Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
PENGARUH SPIRITUAL QUOTIENT TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA USIA 60-74 TAHUN
( Di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang )
Oleh :
Lusiana Nuryanti
15.321.0069
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2019
i
PENGARUH SPIRITUAL QUOTIENT TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA USIA 60-74 TAHUN
(Di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan Cendekia Medika Jombang
Lusiana Nuryanti
15.321.0069
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2019
ii
iii
iv
v
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bojonegoro, Jawa Timur pada tanggal 06 Agustus 1996 dari Ibu
Wantinah. Penulis merupakan anak pertama.
Pada tahun 2003 penulis lulus dari TK Tunas Bangsa, pada tahun 2009 penulis lulus dari
SDN Sambeng 1, pada tahun 2012 penulis lulus dari SMP Negeri 1 Kasiman, pada tahun
2015 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kasiman, dan pada tahun 2015 penulis masuk STIKES
Insan Cendekia Medika Jombang. Penulis memilih program studi S1 Keperawata dari lima
pilihan program studi yang ada di STIKES ICMe Jombang.
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
vii
Jombang, 26 Juli 2019
Yang menyatakan
Lusiana Nuryanti
153210069
PERSEMBAHAN
Puji syukurku pada-Mu Allah SWT. Tuhan semesta alam yang menciptakan dengan
bekal yang begitu teramat sempurna. Rahmat dan hidayah-Mu telah memberikan ku
kekuatan, keehatan, semangat pantang menyerah dan memberkatiku dengan ilmu
pengetahuan. Atas karunia serta kemudahan yang engkau berikan akhirnya tugas ini dapat
terselesaikan, serta shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW.
Kupersembahkan tugas akhir ini untuk orang-orang tercinta dan tersayang :
Pertama untuk ibuku tersayang Ibu Wantinah dan Ibu Murtini yang telah memberikan
dukungan dari segi apapun sampai saat ini. Terima kasih telah mendukungku dengan iklas
dan juga membimbingku dengan penuh kesabaran.
Kedua untuk orang yang disemogakan telah menemani, memberikan semangat, motivasi,
kesabaran yang berlebih dalam pengerjaan skripsi ini, terimakasih telah bersabar dalam
berbagai hal.
Terakhir untuk teman-temanku se-angkatan S1 Keperawatan terima kasih telah memberikan
dukungan dan motivasi dalam pengerjaan skripsi, semoga kebikan kalian akan mendapatkan
balasan yang baik pula.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmatnya
sehingga skripsi penelitian dengan judul “Pengaruh Spiritual Quotient terhadap tingkat
depresi pada lansia usia 60-74 tahun di Desa Gadingmangu Kecamtan Perak Kabupaten
Jombang” dapat terselesaikan sesuai waktunya.
Peneliti menyakini dan percaya bahwa dalam penyusunan skripsi penelitian ini tidak
akan terwujud tanpa bantuan dari semua pihak, maka peneliti menyampaikan banyak terima
kasih kepada: H.Imam Fatoni, SKM., MM., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan Cendekia Medika Jombang, sekaligus sebagai pembimbing 1 dan Anita Rahmawati,
S.Kep., Ns., M.Kep., selaku pembimbing 2 telah bersedia membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam memberikan motivasi sehingga terselesainya skripsi penelitian
ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi penelitian ini masih belum
sempurna, peneliti telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, maka dengan kerendahan hati peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi penelitian ini. Peneliti berharap supaya skripsi
penelitian ini bermanfaat baik bagi semua khalayak umum.
Jombang, 26 Juli 2019
Peneliti
ix
x
PENGARUH SPIRITUAL QUOTIENT TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA USIA 60 – 74 TAHUN
DI DESA GADINGMANGU KECAMATAN PERAK KABUPATEN JOMBANG
Oleh:
Lusiana Nuryanti
ABSTRAK
Depresi pada lanjut usia merupakan gangguan masalah psikologis yang banyak terjadi pada lanjut usia, biasanya masalah tersebut ditandai perasaan sedih yang mendalam dan berdampak pada masalah interaksi sosial sehingga tingkat kemampuan yang pernah mereka miliki mengalami menurun dan dapat menyebabkan tingkat spiritualnya menurun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh spiritual quotient terhadap tingkat depresi pada lansia usia 60-74 tahun di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang.
Jenis penelitian ini menggunakan pre-eksperimental dengan desain penelitian one grup pre-post test design. Populasi pada penelitian ini adalah lansia usia 60-74 tahun di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang 384 orang, dengan jumlah sampel sebesar 30 responden, dan pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling. Sementara variabel independent adalah spiritual quotient dan variabel dependennyat adalah depresi. Pengambilan data depresi menggunakan kuesioner DASS-21.
Hasil penelitian hampir seluruh responden sebelum dilakukan spiritual quotient mengalami depresi sedang (56,7%) dan setelah dilakukan spiritual quotient hampir setengah responden mengalami depresi ringan (43,3%). Hasil uji statistik menggunakan uji Wilcoxon menunjukan ρ-value sebelum dan sesudah dilakukan spiritual quotient adalah (0,000) dengan nilai α=0,05 yang bearti ada pengaruh spiritual quotient terhadap tingakat depresi pada lansia usia 60-74 tahun. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh spiritual quotient terhadap tingkat depresi pada lansia uasi 60-74 tahun.
Kata kunci : Depresi, Lansia, Spiritual quotient.
xi
THE EFFECT OF SPIRITUAL QUOTIENT ON DEPRESSION LEVELS IN ELDERLY AGES 60-70 YEARS
In Gadingmangu, Perak, Jombang District
By:Lusiana Nuryanti
ABSTRACT
Depression in the elderly is a psychological problem that occurs a lot in the elderly, usually the problem is characterized by deep feelings of sadness and an impact on the problem of social interaction so that the level of ability they have had decreased and can cause his spiritual level to decline. The purpose of this study was to analyze the effect of spiritual quotient on the level of depression in the elderly aged 60-74 years in Gadingmangu, Perak, Jombang District
The design of this study was pre-experimental with one group pre-post test design.the population in this study were elderly aged 60-74 tahun in Desa Gadingmangu Kecamatan Perak, Jombang The number of samples is 30 respondents. Sampling using consecutive sampling The variable independent of the research is the spiritual quotient. The variable of the dependent study is depression.. The number of samples is 30 respondents. Retrieval of depression data using the DASS-21 questionnaire.
The results of the study of almost all respondents before the spiritual quotient had moderate depression (56.7%) and after spiritual quotient almost half of the respondents experienced mild depression (43.3%). The results of statistical tests using the test Wilcoxon show ρ-value before and after the spiritual quotient is (0,000) with a value of α = 0.05 which means there is ainfluence spiritual quotient on the level of depression in the elderly aged 60-74 years.
Keywords: Depression, Elderly, Spiritual quotient.
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR...........................................................................................................i
SAMPUL DALAM ......................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ......................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................................iv
KATA PENGANTAR .................................................................................................v
DAFTAR ISI ...............................................................................................................vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................11.2 Rumusan Masalah......................................................................................31.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................31.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Lansia................................................................................5
2.2 Konsep Depresi.......................................................................................10
2.3 Konsep Dasar Spiritual Quotient............................................................17
2.4 Pengaruh Penelitian ...............................................................................23
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konsep....................................................................................25
3.2 Hipotesis Penelitian................................................................................26
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian........................................................................................274.2 Desain Penelitian.....................................................................................274.3 Waktu Dan Tempat Penelitian.................................................................284.4 Populasi, Sampel Dan Sampling..............................................................284.5 Kerangka Kerja........................................................................................30
xiii
4.6 Identifikasi Variabel ...............................................................................314.7 Definisi Operasional................................................................................324.8 Pengumpulan Dan Analisa Data..............................................................334.9 Etika Penelitian.......................................................................................37
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil penelitian ............................................................................395.2 Pembahasan .................................................................................44
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN6.1 Kesimpulan .................................................................................496.2 Saran ...........................................................................................49
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
2.
2.1. Tabel Depression Anxienty Stress Scale(DASS)……..………………...………….163.
4.
4.1. Tabel One Group Pre-Post Test Design ...................................................................27
4.2. Tabel Definisi operasional pengaruh spiritual quotient terhadap tingkat depresi
pada lansia usia 60-74 tahun di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten
Jombang
………………………………………………………………………….32
5.
5.1. Tabel karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Gadingmangu
Kecamatan Perak Kabupaten Jombang pada tanggal 30 Juni-6 Juli 2019
...………………………………………………………………………………….40
5.2. Tabel karakteristik responden berdasarakan pendidikan di Desa Gadingmangu
Kecamatan Perak Kabupaten Jombang pada tanggal 30 Juni-6 Juli
2019………………………………………………………………………………40
5.3. Tabel karakteristik responden berdasarakan pekerjaan di Desa Gadingmangu
Kecamatan Perak Kabupaten Jombang pada tanggal 30 Juni-6 Juli
2019………………………………………………………………………………41
5.4. Tabel karakteristik responden berdasarkan tingkat depresi pada lansia usia 60-74
tahun sebelum dilakukan intervensi spiritual quotient di Desa Gadingmangu
Kecamatan Perak Kabupaten Jombang pada tanggal 30 Juni-6 Juli 2019.
...………………………………………………………………………………….41
5.5. Tabel karakteristik responden berdardasarkan tingkat depresi pada lansia usia 60-
74 tahun sesudah diberikan intervensi spiritual quotient di Desa Gadingmangu
Kecamatan Perak Kabupaten Jombang pada tanggal 30 Juni-6 Juli 2019.
