77
RENCANA UMUM KAPAL CARGO Disusun Oleh : HIDAYAH IRSYAD NRP . 6312030005 PROGRAM STUDI TEKNIK PERMESINAN JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Rencana Umum Kapal Cargo Hidak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

free

Citation preview

RENCANA UMUM KAPAL CARGO

Disusun Oleh :

HIDAYAH IRSYAD

NRP . 6312030005

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMESINAN JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA2013

PENDAHULUAN

Rencana umum dari sebuah kapal dapat didefinisikan sebagai perancangan di dalam

penentuan atau penandaan dari semua ruangan yang dibutuhkan, ruangan yang dimaksud

seperti ruang muat dan ruang kamar mesin dan akomodasi, dalam hal ini disebut

superstructure (bangunan atas). Disamping itu juga direncanakan penempatan peralatan-

peralatan dan letak jalan-jalan dan beberapa sistem dan perlengkapan lainnya. Dalam

pembuatan sebuah kapal meliputi beberapa pekerjaan yang secara garis besar dibedakan

menjadi dua kelompok pengerjaan yakni kelompok pertama adalah perancangan dan

pembangunan badan kapal sedangkan yang kedua adalah perancangan dan pemasangan

permesinan kapal. Pengerjaan atau pembangunan kapal yang terpenting adalah perencanaan

untuk mendapatkan sebuah kapal yang dapat bekerja dengan baik harus diawali dengan

perencanaan yang baik pula. Pengerjaan kelompok pertama meliputi perencanaan bentuk

kapal yang menyangkut kekuatan dan stabilitas kapal. Sedangkan untuk perencanaan

penggerak utama, sistem propulsi, sistem instalasi dan sistem permesinan kapal merupakan

tugas yang berikutnya. Dalam perencanaan Rencana Umum terdapat beberapa hal yang

perlu dijadikan pertimbangan yakni :

Ruang merupakan sumber pendapatan, sehingga diusahakan kamar mesin sekecil

mungkin agar didapat volume ruang muat yang lebih besar.

Pengaturan sistem yang secanggih dan seoptimal mungkin agar mempermudah

dalam pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan, pemakaian ruangan yang kecil dan

mempersingkat waktu kapal dipelabuhan saat sedang bongkar muat.

Penentuan jumlah ABK seefisien dan seefektif mungkin dengan kinerja yang optimal

pada kapal agar kebutuhan ruangan akomodasi dan keperluan lain dapat ditekan.

Dalam pemilihan Mesin Bongkar Muat dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa

semakin lama kapal sandar di pelabuhan bongkar muat semakin besar biaya untuk

keperluan tambat kapal.

Pemilihan Ruang Akomodasi dan ruangan lain termasuk kamar mesin dilakukan

dengan seefisien dan seefektif mungkin dengan hasil yang optimal.

Rencana umum adalah suatu proses yang berangsur-angsur disusun dan ini dari

percobaan, penelitian, dan masukan dari data-data kapal yang sudah ada (pembanding).

Informasi yang mendukung pembuatan rencana umum:

1. Penentuan besarnya volume ruang muat, type dan jenis muatan yang dimuat.

2. Metode dari sistem bongkar muat.

3. Volume ruangan untuk ruangan kamar mesin yang ditentukan dari type mesin dan

dimensi mesin.

4. Penentuan tangki-tangki terutama perhitungan volume seperti tangki untuk minyak,

ballast, dan pelumas mesin.

5. Penentuan volume ruangan akomodasi jumlah crew, penumpang dan standar

akomodasi.

6. Penentuan pembagian sekat melintang.

7. Penentuan dimensi kapal (L, B, H, T, )

8. Lines plan yang telah dibuat sebelumnya.

Tahapan Penyusunan Rencana umum untuk mata kuliah tugas sistim bongkar muat dan

rencana umum ini ialah sebagai berikut : setelah bentuk dari rencana garis kapal telah

ditentukan dan disetujui maka mahasiswa melakukan perhitungan dan penentuan untuk

selanjutnya menggambakan:

1. Perhitungan Tahanan Kapal

2. Perhitungan Daya Motor Penggerak Utama

3. Perhitungan Konstruksi yang meliputi :

a. Perencanaan Sekat dan Jarak Gading

b. Perhitungan Jarak Ganda

4. Penentuan Awak dan Perlengkapan

a. Penentuan jumlah awak kapal

b. Penentuan ruangan dan perlengkapan akomodasi awak kapal

c. Penentuan Kebutuhan peralatan Navigasi

d. Penentuan ukuran dan peletakan kabin, pintu dan jendela

5. Penentuan volume tangki dan ruang muat

6. Perhitungan Permesinan Geladak

a. Penentuan ukuran rudder

b. Penentuan kebutuhan daya untuk Steering Gear

c. Penentuan Spesifikasi Jangkar dan anchor winch

d. Penentuan spesifikasi rantai jangkar dan tali tambat

e. Penetuan kebutuhan daya anchor winch

7. Perhitungan Kebutuhan Sistim Bongkar Muat kapal

a. Perhitungan Kebutuhan daya Crane Cargo

b. Perhitungan Dimensi hatch cover dan hatch coaming

c. Penentuan sistim perpipaan bongkar muat untuk kapal tangker jenis product oil

dan crude oil

d. Perhitungan daya kebutuhan pompa cargo oil

8. Penentuan spesifikasi dan kelengkapan perlengkapan keselamatan sesuai SOLAS

a. Penentuan spesifikasi dimensi sekoci

b. Penentuan jalur perpipaan air pemadam untuk masing masing ruang akomodasi

pada anjungan ( Fire water system extinguisher for Accomodation deck).

PERHITUNGAN TAHANAN KAPAL

Pada tahapan ini dihitung harga tahanan kapal yang telah ditentukan ukuran dimensi

(Principal Particular) untuk mendapatkan harga tahanan sesuai dengan kecepatan dinas dan

daerah pelayaran kapal tersebut.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan harga dari tahanan kapal.

Metode tersebut seperti:

1. Methode Holtrop

2. Metode Van Lapp

3. Metode Auf Van Keller

4. Metode Guldhammer – Harvarld

5. Metode Yamagata

Pemilihan metode yang akan digunakan harus sesuai dengan spesifikasi dan

karakteristik dari jenis kapal. Beberapa pertimbangan yang mempengaruhi ialah seperti Cb

( Coeficient block) dan Cp (Coeficient Prismatic) Untuk tugas kali ini kita menggunakan

metode Guldhammer – Harvarld.

Metode Guldhammer-Harvarld

Data yang harus disiapkan untuk melakukan perhitungan dengan metode ini ialah :

DATA UTAMA KAPAL :

Nama Kapal : KM. EKA CARGO

Tipe Kapal : Kapal Cargo

LPP : 69.63 m

LOA : 74.90 m

LWL : 70.63 m

B : 11.42 m

H : 7.10 m

T : 4.60 m

CB : 0.76

Kecepatan Dinas : 10.00 Knots

Koefisien perismatik : 0.76

Radius pelayaran : 970 mil laut

Jenis Muatan : General

Daerah pelayaran : Surabaya - Manado

Jumlah crew : 13

o Volume Displacement ( ∇ )

∇ = LBP x B x T x Cb = 69,63 x 11.42 x 4.60 x 0.76 = 2779.9304 m3

o Displacement ( ∆ )

∆ = ∇ x ρ = 2779.9304 m3 x 1.025 ton/m3

= 2849.4287 ton

o Wetted Surface Area ( S )

S = (1.025 x LBP) x (Cb x B + 1.7T) = (1.025 x 69,63) x ( 0.76 x 11.42 + 1.7 x 4.60)

= 1177.5603 m2

Rasio Lebar/Sarat :

B/T = 11.42/4.60

= 2.48

= 2.5

o Menentukan Bilangan Froude Number ( Fn )

Vs = 10 knot ( 1 knot = 0.5144 m/s ) = 5.144 m/s

g = Percepatan gravitasi standar = 9.8 m / detik 2

Fn =vs

√gL

= 5.144

√9.8 × 69.63

= 0.20

o Menghitung Angka Reynold

Rn = ( Vs x Lbp) / v

v merupakan koefisien viskositas Kinematis = 1.139 x 10-6 m2/dt

Rn = (5.144 x 69.63) /1.139 x 10-6

= 314.46 x 106 m4/s2

o Mencari koefisien tahanan gesek ( Cf ) Koefisien tahanan gesek didapat dengan rumus : Cf = 0.075/(log Rn-2)2 ( Harvald 5.5.14, Tahanan Dan Propulsi Kapal

Hal 118) = 0,075/(log 314.46 x 106 – 2)2

= 0,001776

Appendages

Cf = 0,001776 X S total

S

= 0,001784

o Menentukan Harga Cr ( Kofisien tahanan sisa ) Dari Diagram

Koefisien tahanan sisa kapal dapat ditentukan melalui diagram Guldhammer - Harvald dengan hasilnya adalah sebagai berikut

Lbp / ∇1/3 = 69,63 / (2779,93)1/3 = 4,95

Fn = 0.20ᵠ = 0,76

Dari diagram Guldhammer dan Harvald diperoleh :

A B

1. L / ∇1/3 = 4,5 Cr = 1,36 x 10-3

2. L / ∇1/3 = 4,95 Cr = 1,234 x 10-3 (Dicari Dengan interpolasi)

3. L / ∇1/3 = 5,0 Cr = 1,22 x 10-3

Diambil harga Cr :

Cr = 1,234 x 10-3 ( dari interpolasi )

Rasio B/T Bila diagram tersebut dibuat berdasarkan rasio lebar-sarat B/T = 2.5 maka harga Cr untuk kapal yang mempunyai rasio lebar-sarat lebih besar atau lebih kecil daripada harga tersebut harus dikoreksi, sesuai pada buku TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD hal. 119 harus dikoreksi, sesuai pada buku TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD hal. 119

Penentuan LCB standart dalam % dengan acuan grafik LCB Standart, buku TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD hal. 130, gambar 5.5.15

LCB Kapal = 0,584%LCB Standart = 0,5 Karena letak LCB di muka LCB standart maka perlu dikoreksi sehingga

∆LCB = LCB% – LCB standart = 0,584 – 0,5 = 0,084

= 0,142 di dapat dari interpolasi figure (5.5.16)

103CR = 103CR (standart) + ∆LCB

= 1,234 + (0,142 x 0,084)

CR = 1,246 x 10-3

Anggota badan Kapal

Dalam hal ini yang perlu dikoreksi adalah :

a. Bos Baling-baling

Untuk kapal penuh Cr dinaikkan sebesar 3-5%, diambil 3% (tentukan persentasenya), sehingga :

Cr = ( 1 + 3% ) x 1,246 x10-3

= 1,28 x10-3

b. Bracket dan poros baling-baling

Untuk kapal ramping Cr dinaikkan sebesar 5-8%, diambil 5%, sehingga :

Cr = ( 1+ 5%) x 1,246 x10-3

= 1,35 x10-3

c. Tahanan Tambahan

Koefisien penambahan tahanan untuk korelasi model-kapal umumnya sebesar Ca = 0.4 (LBP ≤ 100)

d. Tahanan Udara

Karena data mengenai angin dalam perancangan kapal tidak diketahui maka disarankan untuk mengoreksi koefisien tahanan udara (TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD 5.5.26 hal 132)

