Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RENCANA KERJA (RENJA) DINAS KESEHATAN TAHUN 2019
Renja merupakan rencana kerja yang dilakukan setiap tahun berdasarkan Rencana Strategis SKPD. Berisikan rencana program dan kegiatan yang akan dilakukan pada tahun berikutnya, sebagai dasar dalam penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA).
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajad kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya. Keberhasilan
pembangunan kesehatan tersebut tidak hanya ditentukan oleh kinerja
sektor kesehatan semata, melainkan sangat dipengaruhi oleh interaksi
yang dinamis dari berbagai sektor terkait, pemerintah swasta dan
masyarakat. Oleh karenanya untuk mencapai tujuan tersebut perlu
dilakukan pembangunan kesehatan yang berkesinambungan, baik oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten.
Sebagai upaya pencapaian hasil pembangunan kesehatan yang
maksimal, diperlukan rencana kinerja yang matang, oleh karena itu perlu
disusunnya Rencana Kerja Organisasi Perangkat Daerah (Renja-SKPD)
Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Barat. Rencana Kerja (Renja) OPD
merupakan penyusunan perencanaan program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun anggaran. Penyusunan Renja
berdasarkan perencanaan pembangunan kesehatan di Kabupaten
Lampung Barat yang disusun dalam Rencana Strategis (Renstra) Dinas
Kesehatan selama 5 (lima) tahun yaitu tahun 2017-2022.
1.2 Landasan Hukum
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
4. Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan
Nasional.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 2
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2014.
6. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 8 tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud penyusunan Renja yaitu sebagai upaya untuk
mengusulkan program dan kegiatan pembangunan kesehatan yang akan
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan pada Tahun Anggaran 2019.
Tujuan penyusunan Renja adalah sebagai panduan dalam
penyusunan program dan kegiatan dengan memperhatikan rencana
anggaran, target indikator ouput, dan outcome setiap kegiatan.
1.4 Sistematika Penulisan
Rencana kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Barat Tahun
2018 disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini mendeskripsikan tentang latar belakang, landasan hukum,
maksud dan tujuan, dan sistematika penulisan dari penyusunan dokumen
renja.
BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU
Bab ini memuat kajian terhadap hasil evaluasi pelaksanaan
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2017 dan perkiraan capaian tahun 2018 dan berkaitan dengan
pencapaian target Renstra Dinas Kesehatan berdasarkan realisasi
program dan kegiatan pelaksanaan Rencana Kerja (Renja) Dinas
Kesehatan tahun-tahun sebelumnya, Analisis Kinerja Pelayanan OPD dan
isu-isu penting penyelenggaraan tugas dan fungsi OPD.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 3
BAB III. TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
Bab ini mendeskripsikan tentang tujuan dan sasaran yang dikaitkan
dengan sasaran target kinerja Renstra Dinas Kesehatan, program dan
kegiatan yang akan dicapai di tahun 2019, serta penjelasan mengenai
faktor-faktor yan menjadi bahan pertimbangan terhadap perumusan
program dan kegiatan dan uraian garis besar mengenai rekapitulasi
program dan kegiatan.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 4
BAB II
EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN 2017
2.1 Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD tahun 2017 dan Capaian
Renstra SKPD
Pelaksanaan Program dan Kegiatan yang telah dilaksanakan pada
Tahun 2017 adalah sebagai berikut :
A. Program Administrasi Perkantoran.
Program ini merupakan program pendukung kelancaran tertib
administrasi perkantoran dan relatif sama di setiap satuan kerja perangkat
daerah. Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Barat program ini
dijabarkan dalam 15 kegiatan, dengan jumlah Pagu Anggaran
Rp.2,618,307,473.,- dan terealisasi Rp. 2,227,481,496.- atau 85.07% dari
target kinerja 100 %
Kegiatan yang pencapaian targetnya kurang dari 90% dalam hal
penyerapan anggaran antara lain kegiatan Penyediaan jasa komunikasi,
sumber daya air dan listrik dengan realisasi sebesr 74.87 %, realisasi ini
sesuai dengan penggunaan riil di Dinas Kesehatan.
Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/enerangan Bangunan
Perkantoran yang hanya terealisasi 10.08% dari nilai pagu yang ada, hal
ini dikarenakan tidak dilaksanakan penambahan daya listrik di puskesmas
karena puskesmas akan dibangun dan akan ditingkatkan status
pelayanan dari Non Rawat Inap menjadi Rawat Inap.
Kegiatan Penyediaan jasa pendukung administrasi
perkantoran/teknis. Realisasi sebesar 86.78%, sisa anggaran terdiri dari
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 5
anggaran gaji bagi tenaga Dokter dan Bidan PTT yang tidak dapat
dicairkan dan sisa anggaran untuk proses seleksi penerimaan bidan.
Adapun rincian kegiatan administrasi perkantoran adalah :
1. Penyediaan Jasa Surat Menyurat
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 4.685.000 4.685.000(100%)
Keluaran Tersedianya bahan surat
menyurat. Target: 12 bulan.
Tersedianya bahan surat
menyurat. Realisasi: 12 bulan
(100%)
Hasil Terlaksananya kegiatan surat
menyurat. Target: 100%
Terlaksananya kegiatan surat
menyurat. Realisasi: 100%
(100%)
(100%)
Kegiatan Penyediaan Jasa Surat Menyurat pada tahun 2017
pencapaian kinerja dan realisasi keuangan mencapai 100%. Pada tahun
2018 kegiatan ini akan dilaksanakan selama 12 bulan dengan pagu
anggaran Rp. 4.656.000,-.
2. Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 74,885,000.- 56,064,065.- (74.87%)
Keluaran Terpenuhi kebutuhan
komunikasi, sumberdaya air
dan listrik. Target: 12 bulan.
Terpenuhi kebutuhan
komunikasi, sumberdaya air dan
listrik. Target: 12 bulan (100%).
Hasil Memperlancar administrasi
perkantoran. Target: 100%
Memperlancar administrasi
perkantoran. Realisasi: 100%
(100%)
Kegiatan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik untuk
realisasi kinerja mencapai 100% dengan realisasi anggaran yang dicapai
74.87% atau Rp. 56,064,065 dari pagu anggaran Rp. 74,885,000.-
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 6
realisasi berdasarkan jumlah pembayaran rekening yang dilakukan setiap
bulan dalam 1 tahun. Untuk tahun 2018 kegiatan ini dilaksanakan selama
12 bulan dengan pagu anggaran Rp 60,720,000.-
3. Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan Kendaraan
Dinas/Operasional
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 16,142,720.- 15,076,395.- (93.39%)
Keluaran Terpeliharanya kendaraan
dinas roda 2 dan roda 4.
Target : 14 mobil dan 22
motor.
Terpeliharanya kendaraan dinas
roda 2 dan roda 4. Realisasi : 14
mobil dan 22 motor (93.39%).
Hasil Memperlancar administrasi
perkantoran. Target: 100%
Memperlancar administrasi
perkantoran. Realisasi: 93.39%.
Pada Kegiatan Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan
Kendaraan Dinas/Operasional untuk realisasi kinerja 93.39% dan realisasi
anggaran yang dicapai Rp 15,076,395.- dari pagu anggaran Rp
16,142,720.
4. Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 9.495.000 9,495,000.- (100%)
Keluaran Terpenuhinya kebersihan
kantor Dinas Kesehatan.
Target : 80%
Terpenuhinya kebersihan kantor Dinas Kesehatan. Realisasi: 12 bulan (100%)
Hasil Terlaksananya kebersihan
kantor Dinas Kesehatan.
Target: 100%
Terlaksananya kebersihan kantor Dinas Kesehatan. Realisasi: 100%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 7
Realisasi Anggaran yang dicapai pada kegiatan Penyediaan Jasa
Kebersihan Kantor sebesar 100% atau Rp 9,495,000.- dari pagu anggaran
Rp 9,495,000.- dan untuk realisasi kinerja mencapai 100%.
5. Penyediaan Alat Tulis Kantor
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 17,475,000 17,475,000.- (100%)
Keluaran Terpenuhinya alat tulis kantor. Target: 100%
Terpenuhinya alat tulis kantor. Realisasi: 100%.
Hasil Tertibnya admnistrasi
perkantoran.
Tertibnya admnistrasi
perkantoran.
Untuk realisasi kinerja sebesar 100% dan realisasi anggaran pada
kegiatan Penyediaan Alat Tulis Kantor tercapai 100% atau Rp. 17,475,000.
Pada tahun 2018 kegiatan ini memiliki pagu Rp. 15,830,000 dengan target
100%.
6. Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 35,062,400 35,062,400(100%)
Keluaran Tersedianya barang cetakan dan penggandaan. Target: 1 pkt selama 1 tahun
Tersedianya barang cetakan dan penggandaan. Target: 1 pkt selama 1 tahun (100%)
Hasil Meningkatnya pelayanan administrasi perkantoran. Target: 100%
Meningkatnya pelayanan administrasi perkantoran. Realisasi: 100%
Untuk realisasi kinerja dan realisasi anggaran pada kegiatan
Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan telah tercapai 100% atau
Rp. 35.062.400. Pada tahun 2018 kegiatan ini memiliki pagu Rp.
75.062.300.- dengan target kinerja 1 paket selama 1 tahun.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 8
7. Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 90.263,700 9.095,000.- (10.08%)
Keluaran Tersedianya alat listrik kantor. Target: 1 paket selama 1 tahun
Tersedianya alat listrik kantor. Realisasi: 10.08%
Hasil Meningkatkan fasilitas listrik
kantor.
Meningkatkan fasilitas listrik
kantor.
Untuk realisasi kinerja sebesar 10.08% dab realisasi anggaran
pada kegiatan Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan
tercapai 10.08% atau Rp. 9.095,000 hal ini dikarenakan tidak
dilaksanakan penambahan daya listrik di puskesmas karena akan
dibangun dan akan ditingkatkan status pelayanan dari non rawat inap
menjadi rawat inap. Pada tahun 2018 kegiatan ini memiliki pagu Rp
4.095,000 dengan target kinerja 1 paket selama 1 tahun.
8. Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Per Undang-Undangan
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 3,960,000 3,960,000(100%)
Keluaran Terpenuhinya bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan. Target: 4 SKHU
Terpenuhinya bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan. Realisasi: 4 SKHU (100%)
Hasil Terpenuhinya informasi Media
Masa. Target: 100%
Terpenuhinya informasi Media
Masa. Target: 100%
(100%)
Untuk realisasi kinerja dan realisasi anggaran pada kegiatan
Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan PerUndang-Undangan
tercapai 100% atau Rp. 3.960.000. Pada tahun 2018 kegiatan ini
memiliki pagu Rp. 3.960.000 dengan target kinerja 4 SKHU.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 9
9. Penyediaan Bahan Logistik Kantor
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 20,000,000 20,000,000(100%)
Keluaran Terpenuhinya bahan logistik kantor. Target: 15 jenis
Terpenuhinya bahan logistik kantor. Realisasi: 15 jenis (100%)
Hasil Terpenuhinya bahan logistik
(Pengisian gas dapur, medis
dan diesel) di RS
Terpenuhinya bahan logistik
(Pengisian gas dapur, medis
dan diesel) di RS
Untuk realisasi kinerja dan realisasi anggaran pada kegiatan
Penyediaan Bahan Logistik Kantor tercapai 100% atau Rp. 20.000.000.
10. Penyediaan Makanan dan Minuman
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 44,936,000.- 43,979,000.- (97.87%)
Keluaran Tersedianya makanan dan minuman tamu dan rapat koordinasi. Target: 12 bulan
Tersedianya makanan dan minuman tamu dan rapat koordinasi. Realisasi: 12 bulan (97.87%)
Hasil Terpenuhinya kebutuhan makan
dan minum untuk tamu dan rapat
koordinasi. Target: 100%
Terpenuhinya kebutuhan
makan dan minum untuk tamu
dan rapat koordinasi.
Realisasi: 100%
Realisasi anggaran yang tercapai 97.87% atau Rp 43,979,000.-
dari nilai pagu Rp 44,936,000. Sedangkan untuk tahun 2018 kegiatan ini
memiliki pagu anggaran sebesar Rp 55.056.000,- dengan target kinerja 12
bulan.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 10
11. Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Luar Daerah
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 119,000,000 118,878,236.- (99.60%)
Keluaran Terpenuhinya koordinasi dan konsultasi Ke luar daerah Target: 12 bulan
Terpenuhinya koordinasi dan konsultasi Ke luar daerah Hasil: 12 bulan (100%)
Hasil Terlaksananya koordinasi
dan konsultasi Ke luar
daerah. Target: 100%
Terlaksananya koordinasi dan konsultasi Ke luar daerah. Hasil: 100%
Realisasi anggaran yang dicapai pada Kegiatan Rapat-rapat
Koordinasi dan Konsultasi ke Luar Daerah sebesar 99.60% atau Rp.
118,878,236.- dari nilai pagu Rp 119,000,000.- sedangkan realisasi
kegiatan 100%. Pada tahun 2018 kegiatan ini memiliki pagu sebesar Rp.
138,950,000 dengan target kinerja 12 bulan.
12. Penyediaan Jasa Pendukung Administrasi Perkantoran/Teknis
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 2,095,000,000.- 1,818,764,000.- (86.78%)
Keluaran Tersedianya tenaga medis/bidan di puskesmas. Target: 10 orang dokter umum, 30 orang bidan.
Tersedianya tenaga medis/bidan di puskesmas. Hasil: 10 orang dokter umum, 30 orang bidan. (100%)
Hasil Meningkatnya pelayanan kesehatan pada masyarakat. Target: 26 jenis
Meningkatnya pelayanan kesehatan pada masyarakat. Hasil: 26
Realisasi anggaran sebesar Rp 1,818,764,000.- atau 86.78% dari
pagu anggaran. Namun demikian, capaian kinerja sesuai dengan target
yaitu 100%. Pada tahun 2018 alokasi anggaran Rp 370,625,000.- dengan
target kinerja 100%.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 11
13. Penyediaan Jasa Propaganda/Publikasi/Pameran
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 10,500,000 10,500,000 (100%)
Keluaran Terlaksananya kegiatan propaganda/publikasi/ pameran. Target: 1 kali pameran
Terlaksananya kegiatan propaganda/publikasi/ pameran. Realisasi: 1 kali pameran (100%)
Hasil Tersedianya sarana propaganda/publikasi/ pameran. Target: 100%
Tersedianya sarana propaganda/publikasi/ pameran. Realisasi: 100%
Realisasi anggaran dan kinerja yang dicapai pada Kegiatan
Penyediaan Jasa Propaganda/Publikasi/Pameran sebesar 100% atau Rp.
10.500.000. Pada tahun 2018 kegiatan ini memiliki pagu sebesar Rp.
10.000.000 dengan target kinerja 1 kali pameran.
14. Rapat Koordinasi dan Pembinaan dalam Daerah
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 40,000,000 39,965,050.- (99.91%)
Keluaran Terpenuhinya koordinasi pembinaan dalam daerah. Target: 12 bulan
Terpenuhinya koordinasi pembinaan dalam daerah. Realisasi: 12 bulan (100%)
Hasil Terlaksananya koordinasi pembinaan dalam daerah. Target: 80%
Terlaksananya koordinasi pembinaan dalam daerah. Realisasi: 100%
Realisasi anggaran pada Kegiatan Rapat Koordinasi dan
Pembinaan dalam Daerah sebesar Rp 39,965,050 atau 99.91% dari nilai
pagu Rp 40,000,000.- dan realisasi kinerja sebesar 100%. Untuk tahun
2018 kegiatan ini memiliki pagu sebesar Rp 40,000,000.- dengan target
kinerja 12 bulan.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 12
15. Penyediaan Biaya Sewa Gedung/Rumah/Penginapan
Realisasi keuangan dan kinerja kegiatan ini dilaksanakan oleh
RSUD Alimuddin Umar.
16. Fasilitasi Dukungan Pelaksanaan Program Percepatan
Pembangunan daerah Tertinggal.
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 36,000,000.- 24,481,850.- (68.01%)
Keluaran Terlaksananya administrasi program percepatan pembangunan daerah tertinggal. Target: 4 bulan
Terlaksananya administrasi program percepatan pembangunan daerah tertinggal. Realisasi: 4 bulan (100%)
Hasil Terlaksananya kegiatan percepatan pembangunan daerah tertinggal. Target: 100%
Terlaksananya kegiatan percepatan pembangunan daerah tertinggal. Target: 100%
Realisasi anggaran sebesar 68.01% dari nilai pagu Rp
36,000,000.- dengan capaian kinerja 100%. Untuk tahun 2018 alokasi
anggaran sebesar Rp 35,000,000.- dengan kinerja selama 4 bulan.
B. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur.
Program ini terdiri dari 4 (empat) kegiatan yaitu kegiatan :
1. Pengadaan Komputer/Jaringan Komputer
2. Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor
3. Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional
4. Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan gedung kantor.
Kegiatan diatas juga merupakan kegiatan yang sifatnya umum dan hampir
sama di setiap satuan kerja perangkat daerah. Adapun rincian kegiatan
Untuk Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur sebagai
berikut :
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 13
1. Pengadaan Komputer/Jaringan Komputer
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 7,500,000.- 7,500,000.- (100%)
Keluaran Tersedianya peralatan dan perlengkapan kantor. Target: 1 unit
Tersedianya peralatan dan perlengkapan kantor. Realisasi: 1 unit (100%)
Hasil Terpenuhinya komputer dan
jaringannnya.
Terpenuhinya komputer dan
jaringannnya.
Realisasi anggaran pada kegiatan ini sebesar Rp 7,500,000.- atau
sebesar 100% dari nilai pagu, sedangkan untuk realisasi kinerja mencapai
100%.
2. Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 56,000,000.- 56,000,000.- (100%)
Keluaran Terlaksananya pemeliharan gedung kantor Dinas Kesehatan. Target: 3 gedung
Terlaksananya pemeliharan gedung kantor Dinas Kesehatan. Realisasi: 3 gedung (100%)
Hasil Memperlancar administrasi
perkantoran. Target: 100%
Memperlancar administrasi
perkantoran. Realisasi: 100%
Untuk realisasi kinerja dan realisasi anggaran pada kegiatan
Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor tercapai 100% dengan dana
Rp 56,000,000.- yaitu terpeliharanya gedung A dan F serta
terehabilitasinya gedung C di lingkungan dinas Kesehatan. Pada tahun
2018 kegiatan ini dilanjutkan dengan anggaran Rp 56,000,000.-.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 14
2. Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas/Operasional
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 586,433,000.- 563,434,789.- (96.08%)
Keluaran Terlaksananya pemeliharaan kendaraan dinas roda dua dan roda empat. Target: 14 unit mobil dan 22 motor.
Terlaksananya pemeliharaan kendaraan dinas roda dua dan roda empat. Realisasi: 14 unit mobil dan 22 motor.(100%)
Hasil Memperlancar administrasi
perkantoran. Target: 100%
Memperlancar administrasi
perkantoran. Realisasi: 100%
Realisasi anggaran sebesar Rp 563,434,789.- atau 96.08% dari
nilai pagu sebesar Rp.586,433,000,-. Pada tahun 2018 kegiatan ini
memiliki pagu anggaran sebesar Rp 581,155,000.- dengan target kinerja
14 mobil dan 22 motor.
3. Pemeliharaan Rutin/Berkala Perlengkapan Gedung Kantor
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 71.500,000 66.018,300(92,33%)
Keluaran Terlaksananya pemeliharaan perlengkapan kantor. Target: 10 unit komputer, 10 unit printer.
Terlaksananya pemeliharaan perlengkapan kantor. Realisasi: 10 unit komputer, 10 unit printer. Hasil Lancarnya pelayanan
Administrasi perkantoran. Target: 100%
Lancarnya pelayanan Administrasi perkantoran. Realisasi: 100%
Untuk realisasi kinerja dan realisasi anggaran pada kegiatan
Pemeliharaan Rutin/Berkala Perlengkapan Gedung Kantor tercapai
92,33% dengan dana Rp 66.018.300.
C. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Program ini terdiri dari 10 (sepuluh) kegiatan yakni :
1. Pendidikan dan Pelatihan Formal.
2. Peningkatan Kompetensi Tenaga Kesehatan.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 15
3. Penilaian Tenaga Kesehatan Teladan.
4. Pelatihan Manajemen Aktif Kala III bagi Bidan Desa Daerah Sulit.
5. Pelatihan Manajemen Asfiksia dan BBLR bagi Bidan.
6. Pelatihan Kader Posyandu.
7. Pelatihan Teknis dan Fungsional SDM Kesehatan.
8. Peningkatan manajemen pengelolaan obat kesehatan.
9. Pelatihan Kelas Ibu dan Kelas Ibu Balita bagi bidan desa.
10. Tim Penilaian Angka Kredit.
Adapun rincian kegiatan untuk Program Peningkatan Kapasitas
Sumber Daya Aparatur adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan dan Pelatihan Formal
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 40,000,000.- 34,750,000.- (86,88%)
Keluaran Meningkatnya kinerja pegawai Dinas Kesehatan. Target : 1 paket
Meningkatnya kinerja pegawai Dinas Kesehatan. Realisasi : 1 paket
Hasil Terlaksananya pendidikan yang sudah dan belum terprogram. Target: 100%
Terlaksananya pendidikan yang sudah dan belum terprogram. Realisasi: 100%
Realisasi keuangan sebesar Rp. 34,750,000,- (86,88%). Pada
tahun 2018 kegiatan ini memiliki pagu anggaran yang sama seperti tahun
sebelumnya yakni sebesar Rp 90.000.000.
2. Peningkatan Kompetensi Tenaga Kesehatan
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 32,958,000.- 32,303,950.- (98.02%)
Keluaran Terlaksananya pelatihan kompetensi tenaga kesehatan. Target : 30 orang
Terlaksananya pelatihan kompetensi tenaga kesehatan. Target : 30 orang (100%)
Hasil Meningkatnya kompetensi tenaga kesehatan. Target : 100%
Meningkatnya kompetensi tenaga kesehatan. Realisasi : 100%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 16
Realisasi keuangan dan kinerja tahun 2017 tercapai 98.02% untuk
30 orang tenaga kesehatan puskesmas. Pada tahun 2018 kegiatan ini
memiliki pagu anggaran sebesar Rp. 90,000,000.
3. Penilaian Tenaga Kesehatan Teladan
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 160,000,000.- 125,673,600.- (78.55%)
Keluaran Terpilihnya tenaga kesehatan teladan tingkat Kabupaten Target : 9 tenaga kesehatan
Terpilihnya tenaga kesehatan teladan tingkat Kabupaten Realisasi : 4 tenaga kesehatan (100%)
Hasil Terpilihnya tenaga kesehatan
teladan tingkat kabupaten untuk
mengikuti lomba tingkat
provinsi. Target: 100%
Terpilihnya tenaga kesehatan
teladan tingkat kabupaten untuk
mengikuti lomba tingkat
provinsi. Realisasi: 100%
Realisasi kinerja 78.55% dengan terpilihnya tenaga kesehatan
teladan tingkat kabupaten, namun untuk realisasi keuangan hanya
tercapai 78,55% dikarenakan tenaga kesehatan yang mewakili Kabupaten
Lampung Barat untuk lomba di tingkat propinsi lampung pada tahun 2017
hanya 1 orang dan tenaga kesehatan tersebut berhasil mengikuti lomba
tenaga kesehatan teladan sampai ke tingkat Nasional.
Pada tahun 2018 kegiatan ini memiliki pagu anggaran sebesar Rp.
170,000,000.- dengan target kinerja 9 tenaga kesehatan terpilih sebagai
tenaga kesehatan teladan tingkat kabupaten.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 17
4. Pelatihan Manajemen Aktif Kala III bagi Bidan Desa Daerah Sulit
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 46,670,000.- 45,662,650.- (97.84%)
Keluaran Terlaksananya pelatihan manajemen aktif kala III dan evaluasi pasca pelatihan. Target : 30 bidan
Terlaksananya pelatihan manajemen aktif kala III dan evaluasi pasca pelatihan. Realisasi : 30 bidan (100%)
Hasil Terlatihnya bidan desa
terpencil tentang manajemen
aktif kala III. Target: 30 bidan
Terlatihnya bidan desa terpencil tentang manajemen aktif kala III. Realisasi: 100%
Realisasi kinerja 100% pelatihan dilaksanakan untuk 30 bidan
daerah terpencil dan realisasi keuangan Rp 45,662,650.- (97,84%) dari
pagu Rp 46.670,000.- sementara untuk tahun 2018 kegiatan ini memiliki
pagu anggaran sebesar Rp 49,999,000.- dengan dilaksanakannya
pelatihan untuk 30 bidan.
5. Pelatihan Manajemen Asfiksia dan BBLR bagi Bidan
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 36,867,000.- 36,845,500.- (99.94%)
Keluaran Terlaksananya pelatihan manajemen asfiksia dan BBLR bagi bidan dan evaluasi pasca pelatihan. Target : 30 bidan
Terlaksananya pelatihan manajemen asfiksia dan BBLR bagi bidan dan evaluasi pasca pelatihan. Realisasi : 30 bidan (100%)
Hasil Bidan mampu melaksanakan
manajemen asfiksia dan
BBLR. Target: 30 bidan.
Bidan mampu melaksanakan
manajemen asfiksia dan BBLR.
Realisasi: 30 bidan (100%)
Realisasi keuangan pada kegiatan ini mencapai 99,99% atau Rp.
29,028,400.- dan realisasi kinerja 100% telah dilaksanakan pelatihan
asfiksia dan BBLR untuk 30 bidan. Pada tahun 2018 kegiatan ini memiliki
pagu anggaran sebesar Rp 40,000,000.- dan target kinerja 30 bidan.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 18
6. Pelatihan Kader Posyandu
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 60,996,000.- 60,996,000.- (100%)
Keluaran Terlaksananya pelatihan kader posyandu Target : 10 posyandu, 50 kader
Terlaksannaya pelatihan kader posyandu Realisasi : 10 posyandu, 50 kader (100%)
Hasil Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan administrasi kader posyandu. Target: 100%
Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan administrasi kader posyandu. Realisasi: 100%
Realisasi kinerja dan anggaran mencapai 100% dengan pelatihan
kader posyandu sebanyak 10 posyandu dan 50 kader. Pada tahun 2018
kegiatan ini memiliki pagu anggaran sebesar Rp 61,158,000.- dengan
target kinerja pelatihan untuk kader 10 posyandu sebanyak 50 kader.
7. Pelatihan Teknis dan Fungsional SDM Kesehatan
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 53,899,000.- 52,584,700.- (97.56%)
Keluaran Terlaksananya pelatihan teknis dan fungsional SDM Kesehatan Target : 56 orang anjab, 30 orang pengelola keuangan.
Terlaksananya pelatihan teknis dan fungsional SDM Kesehatan Realisasi : 10 orang, 5 puskesmas.
Hasil Tersedianya SDM kesehatan
yang terampil.
Tersedianya SDM kesehatan
yang terampil.
Realisasi keuangan dan kinerja yang dicapai sebesar 97.56% dari
nilai pagu sebesar Rp.53,899,000,-.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 19
9. Peningkatan Manajemen Pengelolaan Obat Kesehatan.
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 35.857.000 35,287,050 (98,41%)
Keluaran Terlaksananya pelatihan dan tersedianya SDM dengan manajemen pengelolaan obat yang baik. Target : 15 puskemas, 38 Pustu
Terlaksananya pelatihan dan tersedianya SDM dengan manajemen pengelolaan obat yang baik. Realisasi : 15 puskemas, 38 Pustu (100%)
Hasil Tersedianya SDM dengan manajemen pengelolaan obat yang baik.
Tersedianya SDM dengan manajemen pengelolaan obat yang baik.
Realisasi keuangan sebesar 99,21% dan kinerja sebesar 100%
yang dilaksanakan untuk 1 kali pelatihan manajemen pengelolaan obat
untuk 15 puskesmas dan 38 pustu.
10. Pelatihan Kelas Ibu dan Kelas Ibu Balita bagi Bidan Desa.
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 43.906.000 43,893,750 (99,97%)
Keluaran Terlaksananya pelatihan kelas ibu dan kelas ibu balita bagi bidan desa dan evaluasi pasca pelatihan Target : 40 bidan
Terlaksananya pelatihan kelas ibu dan kelas ibu balita bagi bidan desa dan evaluasi pasca pelatihan Realisasi : 40 bidan (100%)
Hasil Bidan desa mampu menggerakkan dan melaksanakan kelas ibu di desanya.
Bidan desa mampu menggerakkan dan melaksanakan kelas ibu di desanya.
Realisasi keuangan 99.54% dan kinerja sebesar 100% yang
dilaksanakan untuk pelatihan kelas ibu dan kelas ibu balita bagi bidan
desa terdiri dari 40 orang bidan.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 20
11. Tim Penialaian Agka Kredit
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 25.321.000 25,321,000 (100%)
Keluaran Tersedianya pembiayaan untuk tim penilaian angka kredit tenaga fungsional kesehatan. Target : 1 tim
Tersedianya pembiayaan untuk tim penilaian angka kredit tenaga fungsional kesehatan. Target : 1 tim
Hasil Terlaksananya penilaian angka kredit tenaga kesehatan fungsional
Terlaksananya penilaian angka kredit tenaga kesehatan fungsional
Realisasi keuangan dan kinerja sebesar 100% yang dilaksanakan
untuk 1 kali pelatihan penilaian angka kredit untuk 1 tim.
D. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan
Capaian Kinerja dan Keuangan
Program ini terdiri dari 7 (tujuh) kegiatan, dengan jumlah Pagu
Anggaran Rp 129,130,000,- dan terealisasi Rp 127,921,000.-. Kegiatan
pada program ini termasuk kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahun
pada seluruh SKPD di kabupaten.
Adapun rincian kegiatan untuk Program Peningkatan
Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
adalah sebagai berikut :
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 21
1. Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja
SKPD
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 1.000.000
1.000.000 (100%)
Keluaran Tersedianya laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD. Target: 12 kali laporan kinerja.
Tersedianya laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD. Target: 12 kali laporan kinerja. (100%
Hasil Terkontrolnya capaian kinerja SKPD sesuai target pelaksanaan.
Terkontrolnya capaian kinerja SKPD sesuai target pelaksanaan.
Realisasi kinerja dan realisasi anggaran yang dicapai pada
Kegiatan Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi
Kinerja SKPD adalah sebesar 100% dengan dana Rp. 1.000.000. Pada
tahun 2018 kegiatan memiliki pagu yang sama seperti tahun sebelumnya
yakni Rp. 1.000.000 dengan target kinerja 12 kali laporan kinerja.
2. Penyusunan Laporan Keuangan Semesteran
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggara
n
1.000.000 1.000.000 (100%)
(100%) Keluaran Laporan keuangan semesteran
Target: 2 semester
Laporan keuangan semesteran
Target: 2 semester (100%)
Hasil Terwujudnya Laporan keuangan
semesteran
Terwujudnya Laporan keuangan
semesteran
Realisasi kinerja dan realisasi anggaran yang dicapai pada
Kegiatan Penyusunan Laporan Keuangan Semesteran adalah sebesar
100% dengan dana Rp. 1.000.000. Pada tahun 2018 kegiatan ini memiliki
pagu anggaran sebesar Rp. 1.000.000 dengan target kinerja 2 laporan
semesteran.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 22
3. Penyusunan Pelaporan Prognosis Realisasi Anggaran
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 2.000.000 2.000.000(100%)
Keluaran Laporan prognosis realisasi anggaran. Target: 12 bulan
Laporan prognosis realisasi anggaran. Target: 12 bulan (100%)
Hasil Terwujudnya laporan prognosis realisasi anggaran.
Terwujudnya laporan prognosis realisasi anggaran.
Realisasi kinerja dan realisasi anggaran yang dicapai pada
Kegiatan Penyusunan Pelaporan Prognosis Realisasi Anggaran adalah
sebesar 100% dengan dana Rp. 2.000.000. Pada tahun 2018 kegiatan ini
memiliki pagu anggaran sebesar Rp. 2.000.000 dengan target kinerja 12
bulan laporan.
4. Penyusunan Pelaporan Keuangan Akhir Tahun
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran
2.500.000 2.500.000(100%)
Keluaran
Laporan keuangan akhir tahun. Target: 1 paket selama 1 tahun
Laporan keuangan akhir tahun. Target: 1 paket selama 1 tahun (100%)
Hasil Terwujudnya laporan keuangan akhir tahun.
Terwujudnya laporan keuangan akhir tahun.
Realisasi kinerja dan realisasi anggaran yang dicapai pada
Kegiatan Penyusunan Pelaporan Keuangan Akhir Tahun adalah sebesar
100% dengan dana Rp. 2.500.000. Pada tahun 2018 kegiatan ini memiliki
pagu anggaran sebesar Rp. 2.500.000 dengan target kinerja 1 paket
selama 1 tahun.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 23
5. Penyusunan Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan Dokumen
Perencanaan SKPD
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 9.830.000 9. 830.000 (100%)
Keluaran Dokumen evaluasi dan pelaporan pelaksanaan dokumen perencanaan SKPD. Target: 5 buku Lakip, 5 eks LKPJ, 5 eks LPPD.
Dokumen evaluasi dan pelaporan pelaksanaan dokumen perencanaan SKPD. Target: 5 buku Lakip, 5 eks LKPJ, 5 eks LPPD. (100%)
Hasil Terlaksananya proses evaluasi terhadap dokumen perencanaan SKPD.
Terlaksananya proses evaluasi terhadap dokumen perencanaan SKPD.
Realisasi kinerja dan realisasi anggaran yang dicapai pada
Kegiatan Penyusunan Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan Dokumen
Perencanaan SKPD adalah sebesar 100% dengan dana Rp. 9.830.000.
Pada tahun 2018 kegiatan ini memiliki pagu anggaran sebesar Rp.
9,830,000.- dengan target kinerja tersusunnya 5 buku LAKIP, 5 eks LKPJ,
5 eks LPPD dan 5 laporan akhir.
6. Kegiatan Pengelolaan Keuangan Daerah
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 87,800,000.- 87,800,000.- (100%)
Keluaran Tersedianya pengelolaan keuangan daerah. Target: 12 bulan
Tersedianya pengelolaan keuangan daerah. Target: 12 bulan. (100%)
Hasil Terlaksananya pengelolaan keuangan
Terlaksananya pengelolaan keuangan
Realisasi kinerja dan realisasi anggaran yang dicapai pada
Kegiatan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah sebesar 100% dengan
dana Rp 87,800,000.- Pada tahun 2018 kegiatan ini memiliki pagu
anggaran sebesar Rp 86,800,000.- dengan target kinerja pengelolaan
keuangan daerah selama 12 bulan.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 24
7. Penyusunan Renstra SKPD 2017-2011
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 25,000,000.- 23,791,000.- (95,16%)
Keluaran Tersedianya dokumen renstra Dinas Kesehatan 2017-2022 Target: 7 buku
Tersedianya dokumen renstra Dinas Kesehatan 2017-2022 Target: 7 buku (100%)
Hasil Terlaksananya pengelolaan keuangan
Terlaksananya pengelolaan keuangan
Realisasi keuangan dan kinerja yang dicapai 95,16% yaitu
tersusunnya Renstra Dinas Kesehatan Tahun 2017-2022.
E. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
Pada tahun 2017 program ini memiliki 3 (tiga) kegiatan yaitu:
1. Peningkatan Mutu Pelayanan Farmasi Komunitas dan Rumah Sakit
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 15.400.000 15,333,400 (99,57%)
Keluaran Terlaksananya pengawasan mutu sarana/ fasilitas kesehatan swasta Target : 6 sarana
Terlaksananya pengawasan mutu sarana/fasilitas kesehatan swasta Realisasi : 6 sarana (100%)
Hasil Meningkatnya mutu sarana/ fasilitas kesehatan swasta.
Meningkatnya mutu sarana/ fasilitas kesehatan swasta.
Realisasi keuangan sebesar 95.52% dan kinerja sebesar 100% dan
terlaksananya pengawasan mutu sarana/fasilitas kesehatan untuk 6
sarana.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 25
2. Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 305.825.000 304,428,394 (99,54%)
Keluaran Tersedianya obat-obatan dan perbekalan kesehatan serta sarana penunjangnya. Target : 1 paket
Tersedianya obat-obatan dan perbekalan kesehatan serta sarana penunjangnya. Realisasi : 1 paket (100%)
Hasil Terlaksananya pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan bagi Puskesmas
Tersedianya pengelolaan obat, dan perbekalan kesehatan bagi Puskesmas
Realisasi kinerja 100% (1 paket) pengadaan obat dan perbekalan
kesehatan,sementara realisasi keuangan sebesar 99,71% atau sebesar
Rp 304,428,394 dari pagu Rp 305.825.000.-
3. Penyediaan Biaya Operasional dan Pemeliharaan UPT Instalasi
Farmasi
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 109.999.900 107,336,150 (97,58%)
Keluaran Tersedianya biaya operasional dan pemeliharaan instalasi UPT Farmasi; Terlaksananya pemusnahan obat. Target : 12 bulan
Tersedianya biaya operasional dan pemeliharaan instalasi UPT Farmasi; Terlaksananya pemusnahan obat. Realisasi : 12 bulan,(100%)
Hasil Terlaksananya operasional dan pemeliharaan UPT Instalasi farmasi.
Terlaksananya operasional dan pemeliharaan UPT Instalasi farmasi.
Realisasi keuangan sebesar 97,58%, sedangkan realisasi kinerja
sebesar 100% yaitu terpenuhinya biaya operasional dan pemeliharaan
instalasi UPT Farmasi untuk 12 bulan.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 26
F. Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Program ini terdiri dari 9 (sembilan) kegiatan, dengan jumlah Pagu
Anggaran pada tahun 2017 antara lain kegiatan Pemeliharaan dan
Pemulihan Kesehatan, Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan,
kegiatan pemilihan puskesmas berprestasi dalam rangka peningkatan
akuntabilitas pelayanan kesehatan, Pelayanan kesehatan daerah terpencil,
tertinggal dan situasi khusus (poskotis), Pelayanan Kesehatan haji,
Organisasi manajemen pelayanan kesehatan di Puskesmas, Kalibrasi alat
kesehatan di Puskesmas, Peningkatan kesehatan masyarakat
(jamkesmas)/JKN, dan kegiatan DAK Non Fisik Bantuan Operasional
Kesehatan.
Adapun rincian capaian kegiatan pada Program Upaya Kesehatan
Masyarakat pada tahun 2017 adalah :
1. Pemeliharaan dan Pemulihan Kesehatan
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran
599.917.000
565,618,192 (94,28%)
Keluaran Terlaksananya program penyakit tidak menular; Tersedianya posbindu kit; Terlaksananya peningkatan kapasitas tenaga kesehatan; Terlaksananya pertemuan PTM di Puskesmas. Target : 15 puskesmas; 10 set; 30 orang; 5 puskesmas, 40 orang.
Terlaksananya program penyakit tidak menular; Tersedianya posbindu kit; Terlaksananya peningkatan kapasitas tenaga kesehatan; Terlaksananya pertemuan PTM di Puskesmas. Target : 15 puskesmas; 10 set; 30 orang; 5 puskesmas, 40 orang. (100%)
Hasil Tercegahnya penyakit tidak menular di masyarakat.
