dalam perpecahan dan kehancuran. Hal tersebut

terjadi karena lemahnya tali persaudaraan, lemahnya rasa ukuah Islamiyah dan solidaritas Islam,

sehingga ia menyerukan Pan Islamisme.

Di samping pemikiran keagamaan seperti diatas, Jalaluddin Al-Afghani juga banyak

berbicara dan berbuat dalam bidang politik antara lain: Pertama, tidak henti-hentinya

mengingatkan kepada dunia Islam terhadap ancaman dan bahaya penjajahan bangsa-bangsa Barat.

Kedua, dunia Nasrani, (Kristen) sekalipun berbeda-beda dalam keturunan dan kebangsaan,

manakala menghadapi Timur, khususnya Islam, mereka bersatu untuk menghancurkan negara

Islam. Ketiga, Perang Salib masih tetap berkobar sepanjang masa, demikian juga semangat panatik

petapa Pertrus. Keempat, harus diciptakan suatu kepastian hukum dalam penyelenggaraan negara

yang didalamnya juga ditentukan batas-batas kekuasaan dan kewenangan dari pada penyelenggara

negara agar dengan demikian para pengusa tidak mungkin dapat bertindak sewenang-wenang

dalam memimpin negara (despotisme). Lebih lanjut lihat, Sutarmo, Muhammadiyah: Gerakan

Sosial-Keagamaan Modernis, (yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2005), hal. 19-20, dan lihat.

Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakatra: Bulan

Bintang, 1975), hal. 51-57 10

Muhammad Abduh, dilahirkan disuatu desa di Mesir pada tahun 1849 M dan

meninggal pada tahun 1905. Sesudah menamatkan studinya di Universitas Al Azhar dengan

predikat “alim (Cum-Laude), kemudian ia diangkat sebagai dosen di Universitas Al Azhar itu juga.

Muhammad Abduh memegaskan bahwa umat Islam hanya bisa bangkit dari kenistaan hidupnya

Page 64: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

52

1935)11

, yang tengah gencar-gencarnya mempelopori gerakan pembaharuan Islam.

Begitu juga K.H. Ahmad Dahlan sebelum memdirikan Muhammadiyah termasuk

salah seorang yang menerima pengaruh gagasan-gagasan dan penafsiran Abduh

tentang perlunya reformasi dan pembaharuan dalam pendidkan keagamaan.

Faktor-faktor yang mendukung lainnya Muhammadiyah berdiri di

Indonesia antara lain adalah:

kalau mereka mau membekali jiwa dan semangat berkorban semata-mata karena Allah SWT

dengan menjadikan Al Qur‟an dan Hadis sebagai pedoman hidupnya.

Adapun pokok-pokok pemikiran Muhammad Abduh antara lain: pertama, sebab musabah

yang membawa kemunduran umat Islam karena adanya kejumudan atau kebekuan berpikir

dikalangan umat Islam, yaitu kebekuan dalam memahami ajaran-ajaran Islam, dalam hal ini

populer sekali ucapannya yang berhubungan dengan jumudnya umat Islam Al-Islamu Mahjubun

bil muslimin, artinya ajaran Islam tertutup kesempurnaannya oleh umat Islam sendiri. Kedua,

ajaran Islam memberikan kedudukan yang sangat tinggi kepada akal fikiran. Oleh karena itu,

agama Islam adalah agama yang sesuai dengan akal. Ketiga, ajaran Islam pasti sesuai dengan

pengetahuan modern, dan ilmu pengetahuan modern pasti sesuai dengan ajaran agama Islam, maka

oleh sebab itu, umat Islam harus sanggup mendalami ilmu pengetahuan modern. Keempat, satu-

satunya usaha yang harus ditempuh untuk memajukan ilmu pengetahuan di lingkungan umat Islam

ialah dengan mengadakan pembaharuan dalam bidang pendidikan dan pengajaran. lihat, Sutarmo,

Muhammadiyah: Gerakan Sosial-Keagamaan Modernis, (yogyakarta: Suara Muhammadiyah,

2005), hal.20-21. dan lihat. Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan

Gerakan, (Jakatra: Bulan Bintang, 1975), hal. 58-68 11

Rasyid Ridha adalah salah satu murid dari Muhammad Abduh yang sangat cerdas dan

pandai, serta murid yang paling disayangi dan dekat dengan gurunya Muhammad Abduh,. Rasyid

Ridha dilahirkan disebuah desa Libanon pada tahun 1865 dan wafat pada tahun 1935. Pokok-

pokok pikirannya dalam pembaharuan Islam dapat dikatakan hampir sama dengan Jalaluddin Al-

Afghani dan Muhammad Abduh. Rasyid Ridha pun dikenal sebagai seorang politikus yang sangat

cermat dan kritis.

Adapun pokok-pokok pikiran pembaharuannya antara lain: Pertama, paham umat Islam

tentang agamanya serta tingkah laku mereka banyak menyeleweng dari ajaran Islam yang suci

murni. Untuk itu umat Islam harus dibimbing ke jalan Islam yang sebenarnya, yang bersih dari

segala macam bentuk bid‟ah, khurafat, serta syirik. Kedua, agar segera terwujud kesatuan dan

persatuan umat Islam, sekali-kali jangan didasarkan pada kesatuan bahasa atau bangsa, tetapi atas

dasar kesatuan iman dan Islam. Di samping itu, dianjurkan kepada umat Islam agar dijaga

kerukunan umat Islam atas dasar penuh toleransi atau tenggang rasa sekalipun mazhab mereka

berbeda-beda. Ketiga, kaum wanita harus diikutsertakan dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan.

Keempat, sebagian paham dan ajaran kaum sufi dianggapnya memperlemah agama Islam karena

mereka melalaikan tugas kewajibannya diatas dunia, mereka menanamkan paham yang pasif,

pasrah pada keadaan tanpa berusaha dan berikhtiar. Padahal yang benar ialah bahwa ajaran Islam

adalah agama yang penuh dinamika dan optimisme, yang mendorong umatnya agar aktif mengolah

bumi untuk mendapat kenikmatan Allah dan mensyukurinya. Lihat Sutarmo, Muhammadiyah:

Gerakan Sosial-Keagamaan Modernis, (yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2005), hal.21-22. dan

lihat. Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakatra:

Bulan Bintang, 1975), hal. 69-76

Page 65: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

53

1. Munculnya Gerakan Modern Islam di Indonesia.

Pembaharuan dalam Islam atau gerakan modern Islam merupakan jawaban

yang ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat Islam pada massanya.

Kemunduran progressif kerajaan Usmani yang merupakan pemangku khilafah

Islam, setelah abad ketujuh belas, telah melahirkan kebangkitan Islam dikalangan

warga Arab di pinggiran imperium itu. Yang terpenting di antaranya adalah

gerakan wahabi, sebuah gerakan reformis puritan (salafiah), gerakan ini

merupakan sarana yang menyiapkan jembatan ke arah pembaharuaan Islam abad

ke-20 yang lebih bersifat intektual.12

Di antara sekian banyak daerah muslim di Asia Tenggara, kepulauan

Nusantara merupakan bagian terpenting, paling tidak sejak awal abad ke-19 M,

sebagaimana diakui oleh Alfian (1989), telah muncul bibit-bibit baru

pembaharuan yang bercorak Wahabi yang ditandai dengan kepulangan tiga orang

haji dari studinya di Mekkah.13

Berkembangnya ide-ide pembaharuan Islam dari

Timur Tengah ke wilayah Nusantara itu menjadi sangat mungkim, karena salah

satunya adalah semakin meningkatnya jema‟ah haji Indonesia sejak akhir abad

ke-19 M hingga awal abad ke-20 M jema‟ah haji tersebut bukan hanya untuk

menunaikan ibadah haji semata-mata, akan tetapi hal yang sangat penting adalah

semangat besar untuk belajar Islam langsung dari tempat Islam itu sendiri. Oleh

sebab itu, tidak dapat dielakan lagi bahwa pelajar dari tanah Jawa (K.H. Ahmad

Dahlan) bersentuhan dengan gagasan pembaharuan yang sedang brkembang di

12

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2001), hal. 257 13

Sutarmo, Muhammadiyah: Gerakan Sosial-Keagamaan Modernis, (yogyakarta: Suara

Muhammadiyah, 2005), hal. 88

Page 66: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

54

Timur Tengah pada saat itu, hampir dapat dipastikan bahwa dari kelompok inilah

yang menjadi pergerak utama pembaharuan di kepulauan Nusantara pada awal

abad ke-20.