...………………………………………………………………………………….42
xv
5.6. Tabel tabulasi silang analisis pengaruh spiritual quotient terhadap tingkat depresi
pada lansia usia 60-74 tahun di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten
Jombang pada tanggal 30 Juni-6 Juli
2019………………………………………………………………………………43
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
5.1. kerangka konsep pengaruh spiritual quotient terhadap tingkat depresi
pada lansia di posyandu lansia di Desa Gadingmangu Kecamatan
Perak Kabupaten Jombang.......................................................................
6.
6.1. Kerangka kerja pengaruh spiritual quotient terhadap tingkat depresi
pada lansia usia 60-74 tahun di Posyandu lansia Desa Gadingmangu
Kecamatan Perak Kabupaten Jombang....................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar pernyataan judul
Lampiran 2 : Surat izin penelitian
Lampiran 3 : Lembar permohonan menjadi responden
Lampiran 4 : Lembar pernyataan menjadi responden
Lampiran 5 : Lembar kuesioner dan kisi-kisi
Lampiran 6 : Lembar SOP
Lampiran 7 : Lembar surat telah melakukan penelitian
Lampiran 8 : Tabulasi
Lampiran 9 : Hasil SPSS
Lampiran 10 : Lembar konsultasi bimbingan
xvii
DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH
α : Tingkat signifikansi
% : Persentase
< : Kurang dari
> : Lebih dari
f : Jumlah jawaban ya
K : Responden dengan BPH
O : Obsevasi sebelum intervensi
I : Intervensi
O1 : Observasi setelah intervensi
SOP : Standar Operasional Prosedur
STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
ICMe : Insan Cendekia Medika
DASS-21 : Depression Anxiety an Stress Scale-21
WHO : World Health Organization
DINKES : Dinas Kesehtan
RISKESDES : Riset Kesehatan Dasar
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Depresi merupakan gangguan masalah psikologis yang banyak terjadi
pada lanjut usia, biasanya masalah tersebut ditandai perasaan sedih yang
mendalam dan berdampak pada masalah interaksi sosial. Gejala depresi
mengalami perubahan psikologi short them memory, frustasi kesepian dan
takut kehilangan, takut menghadapi kematian, kecemasan, dan depresi
(Maryam et al., 2016). Depresi pada lanjut usia diangkap sebagai akibat
proses dari penuaan dan penyakit kronis yang dialami lanjut usia, padahal
deteksi dan penanganan yang tepat dapat memperbaiki dan meningkatkan
kualitas hidup lanjut usia (Dewi, 2014). Kebanyakan lanjut usia tingkat
kemampuan yang pernah mereka miliki mengalami perubahan fisik seperti
memutihnya rambut, munculnya kerutan di wajah, berkurangnya ketajaman
penglihatan dan daya ingat yang menurun, serta beberapa masalah kesehatan
fisik lainnya (Wong, 2016), sehingga dapat menyebabkan tingkat spiritualnya
menurun seperti beribadah tidak dijalankan, tidak mau mengikuti acara
pengajian di masyarakat.
Gangguan psikologis diperkirakan terjadi pada 5% penduduk lansia
didunia (WHO, 2017). Di India bahwa terdapat 218 lanjut usia yang diteliti,
dan ada 64 orang (29,36%) yang mengalami depresi (Pracheth et al., 2015).
Kementerian kesehatan tahun 2017 menyatakan bahwa di Indonesia jumlah
1
2
lansia sebesar 23,66 juta jiwa penduduk yang mengalami depresi.
Provinsi Jawa Timur sebagian besar lansia yang mengalami depresi sebesar
12,25. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang menunjukan bahwa
jumlah lansia yang mengalami depresi sebesar 156.132 penduduk. Menurut
DINKES data lansia tertinggi berada di Perak. Hasil study pendahuluan yang
telah dilakukan di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten
Jombang, jumlah keseluruhan terdapat 384 orang. Dari hasil wawancara yang
dilakukan ke 10 orang bahwa 6 orang mengalami gangguan spiritual dan 4
orang tidak mengalami spiritual.
Depresi pada lanjut usia memiliki dampak yang menyebabkan faktor
fisik, psikologis dan sosial yang saling berinteraksi secara merugikan dan
memperburuk kualitas hidup dan produktifitas kerja pada lanjut usia. Faktor
fisik yang dimaksud adalah penyakit fisik yang diderita lanjut usia. Faktor
psikologis meliputi kondisi sosial ekonomi, sedangkan faktor sosial yang
berpengaruh adalah berkurangnya interaksi sosial atau dukungan sosial dan
kesepian yang dialami lanjut usia. Perasaan ini terjadi akibat terputusnya atau
hilangnya interaksi sosial yang merupakan salah satu faktor pencetus
terjadinya depresi pada lansia (Sumirta, 2017). Spiritual berpengaruh besar
terhadap kesehatan fisik dan mental pada lanjut usia. Lanjut usia yang
imannya rendah akan cenderung menderita depresi karena tidak memiliki
semangat hidup. Hal tersebut menjadikan bahwa lanjut usia merasa tersisih
dan menjadi tertekan (Wulandari, 2016).
3
Lanjut usia pada umumnya membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan
masalah dalam hidupnya, memiliki harga diri dan serta siap untuk
menghadapi kematian agar tidak terjadi hal-hal yang buruk dapat dilakukan
dengan cara Spiritual Quotient yaitu kecerdasan yang biasa digunakan untuk
mengatasi masalah hidup yang sedang dihadapi, manusia dituntut untuk
kreatif mengubah penderitaan menjadi semangat atau motivasi hidup yang
tinggi sehingga dapat berubah menjadi kebahagiaan hidup dan mampu
menemukan makna kehidupanya (Onah, 2015).
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh spiritual quotient terhadap tingkat depresi pada
lansia usia 60-74 tahun di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten
Jombang?.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh spiritual quotient terhadap tingkat depresi
pada lansia usia 60-74 di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten
Jombang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat depresi lansia usia 60-74 tahun sebelum
dilakukan spiritual quotient di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak
Kabupaten Jombang.
4
2. Mengidentifikasi tingkat depresi pada lansia usia 60-74 tahun setelah
dilakukan spiritual quotient di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak
Kabupaten Jombang.
3. Mengidentifikasi pengaruh spiritual quotient terhadap tingkat depresi
pada Lansia usia 60-74 tahun di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak
Kabupaten Jombang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Memberikan kontribusi wawasan keilmuan tentang pengaruh
spiritual quotient terhadap tingkat depresi pada lansia.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan agar dapat mendorong lansia supaya lebih
aktif dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia sehingga lebih
mengefektifkan pengetahuan lansia, sehingga dapat memberi pengalaman
bagi penulis dalam melaksanakan penelitian serta mengaplikasikan
berbagai teori dan konsep yang didapat dibangku kuliah ke dalam bentuk
penelitian ilmiah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Lansia
2.1.1 Pengertian Lansia
Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua
orang yang dikaruniai usia Panjang, terjadinya tidak bias dihindari oleh
siapapun, namun manusia dapat upaya untuk menghambat dapat berupaya
untuk menghambat kejadiannya ( Bandiyah, 2009).
Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia, periode dimana oerganisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran
fungsi dan juga telah menunjukan kemunduran sejalan dengan waktu (WHO,
2009).
2.1.2 Batasan-Batasan Lansia
WHO (2002) membagi lansia menjadi 4 kelompok yang meliputi:
1. Usia pertengahan (Midle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2. Lanjut usia (Elderly) yaitu antara 60 sampai 74 tahun.
3. Lanjut usia tua (old) yaitu antara 75 sampai 90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old) yaitu antara usia diatas 90 tahun (Bandiyah,
2009).
Mohamad (2008), membagi periodisasi biologis perkembangan manusia
sebagai berikut :
1. 0-1 tahun = masa bayi.
5
2. 1-6 tahun = masa pra sekolah.
3. 6-10 tahun = masa sekolah.
6
6
4. 10-20 tahun = masa pubertas.
5. 40-65 tahun = masa setengah umur (prasenium)
6. 65 tahun keatas = masa lanjut usia (senium) (Bandiyah, 2009).
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan Lanjut menurut Suardiman (2011), sebagai
berikut:
Dalam pasal 1 ayat 2 Undang-undang No. 13 tahun 1998 tersebut
dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang
yang berusia 60 tahun keatas. Berdasarkan beberapa teori diatas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa batasan lanjut usia (khususnya secara umum
di Indonesia) dapat dimulai dari usia kronologis setelah dewasa akhir,
yang dimulai dari usia 60 tahun.
Departemen Kesehatan RI (2010) pengelompokan lanjut usia menjadi:
1. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59).
2. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki
masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun).
3. Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit
degeratif (usia 65-74 tahun).
2.1.3 Faktor-faktor yang memengaruhi ketuaan
Faktor-faktor yang memengaruhi ketuaan menurut Bandiyah (2009)
adalah
7
1. Keturunan
2. Nutrisi
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stress
2.1.4 Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia menurut Bandiyah (2009)
1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya.
b. Lebih besar ukuranya.
c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler.
d. Menurunya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati,
e. Jumlah sel otak menurun.
f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g. Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2. Sistem pernafasan
a. Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya
dalam setiap harinya).
b. Cepat menurunya hubungan persyarafan.
c. Lembar dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan
stress.
d. Mengecilnya saraf panca indra.