Tercegahnya penyakit tidak menular di masyarakat.
Realisasi kinerja yang dicapai 100% dengan realisasi keuangan
sebesar Rp. 565,618,192 (94,28%) dari pagu anggaran Rp. 599.917.000.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 27
2. Penyediaan Biaya Operasional dan Pemeliharaan
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 850.000.000 729,986,976 (85,88%)
Keluaran Tersedianya biaya operasional dan pemeliharaan di puskesmas dan puskesmas pembantu, Target : 15 puskesmas dan 38 pustu
Terlaksananya biaya operasional dan pemeliharaan di puskesmas dan puskesmas pembantu. Realisasi : 15 puskesmas dan 38 pustu (100%)
Hasil Peningkatan pemanfaatan layanan sarana kesehatan pemerintah oleh masyarakat
Peningkatan pemanfaatan layanan sarana kesehatan pemerintah oleh masyarakat
Realisasi kinerja yang dicapai 100% untuk 15 puskesmas dan 37
pustu namun keuangan hanya terealisasi 85,88% atau sebesar Rp
729,986,976 dari pagu Rp 850.000.000 dikarenakan realisasi hanya
berdasarkan klaim dari puskesmas dan pustu.
3. Pemilihan Puskesmas Berprestasi Dalam Rangka Peningkatan
Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 125.000.000 115,993,500 (91,79%)
Keluaran Terpilihnya puskesmas berprestasi dan terlaksananya pembinaan puskesmas dalam rangka pemilihan puskesmas berprestasi Target : 1 puskesmas dan 15 puskesmas
Terpilihnya puskesmas berprestasi dan terlaksananya pembinaan puskesmas dalam rangka pemilihan puskesmas berprestasi Target : 1 puskesmas dan 15 puskesmas
Hasil Terpilihnya puskesmas berprestasi untuk mengikuti lomba tingkat provinsi
Terpilihnya puskesmas berprestasi untuk mengikuti lomba tingkat provinsi
Realisasi kinerja 100% dengan terpilihnya puskesmas berprestasi 1
puskesmas, dan realisasi keuangan hanya tercapai 91,79% atau sebesar
Rp 115,993,500 dari pagu Rp 125.000.000. pada tahun 2018 kegiatan ini
memiliki pagu Rp. 49.480.500.000.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 28
3. Pelayanan Kesehatan Daerah Terpencil, Tertinggal dan Situasi
Khusus (Poskotis)
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 165.126.000 164,900.000 (99,94%)
Keluaran Terlaksananya pelayanan kesehatan di daerah tertinggal, sunatan massal dan poskotis. Target : 10 pekon, 3 poskotis.
Terlaksananya pelayanan kesehatan di daerah tertinggal, sunatan massal dan poskotis. Realisasi : 10 pekon 3 poskotis. (100%)
Hasil Masyarakat daerah terpencil, tertinggal memperoleh pelayanan kesehatan dan situasi khusus (sunatan massal, poskotis, P3K)
Masyarakat daerah terpencil, tertinggal memperoleh pelayanan kesehatan dan situasi khusus (sunatan massal, poskotis, P3K)
Realisasi kinerja sebesar 100% dengan terlayaninya masyarakat di
daerah terpencil, tertinggal yang memperoleh pelayanan kesehatan dan
situasi khusus pemeriksaan indra dan gigi mulut pada anak SD dan
Poskitis P3K, realisasi keuangan yang dicapai 99.94% dari pagu anggaran
sebesar Rp. 164.900.000,- dengan target kinerja pelayanan kesehatan
daerah terpencil di 10 pekon, dan poskotis di 3 lokasi.
5. Pelayanan Kesehatan Haji
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 34.600.000 34,100,000 (98,55%)
Keluaran Terlaksananya pemeriksaan, pemberian vaksin dan terdeteksinya resiko tinggi pada jamaah haji Target : 100 jemaah
Terlaksananya pemeriksaan, pemberian vaksin dan terdeteksinya resiko tinggi pada jamaah haji Realisasi : 40 orang (98.55%)
Hasil Pelayanan kesehatan calon jemaah haji yang optimal.
Pelayanan kesehatan calon jemaah haji yang optimal.
Realisasi kinerja yang dicapai 98,55% yaitu dari 100 jemaah haji
yang menjadi sasaran kegiatan hanya terealisasi sejumlah 40 jemaah haji
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 29
untuk Kabupaten Lampung Barat. Realisasi keuangan hanya mencapai
Rp. 34,100,000 atau sebesar 98,55% dari pagu sebesar Rp. 34.100.000.
6. Optimalisasi Manajemen Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 98.141.000 96.313.788 (98,14%)
Keluaran Terpenuhinya puskesmas yang siap akreditasi. Terlaksananya penilaian akreditasi puskesmas Target : 3 puskesmas
Terpenuhinya puskesmas yang siap akreditasi. Terlaksananya penilaian akreditasi puskesmas Target : 3 puskesmas (98.14%)
Hasil Meningkatnya pengetahuan peserta sosialisasi
Meningkatnya pengetahuan peserta sosialisasi
Realisasi kinerja mencapai 100% dengan realisasi keuangan
Rp.96.313.788 atau 98,14% dari pagu dana Rp.98,141,000,-.
7. Kalibrasi Alat Kesehatan di Puskesmas
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 54.000.000 51,636,400 (95,62%)
Keluaran Terlaksananya kalibrasi alat-alat kesehatan di puskesmas Target : 2 puskesmas
Terlaksananya kalibrasi alat-alat kesehatan di puskesmas Realisasi : 2 puskesmas (95,62%)
Hasil Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas
Alat kesehatan di puskesmas telah dikalibrasi dengan realisasi
kinerja 100% dan realisasi keuangan 95,62% atau sebesar Rp.
51,636,400 dari pagu anggaran Rp. 54.000.000.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 30
8. Peningkatan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)/JKN
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 13.398.000 13.398.000 (100%)
Keluaran Tersedianya makanan dan minuman pendamping pasien RS Target : 1020
Tersedianya makanan dan minuman pendamping pasien RS Realisasi : 1020 (100%)
Hasil Terpenuhinya pelayanan pasien JKN
Terpenuhinya pelayanan pasien JKN
Realisasi kinerja mencapai 100% dengan realisasi keuangan
sebesar Rp.13.398.000 atau 100% dari pagu dana Rp.13.398.000,-
9. Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik Bantuan Operasional
Kesehatan
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 6.770.973.000 6,654,036,573 (98,27%)
Keluaran Terlaksananya upaya promotif dan preventif Terlaksananya kegiatan e-logistik kabupaten Terlaksananya kegiatan rujukan BOK di Dinas Kabupaten Target : 15 Puskesmas 1 paket 4 paket
Terlaksananya upaya promotif dan preventif Terlaksananya kegiatan e-logistik kabupaten Terlaksananya kegiatan rujukan BOK di Dinas Kabupaten Target : 15 Puskesmas 1 paket 4 paket (98,27%)
Hasil Peningkatan kesehatan masyarakat.
Peningkatan kesehatan masyarakat.
Realisasi kinerja yang dicapai 100% yaitu terlaksananya
operasional kesehatan di puskesmas seluruh Kabupaten Lampung Barat,
namun Realisasi keuangan hanya mencapai Rp. 6,654,036,573 atau
sebesar 98,27% dari pagu sebesar Rp. 6.654.036.573.
s G. Program Pengawasan Obat dan Makanan
Pada tahun 2017 program ini memiliki 2 (dua) kegiatan yaitu
Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya dan
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 31
Serifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) dengan jumlah pagu
anggaran sebesar Rp 78,832,160.- dan terealisasi Rp 78,188,800.-
Adapun rincian kegiatan pada Program Pengawasan Obat dan
Makanan adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 45.964.160 45,632,800 (99,28%)
Keluaran Meningkatnya pengawasan terhadap masyarakat dari bahan pangan, obat, obat tradisional dan kosmetika yang mengandung bahan berbahaya; Terlaksananya pemeriksaan sampel bahan makanan/minuman ke kecamatan; Terlaksananya pemeriksaan sampel bahan makanan/minuman ke propinsi. Target : 40 lokasi, 1 paket.
Meningkatnya pengawasan terhadap masyarakat dari bahan pangan, obat, obat tradisional dan kosmetika yang mengandung bahan berbahaya; Terlaksananya pemeriksaan sampel bahan makanan/minuman ke kecamatan; Terlaksananya pemeriksaan sampel bahan makanan/minuman ke propinsi. Target : 40 lokasi, 1 paket. (100%)
Hasil Terpantaunya bahan berbahaya yang terkandung di dalam bahan makanan.
Terpantaunya bahan berbahaya yang terkandung di dalam bahan makanan.
Realisasi kinerja mencapai 100% sedangkan realisasi keuangan
sebesar Rp 45,632,800.- atau sebesar 99,28% dari pagu dana Rp.
45.632.800
2. Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP)
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 32.868.000 32,556,000 (99,05%)
Keluaran Terlaksananya sertifikasi penyuluhan kemanan pangan (PKP) untuk pemilik/ penanggung jawab industri rumah tangga, pangan, guru dan penjual makanan siap saji Target : 40 orang
Terlaksananya sertifikasi penyuluhan kemanan pangan (PKP) untuk pemilik/penanggung jawab industri rumah tangga, pangan, guru dan penjual makanan siap saji Realisasi : 40 orang (100%)
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 32
Hasil Terbinanya penanggung jawab industri rumah tangga pangan, guru dan penjual makan siap saji.
Terbinanya penanggung jawab industri rumah tangga pangan, guru dan penjual makan siap saji.
Realisasi kinerja 100% dengan terbinanya penanggung jawab
industri rumah tangga pangan, guru dan penjual makanan siap saji yaitu
berjumlah 40 orang, realisasi keuangan mencapai Rp.32.556.000,- atau
99,05% dari pagu sebesar Rp.32.868.000.
H. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Program ini terdiri dari 4 (lima) kegiatan pada tahun 2017 yaitu
kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM), Promosi Kesehatan Melalui Media, Kampanye ABAT (Aku
Bangga Aku Tahu) HIV/AIDS, dan Promosi Kesehatan Kawasan Tanpa
Rokok dengan jumlah Pagu Anggaran sebesar Rp 758,816,000.- dan
terealisasi sebesar Rp.755.093.750,-.
Adapun rincian kegiatan dari Program Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat pada tahun 2016 adalah sebagai berikut:
1. Pembinaan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 150.612.000 150,282,000 (99,78%)
Keluaran Terlaksananya pembinaan UKBM; Monitoring pelaksanaan Poskesdes; Bimbingan teknis petugas promosi kesehatan puskesmas. Target : 15 kecamatan di kabupaten Lampung Barat, 450 kader; 15 poskesdes, 1 pekon pemenang lomba pekon; 30 petugas promkes.
Terlaksananya pembinaan UKBM; Monitoring pelaksanaan Poskesdes; Bimbingan teknis petugas promosi kesehatan puskesmas. Target : 15 kecamatan di kabupaten Lampung Barat, 450 kader; 15 poskesdes, 1 pekon pemenang lomba pekon; 30 petugas promkes.
Hasil Meningkatkan pengetahuan kader kesehatan dan tergeraknya masyarakat dibidang kesehatan dengan baik serta termonitornya kegiatan poskesdes.
Meningkatkan pengetahuan kader kesehatan dan tergeraknya masyarakat dibidang kesehatan dengan baik serta termonitornya kegiatan poskesdes.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 33
Realisasi kinerja yang dicapai 100% dan realisasi keuangan
sebesar Rp. 150,282,000 atau 99,78% dari pagu Rp. 150.612.000
2. Promosi Kesehatan Melalui Media
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 175.975.500 174,810,500 (99,34%)
Keluaran Terlaksananya promosi kesehatan melalui media dan penyebarluasan informasi kesehatan Target : 1 radio 300 kali siar, iklan media cetak, 250 bh x-banner, 2500 bh poster, 2000 bh stiker, 3000 lbr leaflet, 525 pin kecamatan.
Terlaksananya promosi kesehatan melalui media dan penyebarluasan informasi kesehatan Target : 1 radio 300 kali siar, iklan media cetak, 250 bh x-banner, 2500 bh poster, 2000 bh stiker, 3000 lbr leaflet, 525 pin kecamatan. (100%)
Hasil Masyarakat mengetahui informasi tentang layanan kesehatan di Kabupaten Lampung Barat
Masyarakat mengetahui informasi tentang layanan kesehatan di Kabupaten Lampung Barat
Realisasi kinerja mencapai 100% sedangkan realisasi keuangan
sebesar Rp 174.810.500 atau 99,34% dari pagu kegiatan.
3. Kampanye ABAT (Aku Bangga Aku Tahu) HIV/AIDS
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 57.211.500 57,192,500 (99,97%)
Keluaran Terlaksananya Kampanye ABAT HIV/AIDS di sekolah. Target : 15 SMP
Terlaksananya Kampanye ABAT HIV/AIDS di sekolah. Realisasi : 15 SMP (100%)
Hasil Meningkatnya pengetahuan siswa SMP tentang bahaya penyakit HIV/AIDS.
Meningkatnya pengetahuan siswa SMP tentang bahaya penyakit HIV/AIDS.
Realisasi keuangan mencapai 99,97% atau sebesar Rp.
57,192,500 dari pagu Rp. 57.211.500 dan realisasi kinerja mencapai
100%.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 34
4. Promosi Kesehatan Kawasan Tanpa Rokok
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 375.017.000 372,808,750 (99,41%)
Keluaran Terlaksananya KTR di Kecamatan dan puskesmas. Target : 15 puskesmas dan 5 pekon kecamatan.
Terlaksananya KTR di Kecamatan dan puskesmas. Target : 15 puskesmas dan 5 pekon kecamatan. (100%)
Hasil Terbina dan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang bahaya akibat merokok.
Terbina dan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang bahaya akibat merokok.
Realisasi kinerja mencapai 100% dengan realisasi keuangan
sebesar Rp. 372,808,750 atau 99,41% dari pagu dana Rp. 375.017.000.
I. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Program ini pada pelaksanaan tahun 2017 memiliki 3 (tiga)
kegiatan yaitu kegiatan Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil
Kurang Energi Kronis, Pelacakan dan Penanggulangan Kasus Gizi buruk
Balita KEP dan Bumil KEK, Pendataan Keluarga Sadar Gizi, dengan
jumlah Pagu Anggaran sebesar Rp 259,167,000.- dan terealisasi Rp
249,338,100 .- atau 96.21%.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2017 adalah
sebagai berikut:
1. Pemberian Makanan Tambahan Pada Ibu Hamil Kurang energi Kronis
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 130.000.000 127,057,450 (97,65%)
Keluaran Tersedianya PMT bagi ibu hamil KEK dan Terlaksananya monev ke puskesmas. Target : 50 bumil KEK
Tersedianya PMT bagi ibu hamil KEK dan Terlaksananya monev ke puskesmas. Realisasi : 50 bumil KEK(100%).
Hasil Meningkatnya status gizi ibu hamil.
Meningkatnya status gizi ibu hamil.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 35
Realisasi kinerja mencapai 100% dengan ibu hamil yang
mendapatkan makanan tambahan sejumlah 50 orang bumil KEK, realisasi
keuangan sebesar Rp. 127,057,450 atau 97,65% dari pagu dana Rp.
130.000.000.-
2. Pelacakan dan Penanggulangan Kasus Gizi buruk Balita KEP dan
Bumil KEK
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 73.570.000 72,809,400 (98,97%)
Keluaran Terlaksananya pertemuan pelacakan dan penanggulangan kasus gizi buruk; Terlaksananya validasi dan monev balita KEP dan bumil KEK. Target : 15 puskesmas, 30 orang, 4 kasus balita KEP
Terlaksananya pertemuan pelacakan dan penanggulangan kasus gizi buruk; Terlaksananya validasi dan monev balita KEP dan bumil KEK. Realisasi : 15 puskesmas, 30 orang, 4 kasus balita KEP. (100%).
Hasil Tertanganinya kasus gizi buruk, Balita KEP dan Bumil KEK
Tertanganinya kasus gizi buruk, Balita KEP dan Bumil KEK
Realisasi kinerja mencapai 100% dengan 15 puskesmas, 30 orang
dan 4 kasus balita KEP tang mendapatkan pelayanan penanganan gizi
buruk, realisasi keuangan sebesar Rp. 72,809,400 atau 98,97% dari
anggaran Rp. 73.570.000.
3. Pendataan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 55.479.000 49,471,250 (89,17%)
Keluaran Terlaksananya pertemuan, pembinaan dan pendataan kadarzi. Target : 40 orang, 4 puskesmas
Terlaksananya pertemuan, pembinaan dan pendataan kadarzi. Realisasi : 40 orang, 4 puskesmas (100%).
Hasil Meningkatnya pengetahuan kader posyandu tentang kadarzi dan meningkatnya keluarga sadar gizi.
Meningkatnya pengetahuan kader posyandu tentang kadarzi dan meningkatnya keluarga sadar gizi.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 36
Realisasi kinerja 100% dan realisasi keuangan mencapai Rp.
49,471,250 atau 89,17% dari pagu Rp. 55,479,000.-
J. Program Pengembangan Lingkungan sehat
Program ini pada pelaksanaan tahun 2017 memiliki 4 (empat)
kegiatan yaitu kegiatan Pembinaan dan Pengawasan Hygiene Sanitasi
Tempat Pengolahan Makanan (TPM), Pengembangan Kota dan
Kabupaten Sehat, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), dan Studi
resiko kesehatan lingkungan (EHRA) dengan jumlah Pagu Anggaran
sebesar Rp 520,625,000.- dan terealisasi Rp 299,381,978 .- atau 57.50%.
Adapun rincian dari kegiatan pada tahun 2017 adalah sebagai
berikut:
1. Pembinaan dan Pengawasan Hygiene Sanitasi Tempat Pengolahan
Makanan (TPM)
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 32.400.000 30,819,000 (93,18%)
Keluaran Terlaksananya pembinaan dan pengawasan Hygine Sanitasi TPM Target : 30 pengelola Tempat Pengelola Makanan di 3 kecamatan.
Terlaksananya pembinaan dan pengawasan Hygine Sanitasi TPM Target : 30 pengelola Tempat Pengelola Makanan di 3 kecamatan. (100%).
Hasil Kesehatan masyarakat optimal.
Kesehatan masyarakat optimal.
Realisasi kinerja mencapai 100% dengan terlaksananya pembinaan
di 30 tempat pengolahan makan dan di 3 kecamatan, realisasi keuangan
sebesar Rp. 30,819,000 atau 93,18% dari pagu dana Rp. 32.400.000.-
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 37
2. Pengembangan Kota dan Kabupaten sehat
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 300,000,000,-
25,200,000 (28,73%)
Keluaran Berfungsinya forum kabupaten sehat dan kecamatan sehat secara optimal Target : 15 kecamatan
Berfungsinya forum kabupaten sehat dan kecamatan sehat secara optimal Target : 15 kecamatan (100%).
Hasil Jumlah sekretariat forum kecamatan sehat yang melaksanakan fungsinya.
Jumlah sekretariat forum kecamatan sehat yang melaksanakan fungsinya.
Realisasi kinerja hanya 28.73% dikarenakan Kabupaten Lampung
Barat belum berhasil meraih penghargaan swasti saba, realisasi
keuangan mencapai Rp. 25,200,000 atau 28,73% dari pagu sebesar Rp.
300,200,000.-
3. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 90,700,000.
86,861,950 (99,77%)
Keluaran Terlaksananya sosialisasi dan pemicuan menuju desa STBM. Target : 8 pekon
Terlaksananya sosialisasi dan pemicuan menuju desa STBM. Realisasi : 8 pekon (100%).
Hasil Masyarakat mengetahui masalah sanitasi lingkungannya dan termotivasinya untuk menyelesaikan masalah sendiri.
Masyarakat mengetahui masalah sanitasi lingkungannya dan termotivasinya untuk menyelesaikan masalah sendiri.
Realisasi kinerja mencapai 100% dan realisasi keuangan mencapai
99,77% atau sebesar Rp.86,861,950 dari pagu anggaran Rp. 90,700,000.-
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 38
4. Studi Resiko Kesehatan Lingkungan (EHRA)
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 97,525,000.
96,153,200 (98,59%)
Keluaran Tersusunnya dokumen EHRA Target : 1 dokumen
Tersusunnya dokumen EHRA Target : 1 dokumen (100%).
Hasil Terlaksananya kegiatan oprasional pelaksanaan PPSP (Percepatan Pembanganan Sanitasi Pemukiman) dalam penyusunan buku putih
Terlaksananya kegiatan oprasional pelaksanaan PPSP (Percepatan Pembanganan Sanitasi Pemukiman) dalam penyusunan buku putih
Realisasi kinerja 100% dengan tersusunnya dokumen EHRA
sebanyak 1 dokumen dan Realisasi keuangan mencapai RP.90.153.000
atau 98,59% dari pagu Rp.97.525.000,-.
K. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
Program ini terdiri dari 13 (tiga belas) kegiatan dengan jumlah pagu
anggaran sebesar Rp 1,597,372,200,- dan terealisasi Rp 1,512,477,552.-
atau 94.69%. Adapun rincian kegiatan dari Program Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Menular yang telah dilaksanakan pada tahun
2016 adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan Vaksinasi bagi Balita dan Anak Sekolah
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 140,774,000.00
102,764,000 (73,00%)
Keluaran Terlaksananya bulan imunisasi anak sekolah (BIAS); Terlaksananya pertemuan persiapan BIAS. Target : 238 SD/MI, 30 orang
Terlaksananya bulan imunisasi anak sekolah (BIAS); Terlaksananya pertemuan persiapan BIAS. Realisasi : 238 SD/MI, 30 orang (100%).
Hasil Tercapainya imunisasi anak sekolah
Tercapainya imunisasi anak sekolah.
Realisasi kinerja mencapai 100% anak sekolah di 238 SD/MI
sekolah mendapatkan imunisasi dan realisasi keuangan mencapai
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 39
73,00% atau sebesar Rp 102,764,000 dari pagu anggaran Rp
140,774,000,-.
2. Pencegahan Penularan Penyakit Endemik/epidemik
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 16,295,000.00
16,045,000 (98,47%)
Keluaran Terdeteksinya penyakit akibat flu burung; Terlaksananya pertemuan evaluasi petugas surveilans program flu burung. Target : 3 kecamatan, 30 orang
Terdeteksinya penyakit akibat flu burung; Terlaksananya pertemuan evaluasi petugas surveilans program flu burung. Realisasi : 3 kecamatan, 30 orang. (100%)
Hasil Terdeteksinya kasus flu burung pada manusia.
Terdeteksinya kasus flu burung pada manusia.
Realisasi kinerja 100% dan realisasi keuangan mencapai 98,47%
atau sebesar Rp. 16,045,000 dari anggaran Rp. 16,295,000.-
3. Peningkatan Pelayanan Imunisasi
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 554,188,000.00
528,070,674 (95,29%)
Keluaran Terlaksananya imunisasi;
Terlaksananya pertemuan KIPI;
Terlaksananya pertemuan
target Universal Child
Immunization (UCI);
Terlaksananya pertemuan
migrasi software berbasis web.
Target : 136 pekon, 35 orang,
30 orang, 30 orang.
Terlaksananya imunisasi;
Terlaksananya pertemuan KIPI;
Terlaksananya pertemuan target
Universal Child Immunization
(UCI); Terlaksananya
pertemuan migrasi software
berbasis web.
Realisasi : 136 pekon, 35 orang,
30 orang, 30 orang. (100%)
Hasil Tercapainya universal child
imunization (UCI).
Tercapainya universal child
imunization (UCI).
Realisasi kinerja mencapai 100% untuk 136 pekon, 3 kecamatan,
dan 30 orang, realisasi keuangan sebesar Rp 528,070,674 atau 95,29%
dari pagu Rp. 554,188,000,-.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 40
4. Peningkatan Surveilance Epideminologi dan Penanggulangan
Wabah/KLB
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 32.470.000 29,474,930 (90,78%)
Keluaran Terlaksananya pelacakan kasus potensi KLB. Target : 15 puskesmas
Terlaksananya pelacakan kasus potensi KLB. Realisasi : 15 puskesmas (100%)
Hasil Tertanganinya KLB dalam waktu 24 jam.
Tertanganinya KLB dalam waktu 24 jam.
Realisasi kinerja 100%, sedangkan realisasi keuangan sebesar Rp
29,474,930 atau 90,78% dari pagu Rp. 32.470.000.
5. Peningkatan Komunikasi, informasi dan edukasi (kie) pencegahan dan
pemberantasan penyakit
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 32,402,000
32,402,000 (100%)
Keluaran Terlaksananya Early Warning Alert Respon System (EWARS); Tersedianya komunikasi cepat,; Tercapainya ketepatan laporan mingguan Target : 15 puskesmas
Terlaksananya Early Warning Alert Respon System (EWARS); Tersedianya komunikasi cepat,; Tercapainya ketepatan laporan mingguan Realisasi : 15 puskesmas (100%).
Hasil Terdeteksinya kasus yang ada di Masyarakat.
Terdeteksinya kasus yang ada di Masyarakat.
Realisasi kinerja dan realisasi keuangan mencapai Rp.
32,402,000,- (100%) dari pagu Rp. 32.402.000,-
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 41
6. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Penderita DBD
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 178,942,600
163,889,250 (91,59%)
Keluaran Terlaksananya peningkatan kapasitas dalam penanganan kasus DBD. Target : 136 orang, 35 orang, 30 orang kecamatan, 30 orang.
Terlaksananya peningkatan kapasitas dalam penanganan kasus DBD. Target : 136 orang, 35 orang, 30 orang kecamatan, 30 orang. (100%).
Hasil Menurunkan angka prevalensi penyakit DBD.
Menurunkan angka prevalensi penyakit DBD.
Realisasi kinerja 100% untuk 136 pekon, 3 kecamatan, 30 orang
dan realisasi keuangan sebesar Rp. 136,889,250,- atau 91,59% dari pagu
Rp. 170,942,600,-
7. Kegiatan Peningkatan Pelayanan Kesehatan Penderita Diare
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 50,941,800,-
50,886,700 (99,89%)
Keluaran Terlaksananya diseminasi informasi diare kepada kader PKK tingkat pekon. Target : 48 orang kader PKK di 2 Kecamatan.
Terlaksananya diseminasi informasi diare kepada kader PKK tingkat pekon. Realisasi : 48 orang kader PKK di 2 Kecamatan. (100%)
Hasil Meningkatnya angka penemuan diare pada balita oleh kader PKK.
Meningkatnya angka penemuan diare pada balita oleh kader PKK.
Realisasi kinerja 100% untuk 2 kecamatan, 48 orang kader tentang
evaluasi program P2 diare, realisasi keuangan sebesar Rp. 50,886,700
atau 99,89% dari pagu Rp. 50,941,800,-.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 42
8. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Penderita Malaria
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 192,061,400,-
168,302,650,- (87,63%)
Keluaran Terlaksananya peningkatan kapasitas petugas P2 malaria; Terlaksananya Pos Malaria Desa (Pos Maldes) Target : 96 orang, 2 kecamatan
Terlaksananya peningkatan kapasitas petugas P2 malaria; Terlaksananya Pos Malaria Desa (Pos Maldes) Realisasi : 96 orang, 2 kecamatan (100%).
Hasil Menurunnya angka kesakitan Malaria di masyarakat.
Menurunnya angka kesakitan Malaria di masyarakat.
Realisasi kinerja 100% yaitu untuk peningkatan kapasitas 96 orang
petugas P2 malaria dan Pos Maldes di 2 (dua) kecamatan, realisasi
keuangan sebesar Rp. 168,302,650 atau 87,63% dari pagu Rp.
192,061,400,-.
9. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Kusta
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 55,610,000,-
55,529,580 (99,86%)
Keluaran Terlaksananya pelacakan kasus kusta Target : 720 orang, 3 lokasi
Terlaksananya pelacakan kasus kusta Realiasi : 720 orang, 3 lokasi (100%).
Hasil Meningkatnya deteksi dini Kusta di anak sekolah tingkat SD.
Meningkatnya deteksi dini Kusta di anak sekolah tingkat SD.
Realisasi kinerja 100% dan realisasi keuangan sebesar Rp.
55,529,580 atau 99,86% dari pagu Rp. 55,610,000,-.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 43
10. Peningkatan Pelayanan Kesehatan TBC
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 119,256,000,-
109,793,000,- (92,06%)
Keluaran Terlaksananya pelatihan petugas laboratorium TBC di BLK Provinsi Lampung. Target : 6 orang, 15 puskesmas
Terlaksananya pelatihan petugas laboratorium TBC di BLK Provinsi Lampung. Realisasi : 6 orang, 15 puskesmas (100%).
Hasil Menambah pengetahuan dan keterampilan petugas laboratorium TBC.
Menambah pengetahuan dan keterampilan petugas laboratorium TBC.
Realisasi kinerja 100% dan realisasi keuangan Rp 109,793,000
atau 92,06% dari pagu Rp 119,256,000.-
11. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Penderita Infeksi Menular
Seksual (IMS)/HIV/AIDS
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 75,000,000,-
43,103,400,- (57,47%)
Keluaran Terlaksananya peningkatan kapasitas klinik voluntary counseling and testing (VCT) Target : 14 orang, 7 puskesmas
Terlaksananya peningkatan kapasitas klinik voluntary counseling and testing (VCT) Realisasi : 14 orang, 7 puskesmas (100%).
Hasil Terlaksananya pelayanan kesehatan kasus IMS dan HIV/AIDS di masyarakat
Terlaksananya pelayanan kesehatan kasus IMS dan HIV/AIDS di masyarakat.
Realisasi kinerja mencapai 100% untuk pelaksanaan peningkatan
kapasitas 14 org tenaga kesehatan tentang VCT di 7 puskesmas, dan
realisasi keuangan sebesar Rp. 43,103,400 atau 57,47% dari pagu Rp.
75,000,000.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 44
12. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rabies dan GHPR
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 56,726,400.00
56,716,400 (99,98%)
Keluaran Terlaksananya kegiatan advokasi penanganan kasus rabies/GHPR Target : 30 orang, 3 kecamatan
Terlaksananya kegiatan advokasi penanganan kasus rabies/GHPR Realisasi : 30 orang, 3 kecamatan (100%).
Hasil Meningkatnya dukungan dan komitmen masyarakat dalam pengendalian penyakit rabies/ GHPR.
Meningkatnya dukungan dan komitmen masyarakat dalam pengendalian penyakit rabies/ GHPR.
Realisasi kinerja mencapai 100% peningkatan kapasitas 30 orang
petugas di 3 kecamatan, sedangkan realisasi keuangan Rp 56,716,400
atau 99,98% dari pagu Rp. 56,726,400,-.
13. Pencegahan dan Penanggulangan Filiaris dan Kecacingan
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 260,419,000.00
258,092,900 (99,11%)
Keluaran Terlaksananya pemberian obat kecacingan untuk pencegahan secara massal. Target : 249 posyandu, 238 SD/MI, 157 PAUD.
Terlaksananya pemberian obat kecacingan untuk pencegahan secara massal. Realisasi : 249 posyandu,238 SD/MI, 157 PAUD(100%).
Hasil Tereliminasinya penyakit akibat kecacingan.
Tereliminasinya penyakit akibat kecacingan.
Realisasi kinerja mencapai 100%, sedangkan realisasi keuangan
Rp. 258,092,900 atau 99,11% dari pagu Rp 260,419,000.-
L. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
Program ini pada tahun 2017 memiliki 2 (dua) kegiatan yakni
Kegiatan Akreditasi Tenaga Kesehatan, Registrasi Industri Rumah Tangga
dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik Akreditasi dengan jumlah pagu
anggaran sebesar Rp 549,758,000,- dan terealisasi Rp 494,944,376,- atau
90.03. Adapun rincian kegiatan adalah sebagai berikut:
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 45
1. Akreditasi Nakes, Registrasi Industri Rumah Tangga
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 50,000,000.00
49,519,700 (99,04%)
Keluaran Tenaga kesehatan memiliki surat izin melaksanakan pelayanan kesehatan; Terlaksananya sosialisasi izin operasional pelayanan kesehatan; Terlaksananya kegiatan pembinaan ke sarana pelayanan kesehatan; Terlaksananya izin perpanjangan PIRT. Target : 145 nakes; 35 orang; 8 sarana pelayanan kesehatan; 5 UPT Puskesmas; 6 sarana IRT.
Tenaga kesehatan memiliki surat izin melaksanakan pelayanan kesehatan; Terlaksananya sosialisasi izin operasional pelayanan kesehatan; Terlaksananya kegiatan pembinaan ke sarana pelayanan kesehatan; Terlaksananya izin perpanjangan PIRT. Realisasi : 145 nakes; 35 orang; 8 sarana pelayanan kesehatan; 5 UPT Puskesmas; 6 sarana IRT (100%).
Hasil Terselenggaranya perizinan tenaga kesehatan, sarana pelayanan kesehatan, PIRT.
Terselenggaranya perizinan tenaga kesehatan, sarana pelayanan kesehatan, PIRT.
Realisasi keuangan mencapai 99,04% atau sebesar Rp.
49,519,700,- dari pagu anggaran sebesar Rp. 50,000,000,- .
2. Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik Akreditasi
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 1,328,366,000.00
1,241,488,747 (93,46%)
Keluaran Terlaksananya fasilitasi persiapan akreditasi puskesmas; Cakupan puskesmas siap akreditasi; Cakupan puskesmas disurvey akreditasi. Target : 5 puskesmas dari 15 puskesmas; 5 puskesmas; 2 dari 5 puskesmas siap akreditasi.
Terlaksananya fasilitasi persiapan akreditasi puskesmas; Cakupan puskesmas siap akreditasi; Cakupan puskesmas disurvey akreditasi. Realisasi : 5 puskesmas dari 15 puskesmas; 5 puskesmas; 2 dari 5 puskesmas siap akreditasi (100%).
Hasil Terstandarnya pelayanan kesehatan di puskesmas.
Terstandarnya pelayanan kesehatan di puskesmas.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 46
Realisasi keuangan mencapai 93,46% atau Rp. 1,241,488,747 dari
pagu anggaran sebesar Rp. 1,328,366,000.
M. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin
Pada tahun 2017 program ini memiliki 3 (tiga) kegiatan yaitu
Kegiatan jaminan pemeliharaan kesehatan penduduk miskin di luar quota,
kegiatan sosialisasi jaminan kesehatan nasional, dan kegiatan
peningkatan pelayanan kesehatan ISPA dan Pneumonia dengan pagu Rp
2,275,341,400.- dan terealisasi Rp 2,268,275,400.-. Adapun rincian
kegiatan pada Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin pada
tahun 2017 adalah sebagai berikut:
1. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Penduduk Miskin di Luar Quota
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 2,074,070,000.00
2,068,987,000 (99,75%)
Keluaran Terlaksananya jaminan kesehatan masyarakat miskin di luar quota; Terlaksananya operasional tim pengelola, tim monev, dan tim koordinasi JKN. Target : 7500 jiwa; 2 tim, 18 org, 52 org; 8 kali, 4 TKK, 2 P-Care, 2 evaluasi.
Terlaksananya jaminan kesehatan masyarakat miskin di luar quota; Terlaksananya operasional tim pengelola, tim monev, dan tim koordinasi JKN. Realisasi : 7500 jiwa; 2 tim, 18 org, 52 org; 8 kali, 4 TKK, 2 P-Care, 2 evaluasi (100%).
Hasil Terlaksananya pengelolaan JKN di Kabupaten dan puskesmas.
Terlaksananya pengelolaan JKN di Kabupaten dan puskesmas.
Realisasi kinerja mencapai 99.75% atau Rp. 2,068,987,000,- dari
pagu anggaran sebesar Rp. 2,074,070,000,-.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 47
2. Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 146,000,000.00
120,997,000 (82.87%)
Keluaran Terlaksananya sosialisasi JKN di masyarakat Target : 15 kecamatan, 750 org
Terlaksananya sosialisasi JKN di masyarakat Realisasi : 15 kecamatan, 750 org (100%)
Hasil Tersosialisasinya JKN ke masyarakat.
Tersosialisasinya JKN ke masyarakat.
Realisasi kinerja 82.87% atau sebesar Rp. 120,997,000,- dari pagu
anggaran sebesar Rp. 146,000,000,-.
3. Peningkatan Pelayanan Kesehatan ISPA dan Penumonia
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 55,271,400.00
53,291,050 (96,42%)
Keluaran Terlaksananya peningkatan kapasitas bagi petugas P2 ISPA dan Pneumonia Target : 94 orang di 6 puskesmas.
Terlaksananya peningkatan kapasitas bagi petugas P2 ISPA dan Pneumonia Realisasi : 94 orang di 6 puskesmas.
Hasil Meningkatnya penemuan pneumonia pada balita.
Meningkatnya penemuan pneumonia pada balita.
Realisasi kinerja dan anggaran 96.42% atau sebesar Rp.
53,291,050 dari pagu anggaran sebesar Rp. 55,271,400,-
N. Program Pengadaan, Peningkatan, dan Perbaikan Sarana dan
Prasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu
Program ini memiliki 5 (lima) kegiatan di tahun 2017, dengan
jumlah total pagu anggaran sebesar Rp 23,974,219,160.- dan terealisasi
Rp 23,039,528,642.- atau 96.10% dan realisasi kinerja 100%. Pada tahun
2017 program ini memiliki kegiatan sebagai berikut :
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 48
1. Rehabilitasi Sedang/Berat/Total Puskesmas Pembantu
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 1,155,000,000.00
1.145,231,350 (99,15%)
Keluaran Terlaksananya rehabilitasi gedung puskesmas pembantu dan pengadaan prasarana puskesmas Pembantu. Target : Pustu Trimulyo, Pustu sukananti, Pustu Buay Betanding, Pustu Padang Cahya, Pustu Tebu, Pustu Pekon Balak.
Terlaksananya rehabilitasi gedung puskesmas pembantu dan pengadaan prasarana puskesmas Pembantu. Target : Pustu Trimulyo, Pustu sukananti, Pustu Buay Betanding, Pustu Padang Cahya, Pustu Tebu, Pustu Pekon Balak. (100%)
Hasil Terehabilitasi gedung puskesmas pembantu dan pengadaan prasarana puskesmas pembantu.
Terehabilitasi gedung puskesmas pembantu dan pengadaan prasarana puskesmas pembantu.
Realisasi kinerja yang dicapai 100% yaitu untuk bangunan
rehabilitasi puskesmas pembantu serta untuk administrasi pekerjaan.
Realisasi keuangan mengikuti pekerjaan rehabilitasi puskesmas pembantu
yaitu Rp. 1.3145,231,350 atau 99,15% dari pagu Rp1,155,000,000,-.
