8
Si Jamin dan Si Johan Penulis : Merari Siregar Penerbit : Balai Pustaka Tahun Terbit : 1921 Tebal : 102 halaman

Resensi Si Jamin Dan Si Johan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Resensi Si Jamin Dan Si Johan

Si Jamin dan Si Johan

Penulis : Merari Siregar

Penerbit : Balai Pustaka

Tahun Terbit : 1921

Tebal : 102 halaman

Page 2: Resensi Si Jamin Dan Si Johan

Derita Hidup Anak TiriMerari Siregar (1896-1940), penulis Si Jamin dan Si Johan adalah sastrawan

Indonesia yang berasal dari angkatan Balai Pustaka. Setelah meraih ijazah

Handelscorrespondent Bond A di Jakarta, ia bekerja sebagai guru bantu di Medan,

kemudian bekerja di Rumah Sakit Umum Jakarta, dan terakhir di Opium & Zoutregie

Kalianget, Madura.

Sebelum menulis Si Jamin dan Si Johan, Merari Siregar sebelumnya juga telah

cukup dikenal dalam dunia sastra Indonesia dengan novel Azab dan Sengsara yang

merupakan salah satu tonggak kesusastraan Indonesia. Oleh karena itu tidak heran Si

Jamin dan Si Johan memiliki jalan cerita yang tidak kalah menariknya dengan Azab dan

Sengsara.

Si Jamin dan Si Johan menceritakan tentang kisah hidup dua orang anak bernama

Jamin dan Johan. Jamin dan Johan adalah anak dari Bertes dan Mina. Bertes memiliki

kelakuan yang kurang baik dari sejak mudanya. Pada umur dua puluh satu tahun, dia

meninggalkan ibunya yang sudah tua dan janda untuk menjadi serdadu. Bahkan sampai

ibunya meninggal pun Bertes tidak pernah mengirim kabar satu kali pun pada ibunya.

Beberapa tahun kemudian, Bertes menikah dengan Mina. Mereka memiliki dua

orang anak, bernama Jamin dan Johan. Tetapi, walaupun sudah menikah dan

mempunyai anak, kelakuan Bertes tidak bertambah baik. Bertes suka berteman dengan

orang-orang yang suka mabuk. Oleh karena pergaulan itu, perlahan-lahan Bertes

terbawa ke jurang yang dalam. Ia terbiasa meniru perbuatan kawan-kawannya yang

suka mabuk. Walaupun sudah berkali-kali Mina menasihati, Bertes tidak pernah mau

mendengar. Kelakuan Bertes makin menjadi-jadi dan membuat Mina makan hati dan

akhirnya meninggal.

Beberapa hari setelah Mina meninggal, Bertes mengambil Inem menjadi istrinya.

Inem pun seorang perempuan yang kurang baik, suka mabuk dan mengisap candu. Uang

simpanan Mina yang dahulu dihabiskan membeli candu. Perkakas rumah pun satu demi

satu dijual Inem untuk membeli candu. Inem juga berbuat sesuka hatinya kepada Jamin

dan Johan. Inem memaksa Jamin meminta-minta setiap hari dan uangnya dihabiskan

untuk membeli candu.

Suatu pagi, Inem kembali memaksa Jamin pergi meminta-minta dan mengancam si

Jamin agar tidak pulang sebelum mendapatkan sejumlah uang. Si Jamin pun pergi ke

tempat-tempat di mana dia biasa mengemis. Sampai jauh malam Jamin belum juga

mendapat uang sebanyak yang diminta ibu tirinya. Karena kelaparan dan kelelahan, si

Jamin pingsan di depan sebuah toko obat. Esok paginya, pemilik toko obat, Kong Sui

dan istrinya, Nyonya Fi menemukan si Jamin. Mereka menolong si Jamin. Memberinya

makan, pakaian, dan uang sebanyak yang diminta ibu tirinya. Lalu si Jamin dibiarkan

pulang.

Page 3: Resensi Si Jamin Dan Si Johan

Ketika si Jamin sampai di rumah, uang yang diberikan Kong Sui dan Nyonya Fi

diambil oleh Inem. Pakaian yang diberikan pada si Jamin juga hendak dijualnya. Tapi

saat si Jamin merogoh kantung celananya, dia menemukan cincin Nyonya Fi di situ,

sehingga dia tidak mau melepas celananya. Tapi tidak berapa lama, cincin itu diambil

juga oleh si Inem. Sementara itu, Bertes ditahan polisi karena dituduh membunuh orang.