8
e. Berkurangnya pengelihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf pencium dan perasa, lebih sensitive terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
f. Kurangnya sensitive terhadap sentuhan.
3. Sintem pendengaran
a. Hilangnya kemampuan daya pendengaran pada telingan dalam
terutama terhadap bunyi atau suara nada tingi, suara yang tidak jelas,
sulit mengerti kata-kata 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.
b. Membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
c. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketengangan jiwa atau stress.
4. Sistem pengelihatan
a. Stringter pupil sklereosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea
lebih berbentuk sferis (bola).
b. Lensa lebih suram (kekerutan pada lensa) menjadi katarak, dapat
menyebabkan gangguan penglihatan.Meningkatkan ambang, daya
adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam
cahaya gelap.
c. Hilangnya daya akomodasi.
d. Menurunya tingkat pandangan, berkurangnya luas pandangan.
e. Menurunya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala
(Bandiyah, 2009).
9
2.1.5 Ciri-ciri Lansia
Ciri-ciri orang lanjut usia menurut Hurlock (2010) yaitu:
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia kebanyakan dari faktor fisik dan factor
psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.
Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila motivasinya rendah,
sebaliknya jika motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama
terjadi.
2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagian akibat dari
sikap sosial yang kurang menyenangkan pada orang lanjut usia dan
dapat diperkuat oleh pendapat klise yang jelek terhadap lansia.
Pendapat klise itu seperti: lansia lebih senang mempertahankan
pendapatnya sendiri dari pada pendapat orang lain.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut bisa dilakukan karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan dirinya sendiri bukan dari tekanan
lingkungan sekitar.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk pada orang lanjut usia membuat lanjut usia
cenderung mengembangkan konsep diri yang akan menjadi buruk.
10
Lansia akan lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena
perlakuan yang bruk akan semakin membuat diri lansia menjadi buruk.
2.2 Konsep Depresi
2.2.1 Pengertian konsep depresi
Depresi merupakan masalah psikologis yang banyak terjadi pada
lanjut usia. Masalah tersebut ditandai dengan perasaan sedih mendalam
yang berdampak pada gangguan interaksi sosial. Tidak jarang gejala
depresi juga berupa gangguan fisik seperti insomnia dan berkurangnya
napsu makan. Depresi seringkali tidak terdeteksi pada lanjut usia karena
dianggap sebagai akibat dari proses penuaan dan penyakit kronis yang
dialami oleh lanjut usia. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat
terhadap depresi dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup bagi
lanjut usia (Dewi, 2014).
Depresi adalah gangguan mood yang terjadi pada emosional
seseorang, biasanya gangguan ini terjadi dalam bentuk depresi yang
ekstrem, biasanya ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan
berkelanjut sampai hilangnya semangat hidup, tidak mengalami gangguan
menilai realitas (reality testing ability atau RTA masih baik), kepribadian
ini tetap untuh (tidak ada splitting of personality), biasanya perilaku dapat
terganggutetapi dalam batas-batas normal (Hawari, 2011).
11
2.2.2 Epidemiologi
WHO memperkirakan pada tahun 2020 gangguan depresi berat
merupakan kelainan umum dengan prevalensi sepanjang umur sekitar 15%
dan sekitar 25% pada wanita. Insiden gangguan depresi berat sebesar 10%
pada pasien rawat jalan dan 15% pada pasien rawat inap (Kaplan dan
sadock, 2010).
2.2.3 Penyebab depresi
Faktor- faktor penyebab depresi menurut Durand dan Barlow (2010)
sebagai berikut:
1. Faktor Biologis
Prevalensi keluarga yang memiliki anggota pernah mengalami depresi
ada kemungkinan dialami oleh keluarga yang lain.
2. Faktor Psikologis
a) Peristiwa lingkungan yang sterssfull
b) Learned Helpnessless, orang menjadi cemas dan depresi ketika
membuat atribusi bahwa mereka tidak memiliki kontrol atas stess
dalam kehidupanya.
c) Negative Cognitive Style, adanya pikiran negatif atas sesuatu
fenomena yang sudah terpola atau menjadi gaya hidup.
3. Faktor sosial kultural
Meliputi berbagai masalah sosial misalnya hubungan interpersonal,
hubungan dengan keluarga, dukungan sosial dan pengaruh budaya
setempat. Pada dasarnya faktor penyebab depresi dapat ditinjau dari
12
beberapa segi baik fisik (biologis), psikologis, ataupun sosial
(lingkungan/kultural) yang ketiganya tidak berdiri sendiri tetapi
saling mempengaruhi.
2.2.4 Gejala depresi
Gejala depresi meliputi trias depresi, yang terdiri dari mood yang
terdepresi, hilangnya minat dan kegembiraan, serta berkurangnya
energi yang ditandai dengan keadaan yang mudah lelah dan
berkurangynya aktivitas.
Gejala tambahan lainya meliputi:
1. Konsentrasi dan perhatian berkurang.
2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang.
3. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna.
4. Gagasan dan perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri.
5. Pandangan masa depan yang suram dan pesimitis.
6. Tidur terganggu.
7. Nafsu makan berkurang.
Tingkat depresi yang muncul merupakan gambaran dari banyaknya
gejala serta tambahanya (Hawari, 2011).
2.2.5 Ciri-ciri depresi
Ciri-ciri depresi menurut American Psychologi Assosiation-APPA
(2011) adalah:
1. Mood depresi yang hamper sepanjang hari dan hamper setiap hari,
biasanya berupa mood yang mudah tersinggung.
13
2. Penurunan kesenangan atau keinginan secara drastis dalam seluruh
aktivitasnya.
3. Suatu kehilangan atau pertambahan berat badan yang signifikan
(15% dari tubuh dalam sebulan) atau suatu peningkatan atau
penurunan selera makan yang drastis.
4. Agistasi yang berlebihan atau melambatnya respon gerakan
hamper setiap hari.
5. Perasaan lelah atau kehilangan energi setiap hari.
6. Berkurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi atau berfikir
jernih atau untuk membuat keputusan.
7. Pikiran yang muncul berulang tentang kematian atau bunuh diri.
Depresi merupakan suatu gangguan jiwa yang biasanya merasa
sedih, merasa sendiri, putus asa, rendah hati, disertai perlambatan
psikomotorik, atau kadang malah agistasi, menarik diri dari
hubungan sosial, dan terdapat gangguan vegetative seperti
anoreksia serta insomnia (Kaplan, 2010).
Orang-orang yang rentang terkena depresi menurut Hawari (2011)
biasanya mempunyai ciri-ciri:
1. Pemurung, sukar untuk bias merasa bahagia.
2. Pesimis menghadapi masa depan.
3. Memandang diri rendah.
4. Mudah merasa bersalah.
5. Mudah mengalah.
14
6. Mudah merasa sedih, haru, dan menangis.
7. Gerakanya lemah, lamban, lesu, kurang energik.
8. Tidak percaya diri.
9. Merasa tidak mampu.
10. Merasa selalu gagal dalam usaha, pekerjaan ataupun studi.
11. Sulit mengambil keputusan.
12. Suka mencela, mengkritik, konvesional.
13. Lebih suka menyendiri, tidak suka bergaul.
14. Mudah tersinggung.
15. Menghindari hal-hal yang menyenangkan.
2.2.6 Jenis-jenis depresi
Tingkatan depresi menurut PPDGJ-III dibagi dalam tiga tingkatan
yaitu ringan, sedang, berat, dimana perbedaan antara episode depresif
ringan, sedang,dan berat terletak pada penilaian klinis yang kompleks
yang meliputi jumlah,bentuk dan keparahan gejala yang ditemukan.
1. Depresi ringan
Tingkatan depresi ringan memiliki tanda-tanda yaitu sekurang-
kurangnya harus ada dua dari gejala utama depresi seperti tersebut
diatas, ditambah sekurang-kurangnya dua dari gejala yang lain,
tidak boleh ada gejala berat diantaranya, lamanya seluruh episode
berlangsung sekurang-kurangnya sekitar dua minggu, hanya
sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
15
dilakukan. Pada umunya depresi ringan akan mengalami keadaan
resah, serta sukar untuk melakukan pekerjaan dan kegiatan sosial.
2. Depresi sedang
Depresi sedang memiliki tanda-tanda yaitu sekurangkurangnya
harus ada dua dari gejala utama depresi seperti pada episode
depresi ringan, ditambah sekurang-kurangnya tiga dan sebaiknya
empat dari gejala lainya, lamanya seluruh episode berlangsung
minimum 2 minggu, menghadapi kesulitan nyata untuk
meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.
3. Depresi berat
Depresi berat memiliki tanda-tanda yaitu semua tiga dari tiga
gejala depresi harus ada, ditambah sekurang-kurangnya empat dari
gejala lainya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat,
bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi
psikomotor) yang jelas, maka pasien tidak mau atau tidak mampu
untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci dalam hal
demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif
berat masih dapat dibenarkan, episode depresif biasanya harus
berlangsung sekurang kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala
amat berat dan terjadi sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk
menegakkan diagnosis dalam kurun waktu dalam 2 minggu,
sangat tidak mungkin pasien akan mampu melanjutkan kegiatan
16
sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada tingkat
yang sangat terbatas (Depkes, 2000).
2.2.7 Alat ukur derajat Depresi
Skala Depression Anxienty Stress Scale (DASS)
Keterangan:
0 = Tidak saya alami.