2. DAK Bidang Kesehatan Pelayanan Dasar
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 7,000,000,000.00
6,546,375,062 (93,52%)
Keluaran Terlaksananya pembangunan sarana dan prasarana kesehatan. Target : 4 unit pusling, 3 unit ambulans, 2 set alat kedokteran, 3 unit puskesmas, 2 unit rumah dokter, 1 unit rumah paramedis.
Terlaksananya pembangunan sarana dan prasarana kesehatan. Realisasi : 4 unit pusling, 3 unit ambulans, 2 set alat kedokteran, 3 unit puskesmas, 2 unit rumah dokter, 1 unit rumah paramedis (100%).
Hasil Terbangunnya sarana dan parasarana kesehatan
Terbangunnya sarana dan parasarana kesehatan
Realisasi Hasil yang dicapai 100% yaitu pengadaan kendaraan
roda 4 (empat) puskesmas keliling standar 4 unit, ambulan transport 3 unit
dan 1 set alat kedokteran, serta pembangunan rumah dinas dokter 2 unit
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 49
dan pembangunan rumah dinas paramedis 1 unit. Realisasi keuangan
sebesar Rp 6,546,375,062 atau 93,52 % dari pagu Rp 7,000,00,000,
3. DAK Bidang Kesehatan Pelayanan Farmasi
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 2,978,353,000.00
2,894,228,507 (97,18%)
Keluaran Tersedianya obat-obatan dan perbekalan kesehatan serta sarana penunjangnya Target : 1 paket pengadaan obat, 1 unit perluasan gedung IFK, 1 unit mobil distribusi obat dan 1 set meubelair kantor.
Tersedianya obat-obatan dan perbekalan kesehatan serta sarana penunjangnya Realisasi : 1 paket pengadaan obat, 1 unit perluasan gedung IFK, 1 unit mobil distribusi obat dan 1 set meubelair kantor (100%). Hasil Terpenuhinya kebutuhan obat
dan perbekalan kesehatan bagi masyarakat
Terpenuhinya kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan bagi masyarakat
Realisasi kinerja yang dicapai 100% yaitu untuk belanja obat-
obatan dan perbekalan kesehatan serta sarana penunjangnya, realisasi
keuangan mencapai 97,18% atau sebesar Rp2,894,228,507 dari pagu Rp.
2,978,353,000,-.
4. Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana
Kesehatan
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 2,950,000,000.00
2,769,471,000 (93,88%)
Keluaran Terlaksananya pengadaan pembangunan/rehabilitasi sarana dan prasarana puskesmas. Target : 1 mobil, 1 set meubelair, 1 aula, 5 rumah dinas, 3 pagar puskesmas, dan 1 rehab puskesmas dan pembangunan pagar, dan 1 pembangunan pustu.
Terlaksananya pengadaan pembangunan/rehabilitasi sarana dan prasarana puskesmas. Realisasi : 1 mobil, 1 set meubelair, 1 aula, 5 rumah dinas, 3 pagar puskesmas, dan 1 rehab puskesmas dan pembangunan pagar, dan 1 pembangunan pustu (100%).
Hasil Terehabilitasi gedung puskesmas dan pengadaan prasarana puskesmas.
Terehabilitasi gedung puskesmas dan pengadaan prasarana puskesmas.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 50
Realisasi keuangan sebesar Rp 2,769,471,000 atau 93,88% dari
pagu Rp 2,950,000,000.-
O. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Pada tahun 2017 program ini memiliki dua kegiatan yaitu kegiatan
Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan kegiatan Non Kapitasi
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), realisasi keuangan pada program ini
mencapai Rp 9,378,142,777.- atau 82.36 % dari pagu dana Rp.
11,386,594,779,-.
Adapun rincian kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2017
adalah sebagai berikut:
1. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 9,436,594,779.00
8,541,915,720 (90,52%)
Keluaran Tersedianya dana pelayanan kesehatan. Target : 15 puskesmas, 37 pustu
Tersedianya dana pelayanan kesehatan. Realisasi : 15 puskesmas, 37 pustu (100%).
Hasil Terlayaninya pasien JKN di puskesmas dan jaringannya.
Terlayaninya pasien JKN di puskesmas dan jaringannya.
Realisasi kinerja yang dicapai 100% sedangkan realisasi anggaran
berjumlah Rp. 8,541,915,720 atau 90,52% dari pagu Rp 9,436,594,779,
realisasi anggaran berdasarkan klaim dari puskesmas.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 51
2. Non Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 1,800,000,000.00
686,348,057 (38,13%)
Keluaran Tersedianya pelayanan kesehatan non kapitasi di puskesmas Target : 6 puskesmas rawat inap, 136 pekon
Tersedianya pelayanan kesehatan non kapitasi di puskesmas Realisasi : 6 puskesmas rawat inap, 136 pekon (100%).
Hasil Terlayaninya pasien di puskesmas rawat inap dan pelayanan obstetri neonatal di bidan desa.
Terlayaninya pasien di puskesmas rawat inap dan pelayanan obstetri neonatal di bidan desa.
Realisasi keuangan Rp. 686,348,057,- atau 38.13% dari pagu Rp.
1,800,000,000 realisasi sesuai usulan klaim dari puskesmas kepada BPJS
dan yang telah dibayarkan oleh BPJS kepada puskesmas.
3. Manajemen Operasional Jaminan Kesehatan
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 150,000,000.00
149,879,000 (99,92%)
Keluaran Terlaksananya operasional tim sekretariat JKN Terlaksananya pertemuan pengelola JKN Target : 1 tim, 8 orang, 45 orang pkm, 1 kali pertemuan
Terlaksananya operasional tim sekretariat JKN Terlaksananya pertemuan pengelola JKN Target : 1 tim, 8 orang, 45 orang pkm, 1 kali pertemuan (100%).
Hasil Terlaksananya pengelolaan JKN di kabupaten dan puskesmas
Terlaksananya pengelolaan JKN di kabupaten dan puskesmas
Realisasi keuangan sebesar Rp. 149,879,000,- atau 99,92% dari
pagu sebesar Rp. 150,000,000,-
P. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak
Program ini memiliki 4 (empat) kegiatan di tahun 2017 yaitu
kegiatan Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak Baru Lahir,
Audit Maternal dan Perinatal (AMP), Sosialisasi Program Perencanaan
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 52
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dan Dana Alokasi Khusus
(DAK) Non Fisik Jaminan Persalinan dengan jumlah Pagu Anggaran
sebesar Rp 3,060,867,000.- dan terealisasi Rp 1,262,517,100.-
Adapun rincian kegiatan dari program tersebut pada tahun 2017
adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak Baru Lahir
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 181,248,000.00
178,383,250 (98,42%)
Keluaran Terlaksananya Imunisasi TT; Terlaksananya pertemuan imunisasi TT Target : 136 pekon, 30 orang
Terlaksananya Imunisasi TT; Terlaksananya pertemuan imunisasi TT Realisasi: 136 pekon, 30 orang (100%)
Hasil Meningkatnya cakupan imunisasi tetanus toxoid (TT).
Meningkatnya cakupan imunisasi tetanus toxoid (TT).
Realisasi keuangan sebesar Rp 178,383,250 atau 98,42% dari
pagu Rp. 181.248.000 dan realisasi kinerja sebesar 98.42%.
2. Audit Maternal dan Perinatal (AMP)
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 123,370,000.00
123,120,000 (99,80%)
Keluaran Terlaksananya Audit Maternal dan Perinatal Target : 4 triwulan, 208 bidan
Terlaksananya Audit Maternal dan Perinatal Realisasi : 4 triwulan, 208 bidan (100%)
Hasil Bidan mampu mendiagnosa penyebab dan mencegah kematian ibu dan anak
Bidan mampu mendiagnosa penyebab dan mencegah kematian ibu dan anak
Realisasi kinerja mencapai 100% yaitu melaksanakan audit
maternal dan perinatal kepada bidan di puskesmas selama 4 triwulan,
realisasi keuangan sebesar Rp. 123,120,000 dari pagu Rp 123,370,000.-
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 53
3. Sosialisasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K)
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 153,785,000.00
152,961,000 (99,46%)
Keluaran Terlaksananya pertemuan sosialisasi program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K); Terlaksananya cetak buku KIA. Target : 42 orang dari 7 kecamatan terdiri dari PKK kec, kepala pekon, bidan desa, kepala puskesmas, kader, dukun); 6200 buku KIA.
Terlaksananya pertemuan sosialisasi program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K); Terlaksananya cetak buku KIA. Realisasi : 42 orang dari 7 kecamatan terdiri dari PKK kec, kepala pekon, bidan desa, kepala puskesmas, kader, dukun); 6200 buku KIA. (100%).
Hasil Meningkatnya pengetahuan peserta sosialisasi program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) dan tersedianya buku penunjang KIA.
Meningkatnya pengetahuan peserta sosialisasi program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) dan tersedianya buku penunjang KIA.
Realisasi kinerja 100% telah dilaksanakannya sosialisasi dan
realisasi keuangan mencapai Rp152,961,000 atau 99,46% dari pagu Rp.
153,785,000.-
4. Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik Jaminan Persalinan
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 2,602,464,000.00 808,052,850 (31,05%)
Keluaran Tersedianya Rumah Tunggu Kelahiran; Tersedianya biaya transport rujukan. Target : 17 unit, 1300 ibu hamil
Tersedianya Rumah Tunggu Kelahiran, tersedianya biaya transport rujukan Realisasi : 17 unit (100%), 13 ibu hamil (2.16%)
Hasil Meningkatnya jumlah persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Meningkatnya jumlah persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Realisasi kinerja mencapai 100% yaitu tersedianya rumah tunggu
kelahiran sejumlah 17 RTK dari 17 yang ditargetkan dan tersedianya
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 54
transport rujukan kepada ibu hamil di puskesmas, tetapi realisasi
keuangan hanya sebesar Rp 808,052,850 (31,05%) dari pagu Rp
2,602,464,000 dikarenakan jumlah ibu hamil yang ditargetkan tidak
memenuhi target yaitu 13 ibu hamil dari target 600 ibu hamil.
Q. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
Program ini memiliki 2 (dua) kegiatan di tahun 2017 yaitu kegiatan
Penyusunan Profil Kesehatan dan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
dengan jumlah Pagu Anggaran program sebesar Rp 207,502,000.- dan
terealisasi Rp 176,772,962.- atau 85.19% dan realisasi kinerja 100 %.
Adapun rincian dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Profil Kesehatan
URAIAN RENCANA REALISASI
Anggaran 43,070,000.00
40,541,600 (94,18%)
Keluaran Tersusunnya buku profil dan buku saku kesehatan; Tersusunnya data SP2TP kabupaten. Target : 45 buku profil, 45 buku saku, 20 dokumen SP2TP.
Tersusunnya buku profil dan buku saku kesehatan; Tersusunnya data SP2TP kabupaten. Realisasi : 45 buku profil, 45 buku saku, 20 dokumen SP2TP.
Hasil Tersedianya data dan informasi kesehatan.
Tersedianya data dan informasi kesehatan.
Realisasi kinerja 100% dengan tersusunnya buku profil dan buku
saku kesehatan, serta realisasi keuangan sebesar Rp 40,541,600 atau
94,18% dari pagu Rp 43,070,000,-.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 55
2.2 Analisis Kinerja Pelayanan OPD
Pencapaian indikator kinerja Dinas Kesehatan per sasaran strategis
adalah sebagai berikut:
1. Sasaran Strategis “Meningkatnya upaya promosi kesehatan dalam
rangka pemberdayaan masyarakat dan pengembangan perilaku
sehat”.
Untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis tersebut di atas
ditetapkan 1 indikator yaitu: Cakupan Desa Siaga Aktif.
Desa atau Kelurahan Siaga Aktif adalah desa atau yang disebut
dengan nama lain atau kelurahan, yang:
(1) Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan
dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan
Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di wilayah
tersebut seperti, Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu),
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan
lainnya.
(2) Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan
survailansberbasis masyarakat (meliputi pemantauan penyakit,
kesehatan ibudananak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan
kesehatan danpenanggulangan bencana, serta penyehatan
lingkungan sehinggamasyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS).
Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka Desa atau
KelurahanSiagaAktif memiliki komponen: (1) Pelayanan kesehatan dasar,
(2) Pemberdayaanmasyarakat melalui pengembangan UKBM dan
mendorong upaya survailansberbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan
dan penanggulangan bencanaserta penyehatan lingkungan, , (3) Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 56
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Cakupan Desa Siaga Aktif
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
70 % 84.5 84.5 84.5 84.5
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2017 2016 2014 2013
70% 84,5% 120,71% 83,82% 127,4% 19,9% 55,8%
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra
(2013-2017)
Realisasi s/d
Tahun 2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
Keterangan
70% 84,5% 74,28% tercapai
Target cakupan Desa Siaga Aktif tahun 2017 adalah sebesar 70%.
Kabupaten Lampung Barat memiliki 136 pekon dan kelurahan terdiri dari
131 pekon/desa dan 5 kelurahan, jumlah pekon/desa siaga yang dibentuk
sampai dengan tahun 2017 adalah 100% yang artinya seluruh pekon dan
kelurahan di Lampung Barat adalah desa siaga. Jumlah pekon dan
kelurahan yang sudah menjadi desa dan kelurahan siaga aktif sampai
dengan tahun 2017 sebanyak 115 desa, yang artinya capaian cakupan
desa siaga aktif adalah 84,5% dengan tingkat capaian sebesar 120,7%
terhadap target tahun 2017. Persentase capaian ini lebih tinggi dari target
yang ditetapkan, dan jika dibandingkan dengan capaian kinerja dari tahun
2013 s/d 2017 maka capaian di tahun 2017 mencapai persentase yang
cukup signifikan. Kesenjangan ini terjadi disebabkan adanya pembatasan
jumlah desa/kelurahan yang dapat dikatakan sebagai desa/kelurahan
aktifpada tahun 2017, yaitu dengan hanya menghitung desa/kelurahan
aktif pada strata Purnama dan Mandiri yang masing-masing berjumlah 29
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 57
dan 6 desa dan kelurahan aktif sehingga persentase capaian masih
sangat rendah. Sedangkan di tahun 2017 jumlah desa dan kelurahan
siaga aktif dihitung dari semua strata yaitu Pratama 40, Madya 40,
Purnama 29 dan Mandiri 6 desa/kelurahan sehingga total sebanyak 115
desa/kelurahan siaga aktif.
Berdasarkan Renstra Dinas Kesehatan tahun 2013 – 2017, target
desa siaga aktif sampai dengan tahun 2017 adalah sebesar 70% yang
berarti persentase pencapaian sampai dengan tahun 2017 adalah 84,5%.
Angka ini berada di atas target daerah dan nasional. Berdasarkan
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, pemerintah pusat
menetapkan bahwa pada tahun 2016 cakupan desa siaga aktif adalah
sebesar 80%.
Meski target telah dapat dicapai, namun jumlah terbanyak
desa/kelurahan siaga aktif yang ada di Kabupaten Lampung Barat ada di
strata Pratama dan Madya sehingga masih menjadi tugas Dinas
Kesehatan untuk dapat meningkatkan tingkatan strata dari desa/kelurahan
siaga aktif. Selain itu juga didapati bahwa dari 115 desa/kelurahan siaga
aktif tersebut, hanya 65 poskesdes yang beroperasi. Kebijakan untuk
mewujudkan desa siaga aktif dibutuhkan kerja kolektif yang saling
mendukung antara pemerintah kabupaten dalam hal ini Dinas Kesehatan,
lintas sektor, sampai dengan pemerintahan di tingkat pekon.
Keterbatasan petugas kesehatan di puskesmas untuk menjalankan fungsi
pelayanan kesehatan di pekon juga menjadi salah satu kendala yang
harus dicermati dan dicari jalan keluarnya. Salah satu upaya pemecahan
yang dilakukan saat ini antara lain adalah dengan memberlakukan jadwal
kunjungan poskesdes oleh petugas puskesmas di setiap pekon terutama
pada pekon yang sulit dijangkau.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 58
Analisa Efisiensi Pengunaan Sumber Daya
Penggunaan sumberdaya dalam hal ini adalah alokasi anggaran
yang digunakan dan dengan mengukur SDM yang ada, maka
penggunaan sumberdaya yang ada cukup efisien. Berikut adalah
perbandingan antara capaian kinerja sasaran dengan capaian keuangan:
Indikator sasaran Tingkat Capaian Kinerja
Tingkat Capaian Keuangan
Cakupan Desa Siaga Aktif 84,5% 99.51%
Program dan Kegiatan Pendukung Pencapaian Sasaran
Program dan kegiatan yang dilaksanakan untuk pencapaian indikator
sasaran 1 adalah:
A. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat:
1. Pembinaan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
Output yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra (5 Tahun
Tingkat Capaia
n
1) Terlaksananya pembinaan UKBM
15 kec 450 kader
15 kec 450 kader
15 kec 1700 kader
15 kec 2000 kader
100% 62.5%
2) Monitoring pelaksanaan poskesdes
15 poskesde
s 1 pekon
pemenang lomba pekon
15 oskesdes 1 pekon
pemenang lomba pekon
15 poskesde
s 1 pekon
pemenang lomba pekon
15 poskesde
s 2 pekon
pemenang lomba pekon
75%
50%
3) Bimbingan teknis petugas promosi kesehatan puskesmas.
30 petugas promkes
30 petugas promkes
30 petugas promkes
30 petugas promkes
33.33%
Dengan kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaan
UKBM di pekon-pekon sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat dalam
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 59
pelaksanaan program kesehatan yang dilakukan melalui pembinaan
poskesdes, kader UKBM dan petugas promosi kesehatan di puskesmas.
2. Promosi Kesehatan Melalui Media.
Output yang dihasilkan dari kegiatan adalah sebagai berikut:
Indikator output Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun
Tingkat Capaian
Terlaksananya promosi kesehatan melalui media dan penyebarluasan informasi kesehatan
1 radio 300 kali
siar, 1iklan media cetak,
250 bh x-banner, 80 bh
spanduk, 2000 bh stiker, 3000 lmbr
leaflet, 2500 lmbr
poster, 525 PIN
1 radio 300 kali
siar, 1iklan media cetak, 250 bh
x-banner, 80 bh
spanduk, 2000 bh stiker, 3000 lmbr
leaflet, 2500 lmbr
poster, 525 PIN
1 radio 200 kali
siar, 1 iklan media cetak, 200 bh
x-banner, 3000bh poster, 1000 bh stiker,
1500 lbr booklet.
1 radio 1750
kali siar, 3 iklan media cetak, 350 bh
x-banner, 3000 bh poster, 2000 bh stiker,
1500 lbr booklet.
100% 30%
33.33%
57.14%
100%
50%
100%
Dari kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan penyebaran
informasi dan promosi pelaksanaan program dan kegiatan kesehatan
dengan menggunakan media promosi baik yang berupa media cetak,
media massa, dan siaran radio.
3. Kampanye ABAT (Aku Bangga Aku Tahu) HIV/AIDS.
Output yang dihasilkan dari pelaksanaan kegiatan adalah:
Indikator output
Target
Realisasi
(2017)
Realisasi
(2017)
Realisasi s/d 2017
Target Renstr
a (5
Tahun)
Tingkat Capaia
n
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 60
Terlaksananya Kampanye ABAT HIV/AIDS di sekolah.
5 SMP 10
SMA
5 SMP 10 SMA
5 SMP 10 SMA
10 SMP,
20 SMA
20 SMP 15
SMA
50% 133,3%
Dengan dilaksanakannya kegiatan Kampanye ABAT maka
tersampaikannya diseminasi informasi tentang penyakit HIV/AIDS kepada
pelajar sekolah yang merupakan usia rentan terhadap resiko penularan
HIV/AIDS, sehingga para pelajar tersebut mendapatkan informasi yang
tepat tentang bahaya HIV/AIDS dan cara penularannya.
4. Promosi Kesehatan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
Output yang dihasilkan dari kegiatan dapat dijelaskan sebagaimana
matriks di bawah ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra (5 Tahun
Tingkat
Capaian
1) Terlaksananya kawasan tanpa rokok di kecamatan dan pusksmas
15 puskesmas dan 5 Pekon
15 puskesmas dan 5 Pekon
5 pekon 5 pekon 100%
2) Tersosialisasinya KTR di Kecamatan
2 baliho ukuran
besar, 17 baliho ukuran sedng, Back drop, 2000
leaflet,1000 stiker, spanduk,
buku saku, 353 baju kaos
2 baliho ukuran
besar, 17 baliho ukuran sedng, Back drop, 2000
leaflet,1000 stiker, spanduk,
buku saku, 353 baju kaos
2 baliho ukuran
besar, 17 baliho ukuran sedng, Back drop, 2000
leaflet,1000 stiker, spanduk,
buku saku, 353 baju kaos
2 baliho ukuran
besar, 17 baliho ukuran sedng, Back drop, 2000
leaflet,1000 stiker, spanduk,
buku saku, 353 baju kaos
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 61
Dengan dilaksanakannya kegiatan ini diharapkan agar berfungsinya
pelaksanaan program Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang pada tahun
2017 difokuskan pada pelaksanaan KTR di 5 pekon sebagai pilot project
yang merupakan bagian dari upaya pengendalian konsumsi rokok di
wilayah Lampung Barat.
5. Sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Output yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra (5 Tahun
Tingkat Capaia
n
Terlaksananya pembinaan ke masyarakat tentang 10 indikator PHBS
15 kecamata
n, 600 kader kesehatan
, 20 SMP
15 kecamata
n, 600 kader kesehatan
, 20 SMP
15 kecamata
n, 600 kader kesehatan
, 20 SMP
15 kecamata
n, 1200 kader
kesehatan,
20 SMP
100%
50%
100%
Dengan dilaksanakannya kegiatan ini maka diharapkan
tersampaikannya diseminasi informasi dan pembinaan pada masyarakat
untuk menerapkan perilaku hidup bersih pada strata rumah tangga
dengan menerapkan 10 indikator PHBS. Kegiatan dilaksanakan dengan
melibatkan kader kesehatan yang ada di setiap kecamatan dan juga
terhadap anak sekolah tingkat menengah pertama.
2. Sasaran Strategis “Meningkatnya lingkungan sehat”.
Untuk mengukur keberhasil pencapaian sasaran strategis tersebut
di atas, ditetapkan 4 indikator yaitu:
A. Persentase cakupan Tempat-tempat Umum (TTU) yang memenuhi
syarat kesehatan
Salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap derajat
kesehatan masyarakat adalah kondisi lingkungan yang tercermin antara
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 62
lain dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar.
Lingkungan merupakan salah satu variable yang kerap mendapat
perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Untuk
menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan
lingkungan sehat telah dipilih empat indikator, yaitu persentase keluarga
yang memiliki akses air bersih, presentase rumah sehat, keluarga dengan
kepemilikan sarana sanitasi dasar, Tempat Umum dan Pengolahan
Makanan (TUPM) .
Tempat-tempat umum (TTU) merupakan sarana yang dikunjungi
oleh banyak orang dan dikhawatirkan dapat menjadi tempat penyebaran
penyakit. TTU yang sehat adalah tempat umum yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah,
sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai yang
sesuai dan pencahayaan yang baik. Tahun 2017 Dinas Kesehatan
Kabupaten Lampung Barat menetapkan target persentase cakupan TTU
yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 63%.
Sasaran khusus yang harus diberikan dalam pengawasan tempat -
tempat umum meliputi :
a) Manusia sebagai pelaksana kegiatan (kebersihan secara umum
maupun personal hygiene)
b) Alat - alat kebersihan
c) Tempat kegiatan
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Persentase cakupan TTU yang memenuhi syarat kesehatan
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
100 % 87 39,12 37.6 134.645
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 63
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2017 2016 2014 2012
65% 92,99% 143,06% 87,32% 63% 91,5% -
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
65% 92,99% 96,22%
Realisasi pada tahun 2017 jauh melampaui target tahun 2017 dan
target akhir renstra. Tetapi jika dibandingkan dengan capaian tahun 2017,
terjadi peningkatan capaian di tahun 2017. Hal ini menggambarkan bahwa
kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan
khususnya di tempat-tempat umum sudah semakin membaik bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tetapi walaupun demikian
diperlukan pembinaan dan pengawasan secara terus menerus agar
keadaan kesehatan terutama terutama Tempat-tempat Umum menjadi
semakin berkembang.
Faktor - faktor yang mendukung keberhasilan:
a) Mulai tumbuhnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya TTU
yang harus memenuhi syarat kesehatan.
b) Puskesmas melaksanakan inspeksi sanitasi di TTU.
c) Adanya pembinaan yang dilakukan secara terus menerus untuk
mendorong terciptanya TTU yang memenuhi syarat kesehatan.
d) Dengan adanya keterlibatan semua unsur baik dari Dinas Kesehatan,
Kelurahan atau Pekon, dan Lembaga swadaya masyarakat yang
semakin peduli dengan pentingnya kesehatan bagi kita.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 64
B. Persentase cakupan rumah yang memenuhi syarat kesehatan
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal
atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah sehat adalah
bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah
yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih, pembuangan sampah,
sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan hunian
rumah yang sesuai dan lantai yang tidak terbuat dari tanah (kedap air).
Syarat rumah sehat: a) pencahayaan: cukup terang di semua
ruangan untuk membaca; b) atap: tidak bocor; c) dinding: bersih, kering
dan kuat; d) tersedia jamban keluarga yang sehat; e) tersedia air bersih; f)
pengudaraan: segar, banyak udara yang masuk; g) lantai: bersih, teratur,
rapi, ada dinding pemisah, bebas tikus dan nyamuk; h) ada sarana
pembuangan air limbah.
Bagi sebagian besar masyarakat, rumah merupakan tempat
berkumpul bagi semua anggota keluarga dan menghabiskan sebagian
besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan dapat berperan
sebagai media penularan penyakit di antara anggota keluarga atau
tetangga sekitarnya.
Cakupan rumah sehat adalah persentase jumlah rumah sehat yang
ada di wilayah kerja puskesmas pada kurun waktu 1 tahun. Target tahun
2017 adalah sebesar 70%.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Persentase cakupan rumah yang memenuhi syarat kesehatan
Target
Tahun
2017
Satuan
Realisasi
Tahun
2017
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw.
IV
75 % 57,5 16,89
7,51 7,24 25,86
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 65
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2017 2016 2014 2013
75% 57,5% 76,67% 58.90% 55,04% - -
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
75% 57,5% 76,67%
Realisasi tahun 2017lebih rendah dari target tahun 2017 dan target
akhir renstra. Terdapat selisih sebesar 17,5% untuk mencapai target akhir
renstra tahun 2017. Diperlukan upaya yang lebih untuk tercapainya hasil
yang diharapkan.Namun jika dibandingkan dengan capaian tahun 2017,
hasil tahun 2017 mengalami penurunan sebesar lebih kurang 1 % dari
tahun 2017, sehingga dapat disimpulkan hasil tahun 2017 dibawah target
capaian indikator kinerja. Tidak tercapainya Kecamatan Sehat pada tahun
2017 untuk dinominasikan ke penilaian provinsi Lampung memberikan
kontribusi terbesar dalam rendahnya pencapaian kinerja sasaran
peningkatan lingkungan sehat.
Faktor-faktor yang menghambat tercapainya keberhasilan :
a) Masih kurangnya pembinaan yang dilakukan oleh petugas ke
masyarakat.
b) Belum optimalnya kemampuan petugas kesehatan lingkungan di
puskesmas dalam menjalankan program di masyarakat.
c) Perilaku masyarakat selaku penghuni rumah yang masih
mengabaikan faktor kebersihan dan kesehatan rumah tinggalnya.
d) Minimnya pengetahuan masyarakat tentang kriteria rumah sehat.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 66
e) Faktor ekonomi yang rendah berdampak pada kemampuan
masyarakat untuk dapat membangun rumah yang memenuhi syarat
sehat.
f) Rendahnya kriteria penilaian pekon/kecamatan untuk dijadikan
nominasi kecamatan sehat.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan sebagai pemecahannya:
a) Meningkatkan pembinaan di masyarakat.
b) Melakukan upaya promosi di masyarakat secara berkesinambungan.
c) Memberikan stimulan untuk masyarakat khususnya yang memiliki
keterbatasan ekonomi.
d) Memberikan contoh rumah yang memenuhi syarat-syarat rumah
sehat.
C. Persentase cakupan tempat pengolahan makanan yang
memenuhi syarat kesehatan
Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) adalah usaha pengelolaan
makanan yang meliputi : jasa boga atau katering, rumah makan dan
restoran, depot air minum, kantin, dan makanan jajanan. Jumlah TPM
yang terdaftar adalah jumlah seluruh TPM yang tercatat baik yang telah
bersertifikat laik hygiene sanitasi maupun yang belum memiliki sertifikat
laik hygiene sanitasi di wilayah kerja puskesmas dan atau Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP).
Jumlah TPM sehat adalah jumlah TPM yang memenuhi
persyaratan hygiene sanitasi di suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Persentase TPM Sehat adalah jumlah TPM sehat (memenuhi persyaratan
hygiene sanitasi) di suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dibagi
dengan jumlah TPM seluruhnya di suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu dikalikan 100 %. Jumlah TPM seluruhnya adalah jumlah TPM
memenuhi persyaratan hygiene sanitasi dan TPM yang tidak memenuhi
syarat hygiene sanitasi. Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Barat
menetapkan target 65% pada tahun 2017.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 67
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Persentase cakupan tempat pengolahan makanan yang
memenuhi syarat kesehatan
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
70 % 67,4 68,2 69,5 71,3
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2017 2016 2014 2013
70% 69,1% 98,7% 64,33% 66,75% 67,54 -
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
70% 66.93% 98,7%
Realisasi yang berhasil dicapai yaitu 66,93%, lebih tinggi
dibandingkan target yang ditetapkan sehingga capaiannya adalah 98,7%.
Namun masih lebih rendah dari target di Renstra yaitu 70%, di tahun 2017
diharapkan capaian indikator kinerja akan bisa memenuhi target dalam
Renstra.
Tercapainya target ditahun 2017 antaralain dikarenakan adanya
dukungan dana yang dialokasikan di tahun 2017 sehingga dapat
dilakukan pembinaan dan sosialisasi tentang pentingnya TPM yang
memenuhi standar kesehatan di masyarakat. namun demikian masih
ditemukan beberapa faktor yang masih menjadi kendala dalam
pelaksanaan untuk pencapaian target indikator ini.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 68
Faktor-faktor yang menghambat tercapainya keberhasilan :
a) Masih rendahnya pemahaman pemilik TPM tentang pentingnya syarat
kesehatan untuk usaha miliknya mengingat dampak yang dapat
ditimbulkan bagi masyarakat yang mengkonsumsi produk makanan
yang mereka jual.
b) Banyaknya pengelola TPM yang tidak mengetahui bahwa untuk
mendirikan TPM memerlukan syarat kesehatan tertentu.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan sebagai pemecahannya:
a) Meningkatkan pembinaan dan pengawasan pengelolaan TPM di
masyarakat.
b) Melakukan upaya promosi di masyarakat secara berkesinambungan.
c) Meningkatkan jumlah TPM yang memiliki sertifikat layak higiene yang
dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan.
d) Dibutuhkannya komitmen antara pemerintah daerah, pengelola, dan
konsumen untuk mendukung program pengawasan pangan.
D. Jumlah Desa yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan
untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan
masyarakat dengan metode pemicuan. Hygiene adalah upaya kesehatan
dengan cara memelihara kebersihan individu subyeknya. Misalnya
mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring
melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak
untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan. Sanitasi adalah
upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air untuk mencuci
tangan, menyediakan tempat sampah untuk menjaga agar sampah tidak
dibuang sembarangan.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 69
Sanitasi total berbasis masyarakat ini menekankan kepada 5 (lima)
perubahan perilaku hygienis. Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu
komunitas:
(1) tidak buang air besar (BAB) sembarangan;
(2) mencuci tangan pakai sabun;
(3) mengelola air minum dan makanan yang aman;
(4) mengelola sampah dengan benar;
(5) mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
Jumlah pekon di Kabupaten Lampung Barat adalah 136 pekon,
tahun 2017 ditargetkan 52% dari 136 pekon tersebut sudah melaksanakan
STBM.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Jumlah Desa yang melaksanakan STBM
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
63 % 46 47.9 50.1 52
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2014 2013 2012
63 52% 82,54 75.23% 22.79% - -
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2017 2016 2014 2013
63% 52% 82,54% 33,1% 22.79% - -
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
63% 52% 82,54%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 70
Jumlah pekon yang sudah melaksanakan STBM pada tahun 2017
sebanyak 71 pekon (52%) dari 86 pekon (63%) yang ditargetkan.
Sedangkan sampai tahun 2017 ditargetkan 86 pekon (63%) sudah
melaksanakan STBM, sehingga untuk mencapai target akhir renstra masih
adalah 25 pekon lagi yang harus dilakukan pembinaan untuk
melaksanakan STBM.
Faktor-faktor yang menghambat tercapainya keberhasilan :
a) Keterbatasan jumlah tenaga sanitarian, hanya ada 1 tenaga sanitarian
yang bertugas di Kabupaten Lampung Barat.
b) Meski tenaga kesehatan lingkungan di puskesmas sudah dilatih,
namun upaya untuk melakukan pemicuan STBM di wilayah kerjanya
belum optimal.
c) PHBS yang masih rendah di masyarakat.
Faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan STBM:
a) Tersedianya alokasi anggaran untuk mendukung pelaksanaan STBM
dengan melaksanakan pemicuan yang diikuti dengan pemberian
stimulan jamban.
b) Tenaga pengelola kesehatan lingkungan di puskesmas sudah terlatih
untuk melaksanakan pemicuan STBM di pekon-pekon.
c) Mulai adanya komitmen dari masyarakat untuk melaksanakan STBM,
diantaranya dengan membatu pemerintah daerah dalam pelaksanaan
pembuatan jamban di pekon.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan sebagai pemecahannya:
a) Meningkatkan pembinaan di masyarakat untuk melaksanakan STBM.
b) Melakukan upaya promosi PHBS di masyarakat secara
berkesinambungan.
c) Meningkatkan jumlah desa yang melaksanakan pemicuan STBM.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 71
Analisa Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Penggunaan sumberdaya dalam hal ini adalah alokasi anggaran
yang digunakan dan dengan mengukur SDM yang ada, maka
penggunaan sumberdaya yang ada cukup efisien. Meskipun terdapat 2
indikator sasaran yang hanya didukung oleh satu kegiatan secara
bersamaan. Berikut adalah perbandingan antara capaian kinerja sasaran
dengan capaian keuangan:
Indikator sasaran Tingkat Capaian Kinerja
Tingkat Capaian Keuangan
Persentase cakupan TTU yang memenuhi syarat kesehatan.
143,06% 93.18%
Persentase cakupan tempat pengolahan makanan yang memenuhi syarat kesehatan.
76,67% 99.21%
Persentase cakupan rumah yang memenuhi syarat kesehatan.
98,7% 95.7%
Jumlah Desa yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).
82,54%
Program dan Kegiatan Penunjang Pencapaian Sasaran Strategis 2:
A. Program Pengembangan Lingkungan Sehat :
1. Pembinaan dan Pengawasan Hygiene Sanitasi Tempat Pengolahan
Makanan (TPM).
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 72
Output yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terlaksananya pembinaan dan pengawasan Hygine Sanitasi TPM
30 pengelola Tempat
Pengelola Makanan
di 3
kecamatan.
30 pengelola Tempat
Pengelola Makanan
di 3
kecamatan.
30 pengelola Tempat
Pengelola Makanan
di 3
kecamatan.
60 pengelola Tempat
Pengelola Makanan
di 6
kecamatan.
50%
50%
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan pembinaan dan
pengawasan tempat pengolahan makanan produksinya dikonsumsi oleh
masyarakat dapat berfungsi sebagaimana seharusnya. Pengawasan
dilakukan khususnya terhadap aspek hygiene dan sanitasi di tempat
tersebut, kedua faktor tersebut berdampak signifikan terhadap kualitas
dan kebersihan makanan yang dihasilkan oleh TPM. Kebersihan yang
tidak terjamin di TPM dapat menyebabkan makanan yang dijual kepada
masyarakat tidak layak konsumsi dan kemungkinan dapat menyebabkan
berbagai penyakit yang berbahaya untuk kesehatan konsumennya.
2. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Output dari kegiatan STBM ini adalah sebagai berikut:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya sosialisasi dan pemicuan menuju desa STBM.
8 pekon 8 pekon 16 pekon
8 kec
16 pekon 10
kecamatan
100 %
80%
Dengan kegiatan ini diharapkan upaya pemberdayaan masyarakat
dalam pemenuhan kebutuhan sanitasi dasar di lingkungannya, yang
diantaranya dengan melakukan pemicuan Desa STBM yang merupakan
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 73
inisiatif dan komitmen masyarakat pekon dapat terus dilakukan dan dapat
mencapai target yang sudah ditetapkan.
3. Pengembangan Kota dan Kabupaten Sehat
Output yang dihasilkan adaalah sebagai berikut:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terlaksananya pembinaan forum komunikasi kecamatan sehat di Lampung Barat
5 kecamata
n
5 kecamata
n
5 kecamata
n
15 kecamata
n
100%
Terbentuknya 2 forum komunikasi kecamatan sehat
2 kecamata
n
2 kecamata
n
15 kecamata
n
15 kecamata
n
100%
Dengan adanya kegiatan upaya untuk pembentukan Kabupaten
Lampung Barat sebagai Kabupaten Sehat dengan melibatkan unsur
aparat di tingkat kabupaten, kecamatan dan pekon dapat dilaksanakan
dan forum kecamatan sehat yang sudah dibentuk dapat dilakukan
pembinaan secara terus menerus terhadap aspek-aspek yang akan
dilakukan penilaian oleh tim pusat.
3. Sasaran Strategis “Meningkatnya upaya pencegahan dan
penyembuhan akibat penyakit dan menurunnya angka kesakitan
berbagai penyakit”.