2. Sikap Beragama Masyarakat Jawa

Secara historis diakui bahwa masyarakat di Hindia-Belanda (Indonesia),

terutama yang hidup di pulau Jawa, sejak dahulu telah memiliki keyakinan yang

bersifat animistik, yang kemudian ditambah dengan keyakinan baru yang datang

dari Hindu dan Budha, maka terbentuk filsafat baru berupa kepercayaan terhadap

kekuatan gaib yang animistik, maka bentuk-bentuk kepercayaan baru tersebut

berupa percaya ruh-ruh nenek moyang yang dianggap jelmaan dari Tuhan.

Kepercayaan semacam itu memberikan kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan

dalam cara-cara berkomunikasi denga Tuhan Yang Maha Esa.

Ketika Islam datang ke Indonesia, kepercayaan-kepercayaan tradisional

masih melekat. Kedatangan ahli-ahli tasawwuf itu pada masa perkembangan dan

penyebaran, ahli-ahli tasawwuf dari Persia dan India, tetapi masih berkisar di

pulau Jawa dan Sumatera.14

Islam yang dibawa oleh para pedagang dari Gujarat,

masuk ke Nusantara bercorak tasawwuf yang telah dipengaruhi oleh mistik India,

seperti sistem kepercayaan Hindu-Budha, sehingga dengan demikian Islam dapat

masuk ke Nusantara dengan cara damai, karena diantara unsur-unsur terdapat

persamaan dengan pola kepercayaan dan pemikiran orang Jawa khususnya, dan

pulau-pulau di Nusantara lainnya.

14

Nugroho Notosusanto dan Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional

Indonesia III, (Jakarta: Balai Pustaka, 1981), hal. 203

Page 67: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

55

Hal ini memungkinkan terjadinya pembaruan antara keyakinan-keyakinan

tradisional dengan ajaran Islam yang bercorak tasawwuf, maka muncullah

keyakinan baru yang sinkretis, sehingga Harry J. Benda menyimpulkan bahwa

Islam di Jawa tidak lebih sebagai suatu stagnasi dan kurang murni jika

dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia.15

Paling tidak bahwa untuk

jangka waktu yang lama sebagai pemenang agama di Jawa adalah agama

Kejawen, adat istiadat Jawa, feodalisme jawa, dan bukannya peradaban Islam

yang urban. Kemenangan agama Kejawen atas Islam dalam waktu yang cukup

lama itu menjadikan kehidupa umat Islam Jawa dilengkapi oleh kepercayaan

kepada ruh-ruh yang dianggap dapat mempengaruhi nasib, seperti kepercayaan

kepada keramat yang dimiliki orang-orang yang disucikan para dukun, dan

sebagainya. Semuanya masih menjadi bagian kehidupan yang tidak bisa

terpisahkan sampai awal abad ke-20.

Dari keyakinan sinkretisme ini, maka bermunculan pengamalan ajaran

Islam yang menyimpang dari Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi, yang selanjutnya

tampil dalam bentuk takhyul, bid‟ah, dan khurafat. Keyakinan sinkretis ini sebagai

asimilass kebudayaa yang lama dengan ajaran Islam, dan itu kemudian melahirkan

apa yang disebut agama Jawa atau Kejawen.16

Maka sebagai respons dari hal

tersebut di atas muncullah Muhammadiyah sebagai gerakan purifikasi yang

dibawakan oleh K.H. Ahmad Dahlan.

15

Harry J. Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam di Indonesia pada Masa

Pendudukan Jepang, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1985), hal. 31 16

Geertz memakai istilah Kejawen dihadapkan dengan kelompok santri. Kelompok

kejawen cirri-cirinya adalah tidak menjalankan ibadah formal seperti shalat, puasa, zakat, haji, dll,

tetapi tetap mengaku sebagai pemeluk Islam. Lebih lengkap lihat Clifford Geertz, Abangan,

Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, (Jakarta: Pustaka Jawa, 1983), hal. 13

Page 68: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

56

3. Pendidikan, Kristenisasi dan politik Hindia-Belanda

Kedatangan agama Kristen tidak bisa dipisahkan dari kedatangan

penjajahan kolonialisme ke Indonesia, dengan dimulainya penaklukan Malaka

oleh Portugis pada tahu 1511, yang disusul oleh kedatangan Belanda dengan

melakukan politik etis mencerminkan peralihan penting dalam strategi pemerintah

Kolonial ke arah Misi Kristenisasi di Indonesia. Kebijakan nertalitas agama yang

digemborkan oleh Belanda hanya isu dan isapan jempol saja, Belanda mempunyai

kewajiban meningkatkan kondisi orang-orang Kristen pribumi di Indonesia, untuk

memberi bantuan lebih banyak lagi kepada kegiatan-kegiatan Misi Kristenisasi di

Indonesia.17

Umat Islam menganggap agama Kristen baik Katolik maupun

Protestan adalah agama kaum Kolonial yang ingin menjajah negeri ini dan

menukar agama rakyat, akibatnya, pemberontakan yang timbul menentang

penjajahan itu di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, yang sebagian besar

merupakan pemberontakan yang bermotif agama.

B. Perkembangan Muhammadiyah Era K.H. Ahmad Dahlan

Muhammadiyah didirikan untuk menegakan dan menjungjung tinggi

agama Islam sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-

benarnya.

Atas berdirinya organisasi Muhammadiyah, maka reaksi terhadap

organisasi itupun datang dari berbagai pihak, yang bersifat positif maupun negatif.

Reaksi positif datang dari “kaum muda” (kelompok Boedi Oetomo), yang

memang merasa se-ide dan sejalan dengan gerakan Muhammadiyah dalam

17

Alwi shihab, Membendung Arus: Respons Gerakan Muhammadiyah terhadap

Penetrasi Misi kristenisasi di Indonesia, hal 44

Page 69: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

57

perubahan ajaran-ajaran yang dianggap (sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh

rasulullah SAW) dilakukan oleh umat Islam Indonesia. Sementara reaksi negatif

jelas terlihat oleh Pemerint Kolonial Belanda, yang walaupun secara de-yure,

Pemerintah Kolonial Belanda mengizinkan berdirinya ormas Muhammadiyah,

namun pada kenyataannya Pemerintah Kolonial sangat mengkhawatirkan

berkembangnya gerakan Muhammadiyah, kekhawatiran Pemerintah Kolonial

Belanda memang sangat beralasan sebab, hanya organisasi Muhammadiyah yang

dianggap paling vokal dalam menyuarakan kebijakan-kebijakan Pemerintah

Kolonial, terutama mengenai statement pemerintah yang pada awalnya

mengatakan netral-agama, namun pada kenyataannya jelas Pemerintah Kolonial

Belanda sangat berkepentingan membela kegiatan Misi Kristenisasi, yang gencar

dilakukan oleh para zending protestan, baik hal dukungan politik maupun dana

yang jumlahnya tidak sedikit.

Karena itu, sejak Muhammadiyah didirikan selalu membangun sekolah-

sekolah, madrasah-madrasah dan mengadakan tabligh-tabligh, serta mendirikan

majalah-majalah yang bernuansa Islam. Sekolah-sekolah Muhammadiyah yang

tertua dan terbesar jasanya bagi perkembangan pendidikan di Indonesia di

antaranya: Kweekschool Muhammadiyah di Yogyakarta, Mu‟alimin

Muhammadiyah di Solo dan di Jakarta, Mu‟alimat di Yogyakarta,

Zu‟ama/Za‟imat di Yogyakarta, Kulliyah Muballighin/Muballighat di Padang

Panjang, Sumatera Tengah, Tabligh Scool di Yogyakarta, H.I.K. Muhammadiyah

di Yogyakarta, H.I.S. Muhammadiyah, MULO, A.M.S. Muhammadiyah, dan

madrasah lainnya.

Page 70: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

58

Sejak didirikannya Muhammadiyah 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan,

tahun-tahun pertama tidaklah mengadakan pembagian tugas yang jelas diantara

anggota-anggota pengurus, hingga tahun 1917 yang masih berkisar di daerah

Kauman, Yogyakarta saja. Organisasi Muhammadiyah mulai mengalami

perkembangan ke beberapa pulau Jawa dan luar pulau Jawa sejak 1917, yang

dimulai dengan adanya kongres Budi Utomo yang diselenggarakan di rumah K.H.