1 = Saya mengalami beberapa tingkat, atau beberapa.
2 = Saya sering mengalami.
3 = Saya selalu menglami.
2.1 Tabel Depression Anxienty Stress Scale (DASS)
Pernyataan Skor
0 1 2 3
1 Saya tidak dapat merasakan perasaan positif sama sekali
2 Saya merasa sulit untuk bekerja inisiatif untuk melakukan
hal-hal
3 Saya merasa bahwa saya tidak mempunyai apa-apa lagi
untuk menantikan
4 Saya merasa sedih dan biru
5 Saya tidak dapat menjadi antusias tentang apapun
6 Saya merasa saya tidak layak menjadi orang
7 Saya merasa bahwa hidup saya tidak bearti
Sumber: Saryono (2010).
17
Penilaian berdasarkan DASS
Ringan : 7-9
Sedang : 10-14
Berat : 15-19
Extrim : 20+
2.3 Konsep Dasar Spiritual Quotient
2.3.1 Pengertian konsep spiritual quotient
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk memecahkan makna
dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam
konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan orang
lain. Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan kesadaran dalam diri kita yang
membuat kita menemukan dan mengembangkan bakat-bakat (Ahyadi, 2015).
2.3.2 Aspek-aspek kecerdasan spriritual
Tanda- tanda dari kecerdasan spiritual yang telah berkembang dengan
baik menurut Zohar dan Marshall (2000) adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan bersikap fleksibel
Kemampuan seseorang untuk bersikap adaptif secara spontan dan aktif,
memiliki pertimbangan yang dapat dipertanggung jawabkan di saat
mengalami dilematis.
18
2. Tingkat kesadaran diri yang tinggi
Kemampuan seseorang yang mencakup usaha untuk mengetahui batas
wilayah yang nyaman untuk dirinya, agar mendorong seseorang untuk
merenungkan apa yang dipercayai dan apa yang dianggap bernilai,
berusaha untuk memperhatikan segala macam kejadian dan peristiwa
dengan berpegang pada agama yang diyakininya.
3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
Kemampuan seseorang dalam menghadapi penderitaan dan menjadikan
penderitaan yang dialami sebagai motivasi untuk mendapatkan kehidupan
yang lebih baik di kemudian hari.
4. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
Kemampuan seseorang dimana di saat dia mengalami sakit, individu akan
menyadari keterbatasan dirinya, dan menjadi lebih dekat dengan Tuhan
dan yakin bahwa hanya Tuhan yang akan memberikan kesembuhan.
5. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai
Kualitas hidup seseorang yang didasarkan pada tujuan hidup yang pasti
dan berpegang pada nilai-nilai yang mampu mendorong untuk mencapai
tujuan tersebut.
6. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
Seseorang yang mempunyai kecerdasan spiritual tinggi mengetahui
bahwa ketika individu merugikan orang lain, maka berarti individu
tersebut merugikan dirinya sendiri sehingga enggan untuk melakukan
kerugian yang tidak perlu.
19
7. Berpikir secara holistik
Kemampuan seseorang untuk melihat dan memahami hikmah dari
keterkaitan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada individu.
8. Kecenderungan untuk bertanya mengapa dan bagaimana jika untuk
mencari jawaban-jawaban yang mendasar.
Kemampuan seseorang untuk menanyakan pada diri sendiri mengenai
peristiwa-peristiwa dasar dalam kelanjutan kehidupan manusia.
9. Menjadi pribadi mandiri
Kemampuan seseorang yang memilki kemudahan untuk bekerja melawan
konvensi dan tidak tergantung dengan orang lain.
2.3.1 Langkah-langkah praktis kecerdasan spiritual
Tujuh langkah praktis mendapatkan kecerdasan spiritual yang lebih
baik menurut Zohar (2008) antara lain:
1. Menyadari dimana saya sekarang.
2. Merenungkan apakah pusat saya sendiri dan apakah motivasi saya
yang paling dalam.
3. Menetapkan hati saya pada sebuah jalan.
4. Merasakan dengan kuat bahwa saya ingin berubah.
5. Menemukan dan mengatasi rintangan.
6. Menggali banyak kemungkinan untuk melangkah maju.
7. Tetap menyadari bahwa ada banyak jalan.
20
2.3.2 Fungsi kecerdasan spiritual
Fungsi kecerdasan spiritual menurut Marshall (2005), yaitu:
1. Kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam
konteks makna yang lebih luas dan kaya. Sehingga manusia menadi
kreatif, luwes, berwawasan luas, berani, optimis dan fleksibel.
Karena ia terkait langsung dengan problem-prblem eksistensi yang
selalu ada dalam kehidupan. Kecerdasan yang digunakan dalam
masalah eksistensialis, yaitu ketika kita secara pribadi merasa
terpuruk, terjebak oleh kebiasaan.
2. Kekhawatiran dan masa lalu akibat penyakit dan kesedihan.
Kecerdasan menjadikan kita sadar bahwa kita memiliki masalah
eksintensial dan membuat kita mampu mengatasinya,karena
kecerdasan spiritual memberi kita semua rasa yang dalam
menyangkut perjuangan hidup.
3. Kecerdasan spiritual sebagai landasan bagi seseorang untuk
memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Karena kecerdasan
spiritual merupakan puncak kecerdasan manusia.
4. Kecerdasan yang membuat manusia mempunyai pemahaman
tentang siapa dirinya dan apa makna segala sesuatu baginya dan
bagaimana semua itu memberikan tempat didalam dunia kepada
orang lain dan makna-makna mereka.
21
5. Kecerdasan spiritual memungkinkan kita untuk menyatukan hal-hal
yang bersifat intrapersonal dan interpersonal, serta menjembatani
kesenangan antara diri dan orang lain.
6. Kecerdasan yang dapat memberikan rasa moral, kemampuan
menyesuaikan aturan kaku dibarengi dengan pemahaman sampai
batasnya. Karena dengan memiliki kecerdasan spiritual
meningkatkan seseoraang bertanya apakah saya ingin berada
disituasi ini atau tidak. Intinya kecerdasan spiritual berfungsi untuk
mengarahkan situasi.
7. Kecerdasan yang dapat menjadikan lebih cerdas secara spiritual
dalam beragama. Sehingga seseorang memiliki kecenderungan
spiritual tinggi tidak berpikiran ekslusif, fanatik dan berprasangka.
2.3.3 Ciri-ciri kecerdasan spiritual
Ciri-ciri orang yang cerdas secara spiritual menrut Rakmad (2000),
yaitu:
1. Kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik dan materi.
Karakteristik yang pertama, disebut sebagai komponen inti kecerdasan
spiritual, contohnya yaitu seorang anak yang merasakan kehadiran
Tuhan atau makhluk ruhaniyah di sekitarnya mengalami transendensi
fisikal dan material, ini yang disebut segai tahap awal memasuki dunia
spiritual.
22
2. Kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak.
Karakteristik yang kedua juga disebut sebagai lanjutan inti
karakteristik yang pertama, yaitu ketika seorang anak sudah
mengalami transendensi fisikal dan material. Sebagai tahap awal dari
dunia spiritual, kemudian mencapai kesadaran kosmis yang
menggabungkan dia dengan seluruh alam semesta. Ia merasa bahwa
alamnya tidak terbatas pada apa yang disaksikan dengan alat-alat
indranya.
3. Kemampuan menggunakan sumber-sumber spiritual untuk
menyelesaikan masalah.
Maksud ciri yang keempat yaitu orang yang cerdas secara spiritual
tidak memecahkan persoalan hidup hanya secara rasional atau
emosional saja.Ia menghubungkannya dengan makna kehidupan
secara spiritual yaitu melakukan hubungan dengan pengatur
kehidupan.
23
2.4 Pengaruh penelitian spiritual quotient terhadap tingkat depresi pada
lansia usia 60-74
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat religiusitas
dengan tingkat depresi. Penelitian ini dilaksanakan pada lansia di Panti
Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan dengan desain penelitian cross
sectional. Responden berjumlah 61 orang yang diambil dengan
menggunakan Teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat depresi menggunakan kuesioner Geriatric Depresion scale
30 item dan untuk mengukur tingkat religiusitas menggunakan kuesioner 22
item. Analisis data menggnakan Analisa uvariat dan Analisa bivariat (Uji
Korelasi Spreaman Rank). Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk tingkat
religiusitas 11,0% termasuk dalam kategori baik 65,6% kategori sedang dan
16,4% kategori buruk. Sedangkan untuk tingkat depresi, 60,7 termasuk
kategori normal, 27,9% depresi ringan, dan 11,5% depresi berat. Ada
hubungan tingkat religiusitas dengan tingkat depresi lansia di PSTW Budi
Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan (P value= 0,000, r = 0,558).
Penelitian ini bertujuan untuk hubungan dukungan sosial keluarga
dengan kejadian depresi pada lansia usia 60-74 tahun di Dusun Bandung
Desa Bandung Kecamatan Bandung Kabupaten Jombang. Desain penelitian
ini adalah analitik korelasional dengan metode cross sectional. Populasinya
semua di Dusun Bandung Desan Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten
Jombang sejumlah 36 orang. Teknik sampling dengan menggunakan simple
24
random sampling dengan sampelnya sejumlah 42 orang. Intrumen peneitian
menggunakan lembar kuesioner dengan pengolahan data editing, coding,
scoring, tabulating dan uji stastiktik menggunakan uji rank spreaman. Hasil
penelitian hamper setengah responden (47,2%) dengan dukungan keluarga
baik sejumlah 17 orang, sebagian besar responden (66,7%) adalah 24 orang
tidak depresi. Uji rank spreaman menunjukkan bahwa nilai signifikansi
P=0,000 α (0,05), sehinggan Ho ditolak. Penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa hubungan sosial dukungan keluarga dengan kejadian depresi pada
lansia usia 60-74 tahun di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang. Dapat memberikan edukasi dan informasi yang adekuat
bagi lansia dan keluarga seperti gaya hidup, pola kehidupan dan cara
adaptasi sehari-hari, kekuatan kepribadian dan minat.