Untuk mengukur keberhasil pencapaian sasaran strategis tersebut
di atas, ditetapkan indikator – indikator sebagai berikut:
A. Accute Paralysis (AFP) rate per 100.000 pddk < 15 th
Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dari 15 tahun
dengan kelumpuhan yang sifatnya flacid (layuh) terjadi secara akut
(mendadak) dan bukan disebabkan oleh rudapaksa. Kasus AFP non polio
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 74
adalah kasus AFP yang pada pemeriksaan spesimennya tidak ditemukan
virus polio liar atau kasus AFP yang ditetapkan oleh tim ahli sebagai kasus
AFP non polio dengan kriteria tertentu. Definisi dari AFP rate per 100.000
penduduk < 15 tahun adalah jumlah kasus AFP non polio yang ditemukan
diantara 100.000 penduduk<15 tahun pertahun di satu wilayah kerja
tertentu. Target yang akan dicapai pada tahun 2017 adalah 100%. target
yang ditetapkan adalah 2 kasus dalam 1 tahun.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 pddk < 15 th
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
100 % 0 35 42 23
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2017 2016 2014 2013
100% 100% 100% 50% 100% 100% 100%
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
100% 100% 100%
Target yang ditetapkan berdasarkan SPM adalah 2 kasus AFP per
100.000 penduduk < 15 tahun. Berdasarkan laporan yang disampaikan
oleh petugas di puskesmas jumlah kasus yang didapat adalah 1 kasus
suspect AFP, sehingga realisasi tahun 2017 sebesar 50%. Capian ini
sama dengan tahun sebelumnya.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 75
B. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA
(+)
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
olehkuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman
TBmenyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya.Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
didunia terutama negara-negara yang sedang berkembang. Penemuan
pasien baru TBC BTA (+) adalah penemuan pasien TB melalui
pemeriksaan dahak sewaktu pagi dan sewaktu (SPS) dan diobati di unit
pelayanan kesehatan. Pengukuran dilakukan dengan menghitung jumlah
pasien baru TBC BTA (+) yang ditemukan dan diobati dibagi jumlah
perkiraan pasien baru TBC BTA (+) dikali 100%.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC
BTA (+)
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
70 % 8,9 9,22 26,5 52,6
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2017 2016 2014 2013
70% 52,6 75,14 41.15% 41% 27.78% 41.1%
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
70% 52,6% 75,14%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 76
Angka cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit
TBC BTA (+) tahun 2017 sebesar 52,6 % tahun 2017 jauh lebih tinggi dari
realisasi pada tahun 2017 yaitu sebesar41.15%, meskipun demikian
capaian tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan target yang
ditetapkan yaitu 70%. Rendahnya realisasi disebabkan estimasi
penemuan penderita yang terlalu tinggi 160/100.000 penduduk karena
sampel untuk penetapan jumlah sasaran diambil di wilayah perkotaan.
Untuk tahun 2017, data laporan yang masuk ke Dinas Kesehatan baru
sampai triwulan III, sehingga kemungkinan masih akan ada kenaikan
capaian indikator.
Upaya untuk menunjang penemuan penderita TB juga dilakukan
oleh pihak swasta, namun penjaringan penderita baru ini dilakukan melalui
pemeriksaan rontgen sehingga tidak dapat dihitung sebagai penemuan
penderita TBC BTA (+) karena indikator ini hanya bisa diukur melalui hasil
pemeriksaan dahak suspect.
Faktor yang menentukan keberhasilan dan penghambat
keberhasilan cakupan penemuanpenderita penyakit TBC BTA (+), antara
lain:
Faktor penunjang keberhasilan:
a) Proses penjaringan penderita oleh tenaga puskesmas.
b) Kemampuan petugas puskesmas untuk melakukan pemeriksaan
dahak penderita.
c) Puskesmas memiliki laboratorium yang mampu melakukan
pemeriksaan dahak.
d) Adanya program dan kegiatan yang mendukung sebagai upaya
penemuan dan kesembuhan penderita penyakit TBC BTA (+) yang
dibiayai pemerintah daerah.
e) Kesadaran, kepedulian dan pengetahuan masyarakat yang harus
ditingkatkan.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 77
Faktor penghambat keberhasilan:
a) Stigma di masyarakat mengenai penderita TB yang berdampak pada
adanya rasa malu untuk melakukan pemeriksaan dan cenderung
untuk menyembunyikan penyakitnya.
b) Suspect mengalami kesulitan saat ingin melakukan pemeriksaan
karena kesulitan untuk mengeluarkan dahak.
c) Tidak semua puskesmas memiliki tenaga laboratorium/analis untuk
melakukan pemeriksaan dahak. Dari 15 puskesmas yang ada hanya
7 puskesmas yang memiliki tenaga analis yaitu Puskesmas Tebu,
Sumberjaya, Fajar Bulan, Air Hitam, Sekincau, Kenali, Liwa, dan Batu
Brak.
Upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah
antara lain:
a) Rekruitmen petugas laboratorium/analis untuk puskesmas.
b) Refreshing dan peningkatan kapasitas petugas laboratorium yang ada.
c) Melengkapi sarana prasarana yang mendukung program TB.
d) Penanaman pemahaman pada masyarakat bahwa penyakit TB adalah
penyakit menular yang dapat disembuhkan.
e) Peningkatan status ekonomi masyarakat sebagai upaya preventif
pencegahan penyakit TB.
f) Peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan kebersihan
lingkungan tempat tinggal.
g) Keterlibatan dan kerja sama anatar lintas sektoral sangat dibutuhkan
mencapai keberhasilan penanganan dan pengendalian penyakit TB
tersebut.
C. Cakupan Desa/Kelurahan yang mengalami KLB yang dilakukan
penyelidikan epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi yang dilakukan disini adalah cakupan
desa/kelurahan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) yang dilakukan
penyelidikan epidemiologi < 24 jam. KLB adalah timbulnya atau
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 78
meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna
secara epidemiologis pada suatu desa/kelurahan dalam waktu tertentu.
a. Ditangani adalah mencakup penyelidikan dan penanggulangan KLB
b. Pengertian kurang dari 24 jam adalah sejak laporan W1 diterima
sampai penyelidikan dilakukan dengan catatan selain formulir W1 dapat
juga berupa fax atau telepon.
Penyelidikan KLB adalah rangkaian kegiatan berdasarkan cara-cara
epidemiologi untuk memastikan adanya suatu KLB, mengetahui gambaran
penyebaran KLB dan mengetahui sumber dan cara - cara
penanggulangannya.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian cakupan Desa/Kelurahan yang mengalami KLB
yang dilakukan penyelidikan epidemiologi
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
100 % 100 100 100 100
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2017 2016 2014 2013
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
100% 100% 100%
Pencapaian cakupan penyelidikan epidemiologi tahun 2017
berhasil mencapai target yang ada. Tidak ada kasus KLB (0 kasus)
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 79
karena semua kasus ditanagani sebelum 24 jam atau sebelum menjadi
KLB. Laporan yang didapat berdasarkan hasil penyelidikan dan
penanggulangan KLB yang dilakukan oleh petugas puskesmas dan juga
laporan dari masyarakat dan media massa.
Faktor-faktor pendukung keberhasilan:
a) Dukungan pembiayaan dari APBD untuk melaksanakan kegiatan
penyelidikan epidemiologi.
b) Dilakukannya kegiatan surveilans yang memungkinkan untuk
memonitor perkembangan suatu penyakit.
c) Partisipasi masyarakat dalam mengantisipasi dan memonitor kejadian-
kejadian tertentu di wilayahnya yang khususnya berkaitan dengan
penyakit merupakan salah satu faktor penting dalam penanganan KLB
untuk kemudian dilakukan penyelidikan epidemiologi.
D. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI)
UCI (Universal Child Imunization) adalah tercapainya imunisasi
dasar secara lengkap pada bayi (0 – 11 bulan), Ibu hamil, WUS, dan anak
sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1
dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis
Campak. Ibu hamil dan WUS meliputi 2 dosis TT. Anak sekolah tingkat
dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak, dan 2 dosis TT.
Cakupan desa/kelurahan UCI adalah desa/kelurahan dimana ≥80%
dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi
dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Dihitung berdasarkan jumlah
desa/kelurahan dibandingkan seluruh desa/kelurahan dikali 100.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI)
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
100 % 52 65 85 99
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 80
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2017 2014 2013 2012
100% 99% 99% 98% 97.61% 97% 100%
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
100% 99% 99%
Capaian cakupan UCI pekon/kelurahan tahun 2017 sebesar 99%
lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2017. Berdasarkan SPM
bidang kesehatan yang ditetapkan secara nasional maka pada tahun 2010
cakupan UCI pekon/kelurahan semestinya sudah mencapai 100%. Angka
cakupan 98% didapatkan berdasarkan hasil pelaksanaan program
imunisasi di 136 pekon di Lampung Barat, belum tercapainya target 100%
dikarenakan tidak meratanya cakupan antigen tiap-tiap vaksin akibat
sasaran bayi yang tidak tepat jadwal imunisasinya dan adanya bayi-bayi
yang berada di luar wilayah.
Faktor yang menentukan keberhasilan dan penghambat
keberhasilan cakupan UCI pekon/kelurahan, antara lain:
1) Faktor penunjang keberhasilan:
a) Peran aktif masyarakat melalui posyandu dan kader posyandu.
b) Aktifnya petugas puskesmas dalam pelaksanaan program
imunisasi.
c) Ketersediaan logistic imunisasi pada setiap puskesmas.
d) Penyediaan stok vaksin dari pemerintah pusat.
e) Program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah).
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 81
2) Faktor penghambat keberhasilan:
a) Tidak semua masyarakat bersedia bayinya diimunisasi.
b) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi
bagi kita.
c) Pencatatan dan pelaporan dari posyandu dan puskesmas belum
optimal.
3) Upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah
antara lain:
a) Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai imunisasi.
b) Pemberian reward bagi petugas yang berprestasi
c) Refreshing kader penanggung jawab imunisasi di puskesmas.
E.Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai
dengan:
Panas mendadak berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari tanpa
sebab yang jelas.
Tanda-tanda perdarahan (sekurang-kurangnya uji Torniquet positif).
Disertai/tanpa pembesaran hati (hepatomegali)
Trombositopenia (Trombosit ≤ 100.000/µl)
Peningkatan hematokrit ≥ 20%
Mual dan muntah disertai sakit kepala
Nyeri sendi dan otot
Terjadi perdarahan aktif pada kasus lanjut
Pengukuran indikator ini dengan menghitung penderita DBD yang
ditangani sesuai standar di satu wilayah dalam waktu 1 (satu) tahun
dibandingkan dengan jumlah penderita DBD yang ditemukan/dilaporkan
pada waktu yang sama di kali 100.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 82
Analisa Capaian Kinerja
Capaian cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit
DBD
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
100 % 100 100 100 100
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2017 2016 2014 2013
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
100% 100% 100%
Realisasi cakupan dari tahun 2012 – 2017 semuanya berhasil
memenuhi target yang ditetapkan baik target kabupaten maupun target
nasional yaitu 100% penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD.
Pada tahun 2013 jumlah kasus DBD sebanyak 56 kasus dan pada tahun
2014 mengalami peningkatan kasus kembali menjadi 77 kasus. Tahun
2016ditemukan kasus DBD 14 kasus menurun dibanding tahun 2014, hal
ini disebabkan Lampung Barat bukan merupakan daerah endemis
penyakit DBD, selama ini penyumbang kasus terbesar dihasilkan dari
kecamatan-kecamatan yang ada di wilayah Pesisir Barat. Tahun
2017terdapat 83 kasus DBD yang ditemukan dan ditangani sehingga
pencapaian realisasi terhadap target adalah 100%.Dengan demikian
dapat disimpulkan angka kasus DBD mengalami fluktuasi yang cenderung
menurun mulai dari tahun 2013 sampai tahun 2017. Sedangkan untuk
penanganan kasus mencapaui 100% berarti setiap kasus dapat tertangani.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 83
F. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit Malaria
(Annual Parasite Incidence/API)
Malaria merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan menjadi ancaman di
daerah tropis dan subtropis yang mempengaruhi angka kematian bayi,
anak umur di bawah lima tahun dan ibu melahirkan serta menurunkan
produktivitas kerja. Indikator program ditentukan oleh Annual Parasite
Incidence (API) sebesar < 1/1.000 penduduk. Dinas Kabupaten Lampung
Barat menetapkan indikator API sampai dengan akhir renstra adalah
<1/1.000 penduduk (<1 per mil penduduk).
Analisa Capaian Kinerja
Capaian cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit Malaria
(Annual Parasite Incidence/API)
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
<1 per mil
pddk
0 0 0 0.088
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2014 2013 2012
<1 per
mil
pddk
0.088
per mill
pddk
100.2% 0.098 per
mil
penduduk
0.09 per
mil
penduduk
- -
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 84
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
<1 per mil penduduk 0.008 per mil
penduduk
100,2%
Di Kabupaten Lampung Barat API ratetelah berada pada 1/1.000
penduduk dan selama 3 tahun terakhir telah mengalami penurunan > 50%
dari tahun sebelumnya. Sedangkan sampai dengan tahun 2017 Lampung
Barat dapat dikatakan menuju eradikasi malaroa karena kasus malaria
yang ditemukan sangat sedikit sekali.
Faktor yang mendukung sehingga API rate berhasil < 1/1.000
adalah karena wilayah endemis Malaria sebelumnya di Lampung Barat
saat ini sudah menjadi bagian wilayah Kabupaten Pesisir Barat. Adapun
upaya-upaya Pemerintah Kabupaten Lampung Barat melalui Dinas
Kesehatan dalam menangani penyakit Malaria, diantaranya:
(1) Mencegah dan menanggulangi Malaria secara dini dengan
melakukan survei kontak, strategi ini dilakukan dengan mengaktifkan
deteksi dini Early Warning Alert System mingguan berbasis short
message system (sms). Seluruh penyakit yang terdeteksi di wilayah
Kabupaten Lampung Barat termasuk malaria dilaporkan oleh
puskesmas tiap minggu ke Dinas Kesehatan untuk kemudian
dianalisis dan segera dilakukan tindakan yang diperlukan.
(2) Pencarian penderita aktif dengan melakukan survei kontak. Jika
ditemukan 1 kasus malaria, akan segera dilakukan pengambilan
sampel darah radius 500 m dari rumah penderita sebanyak 25
sampel. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah telah terjadi
penularan penyakit malaria di wilayah tersebut ataukah kasus
malaria yang ada akibat interaksi penderita dari luar wilayah
Lampung Barat.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 85
(3) Deteksi dini malaria pada ibu hamil. Hal ini berguna untuk mencegah
kasus malaria karena akan memiliki dampak penyakit lainnya bagi
ibu hamil sehingga dikhawatirkan akan mengganggu perkembangan
janin.
(4) Peningkatan peran serta masyarakat melalui pembentukan Pos
Malaria Desa (Posmaldes).
Analisa Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Penggunaan sumberdaya dalam hal ini adalah alokasi anggaran
yang digunakan dan dengan mengukur SDM yang ada, maka
penggunaan sumberdaya yang ada cukup efisien. Berikut adalah
perbandingan antara capaian kinerja sasaran dengan capaian keuangan:
Indikator sasaran Tingkat Capaian Kinerja
Tingkat Capaian Keuangan
Accute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 pddk < 15 th
52% 99.50
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA (+)
75,4% 99.27
Cakupan Desa/Kelurahan yang mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi
100% 95.07
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI).
99% 91.33
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD.
100% 99.53
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit Malaria (Annual Parasite Incidence/API).
100,2% 88,9
Program dan Kegiatan Penunjang Pencapaian Sasaran
A. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular:
1. Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 86
Output yang dihasilkan dari kegiatan adalah sebagai berikut:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya bulan imunisasi anak sekolah (BIAS)
242 SD/MI
242 SD/MI
242 SD/MI
249 SD/MI
95.58%
Terlaksananya pertemuan persiapan BIAS
26 orang 26 orang 26 orang 26 orang 100%
Dengan dilaksanakannya kegiatan ini diharapkan kegiatan pemberian
imunisasi untuk melindungi anak sekolah dari penyakit campak, tetanus
dan difteri yang diberikan pada anak sekolah kelas 1, 2 dan 3 dengan
target 98% dapat mencapai target yang diharapkan.
2. Pencegahan penularan penyakit endemik/epidemik.
Output yang dihasilkan adalah berikut ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terdeteksinya penyakit akibat flu burung
3 kecamata
n
3 kecamata
n
3 kecamata
n
6 kecamata
n
50%
Terlaksananya pertemuan evaluasi petugas surveilans program flu burung
30 orang 30 orang 30 orang 30 orang 100%
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya pencegahan terhadap
kemungkinan terjadinya kejadian epidemik penyakit menular dalam
komunitas atau daerah tertentu dalam hal ini yang berkaitan dengan
kasus flu burung. Kegiatan dilaksanakan dengan melakukan peningkatan
petugas surveilans dan melakukan pelacakan kasus setiap ada kasus
kematian unggas yang dianggap mencurigakan.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 87
3. Peningkatan pelayanan imunisasi.
Output yang dihasilkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya
imunisasi
136
pekon
136
pekon
136
pekon
136
pekon
100%
Terlaksananya
pertemuan
KIPI
35 orang 35 orang 35 orang 35 orang 100%
Terlaksananya
pertemuan
target
Universal Child
Immunization
(UCI)
30 orang 30 orang 30 orang 30 orang 100%
Terlaksananya
pertemuan
migrasi
software
berbasis web
30 orang 30 orang 30 orang 30 orang 100%
Kegiatan Peningkatan Pelayanan Imunisasi dilakukan untuk
menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Selanjutnya untuk
tercapainya target desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
100% pada tahun 2017 dimana 80% dari jumlah bayi yang ada di desa
tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap pada satu kurun waktu
tertentu.
4. Peningkatan surveilance epidemiologi dan penanggulangan
wabah/KLB.
Output dari kegiatan adalah sebagai berikut:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terlaksananya pelacakan kasus potensi KLB.
15 puskesma
s
15 puskesma
s
15 puskesma
s
15 puskesma
s
100%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 88
Kegiatan ini adalah kegiatan respon suatu sistem yang sangat penting
dalam pengendalian penyakit khususnya penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB atau wabah, dengan cara menganalisa hasil laporan
mingguan dari unit pelayanan kesehatan (puskesmas) ke Dinas
Kesehatan, dari analisa tersebut dapat diambil nilai ambang "alert" yang
mengindikasikan adanya sinyal suatu penyakit yang melampaui batas
toleransi yang membutuhkan suatu tindakan atau respon khusus dari
petugas kesehatan di puskesmas maupun pada tingkat kabupaten.
5. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan
dan pemberantasan penyakit.
Output dari kegiatan ini adalah:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terlaksananya Early Warning Alert Respon System (EWARS)
15 puskesma
s
15 puskesma
s
15 puskesma
s
15 puskesma
s
100%
Tersedianya komunikasi cepat
15 puskesma
s
15 puskesma
s
15 puskesma
s
15 puskesma
s
100%
Tercapainya ketepatan laporan mingguan
15 puskesma
s
15 puskesma
s
15 puskesma
s
15 puskesma
s
100%
Kegiatan ini berupa pelaksanaan Early Warning Alert Respon System
(EWARS) atau Sistem Kewaspadaan Dini di Kabupaten Lampung Barat
dengan mengaktifkan sms gate away di puskesmas yang dilaporkan
berjenjang tiap minggunya ke Dinas Kesehatan. Di Kabupaten Lampung
Barat, tahun 2017 kegiatan ini dilaksanakan khususnya untuk penanganan
kasus penyakit yang bisa ditanggulangi dengan imunisasi.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 89
6. Peningkatan pelayanan kesehatan penderita DBD.
Output yang dihasilkan dari kegiatan ini yaitu:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terlaksananya peningkatan kapasitas dalam penanganan kasus DBD
113 orang 15
puskesmas
136 pekon
36 orang 2
puskesmas
18 pekon
132 orang 2
puskesmas
18 pekon
240 orang 2
puskesmas
18 pekon
55% 100%
100%
Kegiatan ini dilakukan berkaitan dengan pencegahan dan
pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD). Upaya yang dilakukan berkaitan dengan kegiatan ini
antara lain adalah dengan melatih tenaga kader jumantik (juru pemantau
jentik) di pekon - pekon sasaran, pelaksanaan fogging, dan pemeriksaan
jentik di rumah penduduk.
7. Peningkatan pelayanan kesehatan penderita diare.
Output hasil pelaksanaan kegiatan adalah:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terlaksananya diseminasi informasi diare kepada kader PKK tingkat pekon
48 orang kader PKK di 2
Kecamatan.
48 orang kader PKK di 2
Kecamatan.
61 orang kader PKK di 2
Kecamatan.
175 orang kader PKK di 7
Kecamatan.
34.86%
28.57%
Kegiatan ini adalah kegiatan yang dilakukan untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat diare. Kegiatan dilakukan dengan
melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait mengingat bahwa diare
adalah penyebab utama kematian balita di Indonesia sehingga perlu
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 90
penanganan secara komprehensif yang tidak bisa hanya dilakukan oleh
Dinas Kesehatan dan jaringannya saja. Hal yang menjadi fokus adalah
pelaksanaan tata laksana yang tepat dalam penanganan kasus diare baik
di sarana pelayanan kesehatan maupun di rumah tangga.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan penderita malaria.
Realisasi output dari kegiatan ini dapat dilihat pada matriks berikut:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terlaksananya peningkatan kapasitas petugas P2 malaria
96 orang 96 orang 122 orang 280 orang 43.57%
Terlaksananya Pos Malaria Desa (Pos Maldes)
2 kecamata
n
2 kecamata
n
2 kecamata
n
15 kecamata
n
13.33%
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mempertahankan API rate hingga <
1/1.000 penduduk sehingga tidak menjadi masalah bagi kesehatan
masyarakat, mempertahankan angka konfirmasi laboratorium bagi kasus
Malaria klinis minimal 90% hingga 100% dan pengobatan menggunakan
ACT.
9. Peningkatan pelayanan kesehatan kusta.
Realisasi output dari kegiatan ini dapat dilihat pada matriks berikut:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya pelacakan kasus kusta
1600 orang
10 sd/mi
1600 orang
10 sd/mi
1600 orang
10 sd/mi
1600 orang
10 sd/mi
100%
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk menurunkan angka
prevalensi kusta hingga < 1/10.000 penduduk sehingga tidak menjadi
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 91
masalah kesehatan masyarakat, mempertahankan angka penemuan
penderita baru hingga ≤ 5/100.000 penduduk minimal 3 tahun berturut-
turut, meningkatkan kualitas tenaga kesehatan hingga minimal 75% telah
mendapat pelatihan kusta, dan untuk meningkatkan angka penemuan
melalui Active Case Finding. Dengan dilaksanakannya kegiatan ini
diharapkan menjadi daerah beban rendah (Low Burden) Kusta dalam
rangka menuju Eliminasi Kusta Tingkat Provinsi Tahun 2019.
10. Peningkatan pelayanan kesehatan penderita TBC.
Realisasi capaian output dari kegiatan ini sebagai berikut:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terlaksananya pelatihan petugas laboratorium TBC di BLK Provinsi Lampung
6 orang 15
puskesmas
6 orang 15
puskesmas
6 orang 15
puskesmas
15 orang 15
puskesmas
40% 100%
Secara umum tujuan kegiatan ini adalah untuk menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian penyakit TB Paru dengan cara
memutuskan rantai penularan. Kegiatan yang dilakukan antara lain
dengan peningkatan kapasitas petugas laboratorium di puskesmas dan
pembelian perbekalan kesehatan dan bahan kimia untuk pemeriksaan TB
Paru di puskesmas. Sasaran dari program penanggulangan penyakit TB
Paru adalah seluruh masyarakat yang ada di Kabupaten Lampung Barat
sebesar 85%, angka konversi sebesar 80%, angka kesembuhan (success
rate) sebesar 85% dan tidak ada kesalahan besar dalam pembacaan
laboratorium sebesar 5%.
11. Peningkatan pelayanan kesehatan penderita infeksi menular seksual
(IMS) HIV/AIDS.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 92
Realisasi output dari kegiatan ini sebagai berikut:
Indikator output Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya peningkatan kapasitas klinik voluntary counseling and testing (VCT)
120 ibu hamil
120 ibu hamil
120 ibu hamil
120 ibu hamil
100% 100%
Kegiatan ini ditujukan untuk mencegah dan mengurangi penyebaran
penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS. Sasaran dari
kegiatan ini semua orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dapat tertanggulangi
dengan target IMS yaitu menurunnya angka prevalensi kelamin kurang
dari 1%.
12. Peningkatan pelayanan kesehatan rabies dan GHPR.
Output yang dihasilkan dari pelaksanaan kegiatan yaitu:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terlaksananya kegiatan advokasi penanganan kasus rabies/GHPR
52 orang 2
puskesmas
52 orang 2
puskesmas
52 orang 2
puskesmas
104 orang 4
puskesmas
50% 50%
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mengeliminasi gigitan
hewan penular rabies dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat
dan koordinasi dengan lintas sektor terkait. Sasaran dari kegiatan adalah
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Gigitan Hewan Penular
Rabies (GHPR) hingga 0 kasus. Upaya yang dilakukan antara lain adalah
dengan melaksanakan advokasi pelaksanaan tata laksana rabies di
kecamatan se-Kabupaten Lampung Barat.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 93
13. Pencegahan dan Penanggulangan Filaris dan Kecacingan
Realisasi capaian output dari dilaksanakannya kegiatan adalah
sebagai berikut:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya pemberian obat kecacingan untuk pencegahan secara massal.
249 posyandu
249 SD/MI 174
PAUD.
249 posyandu
249 SD/MI 174
PAUD.
249 posyandu
249 SD/MI 174
PAUD.
249 posyandu
249 SD/MI 174
PAUD.
100%
95.58% 90.23%
Kegiatan ini ditujukan untuk sosialisasi tentang pentingnya
pemberian oat cacing untuk anak-anak. Kegiatan dilakukan sebagai
upaya pencegahan secara massal bagi anak-anak terhadap penyakit
kecacingan yang berdampak pada status kesehatan anak terutama untuk
macam-macam penyakit yang disebabkan oleh kecacingan
4. Sasaran Strategis “Meningkatnya upaya kesehatan masyarakat”.
Indikator kinerja utama (IKU) untuk sasaran strategis ini, yaitu:
A. Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup
Analisa Capaian Kinerja
AKI menunjukkan kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, pada
tahun 2017 jumlah kasus kematian ibu di Lampung Barat sebagaimana
tersebut dalam table di bawah ini:
Capaian AKI per 100.000 Kelahiran Hidup
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
101 Per
100.00
KH
<101
(1 kss)
<101
(1 kss)
<101
(2 kss)
<101
(2 kss)
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 94
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2017 2016 2014 2013
101 per
100.000
KH
<101
(6
kasus)
100% < 102 3 kasus
< 102 6 kasus
< 102 2 kasus
< 102 6 kasus
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
100 per 100.000 KH < 101
(6kasus)
100%
Perhitungan kematian ibu hanya dapat dihitung berdasarkan jumlah
kasus saja karena jumlah kelahiran hidup tidak sampai dengan 100.000
kelahiran. Jika dibandingkan dengan kejadian tahun-tahun sebelumnya
jumlah kasus kematian ibu masih lebih rendah.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap permasalahan kesehatan
ibu yang berdampak pada meningkatnya kasus kematian ibu secara garis
besar:
a) Kematian yang terjadi akibat dari 3 keterlambatan: terlambat
mengambil keputusan, terlambat untuk mencapai fasilitas kesehatan,
dan terlambat untuk mendapatkan penanganan.
b) Adat budaya yang masih melekat di masyarakat sehingga
menghambat upaya promotif dan preventif yang berakibat masih
kurangnya masyarakat memahami masalah kesehatan di
lingkungannya.
c) Masih terjadi disparitas akses pelayanan kesehatan ibu antara
kabupaten dan provinsi terkait dengan ketersediaan fasilitas
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 95
pelayanan kesehatan, distribusi dan kualitas tenaga kesehatan yang
ditempatkan di daerah.
d) Keterbatasan kepemilikan jaminan kesehatan pada ibu hamil dengan
alasan pendanaan.
e) Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan ibu dan bayinya.
Faktor - faktor yang berkontribusi untuk menurunkan kasus kematian ibu::
a) Adanya kegiatan kemitraan bidan dan dukun yang dikembangkan oleh
Kementerian Kesehatan.
b) Adanya pendanaan APBD untuk masyarakat miskin di luar kuota.
c) Perekrutan tenaga bidan melalui pengangkatan PNS ataupun melalui
program Bidan PTT merupakan pendukung keberhasilan program,
dengan adanya tenaga bidan yang terdistribusi sampai dengan di
daerah sulit menjadikan pemberian pelayanan kesehatan dalam hal ini
untuk ibu hamil/bersalin jadi lebih mudah terjangkau.
d) Pelaksanaan kegiatan dalam rangka peningkatan kapasitas tenaga
bidan.
e) Meningkatnya komitmen pemerintah baik daerah maupun pusat
terhadap program kesehatan ibu dan anak, antara lain melalui
program BOK dan adanya dana Jampersal yang khusus digunakan
untuk pemberian akses bagi ibu hamil yang akan melakukan
persalinan.
f) Penyediaan Rumah Tinggal Kelahiran bagi Ibu Hamil yang rumah
tinggalnya jauh dari faskes.
g) Kabupaten Lampung Barat saat ini memiliki 1 rumah sakit khusus ibu
bersalin (RS Bunda).
Upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah
antara lain:
a) Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam pendeteksian ibu
hamil terutama yang beresiko tinggi dengan kegiatan pelatihan
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 96
dengan melibatkan lintas sektor terkait untuk mengoptimalkan
kegiatan perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
b) Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah untuk pembiayaan
program KIA secara memadai, peningkatan jumlah tenaga dan
pemerataan pendistribusian tenaga kesehatan.
c) Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam program kesehatan
ibu baik di tingkat puskesmas maupun di pekon.
d) Perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan program kesehatan ibu.
B. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 Kelahiran Hidup
Angka Kematian Bayi (AKB) diukur dengan menghitung jumlah
kematian bayi per 1000 kelahiran hidup (KH). Pada tahun 2017
ditetapkan angka kematian bayi adalah 1,7 per 1000 KH.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian AKB per 1000 Kelahiran Hidup (KH)
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
1,7 Per 1000
KH
0.91
(5 kss)
0.91
(5 kss)
1.64
(9 kss)
1.64
(9 kss)
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2017 2016 2014 2013
1,7
per
1000
KH
1.64
(12
kasus)
100%
(tercapai
penurunan)
1.64
(9
kasus)
4.87/1000
KH
27 kasus
4/1000
KH
24
kasus
1.88/1000
KH
11 kasus
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 97
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
1,7/1000 KH 1.64/1000 KH 100%
Pada tahun 2017 jumlah kelahiran hidup sebanyak 5736 dengan
kasus kematian bayi sebanyak 12kasus maka AKB 1.64/1000 KH. Angka
ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan dan
jika dibandingkan dengan jumlah kematian bayi di tahun sebelumnya,
maka kasus kematian bayi di tahun 2017sedikit lebih besar dari tahun
2017. Kasus kematian bayi di Lampung Barat secara keseluruhan terjadi
pada saat kelahiran atau lahir mati sehingga dapat dikatakan bukan
disebabkan oleh faktor eksternal setelah kelahiran. Hal ini dapat
disebabkan oleh komplikasi yang terjadi, baik saat kehamilan ataupun
saat persalinan.
Target akhir renstra pada tahun 2017 adalah 1,7/1000 KH
sedangkan secara nasional target AKB adalah 26/1000 KH. Pada tahun
2017 AKB di Lampung Barat adalah sebesar 1,64/1000 KH, angka ini
masih lebih rendah dari target renstra maupun nasional.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap permasalahan kesehatan
ibu dan anak yang berdampak pada meningkatnya kasus kematian bayi
secara garis besar:
a) Adat budaya yang masih melekat di masyarakat sehingga
menghambat upaya promotif dan preventif yang berakibat masih
kurangnya masyarakat memahami masalah kesehatan di
lingkungannya.
b) Masih terjadi disparitas akses pelayanan kesehatan anak antara
kabupaten dan provinsi terkait dengan ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan, distribusi dan kualitas tenaga kesehatan yang
ditempatkan di daerah.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 98
c) Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan ibu dan bayinya.
Faktor - faktor yang berkontribusi untuk menurunkan kasus kematian bayi:
a) Adanya kegiatan kemitraan bidan dan dukun yang dikembangkan oleh
Kementerian Kesehatan.
b) Adanya pendanaan APBD untuk masyarakat miskin di luar kuota.
c) Perekrutan tenaga bidan melalui pengangkatan PNS ataupun melalui
program Bidan PTT merupakan pendukung keberhasilan program,
dengan adanya tenaga bidan yang terdistribusi sampai dengan di
daerah sulit menjadikan pemberian pelayanan kesehatan jadi lebih
mudah terjangkau.
d) Pelaksanaan kegiatan dalam rangka peningkatan kapasitas tenaga
bidan seperti pelatihan asfiksia dan BBLR.
e) Meningkatnya komitmen pemerintah baik daerah maupun pusat
terhadap program kesehatan ibu dan anak, antara lain melalui
program BOK dan adanya kegiatan DAK Jampersal yang memberikan
kemudahan akses untuk ibu hamil yang akan melakukan persalinan.
f) Kabupaten Lampung Barat saat ini memiliki 1 rumah sakit khusus ibu
bersalin (RS Bunda).
Upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah
antara lain:
a) Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah untuk pembiayaan
program KIA secara memadai, peningkatan jumlah tenaga dan
pemerataan pendistribusian tenaga kesehatan.
b) Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam program kesehatan
ibu baik di tingkat puskesmas maupun di pekon.
c) Perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan program kesehatan ibu.
C. Rasio posyandu per 10,000 penduduk
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melibatkan kader posyandu
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 99
secara sukarela. Kegiatan posyandu berfokus pada peningkatan
kesehatan ibu dan anak. Pada level puskesmas posyandu berada di
bawah tanggung jawab bidan pada masing-masing pekon. Posyandu
memberi kontribusi besar bagi sektor kesehatan karena berbagai program
kesehatan biasanya dilakukan melalui jadwal posyandu pada setiap pekon.
Dibandingkan dengan jumlah penduduk Lampung Barat saat ini sebanyak
300.703 ribu jiwa, jumlah posyandu yang ada masih terbilang sangat
sedikit hanya 258 posyandu.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Rasio posyandu per 10,000 penduduk
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
126.5-129 Per
10000
pddk
8,25 8,25 8,25 8,25
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2017 2016 2014 2013
126,5–
129
8,25 6.52% 7.95 8.46 9.01 9.01
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
126.5 – 129 6,52 6,52%
Jumlah posyandu sebanyak 258, terdapat kenaikan jumlah
posyandu dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. namun secara rasio
lebih rendah. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang digunakan di
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 100
tahun 2017 adalah jumlah penduduk yang bersumber dari Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Lampung Barat. Sedangkan
pada perhitungan tahun sebelumnya jumlah penduduk yang digunakan
bersumber dari data BPS yang secara kuantitas lebih sedikit.Capaian
posyandu di Kabupaten Lampung Barat masih sangat rendah yaitu
sebesar 8,25 per 10,000 penduduk masih sangat jauh dibandingkan
dengan target renstra sebesar 126.5 – 129 posyandu per 10,000
penduduk. Diperlukan peran serta masyarakat untuk pengembangan
posyandu, peran aktif masyarakat yang menjadi kader juga sangat
diperlukan yang tentunya membutuhkan dukungan dari pemerintah
sebagai contoh diberikannya insentif untuk kader di posyandu dan juga
diperlukan peran proaktif dari tenaga kesehatan di puskesmas untuk
pengembangan posyandu di wilayah kerjanya juga perlu dilakukannya
pembinaan secara berkesinambungan oleh penanggung jawab program
promosi kesehatan pada level kabupaten. Hal yang paling krusial adalah
penetapan instansi yang bertanggung jawab terhadap pengembangan
posyandu, secara organisasi yang bertanggung jawab bukan Dinas
Kesehatan, namun secara program menjadi tanggung jawab Dinas
Kesehatan. Hal ini sangat berpengaruh pada upaya pengembangan
possyandu di pekon-pekon.
Untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis 4 di atas maka di
dalam Perjanjian Kinerja (PK) ditetapkan indikator kinerja sebanyak 4
indikator, yaitu:
A. Menurunnya Angka Kematian Ibu, yang diukur dengan indikator
sebagai berikut;
a) Persentase Persalinan nakes
Cakupan persalinan nakes (PN) menggambarkan indikator
pelayanan kesehatan terhadappelayanan persalinan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan terlatih difasilitas kesehatan. Indikator Pn menjadi
penting karena periodepersalinan merupakan salah satu periode rentan
terhadap resikokematian ibu di Indonesia dan merupakan bagian dari
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 101
indikatorMillenium Development Goals (MDGs). Cakupan Pn
menunjukkan jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan
terhadap jumlah sasaran ibu bersalin dikali seratus.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Cakupan Persalinan Nakes (Pn)
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
90 % 17.91 36.16 56.17 81.97
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2017 2016 2014 2013
90% 83.97% 94.08% 81.97% 91.7% 88.77% 86%
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
90% 83.97% 94.08%
Capaian cakupan Pn pada tahun 2017lebih rendah dibandingkan
dengan capaian di tahun 2017. Jika dibandingkan dengan target dalam
renstra, pencapaian di tahun 2017lebih besar dari target yaitu
83.97%dengan persentase pencapaian sebesar 94.08%. Pencapaian ini
juga masih di bawah target yang ditetapkan dalam SPM yaitu 100%.
Faktor yang menentukan keberhasilan dan penghambat
keberhasilan pelayanan persalinan, antara lain:
1) Faktor penunjang keberhasilan:
a) Adanya kegiatan kemitraan bidan dan dukun yang dikembangkan
oleh Kementerian Kesehatan.
b) Adanya pendanaan APBD untuk masyarakat miskin di luar kuota.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 102
c) Perekrutan tenaga bidan melalui pengangkatan PNS ataupun
melalui program Bidan PTT merupakan pendukung keberhasilan
program, dengan adanya tenaga bidan yang terdistribusi sampai
dengan di daerah sulit menjadikan pemberian pelayanan kesehatan
dalam hal ini untuk ibu hamil/bersalin jadi lebih mudah terjangkau.
d) Pelaksanaan kegiatan dalam rangka peningkatan kapasitas tenaga
bidan.
e) Meningkatnya komitmen pemerintah baik daerah maupun pusat
terhadap program kesehatan ibu, antara lain melalui program BOK.
f) Kabupaten Lampung Barat saat ini memiliki 1 rumah sakit khusus
ibu bersalin (RS Bunda).
2) Faktor penghambat keberhasilan:
a) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya persalinan
di tenaga kesehatan.
b) Masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki jaminan
kesehatan (belum terdaftar dalam kepesertaan BPJS).
c) Masih banyak ibu hamil resiko tinggi yang belum terdeteksi oleh
tenaga kesehatan dan masyarakat.
d) Masih banyak persalinan yang dilakukan oleh dukun tanpa
didampingi oleh tenaga kesehatan (Bidan).
e) Masih banyak tenaga kesehatan (bidan) yang belum memahami
definisi operasional masing-masing indikator beserta target yang
harus dicapai.
f) Puskesmas yang telah ditetapkan sebagai puskesmas mampu
PONED tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya
dikarenakan keterbatasan alat dan juga tenaga yang telah dilatih di
mutasi ke daerah lain.
3) Upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah
antara lain:
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 103
a) Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah untuk pembiayaan
program KIA secara memadai, peningkatan jumlah tenaga dan
pemerataan pendistribusian tenaga kesehatan.
b) Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam program
kesehatan ibu baik di tingkat puskesmas maupun di pekon.
c) Perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan program kesehatan ibu.
b) Cakupan K1
Cakupan kunjungan ibu hamil K1 adalah bagian dari program
cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai
standar paling sedikit 4 kali. Angka ini menunjukkan jumlah ibu hamil
yang memperoleh pelayanan antenatal K1 terhadap jumlah sasaran ibu
hamil dikali seratus.