Ahmad Dahlan dan atas usalan meraka agar muhammadiyah membuka cabang-

cabangnya. Pada tahun 1920 Kegiatan Muhammadiyah meliputi daerah pulau

Jawa dan pada tuahun Berikutnya mulai tersebar ke berbagai wilayah di

Indonesia.

Cabang Muhammadiyah yang berada di luar pulau Jawa pertama kali

didirikan di Sumetera Barat yaitu Minangkabau, Muhammadiyah di sana didirika

oleh H. Abdul Karim Amrullah atau Haji Rasul. Tahun 1925 ia mulai mendirikan

cabang muhammadiayah di sana, setelah ia melakukan kunjungan ke Jawa. H.

Abdul Karim Amrullah mengubah sebuah organisasi lokal yang bernama Sendi

Aman Tiang Selamat dijadikan sebagai cabang Muhammadiyah di Minangkabau,

dan pada tahun yang sama juga murid-murid dari H. Abdul Karim Amrullah ikut

menyebarkan organisasi ini ke seluruh Minangkabau.

Pada tahun 1917 gerakan Muhammadiyah melebarkan sayapnya

memperluas ke luar Jawa dan secara bertahap berkembang menjadi salah satu

Organisasi Indonesia yang terbesar sebelum Perang Dunia II18

. Pada tahun 1925

organisasi Muhammadiyah memiliki 29 cabang dengan 4000 anggota, di bidang

18

Abdul Azis Thaba, Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru, (Jakarta :Gema Insani

press 1996) hal 134

Page 71: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

59

pendidikan telah mendirikan 8 Hollan Inlanndse School Muhammadiyah sebuah

sekolah guru di Yogyakarta, 32 buah Sekolah Dasar lima tahun, dan 1 buah

Schakelschool, 14 Madrasah, seluruhnya dengan 119 orang guru dan 4000 murid.

Dalam bidang sosial telah terdapat dua buah klinik di Yogyakarta dan

Surabaya, di daerah itu sekitar 12000 pasien memperoleh pengobatan.

Muhammadiyah juga membangun rumah miskin dan dua rumah yatim piyatu.19

Tahun 1927 Muhammadiyah mendirikan cabang-cabang di Bengkulu,

Banjarmasin, dan Amuntai, sedangkan pada tahun 1929 Muhammadiyah tersebar

ke daerah Aceh dan Makasar, memiliki 1.9000 anggota Muhammadiyah, ini

semua tercatat sebagai peserta-peserta kongres yang berasal dari semua pulau

yang ada di Indonesia kecuali Kalimantan, dalam acara kongres tersebut

Muhammadiyah telah menerbitkan sejumlah 700.000 buah buku maupun brosur.

Di Solo telah membuat sebuah klinik mata dan di malang telah membuat sebuah

klinik yang lainnya.

Pada tahun 1930 kongres Muhammadiyah yang diadakan di luar pulau

Jawa, yaitu Bukit Tinggi, tercatat sebanyak 112 cabang-cabang dengan 2.4000

anggota. Keanggotaan Muhammadiyah bertambah menjadi 43.000 pada tahun

1935 dengan 710 cabang-cabang termasuk 316 di pulau Jawa, 286 di Sumatera,

79 di Sulawesi dan 29 di Kalimantan. dan pada tahun 1938 berkembang cabang-

cabang serta 898 kelompok yang belum berstatus cabang, seluruhnya ada 250.000

anggota Muhammadiyah.20

Di samping itu Muhammadiyah pun telah memelihara

834 Masjid dan langgar, 31 perpustakaan dan 1774 sekolah. Oleh karena itu

19

Deliar Noer, Gerakan Modern Islam, hal 95 20

Deliar Noer, Gerakan, hal 95

Page 72: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

60

tidaklah berlebihan jika Prof. Deliar Noer menyebutnya sebagai Muhammadiyah

sebagai “organisasi sosial Islam terpenting di Indonesia”. Bahkan seorang penulis

Barat James L. Peacock, mengatakan “Muhammadiyah telah membuktikan dirinya

sebagai organisasi pembaharuan Islam yang paling kuat di Asia Tenggara.

Bahkan mungkin di Dunia”.21

C. Metode dan Bentuk Gerakan Dakwah Muhammadiyah Era K.H. Ahmad

Dahlan.

Lahirnya gerakan Muhammmadiyah yang bertujuan untuk memurnikan

Islam di Indonesia, karena memang pada masa itu, K.H. Ahmad Dahlan,

memandang masyarakat Islam Indonesia sedang ditimpa berbagai macam krisis,

banyak umat Islam mengamalkan ritual dan berbagai tradisi yang pada dasarnya

tidak sesuai dengan tuntunan agama yang berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadis.

Mereka telah melakukan bid‟ah, khurafat, dan syirik, sehingga hal inilah yang

menyebabkan mereka jauh dari tuntunan agama yang sebenarnya.

K.H. Ahmad Dahlan berpikir bahwa setiap orang harus mencari bekal

untuk kehidupan akhirat itu dengan memperbanyak ibadah, amal saleh,

menyiarkan dan membela agama Allah, serta memimpin umat ke jalan yang benar

dan membimbing mereka pada amal dan perjuangan menegakkan agama Allah.

Dengan demikian, untuk mencari bekal mencapai kehidupan akhirat yang baik

harus mempunyai kesadaran kolektif, artinya bahwa upaya-upaya tersebut harus

diserukan (Dakwah) kepada seluruh umat manusia melalui upaya-upaya yang

sistematis dan kolektif.

21

James L. Peacock, Pembaharuan dan Pembaharuan Agama. (Yogyakarta:

Hanindinata, 1983) hal 8

Page 73: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

61

Berangkat dari pemikiran di atas tadi, dan secara subyektif K.H. Ahmad

Dahlan dalam memahami pesan-pesan Al-Qur‟an, terutama QS. Ali Imran: 104,

secara eksplisit merupakan perintah untuk melakukan dakwah amar makruf nahi

munkar.

Dalam Al-Qur‟an Allah SWT, berfirman:

)۴۰۱(

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang

munkar,22

merekalah orang-orang yang beruntuk” (QS. Ali-Imran: 104)

Maka untuk merealisasikan gerakannya itu, K.H. Ahmad Dahlan

mendirikan organisasi Muhammadiyah sebagai pembaharu Islam di bumi

Nusantara, dengan tujuan ingin mengadakan pembaharuan dalam cara berpikir

dan beramal menurut agama Islam, serta mengajak umat Islam Indonesia untuk

kembali hidup menurut Al-Qur‟an dan Hadis

1. Metode Dakwah dan Bentuk Dakwah

Sebelum Muhammadiyah didirikan, lembaga pendidikan yang dimiliki

umat Islam Indonesia barulah berupa pondok pesantrean yang tidak memenuhi

tuntunan dan kehendak zaman, yang memiliki sistem pelajaran secara tradisional,

tanpa kurukulum, tanpa tahun ajar, tanpa administrasi, dengan murid-murur duduk

22

Ma‟ruf artinya segala jenis perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah, sedangkan

Munkar artinya segala jenis perbuatan yang menjauhkan kita dari Allah.

Page 74: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

62

melingkar disekelilingi guru. Maka dengan melihat keadaan seperti itu, K.H.

Ahmad Dahlan tergerak untuk memberikan pencerahan melalui pengajaran

dirumahnya kepada laki-laki dan perempuan dengan menggunakan metode papan

tulis, dan kapur, bangku, serta alat peraga, sebenarnya sekolah ini awalnya berupa

sebuah pengajian yang menggabungkan sstem pengajaran pesantren dengan

pendidikan Barat.

Selanjutnya langkah K.H. Ahmad Dahlan dalam merintis jalan

pembaharuan dikalangan umat Islam Indonesia, misalnya membetulkan arah

Kiblat23

yang tidak tepat menurut semestinya. Dengan semangat memurnikan

ibadah dan dengan berdasarkan perhitungan ilmu falak (astronomi) yang

dimilikinya, beliau menjadi orang kedua di Indonesia setelah Syekh Arsyad al-

Banjari yang berupaya meluruskan alah kiblat langgar, mushalla, dan mesjid di

Indonesia yang kala itu tidak mengarah persis ke Ka‟bah Baitullah di Mekkah.