25
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka konseptual
Kerangka konseptual penelitian merupakan suatu model konseptual yang
berkaitan dengan bagaimana seseorang peneliti menyusun teori atau
menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk
masalah (Hidayat, 2015)
: Variabel yang tidak diteliti.
: Variabel yang diteliti.
: Memengaruhi.
25
Depresi
Sedang Ringan Berat
Faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual:
1. Tahap perkembangan2. Keluarga3. Pengalaman hidup4. Krisis dan perubahan
Kecerdasan spiritualFaktor yang mempengaruhi
1. Genetik2. Biologis3. Sosial
kultular
Gambar 3.1 kerangka konsep pengaruh spiritual quotient terhadap tingkat depresi pada lansia usia 60-74 tahun di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang.
3.2. Penjelasan kerangka konseptual
Dari gambar di atas dapat di jelaskan bahwa kecerdasan spiritual
merupakan upaya untuk memecahkan masalah dalam hidup, faktor yang
mempengaruhi kecerdasan spiritual meliputi tahap perkembangan,
pengalaman hidup, krisis dan perubahan. Depresi yaitu masalah psikologis
yang banyak terjadi pada lanjut usia, faktor yang mempengaruhi depresi
meliputi faktor genetik, faktor biologis, faktor sosial kultural dan dapat diukur
dengan menggunakan DASS dengan kriteria ringan, sedang, berat.
3.3. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu dugaan sementara dari jawaban rumusan
masalah penelitian (Sujarweni, 2014). Dari kajian diatas maka dalam penelitian
ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Ada pengaruh spiritual quotient terhadap tingkat depresi pada lansia usia
60-74 tahun di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan pre-
eksperimental. Penelitian eksperimental adalah penelitian yang digunakan
untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu dengan adanya keterlibatan
penelitian dalam melakukan manipulasi terhadap variabel bebas (Nursalam,
2016).
4.2. Desain penelitian
Desain penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam suatu
penelitian, yang memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2016).
Penelitian ini menggunakan desain penelitian one grup pre-post test
design, dimana penelitian akan mengungkapkan pengaruh antara variabel
dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek akan
diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi kembali
setelah dilakukan intervensi (Nursalam, 2016).
Tabel 4.1 One group pre-post test designSubjek Pre Perlakuan Post
O X 1
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3
Keterangan :
K : Subyek x
27
28
O : Observasi (sebelum).
I : Intervensi.
O1 : Observasi (Nursalam, 2016)
4.3. Waktu dan tempat penelitian
4.3.1 Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2019.
4.3.2 Tempat penelitian
Tempat penelitian ini akan dilaksanakan Desa Gadingmangu Kecamatan
Perak Kabupaten Jombang.
4.4. Populasi, sampel dan sampling
4.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang meliputi objek atau subjek,
yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni, 2014). Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh lansia yang berusia 60-74 tahun di Desa
Gadingmangu, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang dengan jumlah populasi
384 orang.
4.4.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian populasi yang akan di teliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2010). Pada
penelitian ini sampelnya adalah sebagian lansia di posyandu lansia di Desa
29
Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang yang mengalami depresi
dengan jumlah 30 orang.
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada
populasi target dan populasi terjangkau (Nursalam, 2013). Kriteria
inklusi :
a. Lansia yang berusia 60-74 tahun.
b. Bersedia menjadi responden.
c. Mampu berkomunikasi dengan baik.
2. Kriteria Eksklusi
Krtireria eksklusi adalah mengeluarkan sebagian subyek yang
memenuhi inklusi dari penelitian karena sebagai sebab ( Nursalam,
2013). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Lansia yang tidak menderita cacat fisik, gangguan mental dan
demensia.
b. Lansia dengan tingkat kemandirian ADL (Activities Daily Living)
kurang.
4.4.3 Sampling
Sampling merupakan teknik pengambilan sample. Teknik pengambilan
sample pada penelitian ini adalah non probability dengan jenis Consecutive
Sampling. Consecutive sampling yaitu dengan menetapkan subjek yang
memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun
waktu tertentu, (Sastroasmoro & Ismail, 1995).
30
4.5. Kerangka kerja
Kerangka kerja adalah langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah, mulai dari
penetapan populasi, sampel dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal
dilaksanakannya penelitian (Nursalam, 2016).
Gambar 4.1 Kerangka kerja pengaruh spiritual quotient terhadap tingkat depresi pada lansia usia 60-74 tahun di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang.
Analisa data Uji Wilcoxon
Penyusunan Proposal
PopulasiJumlah seluruh lansia di posyadu lansia di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak
Kabupaten Jombang berjumlah 384 orang.
Sampling Consecutive sampling
Sampel Sebagian lansia di posyandu lansia di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak
Kabupaten Jombang berjumlah 30 orang.
Pengumpulan dataObservasi
Pengolahan data Editing, Coding, Scoring, Tabulating
Identifikasi masalah
Intervensi Spiritual quotient
Pre eksperimentDepresi pada lansia
Post eksperimentDepresi pada lansia
Penyusunan laporan akhir
31
4.6 Identifikasi variabel
4.6.1 Identifikasi variabel
Variabel adalah perilaku atau karekteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu ( benda, manusia, dan lain-lan).
1. Variabel independent (bebas)
Variabel independent adalah variabel yang mempengaruh atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat)
(Nursalam, 2016). Variabel independent dalam penelitian ini adalah
spiritual quotient.
2. Variabel dependent (terikat)
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau ada
tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2016).
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah tingkat depresi.
32
1.
2.
3.
4.
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7. Definisi operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut
(Nursalam, 2016).
5.
6.
7.
7.1.
7.2.
7.3.
7.4.
7.5.
7.6.
33
Tabel 4.2 Definisi operasional pengaruh spiritual quotient terhadap tingkat depresi pada lansia usia 60-74 tahun di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang.
Variabel Definisi Operasional
Parameter Alat ukur Skala Skor/kriteria
Variabel independentSpiritual quotient
Penilain terhadap sesuatu untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptanya utuk menerapkan nilai positif.
1. Kemampuan berfikir kritis.
2. Kemampuan menemukan dan menciptakan makna.
3. Kemampuan menggali aspek aspek spiritual.
4. Kemampuan mengembangkan praktek spiritual.
SOP - -
Variabel dependent Depresi
Penilaian terhadap suatu respon emosional sebagai perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, yang sangat tidak menyenangkan, yang ditandai dengan rasa khawatir, tidak menentu, kabur tentang sesuatu yang akan terjadi
1. Dysphoria 2. Keputusan 3. Devaluasi
kehidupan4. Penghentian
diri5. Kurangnya
minat atau keterlibatan
6. Anhedonia dan inersia
KuesionerDASS
Ordinal Depression, Anxiety and Stress Scale (DASS-21)Dengan penilaian angka 0-3, yang artinya :0 : Tidak terjadi gejala1 : Gejala jarang2 : Gejala sering3 : Sejala sangat seringKriteria skor :0-7 : Normal8-9 : Ringan10-14 : Sedang15-19 : Berat20+ : Sangat beratSaryono (2010)
4.8 Pengumpulan dan Analisa data
1.
2.
34
3.
4.
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
4.8.
4.8.1 Instrumen penelitian
Instrumen adalah alat ukur pengumpulan data (Hidayat, 2010). Untuk
mengukur depresi dengan Depression, Anxiety and Stress Scale (DASS-21).
Depression, Anxiety and Stress Scale (DASS-21) merupakan satu set dari tiga
skala laporan diri yang dirancang untuk mengukur kondisi emosional depresi,
kecemasan, dan stres. Masing-masing dari tiga skala DASS-21 berisi 7 item,
dibagi menjadi subskala dengan konten serupa.
4.8.2 Prosedur penelitian
Dalam melakukan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan hasil
dari objek yang diteliti, terdapat prosedur-prosedur yang perlu dilakukan,
sebagai berikut:
1. Mengurus perizinan surat pengantar penelitian dari Ketua STIKes ICMe
Jombang.
35
2. Mengurus perizinan penelitian kepada Dinas Kesehatan
3. Memilih responden yang sesuai dengan kriteria sampel.
4. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian dan bila bersedia
menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani inform consent.
5. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden, kemudian mengisi
kuesioner.
6. Peneliti akan membacakan kuesioner pada responden.
7. Selanjutnya kuesioner di isi dan diarahkan oleh peneliti.
8. Setelah semua data terkumpul maka peneliti melakukan analisa data.
9. Penyusunan laporan hasil penelitian.
4.8.3 Pengolahan data
Setelah data terkumpul dari responden, selanjutnya dilakukan
pengolahan data dengan cara sebagai berikut :
1. Editing
Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian
formulir atau kuosioner (Notoadmojo, 2012). Melakukan pemeriksaan
terhadap kebenaran kuesioner hubungan spiritual quotient dengan tingkat
depresi pada lansia.