Cakupan kunjungan K1 ini menjadi sangat penting karena dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
melindungi ibu hamil sehingga kesehatan janin terjamin melalui
penyediaan pelayanan antenatal.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Cakupan K1
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
100 % 21.7 45.6 66.08 95.74
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
100% 95.74% 95.74% 96% 102% 102% 99.66%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 104
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2016
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
100% 95.74% 95.74%
Pencapaian cakupan K1 pada tahun 2017 sebesar 95.74% sudah
sangat baik meskipun jika dibandingkan dengan capaian tahun 2017
jumlahnya lebih rendah. Pencapaian indikator cakupan K1 tahun 2017
juga di bawah target renstra sampai dengan tahun 2017 sebesar 100%,
sehingga persentase pencapaiannya adalah 95.74%.
Faktor yang menentukan keberhasilan dan penghambat
keberhasilan cakupan kunjungan K1, antara lain:
1) Faktor penunjang keberhasilan:
a) Secara administratif semua pekon sudah memiliki bidan desa.
b) Wilayah kerja Kabupaten Lampung Barat yang sebagian besar
sudah mudah untuk diakses dengan sarana prasarana yang
disesuaikan dengan kondisi.
c) Peran aktif tenaga kesehatan dalam memberikan pemahaman
mengenai peran penting pemeriksaan kehamilan terhadap
kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya.
d) Perekrutan tenaga bidan melalui pengangkatan PNS ataupun
melalui program Bidan PTT merupakan pendukung keberhasilan
program, dengan adanya tenaga bidan yang terdistribusi sampai
dengan di daerah sulit menjadikan pemberian pelayanan kesehatan
dalam hal ini untuk ibu hamil/bersalin jadi lebih mudah terjangkau.
e) Pelaksanaan kegiatan dalam rangka peningkatan kapasitas tenaga
bidan.
2) Faktor penghambat keberhasilan:
a) Adanya perbedaan penggunaan data sasaran yang digunakan di
Puskesmas (riil) dan Kabupaten (proyeksi).
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 105
b) Untuk daerah yang berbatasan dengan kabupaten lain, seringkali
kunjungan atau pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu
hamil tidak masuk dalam pencatatn dan pelaporan bidan desa
penanggung jawab wilayah.
c) Masih banyak ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya
dengan alasan faktor ekonomi.
3) Upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah
antara lain:
a) Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah untuk
pembiayaan program KIA secara memadai, peningkatan jumlah
tenaga dan pemerataan pendistribusian tenaga kesehatan.
b) Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam program
kesehatan ibu baik di tingkat puskesmas maupun di pekon.
c) Peran proaktif tenaga kesehatan untuk melakukan pencatatan dan
pemeriksaan ibu hamil yang berada di wilayah kerjanya antara lain
dengan melakukan kunjungan pada ibu hamil.
c) Cakupan K4
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 adalah cakupan ibu hamil yang
telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit 4 kali.
Angka ini menunjukkan jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan
antenatal K-4 terhadap jumlah sasaran ibu hamil dikali seratus.
Cakupan kunjungan K4 ini menjadi sangat penting karena dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
melindungi ibu hamil sehingga kesehatan janin terjamin melalui
penyediaan pelayanan antenatal.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 106
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Cakupan K4
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
95 % 19.19 40.1 61.67 89.98
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
95% 89.98% 94.72% 93.5% 90.67% 87% 90%
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
95% 89.98% 94.72%
Pencapaian indikator tahun 2017 sebesar 89.98%, capaian yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil yang didapat di tahun 2016.
Target Renstra dan nasional dan ditetapkan cakupan kunjungan K4
sampai dengan tahun 2016 adalah sebesar 95%. Masih terdapat
kesenjangan sebesar lebih kurang 5.02% antara capaian Kabupaten
Lampung Barat dengan target Renstra dan nasional atau persentase
capaian sebesar 94.72%.
Faktor yang menentukan keberhasilan dan penghambat
keberhasilan cakupan kunjungan K4, antara lain:
1) Faktor penunjang keberhasilan:
a) Secara administratif semua pekon sudah memiliki bidan desa.
b) Wilayah kerja Kabupaten Lampung Barat yang sebagian besar
sudah mudah untuk diakses dengan sarana prasarana yang
disesuaikan dengan kondisi.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 107
c) Peran aktif tenaga kesehatan dalam memberikan pemahaman
mengenai peran penting pemeriksaan kehamilan terhadap
kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya.
d) Perekrutan tenaga bidan melalui pengangkatan PNS ataupun
melalui program Bidan PTT merupakan pendukung keberhasilan
program, dengan adanya tenaga bidan yang terdistribusi sampai
dengan di daerah sulit menjadikan pemberian pelayanan kesehatan
dalam hal ini untuk ibu hamil/bersalin jadi lebih mudah terjangkau.
e) Pelaksanaan kegiatan dalam rangka peningkatan kapasitas tenaga
bidan.
2) Faktor penghambat keberhasilan:
a) Penduduk Kabupaten Lampung Barat banyak yang
pendatang/musiman sehingga keberadaannya disesuaikan
dengan saat musim tiba.
b) Kesenjangan yang terjadi dengan K1 dikarenakan K4 yang
dilakukan tercatat dan dilaporkan di tahun berikutnya.
c) Beberapa kasus kematian ibu dan bayi yang terjadi di Kabupaten
Lampung Barat adalah warga Lampung Barat yang berdomisili di
luar kabupaten tetapi ketika akan melahirkan kembali ke
keluarga/orang tua di Kabupaten Lampung Barat.
d) Tingkat capaian yang lebih rendah dapat juga disebabkan oleh
pelaporan dari pengelola program yang belum dilaksanakan
secara optimal.
3) Upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah
antara lain:
a) Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah untuk pembiayaan
program KIA secara memadai, peningkatan jumlah tenaga dan
pemerataan pendistribusian tenaga kesehatan.
b) Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam program
kesehatan ibu baik di tingkat puskesmas maupun di pekon.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 108
c) Pemerataan sarana kesehatan sampai dengan daerah yang sulit
terjangkau.
d) Peran proaktif tenaga kesehatan untuk melakukan pencatatan dan
pemeriksaan ibu hamil yang berada di wilayah kerjanya.
d) Bumil resti ditangani
Bumil resti ditangani adalah ibu hamil dengan komplikasi kebidanan
yang ditangani. Komplikasi yang dimaksud adalah kesakitan pada ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau
bayi. Komplikasi dalam kehamilan antara lain: abortus, hiperemisis
gravidarum, perdarahan per vagina, hipertensi dalam kehamilan
(preeclampsia, eklampsia), kehamilan lewat waktu, dan ketuban pecah
dini. Komplikasi dalam persalinan antara lain: kelainan letak/presentasi
janin, partus macet/distosia, hipertensi dalam kehamilan (preeclampsia,
eklampsia), perdarahan pasca persalinan, infeksi berat/sepsis,
kontraksi dini/persalinan prematur, dan kehamilan ganda. Komplikasi
dalam nifas antara lain: hipertensi dalam kehamilan (preeclampsia,
eklampsia), infeksi nifas, dan perdarahan nifas.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Cakupan Bumil Resti Ditangani
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
80 % 21.8 37.85 54.27 74.67
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
80% 74.67% 93.34% 76.5% 79.22% 63% 61%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 109
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
80% 74.67% 93.34%
Dibandingkan dengan tahun 2016, pencapaian cakupan bumil resti
ditangani menunjukkan hasil yang lebih rendah sebesar 74.67%. Dan jika
dibandingkan dengan target dalam renstra sebesar 80% maka persentase
pencapaian s/d tahun 2017 adalah sebesar 93.34%. Meskipun terjadi
penurunan capaian, namun upaya untuk meningkatkan kemampuan
manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
secara professional kepada ibu (hamil, bersalin, dan nifas) dengan
komplikasi terus dilakukan secara berkelanjutan.
Faktor yang menentukan keberhasilan dan penghambat
keberhasilan cakupan bumil resti ditangani, antara lain:
1) Faktor penunjang keberhasilan:
a) Perekrutan tenaga bidan melalui pengangkatan PNS ataupun
melalui program Bidan PTT merupakan pendukung keberhasilan
program, dengan adanya tenaga bidan yang terdistribusi sampai
dengan di daerah sulit menjadikan pemberian pelayanan kesehatan
dalam hal ini untuk ibu hamil/bersalin jadi lebih mudah terjangkau.
b) Pelaksanaan kegiatan dalam rangka peningkatan kapasitas tenaga
bidan.
c) Meningkatnya komitmen pemerintah baik daerah maupun pusat
terhadap program kesehatan ibu, antara lain melalui program BOK.
2) Faktor penghambat keberhasilan:
a) Masih banyak tenaga kesehatan yang belum memahami secara
penuh definisi operasional dari masing-masing indikator .
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 110
b) Belum maksimalnya keterlibatan/dukungan masyarakat dalam
mengidentifikasi dan mendampingi ibu hamil baik yang normal
maupun beresiko.
c) Masih adanya ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya
kepada tenaga kesehatan,
d) Persalinan yang dilakukan bukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
3) Upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah
antara lain:
a) Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah untuk pembiayaan
program KIA secara memadai, peningkatan jumlah tenaga dan
pemerataan pendistribusian tenaga kesehatan.
b) Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam program
kesehatan ibu baik di tingkat puskesmas maupun di pekon.
c) Diseminasi informasi mengenai kesehatan ibu sampai dengan
tingkat pekon.
d) Pemerataan sarana kesehatan sampai dengan daerah yang sulit
terjangkau.
e) Peran proaktif tenaga kesehatan untuk melakukan pencatatan dan
pemeriksaan ibu hamil yang berada di wilayah kerjanya.
f) Optimalisasi fungsi puskesmas PONED baik dengan melengkapi
peralatan, sarana, ataupun tenaga kesehatannya.
1.1 Menurunnya Angka Kematian Bayi
a. Persentase Kunjungan Neonatal 1
Kunjungan neonatal 1 adalah cakupan neonatus yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 – 48 jam setelah lahir di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat
diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal. Cara
perhitungannya yaitu jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan
sesuai standar pada 6 – 48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 111
kurun waktu tertentu dibagi jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah
kerja dalam 1 tahun dikali seratus persen.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila
terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Resiko terbesar
kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu
pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di
fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas
kesehatan selama 24 jam pertama.
Dengan dilakukannya kunjungan neonatal maka kesehatan bayi
dapat dipantau sehingga jika terdapat kelainan/masalah kesehatan pada
neonatus dapat diidentifikasi seperti bayi mengalami kesulitan untuk
menyusui, tidak BAB dalam 48 jam, likterus yang timbul pada hari
pertama, kemudian tali pusat merah atau bengkak/keluar cairan dari tali
pusat, bayi demam lebih 37.5°C sehingga keadaan ini harus segera
dilakukan rujukan. Target persentase kunjungan neonatal 1 sampai
dengan tahun 2017 adalah sebesar 90%.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Persentase Kunjungan Neonatal 1 (KN 1)
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
90 % 17.30 40.42 63.68 96.33
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
90% 96.33% 107.03% 97% - - -
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 112
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
90% 96.33% 107.03%
Persentase KN1 menjadi salah satu indikator perjanjian kinerja
mulai dilakukan tahun 2016 dan pencapaian indikator KN1 lebih tinggi dari
target yang ditetapkan di tahun 2017 (90%) dan target Renstra (90%).
Faktor – faktor yang berperan dalam menentukan tingkat
pencapaian indikator KN 1 antara lain yaitu:
a) Masih ada persalinan yaang ditolong oleh dukun tanpa didampingi
oleh tenaga kesehatan (bidan).
b) Sumber daya manusia (SDM) yang berkaitan dengan jumlah,
distribusi, dan kualitas SDM kesehatan yang belum merata.
c) Belum semua tenaga kesehatan memberi pelayanan kunjungan
neonatal sesuai standar.
d) Belum optimalnya jaringan komunikasi, koordinasi, dan integrasi
lintas program.
e) Masih lemahnya pemberdayaan keluarga/masyarakat terhadap
penggunaan buku KIA.
f) Penerapan sistem pencatatan dan pelaporan yang belum optimal.
g) Masih banyaknya tenaga kesehatan yang belum memahami secara
penuh definisi operasional dari masing-masing indikator.
Upaya - upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai target
indikator KN1 antara lain:
a) Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan
perawat) melalui berbagai pelatihan seperti pelatihan manajemen
asfiksia, manajemen BBLR, peningkatan kemampuan dokter umum
dalam penanganan neonatal, bayi, dan balita).
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 113
b) Penyediaan sarana dan alat kesehatan yang menyesuaikan
dengan kebutuhan lokal.
c) Melakukan distribusi pedoman terkait pelayanan kesehatan
neonatal esensial dan pengembangan materi KIE hingga ke tingkat
puskesmas dan jajarannya.
d) Peningkatan koordinasi lintas program dan lintas sektor.
e) Mendorong distribusi tenaga kesehatan secara merata dan adil
hingga ke pedesaan.
b. Persentase Kunjungan Neonatal Lengkap (KN Lengkap)
Cakupan pelayanan kesehatan Neonatus 0 - 28 hari (KN Lengkap)
adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6 - 48 jam, 1 kali
pada hari ke 3 - hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 - hari ke 28 setelah
lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator
ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal.
Target yang ditetapkan pada tahun 2017adalah sebesar 90%.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Persentase Kunjungan Neonatal Lengkap (KN Lengkap)
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
90 % 16.04 36.32 59.21 85.88
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
90% 85.88% 95.42% 90.96% - - -
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 114
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
90% 85.88% 95.42%
Persentase KN Lengkap menjadi salah satu indikator perjanjian
kinerja mulai dilakukan tahun 2016 dan pencapaian indikator KN Lengkap
tahun 2017 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan capaian
tahun 2016 yaitu 85.88% dari target 90% dan target Renstra (90%).
Faktor – faktor yang berperan dalam menentukan tingkat
pencapaian indikator KN Lengkap antara lain yaitu:
a) Masih ada persalinan yaang ditolong oleh dukun tanpa didampingi
oleh tenaga kesehatan (bidan).
b) Sumber daya manusia (SDM) yang berkaitan dengan jumlah,
distribusi, dan kualitas SDM kesehatan yang belum merata.
c) Belum semua tenaga kesehatan memberi pelayanan kunjungan
neonatal sesuai standar.
d) Belum optimalnya jaringan komunikasi, koordinasi, dan integrasi
lintas program.
e) Masih lemahnya pemberdayaan keluarga/masyarakat terhadap
penggunaan buku KIA.
f) Penerapan sistem pencatatan dan pelaporan yang belum optimal.
g) Masih banyaknya tenaga kesehatan yang belum memahami secara
penuh definisi operasional dari masing-masing indikator.
Upaya - upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai target
indikator KN1 antara lain:
a) Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan
perawat) melalui berbagai pelatihan seperti pelatihan manajemen
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 115
asfiksia, manajemen BBLR, peningkatan kemampuan dokter umum
dalam penanganan neonatal, bayi, dan balita).
b) Penyediaan sarana dan alat kesehatan yang menyesuaikan
dengan kebutuhan lokal.
c) Melakukan distribusi pedoman terkait pelayanan kesehatan
neonatal esensial dan pengembangan materi KIE hingga ke tingkat
puskesmas dan jajarannya.
d) Peningkatan koordinasi lintas program dan lintas sektor.
e) Mendorong distribusi tenaga kesehatan secara merata dan adil
hingga ke pedesaan.
C. Meningkatnya Status Gizi
a. Persentase status gizi buruk indikator BB/U
Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan kesimbangan dalam
bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk
variabel. Status gizi yaitu keadaan kesehatan individu-individu atau
kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan
zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak
fisiknya diukur secara antropometri.
Indikator yang umum digunakan untuk menilai status gizi balita
adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur
(TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator BB/U
paling umum digunakan karena mempunyai kelebihan yaitu lebih mudah
dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengatur
status gizi akut dan kronis, berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif
terhadap perubahan-perubahan kecil, dan dapat mendeteksi kegemukan
(overweight).
Keadaan gizi masyarakat berdasarkan prevalensi balita gizi kurang
dengan indikator BB/U, dengan kriteria:
1) 10% ke bawah : kategori baik (skor 1)
2) 10% - 15% : kategori masalah ringan (skor 2)
3) 15.1 – 20% : kategori masalah sedang (skor 3)
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 116
4) Di atas 20% : kategori masalah berat (skor 4)
Indikator BB/U adalah indikator status gizi secara individu, adapun
target persentase balita gizi buruk indikator BB/U sampai dengan tahun
2017 ditetapkan sebesar < 5 %.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Persentase status gizi buruk indikator BB/U
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
<5 % 0 0 0 0
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
< 5 % 0%
0 kasus
100% <5%
7 kasus
0.7%
5 kasus
<3% <3%
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
<5% 0%
0 kasus
100%
Status gizi masyarakat merupakan salah satu indikator yang
menunjukkan derajat kesehatan penduduk suatu wilayah. Capaian
indikator pada tahun 2017<5%, angkanya sangat kecil sehingga
besarannya hanya dinyatakan dengan kondisi <5%. Pada tahun 2017
tidak ditemukan kasus gizi buruk, jika dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya kondisi ini dapat dikatakan jauh lebih baik.
Faktor yang menentukan keberhasilan dan penghambat
keberhasilan upaya meningkatnya gizi masyarakat, antara lain:
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 117
1) Faktor penunjang keberhasilan:
a) Adanya kemauan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anak.
b) Adanya program dan kegiatan dari pemerintah daerah sebagai
upaya meningkatkan status gizi masyarakat meskipun upaya yang
dilakukan belum optimal.
c) Berjalannya program gizi antara lain pemberian obat gizi (tablet
besi, vitamin A, Kapsul Yodiol)
d) Adanya dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang
memberikan daya ungkit terhadap program gizi.
2) Faktor penghambat keberhasilan:
a) Pengetahuan masyarakat yang masih rendah mengenai gizi
keluarga dan diperburuk dengan status ekonomi masyarakat
sehingga meskipun ada kesadaran namun secara pembiayaan
tidak mampu.
b) Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat dalam menangani
problem gizi di wilayahnya.
c) Kualitas dan kuantitas kader di pekon masih kurang.
d) Terbatasnya dana operasional, sarana dan prasarana yang
mendukung pelaksanaan program gizi di Lampung Barat.
3) Upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah
antara lain:
a) Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah untuk pembiayaan
program gizi.
b) Pemberdayaan kepada masyarakat untuk melakukan program gizi
keluarga mandiri misalnya dengan penanaman dapur keluarga,
penyusunan menu sehat, dll.
c) Memberikan stimulan penanggulangan masalah gizi pada
masyarakat dengan ekonomi rendah misalnya bantuan hewan
ternak, dll.
d) Peningkatan kapasitas tenaga pengelola gizi di puskesmas.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 118
e) Peningkatan status gizi balita antara lain dengan mengoptimalkan
pemberian makanan tambahan pada balita melalui posyandu.
b. Persentase Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Balita adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun (0-59 bulan).
Kasus gizi buruk adalah balita dengan status gizi berdasarkan indeks
Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) dengan nilai Z-score <-3 SD (sangat kurus) dan
atau terdapat tanda klinis gizi buruk lainnya. Kasus gizi buruk yang
mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang dirawat inap maupun
rawat jalan di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat.
Persentase kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan
adalah jumlah kasus balita gizi buruk yang dirawat inap maupun rawat
jalan di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat dibagi jumlah kasus
balita gizi buruk yang ditemukan di suatu wilyah kerja pada kurun waktu
tertentu dikali 100%.
Kinerja penanganan kasus balita gizi buruk dinilai baik jika seluruh
balita gizi buruk yang ditemukan mendapat perawatan, baik rawat inap
maupun rawat jalan sesuai tata laksana gizi buruk di fasilitas pelayanan
kesehatan dan masyarakat. Untuk menekan kematian bayi atau balita,
dan menurunkan prevalensi gizi kurang dan buruk, pemerintah
menetapkan target bahwa semua balita gizi buruk dirawat. Dengan
demikian target indikator Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah
100%.
Analisa capaian Kinerja
Capaian Persentase balita gizi buruk mendapat perawatan
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
100 % 0 0 0 0
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 119
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
100 % 0% 100% 100% - - -
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
100% 0% 100%
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang
penanggulangannya tidak dapat dilaksanakan dengan pendekatan medis
dan pelayanan kesehatan saja, sehingga memerlukan dukungan lintas
sektor. Mengingat penyebabnya sangat kompleks, pengelolaan gizi buruk
memerlukan kerjasama yang komprehensif dari semua pihak. Bukan
hanya dokter maupun tenaga medis, namun juga pihak orang tua,
keluarga, pemuka masyarakat maupun agama dan pemerintah. Pada
tahun 2017tidak ada laporan tentang kasus gizi buruk, sehingga untuk
indikator ini menjadi 0% karena tidak diperlukan perawatan kasus gizi
buruk. Indikator ini mulai diukur sebagai bagian dari perjanjian kinerja
terhitung dari tahun 2016 sehingga penentuan target dan pencatatan
realisasi dimulai di tahun 2016 saja.
Faktor yang menentukan keberhasilan dan penghambat
keberhasilan upaya meningkatnya gizi masyarakat, antara lain:
1) Faktor penunjang keberhasilan:
a) Adanya program dan kegiatan dari pemerintah daerah sebagai
upaya meningkatkan status gizi masyarakat meskipun upaya yang
dilakukan belum optimal.
b) Berjalannya program gizi antara lain pemberian obat gizi (tablet
besi, vitamin A, Kapsul Yodiol)
c) Adanya dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang
memberikan daya ungkit terhadap program gizi.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 120
d) Kabupaten Lampung Barat memiliki 258 posyandu.
2) Faktor penghambat keberhasilan:
a) Pengetahuan masyarakat yang masih rendah mengenai gizi
keluarga dan diperburuk dengan status ekonomi masyarakat
sehingga meskipun ada kesadaran namun secara pembiayaan
tidak mampu.
b) Jumlah posyandu yang masih sangat kurang dibandingkan target
yang harusnya ada berpengaruh terhadap daya jangkau petugas
kesehatan untuk melakukan pelayanan kesehatan untuk balita.
c) Peran aktif masyarakat masih rendah dalam mengakses pelayanan
kesehatan untuk balita di posyandu.
d) Pengetahuan, keterampilan dan kesanggupan beberapa tenaga
masih kurang dalam tata laksana gizi buruk.
e) Terbatasnya dana operasional, sarana dan prasarana yang
mendukung pelaksanaan program gizi di Lampung Barat.
f) Peran lintas sektor yang masih sangat kurang, pemahaman yang
ada selama ini adalah bahwa masalah gizi di masyarakat adalah
semata-mata tanggung jawab Dinas Kesehatan.
3) Upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah
antara lain:
a) Melaksanakan pelatihan Tata Laksana Anak Gizi Buruk bagi
petugas kesehatan di puskesmas.
b) Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi,
gangguan akibat kurang yodium, kurang vitamin A, dan kekurangan
zat gizi mikro lainnya.
c) Melakukan pelacakan balita gizi buruk.
d) Pemberian subsidi pangan bagi penduduk miskin.
e) Peningkatan partisipasi masyarakat melalui revitalisasi pelayanan
posyandu.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 121
f) Pelayanan gizi bagi ibu hamil (berupa tablet besi) dan balita
(berupa makanan pendamping ASI) dari keluarga miskin.
c. Persentase Prevalensi BB Kurang
Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur (U), berat badan
(BB), dan tinggi badan (TB). Prevalensi kurang gizi (balita gizi kurang,
balita pendek, balita kurus) memberikan indikasi tentang besaran masalah
gizi di masyarakat. Target indikator persentase prevalensi BB kurang
pada tahun 2017 adalah sebesar < 10%.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Persentase prevalensi BB Kurang
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
< 10 % 1.75 1.54 1.45 1.41
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
< 10 % 1.41% 100% 0.03% 0.68% - -
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
<10% 1.41% 100%
Pencapaian tahun 2017 sebesar 1.41% masih jauh di bawah
ambang batas yang ditetapkan yaitu < 10%, kondisi ini menunjukkan
adanya peningkatan kinerja dalam penanganan masalah BB kurang,
namun hal ini dapat juga berkaitan dengan sistem pencatatan yang ada di
puskesmas.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 122
Faktor yang menentukan keberhasilan dan penghambat
keberhasilan upaya meningkatnya gizi masyarakat, antara lain:
1) Faktor penunjang keberhasilan:
a) Adanya program dan kegiatan dari pemerintah daerah sebagai
upaya meningkatkan status gizi masyarakat meskipun upaya yang
dilakukan belum optimal.
b) Berjalannya program gizi antara lain pemberian obat gizi (tablet
besi, vitamin A, Kapsul Yodiol)
c) Adanya dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang
memberikan daya ungkit terhadap program gizi.
d) Kabupaten Lampung Barat memiliki 258 posyandu.
2) Faktor penghambat keberhasilan:
a) Pengetahuan masyarakat yang masih rendah mengenai gizi
keluarga dan diperburuk dengan status ekonomi masyarakat
sehingga meskipun ada kesadaran namun secara pembiayaan
tidak mampu.
b) Jumlah posyandu yang masih sangat kurang dibandingkan target
yang harusnya ada berpengaruh terhadap daya jangkau petugas
kesehatan untuk melakukan pelayanan kesehatan untuk balita.
c) Peran aktif masyarakat masih rendah dalam mengakses pelayanan
kesehatan untuk balita di posyandu.
d) Kualitas dan kuantitas kader di pekon masih kurang.
e) Peran lintas sektor yang masih sangat kurang, pemahaman yang
ada selama ini adalah bahwa masalah gizi di masyarakat adalah
semata-mata tanggung jawab Dinas Kesehatan.
3) Upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah
antara lain:
a) Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah untuk pembiayaan
program gizi.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 123
b) Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi.
c) Pemberian subsidi pangan bagi penduduk miskin.
d) Peningkatan partisipasi masyarakat melalui revitalisasi pelayanan
posyandu.
e) Pelayanan gizi bagi ibu balita (berupa makanan pendamping ASI)
dari keluarga miskin.
d. Persentase Prevalensi Bumil Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita
kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat
terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). KEK
adalah penyebabnya dari ketidakseimbangan antara asupan untuk
pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi. Seseorang dikatakan
menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm. Pada tahun 2017 target
untuk persentase prevalensi Bumil KEK adalah < 10%.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Persentase prevalensi Bumil KEK
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
< 10 % 1.21 2.93 4.36 5.37
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
< 10 % 5.37% 100% 2.56% - - -
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 124
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
<10% 5.37% 100%
Tahun 2017capaian kinerja sebesar 5.37%, capaian indikator
sebesar 100% karena masih jauh di bawah target <10%. Meskipun lebih
besar dibandingkan dengan tahun 2016, namun bisa jadi hal ini berkaitan
dengan sistem pencatatan dan pelaporan yang lebih akurat dalam
pendataannya.
Faktor yang menentukan keberhasilan dan penghambat
keberhasilan upaya meningkatnya gizi masyarakat, antara lain:
1) Faktor penunjang keberhasilan:
a) Adanya program dan kegiatan dari pemerintah daerah sebagai
upaya meningkatkan status gizi masyarakat meskipun upaya yang
dilakukan belum optimal, diantaranya yaitu dengan pelacakan
kasus Bumil KEK dan melakukan intervensi dengan pemberian
makanan tambahan pemulihan.
b) Berjalannya program gizi antara lain pemberian obat gizi (tablet
besi)
c) Adanya dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang
memberikan daya ungkit terhadap program gizi.
2) Faktor penghambat keberhasilan:
a) Pengetahuan masyarakat yang masih rendah mengenai gizi
keluarga dan diperburuk dengan status ekonomi masyarakat
sehingga meskipun ada kesadaran namun secara pembiayaan
tidak mampu.
b) Kualitas dan kuantitas kader di pekon masih kurang.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 125
c) Peran lintas sektor yang masih sangat kurang, pemahaman yang
ada selama ini adalah bahwa masalah gizi di masyarakat adalah
semata-mata tanggung jawab Dinas Kesehatan.
3) Upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah
antara lain:
a) Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah untuk pembiayaan
program gizi.
b) Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi.
c) Pemberian subsidi pangan bagi penduduk miskin.
d) Meningkatkan peran aktif masyarakat untuk melakukan
pemantauan terhadap kondisi bumil yang berada di lingkungannya,
sehingga dapat terdeteksi secara dini jika ada permasalahan
kesehatan yang dialami oleh bumil tersebut.
e. Persentase Cakupan D/S
Cakupan D/S menggambarkan tingkat motivasi/partisipasi
masyarakat dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan, serta
kesehatan balita di Posyandu. Indikator ini menjadi penting karena selain
menunjukkan pelayanan gizi pada balita, juga memiliki korelasi yang kuat
dengan peningkatan cakupan pemberian vitamin A, Imunisasi dan
penemuan kasus kurang gizi di Posyandu.
Peran serta masyarakat dalam penimbangan balita (D/S) menjadi
sangat penting dalam deteksi dini kasus gizi kurang dan gizi buruk.
Dengan rajin menimbang balita, maka pertumbuhan balita dapat dipantau
secara intensif. Sehingga bila berat badan anak tidak naik ataupun jika
ditemukan penyakit akan dapat segera dilakukan upaya pemulihan dan
pencegahan supaya tidak menjadi gizi kurang atau gizi buruk. Semakin
cepat ditemukan, maka penanganan kasus gizi kurang atau gizi buruk
akan semakin baik. Penanganan yang cepat dan tepat sesuai tata laksana
kasus anak gizi buruk akan mengurangi risiko kematian, sehingga angka
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 126
kematian akibat gizi buruk dapat ditekan. Persentase cakupan D/S
ditargetkan sebesar 85% pada tahun 2017.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Persentase Cakupan D/S
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
85 % 76.74 74.01 76.82 71.02
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
85 % 71.02% 83.55% 72.35% - - -
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2016
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
85% 71.02% 83.55%
Jika dibandingkan dengan target tahun 2017 dan juga target
renstra sebesar 85%, angka capaian sebesar 71.02% masih relatif rendah,
tetapi diharapkan akan ada peningkatan capaian pada 1 (satu tahun ke
depan sehingga pada akhir tahun renstra target tersebut dapat tercapai.
Faktor yang menentukan keberhasilan dan penghambat
keberhasilan upaya meningkatnya gizi masyarakat, antara lain:
1) Faktor penunjang keberhasilan:
a) Adanya program dan kegiatan dari pemerintah daerah sebagai
upaya meningkatkan status gizi masyarakat meskipun upaya yang
dilakukan belum optimal.
b) Adanya kemauan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan balita
di lingkungannya.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 127
c) Berjalannya program gizi antara lain pemberian obat gizi (tablet
besi, vitamin A, Kapsul Yodiol).
d) Adanya dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang
memberikan daya ungkit terhadap program gizi.
2) Faktor penghambat keberhasilan:
a) Kurangnya dukungan dari pemangku kepentingan, dimana
posyandu hanya didukung oleh tenaga kesehatan dari puskesmas
setempat.
b) Kualitas dan kuantitas kader di pekon masih kurang.
c) Terbatasnya dana operasional, sarana dan prasarana di posyandu.
d) Kurangnya kemampuan tenaga dalam pemantauan pertumbuhan
dan konseling.
e) Tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat
posyandu masih rendah.
3) Upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah
antara lain:
a) Mensosialisasikan dan memantau pelaksanaan penyelenggaraan
bulan penimbangan pada setiap bulan November setiap tahun
sebagai upaya berdaya ungkit meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam penimbangan balita.
b) Advokasi dan readvokasi kepada pemangku kepentingan terkait.
c) Pelatihan fasilitator dan pemantauan pertumbuhan kepada tenaga
kesehatan pengelola gizi.
d) Pelatihan ulang kader posyandu (refreshing kader).
e) Melakukan bimbingan teknis kepada tenaga kesehatan baik di
puskesmas maupun di posyandu.
f) Peningkatan pemberdayaan masyarakat terutama di posyandu.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 128
f. Persentase capaian ASI Eksklusif
Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian
anak, UNICEF dan WHO merekomendasikan sebaiknya anak hanya
disusui air susu ibu (ASI) paling sedikit enam bulan. Bayi mendapat ASI
eksklusif adalah bayi 0 - 6 bulan yang diberi ASI saja tanpa makanan atau
cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral berdasarkan recall 24 jam.
ASI eksklusif dianjurkan pada beberapa bulan pertama kehidupan karena
ASI tidak terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang diperlukan
anak pada umur tersebut.
Pada tahun 2012 telah diterbitkan Peraturan Pemerintah tentang
Pemberian Air Susu Ibu (PP Nomor 33 Tahun 2012). Dalam PP tersebut
diatur tugas dan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah
dalam pengembangan program ASI, diantaranya menetapkan kebijakan
nasional dan daerah, melaksanakan advokasi dan sosialisasi serta
melakukan pengawasan terkait program ASI eksklusif. Untuk
menindaklanjuti PP tersebut telah diterbitkan Perda No. 17 tahun 2014
tentang ASI eksklusif. Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Barat
menetapkan indikator persentase capaian ASI eksklusif sebesar 35%
pada tahun 2017.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Persentase Capaian ASI Eksklusif
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
35 % 54.7 0 53.37 0
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
35 % 53.37% 152.49% 72.4% - - -
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 129
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
35% 53.37% 152.59%
Untuk tahun 2017 capaian ASI Eksklusif lebih dari target yang
ditetapkan, dengan pencapaian 53.37%, namun capaian ini lebih kecil
dibandingkan tahun 2016. Capaian saat ini lebih besar dari target karena
memang target yang dibuat di tahun 2017 lebih rendah dari target
sebelumnya.Hal ini dilakukan karena jika estimasi terlalu tinggi,
dikhawatirkan target capaian tidak akan pernah dicapai. Penghitungan
indikator ASI eksklusif dilakukan setiap 6 bulan sekali, sehingga data
terakhir yang dipakai adalah pada triwulan III.
Faktor yang menentukan keberhasilan dan penghambat
keberhasilan upaya meningkatnya gizi masyarakat, antara lain:
1) Faktor penunjang keberhasilan:
a) Adanya peraturan berupa PP dan Perda provinsi yang mengatur
tentang ASI eksklusif.
b) Adanya dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang
memberikan daya ungkit terhadap program gizi.
2) Faktor penghambat keberhasilan:
a) Praktik pemberian makanan prelakteal pada usia 0-5 bulan.
Makanan prelakteal yaitu makanan atau minuman yang diberikan
sebelum keluarnya ASI.
b) Ibu yang memang tidak bisa memproduksi ASI atau hanya sedikit
ASI yang dihasilkan sehingga tidak mencukupi untuk bayinya.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 130
c) Ibu bekerja, yang disebabkan karena sikap ibu itu sendiri, fasilitas
yang tidak mendukung untuk melakukan pemberian ASI Eksklusif,
dan adanya penggunaan pengasuh bayi.
d) Kampanye ASI eksklusif melalui media masih minim sehingga
masyarakat kurang mendapatkan informasi mengenai pentingnya
ASI eksklusif. Lain halnya dengan gencarnya iklan susu formula
di media. JIka tidak ada kontrol dari pemerintah maka,
masyarakat akan beranggapan bahwa susu formula lebih penting
untuk bayi dibandingkan ASI eksklusif.
3) Upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah
antara lain:
a) Pelaksanaan program konselor ASI eksklusif, dengan
menyediakan konselor ASI di fasilitas pelayanan kesehatan.
b) Menyediakan fasilitas laktasi di tempat kerja dan tempat sarana
umum.
g. Persentase cakupan Vitamin A
Vitamin A merupakan zat gizi yang esensial bagi manusia, karena
zat gizi ini sangat penting dan konsumsi makanan kita cenderung belum
mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi dari luar. Pada
anak balita akibat kekurangan Vitamin A akan meningkatkan kesakitan
dan kematian, mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, radang paru-
paru, pneumonia, dan akhirnya kematian. Kapsul Vitamin A adalah kapsul
yang mengandung vitamin A dosis tinggi, yaitu 100.000 Satuan
Internasional (SI) untuk bayi umur 6-11 bulan dan 200.000 SI untuk anak
balita 12-59 bulan.
Persentase balita mendapat kapsul vitamin A adalah jumlah bayi 6-
11 bulan ditambah jumlah balita 12-59 bulan yang mendapat 1 (satu)
kapsul vitamin A pada periode 6 (enam) bulan dibagi jumlah seluruh balita
6-59 bulan yang ada di satu wilayah kabupaten/kota dalam periode 6
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 131
(enam) bulan yang didistribusikan setiap Februari dan Agustus dikali
100%. Tahun 2017ditetapkan target 85%.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Persentase cakupan Vitamin A
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
85 % 91.25 0 90.4 0
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
85 % 90.4% 106.35% 83.30% - - -
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
85% 90.4% 106.35%
Dengan realisasi sebesar 90.4% maka target tahun 2017 dan akhir
Renstra telah tercapai, diharapkan sampai dengan tahun 2017 capaian
indikator kinerja ini dapat dipertahankan.
Faktor yang menentukan keberhasilan dan penghambat
keberhasilan upaya meningkatnya gizi masyarakat, antara lain:
1) Faktor penunjang keberhasilan:
a) Adanya pengadaan obat program secara rutin yang diantaranya
yaitu pengadaan Vitamin A.
b) Adanya pelaksanaan Bulan Vitamin A yaitu bulan Februari dan
Agustus, dimana anak yang berusia 6 bulan s/d 59 bulan akan
mendapatkan vitamin A gratis di posyandu atau puskesmas.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 132
c) Adanya kemauan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan
balita di lingkungannya.
2) Faktor penghambat keberhasilan:
a) Berkurangnya kunjungan anak balita ke possyandu untuk
melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak
yang disertai dengan pemberian vitamin A, khususnya setelah
usia 1 tahun atau setelah memperoleh imunisasi lengkap.
b) Kurangnya kemampuan tenaga dalam pemantauan pertumbuhan
dan konseling.
c) Tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat
posyandu masih rendah.
3) Upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah
antara lain:
a) Mengoptimalkan pemanfaatan posyandu sebagai sarana
pelayanan kesehatan untuk balita oleh masyarakat.
b) Pelatihan ulang kader posyandu (refreshing kader).
c) Melakukan bimbingan teknis kepada tenaga kesehatan baik di
puskesmas maupun di posyandu.
h. Persentase Cakupan Fe
Tablet Tambah Darah (TTD) atau tablet Fe adalah tablet yang
mengandung Fe dan Asam Folat, baik yang berasal dari program maupun
mandiri. TTD Program adalah tablet yang mengandung 60 mg elemental
besi dan 0.25 mg asam folat yang disediakan oleh pemerintah dan
diberikan secara gratis pada ibu hamil. TTD mandiri adalah TTD atau
multivitamin dan mineral, minimal mengandung elemental besi dan asam
folat yang diperoleh secara mandiri sesuai anjuran.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 133
Ibu hamil mendapat 90 TTD atau tablet Fe adalah ibu yang selama
masa kehamilannya minimal mendapat 90 TTD program maupun mandiri.