Disamping itu untuk menumbuhkan rasa nasionalisme terhadap tanah air

Indonesia, maka pada tahun 1918 Muhammadiayh mendirikan kepanduan yang

bernama Hizbul Wathan (HW) yang artinya pembela tanah air, dari sinilah

ditanamkan kesadaran rasa kebangsaan dan rasa bertanah air kepada generasi

muda agar disiplin, bekerja keras, dan juga juga menjalankan syariat ajaran Islam,

serta sebagai salah satu pertahanan bangsa dari kolonial Belanda.

Sebagai gerakan yang mengedepankan penegakan ajaran agama Islam di

indonesia, maka dalam melakukan dakwah-dakwahnya melalui pengajian, K.H.

Ahmad Dahlan senantiasa menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar

23

Abdul munir mulkan, Pemikiran K.H. Ahmad dahlan dan Muhammadiyah dalam

Perspektif Perubahan Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990) hal 18

Page 75: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

63

Yogyakarta memakai nama lain , misalnya cabang Muhammadiyah di Pekalongan

dengan nama Nurul Islam, di Ujung Pandang dengan nama Al-Munir, di garut

dengan nama Ahmadiyah, dan sedangkan di solo berdiri perkumpulan Sidiq

Amanah Tabligh Fathonah (SATF). Bahkan di kota Yogyakarta sendiri Ahmad

Dahlan menganjurkan adanya jemaah dan perkumpulan untuk mengadakan

pengajian dan menjalankan kepentingan Islam. Adapun perkumpulan-

perkumpulan dan jemaah-jemaah ini mendapat bimbuingan dari Muhammadiyah,

diantaranya Ikhwanul Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi-Suci,

Khayatul Qulub, Priya Ulama, Dewan Islam, wal-Fajri, wal-Ashri dan yang

lainnya.24

Hidup K.H. Ahmad Dahlan seluruhnya diabdikan untuk tegaknya agama

Islam di Indonesia dan terbebasnya Indonesia dari kolonial penjajah. Selama

beliau sakit menjelang wafatnya, paling tidak ada dua dokter yang pernah

menangani dan merawat, ia adalah dokter Van den Borno (Jerman) dan dokter

Zede (Belanda). Sesudah beliau menderita sakit yang paling lama, akhirnya pada

tanggal 23 Februari 1923 M, dalam usia 55 tahun, atau yang bertepatan dengan

tanggal 7 Rajjab 1340 H beliau berpulang ke rahmatullah (wafat) bertempat di

rumah kediamannya di kampong Kauman Yogyakarta.25

Zenajah beliau

dikebumikan di makam Karangkajen, Kemantren Mergangsan, yang letaknya dua

setengah kilometer di sebelah tenggara dari ibu kota Yogyakarta.

24

Junus salam, K.H Ahmad Dahlan; Amal dan Perjuangannya, hal 99 25

Junus Salam, K.H. Ahmad Dahlan, hal. 69-70

Page 76: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

64

Page 77: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

64

BAB IV

RESPONS MUHAMMADIYAH ERA K.H. AHMAD DAHLAN

TERHADAP KRISTENISASI

A. Pandangan Muhammadiyah Terhadap Kristenisasi.

Semenjak kedatangan kolonial Belanda ke Nusantara berkaitan dengan

penyebaran Protestan, maka agama Katolik tidak diakui oleh Protestan yang

dibawa oleh Belanda, malah sebaliknya yang sudah memeluk agama Katolik

ditekan unuk pindah ke Protestan, termasuk masyarakat pribumi Nusantara yang

mayoritas agama Islam menjadi target selanjutnya untuk dikonversikan kepada

Kristen.

Sebenarnya tidak ada kegiatan dalam bidang agama pada zaman VOC

(Vereenign de Oost Indische Compagnie) selama berkuasa lebih dari dua ratus

tahun di Nusantara, pemerintah Belanda telah mengirimkan sebanyak 245

pendeta ke Hindia-Belanda, terutama ke daerah bekas koloni Portugis dan Spayol

di Maluku, Minahasa, dan lain-lain, dalam rangka menyebarluaskan agama

Kristen.

Beberapa pendeta ditempatkan di daerah Jawa pada kota-kota yang

didiami orang-orang Eropa, seperti Batavia, Semarang, dan Surabaya, walaupun

tugas pertama mereka adalah memberi pelayanan terhadap orang-orang Eropa,

dan juga mereka memberi pelayanan kepada pribumi yang sudah masuk Kristen.

Maka ini bisa dilihat di Batavia, selain jemaah orang-orang Belanda, ada juga

jemaah dari “melayu” yang berasal dari orang-orang Maluku.

Page 78: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

65

Minimnya hasil Kristenisasi di Jawa yang dilakukan oleh para zending

Protestan, ini sangat berkaitan dengan dukungan pemeritahan kolonial Belanda.

Sangat berbeda dengan Katolik yang di bawa oleh Portugis, mereka melakukan

propaganda agama sebagai salah satu alasan ekspansinya. Hal yang berbeda

dengan orang-orang Belanda, terutama VOC, mereka mempunyai tujuan-tujuan

yang sifatnya duniawi, yang lebih mementingkan mereka untuk merauk rempah-

rempah, ketimbang menyebarluasakan agama Kristen kepada pribumi di pulau

Jawa.

Dengan dibentuknya masyarakat misionaris Nederlandshe Zending

Genotschap (NZG) merasa prihatin melihat situasi seperti ini, maka diutuslah

pendeta Van Rhijn pada tahun 1847, untuk melakukan peninjauan terhadap

pengembangan agama Kristen. Sehingga kritik yang diberikan pendeta inilah yang

menyebabkan betul-betul dimulainya Kristenisasi babak baru, dengan dibuktikan

pengiriman misionaris Jellesma tahun 1948,1 maka perhatian Belanda untuk

mengkristenkan kaum pribumi merupakan hal yang cukup baru dan agresif.

Sebaliknya akan menjadi momok yang sangat menakutkan dan

meresahkan bagi umat Islam jika konversi agama dilakukan secara gencar,

agresif, dan terlembagakan serta dilakukan kepada orang-orang yang sudah

mempunyai agama. Hal ini sama dengan yang dilakukan oleh kolonial Belanda

pada saat menjajah di bumi Nusantara ini yang menerapkan kebijakan netralitas

terhadap agama, tidak memihak kepada agama tertentu, dan tidak memandang

1 C. Guillot, Kiai Sadrach Riwayat Kristenisasi di Jawa, (Jakarta: PT. Grafiti Pers, 1985),

hal. 5-6

Page 79: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

66

agama tertentu pula sebagai sesuatu yang berbahaya.2 Akan tetapi ini adalah

isapan jempol belaka yang diterapkan oleh kolonial belanda, akan tetapi dibalik

itu semua, melalui para zendingnya, mereka gencar melakukan berbagai cara

terhadap umat Islam Indonesia agar pindah agama kepada Kristen. Inilah yang

sebenarnya menjadi salah satu titik permasalahan bagi K.H. Ahmad Dahlan,

sehingga ia mendirikan ormas Islam yang bernama Muhammadiyah.

Sebelum K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, beliau terlebih

dahulu melihat fenomena sosial-keagamaan yang terjadi di masyarakat pada saat

itu, menurutnya antara lain :

1. Kehidupan beragama tidak sejalan lagi dengan Al-Qur‟an dan Sunnah,

sehingga merajalelanya perbuatan syirik, bid‟ah, khurafat,3 dan akhlak

masyarakat yang runtuh sehingga menyebabkan Islam jadi beku.

2. Khususnya untuk umat Islam dan umumnya rakyat Indonesia hidup dalam

kemiskinan, kebodohan, kekolotan, kemunduran, serta tidak terwujudnya

semangat ukhuwah Islamiyah dan tidak ada organisasi Islam yang kuat

dan kompak.

3. Lembaga pendidikan Islam (pesantren) tidak memenuhi dan fungsinya

dengan baik, tidak efesien, dan juga sistem pesantren yang sudah kuno.

2 Sudarno, Shobron, Studi Kemuhammadiyahan; Kajian Histories, Idiologis, Dan

Organisasi, (Surakarta: LPID Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008, cet. Ke- VII), hal. 50 3 Syirik adalah perguatan yang mensekutukan Allah, baik kekuaaan-Nya, Kebesaran dan

Keagungannya dengan sesuatu, sehingga orang yang mensyirikkan Allah disebut musyrik.