2. Coding
Kegiatan mengklarifikasi data atau pemberian kode-kode pada
setiap data yang termasuk dalam kategori yang sama, yang diperoleh dari
sumber data yang telah diperiksa kelengkapanya .
36
Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf
yang akan memberikan petunjuk atau identitas pada informasi atau data
yang akan dianalisis.
1) Data umum
a. Jenis kelamin
Laki-laki =L
Perempuan =P
b. Pendidikan
Tidak sekolah = P0
SD = P1
SMP = P2
SMA = P3
Perguruan Tinggi = P4
c. Pekerjaan
Petani = K1
Buruh = K2
Wiraswasta = K3
Swasta = K4
PNS = K5
2) Data khusus
a. Depresi
Normal = D0
Depresi ringan = D1
37
Depresi sedang = D2
Depresi berat = D3
Depresi berat sekali = D4
3. Scoring
Scoring adalah penentuan jumlah skor. Dalam penelitian ini
menggunakan skala ordinal (Notoadmodjo, 2012).
1) Variabel depresi
0 - 7 = Normal
8 – 9 = Depresi ringan
10 – 14 = Depresi sedang
15 – 19 = Depresi berat
20+ = Depresi sangat berat
4. Tabulating
Tabulating adalah membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoadmodjo, 2012).
Adapun hasil pengolahan data tersebut diinterprestasikan
menggunakan skala kumulatif (Arikunto, 2010) sebagai berikut :
100% = Seluruhnya.
76% - 99% = Hampir seluruh.
51% - 75% = Sebagian besar dari responden.
50% = Setengah responden.
26% - 49% = Hampir dari setengah.
1% - 25% = Sebagian kecil dari responden.
38
0% = Tidak ada satupun dari responden.
4.8.4 Analisa data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat
tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean
atau rata – rata, median dan standar deviasi (Notoadmodjo, 2012).
Analisis univariat bertujuan menggambarkan distribusi dan presentasi
dari variabel data usia, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi.
P=F/N x 100%
Keterangan :
P = presentase kategori
F = frekuensi kategori
N = Jumlah responden
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berpengaruh (Notoadmodjo, 2012). Dalam penelitian ini
analisa bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh spiritual
quotient terhadap tingkat depresi pada lansia.
Untuk mengetahui hubungan variabel, dilakukan uji statistik
Wilcoxon. Datanya berbentuk ordinal (Sugiono, 2013). Dengan α −5%
(0.05) di p-value <α (0,05), yang bearti Ho ditolak dan H1 diterima
maka ada pengaruh spiritual quotient terhadap tingkat depresi pada
39
lansia usia 60-74 tahun di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak
Kabupaten Jombang.
1.
2.
3.
4.
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
4.8.
4.9. Etika penelitian
4.9.1 Informed Consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden. Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,
mengetahui dampaknya.
4.9.2 Anonimity (tanpa nama)
40
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian, dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
4.9.3 Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.8.
3.9.
41
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menyajikan hasil penelitian dari Pengaruh Spiritual Quotient
Terhadap Tingkat Depresi pada Lansia Usia 60-74 Tahun di Desa Gadingmangu
Kecamatan Perak Kabupaten Jombang. Data yang disajikan dalam bab ini meliputi
gambaran umum dan lokasi penelitian, data umum meliputi, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, sedangkan data khusus meliputi tingkat depresi pada lansia
usia 60-74 tahun sebelum dan sesudah diberikan intervensi spiritual quotient. Data
tersebut didapat dari hasil analisa dan interprestasi tingkat depresi pada lansia usia
60-74 dengan pemberian kuesioner pada responden sebelum dan sesudah diberikan
intervesi spiritual quotient. Pegumpulan data dilaksanakan di Desa Gadingmangu
Kecamatan Perak Kabupaten Jombang yang dimulai pada tanggal 30 juni sampai 6
juli 2019, didapatkan 30 responden yang memenuhi kriteria penelitian. Sebelumnya
responden diberi penjelasan tentang tujuan dan manfaat dari penelitian kemudian
42
prosedur penelitian yang dilakukan, selanjutnya penelitian meminta persetujuan
menjadi responden kepada responden.
5.1 Hasil penelitian
5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian
Lokasi penelitian “Pengaruh spiritual quotient terhadap tingkat depresi pada
lansia usia 60-74 tahun” ini dilaksanakan di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak
Kabupaten Jombang. Lokasi di Jombang di jln.raya Desa Gadingmangu Kecamatan
Perak Kabupaten Jombang, dengan luas 29,05 km2, dengan luas kepadatan 1.393
jiwa/km2.
5.1.2 Data Umum
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin selengkapnya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang pada tanggal 30 Juni-6 Juli 2019.
Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki -laki 9 30,0Perempuan 21 70,0
Total 30 100.0Sumber: Data Primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 21 responden (70,0%).
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 5.2 dibawah ini :
43
Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarakan pendidikan di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang pada tanggal 30 Juni-6 Juli 2019.
No. Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak sekolah 11 36,72 SD 11 36,73 SMP 5 16,74 SMA 3 10,05 Perguruan tinggi 0 0
Total 30 100,0Sumber : Data primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa hampir setengah responden
berpendidikan SD dan tidak sekolah yaitu sama sebanyak 11 responden
(36,7%).
3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan selengkapnya dapat dilihat pada
tabel 5.3 dibawah ini:
Tabel 5.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang pada tanggal 30 Juni-6 Juli 2019.
No. Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)1 Petani 17 56.72 Buruh 11 36.73 Wiraswata 1 3.34 Swasta 1 3.35 PNS 0 0
Total 30 100,0Sumber : Data primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa hampir setengah responden
bekerja sebagai petani sebanyak 17 responden (56,7%).
5.1.3 Data khusus
1. Karakteristik responden berdasarkan tingkat depresi pada lansia usia 60-74 tahun
sebelum dilakukan intervensi spiritual quotient di Desa Gadingmangu
Kecamatan Perak Kabupaten Jombang.
44
Karakteristik responden berdasarkan tingkat depresi pada lansia usia 60-74
tahun sebelum dilakukan intervensi spiritual quotient dapat dilihat pada tabel
dibawah :
Tabel 5.4 Karakteristik responden berdasarkan tingkat depresi pada lansia usia 60-74 tahun sebelum dilakukan intervensi spiritual quotient di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang pada tanggal 30 Juni-6 Juli 2019.
No.
Tingkat depresi Frekuensi Persentase (%)
1 Normal 0 0,02 Ringan 4 13.33 Sedang 17 56.74 Berat 9 30.05 Berat sekali 0 0,0
Total 30 100,0 Sumber : Data primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa lansia usia 60-74 tahun sebelum
dilakukan intervensi spiritual quotient mengalami depresi sedang yaitu sebanyak
17 responden (56,7%).
2. Karakteristik responden berdasarkan tingkat depresi pada lansia usia 60-74 tahun
sesudah dilakukan intervensi spiritual quotient di Desa Gadingmangu Kecamatan
Perak Kabupaten Jombang.
Tabel 5.5 Karakteristik responden berdardasarkan tingkat depresi pada lansia usia 60-74 tahun sesudah diberikan intervensi spiritual quotient di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang pada tanggal 30 Juni-6 Juli 2019.
No.
Tingkat depresi Frekuensi Presentase (%)
1 Normal 11 36.72 Ringan 13 43.33 Sedang 5 16.74 Berat 1 3.35 Sangat berat 0 0,0
Total 30 100,0Sumber : Data primer, 2019.
45
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukan bahwa hampir setengah responden
mengalami tingkat depresi pada lansia usia 60-74 tahun sesudah dilakukan
intervensi spiritual quotient mengalami depresi ringan yaitu berjumlah 13
responden (43,3%).
3. Analisis pengaruh spiritual quotient terhadap tingkat depresi pada lansia usia 60-74
tahun di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang.
Tabulasi silang analisis pengaruh spiritual quotient terhadap tingkat depresi
pada lansia di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang dapat
dilihat pada tabel 5.6 dibawah :
Tabel 5.6 Tabulasi silang analisis pengaruh spiritual quotient terhadap tingkat depresi pada lansia usia 60-74 tahun di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang pada tanggal 30 Juni-6 Juli 2019.
No. Tingkat Depresi
Hasil Pengukuran
Sebelum SesudahFrek-uensi
Persen-tase (%)
Frek-uensi
Persen-tase (%)
1 Normal 0 0,0 11 36,7
2 Ringan 4 13,3 13 43,3
3 Sedang 17 56,7 5 16,7
4 Berat 9 30,0 1 3,3
5 Sangat berat 0 0,0 0 0,0
Total 30 100,0 30 100,0
Ρ= 0.000, maka α ,< 0,05
Sumber : Data primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahui bahwa dari 30 responden di Desa
Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang yang mengalami tingkat depresi
sebelum dilakukan intervensi mengalami tingkat depresi sedang sebayanya 17
responden (56,7%), dan sesudah dilakukan intervensi spiritual quotient selama 25
46
menit hampir setengah responden tingkat depresi menjadi ringan, yaitu 13 responden
(43,3%).
Berdasarkan hasil Uji Wilcoxon signed ranks test p value = 0,000 dengan nilai
α = 0,05. Sehingga nilai ρ=0,000<0,05, maka H₀ ditolak dan H₁ diterima, yang
berarti ada pengaruh spiritual quotient terhadap tingkat depresi pada lansia usia 60-74
tahun.