Persentase cakupan Fe pada tahun 2017 sebesar 80%.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Persentase cakupan Fe
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
80 % 22.76 46.13 69 90.93
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
80 % 90.93% 113.66% 90.80% - - -
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2013
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
80% 90.93% 113.66%
Realisasi cakupan Fe tahun 2017 berhasil melampaui target tahun
2017 dan target Renstra sebesar 80%. Upaya yang telah dilakukan oleh
petugas gizi di puskesmas telah menghasilkan capaian yang tinggi yaitu
113.66% dari target. Hal ini tentunya juga berkaitan dengan tingginya
jumlah wanita hamil yang mengkonsumsi tablet Fe
D. Peningkatan Usia Harapan Hidup
Peningkatan umur harapan hidup (UHH) merupakan indikator
penting yang menggambarkan secara keseluruhan keberhasilan
pembangunan sektor kesehatan. Dengan adanya peningkatan pada
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 134
pencapaian berbagai indikator kesehatan diharapkan berdampak pada
meningkatnya UHH di Lampung Barat.
Keberhasilan pencapaian target AHH ditentukan oleh keberhasilan
pencapaian indikator derajat kesehatan antara lain AKI, AKB, status gizi
masyarakat, dan angka kesakitan masyarakat. Masih rendahnya AKI dan
AKB di Lampung Barat mendukung tercapainya target UHH. Untuk
indikator status gizi masyarakat meskipun masih ditemui kasus gizi buruk,
namun secara garis besar pencapaian indikator status gizi masyarakat
masih berada pada batas normal.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Umur Harapan Hidup (UHH)
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
70.40 Tahun - - - 66.02
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
70.40
tahun
66.02
tahun
93.78% 66.02
thn
67.81
thn
- -
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
70.80 thn 66.02 thn 93.25%
Pada tahun 2017 target adalah sebesar 70.40tahun, berdasarkan
data yang didapat UHH Lampung Barat tahun 2016 adalah 66.02 tahun.
Untuk tahun 2017, belum didapatkan data UHH. Angka ini lebih kecil dari
tahun 2014 disebabkan adanya perbedaan metode perhitungan yang
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 135
dilakukan oleh BPS. UHH menunjukkan besaran umur harapan hidup
pada saat dilahirkan yang ditentukan oleh keberhasilan capaian derajat
kesehatan masyarakat di suatu wilayah tertentu.
Analisa Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Penggunaan sumberdaya dalam hal ini adalah alokasi anggaran
yang digunakan dan dengan mengukur SDM yang ada, maka
penggunaan sumberdaya yang ada cukup efisien. Berikut adalah
perbandingan antara capaian kinerja sasaran dengan capaian keuangan:
Indikator sasaran Tingkat Capaian Kinerja
Tingkat Capaian Keuangan
1) Angka Kematian Ibu (AKI) 100% 60.13%
2) Angka Kematian Bayi (AKB) 100% 60.13%
3) Rasio posyandu 6.16% 60.13%
4) Menurunnya Angka kematian Ibu:
a. % Persalinan nakes 91.08% 99.39%
b. % Cakupan K1 95.74% 99.48%
c. % Cakupan K4 94.72% 99.48%
d. % Bumil resti ditangani 93.34% 99.39%
5Menurunnya Angka Kematian Bayi :
a. % Kunjungan Neonatal 1 107.03% 99.48%
b. % Kunjungan Neonatal Lengkap
95.42% 99.48%
7) Meningkatnya status gizi :
a. % Status gizi buruk indikator BB/U
100% 98.56%
b. % Balita gizi buruk mendapat perawatan
100% 98.56%
c. % Prevalensi BB kurang 100% 98.56%
d. %Prevalensi Bumil KEK 100% 98.67%
e. % Cakupan Vitamin A 83.55% 90.45%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 136
f. % Cakupan Fe 152.59% 90.45%
g. % Cakupan D/S 106.35% 99.38%
h. % Capaian ASI eksklusif 113.66% 99.90%
7) Angka Harapan Hidup (AHH)
93.25% 75.95%
Program dan Kegiatan Penunjang Pencapaian Sasaran Strategis 4:
A. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
1. Peningkatan Mutu Pelayanan Farmasi Komunitas dan Rumah Sakit.
Output yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya pengawasan mutu sarana/fasilitas kesehatan swasta
6 sarana 6 sarana 6 sarana 12 sarana
50%
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya pelaksanaan pengawasan
dan pembinaan terhadap sarana/fasilitas kesehatan swasta di Kabupaten
Lampung Barat agar masyarakat Lampung Barat dapat memperoleh
pelayanan kesehatan yang terjamin kualitasnya, mengingat saat ini
semakin maraknya pertumbuhan sarana/fasilitas kesehatan swasta dan
makin berkembangnya pengetahuan masyarakat untuk melakukan
swamedikasi.
2. Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Realisasi output dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Tersedianya obat-obatan
1 paket 1 paket 4 paket 5 paket 80%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 137
dan perbekalan kesehatan serta sarana penunjangnya.
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya penyediaan obat
dan perbekalan kesehatan yang bersumber dari APBD Kabupaten
Lampung Barat yang akan didistribusikan ke seluruh puskesmas di
Lampung Barat.
3. Penyediaan Biaya Operasional dan Pemeliharaan UPT Instalasi
Farmasi.
Capaian output dari kegiatan ini dijelaskan dalam matriks di bawah:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Tersedianya biaya operasional dan pemeliharaan instalasi UPT Farmasi
12 bulan (1 tahun)
12 bulan (1 tahun)
12 bulan (1 tahun)
24 bulan (2 tahun)
50%
Terlaksananya pemusnahan obat
1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 100%
Kegiatan ini ditujukan untuk dana opersional UPT Instalasi farmasi,
yang digunakan untuk proses pengelolaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat dari hasil pengadaan maupun obat dari provinsi ke
seluruh puskesmas di Kabupaten Lampung Barat.
B. Program Upaya Kesehatan Masyarakat:
1. Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
Realisasi output dari kegiatan ini yaitu:
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 138
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terlaksananya program penyakit tidak menular
15 puskesma
s
15 puskesma
s
15 puskesma
s
15 puskesma
s
100%
Tersedianya posbindu kit
15 set 15 set 15 set 30 set 50%
Terlaksananya pertemuan update software
60 orang
60 orang
60 orang
60 orang
100%
Terlaksananya bina suasana kader
3 puskesma
s 40 orang
3 puskesma
s 40 orang
3 puskesma
s 40 orang
3 puskesma
s 40 orang
100%
100%
Kegiatan ini ditujukan untuk pengendalian dan pencegahan penyakit
tidak menular (PTM). Upaya pengendalian PTM yang efektif, perlu
dilakukan untuk menurunkan kesakitan dan kematian. Upaya tersebut
akan efektif jika dilakukan pada fase awal. Namun hampir semua PTM
dan faktor resikonya pada fase awal kurang memberikan gejala pada yang
mengalaminya, untuk itu perlu dibentuknya Posbindu PTM, yang
merupakan kegiatan monitoring, deteksi dini faktor resiko PTM dan tindak
lanjutnya yang dilakukan secara terintegrasi berbasis peran serta
masyarakat.
2. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan.
Hasil output yang didapat dari kegiatan ini adalah:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Tersedianya biaya operasional dan pemeliharaan di puskesmas dan
15 puskesma
s 37 pustu
15 puskesma
s 37 pustu
15 puskesma
s 38 pustu
15 puskesma
s 38 pustu
100%
100%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 139
puskesmas pembantu
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai dukungan pembiayaan operasional
kegiatan di seluruh puskesmas dan puskesmas pembantu. Besaran
anggaran per puskesmas ditentukan berdasarkan jumlah penduduk di
wilayah kerja UPT Puskesmas, status pelayanan puskesmas (rawat inap
atau non rawat inap), jumlah kunjungan pasien, biaya operasional/
pemeliharaan alat medis dan non medis, bahan habis pakai termasuk di
dalamnya biaya penerangan (listrik atau bahan bakar generator) serta
biaya penunjang lainnya yang dibutuhkan oleh puskesmas.
3. Pemilihan puskesmas berprestasi dalam rangka peningkatan
akuntabilitas pelayanan kesehatan.
Output yang dihasilkan dari kegiatan ini sebagi berikut:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terpilihnya puskesmas berprestasi
1 puskesma
s
1 puskesma
s
3 puskesma
s
4 puskesma
s
75%
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka untuk memacu peningkatan
akses pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan cara memberikan
penilaian dan pemberian penghargaan kepada Puskesmas, Klinik
Pratama dan Praktik Dokter/Dokter Gigi berprestasi.
4. Pelayanan kesehatan daerah terpencil, tertinggal dan situasi khusus
(poskotis).
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 140
Terlaksananya pelayanan kesehatan di daerah tertinggal, sunatan massal dan poskotis
15 pekon 15
kecamatan 3
poskotis.
15 pekon 15
kecamatan 3
poskotis.
41 pekon 15
kecamatan 9
poskotis.
51 pekon 15
kecamatan
12 poskotis.
80.39% 100%
75%
Kegiatan daerah terpencil bertujuan untuk meningkatkan jangkauan
pelayanan kesehatan puskesmas melalui pengembangan inovasi
pelayanan kesehatan puskesmas sesuai keadaan dan kebutuhan
masyarakat, meningkatkan dukungan sumberdaya upaya kesehatan
puskesmas di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan.
5. Pelayanan kesehatan haji.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya pemeriksaan, pemberian vaksin dan terdeteksinya resiko tinggi pada jamaah haji
200 jemaah
67 jemaah
626 jemaah
900 jemaah
69.56%
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan
pemberangkatan calon jemaah haji yaitu berkaitan dengan pemeriksaan
kesehatan calon jemaah haji. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji
aadalah rangkaian kegiatan yang meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang dan penetapan diagnosis jemaah haji, dilanjutkan
dengan dan pemeliharaan kesehatan sesuai indikasi. Sampai dengan
tahun 2017 persentase capaian adalah 69.56%, hal ini berkaitan dengan
adanya pengurangan kuota jemaah haji dari Lampung Barat, sehingga
realisasi tidak sesuai dengan sasaran awal yang telah ditetapkan.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 141
6. Optimalisasi Manajemen Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terlatihnya tenaga puskesmas tentang manajemen pelayanan kesehatan di puskesmas
10 orang, 10 orang, 10 orang, 10 orang, 100%
Terlaksananya monev tentang manajemen pelayanan kesehatan di puskesmas
5 puskesma
s
5 puskesma
s
5 puskesma
s
5 puskesma
s
100%
Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan masyarakat melalui pelatihan manajemen pelayanan
kesehatan di puskesmas. Upaya ini dilakukan secara bertahap, untuk
tahun 2017 diikuti oleh 5 (lima) puskesmas, masing-masing mengirimkan
2 (dua) orang untuk mengikuti pelatihan tersebut. Dengan kegiatan ini
diharapkan puskesmas mampu memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara merata, tidak diskriminasi sehingga pelayanan
tersebut menjadi lebih akuntabel, efektif dan efisien.
7. Kalibrasi alat kesehatan di puskesmas.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terlaksananya kalibrasi alat-alat kesehatan di
13 puskesma
s
13 puskesma
s
15 puskesma
s
15 puskesma
s
100%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 142
puskesmas
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bagian dari upaya peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, yaitu dengan menjaga
keakuratan alat kesehatan yang digunakan untuk pemeriksaan kesehatan
oleh tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan atau puskesmas.
8. Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK).
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terlaksananya upaya promotif dan preventif.
15 puskesma
s
15 puskesma
s
15 puskesma
s
15 puskesma
s
100%
Tujuan dari pelaksanaan DAK Non Fisik BOK adalah untuk
meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan untuk upaya
kesehatan promotif dan preventif di wilayah kerja puskesmas.
D. Program Pengawasan Obat dan Makanan
1. Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstr
a (5
Tahun)
Tingkat Capaia
n
Meningkatnya pengawasan terhadap masyarakat dari bahan pangan, obat, obat
8 kecamata
n (40 lokasi)
8 kecamata
n (40 lokasi)
120 lokasi
160 lokasi
75%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 143
tradisional dan kosmetika yang mengandung bahan berbahaya
Terlaksananya pemeriksaan sampel bahan makanan/minuman ke kecamatan
1 paket 1 paket 1 paket 2 paket 50%
Terlaksananya pemeriksaan sampel bahan makanan/minuman ke propinsi
1 paket 1 paket 1 paket 2 paket 50%
Kegiatan ini dilaksanakan untuk pengawasan bahan makanan yang
mengandung bahan berbahaya pada makanan yang dijual bebas kepada
masyarakat. Khususnya produk makanan yang dijual sebagai jajanan
pasar, jajanan anak sekolah, warung, dan sebagainya.
2. Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP).
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya sertifikasi penyuluhan kemanan pangan (PKP) untuk pemilik/penanggung jawab industri rumah tangga, pangan, guru dan penjual makanan siap saji
40 orang
40 orang 40 orang 80 orang
50%
Kegiatan dilaksanakan sebagai upaya pembinaan dan pengawasan
efektif terhadap produk pangan, khususnya hasil produksi Industri Rumah
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 144
Tangga pangan (IRTP), agar tersedia pangan yang aman, bermutu,
beragam, dan bergizi.
E. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
1. Pemberian Makanan Tambahan Pada Ibu Hamil Kurang energi Kronis.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Tersedianya PMT bagi ibu hamil KEK dan Terlaksananya monev ke puskesmas
45 bumil 45 bumil 45 bumil 100 bumil
45%
Kegiatan dilakukan dalam bentuk pemberian makanan tambahan
berupa susu ibu hamil KEK yang telah diukur LILAnya oleh petugas
kesehatan dengan LILA <23.5 cm. Kemudian dilakukan pemantauan
kembali terhadap ibu hamil KEK yang telah diberi makanan tambahan
berupa susu.
2. Pelacakan dan penanggulangan kasus gizi buruk balita KEP dan
bumil KEK.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terlaksananya pertemuan pelacakan dan penanggulangan kasus gizi buruk
10 kasus balita KEP
10 kasus bumil KEK
10 kasus balita KEP
10 kasus bumil KEK
26 kasus balita KEP
26 kasus bumil KEK
36 kasus balita KEP
36 kasus bumil KEK
72.22%
72.22%
Terlaksananya validasi dan monev balita KEP dan bumil KEK
15 kecamata
n
15 kecamata
n
15 kecamata
n
15 kecamata
n
100%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 145
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengatasi kasus gizi buruk yang ada
di masyarakat. Pelacakan kasus dilakukan oleh tenaga pelaksana gizi
(TPG) puskesmas yang didapat dari hasil pencatatan di pelayanan
puskesmas maupun posyandu. Pemeriksaan balita dengan cara
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, sedangkan
untuk bumil dilakukan dengan cara pengukuran lingkar lengan atas (LILA).
Dengan terpantaunya status gizi masyarakat, maka dapat dilakukan
intervensi melalui kegiatan untuk penanganan kasus gizi kurang di
masyarakat.
3. Pendataan keluarga sadar gizi (kadarzi).
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terlaksananya pertemuan, pembinaan dan pendataan kadarzi
40 orang, 4
puskesmas
40 orang, 4
puskesmas
80 orang, 8
puskesmas
150 orang,
15 puskesma
s
53.33% 53.33%
Kegiatan ini berfokus pada pembinaan kader posyandu untuk
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang benar dalam
melakukan kegiatan di posyandu yang dapat menunjang peningkatan
program kesehatan yang diantaranya Kadarzi.
4. Advokasi dan Capacity Building Tim Pangan dan Gizi.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terlaksananya advokasi dan
40 peserta
advokasi
40 peserta
advokasi
40 peserta
advokasi
40 peserta
advokasi
100%
100%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 146
bimbingan teknis ke puskesmas.
15 puskesma
s
15 puskesma
s
15 puskesma
s
15 puskesma
s
Kegiatan dilakukan dengan melaksanakan advokasi program gizi
dengan melaksanakan pertemuan dengan pimpinan, lintas sektor terkait,
dan tokoh masyarakat.
5. Sosialisasi PP No.33 Tahun 2012 dan Perda No.17 Tahun 2014
Tentang ASI Ekslusif.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya sosialisasi PP dan Perda ASI eksklusif program gizi Kabupaten Lampung Barat.
40 orang 40 orang 40 orang 640 orang
6.25%
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bagian dari pelaksanaan PP No. 33
Tahun 2012 dan Perda Provinsi Lampung No. 17 Tahun 2014 yang
mewajibkan pemerintah daerah untuk dapat mensosialisasikan
pelaksanaan kebijakan program ASI eksklusif di wilayahnya masing-
masing. Salah satu meningkatnya capaian indikator kinerja ASI eksklusif
adalah dengan dilakukannya pembinaan dan sosialisasi tentang ASI
eksklusif secara terus menerus.
F. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
1. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 147
Tersedianya dana pelayanan kesehatan
15 puskesma
s 37 pustu
15 puskesma
s 37 pustu
15 puskesma
s 37 pustu
15 puskesma
s 38 pustu
100%
97.37%
Dana kapitasi yang merupakan implementasi dari pelaksanaan JKN
bertujuan untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam bentuk
manfaat pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah di
FKTP/Puskesmas.
2. Non Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Tersedianya pelayanan kesehatan non kapitasi di puskesmas
6 puskesma
s rawat inap 136
pekon
6 puskesma
s rawat inap 136
pekon
6 puskesma
s rawat inap 136
pekon
6 puskesma
s rawat inap 136
pekon
100%
100%
Kegiatan ini adalah untuk melaksanakan jaminan kesehatan yang
diselenggarakan oleh BPJS kesehatan. Pembiayaan Jaminan Kesehatan
dilakukan secara langsung oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) dalam hal ini adalah puskesmas yang ada di setiap kecamatan se-
Kabupaten Lampung Barat. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan
dapat terpenuhinya pembiayaan jaminan bagi masyarakat khususnya
untuk pelayanan rawat inap di puskesmas dan pelayanan persalinan di
bidan desa.
G. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak.
1. Peningkatan Kesehatan Ibu Melahirkan dan Anak Baru Lahir.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 148
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya Imunisasi TT
136 pekon
136 pekon
136 pekon
136 pekon
100%
Terlaksananya pertemuan imunisasi TT
30 orang 30 orang 30 orang 30 orang 100%
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan pemberian
Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) Wanita Usia Subur (WUS)/wanita usia 15 -
35 tahun. Dengan tujuan untuk eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal
(ETMN) (insiden di bawah 1/1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun), dengan
sasaran kegiatan untuk mencapai ETMN 10% atau 8.193 orang dari
jumlah sasaran WUS yang ada.
2. Audit Maternal dan Perinatal.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya Audit Maternal dan Perinatal
4 triwulan 208 bidan
4 triwulan
208 bidan
4 triwulan
208 bidan
4 triwulan
208 bidan
100% 100%
Kegiatan ini merupakan sebuah bentuk investigasi kualitatif mendalam
mengenai penyebab dan situasi di seputar kematian maternal dan
perinatal/neonatal baik yang ditangani di fasilitas kesehatan termasuk
bidan di desa atau bidan praktek swasta secara mandiri, maupun di rumah.
Dengan dilaksanakannya kegiatan ini diharapkan dapat diketahui
penyebab kematian maternal/perinatal sehingga dapat diambil langkah
tindaklanjut yang menjadi pengetahuan bagi bidan yang menangani
persalinan.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 149
3. Sosialisasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K).
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat
Capaian
Terlaksananya pertemuan sosialisasi program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K);
42 orang 7
kecamatan
42 orang 7
kecamatan
90 orang 15kecamat
an
138 orang 15kecamat
an
65.22%
100%
Terlaksananya cetak buku KIA
6200 buku KIA.
6200 buku KIA.
11700 buku KIA.
17900 buku KIA.
65.36%
Dengan berjalannya upaya program P4K diharapkan dapat
meminimalisir kemungkinan terjadinya kematian ibu dan bayi selama
proses kehamilan, persalinan dan masa nifas.
4. Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik Jaminan Persalinan.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Tersedianya Rumah Tunggu Kelahiran
17 unit, 10 unit, 10 unit 34 unit, 29.41%
Tersedianya biaya transport rujukan
600 ibu hamil
13 ibu hamil
13 ibu hamil
1200 ibu hamil
1.08%
Kegiatan ini diarahkan untuk memobilisasi persalinan di fasilitas
kesehatan untuk mencegah secara dini terjadinya komplikasi baik dalam
persalinan ataupun masa nifas. Capaian output masih sangat rendah, hal
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 150
ini disebabkan program Jampersal baru saja dilaksanakan, banyak
masyarakat yang belum mengetahui dan memanfaatkan fasilitas Rumah
Tunggu Kelahiran (RTK) yang telah disediakan.
5. Sasaran Strategis “Tersedianya tenaga kesehatan dan
pendistribusian sesuai dengan kebutuhan sarana dan prasarana
kesehatan serta perbekalan kesehatan”.
Untuk mengukur keberhasil pencapaian sasaran strategis tersebut
di atas, ditetapkan indikator – indikator sebagai berikut:
A. Tersedianya jumlah tenaga kesehatan sesuai kebutuhan
Capaian Tenaga Kesehatan
Target Tahun 2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw.
II
Trw. III Trw. IV
Dokter umum 15 Orang 12 12 14 14
Dokter Gigi 10 Orang 3 3 2 2
Perawat 80 Orang 102 102 119 119
Bidan 67 Orang 69 69 221 221
Tenaga
Kesehatan
Masyarakat
10 Orang 12 12 12 12
Tenaga
Kesehatan
Lingkungan
10 Orang 5 5 5 5
Ahli Teknologi
laboratorium
medik
10 Orang 7 7 7 7
Tenaga Gizi 10 Orang 6 6 8 8
Tenaga
Farmasi
10 Orang 5 5 5 5
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 151
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisa
si
(2017)
Capaia
n
(2017)
Realisasi
2016 2014 2013 2012
Dokter umum 15 14 93.33
%
14 22 23 29
Dokter Gigi 10 2 20% 4 7 5 6
Perawat 80 119 148.75
%
68 168 168 239
Bidan 67 221 329.85
%
210 210 210 326
Tenaga
Kesehatan
Masyarakat
10 12 120% - - - -
Tenaga
Kesehatan
Lingkungan
10 5 50% 1 7 7 15
Ahli
Teknologi
laboratorium
medik
10 7 70% - - - -
Tenaga Gizi 10 8 80% 7 12 12 21
Tenaga
Farmasi
10 5 50% - 9 3 14
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d
Tahun 2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
Dokter umum 21 14 66.67%
Dokter Gigi 15 2 13.33%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 152
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d
Tahun 2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
Perawat 93 119 127.96%
Bidan 78 221 283.33%
Tenaga
Kesehatan
Masyarakat
20 12 60%
Tenaga
Kesehatan
Lingkungan
15 5 33.33%
Ahli Teknologi
laboratorium
medik
15 7 46.67%
Tenaga Gizi 21 8 38.1%
Tenaga Farmasi 17 5 29.41%
Jumlah tenaga kesehatan yang ada dipengaruhi dengan adanya
mutasi pegawai ke daerah lain, perbedaan yang mencolok dengan tahun-
tahun sebelumnya antara lain karena adanya pemisahan antara
Kabupaten Lampung Barat dengan Pesisir Barat. Jumlah tenaga
kesehatan drastis berkurang. Untuk ketersediaan tenaga dibeberapa pos
terdapat peningkatan secara kuantitas contohnya pada ketersediaan
tenaga bidan dan perawat. Rekruitmen tenaga bidan melalui program
PTT merupakan salah satu alternative pemecahan masalah yang
berkaitan dengan keterbatasan tenaga bidan.Jumlah tenaga kesehatan
yang dihitung pada tahun 2017 adalah jumlah tenaga kesehatan yang ada
di seluruh puskesmas di Kabupaten Lampung Barat.
Jumlah tenaga dokter umum di seluruh puskesmas sebanyak 14
orang, jika dibandingkan dengan target tahun 2017 masih ada kekurangan
1 orang tenaga dokter umum. Jumlah tersebut masih sangat kurang untuk
dapat memberikan pelayanan kesehatan secara optimal di seluruh
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 153
wilayah Kabupaten Lampung Barat. Jumlah tenaga kesehatan terendah
adalah tenaga dokter gigi hanya 2 orang di seluruh puskesmas.
Sedangkan untuk apoteker, di puskesmas tenaga kefarmasian yang
dibutuhkan adalah asisten apoteker.
B. Rasio dokter per satuan penduduk
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Rasio dokter per satuan penduduk
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
11-15 Orang 3.7 3.7 4.31 4.31
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
11-15
orang
4.31 28.73% 6.48 - - -
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
11-15 4.31 28.73%
Secara nasional, ratio jumlah dokter adalah 40 orang per 100.000
penduduk, dengan jumlah penduduk Lampung Barat sebesar 324.530 jiwa
maka jumlah dokter yang dibutuhkan adalah sebanyak 129 orang. Saat
ini hanya terdapat 14 orang. Dengan demikian rasio dokter di Lampung
Barat adalah sebesar 4.31 per 100.000 penduduk, masih jauh dari angka
ideal yang telah ditetapkan secara nasional. Masalah ini adalah persoalan
lama yang akan selalu dihadapi di daerah. Target minimal yang harus
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 154
dipecahkan oleh pemerintah daerah dalam mengatasi kekurangan ini
dilakukan dengan menetapkan setidaknya ada 1 dokter untuk setiap
puskesmas. Pengajuan dokter PTT juga menjadi alternatif solusi dan
ditambah dengan rekruitmen tenaga dokter untuk menjadi PNS
daerah.Daerah menetapkan bahwa jumlah dokter adalah 11-15 orang per
satuan penduduk, jumlah tenaga dokter umum sampai dengan tahun 2017
masih belum memenuhi target daerah.
C. Rasio tenaga paramedis per satuan penduduk
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Rasio tenaga paramedis per satuan penduduk
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
60-65 Orang 31.43 31.43 36.67 36.67
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
60-65
orang
36.67
orang
56.42% 23.20 58.42 - -
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
65-69 36.67 53.14%
Rasio tenaga paramedis adalah 1 orang per 1000 penduduk (100
orang per 100.000 penduduk). Dengan Jumlah penduduk Lampung Barat
saat ini, 324.530 jiwa, maka jumlah ideal perawat yang harus ada
sebanyak 324 orang. Pada tahun 2017, jumlah perawat sebanyak 119
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 155
orang sehingga masih ada kesenjangan jumlah perawat sebanyak 205
orang. Tahun 2017ditargetkan rasio tenaga paramedis sebesar 60-65 dan
pencapaian yang diraih yaitu sebanyak 36.67, realisasi ini hanya sebesar
56.42%. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2014 capaian tahun
2016 jauh lebih rendah, hal ini dikarenakan pada tahun 2017 jumlah
tenaga paramedis yang dihitung hanya yang bertugas di puskesmas.
D. Cakupan puskesmas (Jumlah puskesmas/Jumlah seluruh kec. X
100%)
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Cakupan puskesmas
(Jumlah puskesmas/Jumlah seluruh kec. X 100%
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
100 % 100 100 100 100
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
100% 100% 100% 86.67% 86.67% 80% 80%
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
100% 100% 100%
Jumlah puskesmas di Lampung Barat sampai dengan tahun
2017adalah 15 puskesmas dengan kecamatan sebanyak 15 kecamatan.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 156
Kondisi saat ini telah terpenuhi jumlah minimal yaitu 1 kecamatan minimal
memiliki 1 puskesmas.
E. Cakupan puskesmas pembantu (Jumlah pustu/jumlah
kelurahan/pekon X 100%)
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Cakupan puskesmas pembantu
(Jumlah pustu/Jumlah seluruh kelurahan/pekon X 100%)
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
36 % 27.21 27.21 27.21 27.94
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
36% 27.94% 77.61% 27.94% 27.94% 27.94% 27.94%
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
44% 27.94% 63.5%
Jumlah keseluruhan puskesmas pembantu (pustu) di Lampung
Barat sebanyak 38 pustu yang tersebar di 15 kecamatan. Jika
dibandingkan dengan jumlah kelurahan/pekon yang ada maka cakupan
pustu baru mencapai 27.94% yang berarti jumlah pustu baru mencapai
77.61% dari target yang ditetapkan. Pada akhir renstra diharapkan
cakupan pustu di Lampung Barat dapat mencapai 44% yang berarti
hingga saat ini masih terdapat kesenjangan sebesar 16.06% dari target
renstra. Pustu yang ada saat ini adalah pustu yang sudah dibangun sejak
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 157
pendirian Kabupaten Lampung Barat, pada tahun 2016 satu pustu
ditingkatkan menjadi Puskesmas Rawat Inap, tetapi pada tahun 2017
dibangun 1 pustu baru yaitu pustu Pagar Dewa sehingga jumlah pustu
kembali menjadi 38 unit.
Analisa Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Penggunaan sumberdaya dalam hal ini adalah alokasi anggaran
yang digunakan dan dengan mengukur SDM yang ada, maka
penggunaan sumberdaya yang ada cukup efisien. Berikut adalah
perbandingan antara capaian kinerja sasaran dengan capaian keuangan:
Indikator sasaran Tingkat Capaian Kinerja
Tingkat Capaian Keuangan
1. Tersedianya tenaga
kesehatan sesuai
kebutuhan
95.05%
Dokter umum 93.33%
Dokter Gigi 20%
Perawat 148.75%
Bidan 329.85%
Tenaga Kesehatan
Masyarakat
120%
Tenaga Kesehatan
Lingkungan
50%
Ahli Teknologi laboratorium
medik
70%
Tenaga Gizi 80%
Tenaga Farmasi 50%
2. Rasio Dokter 28.73%
3. Rasio tenaga paramedis 56.42%
4. Cakupan Puskesmas 100%
5. cakupan Puskesmas Pembantu
77.61%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 158
Program dan Kegiatan Penunjang Pencapaian Sasaran
A. Program Pengadaan, Peningkatan, dan Perbaikan Sarana dan
Prasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu.
1. Rehabilitasi Sedang/Berat/Total Puskesmas Pembantu.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya rehabilitasi gedung puskesmas pembantu dan pengadaan prasarana puskesmas Pembantu
Pustu Trimulyo,
Pustu sukananti,
Pustu Buay
Betanding, Pustu
Padang Cahya, Pustu Tebu, Pustu Pekon Balak
(6 pustu)
Pustu Trimulyo,
Pustu sukananti,
Pustu Buay
Betanding, Pustu
Padang Cahya, Pustu Tebu, Pustu Pekon Balak
(6 pustu)
12 pustu 18 pustu
66.67%
Kegiatan ditujukan untuk rehabilitasi gedung puskesmas pembantu
yang sudah mengalami kerusakan baik rusak ringan, sedang, maupun
rusak berat.
2. DAK Bidang Kesehatan Pelayanan Dasar.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terlaksananya pembangunan sarana dan prasarana kesehatan
4 unit pusling 3 unit
ambulans 2 set alat kedoktera
n,
4 unit pusling 3 unit
ambulans 2 set alat kedoktera
n,
6 unit pusling 6unit
ambulans 3 set alat kedoktera
n,
6 unit pusling 6 unit
ambulans 30 set alat kedoktera
n,
100%
100%
10%
75%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 159
3 unit puskesma
s, 2 unit rumah dokter,
1 unit rumah
paramedis.
3 unit puskesma
s, 2 unit rumah dokter, 1 unit rumah
paramedis.
3 unit puskesma
s, 11 unit rumah dokter, 3 unit rumah
paramedis.
4 unit puskesma
s, 15 unit rumah dokter, 7 unit rumah
paramedis.
73.33
%
42.86%
Kegiatan ini bersumber dari dana pusat yang ditujukan untuk
pembangunan/rehabilitasi dan penyediaan sarana prasarana untuk
fasilitas pelayanan kesehatan sehingga memenuhi standar minimal yang
telah ditetapkan oleh Permenkes Nomor 75 Tahun 2014.
3. DAK Bidang Kesehatan Pelayanan Farmasi.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Tersedianya obat-obatan dan perbekalan kesehatan serta sarana penunjangnya
1 paket pengadaa
n obat, 1 unit
perluasan gedung
IFK,
1 unit mobil
distribusi obat 1 set
meubelair kantor
1 paket pengadaa
n obat, 1 unit
perluasan gedung
IFK, 1 unit mobil
distribusi obat 1 set
meubelair kantor
4paket pengadaa
n obat, 1 unit
perluasan gedung
IFK, 1 unit mobil
distribusi obat 1 set
meubelair kantor
5 paket pengadaa
n obat, 1 unit
perluasan gedung
IFK, 1 unit mobil
distribusi obat 1 set
meubelair kantor
80%
100%
100%
100%
Kegiatan DAK Bidang Kesehatan Pelayanan Farmasi bersumber dari
dana pusat yang ditujukan untuk penyediaan obat-obatan, perbekalan
kesehatan dan sarana penunjang untuk UPT Instalasi farmasi Kabupaten
(IFK).
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 160
4. Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana
Kesehatan.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat
Capaian
Terlaksananya pengadaan pembangunan/rehabilitasi sarana dan prasarana puskesmas
1 mobil, 1 set
meubelair, 1 aula,
5 rumah dinas,
3 pagar puskesma
s, 1 rehab
puskesmas dan
pembangunan pagar,
1 pembangunan pustu
1 mobil, 1 set
meubelair,
1 aula, 5 rumah
dinas, 3 pagar puskesm
as 1 rehab
puskesmas dan
pembangunan
pagar, 1
pembangunan pustu
2mobil, 3 set
meubelair,
1 aula, 5 rumah
dinas, 5 pagar
puskesmas, 1 rehab
puskesmas dan
pembangunan
pagar, 1
pembangunan pustu
3 mobil, 5 set
meubelair,
1 aula, 5 rumah
dinas, 6 pagar
puskesmas, 1 rehab
puskesmas dan
pembangunan
pagar, 1
pembangunan pustu
66.67%
60%
100% 100%
83.33
%
100%
100%
Kegiatan ini dilaksanakan untuk membiayai kegiatan
pembangunan/rehabilitasi bangunan konstruksi, pengadaan sarana dan
prasarana baik di puskesmas maupun di Dinas Kesehatan. kegiatan ini
bersumber dana dari Dana Pajak Rokok Kesehatan.
B. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
1. Kegiatan Profil Kesehatan
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Tersusunnya 45 buku 45 buku 170 buku 220 buku 77.27%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 161
buku profil dan buku saku kesehatan
profil, 45 buku
saku
profil, 45 buku
saku
profil, 90 buku
saku
profil, 135 buku
saku
66.67%
Tersusunnya data SP2TP kabupaten.
20 dokumen SP2TP
20 dokumen SP2TP
20 dokumen SP2TP
40 dokumen SP2TP
50%
Kegiatan ini ditujukan untuk penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten
Lampung Barat berupa penyajian relative yang terdiri atas derajat
kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, dan data umum
serta lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan.
6. Sasaran Strategis “Keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
berkualitas oleh masyarakat miskin”.
Untuk mengukur keberhasil pencapaian sasaran strategis tersebut
di atas, ditetapkan indikator – indikator sebagai berikut:
A. Persentase cakupan masyarakat miskin ditanggung jaminan
kesehatan.
Masyarakat miskin adalah masyarakat sasaran program
pengentasan kemiskinan yang memenuhi kriteria tertentu menggunakan
14 (empat belas) variable kemiskinan dalam satuan Rumah Tangga
Miskin. Jaminan pelayanan kesehatan yang diberikan disini adalah
jaminan pelayanan kesehatan yang dimulai dari pelayanan kesehatan
dasar di puskesmas yang pembiayaannya ditanggung oleh pemerintah.
Program jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
diberikan melalui berbagai program pemerintah antara lain Jamkesmas,
yang saat ini posisinya telah digantikan oleh Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) yang untuk masyarakat miskin ditanggung sebagai peserta PBI.
Perhitungan cakupan masyarakat miskin yang mendapat jaminan
pelayanan kesehatan didasarkan pada jumlah masyakat miskin yang ada
di Lampung Barat yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, untuk
masyarakat miskin yang tidak masuk dalam data maka ditanggung oleh
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 162
pemerintah daerah dengan program pelayanan kesehatan masyarakat
miskin diluar kuota.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Persentase cakupan masyarakat miskin
ditanggung jaminan kesehatan
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
100 % 71.05 71.05 71.05 100
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
100% 100% 100%
Capaian indikator ini sama dengan target tahun 2017 dan juga
caapaian di tahun-tahun sebelumnya. Dalam pelaksanaannya upaya
penyediaan jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin didukung oleh
program pelayanan kesehatan masyarakat miskin di luar kuota sehingga
seluruh masyarakat miskin mendapatkan jaminan pelayanan kesehatan.
Persoalan yang dihadapi adalah belum adanya data yang akurat
mengenai jumlah penduduk miskin di Kabupaten Lampung Barat.
Penduduk miskin yang belum terdaftar dalam kepesertaan PBI pusat
didaftarkan kepesertaannya melalui PBI daerah.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 163
B. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien
masyarakat miskin
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
100 % 4 16.1 16.1 1.94
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
100% 1.94% 1.94% 5% 100% 100% 100%
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
100% 1.94% 1.94%
Perhitungan cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien
masyarakat miskin berdasarkan pemberian pelayanan kesehatan kepada
masyarakat miskin yang dirujuk dari puskesmas. Realisasi tahun 2017
adalah 1.94% sangat rendah dibandingkan target 100%, hal ini berkaitan
dengan kebijakan mengenai persentase rujukan yang diperkenankan
untuk dilakukan oleh puskesmas yaitu maksimal sebesar 15% dari jumlah
kunjungan.
Analisa Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Penggunaan sumberdaya dalam hal ini adalah alokasi anggaran
yang digunakan dan dengan mengukur SDM yang ada, maka
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 164
penggunaan sumberdaya yang ada cukup efisien. Berikut adalah
perbandingan antara capaian kinerja sasaran dengan capaian keuangan:
Indikator sasaran Tingkat Capaian Kinerja
Tingkat Capaian Keuangan
Persentase cakupan
masyarakat miskin
ditanggung jaminan
kesehatan.
100% 97.37%
Cakupan pelayanan
kesehatan rujukan pasien
masyarakat miskin.
1.94%
Program dan Kegiatan Penunjang Pencapaian Sasaran
A. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin.
1. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Penduduk Miskin di Luar Quota.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya jaminan kesehatan masyarakat miskin di luar quota
7500 jiwa 7500 jiwa 7500 jiwa 7500 jiwa 100%
Terlaksananya operasional tim pengelola, tim monev, dan tim koordinasi JKN
2 tim, 18 org, 52 org; 8 kali,
(4 TKK, 2 P-Care,
2 evaluasi)
2 tim, 18 org, 52 org; 8 kali,
(4 TKK, 2 P-Care,
2 evaluasi)
5 tim, 33 org, 66 org; 10 kali, (4 TKK,
2 P-Care, 2
evaluasi)
5 tim, 33 org, 66 org; 10 kali, (4 TKK,
2 P-Care,
2 evaluasi)
100% 100% 100% 100%
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya untuk membiayai jaminan
kesehatan untuk penduduk miskin yang tidak terdaftar di database
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 165
pemerintah pusat. Bekerjasama dengan BPJS dengan membuat MoU,
sehingga Pemerintah Daerah membayar biaya premi asuransi ke BPJS
Kesehatan.
2. Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terlaksananya sosialisasi JKN di masyarakat
15 kecamata
n 750 org
15 kecamata
n 750 org
15 kecamata
n 1500 org
15 kecamata
n 2250 org
100%
66.67%
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendiseminasikan informasi tentang
program Jaminan Kesehatan Nasional baik tentang pengertiannya,
pendaftaran dan pemanfaatannya. Hal yang diinformasikan antara lain
tentang pentingnya jaminan kesehatan, mekanisme gotong royong
menanggung biaya kesehatan, dasar hukum JKN, kepesertaan JKN,
manfaat dan alur pelayanan dan penggunaan kartu BPJS Kesehatan.
3. Peningkatan Pelayanan Kesehatan ISPA dan Pneumonia.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terlaksananya peningkatan kapasitas bagi petugas P2 ISPA dan Pneumonia
94 orang 6
puskesmas
94 orang 6
puskesmas
120 orang 6
puskesmas
230 orang 15
puskesmas
52.17% 40%
Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan angka penemuan dan
tatalaksana minimal 86% dari perkiraan penderita Pneumoni dengan
sasaran kegiatan adalah angka kesakitan dan kematian pnemoni (ISPA)
kurang dari 4%. Hal ini perlu dilakukan mengingat pneumonia merupakan
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 166
penyakit paling serius dan paling membahayakan jiwa anak-anak
dibandingkan dengan infeksi saluran pernafasan lainnya terutama pada
bayi dan anak berusia di bawah lima tahun.
7. Sasaran Strategis “Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan pada
sarana kesehatan”.
Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis 7
ditetapkan indikator - indikator sebagai berikut:
A. Jumlah UPT Puskesmas yang telah melakukan akreditasi
Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
memberikan pelayanan kesehatan primer pada masyarakat. Permenkes
No. 75 tahun 2014 Pasal 39 ayat 1 menyatakan bahwa dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan, Puskesmas wajib diakreditasi secara
berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali. Akreditasi merupakan
pengakuan terhadap Puskesmas, klinik pratama, praktik dokter dan praktik
dokter gigi yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara
akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah dinilai bahwa fasilitas
kesehatan tingkat pertama tersebut memenuhi standar pelayanan fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang telah ditetapkan untuk meningkatkan
mutu pelayanan secara berkesinambungan.
Manfaat akreditasi Puskesmas bagi kabupaten adalah sebagai
wahana pembinaan peningkatan mutu kinerja melalui perbaikan yang
berkesinambungan terhadap sistem manajemen, sistem manajemen mutu
dan sistem penyelenggaraan klinis, serta penerapan manajemen resiko.
Adapun manfaat bagi masyarakat adalah memperkuat kepercayaan
masyarakat dan adanya jaminan kualitas.Sampai dengan saat ini belum
ada Puskesmas di Kabupaten Lampung Barat yang sudah terakreditasi.
Analisa Capaian Kinerja
Jumlah UPT Puskesmas yang telah melakukan akreditasi
Target Tahun Satuan Realisasi
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 167
2017 Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
2 Pkm 0 0 0 2
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
2 pkm 2 pkm 100% 0% - - -
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
5 2 40%
Di tahun 2017, 2 puskesmas mengikuti survey akreditasi, sampai
saat laporan ini dibuat, hasil dari penilaian tersebut belum didapat. Faktor
penghambat dalam pelaksanaan akreditasi puskesmas adalah yang
berkaitan dengan perijinan UKL/UPL dan studi kelayakan. Untuk itu
ditahun 2017 akan dilakukan pelaksanaan perijinan UKL/UPL dan studi
kelayakan pada seluruh puskesmas. Hal lainnya yaitu yang berkaitan
dengan ijin operasional puskesmas yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan, yang tidak bisa dikeluarkan jika belum ada syarat yaitu salah
satunya dokumen perijinan UKL/UPL. Diperlukan kerjasama dan
komitmen antara pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan
dengan jajarannya di puskesmas untuk dapat memenuhi syarat untuk
akreditasi.
B. Jumlah UPT Puskesmas yang memenuhi sarana prasarana sesuai
standar
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 168
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Puskesmas
menyelenggarakan fungsi:
a. penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
b. penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Untuk menjalankan tugas dan fungsinya Puskesmas harus
memenuhi persyaratan sarana dan prasarana sesuai dengan standar
sesuai Permenkes No. 75 Tahun 2014 yang mengatur tentang
Puskesmas yang meliputi: lokasi, bangunan,prasarana, peralatan
kesehatan, ketenagaan, kefarmasian danlaboratorium.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Jumlah UPT Puskesmas yang memenuhi sarana
prasarana sesuai standar
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
60 % 13.33 13.33 13.33 20
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
60% 20% 33.33% 15.38% - - -
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 169
2017)
80% 20% 25%
Realisasi jumlah UPT Puskesmas yang memenuhi sarana
prasarana sesuai standar masih sangat jauh dari target, hanya 3 (tiga)
puskesmas yang sudah memenuhi standar. Hal ini berkaitan dengan
adanya perubahan aturan standarisasi sarana prasarana puskesmas yang
berbeda dengan sebelumnya. Sebagai contoh untuk standar peralatan
kesehatan, berdasarkan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 standar
peralatan kesehatan diatur berdasarkan kelengkapan peralatan per
satuan ruangan, hal ini berbeda dengan ketentuan sebelumnya yang
hanya memperhitungkan standar peralatan kesehatan secara satuan alat
saja.
Untuk melengkapi sarana prasarana kesehatan Dinas Kesehatan
Kabupaten Lampung Barat mengalokasikan melalui dana DAK dan dana
pajak rokok kesehatan, selain itu adanya bantuan peralatan kesehatan
dari Kementerian PDT dan alokasi anggaran untuk pengadaan peralatan
kesehatan melalui anggaran TP PDT. Sistem pencatatan inventaris
peralatan kesehatan yang kurang rapi seringkali membuat beberapa alat
kesehatan tidak terdata. Sementara itu status pendirian bangunan
puskesmas/pustu sebagian besar tidak jelas (tanah dan perizinan)
sehingga menghambat dalam pendataan untuk pemenuhan syarat
akreditasi.
C. Jumlah UPT Puskesmas yang memiliki tenaga sesuai standar
Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan
dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan
tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan
mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah
penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 170
kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya
di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja.
Jenis Tenaga Kesehatan yang dimaksud paling sedikit terdiri atas:
(a) dokter atau dokter layanan primer;
(b) dokter gigi;
(c) perawat;
(d) bidan;
(e) tenaga kesehatan masyarakat;
(f) tenaga kesehatan lingkungan;
(g) ahli teknologi laboratorium medik;
(h) tenaga gizi; dan
(i) tenaga kefarmasian.
Tenaga non kesehatan harusdapat mendukung kegiatan
ketatausahaan, administrasi keuangan,sistem informasi, dan kegiatan
operasional lain di Puskesmas.
Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan
standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika
profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan
keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan
dirinya dalam bekerja. Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di
Puskesmas harus memiliki surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Jumlah UPT Puskesmas yang memiliki tenaga sesuai standar
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
60 % 0 6.67 6.67 6.67
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 171
60% 6.67% 11.11% 53.85% - - -
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
80% 6.67% 8.34%
Jumlah UPT Puskesmas yang memiliki tenaga sesuai standar
sampai dengan tahun 2017 sebanyak 1 puskesmas dari 15 puskesmas
yang ada di Kabupaten Lampung Barat. Pada tahun 2016 jumlah
puskesmas yang memnuhi standar ketenagaan sebanyak 7 puskesmas,
namun di tahun 2017 terdapat perubahan sebaran tenaga kesehatan,
sehingga puskesmas yang memenuhi standar hanya 1 puskesmas saja.
Faktor - faktor yang menghambat standarisasi ketenagaan:
a) Jumlah tenaga yang memang sangat terbatas sebagaimana
dijelaskan pada indikator ketersediaan tenaga sebelumnya.
b) Standar keterampilan dan perizinan yang dimiliki oleh tenaga
kesehatan masih sangat rendah.
c) Distribusi ketenagaan tidak merata antara puskesmas.
d) Mutasi tenaga kesehatan keluar dari Lampung Barat.
Faktor - faktor pendukung:
a) Penempatan tenaga dokter umum/gigi dan bidan melalui program PTT
Pusat dan PTT daerah.
b) Rekruitmen tenaga kesehatan melalui proses penerimaan PNS
Daerah.
c) Kegiatan Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dengan
mengadakan pendidikan dan pelatihan singkat melalui dana APBD
serta dengan terus melakukan pembinaan.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 172
Upaya - upaya yang dapat dilakukan:
a) Rekruitmen tenaga kesehatan sesuai jumlah dan kualifikasi yang
dibutuhkan.
b) Melaksanakan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan secara
berkesinambungan.
c) Melakukan pengawasan terhadap penerapan peraturan tentang
perizinan praktik tenagan kesehatan.
D. Jumlah sarana pelayanan kesehatan yang memiliki izin
Setiap sarana pelayanan kesehatan wajib memiliki izin untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Bukan hanya sarana
pelayanan kesehatan swasta tetapi juga sarana pelayanan kesehatan
milik pemerintah harus memiliki surat izin operasional. Izin yang
dimaksud diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Barat.
Pemberlakuan izin ini untuk menjamin legalitas sarana pelayanan
kesehatan yang beroperasional di Lampung Barat dan untuk memberikan
jaminan keamanan dan kualitas bagi masyarakat yang menggunakan
sarana tersebut.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Jumlah sarana pelayanan kesehatan yang memiliki izin
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
60 % 87.8 85.2 86.36 86.95
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
60% 86.95% 144.92% 80.64% - - -
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 173
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
90% 86.95% 96.61%
Jumlah sarana pelayanan kesehatan yang memiliki izin sebanyak
100 sarana dari 115 sarana pelayanan kesehatan yang beropersional di
Kabupaten Lampung Barat, jumlah tersebut sudah termasuk 13
puskesmas. Realisasi tahun 2017sebesar 86.95% melebihi target 60%
dan realisasi ini sudah mendekati target akhir renstra sebesar 90% sarana
pelayanan kesehatan memiliki izin. Pembinaan dan pengawasan
terhadap sarana pelayanan kesehatan harus terus dilakukan mengingat
perkembangan dan pertumbuhan jumlah sarana pelayanan kesehatan
yang menunjukkan peningkatan secara kuantitas. Permasalahan yang
sering dihadapai adalah keterbatasan tenaga untuk melakukan
pengawasan dan sering kali penerapan peraturan juga belum dilakukan
secara ketat.
E. Jumlah tenaga kesehatan yang telah memiliki izin praktik
Tenaga Kesehatan harus bekerja sesuai dengan standar profesi,
standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi,
menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan
keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan
dirinya dalam bekerja. Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja harus
memiliki surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pemberlakukan ketentuan ini mengingat pentingnya faktor
safety yang harus menjadi perhatian utama dalam pemberian pelayanan
kesehatan. Sehingga tenaga kesehatan yang melakukan praktik mandiri
adalah yang memiliki kualifikasi dan keterampilan yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam menjalankan praktiknya. Hal ini akan
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 174
menjamin mutu pelayanan kepada pasien dan memberikan kekuatan
hukum pada tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Jumlah tenaga kesehatan yang telah memiliki izin praktik
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
90 % 46.9 68.7 92.2 95.5
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
60% 95.5% 106.17% 95% - - -
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
90% 95.5% 106.17%
Jumlah tenaga kesehatan yang memiliki izin praktik sebanyak 390
orang dari 400 tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
di Kabupaten Lampung Barat. Berdasarkan target di tahun 2017, capaian
sudah cukup tinggi sebesar 95.5% dan capaian ini juga sudah melampau
target renstra yairu 90% Berkaitan dengan penerapan peraturan tentang
izin praktik ini berkaitan dengan masih lemahnya pembinaan dan
pengawasan terhadap praktik pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan. Hal ini sebagai dampak dari terbatasnya sumber daya
yang dibutuhkan untuk melakukan pengawasan dan pembinaan baik
berkaitan dengan jumlah tenaga, sarana prasarana dan juga anggaran.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 175
F. Jumlah UPT Puskesmas yang menerapkan standar pelayanan
Standar pelayanan di puskesmas berkaitan dengan kapasitas
tenaga kesehatan, ketersediaan sarana prasarana di puskesmas,
penyediaan obat dan perbekalan kesehatan, pelayanan sesuai SOP,
penerapan sistem informasi untuk pelayanan, dan sebagainya. Akreditasi
puskesmas merupakan upaya untuk penerapan standar pelayanan di
puskesmas.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian Jumlah UPT Puskesmas yang menerapkan standar pelayanan
Target Tahun
2017 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
80 % - - 60 60
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2017
Realisasi
(2017)
Capaian
(2017)
Realisasi
2016 2015 2014 2013
80% 53,3% 66,6% 13,33% - - -
Perbandingan terhadap target Renstra
Target
Renstra (2013-2017)
Realisasi s/d Tahun
2017
Capaian terhadap
Renstra (2013-
2017)
80% 66,6% 75%
Jumlah puskemas yang sudah menerapkan standar pelayanan
pada tahun 2017 adalah sejumlah 8 Puskesmas. Ini ditandai dengan telah
terakreditasinya puskesmas-puskesmas tersebut. Capaian indikator lebih
rendah dari target tahun 2017 yaitu 80 % Puskesmas menerapkan standar,
namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan dengan pencapaian pada
tahun 2016.Diharapkan dengan pemberlakuan ketentuan akreditasi
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 176
puskesmas, seluruh puskesmas akan menerapkan standar pelayanan
kesehatan.
Analisa Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Penggunaan sumberdaya dalam hal ini adalah alokasi anggaran
yang digunakan dan dengan mengukur SDM yang ada, maka
penggunaan sumberdaya yang ada cukup efisien. Berikut adalah
perbandingan antara capaian kinerja sasaran dengan capaian keuangan:
Indikator sasaran Tingkat Capaian Kinerja
Tingkat Capaian Keuangan
Jumlah UPT Puskesmas
yang telah melakukan
akreditasi.
100% 92.09%
Jumlah UPT Puskesmas
yang memenuhi sarana
prasarana sesuai standar.
33.33%
Jumlah UPT Puskesmas
yang memiliki tenaga
sesuai standar.
11.11%
Jumlah sarana pelayanan
kesehatan yang memiliki
izin.
144,76%
Jumlah tenaga kesehatan
yang telah memiliki izin
praktik.
106,17%
Jumlah UPT Puskesmas
yang telah menerapkan
standar pelayanan.
53,3%
Program dan Kegiatan Penunjang Pencapaian Sasaran
A. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur.
1. Pendidikan dan Pelatihan Formal.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 177
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Meningkatnya kinerja pegawai Dinas Kesehatan
1 Paket 1 Paket 3 Paket 5 Paket 60%
Kegiatan ini dilaksanakan untuk peningkatan kapasitas aparatur di
Dinas Kesehatan berupa pengiriman pegawai untuk mengikuti program
pendidikan dan pelatihan yang sifatnya umum. Dengan adanya kegiatan
ini diharapkan pegawai Dinas Kesehatan dapat mengikuti Pendidikan dan
Pelatihan Formal yang sifatnya insidentil sepanjang tahun 2017. Capaian
indikator output seharusnya sebesar 80% sampai dengan 2017, namun
pada tahun 2016 kegiatan ini tidak ada realisasi sehingga capaian output
0%.
2. Peningkatan Kompetensi Tenaga Kesehatan.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya pelatihan kompetensi tenaga kesehatan
1 kegiatan, 24 orang
1 kegiatan, 24 orang
1 kegiatan, 83 orang
1 kegiatan,
130 orang
100% 63.85%
Kegiatan ini dilaksanakan untuk peningkatan pengetahuan sumber
daya manusia yang ada di puskesmas terutama yang bertugas di ruang
BP (Dokter, perawat dan bidan).
3. Penilaian Tenaga Kesehatan Teladan.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 178
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terpilihnya tenaga kesehatan teladan tingkat Kabupaten (Medis, Paramedis, Kesmas, Nutrisionis)
4 tenaga kesehatan
4 tenaga kesehatan
12 tenaga kesehatan
16 tenaga kesehatan
75%
Tenaga kesehatan yang dinilai berasal dari 4 jenis tenaga kesehatan
yaitu Tenaga Medis, Paramedis, Kesehatan masyarakat dan nutrisionist.
Kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk memberikan reward bagi
tenaga kesehatan yang berprestasi dalam menjalankan tugasnya.
4. Pelatihan Manajemen Aktif Kala III bagi Bidan Desa Daerah Sulit.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya pelatihan manajemen aktif kala III dan evaluasi pasca pelatihan.
30 bidan 30 bidan 90 bidan 120 bidan
75%
Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kompetensi tenaga bidan
dalam penanganan komplikasi saat persalinan. Sebagian besar
komplikasi terjadi saat persalinan terutama pada kala III. Kegiatan ini
ditujukan untuk bidan di daerah yang sulit atau jauh dari fasilitas
kesehatan/puskesmas.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 179
5. Pelatihan Manajemen Asfiksia dan BBLR bagi Bidan.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya pelatihan manajemen asfiksia dan BBLR bagi bidan dan evaluasi pasca pelatihan.
30 bidan 30 bidan 60 bidan 90 bidan 66.67%
Kegiatan pelatihan ditujukan untuk meningkatkan keterampilan dan
kualitas tenaga kesehatan sebagai salah satu intervensi upaya penurunan
angka kematian bayi dan balita. Hal ini mengingat bahwa Bayi Berat lahir
Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang kesehatan terutama
kesehatan perinatal, BBLR terdiri atas BBLR kurang dua bulan dan BBLR
cukup bulan/lebih bulan.
6. Pelatihan Kader Posyandu.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya pelatihan kader posyandu.
7 posyandu
35 kader
7 posyandu
35 kader
22 posyandu
110 kader
32 posyandu
160 kader
68.75%
68.75%
Kegiatan ini ditujukan untuk pembinaan kader posyandu yang ada di
wilayah setiap kecamatan. Pembinaan kader ini sangat penting karena
posyandu masih menjadi sarana penting di dalam masyarakat yang
mendukung upaya pencapaian keluarga sadar gizi (KADARZI), membantu
penurunan angka kematian bayi dan kelahiran, serta mempercepat
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 180
penerimaan norma keluarga kecil dan bahagia dan sejahtera di dalamnya
meliputi kegiatan pemantauan pertumbuhan yang diintegrasikan dengan
pelayanan seperti imunisasi untuk pencegahan penyakit, penanggulangan
diare, pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan kontrasepsi, hingga
penyuluhan dan konseling.
7. Pelatihan Teknis dan Fungsional SDM Kesehatan.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya pelatihan teknis dan fungsional SDM kesehatan
1 kegiatan,
30 pengelola
SP2TP
1 kegiatan,
30 pengelola
SP2TP
1 kegiatan,
30 pengelola
SP2TP
1 kegiatan,
100 pengelola
SP2TP
100%
30%
Kegiatan pelatihan dilaksanakan untuk peningkatan pengetahuan
tenaga pengelola pelaporan di puskesmas tentang sistem pelaporan
puskesmas yaitu SP2TP yang kedepannya akan menjadi SIP (sistem
Informasi Puskesmas) yang akan terintegrasi dengan pelaporan P-care.
8. Pelatihan Tata Laksana Gizi Buruk bagi Tenaga Gizi Puskesmas.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya pelatihan tenaga gizi puskesmas
15 orang 15 orang 15 orang 15 orang 100%
Tersedianya tenaga terampil tatalaksana gizi buruk
15 orang 15 orang 15 orang 15 orang 100%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 181
Pelatihan tata laksana gizi buruk bagi tenaga gizi puskesmas
dilaksanakan untuk peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di
puskesmas yang bertanggung jawab atas program gizi. Dengan
mengikuti pelatihan ini diharapkan adanya peningkatan kemampuan
tenaga gizi puskesmas khususnya dalam melaksanakan tata laksana gizi
buruk yang terjadi di wilayah kerjanya.
9. Peningkatan Manajemen Pengelolaan Obat Kesehatan.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terlaksananya pelatihan dan tersedianya SDM dengan manajemen pengelolaan obat yang baik.
15 puskemas
, 37 Pustu
15 puskemas
, 37 Pustu
15 puskemas
, 37 Pustu
15 puskemas
, 38 Pustu
100%
97.37%
Kegiatan ini dilaksanakan dengan pertimbangan bahwa dalam rangka
menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan obat
yang efisien, efektif dan rasional perlu adanya peningkatan pengetahuan
dan keterampilan pengelola obat di puskesmas.
10. Pelatihan Kelas Ibu dan Kelas Ibu Balita bagi Bidan desa.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya pelatihan kelas ibu dan kelas ibu balita bagi
40 bidan 40 bidan 40 bidan 80 bidan 50%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 182
bidan desa dan evaluasi pasca pelatihan
Kegiatan ini ditujukan khususnya untuk ibu hamil dan keluarganya, hal
ini sesuai dengan konsep bahwa ibu hamil dan keluarganya perlu
mendapatkan informasi tentang berbagai hal terkait dengan kehamilannya
sehingga memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
seorang ibu agar dapat menjalani kehamilannya secara sehat tanpa
mengalami komplikasi.
11. Peningkatan Kapasitas Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaian
Terlaksananya pelatihan TPG puskesmas dan studi pembelajaran ASI ekslusif
30 orang, 20 orang
30 orang, 20 orang
30 orang, 20 orang
30 orang,
20 orang
100% 100%
Kegiatan ini dilaksanakan untuk peningkatan kapasitas tenaga
pelaksana gizi di puskesmas dalam pengelolaan program gizi.
Pengelolaan program yang berkaitan dengan perencanaan program,
pelaksanaan upaya peningkatan status gizi di wilayah kerjanya,
pemantauan status gizi, deteksi dini kasus, pengolahan data dan
pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan.
B. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan.
1. Akreditasi Nakes, Registrasi Industri Rumah Tangga.
Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
Tingkat Capaia
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 183
(5 Tahun) n
Tenaga kesehatan memiliki surat izin melaksanakan pelayanan kesehatan
145 nakes 145 nakes 280 nakes 350 nakes 80%
Terlaksananya sosialisasi izin operasional pelayanan kesehatan
35 orang 35 orang 35 orang 35 orang 100%
Terlaksananya kegiatan pembinaan ke sarana pelayanan kesehatan
8 sarana pelayanan kesehatan
; 5 UPT Puskesma
s
8 sarana pelayanan kesehatan
; 5 UPT Puskesma
s
8 sarana pelayanan kesehatan
; 5 UPT Puskesma
s
18 sarana pelayanan kesehatan
; 5 UPT Puskesma
s
44.44%
100%
Terlaksananya izin perpanjangan PIRT
6 sarana IRT
6 sarana IRT
26 sarana IRT
42 sarana IRT
61.91%
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bagian dari salah satu fungsi
pelayanan pemerintah di bidang kesehatan yaitu pemberian lisensi dan
akreditasi sarana serta tenaga kesehatan. Pemberian lisensi dan
akreditasi ini merupakan salah satu fungsi kontrol dan pengawasan
pemerintah terhadap sarana kesehatan yang bermutu dan berkualitas
serta tenaga kesehatan yang profesional dan sesuai dengan standar
kompetensinya.
2. Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik Akreditasi.
3. Berikut adalah output yang dicapai dari kegiatan ini:
Indikator output
Target Realisasi Realisasi s/d 2017
Target Renstra
(5 Tahun)
Tingkat Capaia
n
Terlaksananya fasilitasi persiapan
5 puskesmas dari 15
5 puskesma
s
5 puskesma
s
10 puskesma
s
50%
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 184
akreditasi puskesmas
puskesmas
Cakupan puskesmas siap akreditasi
5 puskesma
s
5 puskesma
s
5 puskesma
s
13 puskesma
s
38.46%
Cakupan puskesmas disurvey akreditasi
2 dari 5 puskesma
s siap akreditasi
2 dari 5 puskesma
s siap akreditasi
2 puskesma
s
10 puskesma
s
20%
Pada tahun 2019, ditargetkan bahwa seluruh puskesmas sudah terakreditasi. Demikian juga halnya dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Barat yang telah menargetkan bahwa pada tahun 2019 seluruh puskesmas di Kabupaten Lampung Barat, 15 puskesmas, sudah terakreditasi. 2.3 Isu-Isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD
Hambatan/Permasalahan yang timbul pada saat pelaksanaan
kegiatan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Barat Tahun 2017
yaitu :
1. Permasalahan kesehatan ibu dan anak
a) Kematian yang terjadi akibat dari 3 keterlambatan : Terlambat
mengambil keputusan, terlambat untuk mencapai di fasilitas
kesehatan dan terlambat untuk mendapatkan penanganan
b) Adat budaya yang masih melekat di masyarakat sehingga
menghambat upaya upaya promotif dan preventif yang berakibat
masih kurangnya masyarakat memahami masalah kesehatan di
lingkungannya
c) Masih terjadi disparitas akses pelayanan kesehatan ibu anatara
kabupaten dan provinsi terkait dengan ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan, distribusi dan kualitas tenaga kesehatan
yang ditempatkan di daerah
d) Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat
tentang kesehatan ibu dan bayinya
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 185
2. Rendahnya penerapan pola makan dengan gizi seimbang di dalam
keluarga.
3. Belum meratanya pengetahuan masyarakat tentang Jaminan
Kesehatan yang disediakan oleh pemerintah.
4. Distribusi tenaga kesehatan yang belum merata khususnya pada
daerah yang sulit dijangkau.
5. Belum mencukupinya pengadaan Vaksin TT yang tersedia untuk
melayani imunisasi TT ibu hamil.
6. Ketersediaan sarana prasarana pelayanan kesehatan yang belum
memadai dan merata di fasilitas kesehatan.
7. Kurangnya pemahaman tentang penggunaan dana DAK non fisik
sehingga terjadi hambatan pada saat turunnya dana dari daerah ke
puskesmas
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 186
BAB III
TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
3.1. Tujuan dan Sasaran Renja Dinas Kesehatan Kabupaten
Lampung Barat
A. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan Kabupaten Lampung Barat,
sesuai dengan misi yang telah dirumuskan dalam Rencana Strategis
Satuan Perangkat Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) Dinas
Kesehatan Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018-2022 adalah sebagai
berikut :
1. Meningkatnya status kesehatan masyarakat.
2. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan masyarakat melalui
Jaminan Kesehatan Nasional.
3. Meningkatnya penguatan promotif , preventif dan pemberdayaan
masyarakat.
4. Meningkatnya manajemen, sistem informasi dan regulasi
kesehatan.
B. Sasaran
Adapun sasaran yang hendak dicapai oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Lampung Barat sesuai dengan Rencana Strategis Dinas
Kesehatan Kabupaten Lampung Barat adalah :
1. Meningkatnya upaya pencegahan dan pengendalian penyakit.
2. Meningkatnya kesehatan masyarakat
3. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan pada fasilitas
pelayanan kesehatan.
4. Meningkatnya kemandirian, akses, dan mutu sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 187
5. Keterjangkauan pelayanan kesehatan yang berkualitas oleh
masyarakat miskin
6. Meningkatnya sinergitas dan kemitraan lintas sektor, LSM dan
dunia usaha.
7. Meningkatnya upaya promotif , preventif dan pemberdayaan
Masyarakat.
8. Meningkatnya lingkungan sehat
9. Meningkatnya dukungan manajemen, integrasi perencanaan dan
sistem informasi dan regulasi kesehatan.
3.2. PROGRAM DAN KEGIATAN
Pencapaian keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan
kerja keras yang melibatkan segenap lapisan masyarakat, bukan hanya
tergantung pada sumber daya kesehatan yang ada, namun juga harus
melibatkan partisipasi dan peran aktif lintas sektor terkait, masyarakat
pada umumnya serta sektor swasta.
Dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah bidang kesehatan
secara nasional, tujuh sasaran yang menjadi tolak ukur keberhasilan
pembangunan kesehatan berdasarkan Indikator Kinerja Utama Dinas
Kesehatan.
Berbagai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2018 sebagai upaya
pencapaian keberhasilan pembangunan kesehatan, baik itu melalui
berbagai kegiatan yang dilaksanakan pada tingkat kabupaten maupun
pada tingkat kecamatan melalui pelayanan kesehatan masyarakat di
puskesmas yang ada di seluruh Kabupaten Lampung Barat. Untuk
menunjang pelaksanaan program kesehatan di tingkat puskesmas
dibutuhkan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan yang
memadai baik secara kuantitas maupun kualitas. Salah satu hal yang
masih menjadi kendala hingga saat ini adalah jumlah tenaga kesehatan
yang masih kurang serta distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata
sehingga terjadi ketimpangan ketersediaan tenaga kesehatan antara
puskesmas yang satu dengan puskesmas yang lain.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 188
Adapun Program dan Kegiatan yang akan dilaksanakan Dinas
Kesehatan Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018 adalah sebagai
berikut :
1. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular.
(1) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Penderita Malaria.
(2) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Kusta.
(3) Peningkatan Pelayanan Kesehatan TBC.
(4) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Penderita Infeksi Menular
Seksual (IMS) HIV/AIDS.
(5) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rabies dan GHPR.
(6) Pencegahan dan Penanggulangan Filariasis dan Kecacingan.
(7) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Penderita Hepatitis.
(8) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Penderita DBD.
(9) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Penderita Diare.
(10) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Penderita ISPA dan
Pneumonia.
(11) Peningkatan Pelayanan Imunisasi.
(12) Pelayanan Imunisasi bagi Bayi dan Anak Sekolah (BIAS).
(13) Peningkatan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada wanita usia
subur (WUS) baik yang hamil maupun tidak hamil.
(14) Pencegahan Penularan Penyakit endemik/epidemik.
(15) Peningkatan Surveilans epidemiologi dan penanggulangan
wabah/KLB.
(16) Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pengendalian penyakit.
2. Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
(1) Kawasan Tanpa Rokok.
(2) Peningkatan Pelayanan Penderita Hipertensi.
(3) Pelayanan Penderita Diabetes Mellitus.
(4) Pelayanan Kesehatan Haji.
(5) Pelayanan Deteksi Dini Kanker.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 189
(6) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Skrining pada usia
produktif.
3. Program Pelayanan Kesehatan Jiwa dan NAPZA.
(1) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Jiwa
(2) Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA.
4. Program Perbaikan Gizi Masyarakat.
(1) Pelacakan dan Penanganan kasus gizi buruk, balita KEP dan
bumil KEK.
(2) Pemberian Makanan Tambahan bagi bumil KEK dan balita
KEP.
5. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak.
(1) Dana Alokasi Khusus (DAK) AK Non Fisik Jaminan Persalinan.
(2) Sosialisasi Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K).
(3) Audit Maternal dan Perinatal (AMP).
6. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia.
(1) Lansia ceria
7. Program Pengembangan Kesehatan Tradisional.
(1) Manajemen Upaya Kesehatan Tradisional.
(2) Upaya Pengembangan Pengobat Tradisional.
(3) Bulan Promosi Kesehatan Tradisional tingkat kabupaten.
(4) Pengembangan Tanaman Berkhasiat Obat Keluarga.
8. Program Kesehatan Kerja dan Olahraga.
(1) Sosialisasi Kesehatan Kerja dan Olahraga.
(2) Pembinaan kesehatan pekerja (formal dan informal).
(3) Pembinaan Kesehatan Olahraga Masyarakat.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 190
9. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan.
(1) Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik Akreditasi Puskesmas.
(2) Optimalisasi Manajemen Puskesmas.
(3) Pemilihan Puskesmas Berprestasi.
(4) Pelayanan registrasi tenaga kesehatan, sarana kesehatan dan
usaha masyarakat.
(5) Pembinaan pelayanan kesehatan swasta.
10. Program Upaya Kesehatan Rujukan.
(1) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rujukan.
(2) Ambulans Hebat.
11. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan
Prasarana Puskesmas/ Puskesmas Pembantu dan Jaringannya.
(1) Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan
prasarana kesehatan Puskesmas/ Puskesmas Pembantu dan
jaringannya.
(2) Rehabilitasi sedang/berat/total pada puskesmas pembantu.
(3) Kalibrasi dan pemeliharaan alat kesehatan di puskesmas.
(4) DAK Bidang Kesehatan Pelayanan Dasar.
(5) DAK Afirmasi Bidang Pelayanan Kesehatan Pelayanan Dasar.
12. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur.
(1) Pendidikan dan Pelatihan Formal.
(2) Peningkatan kompetensi SDM Kesehatan.
(3) Orientasi program kesehatan kepada PKK Kecamatan dan
PKK Pekon.
(4) Orientasi guru pembina upaya kesehatan sekolah (UKS).
(5) Pelatihan Kader Posyandu.
(6) Workshop promosi kesehatan menggunakan media IT.
(7) Pelatihan tata laksana gizi buruk.
(8) Pelatihan kesehatan kerja dan olahraga.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 191
(9) Pelatihan Skrining Hipotiroid Kongenital bagi bidan desa.
(10) Pelatihan kelas ibu dan kelas ibu balita.
(11) Pelatihan manajemen aktif kala III bagi bidan desa daerah
sulit.
(12) Pelatihan manajemen asfiksia dan BBLR bagi bidan.
(13) Pelatihan manajemen terpadu balita sakit (MTBS).
(14) Pelatihan stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang
balita (SDIDTK).
(15) Penilaian Tenaga Kesehatan Teladan.
(16) Tim Penilaian Angka Kredit.
13. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan.
(1) Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan.
(2) Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan.
(3) Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan UPT
Instalasi Farmasi.
(4) DAK Bidang Kesehatan Pelayanan Farmasi.
(5) Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan Rumah
Sakit.
14. Program Pengawasan Obat dan Makanan
(1) Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan
berbahaya.
(2) Sertifikasi penyuluhan keamanan pangan (PKP).
(3) Peningkatan pemberdayaan masyarakat di bidang obat dan
makanan.
(4) Pengawasan keamanan dan kesehatan makanan hasil
industri rumah tangga pangan.
15. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin.
(1) Jaminan pemeliharaan kesehatan penduduk miskin di luar
kuota.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 192
16. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan.
(1) Advokasi program JKN.
(2) Sosialisasi JKN Tingkat Kabupaten.
17. Program Jaminan Kesehatan Nasional.
(1) Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
(2) Non Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
(3) Manajemen dan operasional jaminan kesehatan.
18. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
(1) Kampanye ABAT (Aku Bangga Aku Tahu) HIV/AIDS.
(2) Promosi Kesehatan Melalui Media.
(3) Kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Masyarakat.
(4) Lomba PM Health Award.
(5) Pendataan Keluarga Sehat.
(6) DAK Non Fisik Bantuan Operasional Kesehatan.
(7) Pelatihan Saka Bhakti Husada.
(8) Advokasi Pemanfaatan Dana Desa untuk Sektor Kesehatan.
19. Program Upaya Kesehatan Masyarakat
(1) Pelayanan Kesehatan Daerah Terpencil, Tertinggal dan
Situasi Khusus (Poskotis).
(2) Penyediaan Biaya Operasional dan Pemeliharaan.
20. Program Pengembangan Lingkungan Sehat.
(1) Optimalisasi Forum Kabupaten sehat.
(2) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
(3) Pembinaan dan Pengawasan Hygiene Sanitasi Tempat
Pengolahan Makanan (TPM).
(4) Studi Resiko Kesehatan Lingkungan (EHRA).
(5) Pemeriksaan Kualitas Air.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 193
21. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan.
(1) Penyusunan Profil Kesehatan.
(2) Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA).
(3) Peningkatan Sistem Perencanaan dan Pelaporan
Pelaksanaan Kegiatan Tingkat Puskesmas.
22. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran.
(1) Penyediaan jasa surat menyurat.
(2) Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik.
(3) Penyediaan jasa pemeliharaan dan perizinan kendaaraan
dinas /operasional.
(4) Penyediaan jasa kebersihan kantor.
(5) Penyediaan alat tulis kantor.
(6) Penyediaan barang cetakan dan penggandaan.
(7) Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan
kantor.
(8) Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-
undangan.
(9) Penyediaan makanan dan minuman.
(10) Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah.
(11) Penyediaan jasa pendukung administrasi perkantoran/teknis.
(12) Penyediaan jasa propaganda/publikasi/ pameran.
(13) Rapat-rapat koordinasi dan pembinaan dalam daerah.
(14) Fasilitasi dukungan pelaksanaan program percepatan
pembangunan daerah tertinggal.
23. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur.
(1) Pengadaan komputer/jaringan komputer.
(2) Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor.
(3) Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas /operasional.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 194
(4) Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan gedung kantor.
24. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan
Capaian Kinerja dan Keuangan SKPD.
(1) Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi
kinerja SKPD.
(2) Penyusunan laporan keuangan semesteran.
(3) Penyusunan pelaporan prognosis realisasi anggaran.
(4) Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun.
(5) Penyusunan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan dokumen
perencanaan OPD.
(6) Kegiatan pengelolaan keuangan daerah.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan TA. 2019 Page 195
BAB IV
PENUTUP
Rencana Kinerja Bidang Kesehatan dipergunakan sebagai dasar
dan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan, pedoman dan arahan
penyelenggaran pembangunan kesehatan serta pembangunan
berwawasan kesehatan.
Tujuan utama pembangunan kesehatan adalah menciptakan taraf
hidup sehat bagi masyarakat maupun lingkungan. Hal ini dapat terwujud
apabila didukung olehseluruh rencana program dan kegiatan yang telah
direncanakan dapat dijalankan dan dilaksanakan dengan baik dan benar,
sehingga segala hambatan dan tantangan dapat dihadapi bersama.
Menuju Indonesia Sehat 2020 tidaklah mustahil bila Pemerintah
Kabupaten Lampung Barat melalui Dinas Kesehatan tetap konsisten
melaksanakan Program dan Kegiatan sesuai dengan yang telah
dilaksanakan dengan didukung oleh aparatur dan tenaga medis yang
profesional di bidangnya.
Demikianlah Rencana Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Lampung Barat tahun 2019 ini kami buat, dan dengan dilaksanakannya
Program dan Kegiatan yang menjadi prioritas di tahun 2019 diharapkan
dapat mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan
Kabupaten Lampung barat serta kebijakan pemerintah di bidang
kesehatan.