Sedangkan Khurafat adalah mempercayai takhyul, mempercayai mitos-mitos, atau mempercayai

dongeng-dongen yang seolah-olah dibenarkan dalam agama Islam. Adapun Bid‟ah adalah

perbuatan, tindakan, atau bacaan dalam agama Islam berlebihan dari ketetapan yang sudah

digariskan oleh Al-Qur‟an dan Hadits Nabi saw), atau lebih simpelnya menambah-nambahkan dari

yang sudah ditetapkan dalam peribadatan Islam. Lebih lengkap baca Abujamin, Roham,

Ensiklopedia Lintas Agama, (Jakarta: Emerald bekerjasama dengan PT. Inter Masa, 2009), hal.

667, dan 88

Page 80: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

67

Selain itu ada juga faktor yang datangnya dari luar yang meliputi:

1. Merajalelanya kolonialisme Belanda di Indonesia.

2. Agresifnya kegiatan Kristenisasi yang dilakukan oleh para zending,

sehingga mencapai kemajuan di Indonesia.

3. Adanya rencana politik Kristenisasi dari pemerintah Belanda, untuk

kepentingan politik kolonialnya.4

Melihat persoalan di atas tadi, maka ada sebuah keresahan dari seorang

tokoh umat Islam Indonesia, sehingga puncaknya berdirilah ormas Islam

Muhammadiyah sebagai counter atas adanya kegiatan Kristenisasi pada saat itu.

Maka dalam pandangan Muhammadiyah era kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan,

Kristenisasi memiliki concern yang cukup besar, sehingga beliau tergerak hatinya

untuk memperdayakan umat Islam Indonesia yang selama ratusan tahun

mengalami marginalisasi oleh kolonial di berbagai bidang kehidupan.

Kaitannya dengan kegiatan Kristenisasi, dalam pandangan K.H. Ahmad

Dahlan ini adalah konspirasi kolonial Belanda melalui kebijakan-kebijakannya

yang seolah-olah netral terhadap agama, tetapi dibalik itu semua adalah upaya

untuk mengkristenkan pribumi. Ini terbukti dengan kebijakan kolonial Belanda

yang menggunakan dua strategi, pertama, Belanda membuat kebijakan-kebijakan

yang sifatnya membendung, misalnya memantau, membatasi berbagai kegiatan

pengalaman ajaran Islam, kedua, Belanda melalui para zendingnya melakukan

Kristenisasi kepada penduduk Indonesia dengan berbagai cara, seperti membuat

sekolah, menterjemahkan Alkitab kedalam bahasa (Jawa, Indonesia, Melayu,

4 M. Margono Puspo Suwarno. Gerakan Islam Muhammadiyah, (Yogyakarta: Persatuan,

1986, cet. Ke-3), hal. 27

Page 81: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

68

Sunda), melakukan adaptasi dengan kebudayaan setempat, seperti memakai

bangklo, memakai pakaian Jawa, memberikan lapangan pekerjaan melalui

penyediaan lahan pertanian, dan yang lainnya. Sehingga untuk mengatasi ini

semua menurut K.H. Ahmad Dahlan bukan dengan cara perlawanan fisik atau

konfrontasi, melainkan dengan jalan pembangunan lembaga-lembaga pendidikan,

keagamaan dan sosial sebagai counter untuk menghambat kegiatan Kristenisasi.

B. Respons Muhammadiyah terhadap Kristenisasi

Sebenarnya selama era K.H. Ahmad Dahlan, Muhammadiyah memelihara

hubungan baik dan harmonis dengan kalangan Kristen, walaupun ada indikasi

mengenai terjadinya permusuhan antara kedua belah pihak, Muhammadiyah

dengan Kristen. Alasan logis K.H. Ahmad Dahlan, mengapa memilih untuk

berhubungan baik dengan Kristen, adalah beliau ingin berusaha menghindari

konfrontasi dengan pihak manapun, termasuk para misi Kristen. Sebaliknya beliau

memainkan peran melalui gagasasnya untuk menghambat kemajuan misi

Kristenisasi, dengan cara meningkatkan kesadaran Islami kepada para

pengikutnya. Maka alternatifnya menurut K.H. Ahmad Dahlan yang tepat yaitu

dalam bentuk persaingan melalui pembangunan lembag-lembaga pendidikan dan

keagamaan seperti mereka, ketimbang terlibat dalam perlawanan fisik atau

semacam konfrontasi langsung.5

Walaupun kegiatan misi Kristenisasi yang disebarluaskan oleh para

zending telah mengambil langkah-langkah besar, dan mempunyai dampak penting

di negeri ini, akan tetapi dalam pandangan K.H. Ahmad Dahlan, menentang dan

5 Alwi, Shihab, Membendung Arus: Respons Gerakan Muhammadiyah Terhadap

Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1998), 160

Page 82: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

69

melawan secara fisik, serta menghentikan dengan cara konfrontasi langsung

adalah suatu cara yang tidak efektif dan tidak strategis, menurutnya yang

terpenting adalah membangkitkan kesadaran kaum muslim mengenai akibat-

akibat yang akan muncul dari kegiatan misi Kristenisasi tersebut. Oleh karena itu

yang lebih efektif adalah membangun inspratuktur gerakan lebih diutamakan

daripada terlibat langsung dalam konfrontasi sengit dengan kelompok Kristen. Hal

inilah yang menyebabkan Muhammadiyah dibenci sebagian kalangan, karena

dicap mendukung rezim kolonial atau seperti tidak menentang dengan adanya

kegiatan Kristenisasi.

Lahirnya Muhammadiyah justru untuk membela dan menjunjung tinggi

agama Islam, dalam hal ini Muhammadiyah menyiarkan dan mengembangkan

agama Islam secara modern. Memberantas perbuatan syirik, bid‟ah, dan khurafat

yang tidak bersumber pada ajaran Islam yaitu Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi saw.

Maka jalur yang ditempuh K.H. Ahmad Dahlan untuk mewujudkan cita-

cita tersebut ialah dengan mempergunakan berbagai jalan. Misalnya

menyelenggarakan tabligh, pengajian, kursus-kursus agama, mendirikan

madrasah-madrasah dari tingkat bawah sampai atas, mengajarkan agama-agama

pada sekolah-sekolah umum, menggunakan pengetahuan dan perhitungan secara

hisab dalam menentukan puasa Ramadhan, ataupun hari-hari raya Idul Fitri dan

Idul Adha.

Adapun Muhammadiyah era K.H. Ahmad Dahlan, dalam rangka

membendung misi Kristenisasi, yaitu dengan cara ikut mencardaskan rakyat,

karena di masa penjajahan, dimana pemerintah Kolonial Belanda menutup pintu

Page 83: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

70

bagi rakyat kelas bawah untuk menuntut ilmu pengetahuan sebanyk mungkin, dari

tingkat terendah sampai tingkat teratas, maka K.H. Ahmad Dahlan melalui

melalui organisasi Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah yang

menggabungkan pelajaran agama dengan pelajaran umum, setingkat dengan

sekolah-sekolah negeri. Adapun bentuk sekolah zaman penjajahan sekolah-

sekolah seperti HIS, Kweekschool, dan AMS, dengan melihat rakyat Indonesia

jarang diberi kesempatan untuk mengenyam di sekolah tersebut, maka K.H

Ahmad Dahlan membuat gebrakan baru, yaitu mendirikan sekolah-sekolah

semacam itu HIS Muhamadiyah, Kweekschool Muhammadiyah, dan AMS

Muhamadiyah yang bertujuan mencerdaskan bangsa Indonesai dari segala lapisan

dan golongan dengan menggunakan pelajaran agama Islam dan umum. Lebih dari

itu pembangunan sekolah-sekolah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan

semata-mata untuk mengimbangi dan mencegah kemajuan Kristenisasi melalui

dunia pendidikan. Akibat dari penjajahan penghidupan rakyat sangat

menyedihkan, banyak anak-anak yang terlantar karena ditinggalkan oleh orang

tuanya, maka dikumpulkanlah anak-anak itu untuk dipelihara dan diberi

pendidikan, sebagaimana terjelma dalam bentuk adanya rumah yatim- piyatu.