Caa = 0,07

e. Tahanan Kemudi

Berdasarkan TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD 5.5.27 hal. 132 koreksi untuk tahanan kemudi mungkin sekitar :

Cas = 0,04

o Menghitung Tahanan Total Kapal

Koefisien tahanan total kapal atau Ct, dapat ditentukan dengan menjumlahkan seluruh koefisien -koefisien tahanan kapal yang ada :

CT = Cf + Cr + Ca + Caa + Cas = 0,00178 + 0,00135 + 0,0004 + 0,00007 + 0,00004 = 0,00364

sehingga tahanan total : RT = CT x 0,5 x ρ air laut x Vs2 x S

= 0,00364 x 0,5 x 1025 x 5,1142 x 1182,92 m2

= 58,4166 kN

RT ( dinas) = (1 + 15% ) x RT = (1 + 15% ) x 58,4166= 67,18 kN

Penambahan sebesar 15% ialah bergantung dari daerah pelayaran kapal

PERHITUNGAN DAYA MOTOR PENGGERAK UTAMA

Setelah harga dari tahanan kapal diperoleh, maka kita dapat menentukan secara kasar (draft) nilai untuk besarnya daya motor penggerak utama yang diperlukan. Langkah langkah yang harus dilakukan ialah sebagai berikut :

1. Menghitung Daya Efektif Kapal (EHP) Perhitungan daya efektif kapal (EHP) menurut buku TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD hal. 135

EHP = Rt dinas x Vs= 67,18 kN x 5,144 m/s= 345,57 kW= 469,84 HP

2. Menghitung Wake Friction (W)Pada perencanaan ini digunakan tipe single screw propeller sehingga nilai w adalah

W = 0,5 Cb - 0,05

= 0,33

3. Menghitung Thrust Deduction Factor (T)Nilai t dapat dicari dari nilai w yang telah diketahui yaitu

t = k x w nilai k antara 0,7 – 0,9 diambil k = 0,8 = 0,8 x 0,33 = 0,264

4. Menghitung Speed Of Advance (Va)

Va = ( 1- w ) x Vs

= ( 1 - 0,33) x 5,144 m/s

= 3,44648 m/s

5. Menghitung Efisiensi Propulsif a. Efisiensi Relatif Rotatif (ηrr) Harga ηrr untuk kapal dengan propeller tipe single screw berkisar 1,02 – 1,05. pada perencanaan propeller dan tabung poros propeller ini diambil harga ηrr sebesar =1,03

b. Efisiensi Propulsi (ηp) nilainya antara 40 -70 % dan diambil 50 %

c. Efisiensi Lambung (ηH)

(ηH) = ( 1- t ) / ( 1- w) = ( 1 - 0,264 ) / ( 1 – 0,33 ) = 1,0985

d. Coefisien Propulsif (Pc)

(Pc) = ηrr x ηp x ηH

= 1,03 x 50% x 1,0985

= 0,5657 HP

6. Menghitung Daya Pada Tabung Poros Buritan Baling-Baling (Dhp) Daya pada tabung poros baling-baling dihitung dari perbandingan antara daya efektif dengan koefisien propulsif, yaitu :

DHP = EHP/Pc= 469,84/0,5657= 830,50519 HP

7. Menghitung Daya Dorong (Thp)

THP = DHP/ηH = 830,50519/1,0985= 427,71017 HP

8. Menghitung Daya Pada Poros Baling-Baling (Shp) Untuk kapal yang kamar mesinnya terletak di bagian belakang akan mengalami losses sebesar 2%,sedangkan pada kapal yang kamar mesinnya pada daerah midship kapal mengalami losses sebesar3%. Pada perencanaan ini kamar mesin di bagian belakang sehingga mengalami losses atau efisiensi transmisi porosnya (ηsηb) sebesar = 0,98

SHP = DHP/ ηsηb

= 830,50519/0,98

= 847,45427 HP

9. Menghitung Daya Penggerak Utama Yang Diperlukan a. BHPscr

Adanya pengaruh effisiensi roda sistem gigi transmisi (ηG), pada tugas ini memakai sistem roda gigi reduksi tunggal atau single reduction gears dengan loss 2% untuk arah maju shg ηG = 0,98BHPscr = SHP/ηG

=847,45427/0,98= 864,74926 HP

b. BHPmcr Daya keluaran pada kondisi maksimum dari motor induk, dimana besarnya daya BHPscr = dari BHPmcr (kondisi maksimum). Diambil 0,9BHPmcr = BHPscr/0,9

= 864,74926/0,9= 960,83251 HP= 706,69231 kW

10. Pemilihan Mesin IndukDari data mengenai karakteristik putaran kerja dan daya pada kondisi MCR dapat ditentukan spesifikasi motor penggerak utama atau main engine dari kapal ini. Sehingga dari data ini, dapat ditentukan tipe - tipe motor penggerak yang akan dipakai. Dari berbagai pertimbangan tersebut, maka dalam perencanaan untuk kapal general cargo ini, dipilih mesin induk sebagai berikut :

M e r k : CUMMINS Cycle : 4 Strokes T y p e : KTA38-M1Daya maximum : 821 KW atau 1100 BHP Jumlah Sylinder : V-12 Cylinder Bore : 159 mm Piston Stroke : 6,25 mm Engine Speed : 1800 Rpm Fuel Consumtion (SFOC) : 179 gr / Kwh

Dimension Panjang : 2152 mm

Lebar : 1462 mm

Tinggi : 2083 mm

Berat kering : 4,218 Ton

PERHITUNGAN KONSTRUKSI

Sebagai Langkah awal setelah proyeksi garis air dari gambar recana garis untuk proyeksi pada main deck baik untuk side view dan half breadth view di proyeksikan ke gambar rencana umum, kemudian kita menghitung sekaligus juga meletakkan sekat kedap pada gambar rencana umum. Sebagai contoh penentuan sekat pada modul ini ialah dengan menggunakan standar klasifikasi yang ditentukan oleh PT Biro Klasifikasi Indonesia ( PT BKI). Kita juga dapat menggunakan standar dari biro klasifikasi lainnya. Langkah yang dapat ditempuh ialah sebagai berikut :

1. Perencanaan Sekat dan Jarak Gading

a. Jarak Gading (ao) Jarak gading atau Frame Spacing merupakan jarak antara 2 gading yang

terletak antara Sekat Ceruk Buritan (After Peak Bulkhead) dengan Sekat Tubrukan (Collision Bulkhead).Jarak tersebut dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

a0 = LPP500

+ 0,48 ( m ).......(BKI vol II 1989 sec 9. A 1.1)

= 69,63500

+ 0,48

= 0,619 m ( maksimum )

Harga a0 diambil sebesar 0,6 meter. (Dipilih jarak yang lebih kecil atau sama dengan jarak maksimum yang telah ditentukan oleh kelas berdasar hasil perhitungan).

Jarak Gading di Depan Sekat Tubrukan Dan di Belakang Sekat Ceruk Buritan Menurut BKI vol II section 9 A.1.1.2, jarak antara 2 gading yang terdapat di

belakang Sekat Ceruk Buritan dan di depan Sekat Tubrukan tidak boleh melebihi 600 mm. Dalam perencanaan ini diambil jarak gading sebesar 500 mm.

b. Perhitungan Sekat Kedap Air Setiap kapal harus mempunyai sekat - sekat kedap air yang meliputi :

o Sekat tubrukan.

o Sekat tabung buritan.

o Sekat kamar mesin.

Berdasarkan ketentuan - ketentuan BKI vol II tentang jumlah sekat minimal termasuk sekat diatas adalah :

L ≤ 65 m adalah 3 sekat 65 L ≤ 85 m adalah 4 sekat L > 85 m adalah 4 sekat + 1 ( untuk setiap kelipatan sampai 20

m)

Maka direncanakan pemasangan sekat kedap air untuk tipe kapal tanker ( 114,5 m ) adalah sebagai berikut :

1 buah : Sekat Ceruk Buritan

1 buah : Sekat Tubrukan

1 buah : Sekat depan Kamar Mesin

1 buah : Sekat kamar pompa

5 buah : Sekat antar ruang muat

Sekat Tubrukan Menurut peraturan BKI yang tercantum pada buku peraturan konstruksi lambung , untuk semua kapal barang dengan L≤ 200 m, sekat tubrukan diletakkan tidak kurang dari 0,05 L dari FP dan tidak boleh lebih dari 0.08 L dari FP.

Syarat minimum letak sekat tubrukan di belakang FP adalah 0,05 L. 0,05 L = 0,05 (69,63 m) dimana L = 69,63 m

= 3,48 m

Syarat maximum letak sekat tubrukan di belakang FP adalah 0,08 L. 0,08 L = 0,08 (69,63 m) dimana L = 69,63 m

= 5,57 m

Sehingga diambil letak sekat tubrukan 5 m di belakang FP atau pada frame no. 125

Sekat Ceruk Buritan Sekat ceruk buritan sekurang-kurangnya berjarak 3 jarak gading dari ujung boss propeller atau 5 - 15% Lpp dihitung dari AP. Direncanakan jarak antara sekat ceruk buritan ke AP adalah : Jarak sekat buritan adalah 5 - 15% Lpp dihitung dari AP. 5% Lpp = 0,05 x 69,63

= 3,48 m

15% Lpp = 0,15 x 69,63= 10,44 m

Agar terdapat kecukupan ruang dalam memasang poros antara di buritan kamar mesin, pada kapal ini diambil jarak 5 m sehingga sekat ceruk buritan terletak di frame no. 10.

Sekat Kamar Mesin Jarak sekat kamar mesin diletakkan dengan mempertimbangkan banyak hal antara

lain : o Panjang mesin

o Poros

o Jarak untuk peletakan peralatan di depan mesin indukDalam hal ini panjang kamar mesin diusahakan seminimal mungkin sesuai dimensi permesinan yang ada agar ruang muat menjadi maksimal. Yang meggunakan pendekatan 15- 18 fs atau bisa menggunakan pendekatan grafik SHPmax, jenis mesin yang digunakan, dan volume ruang mesin utama Pada perencanaan ini

panjang kamar mesin diambil sebesar kurang lebih 12,6 m atau gading no. 10 sampai 31.

Sekat Ruang Muat dan Lubang palkah

Perencanaan Lubang Palkah Panjang lubang palkah ( 0,5 – 0,7 ) x panjang ruang muat. Diambil 0,6 Lebar lubang palkah adalah ± 0,6 x lebar kapal atau sesuai kelipatan jarak gading atau frame.

Pada kapal ini direncanakan : Ruang muat I teletak antara frame 72 - 113 Panjang ruang muat = 22,12 m Panjang lubang palkah = 11,52 m Lebar lubang palkah = 8,4 m

Ruang muat II teletak antara frame 31 - 72 Panjang ruang muat = 22,12 m Panjang lubang palkah = 11,52 m Lebar lubang palkah = 8,4 m

2. Perhitungan Dasar Ganda Menurut ketentuan BKI 1989 Volume II Bab VIII Tinggi double bottom (h) tidak boleh kurang dari : H = 350 + 45B ( mm ) dimana B = 11,42 m

= 350 + 45 ( 11,42 ) = 863,9 mm ~ diambil 1000

Dasar Ganda pada Kamar Mesin Pada perencanaan ini diambil peninggian konstruksi pondasi motor diatas dasar ganda pada kamar mesin sebesar 1500 mm dari base line kapal, harga tersebut berdasarkan pertimbangan kelurusan antara center line boss propeller dengan center line pada main engine.