Esok paginya, saat Jamin kembali disuruh meminta-minta, si Johan entah

bagaimana berhasil mengambil cincin Nyonya Fi dari Inem. Maka pergilah si Jamin dan

si Johan mengembalikan cincin itu. Tetapi di jalan, si Jamin tertabrak trem dan dibawa

orang ke rumah sakit. Si Johan yang kebingungan pergi ke tempat Kong sui dan istrinya

lalu menceritakan perihal si Jamin. Nyonya Fi yang kasihan pada Johan dan Jamin

mengajak anak itu ke rumah sakit untuk melihat Jamin. Tapi sayang, beberapa saat

kemudian si Jamin akhirnya meninggal karena sudah parah dan tidak tertolong lagi.

Setelah si Jamin meninggal, Johan tinggal di rumah Kong Sui dan dibiayai

sekolahnya oleh Kong Sui dan istrinya karena mereka tidak memiliki anak. Sementara

itu, si Inem ditemukan mati lemas tenggelam di sungai. Itulah akhir kehidupan si Inem.

Tiga bulan kemudian, Bertes keluar dari tahanan. Si Bertes menyesali kelakuannya

yang turut menyebabkan anak dan istrinya meninggal. Bertes pergi ke rumah Kong Sui,

meminta maaf pada si Johan dan berterima kasih pada Kong Sui dan istrinya.

Cerita Si Jamin dan Si Johan memiliki alur cerita yang menarik untuk dibaca.

Problem yang ada membuat orang yang membaca merasa seakan-akan ikut

mengalaminya. Di dalam cerita yang menarik ini akan banyak kita temukan nasihat

serta pesan-pesan yang amat berguna bagi kehidupan kita. Di antaranya adalah, setiap

perbuatan, entah itu yang baik atau yang jahat pasti akan mendatangkan ganjaran yang

setimpal. Tapi sayangnya, novel ini masih memiliki struktur kalimat yang sulit

dipahami. Catatan kaki yang diberikan penulis pun tidak cukup memadai sehingga

orang yang tidak terbiasa membaca buku seperti ini akan kesulitan mencerna maksud si

penulis.

Gaya bahasa yang dipakai oleh penulis lebih cenderung memakai gaya bahasa

penegasan karena pada dasarnya problem yang terkandung dalam cerita Si Jamin dan Si

Johan cukup kompleks dan memerlukan penegasan pada bagian-bagian tertentu.

Cerita Si Jamin dan Si Johan ini bisa dibaca oleh siapa saja karena mengandung

nasihat-nasihat yang berguna dalam kehidupan. Terutama bagi para remaja sekarang ini

yang cenderung mengikuti gaya hidup konsumtif, buku ini sangat cocok karena

mengingatkan akan penderitaan dan kesulitan-kesulitan orang-orang yang kekurangan.

Demikianlah resensi ini saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi orang yang

membutuhkan. Sekian dan terima kasih.

Resensator : Martina Lydia Lieda XIA1 – 1

Page 4: Resensi Si Jamin Dan Si Johan

Kata Pengantar

Marilah kita memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmatNyalah resensi cerita si Jamin dan Si Johan ini terselesaikan

dengan baik.

Pada zaman sekarang ini, buku-buku sastra Indonesia banyak yang terabaikan.

Banyak orang yang tidak mengetahui buku-buku seperti Si Jamin dan Si Johan, Azab

dan Sengsara, Siti Nurbaya, dan sebagainya. Orang-orang lebih memilih membaca

buku-buku luar seperti novel-novel terjemahan. Padahal sebenarnya, sastra Indonesia

memiliki kualitas yang tidak kalah jika dibandingkan dengan buku-buku dari luar.

Oleh karena itu saya menulis resensi ini sebagai gambaran dan bahan

perbandingan bagi orang-orang yang ingin membaca karya sastra Indonesia. Semoga

dengan adanya resensi ini dapat membantu orang-orang untuk lebih mencintai karya

sastra Indonesia.

Semoga resensi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Resensator

Page 5: Resensi Si Jamin Dan Si Johan

RESENSI

Derita Hidup Anak Tiri

Oleh:

Martina Lydia Lieda

XIA1

SMA Kristen Kalam Kudus

TA 2008/2009