5. 2 Pembahasan
5.2.1 Tingkat depresi pada lansia usia 60-74 tahun sebelum diberikan intervensi
spiritual quotient di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten
Jombang.
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa sebagian besar responden berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 21 responden (70,0%). Menurut peneliti jenis
kelamin perempuan cenderung mengalami depresi karena adanya hormon estrogen,
hormon ini dapat penanda tingkat estrogen pada wanita yang telah memasuki masa
menopause, pada saat memasuki menopause wanita mulai kehilangan sedikit demi
sedikit hormon estrogen yang melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
Menurut Jacoby (2010) secara umum perempuan tidak dapat lepas dari
perubahan fisik, biologis, maupun anatomi akibat proses menua. Perempuan
memungkikan menderita depresi lebih besar karena perubahan hormone estrogen
penuruanan estrogen sangat berpengaruh pada keseimbangan emosi, sehingga lansia
47
perempuan mengalami penurunan self esteem yang lebih besar disbanding laki-laki,
maka dari itu munculah rasa kehilangan kepercayaan diri sertagangguan
interpersonal dan diperparah jika ada masalah keluarga.
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa hampir setengah responden
mengalami tingkat depresi sedang sebanyak 17 responden (56,7%). Menurut
peneliti tingginya prevalensi yang ditemukan lansia di Desa Gadingmangu
Kecamatan Perak Kabupaten Jombang, sangat erat dikaitkan dengan faktor antara
lain umur lansia yang semakin bertambah dan tidak memiliki persiapan khusus
dalam menghadapi masa tua, sehingga para lansia menyerahnya hidupnya pada
anak-ananya, namun akibat pergeseran budaya, banyak anak-anak yang justru
tinggal jauh dari orang tua karena tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup akibat
keterbatasan ekonomi. Salah satu bentuk faktor yang menyebabkan terjadinya
depresi adalah kurangnya dukungan dari keluarga karena dukungan keluarga itu
sangat penting bagi para lansia.
Menurut Hawari (2011) depresi adalah gangguan mood yang terjadi pada
emosional seseorang, biasanya gangguan ini terjadi dalam bentuk depresi yang
ekstrem, sementara depresi biasanya ditandai dengan perasaan sedih yang
mendalam dan berkelanjut sampai hilangnya semangat hidup, tidak mengalami
gangguan menilai realitas (reality testing ability atau RTA masih baik). Kepribadian
ini tetap utuh (tidak ada splitting of personality), biasanya perilaku dapat terganggu
tetapi dalam batas-batas normal.
5.2.2 Tingkat depresi pada lansia usia 60-74 tahun sesudah diberikan intervensi
spiritual quotient di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang.
48
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukan bahwa hampir setengah responden
mengalami tingkat depresi pada lansia usia 60-74 tahun sesudah dilakukan intervensi
spiritual quotient mengalami depresi ringan yaitu berjumlah 13 responden (43,3%).
Menurut peneliti jenis kelamin perempuan setelah diberikan intervensi spiritual
quotient tingkat depresi menjadi depresi ringan cenderung karena adanya hormon
kortisol, karena produksi kortisol dikendalikan oleh tiga organ dalam tubuh. Bila
kadar kortisol dalam darah menurun akan memicu produksi kortisol, faktor lain
seperti stress, depresi atau aktivitas fisik yang dilakukan juga memengaruhi proses
produksi kortisol.
Menurut Ahyadi (2015) depresi dapat menurun maksimal dengan pemberian
perlakuan spiritual quotient (kecerdasan spiritual) karena dapat memecahkan makna
dan nilai, yaitu kecerdasan untuk mendapatkan perilaku dan hidup dalam konteks
makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan spiritual untuk menilai bahwa tindakan
atau jalan hidup seseorang lebih bermakna disbanding orang lain. Kecerdasan
spiritual merupakan kesadaran dalam diri kita yang membuat kita menemukan dan
mengembangkan bakat-bakat.
Hasil data tersebut menunjukan bahwa setelah diberikan intervensi spiritual
quotient (kecerdasan spiritual) tingkat depresi cenderung menurun dari depresi
sedang menurun menjadi depresi ringan bahkan tidak ada depresi (normal). Dengan
pemberian spiritual quotient (kecerdasan spiritual) selama 15-25 menit memberikan
dampak positif bagi responden. Spiritual quotient ( kecerdasan spiritual) dapat
mengetahui batas wilayah nyaman untuk dirinya, agar mendorong seseorang untuk
merenungkan apa yang dipercayai dan apa yang dianggap dinilai sehingga dapat
49
memotivasi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di kemudian hari. Dengan
berfikir secara holistik seseorang dapat melihat dan memahami hikmah dari
keterkaitan peristiwa yang terjadi pada individu dan dapat menjadi pribadi yang
mandiri seseorang yang memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi dan
tidak tergantung dengan orang lain.
5.2.3 Analisa pengaruh spiritual quotient terhadap tingkat depresi pada lansia usia 60-
74 tahun di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang.
Setelah responden diberikan intervensi spiritual quotient selama 15-20 menit
didapatkan hasil penelitian bahwa hampir setengah responden mengalami depresi
ringan yaitu sebanyak 13 responden (43,3%), dan juga hampir setengah responden
tidak ada depresi yaitu sebanyak 11 responden (36,7%). Sebelum pemberian
intervensi spiritual quotient hampir seluruh responden yaitu sebanyak 17 responden
(56,7%) mengalami depresi sedang. Data ini menunjukan bahwa terjadi penurunan
yang signifikan terhadap depresi yang dialami responden.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon signed ranks test p value
= 0,000 dengan nilain α = 0,05. Sehingga nilain ρ0,000<0,05, maka H₀ ditolak dan
H₁ diterima, yang berarti ada pengaruh spiritual quotient terhadap tingkat depresi
pada lansia usia 60-74 tahun di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten
Jombang.
Responden yang mengalami depresi sedang terjadi penurunan yaitu sbelum
dilakukan intervensi spiritual quotient (kecerdasan spiritual) sebanyak 17 responden,
dan setelah dilakukan spiritual quotient (kecerdasan spiritual) depresi responden
mengalami penurunan menjadi depresi ringan yaitu sebanyak 13 responden (43,3%),
50
dan juga hampir setengah responden tidak ada depresi yaitu sebanyak 11 responden
(36,7%). Data tersebut menunjukan bahwa spiritual quotient berpengaruh terhadap
tingkat depresi pada lansia usia 60-74 tahun. Hasil penelitian yang didapat dilai dari
kuesioner sebelum dilakukan spiritual quotient responden merasakan depresi sedang,
dan khawatir akan dirinya. Setelah diberikan spiritual quotient dan dengan kuesioner
hampir setengah responden mengalami penurunan depresi. Saat dilakukan spiritual
quotient responden merasa lebih luas dan kaya dalam menempatkan hidup,
bersemangat menjalani hidup. Hal tersebut menyatakan bahwa spiritual quotient
dapat menurunkan depresi pada lansia usia 60-74 tahun.
Menurut peneliti setelah diberikan intervensi spiritual quotient dilakukan oleh
peneliti menunjukan bahwa depresi pada lansia berada pada kategori ringan. Hasil ini
berarti memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi tetapi mereka juga masih mengalami
depresi, karena kemampuan memiliki prinsip dan tujuan hidup sesuai kehendak
Tuhan rendah dengan diberikan intervensi spiritual quotient lansia mampu
mendorong untuk mencapai tujuan dengan sering mendekatkan dirinya pada tuhan
hal ini dapat menjadikan mereka individu yang kuat dalam menjalani hidup dengan
seperti itu lansia dapat memaknai suatu masalah yang dialaminya dan tidak mudah
menyerah karena keadaan. Sehingga lansia yang mengalami depresi dapat mencari
solusi dan kemampuan menghadapi masalah atau kesulitan yang tinggi tentu
memiliki keinginan yang tinggi untuk dapat bisa terbebas dari masalah ataupun
kesulitan.
Menurut Hawari (2011) depresi menyebabkan perubahan suasana hati,
penurunan minat atau kesenangan dalam beraktifitas, penghentian diri. Respon
51
tersebut menyebabkan seseorang konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan
kepercayaan berkurang, pandangan masa depan yang suram dan pesimitis , tidur
terganggu, dan nafsu makan berkurang.
Menurut Ahyadi (2015) kecerdasan spiritual berhubungan dengan
menempatkan hidup yang lebih bermakna untuk dapat menilai bahwa jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan orang lain.
Menurut Zohar (2010) kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk
menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup kita dalam konteksmakna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan
untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan yang lain.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Depresi pada lansia usia 60-74 tahun sebelum dilakukan tindakan spiritual
quotient di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang hampir
seluruhnya adalah depresi sedang.
2. Depresi pada lansia usia 60-74 tahun setelah dilakukan tindakan spiritual quotient
di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang hampir setengahnya
adalah depresi ringan.
52
3. Ada pengaruh antara spiritual quotient terhadap tingkat depresi pada lansia usia
60-74 tahun di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang.
6.2 Saran
1. Bagi lansia
Untuk lansia kejadian depresi dapat diturunkan dengan mengikuti berbagai
aktivitas yang diadakan oleh kader, karena aktifitas ini dapat menghibur dan
merangsang fungsi kognitif lansia.