SUSUNAN ABK

1. Penentuan Jumlah ABK dan Tugasnya

Jumlah ABK merupakan fungsi terkait dari pelayanan terhadap system – system yang berada di dalam kapal. Penentuan jumlah ditentukan oleh pemilik kapal dan badan – badan terkait dengan pembuatan kapal. Tingkat otomatisasi sebuah kapal juga akan sangat berpengaruh pada jumlah ABKnya.

A. Penentuan Jumlah Crew

Penentuan Jumlah Crew kapal dapat menggunakan rumus pendekatan sebagai berikut : Dengan rumus pendekatan (Santosa, I.G.M., Diktat Perencanaan Kapal) sebagai berikut:

Zc = Cst x [ Cdk(L.B.H x 35/105 )1/16 + Ceng ( BHP/105 )1/5 + Cadet ] Dimana:Zc = jumlah crew Cst = Coefficient for steward department (1,2 – 1,33), diambil Cst = 1,33 Cdk = Coefficient for deck department (11,5 – 14,5), diambil Cdk = 11 Ceng = Coefficient for engine department (8,5 – 11), diambil Ceng = 9 Cadet = 1 Maka: Zc = Cst x [ Cdk ( L.B.H x 35/105 ) 1/16 + Ceng ( BHP/105 )1/5 + Cadet ]

= 1,33 x [ 11 ( 69,63 . 11,42 . 7,10 x 35 . 10-5 ) 1/16 + 9 (960.83 x 10-5 ) 1/5 + 1 ] = 13,459 ~ Maka jumlah crew ditetapkan sebanyak 13 orang

Perencanaan jumlah ABK dan pembagian menurut fungsinya: 1. Master

Captain ( Nahkoda ) 2. Deck Departement

Perwira : 1. Chief Officer ( Mualim I ) : 1 orang 2. Second Officer ( Mualim II ) : 1 orang Bintara : 1. Seaman ( Kelasi ) : 1 orang 2. Quarter Master ( Juru Mudi ) : 1 orang 3. Boatswain (Kepala Kelasi) : 1 orang

3. Engine Departement Perwira : 1. Chief Engineer ( Kepala Kamar Mesin ) : 1 orang 2. First Engineer : 1 orang Bintara : 1. Oiler : 1 orang

2. Electrican : 1 orang

4. Service Crew Perwira : 1. Chief Cook : 1 orang Bintara : 1. Assist. Cook : 1 orang 2. Steward : 1 orang 3. Boys : 1 orang +

Jumlah : 13 orang

Deck Departement Departement deck menguasai masalah yang berkaitan dengan geladak seperti

pembersihan dan perawatan geladak, penanganan dan pengoperasian peralatan keselamatan,administrasi pelabuhan, komunikasi dan navigasi, labuh dan sandar, bongkar muat dan penanganan muatan dikapal.

Master/Captain Merupakan kedudukan tertinggi dikapal.menjadi pemberi komando, mengambil keputusan dan penangung jawab secara umum.

Deck Officer ( 1st , 2nd , 3rd ) Merupakan kedudukan dibawah master.Pada kondisi master tidak aktif (istirahat, sakit dan sebagainya), menjadi pemegang komando dengan pertanggungjawaban kepada master. Juga melakukan fungsi mengatur anak buah kapal di departementnya serta melakukan pekerjaan administrasi di kapal.

Quartermaster Juru mudi bertugas untuk mengendalikan jentara untuk mendapatkan arah kapal yang ditentukan.

Seaman Anak buah kapal yang bertugas menangani pengoperasian dan perawatan mesin geladak, penggoperasian peralatan bongkar muat, penanganan muatan di kapal dan pengoperasian serta perawatan peralatan keselamatan.

Engineering Departement

Chief Engineer Dalam kapal memiliki kedudukan yang hampir setara dengan nahkoda atau master. Bertanggungjawab penuh atas kamar mesin dan operasionalnya besrta segala isinya.

Engineer Mempunyai kedudukan diatas mekanik. Bertanggungjawab terhadap operasional kamar mesin.

Technician

Bertugas menangani workshop dan pengoperasian peralatan – peralatan didalamnya.Sebagai tugas sekundernya adalah memberikan bantuan pada mekanik untuk pekerjaan – pekerjaan tertentu.

Mechanic Bertugas menangani pengoperasian, pemantauan, perawatan dan perbaiakan permesinan dikamar mesin dan system penunjangnya. Waktu tugas normalnya adalah 8 jam.

Service Departement

Chief Cook Mengepalai departemen pelayanan bagian hidangan/memasak makanan untuk seluruh anak buah kapal, bertanggungjawab kepada nahkoda ( master ).

Assistent Cook Bertugas membantu Chief cook memasak makanan untuk seluruh anak buah kapal dan menyajikannya ke pantry.

Utility Man / Boys Melakukan tugas – tugas kerumahtanggaan seperti membersihkan kabin anak buah kapal, laundry dan setrika.

B. Crew Accomodation Berdasarkan Ship Design and Construction oleh D‟Arcangelo Amelio M.,

maka direncanakan kebutuhan ruang akomodasi sebagai berikut: - Tinggi ruang bebas minimal 2,1 m.

- Tempat ibadah formal (musholla).

A. Tempat ibadah (musholla) sebagai sarana formal untuk memenuhi rohani seperti sholat, pembinaan hubungan batin diantara awak kapal tanpa memandang status harus tersedia di kapal.

B. Dimensi ruangan berdasarkan pada kebutuhan untuk sholat berjamaah, yang mampu untuk menampung minimal setengah jumlah awak kapal diatur sedemikian rupa untuk arah kiblat yang diatur sesuai kebutuhan.

2.1. Ruang Akomodasi Sebagai suatu ruangan yang akan dihuni oleh manusia, maka kapal

selayaknya dapat memenuhi persyaratan layak huni. Secara garis besar persyaratan layak huni ruangan ruangan yang terdapat di kapal untuk ruangan akomodasi ialah sebagai berikut :

1. Sleeping room Kapal dengan BRT antara 800 – 7.000 ton, luas lantai ruang tidur minimal

adalah 2,35 m2/orang.

Tinggi ruangan dalam keadaan bebas minimum 190 cm. Menurut British Regulation untuk kapal lebih besar atau sama dengan 1.600 BRT adalah 7 feet 6 inces atau 228,6 cm 2,3 m. Tinggi ruangan direncanakan 2,4 m.

Jumlah pemakaian sleeping room:

- Master, chief officer, chief engineer dan radio officer masing-masing 1 kamar tidur untuk 1 orang.

- Untuk perwira lain 1 orang 1 kamar tidur atau kalau tidak cukup maksimal 2 orang 1 kamar tidur.

- Untuk kelasi 1 ruang tidur untuk 2 orang atau kalau tidak memungkinkan dapat dipakai maksimal untuk 3 orang.

Untuk tempat tidur minimum 190 cm x 68 cm, direncanakan 200 cm x 80 cm.

Susunan tempat tidur maksimum 2 tingkat, dimana tempat tidur bawah jaraknya terhadap lantai minimal 30 cm, dan tempat tidur atas terletak di tengah-tengah antara tempat tidur bawah dengan langit-langit.

2. Mess room

Setiap kapal harus tersedia mess room yang cukup.

Untuk kapal yang lebih besar dari 1.000 BRT harus tersedia mess room terpisah untuk perwira, bintara dan kelasi.

Mess room harus dilengkapi dengan meja kursi dan perlengkapan lain yang dapat menampung seluruh jumlah pemakai dalam waktu yang bersamaan.

3. Sanitary accomodation

Setiap kapal harus dilengkapi dengan sanitary accomodation minimal 1 toilet, 1 wash basin, 1 bath tub/shower untuk 8 orang ABK.

Jumlah minimum kamar kecil (WC) di atas kapal 4 buah untuk kapal dengan BRT 800 – 3.000 ton.

Untuk kapal dengan tempat radio officer terpisah maka fasilitas sanitary harus tersedia di sana.

Toilet dan shower untuk deck engine dan steward department harus disediakan secara terpisah.

Fasilitas sanitair umum. - 1 tub atau bath maksimal untuk 8 orang.

- 1 WC maksimal untuk 8 orang.

- 1 wash basin maksimal untuk 8 orang.

4. Hospital accomodation

Untuk kapal yang ABK-nya lebih dari 15 orang atau kapal berlayar lebih dari 3 hari harus dilengkapi dengan satu ruang hospital accomodation dengan perlengkapan khusus.

Dilengkapi dengan toilet, wash basin dan bath tub/shower sendiri.

Harus tersedia minimal 1 tempat tidur, maksimal 6 buah.

5. Provision store

Dry provision store room. Gudang tempat penyimpanan makanan kering dan harus diletakkan dekat dengan galley dan pantry. Ruang dry provision store ini luasnya 7,5 m 2,

dengan tinggi ruangan 2,4 m, cukup untuk menyimpan persediaan makanan 1 ton.

Cold provision store room. Untuk menyimpan bahan makanan yang memerlukan pendinginan agar tetap segar dan baik selama pelayaran. Terdiri dari meat room dengan temperatur maksimal 18 F dan vegetable room dengan temperatur maksimal 35 F.

6. Galley

Diletakkan dekat dengan mess room. Tidak ada opening/hubungan langsung antara galley dan sleeping room.

Harus terhindar dari asap, debu dan tempat penimbunan bahan bakar.

Luas galley diperkirakan sebesar 0,5 m2/ABK, jadi luas galley diperkirakan 14 m 2.

2.2. Nagivation Space A. Wheel house

Pandangan dari ruang kemudi ke arah samping, depan dan belakang tidak boleh terganggu.

Pandangan ke arah depan/haluan harus memotong garis air, tidak boleh lebih besar dari 1,25 panjang kapal.

Ruang untuk wheel house dibuat secukupnya di sisi kiri dan kanan selalu ada flying bridge sampai sisi kapal.

Jarak dari kompas ke kemudi 500 mm.

Jarak dari kemudi belakang adalah 600 mm.

Pintu samping adalah pintu geser. B. Chart room

Terletak tepat di belakang wheel house dengan ukuran minimal 5 – 7 m2 atau 2,4 m x 2,4 m.

Meja peta diletakkan melintang kapal merapat ke dinding depan dengan panjang meja adalah 1,2 m – 1,8 m.

Antara chart room dengan wheel house dihubungkan dengan pintu geser. C. Radio room

Luas radio room minimal 11,15 m2.

Ditempatkan setinggi mungkin pada deck atas kapal dan terlindung dari gangguan air dan gangguan suara serta harus terpisah dari kegiatan lain.

Ruang tidur radio officer harus terletak sedekat mungkin dengan ruang radio. D. ESEP (Emergency Source of Electrical Power)

Sebagai pengganti sementara instalasi listrik utama apabila instalasi listrik utama tidak berfungsi.