Sebagai bahan perbandingan, sepirit Muhammadiyah sampai saat ini telah

memiliki sejumlah hasil amal usaha nyata di tengah-tengah umat, seperti Bidang

kesehatan (Rumah Sakit Umum) 43 buah; Rumah Sakit bersalin 31 buah; balai

pengobatan Ibu dan Anak 110 buah, dan Poliklinik sebanyak 205 buah. Dalam

bidang Panti Sosial (bidang kesosialan umum); Panti Jompo 54 buah; Panti

Asuhan 338 buah; Asuhan Keluarga 54 buah; Rehabilitasi cacat 82 buah. Di

Page 84: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

71

bidang keekonomian; Bank Perkreditan Rakyat 19 buah; Baitul Tamwil/Baitul

Ma Wat Tamwil 190 buah; Koperasi 808 buah; balai pertemuan 656 buah. Di

bidang Pendidikan; Taman Kanak-kanak 3370 buah; Sekolah Dasar 1134 buah;

Madrasah Tsanawiyah 535 buah; Madrasah Aliyah 172 buah; Sekolah Menengah

Pertama 1181 buah; Sekolah Menengah Atas 512 buah; Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) 250 buah; Pondok Pesantren 57 buah; Mu‟allimin/Mu‟allimat 25

buah; Sekolah Luar Biasa (SLB) 71 buah; Universitas 36 buah; Sekolah Tinggi 66

buah; Akademi 61 buah, dan Politeknik 3 buah. Semuanya tersebar disegenap

pelosok tanah Air Indonesia.6

Artinya melihat keberadaan Muhammadiyah dari waktu kewaktu

mengalami peningkatan yang sangat signifikan bagi pertumbuhan dan sekaligus

sumbangsi Muhammadiyah dalam membangaun, dan mencerdaskan kehidupan

bangsa.

Di samping itu, sampai saat inipun Muhammadiyah masih tetap konsisten

dalam mencerdaskan ummat agar tidak terjadi kejumudan dan konversi agama,

maka sebagai bukti dikirimkanlah dai-dai muda Muhammadiyah keberbagai

wilayah pedesaan dan pedalaman untuk memberi pencerahan kepada ummat Islam

dan sekaligus sebagai counter atas terhadap maraknya praktik kristenisasi akhir-

akhir ini. Adapun upaya lain yang ditempuh oleh Muhammadiyah sekarang ini

dalam mencegah terjadinya Kristenisasi di masyarakat, maka Muhammadiyah

menerbitkan media cetak seperti majalah Tabligh yang konsen dalam

mengcounter isu Kristenisasi pada saat ini dan masa yang akan datang.

6 Abujamin Roham, Ensiklopedia Lintas Agama, (Jakarta: Emerald, 2009), hal. 502

Page 85: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

72

Hasil yang dicapai oleh Muhammadiyah dalam meminimalisir gerakan

Kristenisasi, cukup efektif melalui pengiriman dai-dai keberbagi wilayah

pedesaan dan wilayah pedalaman, penerbitan media cetak seperti majalah tabligh,

serta pengembanngan amal usaha Muhammadiyah seperti sekolah-sekolah, rumah

sakit, panti asuhan dan yang lainnya. Bahkan sekarang ini melalui pendidikan

(sekolah Muhammadiyah) dan pendirian rumah sakit, ini adalah sarana yang

paling efektif dalam membantu masyarakat miskin untuk bisa melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dan bisa berobat bagi masyarakat yang

tidak mampu. Ini semua dari pengembangan spirit KH Ahmad Dahlan dalam

mencerdaskan ummat dan sebagai penetrasi atas terjadinya kristenisasi.

Gagasan yang perlu diapresiasi oleh kita semua adalah pada saat yang

bersamaan juga ketika Indonesia masih hidup di bawah telapak kaki penjajah,

K.H. Ahmad Dahlan pun mempelopori perjuangan kemerdekaan dengan jalan

memupuk atau menanamkan rasa patriotisme, yang terjelma dalam bentuk

kepanduan Hizbul Wathan,7 yang didirikan pada tahun 1918, dari namanya saja

mengandung arti tentara, atau pembela Tanah Air, dengan mempunyai tugas

sebagai menumbuhkan rasa nasionalisme yang tercermin pada benteng

pertahanan bangsa trehadap kolonial penjajahan. Selain itu Hizbul Wathan juga

sebagai gerakan syiar Islam.

Perbedaan yang sangat mencolok antara K.H. Ahmad dahlan dengan para

penerus Muhammadiyah sesudahnya, Muhammadiyah era K.H. Ahmad dahlan

dalam merespons Kristenisasi sangat shof, artinya beliau tidak menggunakan

7 Junus Salam, K.H. Ahmad Dahlan; Amal dan Perjuangannya, (Ciputat-Tangerang: Al-

Wasat Publising House, 2009), hal. 107

Page 86: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

73

kekerasan, akan tetapi menggunakan bentuk persaingan dalam pembangunan

lembaga-lembaga pendidikan, keagamaan, kesehatan, sosial, dan yang lainnya.

Dengan semakin intensifnya kegiatan Kristenisasi, maka kongres tahunan

Muhammadiyah diadakan di Yogyakarta pada tahun 1924, permusuhan yang

sengit terhadap misi Kristen jelas-jelas disuarakan dalam kongres ini, antara lain,

Haji Hadjij memperingatkan kepada para angota Muhammadiyah untuk tidak

mudah dibujuk oleh cara-cara rayuan yang digunakan misi-misi Kristen dalam

upaya mengajak umat Islam untuk berpindah dan memeluk agama Kristen.

Selama kongres itu, mapir semua suara kebencian digunakan untuk menyerang

agama Kristen.8

Langkah yang diambil oleh Fachruddin (1923-1929) sebagai wakil ketua

Muhammadiyah yang pertama yaitu secara frontal menyatakan permusuhan

terhadap kegiatan misi Kristenisasi, lebih-lebih terhadap Pemerintah Kolonial

Belanda yang secara tegas mendukung baik secara materi maupun immateri

terhadap suksesnya kegiatan Kristenisasi tersebut, ditambah lagi sikap netral

agama yang pernah dilontarka oleh pemerintah kolonial Belanda dipertanyakan

kebenarannya oleh para pimpinan Muhammadiyah, karena pada kenyataannya di

lapangan statement tersebut hanyalah ucapan belaka atau isapan jempol saja.

Masa kepemimpinan Fachruddin ini, mungkin merupkan tahap paling

radikal, sehingga penguasa belanda memberi cap terhadap Fachruddin “orang

yang sangat radikal”, sebenarnya radikalismenya Fachruddin adalah suatu

semangat keagamaan yang kuat, yang diterjemahkan menjadi semangat melawan

8 Kongres Muhammadiyah diadakan di Yogyakarta antara 12 dan 17 Maret 1925, lihat

Alwi Shihab, Membendung Arus, hal 163

Page 87: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

74

misi Kristen dan melawan siapa saja yang menghalang-halangi kehadiran Islam di

Indonesia. Sebenarnya ketika K.H. Ahmad Dahlan memimpin Muhammadiyah,

sikap Fachruddin telah memperlihatkan kebenciannya terhadap misi Kristen, ini

terlihat jelas dalam semua artikel yang pernah ditulisnya di dalam penerbitan Sri

Diponogoro, dan dia bertindak sebagai editornya.

Ketegangan yang terjadi antara kedua umat beragama ini terus berlanjut

sampai menjelang kemerdekaan RI, di mana karena disebabkan situasi politik

yang tidak menentu ketika itu, persoalan yang terjadi menjadi persoalan yang

mengarah kepada perlawanan terhadap musuh bersama mewujudkan Indonesia

yang merdeka, namun sesudah itu, ketegangan dan pertentangan antara keduanya

mualai meningkat kembali.

Di era orde lama ini, umat Islam Indonesia khususnya Muhammadiyah

tidak lagi memandang Kristen sebagai agen Kolonial, namun lebih merupakan

misionaris pribumi yang mewarisi praktik-praktik Kolonial secara baik. Pada

masa ini, persoalan yang paling hangat selalu dijadikan rujukan para penulis,

ketika ingin menulis hubungan Islam-Kristen diawal kemerdekaan yaitu mengenai

peristiwa “Piagam Jakarta” (Mukaddimah UUD), meskipun ketika itu

pertentangan kaum muslim tidak hanya diwakli oleh Muhammadiyah, namun

pembahasan disini hanya akan menyorot yang dilakukan oleh pimpinan

Muhammadiyah.