2. Bagi kader
Diharapkan pada kader sebagai tenaga penggerak, lebih optimal untuk
mensosialisasikan kegiatan yang melibatkan lansia seperti diberikan perlakuan
spiritual quotient melalui kegiatan-kegiatan yang ada ditengah masyarakat.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-
faktor lain seperti, kondisi psikologis, fungsi kognitif dan dukungan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyadi, 2010. Psikologi Agama Kepribadian Pancasila. Bandung: Sinar Baru.
Bandiya. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta. Nuha Medika.
DEPKES. RI. 2000. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ-III). Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes RI.
Dewi, Sofia Rhosma. Buku Anjar Keparawat Gerontik, Yogyakarta : Deepublis, 2014.
Dinas Kesehatan Jombang. 2016. Jumlah lansia di Jombang.
53
Hawari, D. 2002. Manajemen Stres, Cemas, Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Isaacs, 2002. Keperawatan kesehatan jiwadan psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jacoby, R.M., 1992. Acute Myocardial Infarction in the Diabetic Patient: Pathophysiology Clinical and Prignisis. J am coll caedio.pp. 736-44
Kaplan, G & Sandock, B. J. 1997. Sinopsis Psikiatri (Alih Bahasa) Edisi. VII. Jakarta: Binarupa Aksara.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J. 1997. Sinopsis Psikiatri. Alih bahasa oleh Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara.
Kaplan & Sadock, 2010. Depresi sebagai suatu diadnosa gangguan jiwa.http://coe.ac.uk/download/files.pdf. Diakses 23/02/2017.
Maryam & Siti. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika, 2008.
Notoatmodjo, Soekidjo. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta. Salemba Medika.
Nursalam, (2016) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi 4, Salemba Medika, Jakarta.
Padila. 2013. Buku Anjar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta. Nuha Medika.
Stuart, G.W., and sundeenn, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemah). Profesional. Jakarta: EGC.
Suardiman, 2011. Batasan usia lansia. Http:digilib.unila.ac.id/6613/15.pdf. diankes 30/03/2016.
Sehanto. Hubungan Interaksi Sosial dengan Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia di Desa Leyangan, skripsi, progam strata 1, STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, 2013.
Setyohadi, 2010. Depresi Pada Lansia. http://repository.unej.ac.id/bitstream. diakses 19/03/2016
54
Sudiyanto, 2010. Pengertian Depresi. http://eprints.ums.ac.id/22446/14. Diakses 25/02/2017.
Wawan, 2010. Teori dan Pengukuran, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta. Nuha Medika
WHO. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III) di Indonesia III, Cetakan I. Depatermen Kesehatan R.I., Direktorat Jendral Pelayanan Medik.
WHO. 2009. Lansia. http://eprints.undip.ac.id/12804. Diakses 23/02/2017.
WHO. 2015. Jumlah lansia di duni.http://eprints.undip.ae.id.12804. Diakses 20/02/2017.
Wiguna. 2010. Depresi pada lansia. http://eprints.undip.ac.id/12804. Diakses 23/02/2017.
Wulandari. 2003. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Depresi Pada Lansia Yang Tinggal Di Panti Sosial Tresna Wredha Yogyakarta Unit Abiyoso, Skripsi. Yogyakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran UGM.
Zohar, Danah dan Marshall. 2000. SQ (Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung: Penerbit Mizan
55
56
57
58
Lampiran 3
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Bapak / Ibu Calon Responden
Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang, dengan :
Nama : Lusiana Nuryanti
Nim : 15.321.0069
Alamat : Ds. Sambeng Kec. Kasiman Kab. Bojonegoro
Hendak melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Spiritual Quotient terhadap
tingkat Depresi pada lansia di Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang.”.
Bahwa penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi responden.
Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Jika Bapak/Ibu tidak bersedia menjadi responden tidak ada ancaman
maupun sanksi bagi Bapak/Ibu. Jika Bapak/Ibu telah menjadi responden dan terjadi hal
merugikan, boleh mengundurkan diri dan tidak berpartisipasi dalam penelitian. Saya sebagai
peneliti mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu menjadi responden
dalam penelitian ini.
Peneliti
Lusiana Nuryanti
59
60
Lampiran 4
LEMBAR PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN
Judul : Pengaruh Spiritual Quotient terhadap tingkat depresi pada lansia di Desa
Gadingmangu Kecamtan Perak Kabupaten Jombang.
Peneliti : Lusiana Nuryanti
NIM : 15.321.0069
Bahwa saya diminta untuk berperan serta dalam skripsi ini sebagai responden
dengan mengisi angket yang telah disediakan oleh penulis
Sebelumnya saya telah diberikan penjelasan tujuan skripsi ini dan saya telah
mengerti bahwa peneliti akan merahasiakan identitas, data maupun informasi yang saya
berikan. Apabila ada pernyataan yang diajukan menimbulkan ketidak nyamanan bagi saya,
peneliti akan menghentikan pada saat ini dan saya berhak mengundurkan diri.
Demikian persetujuan ini saya buat secara sadar dan sukarela, tanpa ada unsur
pemaksaan dari siapapun, saya menyatakan:
Bersedia
Menjadi responden dalam skripsi
Jombang .................................
Peneliti Responden
61
Lampiran 5
KUESIONER DEPRESI
Petunjuk pengisian:
1. Berikan tanda (√) pada setiap nomor soal yang anda rasakan pada diri anda.2. Setiap nomor memiliki tanda gejala masing- masing, yang memiliki nilai yaitu:
0 = Tidak terjadi gejala.1 = Saya sering mengalami beberapa tingkat, atau beberapa kali.2 = Saya sering menaglami.3 = Saya selalu mengalami.
No. Pertanyaan Nilai
0 1 2 31. Saya tidak dapat merasakan perasaan positif sama
sekali2. Saya merasa sulit bekerja inisiatif untuk
melakukan aktifitas3. Saya merasa bahwa saya tidak punya apa-apa lagi
untuk saya nantikan4. Saya merasa sedih dan bingung5. Saya tidak dapat menjadi antusias tentang apa pun
6. Saya merasa saya tidak layak sebagai orang7. Saya merasa bahwa hidup ini tidak berarti
Jumlah
Jenis depresi : tidak depresi
Depresi ringan
Depresi sedang
Depresi berat
Depresi sangat berat
62
KUESIONER TINGKAT DEPRESSION, ANXIENTY AND STRESS SCALE (DASS)
Berilah tanda (√) pada setiap jawaban dari pertanyaan dibawah ini
A. Data umum
1. No responden :
2. Jenis kelamin :
3. Umur : 60 – 74 Tahun
4. Pendidikan : Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
5. Pekerjaan: Petani
Buruh
Wiraswasta
Swasta
PNS
63
Lampiran 6
SOP SPIRITUAL QUOTIENT
Topik : Spiritual
Sub topik : Spiritual Quotient
Sasaran : Lansia
Tempat : Di Posyandu lansia di desa Gadingmangu Kecamatan Perak
Kabupaten Jombang
Waktu : 25 menit
A. TUJUAN
1. TIU (Tujuan Instruksional Umum)
1. Setelah melakukan kegiatan spiritual, agar dapat menggali kekuatan batin ( mental
spiritual dan jiwa ) pasien untuk membantu mengurangi tngkat depresi pada
lansia ,diharapkan lansia dapat semangat menjalani proses hidupnya dan lansia dapat
beradaptasi dengan lingkungan sekita agar tidak sering murung dan bersedih.
2. TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
a. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis.
b. Mengembangkan kemampuan menemukan dan menciptakan makna.
c. Mengembangkan untuk mengenali aspek-aspek spiritual.
d. Mengembangkan kemampuan praktek spiritual.
B. PERENCANAAN
1. Jenis Progam Spiritual Quotient
64
Memabantu untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna kehidupan.
2. Karakteristik Spiritual Quotient
a. Hubungan dengan Tuhan.
b. Hubungan dengan diri sendiri.
c. Hubungan dengan orang lain.
d. Hubungan dengan alam.
3. Karakteristik Peserta
a. Usia lansia 60-74 tahun.
b. Keadaan umum baik.
65
C. STRATEGI PELAKSANAAN
No. Kegiatan Waktu Media 1. Persiapan
o Menyiapkan kuesionero Menyiapkan peserta
2 menit
2. Pembukaan o Beri salam pembukao Memperkenalkan dirio Menjelaskan maksud dan tujuan
5 menit
3. Kegiatan Spiritual Quotiento Membangun lansia untuk tidak
memilik sifat keras kepala, membantu lansia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan baru dan mampu menerima perubahan menjadi lebih baik.
o Memotivasi lansia agar dapat memahami tinggi rendahnya permasalah yang sedang dihadapi (seperti bersabar atas cobaan)
o Memotivasi agar lansia tidak mudah putus asa pada setiap masalah yang datang (seperti bersabar dan memberi keyakinan bahwa allah itu membantu kita)
o Membantu lansia agar dapat mampu mengambil hikmah dari setiap masalah.
o Memotivasi lansia agar mampu memotivasi dirinya sendiri untuk membangkitkan semangat dengan cara sering mendengarkan ceramah atau bisa juga mengikuti pengajian.
o Mampu mengetahui pentingnya bersabar dan dapat mengintropeksi diri sendiri.
o Memotivasi lansia agar mampu memahami tujuan hidup, memiliki nilai positif dalam hidup dan mampu berkembang lebih baik (seperti melakukan sholat 5 waktu, berdzikir
15 menit
66
4. Penutupan o Beri salam penutup
3 menit
Lampiran 10
67
68
69