Memberi jaminan aliran listrik pada kapal selama 3 jam.

Instalasi darurat ini akan tetap bekerja dalam berbagai kondisi darurat kapal.

Terdapat sebuah battery accumulator yang mampu menampung beban darurat tanpa pengisian kembali atau penurunan tegangan yang berlebih.

E. Pintu dan jendela

Ukuran pintu - Ukuran tinggi ambang pintu di atas deck 600 mm (di luar).

- Lebar pintu 600 mm dan tinggi 1800 mm. Ukuran jendela

- Untuk bridge deck dan navigation deck berbentuk segi empat, sedangkan poop deck dan main deck berbentuk lingkaran.

- Semua jendela untuk wheel house bagian depan harus membentuk sudut keluar sebesar 15 .

- Jarak antara jendela tidak boleh lebih dari 100 mm dan bagian sisi bawah jendela 1,2 m – 2 m di atas deck.

F. Perencanaan flying bridge Aturan BKI volume II tahun 1996, Bab 24 menyebutkan bahwa jalan

atau gang yang menghubungkan bangunan atas di haluan (akil) dan buritan (kimbul) diletakkan setinggi poopdeck. Pada kapal yang tidak memiliki anjungan (bangunan atas di tengah), perencanaan flying bridge hendaknya menyangkut faktor keamanan crew kapal supaya dapat menjangkau seluruh bagian kapal saat melakukan pekerjaan di atas geladak diluar area flying bridge.

Menurut Practical Ship Building seri B, terdapat beberapa persyaratan perencanaan gang sebagai berikut, dimana ukuran ini dibuat untuk mencegah selip karena jalanan yang licin, mengingat letak flying bridge di tempat terbuka.:

a. Lebar minimum 56 cm, direncanakan lebar flying bridge 80 cm. b. Tinggi minimum 85 cm, direncanakan tinggi flying bridge 1 m.

Sebagai contoh penempatan ruangan tersebut untuk suatu kapal ialah sebagai berikut :

1) Ruang Tidur (Sleeping Room)

o Ruang tidur harus diletakkan diatas garis air muat di tengah / dibelakang kapal. Direncanakan ruang tidur :

o Tidak boleh ada hubungan langsung (opening) didalam ruang tidur dari ruang muat, ruang mesin, dapur, ruang cuci umum, wc, lamp room, paint room dan drying room (ruang pengering).

o Luas lantai untuk ruangan tidur tidak boleh kurang dari 2,78 m2 untuk kapal diatas 3000 BRT.

o Tinggi ruangan, dalam keadaan bebas minimum 190 cm.

o Perabot dalam ruang tidur - Ruangan tidur seluruhnya dibelakang kapal.

- Semua kabin ABK terletak pada dinding luar sehingga mendapat cahaya matahari.

- Main deck terdapat tempat tidur steward, oiler, quarter master, electrican, chief cook, cadet, assistant cook, dan boys

- Poop deck terdapat tempat tidur quarter master, seaman dan boatswain, third officer, dan third engineer

- Boat deck terdapat tempat tidur second officer, first engineer, chief officer, dan second engineer.

- Bridge deck terdapat tempat tidur chief engineer dan captain a. Ruang tidur Kapten :

- Tempat tidur ( single bed ), lemari pakaian, sofa, meja tulis dengan kursi putar, tv, kamar mandi, bathtub, shower, washbasin, wc.

b. Ruang tidur Perwira : - Tempat tidur ( single bed ), lemari pakaian, sofa, meja tulis dengan kursi putar, kamar mandi, shower, washbasin, wc.

c. Ruang tidur Bintara : - Tempat tidur ( single bed dan double bed ), lemari pakaian, meja tulis dengan kursi putar.

o Ukuran perabot A. Tempat tidur Ukuran tempat tidur minimal : 190 x 68 cm Direncanakan ukuran tempat tidur : 200 x 90 cm

Syarat untuk tempat tidur bersusun : - Tempat tidur yang bawah berjarak 40 cm dari lantai.

- Jarak antara tempat tidur bawah dan atas 60 cm.

- Jarak antara tempat tidur atas dan langit-langit 60 cm.

- Jarak antar deck diambil 240 cm.

B. Lemari pakaian Direncanakan ukuran lemari pakaian : 60 x 45 x 60 cm.

C. Meja tulis Direncanakan ukuran meja tulis : 100 x 60 x 80 cm.

2. Ruang Makan (Mess Room) o Harus cukup menampung seluruh ABK.

o Untuk kapal yang lebih dari 1000 BRT harus tersedia ruang makan yang terpisah untuk perwira dan bintara.

Direncanakan 2 ruang makan : A. Ruang makan di Poop deck : - Kapasitas 8 tempat duduk, 1 meja makan, 1 washbasin, tv dan kulkas. B. Ruang makan di Main deck : - Kapasitas 10 tempat duduk, 1 meja makan, 2 washbasin, dan kulkas

3. Sanitary Accomodation o Jumlah wc minimum untuk kapal lebih dari 3000 BRT adalah 6 buah.

o Untuk kapal dengan radio operator terpisah maka harus tersedia fasilitas sanitary di tempat itu.

o Toilet dan shower untuk deck department, catering departement harus disediakan terpisah.

o Fasilitas sanitary umum minimum:

- 1 Bath tub atau shower untuk 8 orang atau kurang.

- 1 wc untuk 8 orang atau kurang.

- 1 washbasin untuk 6 orang atau kurang.

Dari semua persyaratan diatas maka direncanakan : A. Di Main Deck :

- 3 shower

- 3 WC

- 2 washbasin.

- 2 mesin cuci

B. Di Poop Deck :

- 1 toilet

- 2 Washbasin

- 1 WC

- 1 Kamar mandi di ruang third engineer (shower, washbasin dan wc)

- 1 Kamar mandi di ruang third officer (shower, washbasin dan wc)

C. Di Boat Deck :

- 1 Kamar mandi di ruang second officer (shower, washbasin dan wc)

- 1 Kamar mandi di ruang first enggineer (shower, washbasin dan wc)

- 1 Kamar mandi di ruang second engineer (shower, washbasin dan wc)

- 1 Kamar mandi di ruang chief officer (shower, washbasin dan wc)

D. Di Bridge Deck :

- 1 Kamar mandi di ruang chief engineer (shower, washbasin dan wc)

- 1 Kamar mandi di ruang kapten (shower, washbasin dan wc)

4. Kantor (Ship Office) o Direncanakan kantor:

- Letak di Poop Deck.

- Sofa beserta meja tulis

- 4 Lemari buku : 80 x 35 x 100 cm

5. Dry Provision and Cold Store Room

A. Dry Provision

o Dry provision berfungsi untuk menyimpan bahan bentuk curah yang tidak memerlukan pendinginan dan harus dekat dengan galley dan pantry.

B. Cold store o Untuk bahan yang memerlukan pendinginan agar bahan-bahan

tersebut tetap segar dan baik selama pelayaran.

o Temperatur ruang pendingin dijaga terus dengan ketentuan : - Untuk menyimpan daging suhu maximum adalah -18 C.

- Untuk menyimpan ikan suhu maximum adalah -18 C.

- Untuk menyimpan sayuran suhu maximum adalah 4 C.

Direncanakan Dry Store dan Cold Store : - Letak di Main Deck menjadi satu dengan dapur.

- Cold store terdiri dari ruang penyimpan daging dan ikan(-18 C) dan ruang penyimpan sayur (+4 C).

6. Dapur (Galley) o Letaknya menjadi satu dengan ruang makan, cold dan dry store.

o Harus dilengkapi dengan exhause fan dan ventilasi untuk menghisap debu dan asap.

o Harus terhindar dari asap dan debu serta tidak ada opening antara galley dengan sleeping room.

Direncanakan dapur : - Letak di Main Deck

- Dilengkapi sarana lift ke pantry di Poop deck yang tepat diatas dapur.

7. Ruang Navigasi (Navigation Room)

A. Ruang Kemudi (Wheel House) o Terletak pada deck yang paling tinggi sehingga pandangan ke depan

dan ke samping tidak terhalang (visibility 3600)

o Flying wheel house lebarnya dilebihkan 0,5 meter dari lebar kapal. Untuk mempermudah waktu berlabuh.

o Jenis pintu samping dari wheel house merupakan pintu geser.

B. Ruang Peta (Chart Room)

o Terletak didalam ruang wheel house.

o Ukuran meja peta 1,8 m x 1,2 m.

o Antara ruang peta dan wheel house bisa langsung berhubungan sehingga perlu dilengkapi jendela atau tirai yang dapat menghubungkan keduanya.

C. Ruang radio (Radio Room)

o Diletakkan setinggi mungkin diatas kapal dan harus terlindungi dari air dan gangguan suara.

o Ruang ini harus terpisah dari kegiatan lain.

o Ruang tidur radio operator harus terletak sedekat mungkin dan dapat

o Ditempuh dalam waktu 3 menit.

8. Battery Room o Terletak di tempat yang jauh dari pusat kegiatan karena suara bising

o Akan mengganggu.

o Harus mampu mensupply kebutuhan listrik minimal 3 jam pada saat darurat.

o Instalasi ini masih bekerja jika kapal miring sampai 22,50 atau kapal mengalami trim 10 0.

9. Perencanaan Engine Casing

o Engine casing harus cukup besar untuk memudahkan pekerjaan pada cylinder head station. Umumnya engine casing mempunyai tangga dalam. Tangga dalam engine casing lebarnya antara 0,6 ~ 0,8 m.

(GENERAL ARRANGEMENT PLAN) Engine casing dapat berfungsi sebagai berikut : - Lubang pemasukan mesin

- Tempat pipa gas buang

- Lubang sinar matahari masuk

2.3. Perencanaan Akomodasi

Dari SHIP DESIGN AND CONSTRUCTION 1980 , hal 113-1260 diperoleh beberapa persyaratan untuk crew accomodation.

BRT = 0,6 DWT = 0,6 (2849.43)= 1709,658 ton

BRT = L x B x T 3,5= 1045,09 BRT

2.4. Perlengkapan Navigasi

Sesuai dengan Ship Design and Construction edisi revisi sname Newyork, 1980 tentang perlengkapan lampu navigasi.

A. Anchor Light o Setiap kapal dengan l > 150 ft pada saat lego jangkar harus menyalakan anchor light.

o Warna : Putih.

o Jumlah : 1 buah.

o Visibilitas : 3 mil ( minimal )

o Sudut Sinar : 3600 horisontal.

o Tinggi : 6,4 meter.

o Letak : Forecastle.

B. Lampu Buritan (Stern Light) o Warna : Putih.

o Visibilitas : 2 mil ( minimal )

o Sudut Sinar : 1350 horisontal

o Jumlah : 1 buah.

o Tinggi : 3,5 meter.

o Letak : Buritan

C. Lampu Tiang Agung (Mast Head Light) o Warna : Putih.

o Visibilitas : 6 mil ( minimal )

o Sudut Sinar : 2250 horisontal

o Tinggi : 5,5 meter

D. Lampu Sisi (Side Light) o Jumlah : Starboard Side : 1 buah.

o Port Side : 1 buah

o Warna : Starboard Side : Hijau

o Port Side : Merah

o Visibilitas : 2 mil ( minimal )

o Sudut Sinar : 112,50 horizontal

o Letak : Navigation deck (pada Fly Wheel House)

E. Morse Light o Warna : Putih.

o Sudut Sinar : 3600 horisontal

o Letak di Top Deck, satu tiang dengan mast head light, antena UHF dan radar.