Persoalan Piagam Jakarta, dimulai dari penolakan kalangan Kristen dan

beberapa tokoh Jawa “liberal” berpendidikan Barat, tentang „tujuh kata” dalam

pembukaan UUD, tujuh kata tersebut adalah “.dengan kewajiban menjalankan

Page 88: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

75

syari‟at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Seorang tokoh Kristen yang bernama

Latuharhary, secara terbuka menyatakan penolakannya terhadap segala bentuk

kompromi terhadap isi tujuh kata dalam pembukaan UUD. Demikian ultimatum

yang disampaikan oleh kalangan Kristen karena jika ultimatum itu tidak dipenuhi,

mereka akan menarik kembali dukungan terhadap Republik Indonesia yang baru

berdiri9

Seorang tokoh wakil dari Muhammadiyah bernama KI Bagus Hadikusumo

yang kemudian diangkat menjadi ketua, ia merupakan wakil resmi dari

Muhammadiyah, ia tidak hanya gigih mempertahankan „tujuh kata” dalam

pembukaa UUD, namun lebih dari itu, ia juga menuntut penerapan hukum Islam

bagi seluruh warga Negara Indonesia. Inilah bentuk sikap keras dari Ki Bagus

Hadikusumo yang tidak mendapat persetujuan dari anggota panitia, terutama dari

kalangan Nasionalisme dan Kristen. Dari sini sebenarnya sudah jelas bahwa

Muhammadiyah memperlihatkan semangat Islam yang kuat yang tidak mau

mengakomodasi kepentingan-kepentingan Kristen.

Walaupun pada akhirnya “ tujuh kata” dalam pembukaan UUD itu

dihapuskan, namun tidak membuat reda hubungan Islam-Kristen, bahkan tidak

semakin akur. Sementara itu para missionaris memperkuat usaha-usaha

penyebaran ajarannya dengan mendirikan Dewan Gereja Indonesia (DGI), pada

buala Mei 1950 dengan tujuan membantu program gereja-gereja, khususnya

dalam persaksian dan pelayanan di daerah-daerah. Pada era ini penyebaran agama

Kristen hanya dalam tahap permulaan, namun seiring dengan berjalannya waktu,

9 Lukman hakim, Fakta dan Data: usaha-usaha Kristenisasidi Indonesia. (Jakarta:

Majalah Media Dakwah, 1991) hal 16-17

Page 89: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

76

dan ditunjang oleh sumber dana yang cukup besar untuk pelaksanaan misi

Kristenisasi telah mengalami perkembangan pesat sehingga mencapai puncaknya

pada masa Orde Baru.

Pada masa Orde Baru ini, dianggap oleh kalangan Kristen sebagai masa

keemasan, bagi pertumbuhan dan perkembangan agama Kristen di Indonesia.

Orang-orang Indonesia dalam jumlah besar berbondong-bondong memeluk agama

Kristen. Hal ini menjadi benih konflik antara Islam dan Kristen, dengan

meningkatnya misi Kristenisasi. yang tidak lagi melihat batas-batas toleransi

beragama. Meminjam istilah kata “Lukman Harun” seorang tokoh

Muhammadiyah, Kristen telah menggunakan cara-cara yang sangat menyinggung

hati umat Islam.10

M. Rasyid, seorang tokoh Muhammadiyah, menyebutkan beberapa cara

yang kotor dilakukan para misionaris Kristen dalam rangka memanfaatkan situasi

ekonomi dan politik yang serba belum pasti, untuk merangkul jumlah pemeluk

agama Kristen.11

Melalui bantuan finansial baik dalam bentuk uang maupun

bahan sembako diberikan dengan tujuan untuk menarik orang-orang miskin

supaya memeluk agama Kristen, bahkan lebih jauh para misionaris menggunakan

sistem “orang tua asuh” yang dipergunakan untuk mahasiswa/i yang tidak mampu

untuk melanjutkan kuliahnya dengan persyaratan mereka bersedia di baptis dan

memeluk agama Kristen.

10

Lihat M. Rasyid, Kasus RUU Perkawinan: dalam Hubungan Islam dan Kristen,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hal. 7-8 11

Lukman hakim, Fakta dan Data: Usaha-usaha Kristenisasi di Indonesia. (Jakarta:

Majalah Media Dakwah, 1991) hal 16

Page 90: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

77

Dampak dari polemik tersebut mengalami berkepanjangan anatara Islam-

Kristen, gerakan Islam yang diwakili Muhammadiyah memimpin pertentangan

terhadap misi Kristen, banyak perbincangan dan komentar bermunculan dalam

rangka mengatasi masalah tersebut, kaum muslimin menyalahkan kegiatan misi

Kristenisasi yang dianggap provokatif dan menyerang, sehingga kaum muslim

merasa keberatan dengan cara-cara yang dilakukan oleh kaum Nasrani dengan

membujuk lewat jalur pemanfaatan kesulitan ekonomi umat Islam.

Menanggapi tuntutan umat Islam yang secara terus-menerus meminta

ketegasan pemerintah tentang hubungan antar umat beragama, pemerintah lewat

Mentri Agama, K.H Muhammad Dahlan, pada bulan November 1967, memimpin

sebuah konferensi “dialog antar agama” tidak diragukan lagi Muhammadiyah

dalam memainkan peranan pentingnya terhadap dialog antar agama tersebut, dari

sekian banyak peserta yang hadir, wakil-wakil Muhammadiyah adalah yang

paling vocal dan tegas.12

Walaupun akhirnya dialog tersebut tidak memuaskan dan

tidak menemukan titik temu yaitu dengan ditolaknya usulan mengenai pembatasan

kegiatan penyebaran agama hanya bagi para pemeluk agama masing-masing

ditolak oleh para Pemimpin Kristen.13

Peristiwa lain yang membuktikan ada konfrontasi terus-menerus antara

Muhammadiyah dengan kelompok Kristen tampak dalam penegasan Dr. Hamka,

tokoh Muhammadiyah dan ketua umum pertama Majlis Ulama Indonesia (MUI)

berkenaan dengan larangan untuk kaum muslim menghadiri perayaan dan

mengucapkan selamat Hari Natal.

12

Husein Umar, Intoleransi Kaum Nasrani terhadap Islam, (Jakarta: Media Dakwah,

1991), hal. 24 13

Alwi shihab, Membndung Arus, hal. 179

Page 91: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

78

Dari dampak tersebut menambah panjangnya daftar ketegangan antara

Islam dan Kristen, untuk meredam hal tersebut, pemerintah Orde baru di bawah

kepemimpinan Soeharto, mengeluarkan suatu kebijakan mengenai tindakan tegas

terhadap hal-hal yang berbau SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan),

nampaknya cara ini cukup efektif, paling tidak untuk meredakan ketegangan yang

terjadi antara Islam-Kristen yang muncul kepermukaan.

Page 92: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan dan analisa di atas mengenai Respons

Muhammadiyah Terhadap Kristenisasi di Indonesia Studi Kasus Era

Kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan, maka penulis dapat mengambil beberapa

kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang dibahas dalam

penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. K.H. Ahmad Dahlan dilahirkan pada zaman situasi Nusantara sedang

mengalami keterpurukan dalam segala bidang, sehingga kehadirannya

sebagai pembaharu Islam Indinesia sangat dirasakan oleh ummat Islam

pada zamannya. Semua ini tidak terlepas dari inspirasi gerakan pembaharu

di Timur Tengah, seperti Ibnu Taimiyah, Jalaluddin Al Afghani,

Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, gerakan Wahabiyah.

2. Alasan logis yang melatar belakangi sebab-sebab lahirnya Muhammadiyah

adalah karena faktor intern dan faktor ekstern, faktor intern meliputi:

kehidupan beragama tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, sehingga

merajalelanya perbuatan syirik, bid’ah, khurafat, yang menyebabkan

akhlak masyarakat runtuh akibatnya Islam jadi beku; keadaan bangsa

Indonesia umumnya dan khususnya umat Islam, hidup dalam kemiskinan,

kebodohan, kekolotan, kejawenismean, dan kemunduran; tidak

terwujudnya semangat ukhuwah Islamiyah serta tidak adanya organisasi

Page 93: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

80

Islam yang kuat dan kompak; lembaga pendidikan Islam yang tidak dapat

memenuhi fungsinya dengan baik, tidak efesien, juga system pesantren

yang sudah kuno tidak memenuhi standar. Adapun faktor ekstern:

merajalelanya kolonialisme Belanda di Indonesia; adanya kegiatan dan

kemajuan yang dicapai oleh zending Kristen di Indonesia; adanya rencana

politik Kristenisasi dari pemerinntah kolonial Belanda, untuk kepentingan

plitik kolonialnya yang menyebkan adanya ekploitasi terhadap sumber

daya alam, dan gencarnya gerakan Kristenisasi dengan berbagai cara.