2.5. Perencanaan Tangga, Pintu Dan Jendela

1. Perencanaan Pintu

A. Pintu Baja Kedap Cuaca ( Ship Steel Water Tight Door ) o Digunakan sebagai pintu luar yang berhubungan langsung dengan cuaca

bebas.

o Tinggi : 1800 mm

o Lebar : 800 mm

o Tinggi ambang : 300 mm

B. Pintu Dalam o Tinggi : 1800 mm

o Lebar : 600 mm

o Tinggi ambang : 200 mm

C. Ship Non Water Tight Steel Door o Digunakan untuk pintu gudang-gudang.

D. Ship Cabin Steel Hollow Door

o Digunakan untuk pintu-pintu ruangan didalam bangunan atas.

2. Ukuran Jendela o Jendela bundar dan tidak dapat dibuka ( menurut DIN ISO 1751 ),

direncanakan menggunakan jendela bundar type A dengan ukuran d = 400 mm.

o Jendela empat persegi panjang - Panjang ( w1 ) : 400 mm

Radius ( r1 ) : 50 mm

- Panjang ( w2 ) : 500 mm Radius ( r2) : 100 mm

o Untuk wheel house

o Berdasarkan simposium on the design of ship budges - Semua jendela bagian depan boleh membentuk sudut 150.

- Bagian sisi bawah jendela harus 1,2 meter diatas deck

- Jarak antara jendela tidak boleh kurang dari 100 mm

3. Ladder / Tangga A. Accomodation ladder

Accomodation ladder diletakkan menghadap kebelakang kapal. Sedang untuk menyimpannya diletakkan diatas main deck (diletakkan segaris dengan railing/miring). Sudut kemiringan diambil 450 .

o Dimensi Tangga Akomodasi :

- Width of ladder : 1000 mm

- Height of handrail : 1000 mm

- The handrail : 1500 mm

- Step space : 300 mm

B. Steel Deck Ladder Digunakan untuk menghubungkan deck satu dengan deck lainnya. Pada kapal

ini menggunakan deck ladder type A dengan nominal size 700 mm, lebar 700 mm. Kemiringan terhadap hirizontal (450) iterval of treads 200 s/d 300, step space 250 mm.

C. Ship Steel Vertical Ladders Digunakan untuk tangga yang menuju ke cargo hold dari main deck. Type

A19 jarak dari dinding 150 mm, interval treads 300 s/d 340 mm, lebar tangga 250 mm.

PERHITUNGAN TANGKI –TANGKI & RUANG MUAT

Penentuan Tangki – tangki dan ruang muat ditentukan setelah jenis engine dan jumlah awak kapal ditentukan dan dipastikan. Perubahan terhadap ke dua parameter itu akan sangat mempengaruhi bobot dan tonase dari tangki yang akan berdampak pada kekeliruan penentuan tonase kapal secara keseluruhan.

Beberapa parameter yang dihitung pada bagian ini ialah :

A. Perhitungan Consumable Weight. Perhitungan DWT 1. Berat Bahan Bakar Mesin Induk (Whfo) 2. Berat Bahan Bakar Mesin Bantu (Wmdo) 3. Berat minyak Pelumas (Wlo) 4.Berat Air Tawar (Wfw) 5. Berat Bahan Makanan (Wp ) 6. Berat Crew dan Barang Bawaan (Wcp) 7. Berat Cadangan (Wr ) 8. Berat Muatan Bersih (Wpc)

1. Berat Bahan Bakar Mesin Induk (Whfo) Whfo = BHPme x bme x S/Vs x 10-6x C ( ton )

Parameter yang diperlukan : BHPme = 1100 HP

= 809,05 KW BME = specific konsumsi bahan bakar mesin induk = 179 gr/Kw Hour

PERHATIAN : “Harga bme (Sfoc) ditentukan dari engine project guide untuk jenis engine yang telah ditentukan”.

S = Radius pelayaran = 970 miles C = Koreksi cadangan (1,3 s/d 1,5) Diambil 1,4 Vs = 10 Knot Whfo = 821 x 179 x (970/10) x 10-6 x 1,4 ton

= 19,667 ton

Menentukan volume bahan bakar mesin induk Vhfo = Whfo / ρ dimana Whfo = 19,667 ton

= 19,667 ton / 0,85 ton/m3 ρ = 0,85 ton/m3 = 23,137 m3

Volume Bahan Bakar Mesin Induk terdapat penambahan dikarenakan 1. Double Bottom = 2 %

2. Exspansi karena panas = 2 % += 4 %

Jadi Volume = 23,137 m3+ (4% x 23,137 m3)

= 24,063 m3

2. Berat Bahan Bakar Mesin Bantu ( Wmdo) Bahan bakar MDO digunakan untuk motor induk sebagai change fuel dan motor-

motor bantu. Berat bahan bakar (WMDO):

Kebutuhan berat bahan bakar MDO untuk motor - motor bantu diperkirakan sebesar 10 - 20 % dari berat kebutuhan HFO untuk motor induk. Dalam perencanaan ini diambil perkiraan kebutuhan sebesar 15 %.

Wmdo = (0,1 s/d 0,2) Whfo = 0,15 x 19,667 ton = 2,9500 ton

Menentukan volume bahan bakar mesin bantu (Vmdo) Vmdo = Wmdo/ ρ diesel dimana ρ diesel = 0,85 ton/m3

= 2,9500 ton / 0,85 ton/m3

= 3,471 m3

Volume Bahan Bakar Mesin bantu terdapat penambahan dikarenakan 3. Double Bottom = 2 %

4. Exspansi karena panas = 2 % +

= 4 %Jadi Volume = 3,471 m3+ (4% x 3,471 m3)

= 3,609 m3

Kapasitas Setling Tank ( Sstt ) Tangki ini digunakan untuk mengedapkan kotoran pada bahan bakar. Biasanya

waktu pengedapan berkisar 10 – 20 jam, sehingga dalam perencanaan ini volume satling tank direncanakan untuk 12 jam operasi.

Vstt = ( BHP x SFOC x 10-6 x H ) / ρ= (809,05 x 179 x 10-6 x 12) / 0,85 ton/ m3 = 1,64 m3

Kapasitas service tank (Vsvt): Dalam perencanaan kapasitas service tank atau tangki harian berdasarkan asumsi

sebagai berikut, jam kerja crew dibagi dalam 3 shiff ( pergantian tiap 4 jam ), sehingga kapasitas tangki ini harus mampu untuk mensuplai konsumsi bahan bakar motor induk selama 5 jam pada saat operasi beban penuh.

Vsvt = ( BHP x SFOC x 10-6 x H ) / ρ= (809,05 x 179 x 10-6 x 5) / 0,85 ton/ m3

= 0,78 m3

3. Berat Minyak Pelumas (Wlo) Kapasitas tangki minyak pelumas di sini adalah tangki minyak pelumas untuk

minyak pelumas mesin atau Lube Oil dan minyak pelumas silinder atau Cylinder Oil. Lube oil storage tank

Specific Lubricating Oil Consumtion ( SLOC ) : SLOC = ( 0,95-1,5 ) gr/kWh

PERHATIAN : “Harga bme (SLoc) ditentukan dari engine project guide untuk jenis engine yang telah ditentukan”..

Berat jenis minyak pelumas ρlo = 0,85 Ton / m3

Sehingga Berat minyak pelumas (Wlo):

WlO = BHP x SLOC x RVs

x 10-6 x 1,3 s/d 1,5 ( Ton )

= 809,05 x 1,225 x (970/10) x 10-6 x 1,4 ( Ton ) = 0.134 ton

Untuk mesin two stroke ditambah 0,8 % – 1,2 %, direncanakan penambahan 1,2 % jadi

menjadi :

= 0,134+(1,2% x 0,134)ton

WlO = 0,136 ton

Volume tangki minyak pelumas ( VlO ): VlO = WlO

ρ

= 0,136/0,85 ton/ m3

= 0,160 m3

Volume pelumas auxilary engine = 25 % x volume pelumas motor induk = 0,25 x 0,160 m3 = 0,04 m3

4. Berat Air Tawar (Wfw) Perhitungan Umum :

Jumlah awak kapal = 22 orang Radius pelayaran = 970 mil laut Kecepatan dinas kapal = 10 knot

Lama pelayaran = S Vs.24= 970 mil / (10 x 24 ) = 4,0416hari ~ diambil 4 hari

Untuk perhitungan consumable berdasarkan buku Lectures On Ship Design & Ship Theory, P 13

Kebutuhan pelayaran untuk makan dan minum Kebutuhan air untuk makan dan minum satu hari antara 10 - 20 Kg/orang/hari. Diambil sebesar 10 Kg/orang/hari Berat air tawar = crew x lama pelayaran x konsumsi ............Kg

= 13 x 4 x 10 x 10-3 = 0,52 Ton

Kebutuhan untuk Sanitasi Kebutuhan air untuk sanitasi ( mandi dan cuci ) perorang satu hari antara 60 - 200 Kg/orang/hari. Diambil sebesar 100 Kg/orang/hari Berat air = crew x lama pelayaran x konsumsi ........Kg

= 13 x 4 x 100 x 10-3

= 5,2 Ton

Kebutuhan untuk Memasak Kebutuhan air untuk keperluan memasak satu hari antara 3 - 4 Kg/orang/hari. Diambil sebesar 3 Kg/orang/hari Berat air = crew x lama pelayaran x konsumsi.........Kg

= 13 x 4 x 3 x 10-3 = 0,156 Ton

Kebutuhan untuk Pendingin Mesin Kebutuhan air untuk pendingin mesin antara 2 - 5 Kg/kW. Jadi diambil sebesar 3,5 Kg x BHP Berat air = 3,5 Kg x 809,05

= 2832 Kg = 2,832 Ton

Jadi kebutuhan total air tawar( Wfw ) Wfw = 0,52 + 5,2 + 0,156 + 2,832 ( ton )

= 8,708 Ton ρ = 1 Ton/m3

VolumeTotal air tawar Vtot = 10,245 m3

5. Berat Bahan Makanan (Wp) Wp = Berat makanan x Crew x Lama pelayaran Wp = 5 kg/orang x hari

= 5 x 13 x 4 x 10-3

= 0,26 ton

6. Berat Crew dan Barang Bawaan (Wcp) Kebutuhan : Diasumsikan berat crew dan barang bawaannya = 100 kg/orang Wcp = 100 x 13 x 10-3

= 1,3 ton

7. Berat Cadangan (Wr) Terdiri dari peralatan di gudang , antara lain : - Cat

- Peralatan reparasi kecil yang dapat diatasi oleh ABK.

- Peralatan lain yang diperlukan dalam pelayaran.

Wr = (0.5 s/d 1.5 ) % x Disp ( ton ) Diambil sebesar 0,5 % = 0,5 % x 2849.43= 14,247 ton

8. Berat muatan bersih (Wpc) Wpc diperoleh dari : Dwt - berat keseluruhan Lwt dengan perhitungan kasar = 1/3 x Disp

= 1/3 x 2849,43 ton = 949,81 ton

Dwt diperoleh dari : ( Disp - Lwt perhitungan kasar )

Maka :

Dwt = Disp - Lwt = 2849,43 – 949,81 ( ton ) = 1899,62 ton

Berat keseluruhan : Dwt – Wpc = Whfo + Wmdo + Wlo + Wfw + Wp + Wcp + Wr

= 47,2679 ton

Wpc = Dwt - berat keseluruhan = 1899,62 – 47,2679 (ton) = 1852,3512 ton

Tangki Air Ballast Untuk perhitungan tangki ballast berdasarkan buku MARINE AUXILARY MACHINERY & SYSTEM, p453

Berat air ballast direncanakan berkisar antara 10 - 17 % berat displasement kapal, direncanakan 10% x displasement kapal, jadi berat air ballast adalah sebagai berikut :

(Δ = 2849.4287 Ton )

Wballast = Δ x 10 %

= 2849.4287 x 10% Ton

=284,94287 Ton

Sehingga :

Vtb = Wballast / ρ ir laut

= 284,94287 / 1,025

= 277,993 m3

B. PerhitunganVolume ruang muat

Ruang MuatI Terletakantara frame 72-113

NO FRAME

JARAK ½ LEBAR

WL 1 WL 3,2 H (7,4) A Fl A x Fl

1 4 1

727,468

47,468

47,806

6 31,22647,856

77,856

749,6549

3 1 49,65493

757,350

17,350

17,739

2 30,95687,821

47,821

449,2035

2 4 196,8141

787,199

37,199

37,646

5 30,5867,769

67,769

648,5918

9 2 97,18379

81 7 77,516

8 30,06727,689

97,689

947,7409

1 4 190,9636

846,765

36,765

37,342

9 29,37167,582

47,582

446,6339

2 2 93,26784

876,492

36,492

37,125

5 28,5027,441

27,441

245,2645

3 4 181,0581

906,181

76,181

76,858

1 27,43247,254

27,254

243,5928

5 2 87,18571

935,806

85,806

8 6,53 26,12 7 741,5219

2 4 166,0877

975,348

75,348

76,118

2 24,47286,660

86,660

838,9144

5 2 77,82891

1014,766

74,766

75,592

9 22,37166,183

66,183

635,5433

6 4 142,1734

1054,120

64,120

6 5 205,606

95,606

931,7093

3 1,5 47,564

1093,400

73,400

74,241

4 16,96564,944

74,944

7 26,9984 2 53,9968

113 2,660 2,660 3,464 13,8564 4,207 4,207 22,1059 0,5 11,05296

6 6 1 3 3 2

Total 1394,832

Volume CH1 =2/3 xhx(Total A xF.Simpson)....(h =1,8 m)

=2/3 x1,8x1394,832

= 1673,79 m3

NO FRAME

JARAK ½ LEBAR

WL 1 WL 3 WL 5.4 A Fl A x Fl

1 4 1

31 7,368 7,368 7,8386 31,3544 7,8996 7,899649,7301

3 1 49,73013

34 7,4368 7,4368 7,8813 31,5252 7,8999 7,899949,9860

3 4 199,9441

37 7,4953 7,4953 7,864 31,456 7,9 7,949,9747

2 2 99,94944

40 7,5391 7,5391 7,8896 31,5584 7,9 7,950,1306

7 4 200,5227

43 7,5812 7,5812 7,8922 31,5688 7,9 7,950,1866

7 2 100,3733

46 7,6102 7,6102 7,8941 31,5764 7,9 7,950,2257

1 4 200,9028

49 7,635 7,635 7,8886 31,5544 7,9 7,950,2286

9 2 100,4574

52 7,6502 7,6502 7,8912 31,5648 7,9 7,9 50,256 4 201,024

56 7,6512 7,6512 7,8908 31,5632 7,9 7,950,2553

6 2 100,5107

60 7,637 7,637 7,9001 31,6004 7,9 7,950,2798

9 4 201,1196

64 7,6067 7,6067 7,8747 31,4988 7,8747 7,874750,1122

1 1,5 75,16832

68 7,5557 7,5557 7,8521 31,4084 7,8065 7,806549,8886

4 2 99,77728

72 7,4684 7,4684 7,8066 31,2264 7,8567 7,856749,6549

3 0,5 24,82747

Total 1654,307

Ruang MuatII Terletakantara frame31-72

Volume CH2 =2/3 xhx(Total A xF.Simpson)....(h =1,8 m)

=2/3 x1,8x1654,307

=1985,1684 m3

C. PerhitunganVolumeTangki Ballast

TankiBallast I Terletakantara frame 72-113

NO FRAME

JARAK ½ LEBAR

WL 0 WL 0,5 WL 1 A Fl A x Fl

1 4 1

725,999

95,999

96,770

1 27,08047,455

87,455

813,5120

3 1 13,51203

755,786

55,786

56,553

4 26,21367,319

77,319

7 13,1066 4 52,4264

78 5,554 5,554 6,317 25,2696 7,156 7,156 12,6602 2 25,32047

3 3 4 8 8 3

815,318

55,318

56,072

4 24,28966,959

46,959

412,1891

7 4 48,75667

845,071

65,071

65,824

5 23,2986,712

36,712

311,6939

7 2 23,38793

874,799

44,799

45,564

2 22,25686,435

36,435

311,1638

3 4 44,65533

904,472

14,472

15,224

3 20,89726,102

36,102

310,4905

3 2 20,98107

93 4,077 4,077 4,8 19,2 5,706 5,706 9,661 4 38,644

973,602

33,602

34,328

5 17,3145,230

35,230

38,71553

3 2 17,43107

101 3,091 3,0913,832

6 15,33044,640

24,640

2 7,6872 4 30,7488

1052,536

92,536

93,295

9 13,18363,975

63,975

66,56536

7 1,5 9,84805

1092,007

92,007

92,786

2 11,14483,381

43,381

45,51136

7 2 11,02273

1131,143

81,143

81,803

3 7,21322,394

12,394

1 3,5837 0,5 1,79185

Total 338,5264

(A dirumuskan dengan 1/3 x h x(totalWLxF. Simpson))

Volume TB1 =1/3 xhx(Total A xF.Simpson)....(h =1,8)

=1/3 x1,8x338,5264=203,11584

TankiBallast II Terletakantara frame39- 72

NO FRAME

JARAK ½ LEBAR

WL 0 WL 0,5 WL 1 A Fl A x Fl

1 4 1

39 6,5558 6,5558 7 28 7,5747 7,5747 14,0435 1 14,0435

42 6,5476 6,5476 7,2425 28,97 7,4165 7,4165 14,31137 4 57,2454

45 6,5456 6,5456 7,2425 28,97 7,4913 7,4913 14,33563 2 28,6712

48 6,5455 6,5455 6,9925 27,97 7,5392 7,5392 14,01823 4 56,0729

51 6,5511 6,5511 6,9925 27,97 7,2425 7,2425 13,9212 2 27,8424

54 6,5562 6,5562 7,2422 28,9688 7,6065 7,6065 14,37717 4 57,5086

57 6,546 6,546 6,9925 27,97 7,628 7,628 14,048 2 28,096

60 6,509 6,509 6,9925 27,97 7,628 7,628 14,03567 4 56,1426

64 6,4616 6,4616 7,2032 28,8128 7,6515 7,6515 14,30863 2 28,6172

68 6,3109 6,3109 7,0826 28,3304 7,6003 7,6003 14,08053 4 56,3221

72 6,3109 6,3109 7,0826 28,3304 7,6003 7,6003 14,08053 1,5 21,1208

Total 431.682

(A dirumuskan dengan 1/3 x h x(totalWLxF. Simpson))

Volume TB2 =1/3 xhx(Total A xF.Simpson)....(h =1,8)

=1/3 x1,8 x431.682

=259.009m3

Tanki HFO

NO FRAME

JARAK ½ LEBAR

WL 0 WL 0,5 WL 1 A Fl A x Fl

1 4 1

35 5,9029 5,9029 6,5214 26,0856 6,0316 6,0316 12,67337 1 12,67337

36 5,7732 5,7732 5,9178 23,6712 6,3828 6,3828 14,33088 4 57,32352

37 5,6296 5,6296 6,2401 24,9604 5,8 5,8 14,556 2 29,112

38 5,4735 5,4735 6,0588 24,2352 5,6684 5,6684 14,15084 4 56,60336

39 5,3068 5,3068 5,8799 23,5196 5,5268 5,5268 13,74128 2 27,48256

40 5,1306 5,1306 5,6949 22,7796 5,39 5,39 13,32008 4 53,28032

41 4,9471 4,9471 5,5047 22,0188 5,2239 5,2239 12,87592 2 25,75184

Total 262,226

(A dirumuskan dengan 1/3 x h x(totalWLxF. Simpson))

Volume T.HFO =1/3 xhx(Total A xF.Simpson)....(h =0,6)

=1/3 x0,6x262,226

=52,4452m3

Tanki MDO

NO FRAME

JARAK ½ LEBAR

WL 0 WL 0,5 WL 1 A Fl A x Fl

1 4 1

31 4,1708 4,1708 4,6084 18,4336 4,7559 4,7559 9,1201 1 9,1201

32 4,166 4,166 4,3819 17,5276 4,3158 4,3158 8,6698 4 34,6792

Total 43.7993

(A dirumuskan dengan 1/3 x h x(totalWLxF. Simpson))

Volume T.HFO =1/3 xhx(Total A xF.Simpson)....(h =0,6)

=1/3 x0,6x43.7993

=8,75986 m3

TankiLubricants Oil

NO FRAME

JARAK ½ LEBAR

WL 0 WL 0,5 WL 1 A Fl A x Fl

1 4 1

293,776

33,776

34,315

8 17,2632 4,3819 4,3819 8,4738 1 8,4738

303,582

13,582

14,192

1 16,7684 4,457 4,457 8,269167 4 33,07667

313,391

73,391

7 4 16 3,9795 3,9795 7,7904 1 7,7904

Total 49,34087

Volume T.Lubricants oil =1/3 xhx(Total A xF.Simpson)....(h =1,2)

=1/3 x1,2x21,5734

=8,621m3

Tanki Fresh Water

NO FRAME

JARAK ½ LEBAR

WL 0 WL 0,5 WL 1 A Fl A x Fl

1 4 1

35 6,2686 6,2686 6,8831 27,5324 6,4455 6,4455 13,4155 1 13,4155

36 6,1985 6,1985 6,8186 27,2744 6,348 6,348 13,27363 4 53,09453

37 6,1151 6,1151 6,7383 26,9532 6,2518 6,2518 13,1067 2 26,2134

38 6,017 6,017 6,1579 24,6316 6,6405 6,6405 12,4297 4 49,7188

49 5,9029 5,9029 6,5214 26,0856 6,0316 6,0316 12,67337 1 12,67337

Total 155,1156

Volume T.Lubricants oil =1/3 xhx(Total A xF.Simpson)....(h =1,2)