3. Sebagai bentuk Respons Muhammadiyah era K.H. Ahmad Dahlan

terhadap kegiatan Kristenisasi, yaitu bukan dengan bentuk konfrontasi atau

perlawanan fisik, melainkan dengan bentuk persaingan pembangunan

infastruktur seperti mendirikan sekolah-sekolah, pengajian, kursus-kursus

keterampilan, balai pengobatan, rumah yatim piyatu.

4. Dari spirit KH. Ahmad Dahlan, mengenai mencerdaskan ummat, maka

Muhammadiyah tetap konsisten dalam membangun kemajuan bangsa,

serta organisasi sosial-keagamaan yang tetap teguh dalam mengcounter

kegiatan Kristenisasi, ini terlihat dari gerakan masif yang sampai sekarang

ini mengirimkan para dai muda Muhammadiyah dalam memberi

pencerahan dan sebagai gerakan aktif dalam membendung misi

Kristenisasi yang terjadi di masyarakat. Di samping itu aktifitas yang rutin

dalam menghalau gerakan Kristenisasi, Muhammadiyah menerbitkan

jurnal Tabligh sebagai gerakan dakwah dalam membendung kegiatan

kristenisasi dewasa ini.

Page 94: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

81

B. Saran-saran

Dari semua penjelasan ini, hemat penulis, ada beberapa hal yang pantas

dijadikan saran konstruktif adalah sebagai berikut:

1. Di era globalisasi ini, kepada umat Islam Indonesia agar memperkuat

diri dengan benteng keimanan yang kokoh, baik itu melalui

meningkatkan pendidikan agar tidak mudah terbawa arus, terlebih-

lebih terjadi konversi terhadap agama karena dewasa ini sangat

memungkinkan banyak cara untuk menyesatkan ummat.

2. Kepada PP Muhammadiyah agar tetap konsisten dalam melakukan

gerakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar baik itu mengirimkan dai-

dai dan menerbitkan media cetak seperti jurnal tabligh, atau suara

Muhammadiyah sebagai respons menjawab tantangan zaman di abad

ke-2 Muhammadiayah ini.

3. Kepada pemerintah diharapkan untuk memfasilitasi dan membina

kerukunan umat beragama, agar tidak terjadi konfik SARA. Atau

penerbitan peraturan penyiaran agama untuk kepentingan semua

agama.

Page 95: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

82

DAFTAR PUSTAKA

Al-Kitab. Matius 28:19, Jakarta: Lembaga Al-Kitab Indonesia, 1997

Ansari, Kolonialisme dan Kristenisasi di Indonesia: Dua Sisi Mata Uang yang tak

Terpisahkan Suatu Tinjauan Sejarah), Jakarta: Mimbar Agama dan Budaya UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, vol, 23, No. 3, 2006

Aritonang, Jan S. Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia, Jakarta: PT. BPK

Gunung Agung, 2006

Azra, Azyumardi. Renaisans Islam Asia Tenggara, Sejarah Wacana dan Kekuasaan,

Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999.

Benda, Harry J Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam di Indonesia pada Masa

Pendudukan Jepang, Jakarta: Pustaka Jaya, 1985

Geertz, Clifford Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, Jakarta: Pustaka

Jawa, 1983

Guillot, C. Kiai Sadrach Riwayat Kristenisasi di Jawa, Jakarta: PT. Grafiti Pers, 1985

Hamka, Rusyd Etos Iman, Ilmu dan Amal dalam Gerakan Islam Jakarta: Pustaka

Panjimas, 1986

Hidayat, komaruddin. Passing Over, Melintasi Batas Agama, Jakarta: Gramedia dan

Paramadina, 1998

Humaida, Ida. Respon Umat Islam Terhadap Misi Kristen 1945 s/d 1990).” Skripsi S1

Fakultas Adab, IAIN syarif Hidayatullah Jakarta, 2000

J.Bosch, David. Transformasi Misi Kristen. Sejarah Teologi Misi yang Mengubah dan

Berubah, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997

Maedjadja, Daniel Prinsip-prinsip Dasar Kepemimpinan Kristen, Yogyakarta: Yayasan

ANDI, 1995

Muthahhari, Murtdha. Memastikan Bunda Teresa Masuk Neraka?, Dopok; Pustaka Iman,

2006

Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta:

Bulan Bintang, 1975

Natsir, M. Mencari Modus Vivendi Diantara umat Beragama di Indonesia. Jakarta:

Media Dakwah, 1983

Page 96: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

83

Neil, Wilfred T. Twentieth Century Indonesia, New York: Columbia University Press,

1973

Noor, Deliar. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1996

Notosusanto, Nugroho dan Djoened Poesponegoro, Marwati. Sejarah Nasional Indonesia

III, Jakarta: Balai Pustaka, 1981

Pasya, Mustafa Kamal, dkk. Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid, Yogyakarta: Citra

Karsa Mandir, 2003

Roham, Abujamin. Ensiklopedia Lintas Agama, Jakarta: Emerald, 2009

Salam, Junus. K.H. Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya, Ciputat- Tangerang, Al

Wasat Publising House, 2009

Shihab, Alwi. Membendung Arus: Respons Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi

Misi Kristen di Indonesia, Bandung: Mizan, 1998

Shihab, Alwi. Islam Inklusif, Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, Bandung: Mizan,

1997

Shobahiya, Mahasri, DKK. Studi Kemuhammadiyahan, Surakarta: Lembaga

Pengembangan Ilmu-ilmu Dasar (LPID) UMS, 2008

Shobron, Sudarno. Studi Kemuhammadiyahan: Kajian histories, Idiologi dan organisasi,

Surakarta: LPDI Universitas Muhammadiyah Solo, 2008

Simon, Roger. Gagasan-gagasan politik Gramsci, Jakarta: INSIST bekerjasama dengan

Pustaka Pelajar, Cet. III, 2001

Subhan, Arief. Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20; Pergumulan antara

Modernisasi dan Identitas, Jakarta: LPJM UIN Jakarta Press, 2009

Sucipto, Hery dan Ramly, Nadjamudin. Tajdid Muhammadiyah; dari Ahmad Dahlan

hingga A. Syafi’i Ma’arif, Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005

Sudarmanto, Y.B. Jejak-jejak Pahlawan dari Sultan Agung hingga Syekh yusuf, Jakarta:

Rasindo, 1996

Sumartana, Th. Menuju Dialog Antar Iman, dalam Dialog, Kritik dan Identitas Agama,

Yogyakarta: Dian/Interfidei, 1999

Suminto, Aqib. Politik Islam Hindia Belanda, Jakarta: LP3ES, 1985

Page 97: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5214/1/TOTO... · lautan ujian untuk hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan dengan

84

Sutarmo, Muhammadiyah: Gerakan Sosial-Keagamaan Modernis, yogyakarta: Suara

Muhammadiyah, 2005

Suratno, Siti Chamamah. Agama dan Dialektika Pemerkayaan Budaya Islam-Nasional;

dalam Baidhawy, Zakiyatun dan Jinan, Mutohharun, ed. Agama dan Pluralitas

Lokal, Surakarta: Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universiitas

Muhammadiyah Surakarta, 2002

Sutan Rajasa, Sutan . Kamus Ilmiah Populer, Surabaya, Karya Utama. 2002

Dhuha, Syamsud. Penyebaran dan Perkembangan Islam-Katolik-Protestan Di

Indonesia Surabaya: Usaha Nasional, 1987

Suwarno, M. Margino Puspo. Gerakan Islam Muhammadiyah, Yogyakarta: Persatuan,

1986

Yatim, Badri Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2001

Yuniarti, Novi. Sekilas Tentang Misi, artikel diakses pada 30 Maret 2011 dari

http://www.misi.sabda.org.9/9.