=1/3 x1,2x155,1156

=62,04624m3

I. PENENTUAN PERMESINAN GELADAK

1. Penentuan Jangkar, Rantai Jangkar dan Tali Tambat

A. Penentuan Jangkar

Berdasarkan BKI Vol.II tahun 2001 section 18-2, ditentukan :

Z = D2/3 + 2hB + A/10

dimana: D = Displacement kapal

= 2849,428662 ton

B = Lebar kapal

= 11,42 m

fb = H - T dimana H = 8.1 m

= 7.1 – 4.60 T = 5.61 m

= 2,5 m

h = 2,4 x 4 = 9,6 m

h = fb + h

= 2,5 + 9,6 = 12,09 m

A = Luas penampang membujur dari bangunan atas diatas sarat

air pada centre line m2

= 273,45 m2

maka : Z = 555,033

Karakteristik peralatan jangkar dapat ditentukan atau dilihat berdasarkan harga Z pada

tabel 18.2 BKI Vol.II tahun 2006, maka dengan nilai Z = 555.033, diperoleh data

jangkar sebagai berikut:

- Jumlah jangkar = 2 buah

- Berat Jangkar = 1740 kg

- Panjang Rantai Jangkar total = 440 m

- Diameter = 36 mm

- Tali tarik

a. panjang = 190 m

b. beban putus = 340 KN

- Tali tambat

a. Jumlah = 4 buah

b. Panjang = 160 m

c. beban putus = 130 KN

Kemudian dari data dapat dianbil ukuran-ukuran yang ada pada jangkar, pada tabel

yang ada pada buku PRACTICAL SHIP BUILDING dapat diketahui dimensi jangkar

sebagai berikut :

Berat jangkar diambil 1500 kg

a. = 212 mm ( Basic Dimension )

b. = 0,779 x a = 165 mm

c. = 1,050 x a = 318 mm

d. = 0,412 x a = 87 mm

e. = 0,857 x a = 182 mm

f. = 9,616 x a = 2036 mm

g. = 4,803 x a = 1018 mm

h. = 1,100 x a = 233 mm

i. = 2,401 x a = 509 mm

j. = 3,412 x a = 725 mm

k. = 1,323 x a = 280 mm

l. = 0,701 x a = 148 mm

Dari Practical Ship Building direncanakan menggunakan jangkar type Hall Ancor.

B. Penentuan rantai Jangkar

Setelah diketahui data-data dari jangkar yaitu :

- Panjang keseluruhan rantai jangkar = 440 mm

- Diameter rantai jangkar :

- diameter rantai jangkar = 38 mm

- bahan = ST.50 – 55

Komposisi dan konstruksi dari rantai jangjar meliputi :

1. Ordinary link

a : 1,00 d = 38 mm

b : 6,00 d = 288 mm

c : 3,60 d = 137 mm

2. Large link

a : 1,10 d = 42 mm

b : 6,50 d = 247 mm

c : 4,00 d = 152 mm

3. End link

a : 1,2 d = 46 mm

b : 6,75 d = 257 mm

c : 4,00 d = 152 mm

4. Connecting Shackle

a : 1,3 d = 49 mm

c : 7,1 d = 270 mm

d : 4,0 d = 152 mm

e : 0,8 d = 31 mm

5. Shackle Bolt

a : 1,6 d = 61 mm

b : 0,5 d = 19 mm

c : 0,6 d = 23 mm

d : 0,2 d = 8 mm

6. Swivel

a : 9,70 d = 368,5 mm

b : 2,80 d = 106,4 mm

c : 1,20 d = 45,6 mm

d : 2,90 d = 110,2 mm

e : 3,40 d = 129,2 mm

f : 1,75 d = 66,5 mm

7. Anchor Kenter Shackle

Untuk hal ini dipilih anchor kenter shackle pada tabel di Buku Practical

Ship Building Vol.III B part 1, dengan anchor chain diameter 38 mm.

A : 8,0 d = 304 mm

B : 5,95 d = 226,1 mm

b : 1,08 d = 41,04 mm

c : 1,54 d = 58,52 mm

d : 2,7 d = 102,6 mm

e : 0,75 d = 28,5 mm

f : 1,21 d = 45,98 mm

g : 3,4 d = 129,2 mm

h : 1,05 d = 39,9 mm

k : 1,75 d = 66,5 mm

8. Kenter Shackle

Untuk hal ini dipilih anchor kenter shackle pada tabel di Buku Practical

Ship Building Vol.III B part 1, dengan anchor chain diameter 38 mm.

A : 6,0 d = 228 mm

B : 4,2 d = 159,6 mm

b : 0,67 d = 25,46 mm

c : 1,83 d = 69,54 mm

d : 1,52 d = 57,76 mm

C. Tali Tambat

Bahan yang dipakai untuk tali tambat terbuat dari nilon. Adapun ukuran- ukuran

Yang dipakai berdasarkan data-data dari BKI 2001 didapatkan:

- Jumlah tali tambat = 4 buah

- Panjang tali tambat = 160 m

- Beban putus = 130 kN

Keuntungan dari tali nylon (polypropelene) untuk tambat :

- Tidak rusak oleh air dan sedikit menyerap air.

- Ringan dan dapat mengapung di permukaan air.

2. Perhitungan Volume Chain Locker

Dari buku “Practical Ship Building Vol.III B part 1”, Ing J.P De Haan, volume chain

locker dapat dihitung dengan rumusan yang ada dibawah ini atau dapat dicari dalam grafik

pada figure 362 di buku yang telah disebutkan di atas. Sehingga dapat dicari sebagai

berikut :

Volume chain locker adalah :

Dimana :

Sm = volume chain locker untuk panjang rantai jangkar 1 fathomd = diameter rantai jangkar dalam inch

= 36/25,4

= 1,4 inch

Panjang rantai jangkar = 440 m , dari GL diketahui 100 fathoms = 183 m, maka :

PK = 440 m = 240,44 fathom

Maka volume dari chain locker adalah :

Sm = (PK x d2)/ 100

= ( 240,44 x 1,42) / 100

= 4,7126 m3

Perencanaannya yaitu dengan ditambah volume cadangan 20% untuk antisipasi

adanya lumpur saat rantai jangkat akan digulung, maka :

Sm = (20% x 4,7126) + 4,7126

= 5,655 m3

Pada chain locker diberi sekat pemisah antara kotak sebelah kanan dan kotak sebelah

kiri.

Perencanaan ukuran chain locker = {(1+0,2) x1,5

2+(1,5+0 ,65 )x1,5

2}x 2,2

= 5,53 m3

Ukuran mud box =

{(0,2+0 , 155) x0,5

2+(0 ,65+0 , 575 )x 0,5

2}x2,2

= 0,869 m3

3. Penentuan Tenaga Windlass, Capstan, dan Steering Gear

A. Penentuan Tenaga Windlass

Perhitungan ini berdasarkan pada Practical Ship Building oleh M. Khetagurof

Gaya tarik cable lifter untuk menarik 1 jangkar adalah :

Tcl = 1,175 x ( Ga + (Pa x La)) kg Dimana :

Ga = Berat jangkar = 1500 kg

Tcl = 1,175 x (1500 + (28,2 x 440)) Pa = Berat rantai jangkar

permeter

= 16341,9 kg = 0,0218 x d2

= 0,0218 x 362

= 28,2 kg

La = Panjang rantai jangkar keseluruhan

= 440 m

Diameter Cable Lift:

Dcl= 0,013 d (m)

= 0,013 x 36

= 0,468 m

Torsi pada Cable Lifter

cl =

TCL xDCL

2xηCL

=

16341,9 x0 ,4682x 0 ,91

Dimana : cl = 0,9 s/d 0,92

diambil = 0,91

= 4640,91 kgm

Torsi pada poros motor Windlass

w =

τCL

Iax ηa

Dimana :

Ia =

NmNcl

=

7207,9

= 91,14

Maka :

w =

4640 ,9191 , 14 x0 ,75

= 67,894 kgm

Dimana :

= efisiensi total (0,722 - 0,85)

Nm = 523 rpm – 1165 rpm

Maka :

Diambil = 0,75

Nm = 720 rpm

Ncl =

300d

=

30038

= 7,9 mm

Dari data atas dapat diperoleh data sebagai berikut:

Type Windlaas : EAH – 2

Pulling force : 6475 kg

Speed : 10,1 m / min

Daya motor : 24 Hp

B. Capstan

Gaya tarik pada Capstan

Twb = Rbr / 6 Dimana :

= 11000/6 Rbr = Beban putus dari wire roop

= 1833,34 kg = 11000 kg

Putaran pada poros penggulung Capstan

Nw =

19 ,1xV W

Dw+dw

=

19 ,1 x 0 ,250 ,17+0 , 036

= 23,2 rpm

Dimana : Dw = diameter penggulung

tali = (5 – 8)dw, diambil

7 dw = 7 x 0,0242 =

0,17 m

dw = diameter tali tambat

= 36 mm = 0,036 m

Vw : kecepatan tarik

capstan = 0,25 m/s

Momen torsi penggulung (Mn)

Mn =

Twbx( Dw+dW )2 .iw . ηw

Dimana :

ηw : Efisiensi motor penggulung capstan (0,6 – 0,9), diambil 0,9

Iw : Nm/Nw

Nm: putaran motor capstan jenis elektrik (800 – 1450)rpm, diambil

800 rpm

Iw : 800/23,2 = 34,48 rpm

Mn =

1833 ,34(0 , 17+0 ,036 )2 x34 ,48 x 0,9

= 6,1 kgm

Daya Motor capstan (Ne)

Ne =

MnxNm716 ,2

=

6,1 x 800716 ,2

= 6,8 HP

Dari Practical Ship Building III b1 (hal 204 - 205), diperoleh data sebagai

berikut:

Type Capstan : Type A

Pulling force : 1000 kg

Daya : 9 Hp

Berat : 1400 kg

C. Steering Gear

Luas daun kemudi

A =

TxL100 : [ 1 + 25 ( B/L )2]

=

546 x69 , 63100 : [ 1 + 25 ( 13,5 / 75 )2]

= 1,92 m2

Luas ballansir

A' = 23% x A

= 23% x 1,92

= 0,44 m2

Untuk baling-baling tunggal dengan kemudi ballansir

= 1,8

= h / b

Dimana : h = Tinggi kemudi

b = Lebar kemudi

h = x b

= 1,8 x b

A = h x b

1,92 = 1,8 x b x b

= 1,8 x b2

b2 = 1,067 m

b = 1,033 m

Maka : h = 1,92/ 1,033

= 1,86 m

b' = A' / h

= 0,44 / 1,86

= 0,236 m

Kapasitas mesin kemudi (power steering gear )

Dasarnya adalah gaya dan momen yang bekerja pada mesin tersebut.

Gaya normal kemudi (Pn)

Pn = 1,56 x A x Va2 x sin Dimana :

A = Luas daun kemudi

= 1,92 m2

Va = 7,616 knots

sin = 35

Pn = 1,56 x 1,92 x 7,6162 x sin 35

= 99,648 kg

Moment puntir kemudi (Mp)

Mp = Pn.r Dimana :

r = c(α-Kb)

b = c = lebar rata-rata daun kemudi

= 1,135 m

α = 0,33

Kb = faktor balance = A”/A

= 0,186 ; untuk tipe balansir

Maka: r = 1,135 (0,33-0,186)

= 0,163 m

Mp = 99,648 x 0,163

= 16,243 kNm = 16243 Nm

Diameter tongkat kemudi

Dt = 4,2 x 3√ Mpxkr

= 4,2 x 3√16243 x1,6

= 124,407 mm

= 124 mm

Daya Pada Tongkat Kemudi

Nrs =

M P . 2 . α . π

t . 1800 . 75

Nrs =

16243 x2 x350 xπ28 x1800 x75

= 9,45 HP

Daya Steering Gear adalah:

Dimana:

Kr = Faktor material, dipakai bahan

St-45 (ReH= 441 N/mm2) =

(ReH/235)0,75= (441/235)0,75= 1,6

Dimana: t = waktu yang ditempuh

tongkat kemudi untuk bergerak

dengan radius 50= 28 detik

Nsg =

Nrsηsg

=

9 ,450 ,35

= 27 HP

Dimana :

ηsg = efisiensi mesin kemudi

= (0,1 – 0,35)

II. PERHITUNGAN DIAMETER PIPA DAN DAYA POMPA UNTUK SISTEM

BONGKAR MUAT

a) Diameter Pipa Utama

Untuk menghitung diameter pipa utama bongkar muat dapat dilakukan dengan rumus :

Db=√4 Qe/(Vcx π )

Db=√4 x0 , 0371/(1,5 x 3 ,14 )

Db=0 , 178 m

Dimana :

Qe = debit pompa Volume total ruang muat = 1333,982 m3

=

VolumeWaktu Waktu bongkar(10 – 12)jam, diambil 10 jam

=

1333 ,982 m3

10

= 133,3982 m3/ jam = 0,0371 m3/s

Vc = Standar kecepatan Fluida(Oil) dalam pipa (0,75 – 2) m/s

Diambil 1,5 m/s

b) Perencanaan Daya Pompa Pipa Utama

Perhitungan Head Minor (Hm) Pipa Utama

Panjang pipa 97,91 m diukur keseluruhan pada ruang muat

Bahan pipa cast iron,ε/d = 0,008

Jumlah sambungan T = 7 k = 2 x 1,5 = 3

(harga k = 1,5 – 2)

Jumlah belokan 900 = 11 k = 0,5 x 0,5 =0,25

(harga k = 0,5 – 0,75) k total = 3,25

Hm=k totVc2

2 .g

Hm=3 ,25 x(1,5 )2

2 x9 , 81

Hm=0 ,373m

Perhitungan Head Mayor Pipa Utama

Re = (Vc x Db)/ύ ; ύ = viskositas kinematik muatan (1,4 x 10-6)

Re = (1,52 x 0,178)/ 1,4 x 10-6

= 2,86 x 105

Dari diagram Moody didapat factor gesekan f = 0,0332

Hf =f .L

Dbx

Vc2

2. g

Hf =0 ,0332 x97 , 910 , 178

x(1,5 )2

2 x9 ,81

Hf =2 ,09m

Perhitungan Head Ketinggian Permukaan

Untuk menentukan ketinggian ini digunakan pada saat bongkar , karena

membutuhkan head lebih besar daripada saat muat. Dengan pertimbangan hal – hal

sebagai berikut :

Pompa diletakkan = 1 m dari base line

Ketinggian pipa diatas main deck = 0,3 m

Sehingga :

Z = (H – 1) + 0,3

= (5,5 – 1) +0,3

= 4,8 m

Head Total

Ht = Hm + Hf + Z

= 0,373 + 2,09 + 4,8

= 7,27 m

Perhitungan Daya Pompa Utama

N = Qe x ρ x (Ht/3600)x 75 x η

Dimana:

Ρ = massa jenis muatan (0,8 – 0,9) x 103 kg/ lt

Ht = Head total

Η = Effisiensi pompa (0,6 – 0,9) diambil 0,8

Maka :

N = 0,0371 x 0,8 x 103 x (7,27/3600)x 75 x 0,8

N = 3,6 kW

c) Diameter Pipa Bantu

Untuk menghitung diameter pipa bantu bongkar muat dapat dilakukan dengan rumus :

Db=√4 Qe/(Vcx π )

Db=√4 x0 , 0093/ (1,5 x 3 ,14 )

Db=0 , 089 m

Dimana :

Qs = debit pompa

Qs = 0,25 x Qe

= 0,25 x 133,982 m3/ jam

= 33,35 m3/ jam = 0,0093 m3/s

Vc = Standar kecepatan Fluida(Oil) dalam pipa (0,75 – 2) m/s

Diambil 1,5 m/s

d) Perencanaan Daya Pompa Pipa Bantu

Perhitungan Head Minor (Hm) Pipa Bantu

Panjang pipa bantu 97,91 m diukur keseluruhan pada ruang muat

Bahan pipa cast iron,ε/d = 0,016

Jumlah sambungan T = 7 k = 2 x 1,5 = 3

(harga k = 1,5 – 2)

Jumlah belokan 900 = 11 k = 0,5 x 0,5 =0,25

(harga k = 0,5 – 0,75) k total = 3,25

Hm=k totVc2

2 .g

Hm=3 ,25 x(1,5 )2

2 x9 , 81

Hm=0 ,373m

Perhitungan Head Mayor Pipa Bantu

Re = (Vc x Db)/ύ ; ύ = viskositas kinematik muatan (1,4 x 10-6)

Re = (1,52 x 0,089)/ 1,4 x 10-6

= 2 x 105

Dari diagram Moody didapat factor gesekan f = 0,0475

Hf =f .L

Dbx

Vc2

2. g

Hf =0 ,0475 x97 , 910 , 089

x(1,5)2

2 x 9 ,81

Hf =6 m

Perhitungan Head Ketinggian Permukaan

Untuk menentukan ketinggian ini digunakan pada saat bongkar , karena

membutuhkan head lebih besar daripada saat muat. Dengan pertimbangan hal – hal

sebagai berikut :

Pompa diletakkan = 1 m dari base line

Ketinggian pipa diatas main deck = 0,3 m

Sehingga :

Z = (H – 1) + 0,3

= (5,5 – 1) +0,3

= 4,8 m

Head Total

Ht = Hm + Hf + Z

= 0,373 + 6 + 4,8

= 11,2 m

Perhitungan Daya Pompa Bantu

N = Qe x ρ x (Ht/3600)x 75 x η

Dimana:

Ρ = massa jenis muatan (0,8 – 0,9) x 103 kg/ lt

Ht = Head total

Η = Effisiensi pompa (0,6 – 0,9) diambil 0,8

Maka :

N = 0,0093 x 0,8 x 103 x (11,2/3600)x 75 x 0,8

N = 1,39 kW

PERLENGKAPAN KAPAL

1. Perlengkapan KeselamatanKapal harus dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan pelayaran yang sesuai yang

ada.

Menurut fungsinya alat keselamatan dibagi 3, yaitu :

A. Sekoci

Sekoci Penolong direncanakan menggunakan ukuran sebagai berikut:

þ Digunakan model buatan FR. FASSMER & CO

- Type : GAR 6,0

- Lenght : 6,82 m

- Breadth : 2,35 m

- Registered height : 1,05 m

- Person : 22 orang

- Weight without persons : 3200 kg

þ Persyaratan sekoci penolong :

- Dilengkapi dengan tabung udara yang diletakkan dibawah tempat duduk.

- Memiliki kelincahan dan kecepatan untuk menghindar dari tempat kecelakaan

- Cukup kuat dan tidak berubah bentuknya saat mengapung dalam air ketika dimuati

ABK beserta perlengkapannya.

- Stabilitas dan lambung timbul yang baik

- Mampu diturunkan kedalam air meskipun kapal dalam kondisi miring 150

- Perbekalan cukup untuk waktu tertentu.

- Dilengkapi dengan peralatan navigasi, seperti kompass radio komunikasi

B. Perlengkapan Apung (Bouyant Apparatus)

B.1 Pelampung Penolong ( Life Buoy )

þ Persyaratan pelampung penolong :

- Dibuat dari bahan yang ringan (gabus dan bahan semacam plastik).

- Berbentuk lingkaran atau tapal kuda.

- Harus mampu mengapung dalam air selama 24 jam dengan beban sekurang-

kurangnya 14,5 kg besi.

- Tahan pada pengaruh minyak, berwarna menyolok dan diberi tali pegangan,

keliling pelampung dilengkapi dengan lampu yang menyala secara otomatis serta

ditempatkan pada dinding atau pagar yang mudah terlihat dan dijangkau.

- Jumlah pelampung untuk kapal dengan panjang 60 - 122 m minimal 12 buah.

B.2. Baju Penolong (Life Jacket)

þ Persyaratan baju penolong :

-Mampu mengapung selama 24 jam dengan beban 7,5 kg besi

-Jumlah sesuai banyaknya ABK, berwarna menyolok dan tahan minyak serta

dilengkapi dengan peluit.

C. Tanda Bahaya Dengan Signal atau Radio

Bila dengan signal dapat berupa cahaya, misal lampu menyala, asap, roket, lampu

sorot, kaca dsb.

Bila berupa radio dapat berupa suara radio, misal radio dalam sekoci, auto amateur

rescue signal transmiter dsb.

D. Alat Pemadam Kebakaran

Dalam kapal ini terdapat alat pemadam kebakaran berupa :

- CO2

- Air laut

BAB III

KESIMPULAN

Setelah menyelesaikan Tugas Rencana Umum ini dapatlah diambil kesimpulan yang perlu

diperhatikan :

1. Ruang merupakan sumber pendapatan, sehingga diusahakan kamar mesin sekecil

mungkin tetapi jangan sampai mengurangi efektifitas dari mesin, agar didapat

volume ruang muat yang lebih besar.

2. Penentuan jumlah ABK seefisien dan seefektif mungkin dengan kinerja yang optimal

pada kapal agar kebutuhan ruangan akomodasi dan keperluan lain dapat ditekan.

3. Perencanaan Ruang Akomodasi dan ruangan lain termasuk kamar mesin dilakukan

dengan seefisien dan seefektif mungkin dengan hasil yang optimal.

4. Pengaturan sistem yang secanggih dan seoptimal mungkin agar mempermudah

dalam pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan, pemakaian ruangan yang kecil dan

mempersingkat waktu berthing kapal dipelabuhan bongkar muat.

5. Dalam pemilihan Mesin Bongkar Muat dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa

semakin lama kapal sandar dipelabuhan bongkar muat semakin besar biaya untuk

keperluan tambat kapal.

DAFTAR PUSTAKA

1. BKI 1996 VOL II.

2. BKI 2001 VOL II.

3. De Rooij.[1978], Practical Shipbuilding, De Technische Uitgeverij H. Stam, NV Haarlem.

4. Germanischer Lloyd, Regulations for the construction and survey of lifting appliances, 1992.

5. Harrington, Roy. L, editor.,[1992], Marine Engineering, SNAME.

6. Cummins Marene Project Guide.

7. Marine Auxiliary Machinery and System by Khetagurov published by Peace Publisher, Moscow.

8. Resistance and Propulsion of Ship by SV.AA. Harvald published by Jon Wiley and Sons, New York, 1992.