LOKASI TARGET CAPAIAN
KINERJA
KEBUTUHAN
DANA/PAGU INDIKATIF
SUMBER DANA TARGET CAPAIAN
KINERJA
KEBUTUHAN
DANA/PAGU INDIKATIF
2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 URUSAN WAJIB PELAYANAN DASAR
1 2 Kesehatan
1 2 1 Program Pelayanan Administrasi
Perkantoran
Persentase Pelayanan Administrasi Perkantoran
Tepat Waktu
Dinas Kesehatan 100 % 1.792.269.000 100 % 2.082.162.000
Jumlah Puskesmas melaksanakan Sistem Informasi
Puskesmas (SIP)
Liwa dan 15
Puskesmas
15 Puskesmas 15 Puskesmas
Jumlah surat Keluar Liwa 1261 Surat 5.000.000 APBD KAB 1279 Surat 5.200.000
Jumlah Surat Masuk Liwa 1175 Surat APBD KAB 1186 Surat
Jumlah Rekening Listrik Liwa 6 Rekening 66.792.000 APBD KAB 6 Rekening 73.471.000
Jumlah Rekening Air Liwa 1 Rekening APBD KAB 1 Rekening
Jumlah Rekening Telepon Liwa 1 Rekening APBD KAB 1 Rekening
Jumlah Rekening Internet Liwa 3 Rekening APBD KAB 3 Rekening
Jumlah Motor yang dibayar pajaknya Liwa 30 Motor 27.400.000 APBD KAB 30 Motor 30.000.000
Jumlah Minibus yang dibayar pajaknya Liwa 13 Mobil APBD KAB 14 Mobil
Jumlah Truck yang dibayar pajaknya Liwa 1 Mobil APBD KAB 1 Mobil
Jumlah Tenaga Kebersihan Liwa 2 Orang 20.334.000 APBD KAB 3 Orang 22.400.000
Jumlah Jenis Alat Kebersihan Liwa 17 Jenis APBD KAB 17 Jenis
1 2 1 10 Penyediaan Alat Tulis Kantor Jumlah dan jenis alat tulis kantor yang diadakan Liwa 23 Jenis 17.413.000 APBD KAB 23 Jenis 19.154.000
Jumlah jenis penggandaan Liwa 3 Jenis 82.568.000 APBD KAB 3 Jenis 90.824.000
Jumlah jenis cetakan Liwa 7 Jenis APBD KAB 7 Jenis
Jumlah dan jenis komponen listrik Liwa 15 Jenis 97.315.000 APBD KAB 15 Jenis 10.000.000
Jumlah perbaikan instalasi/peningkatan daya dan pemasangan baru listrik Liwa 8 Unit APBD KAB 0 Unit
1 2 1 15 Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan
Perundang-undangan
Jumlah media massa harian yang berlangganan. Liwa 4 SKHU 3.960.000 APBD KAB 4 SKHU 3.960.000
1 2 1 17 Penyediaan Makanan dan Minuman Jumlah penyediaan Makan Minum Rapat Liwa 12 Kali 71.573.000 APBD KAB 12 Kali 71.573.000
1 2 1 18 Rapat-Rapat Koordinasi dan Konsultasi ke
Luar Daerah
Jumlah bulan pelaksanaan koordinasi dan Konsultasi
Luar Daerah
Liwa 12 Bulan 130.000.000 APBD KAB 12 Bulan 140.000.000
1 2 1 20 Penyediaan Jasa
Propaganda/Publikasi/Pameran
Jumlah Pelaksanaan Pameran Liwa 1 Kali 10.000.000 APBD KAB 1 Kali 10.000.000
1 2 1 21 Rapat-Rapat Koordinasi dan Pembinaan
Dalam Daerah
Jumlah Pelaksanaan rapat, koordinasi dan pembinaan dalam daerah. Liwa 12 Bulan 40.000.000 APBD KAB 12 Bulan 40.000.000
1 2 1 34 Penyediaan Jasa Pelayanan Pasien Jumlah dokter PNS yang menerima insentif liwa 11 Orang 217.800.000 APBD KAB 11 Orang 239.580.000
1 2 1 51 Fasilitasi Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
Dasar di Masyarakat
Jumlah Puskesmas dengan peningkatan fungsi pelayanan Puskesmas di Kab.
Lampung Barat
9 Puskesmas 283.614.000 APBD KAB 10 Puskesmas 400.000.000
1 2 1 58 Pelaksanaan Program Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal
Periode Pelaksanaan dukungan administrasi percepatan pembangunan
daerah tertinggal.
Liwa 4 Bulan 36.000.000 APBD KAB 4 Bulan 36.000.000
1 2 1 61 Pengembangan SDM Kesehatan Jumlah mahasiswa kedokteran yang menerima beasiswa Liwa dan Fakultas
Kedokteran
10 Orang 682.500.000 APBD KAB 10 Orang 890.000.000
1 2 2 Program Peningkatan Sarana dan
Prasarana Aparatur
Persentase sarana dan prasarana Aparatus yang memadai Dinas Kesehatan 100 % 1.595.726.000 100 % 820.909.000
jumlah minibus Liwa 2 Unit 800.000.000 APBD KAB 0 Unit -
jumlah minibus Liwa 2 Unit APBD KAB 0 Unit
1 2 2 09 Pengadaan peralatan Gedung Kantor Jumlah peralatan gedung yang diadakan Liwa 4 Unit 34.900.000 APBD KAB 0 Unit -
PRAKIRAAN MAJU RENCANA TAHUN 2020
1
1 2 1 1 Penyediaan Jasa Surat Menyurat
KODEURUSAN/BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN
DAERAH DAN PROGRAM/KEGIATANINDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
RENCANA TAHUN 2019CATATAN
PENTING
1 2 Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya
Air dan Listrik
1 2 1 11 Penyediaan Barang Cetakan dan
Penggandaan
1 2 1 8 Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor
1 2 1 6 Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan
Kendaraan Dinas/Operasional
1 2
1 2 1 12 Penyediaan Komponen Instalasi
Listrik/Penerangan Bangunan Kantor
Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional1 2 2 05
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2019
DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN 2020
KABUPATEN LAMPUNG BARAT
LOKASI TARGET CAPAIAN
KINERJA
KEBUTUHAN
DANA/PAGU INDIKATIF
SUMBER DANA TARGET CAPAIAN
KINERJA
KEBUTUHAN
DANA/PAGU INDIKATIF
PRAKIRAAN MAJU RENCANA TAHUN 2020
KODEURUSAN/BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN
DAERAH DAN PROGRAM/KEGIATANINDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
RENCANA TAHUN 2019CATATAN
PENTING
1 2 2 11 Pengadaan Komputer/Jaringan Komputer Jumlah PC Komputer yang diadakan. Liwa 1 Unit 10.000.000 APBD KAB 0 Unit -
Jumlah gedung kantor yang direnovasi/rehabilitasi Liwa 1 Gedung 61.600.000 APBD KAB 1 Gedung 67.760.000
Jumlah gedung yang dilakukan pemeliharaan Liwa 2 Gedung APBD KAB 2 Gedung
Jumlah motor yang dipelihara Liwa 30 Motor 639.226.000 APBD KAB 31 Motor 703.149.000
Jumlah truck yang dipelihara Liwa 1 Mobil APBD KAB 1 Mobil
Jumlah minibus yang dipelihara Liwa 12 Mobil APBD KAB 13 Mobil
Jumlah Genset yang dipelihara Liwa 5 Unit 50.000.000 APBD KAB 5 Unit 50.000.000
Jumlah komputer yang dipelihara Liwa 10 Unit APBD KAB 10 Unit
Jumlah Printer yang dipelihara Liwa 10 Unit APBD KAB 10 Unit
1 2 5 Program Peningkatan Kapasitas Sumber
Daya Aparatur
Persentase aparatur yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan
formal sesuai dengan aturan.
Kantor Dinas Kesehatan
dan 15 puskesmas
45 % 1.477.651.200 60 % 1.681.681.440
1 2 5 1 Pendidikan dan Pelatihan Formal Jumlah aparatur Dinas Kesehatan mengikuti pendidikan dan pelatihan
formal
Liwa dan Bandar
Lampung
22 Orang 117.000.000 APBD KAB 23 Orang 140.400.000
1 2 5 45 Peningkatan Kompetensi Tenaga Kesehatan Jumlah SDM puskesmas yang ditingkatkan kompetensinya Liwa 60 Orang 98.800.000 APBD KAB 80 Orang 118.560.000
1 2 5 67 Penilaian Tenaga Kesehatan Teladan Tenaga kesehatan teladan yang terpilih. Liwa 9 Orang 221.000.000 APBD KAB 9 Orang 265.200.000
1 2 5 68 Pelatihan Manajemen Aktif Skala III Bagi
Bidan Desa Daerah Sulit
Jumlah bidan yang dilatih manajemen aktif kala III Kantor OPD Dinas
Kesehatan
30 Orang 65.000.000 APBD KAB 0 Orang -
1 2 5 69 Pelatihan Manajemen Asfiksia dan BBLR bagi
Bidan
Jumlah bidan yang dilatih manajemen asfiksia Kantor OPD Dinas
Kesehata
30 Orang 52.000.000 APBD KAB 0 Orang 62.400.000
1 2 5 70 Pelatihan Kader Posyandu Jumlah kader yang dilatih Liwa 50 Orang 94.342.300 APBD KAB 50 Orang 113.210.760
1 2 5 72 Pelatihan Tata Laksana Gizi Buruk Puskesmas dengan tim tata laksana gizi buruk. Liwa 7 Puskesmas 65.000.000 APBD KAB 8 Puskesmas 78.000.000
1 2 5 73 Peningkatan Manajemen Pengelolaan Obat
Kesehatan
Jumlah pengelola obat Puskesmas yang dilatih pengelolaan obat, Jumlah
pengelola obat Puskesmas Pembantu yang dilatih pengelolaan obat
Liwa Pengelola Puskesmas 15
orang, Pengelola Pustu
37 Orang
90.000.000 APBD KAB Pengelola Puskesmas 15
orang, Pengelola Pustu 37
Orang
94.500.000
1 2 5 74 Pelatihan Kelas Ibu dan Kelas Ibu Balita Bagi
Bidan Desa
Jumlah bidan desa yang dilatih kelas ibu Liwa 30 Orang 52.000.000 APBD KAB 30 Orang 62.400.000
1 2 5 79 Tim Penilai Angka Kredit Jumlah tim penilai angka kredit. Liwa 1 Kelompok 36.208.900 APBD KAB 1 Kelompok 43.450.680
1 2 5 83 Orientasi program kesehatan kepada PKK Kecamatan dan
PKK Pekon
Jumlah anggota PKK kecamatan dan pekon teredukasi pemanfaatan dana
desa di sektor kesehatan.
Liwa 30 Orang 91.000.000 APBD KAB 30 Orang 109.200.000
1 2 5 84 Orientasi guru pembina upaya kesehatan sekolah (UKS) Jumlah guru pembimbing UKS mengikuti orientasi Liwa 30 Orang 111.800.000 APBD KAB 30 Orang 134.160.000
1 2 5 85 Workshop promosi kesehatan menggunakan media IT Jumlah orang yang dilatih penggunaan media IT Liwa 30 Orang 110.500.000 APBD KAB 30 Orang 132.600.000
1 2 5 86 Peralatan kesehatan kerja dan olahraga Jumlah pengelola yang dilatih Liwa 0 Orang - APBD KAB 0 Orang -
1 2 5 87 Pelatihan Skrining Hipotiroid Kongenital bagi bidan desa Jumlah bidan yang dilatih. Liwa 30 Orang 91.000.000 APBD KAB 30 Orang 109.200.000
1 2 5 88 Pelatihan manajemen terpadu balita sakit
(MTBS)
Jumlah bidan yang dilatih Liwa 30 Orang 117.000.000 APBD KAB 30 Orang 140.400.000
1 2 5 89 Pelatihan stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang
balita (SDIDTK)
Jumlah tenaga kesehatan yang dilatih Liwa 30 Orang 65.000.000 APBD KAB 30 Orang 78.000.000
1 2 6 Program Peningkatan Pengembangan Sistem
Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan SKPD
Persentase Dokumen Perencanaan dan Keuangan yang akuntabel
dan tepat waktu
Dinas Kesehatan 100 % 132.509.000 100 % 159.010.800
Jumlah dokumen laporan keuangan yang dibuat dalam 1 tahun. Dinas Kesehatan 3 Dokumen 3 Dokumen
1 2 6 1 Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan
Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD
Jumlah dokumen laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja
SKPD
Liwa 12 Dokumen 1.300.000 APBD KAB 12 Dokumen 1.560.000
1 2 6 2 Penyusunan Laporan Keuangan Semesteran Jumlah dokumen laporan keuangan semesteran. Liwa 2 Dokumen 1.300.000 APBD KAB 2 Dokumen 1.560.000
1 2 6 3 Penyusunan Pelaporan Prognosis Realisasi
Anggaran
Jumlah dokumen laporan prognosis realisasi anggaran. Liwa 12 Dokumen 2.600.000 APBD KAB 12 Dokumen 3.120.000
1 2 2 24 Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan
Dinas/Operasional
1 2 2 22 Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor
1 2 2 26 Pemeliharaan Rutin/Berkala Perlengkapan
Gedung Kantor
LOKASI TARGET CAPAIAN
KINERJA
KEBUTUHAN
DANA/PAGU INDIKATIF
SUMBER DANA TARGET CAPAIAN
KINERJA
KEBUTUHAN
DANA/PAGU INDIKATIF
PRAKIRAAN MAJU RENCANA TAHUN 2020
KODEURUSAN/BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN
DAERAH DAN PROGRAM/KEGIATANINDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
RENCANA TAHUN 2019CATATAN
PENTING
1 2 6 4 Penyusunan Pelaporan Keuangan Akhir
Tahun
Jumlah dokumen laporan keuangan akhir tahun. Liwa 1 Dokumen 3.250.000 APBD KAB 1 Dokumen 3.900.000
1 2 6 8 Penyusunan, Evaluasi dan Pelaporan
Pelaksanaan Dokumen Perencanaan SKPD
Jumlah dokumen laporan evaluasi dan Pelaporan pelaksanaan dokumen
perencanaan OPD
Liwa 17 Dokumen 12.779.000 APBD KAB 17 Dokumen 15.334.800
1 2 6 10 Kegiatan Pengelolaan Keuangan Daerah Jumlah Aparatur Pengelola Keuangan Daerah Liwa 17 Orang 111.280.000 APBD KAB 17 Orang 133.536.000
1 2 6 14 Penetapan Renstra SKPD 2017-2022 Jumlah dokumen penetapan renstra Liwa 0 Dokumen - APBD KAB 0 Dokumen -
1 URUSAN WAJIB PELAYANAN DASAR
1 2 Kesehatan
1 2 15 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Persentase ketersediaan obat dan vaksin serta sarana penunjang
IFK
Liwa 95 % 4.264.053.040 95 % 5.669.514.848
Alokasi anggaran obat per-kapita pertahun Liwa 12500 Rp 13000 Rp
1 2 15 4 Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah
sakit
Jumlah sarana pelayanan farmasi swasta yang mendapatkan pengawasan. Liwa 22 Sarana 34.383.700 APBD KAB 22 Sarana 41.260.440
1 2 15 7 Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Jumlah puskesmas yang melakukan pengelolaan obat dan perbekes yang
sesuai standar
Liwa 15 Puskesmas 125.000.000 APBD KAB 15 Puskesmas 110.250.000
Terlaksananya pemusnahan obat Liwa 0 Paket 106.472.340 APBD KAB 0 Paket 127.766.808
Jumlah waktu/ periode operasional dan pemeliharaan
IFK setiap tahunnya.
Instalasi Farmasi
Kabupaten (IFK)
12 Bulan APBD KAB 12 Bulan
Jumlah tenaga penjaga malam IFK, Periode penjagaan malam Instalasi Farmasi
Kabupaten (IFK)
1 orang, 12 Bulan APBD KAB 1 orang, 12 Bulan
Persentase ketersediaan obat & perbekes di Puskesmas. Liwa 90 % 403.197.000 APBD KAB 90 % 483.836.400
Persentase ketersediaan obat & perbekes di Puskesmas. Liwa 90 % APBD KAB 90 %
Persentase ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas Liwa 90 % 3.540.000.000 APBD KAB 90 % 4.906.401.200
Jumlah sarana penunjang IFK Liwa 1 Paket APBD KAB 1 Paket
1 2 15 12 Penyusunan Formularium Obat Kabupaten Jumlah buku dokumen formularium Liwa 1 dokumen 55.000.000 APBD KAB 0 dokumen -
1 2 16 Program Upaya Kesehatan Masyarakat Jumlah Puskesmas mampu memberikan pelayanan kesehatan pada
masyarakat di daerah tertinggal, situasi khusus dan kondisi
bencana.
Kantor OPD dan 15
Puskesmas
8 Puskesmas 1.579.429.210 11 Puskesmas 1.625.429.210
1 2 16 13 penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan Jumlah Puskesmas yang mendapatkan operasional dan pemeliharaan Liwa dan 15
Puskesmas
15 Puskesmas 1.244.429.210 APBD KAB 15 Puskesmas 1.247.429.210
Jumlah pelayanan kesehatan situasi khusus (poskotis)
setiap tahunnya.
poskotis di wilayah
Kab. Lampung Barat
3 Lokasi 220.000.000 APBD KAB 3 Lokasi 240.000.000
Jumlah pekon daerah terpencil yang mendapatkan pelayanan wilayah pekon di
Lampung Barat
5 Pekon APBD KAB 5 Pekon
Frekuensi Pelayanan P3K situasi khusus Liwa 32 Kali APBD KAB 32 Kali
Jumlah peserta yang mendapatkan diseminasi informasi kirisis kesehatan liwa 50 Orang 115.000.000 APBD KAB 50 Orang 138.000.000
Jumlah logistik penanggulangan krisis kesehatan liwa 4 Paket APBD KAB 4 Paket
1 2 17 Program Pengawasan Obat dan Makanan Jumlah Kecamatan yang telah dilakukan pengawasan obat dan
makanan
15 Kecamatan, 15
Puskesmas
5 Kec 247.028.400 5 Kec 284.134.080
Persentase obat dan makanan yang memenuhi syarat 15 Kecamatan, 15
Puskesmas
95 % 95 %
Persentase sampel diperiksa memenuhi syarat 95 % 74.100.000 APBD KAB 95 % 88.920.000
Jumlah sampel makanan minuman yang diperiksa 15 Kecamatan, 15
Puskesmas
250 sample APBD KAB 260 sample
1 2 17 9 Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan
(PKP)
Jumlah pemilik/ Penanggung jawab IRTP yang memiliki sertifikat PKP 15 kecamatan 40 Orang 60.928.400 APBD KAB 40 Orang 73.114.080
1 2 17 11 Pengawasan keamanan dan kesehatan makanan hasil
industri rumah tangga pangan
Jumlah IRTP yang dibina dan diawasi 15 Kecamatan 21 Sarana 30.000.000 APBD KAB 22 Sarana 36.000.000
1 2 17 12 Sosialisasi Gerakan Masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat (Gema Cermat)
Jumlah peserta sosialisasi Gema Cermat 15 Kecamatan, 15
Puskesmas
100 Orang 82.000.000 APBD KAB 100 Orang 86.100.000
1 2 19 Program Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan masyarakat
Jumlah Puskesmas melakukan promosi kesehatan 15 Kecamatan, 15
Puskesmas
15 Puskesmas 10.670.577.000 15 Puskesmas 10.874.280.000
1 2 15 8 Penyediaan Biaya Operasional dan
Pemeliharaan UPT Instalasi Farmasi
1 2 15 11 DAK Bidang Kesehatan Pelayanan Farmasi
1 2 15 10 Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan
1 2 16 30 Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan
1 2 16 18 Pelayanan Kesehatan Daerah Terpencil, Tertinggal dan
Situasi Khusus ( Poskotis )
1 2 17 2 Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan
berbahaya
LOKASI TARGET CAPAIAN
KINERJA
KEBUTUHAN
DANA/PAGU INDIKATIF
SUMBER DANA TARGET CAPAIAN
KINERJA
KEBUTUHAN
DANA/PAGU INDIKATIF
PRAKIRAAN MAJU RENCANA TAHUN 2020
KODEURUSAN/BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN
DAERAH DAN PROGRAM/KEGIATANINDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
RENCANA TAHUN 2019CATATAN
PENTING
Jumlah Pekon memanfaatkan 10 % APBDes untuk sektor kesehatan 15 kecamatan, 131 pekon 30 Pekon 30 Pekon
Jumlah media cetak untuk promosi Liwa 4 Media 248.750.000 APBD KAB 4 Media 273.800.000
Jumlah Frekuensi spot radio untuk promosi kesehatan 900 900 Kali APBD KAB 900 Kali
1 2 19 11 Kampanye ABAT (Aku Bangga Aku Tahu) HIV/AIDS Jumlah pemuda yang mengikuti kampanye ABAT HIV/AIDS Liwa 135 Orang 135.000.000 APBD KAB 135 Orang 150.000.000
1 2 19 18 Kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di
Masyarakat
Jumlah masyarakat yang mengikuti kampanye PHBS Liwa 450 Orang 153.027.000 APBD KAB 0 Orang 160.000.000
1 2 19 20 Pendataan Keluarga Sehat Jumlah pekon di survei keluarga sehat. wilayah pekon di
Lampung Barat
24 Pekon 35.200.000 APBD KAB 25 Pekon 38.720.000
1 2 19 21 DAK Non Fisik Bantuan Operasional
Kesehatan
Jumlah puskesmas melaksanakan upaya promotif dan preventif Liwa 15 Puskesmas 10.000.000.000 APBD KAB 15 Puskesmas 10.140.000.000
1 2 19 22 Pelatihan Saka Bhakti Husada Jumlah MABI Saka Ranting Pembina, Pamong Saka Instruktur, Ranting
(RT) Gugus Depan Penegak yang terlatih
Liwa Mabi Saka 15 orang,
Pengurus Ranting 15
Orang
61.600.000 APBD KAB Pamong Saka 15 orang,
Instruktur
15 Orang
67.760.000
1 2 19 23 Advokasi Pemanfaatan Dana Desa untuk
Sektor Kesehatan
Jumlah aparat yang diadvokasi pemanfaatan dana desa Kabupaten dan
Desa/Pekon
Peratin 34, LHP
34, Pokja Sehat 34
Orang
37.000.000 APBD KAB Peratin 34, LHP
34, Pokja Sehat 34
Orang
44.000.000
1 2 20 Program Perbaikan Gizi Masyarakat Persentase kasus gizi buruk ditangani. 15 Kecamatan 100 % 801.133.806 100 % 1.002.973.948
Persentase kasus Bumil KEK dan Balita KEP yang ditangani 15 Kecamatan 100 % 100 %
1 2 20 7 Pemberian Makanan Tambahan Pada Ibu
Hamil Kurang Energi Kronis
Jumlah Bumil KEK yang mendapatkan makanan tambahan. 15 Kecamatan 0 Orang - APBD KAB 0 Orang -
Jumlah remaja yang terbina SMA 240 Orang 40.000.000 APBD KAB 240 Orang 45.000.000
Jumlah sekolah yang dilakukan pembinaan gizi SMA 6 Sekolah APBD KAB 6 Sekolah
1 2 20 9 Pelacakan dan Penanggulangan Kasus Gizi
Buruk Balita KEP dan Bumil KEK.
Jumlah Kasus balita KEP dan Bumil KEK 15 Kecamatan Balita KEP 10
Kasus, Bumil KEP
20 Kasus
200.000.000 APBD KAB 10 kasus balita KEP 20
bumil kek Kasus
250.000.000
Jumlah puskesmas mampu koseling inisiasi menyusui dan ASI ekslusif 15 Puskesmas 15 Puskesmas 50.000.000 APBD KAB 15 Puskesmas 55.000.000
Jumlah kader yang mampu promosi ASI Ekslusif, tenaga kesehatan yang
mampu promosi ASI Ekslusif
Liwa 0 kader, tenaga kes 30
Orang
APBD KAB 30 kader, tenaga kesehatan 0
Orang
Jumlah posyandu yang diskrining posyandu 10 Posyandu 45.000.000 APBD KAB 10 Posyandu 47.000.000
Jumlah puskesmas yang melaksanakan skrining ibu hamil anemia 15 Puskesmas 15 Puskesmas APBD KAB 15 Puskesmas
Persentase ketersediaan vitamin A untuk bayi, balita dan bufas Liwa 100 % 466.133.806 APBD KAB 100 % 605.973.948
Persentase ketersediaan Fe untuk ibu hamil Liwa 100 % APBD KAB 100 %
Persentase ketersediaan Fe untuk remaja putri Liwa 100 % APBD KAB 100 %
Persentase ketersediaan Mineral Mix untuk Kasus Gizi
Buruk
Kantor OPD Dinas
Kesehatan
100 % APBD KAB 100 %
1 2 21 Program Pengembangan Lingkungan
Sehat
Persentase rumah sehat 15 Kecamatan 55 % 550.000.000 60 % 300.000.000
Jumlah pekon deklarasi ODF pekon 15 Pekon 15 Pekon
1 2 21 6 Pembinaan dan Pengawasan Hygiene Sanitasi
Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
Jumlah TPM yang dilakukan pembinaan Liwa 40 Lokasi 45.000.000 APBD KAB 40 Lokasi 50.000.000
Jumlah Pekon deklarasi ODF pekon 15 Pekon 225.000.000 APBD KAB 15 Pekon 100.000.000
Pekon yang dipicu STBM. Liwa, 15 kecamatan 33 Pekon APBD KAB 0 Pekon
1 2 21 12 Forum Kabupaten sehat Jumlah sekretariat Forum kecamatan Sehat yang melaksanakan fungsinya. 15 kecamatan 15 Kec 250.000.000 APBD KAB 15 Kec 110.000.000
Jumlah PDAM yang diperiksa kualitas airnya Liwa dan kecamatan 5 Sarana 30.000.000 APBD KAB 5 Sarana 40.000.000
Jumlah depot air minum yang diperiksa kualitas airnya liwa dan 15 kecamatan 15 Sarana APBD KAB 20 Sarana
1 2 22 Program Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Menular
Jumlah UPT Puskesmas yang melaksanakan upaya
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular.
15 Puskesmas 15 Puskesmas 2.462.707.300 15 Puskesmas 2.985.075.000
1 2 19 8 Promosi Kesehatan Melalui Media
1 2 20 13 Sosialisasi PP No. 33 Tahun 2012 dan Perda
No. 17 Tahun 2014 Tentang Asi Eksklusif
1 2 20 8 Orientasi Gizi Remaja dan Anak Sekolah
1 2 20 28 DAK penugasan Penyediaan Obat Gizi
1 2 20 25 Skrining dan Penanggulangan Ibu Hamil
Anemia
1 2 21 13 Pemeriksaan Kualitas Air
1 2 21 8 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
LOKASI TARGET CAPAIAN
KINERJA
KEBUTUHAN
DANA/PAGU INDIKATIF
SUMBER DANA TARGET CAPAIAN
KINERJA
KEBUTUHAN
DANA/PAGU INDIKATIF
PRAKIRAAN MAJU RENCANA TAHUN 2020
KODEURUSAN/BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN
DAERAH DAN PROGRAM/KEGIATANINDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
RENCANA TAHUN 2019CATATAN
PENTING
Jumlah puskesmas yang melaksanakan penyelidikan epidemiologi 15 Kecamatan 15 Puskesmas 32.500.000 APBD KAB 15 Puskesmas 84.500.000
Jumlah petugas yang mengikuti peningkatan kapasitas dan evaluasi
Program
Liwa 30 Orang APBD KAB 30 Orang
Persentase imunisasi dasar lengkap 15 Kecamatan 95 % 416.189.000 APBD KAB 95 % 499.400.000
Pekon/Kelurahan dengan UCI 100% 15 Kecamatan 131 pekon, 5 Kel APBD KAB 131 pekon, 5 Kel
Jumlah petugas yang mengikuti peningkatan kapasitas dan evaluasi
program
Liwa 170 Orang APBD KAB 170 Orang
Persentase penanganan kasus potensi KLB 15 Kecamatan 100 % 42.122.600 APBD KAB 100 % 50.550.000
Jumlah puskesmas yang melaksanakan pelacakan kasus potensi KLB. 15 Kecamatan 15 Puskesmas APBD KAB 15 Puskesmas
Jumlah peserta yang mengikuti peningkatan kapasitas petugas surveilans Liwa 30 Orang 42.122.600 APBD KAB 30 Orang 50.547.000
Jumlah Laporan kejadian dini dan respon (SKDR) yang dilaksanakan
Puskesmas
15 Puskesmas 780 Laporan APBD KAB 780 Laporan
Sekolah yang mengikuti sosialisasi Gerakan Satu Rumah
Satu Jumantik (G1R1J)
15 Puskesmas 150 Sekolah 252.200.000 APBD KAB 80 Sekolah 225.000.000
jumlah petugas yang mengikuti peningkatan kapasitas dan evaluasi P2
DBD
15 Puskesmas 45 Orang APBD KAB 45 Orang
Petugas mengikuti peningkatan kapitasi dan evaluasi P2
Diare
liwa 45 Orang 70.330.000 APBD KAB 45 Orang 80.000.000
Persentase kasus diare yang ditangani sesuai standar 15 Kecamatan 100 % APBD KAB 100 %
Puskesmas mendapatkan logistik 15 Puskesmas 15 Puskesmas 292.760.000 APBD KAB 15 Puskesmas 380.588.000
Jumlah Ibu Hamil yang diperiksa malaria 15 Puskesmas 1800 Orang APBD KAB 1500 Orang
Jumlah petugas yang mengikuti evaluasi pengendalian penyakit Malaria 15 Puskesmas 75 Orang APBD KAB 75 Orang
Jumlah siswa yang diperiksa (deteksi dini) kusta 15 Puskesmas 3600 Siswa 80.000.000 APBD KAB 3600 Siswa 100.000.000
Jumlah petugas yang mengikuti evaluasi pencegahan dan pengendalian
kusta
Liwa 45 Orang APBD KAB 45 Orang
Persentase penemuan kasus TBC 15 Puskesmas 50 % 135.739.500 APBD KAB 55 % 200.000.000
Persentase penderita TBC yang di obati sesuai standar
(100%)
15 Puskesmas 100 % APBD KAB 100 %
Jumlah petugas mengikuti peningkatan kapasitas dan evaluasi TBC 15 Puskesmas 45 Orang APBD KAB 45 Orang
petugas mengikuti evaluasi P2 HIV/AIDS Liwa 60 Orang 117.000.000 APBD KAB 60 Orang 150.000.000
Jumlah Puskesmas melayani pemeriksaan/skrinning HIV 15 Puskesmas 15 Puskesmas APBD KAB 15 Puskesmas
Jumlah Ibu Hamil yang di Skrinning HIV 15 Puskesmas 1500 Orang APBD KAB 1500 Orang
Jumlah kasus GHPR yang ditangani sesuai standar 15 Puskesmas 190 Kasus 84.500.000 APBD KAB 171 Kasus 100.000.000
Jumlah petugas yang mengikuti peningkatan kapasitas dan evaluasi P2
Rabies dan GHPR.
Liwa 60 Orang APBD KAB 60 Orang
Jumlah anak yang diberikan obat kecacingan 15 Kecamatan 130000 Orang 289.343.600 APBD KAB 134000 Orang 350.000.000
Jumlah petugas yang mengikuti peningkatan kapasitas dan evaluasi P2
Filariasis dan Kecacingan
Liwa 90 Orang APBD KAB 90 Orang
Jumlah ibu hamil yang diperiksa/skrinning hepatitis 15 Kecamatan 375 Orang 65.000.000 APBD KAB 1500 Orang 78.000.000
Jumlah petugas Puskesmas mengikuti peningkatan kapasitas dan evaluasi
P2 Hepatitis
Liwa 30 Orang APBD KAB 30 Orang
Jumlah pengelola mengikuti peningkatan kapasitas dan evaluasi P2 ISPA
dan Pneumonia
Liwa 60 Orang 85.800.000 APBD KAB 60 Orang 90.000.000
Puskesmas melaksanakan diseminasi 15 Puskesmas 15 Puskesmas APBD KAB 15 Puskesmas
Jumlah pengelola yang mengikuti pertemuan persiapan
BIAS
Liwa 30 Orang 218.400.000 APBD KAB 30 Orang 283.920.000
Jumlah SD/MI yang mendapat pelayanan imunisasi 15 Kecamatan 242 Sekolah APBD KAB 244 Sekolah
Jumlah peserta mengikuti peningkatan kapasitas petugas imunisasi TT Liwa 60 Orang 238.700.000 APBD KAB 60 Orang 262.570.000
1 2 22 8 Peningkatan Pelayanan Imunisasi
1 2 22 6 Pencegahan penularan penyakit endemik/epidemik
1 2 22 10 Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (kie)
pencegahan dan pemberantasan penyakit
1 2 22 9 Peningkatan surveillance epideminologi dan penaggulangan
wabah/KLB
1 2 22 13 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Penderita
Diare
1 2 22 12 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Penderita
DBD
1 2 22 15 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Kusta
1 2 22 14 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Penderita
Malaria
1 2 22 18 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Penderita
Infeksi Menular Seksual (IMS)/HIV/AIDS
1 2 22 16 Peningkatan Pelayanan Kesehatan TBC
1 2 22 21 Pencegahan dan Penanggulangan Filariasis dan
Kecacingan
1 2 22 19 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rabies dan
GHPR
1 2 22 28 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Penderita
ISPA dan Pneumonia
1 2 22 27 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Penderita
Hepatitis
1 2 22 30 Peningkatan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada wanita
usia subur (WUS) baik yang hamil maupun tidak hamil
1 2 22 29 Pelayanan Vaksinasi Bagi Balita dan Anak
Sekolah
LOKASI TARGET CAPAIAN
KINERJA
KEBUTUHAN
DANA/PAGU INDIKATIF
SUMBER DANA TARGET CAPAIAN
KINERJA
KEBUTUHAN
DANA/PAGU INDIKATIF
PRAKIRAAN MAJU RENCANA TAHUN 2020
KODEURUSAN/BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN
DAERAH DAN PROGRAM/KEGIATANINDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
RENCANA TAHUN 2019CATATAN
PENTING
Jumlah sasaran WUS mendapat imunisasi TT 15 Kecamatan 78390 Orang APBD KAB 78450 Orang
1 2 23 Program Standarisasi Pelayanan
Kesehatan
Jumlah UPT puskesmas terakreditasi madya dan utama 15 Puskesmas 3 Puskesmas 6.341.716.000 2 Puskesmas 6.912.588.550
1 2 23 14 Optimalisasi Manajemen Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas
Jumlah UPT Puskesmas dengan manajemen pelayanan terstandar. 15 Puskesmas 2 Puskesmas 150.000.000 APBD KAB 2 Puskesmas 164.000.000
Jumlah Puskesmas yang dilakukan penilaian manajemen pelayanan
terstandar
15 Puskesmas 15 Puskesmas 120.000.000 APBD KAB 0 Puskesmas 44.528.550
Jumlah Puskesmas dengan penilaian manajemen terstandar yang dibina 15 3 Puskesmas APBD KAB 3 Puskesmas
Jumlah puskesmas yang dibina Liwa 3 Puskesmas APBD KAB 3 Puskesmas
Usaha masyarakat yang memiliki ijin Liwa 10 Kelompok 105.000.000 APBD KAB 15 Kelompok 110.000.000
Sarana kesehatan yang memiliki ijin 110 sarana kesehatan 20 Sarana APBD KAB 20 Sarana
Tenaga kesehatan yang memiliki ijin praktek 110 sarana kesehatan 50 Orang APBD KAB 55 Orang
Jumlah Puskesmas yang melaksanakan pendampingan
BLUD
Liwa dan 15
Puskesmas
15 Puskesmas 2.000.000.000 APBD KAB 0 Puskesmas 2.300.000.000
Jumlah Puskesmas yang melaksanakan sosialisasi BLUD Liwa dan 15 puskesmas 15 Puskesmas APBD KAB 0 Puskesmas
Jumlah Puskesmas yang dilakukan penilaian BLUD Liwa dan 15
Puskesmas
0 Puskesmas APBD KAB 15 Puskesmas
Jumlah Puskesmas yang dilakukan audit eksternal BLUD Liwa dan 15
Puskesmas
0 Puskesmas APBD KAB 0 Puskesmas
Jumlah Puskesmas yang melaksanakan self asesment
BLUD
Liwa dan 15
Puskesmas
15 Puskesmas APBD KAB 0 Puskesmas
Jumlah Puskesmas yang melaksanakan advokasi BLUD Liwa dan 15
Puskesmas
0 Puskesmas APBD KAB 0 Puskesmas
Jumlah Puskesmas yang melaksanakan workshop BLUD Liwa dan 15 puskesmas 15 Puskesmas APBD KAB 0 Puskesmas
Jumlah Puskesmas yang melaksanakan kaji banding
BLUD
Liwa dan 15
Puskesmas
15 Puskesmas APBD KAB 0 Puskesmas
Jumlah jenis jabatan fungsional kesehatan yang diuji kompetensi Liwa 6 Jenis 60.000.000 APBD KAB 7 Jenis 70.000.000
Jumlah sertifikat kelulusan kompetensi Liwa 60 Buah APBD KAB 70 Buah
1 2 23 21 Kalibrasi dan Pemeliharaan Alat Kesehatan di
Puskesmas
Jumlah Puskesmas yang mendapatkan kalibrasi dan pemeliharaan
peralatan kesehatan.
Liwa dan 15 puskesmas 3 Puskesmas 210.000.000 APBD KAB 3 Puskesmas 220.000.000
Jumlah tenaga medis Liwa 20 Orang 2.336.716.000 APBD KAB 23 Orang 2.804.060.000
Jumlah tenaga Bidan Liwa 30 Orang APBD KAB 30 Orang
Jumlah tenaga kesehatan lainnya Liwa 60 Orang APBD KAB 60 Orang
survey 5 puskesmas 2 Puskesmas 1.060.000.000 APBD KAB 0 Puskesmas -
Jumlah puskesmas yang melaksanakan: 15 Puskesmas 0 Puskesmas APBD KAB 0 Puskesmas
self assessment 5 puskesmas 2 Puskesmas APBD KAB 0 Puskesmas
pasca survey 13 puskesmas 13 Puskesmas APBD KAB 0 Puskesmas
pendampingan 5 Puskesmas 2 Puskesmas APBD KAB 0 Puskesmas
pra survey 5 puskesmas 2 Puskesmas APBD KAB 0 Puskesmas
1 2 23 24 Reakreditasi puskesmas Jumlah UPT Puskesmas terakreditasi ulang 15 Puskesmas 7 Puskesmas 300.000.000 APBD KAB 4 Puskesmas 1.200.000.000
1 2 25 Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan
sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas
pembantu dan jaringannya
Jumlah Puskesmas dengan sarana prasarana dan alat kesehatan
yang lengkap.
15 Puskesmas 3 Puskesmas 73.665.300.000 3 Puskesmas 63.229.630.000
1 2 25 24 Rehabilitasi Sedang/Berat/Total Puskesmas
Pembantu
Jumlah Pustu yang direhabilitasi 25 pustu 5 Pustu 1.386.000.000 APBD KAB 5 Pustu 1.524.600.000
Jumlah Puskesmas yang terpenuhi sarana, prasarana dan alat kesehatan 15 Puskesmas 15 Puskesmas 19.000.000.000 APBD KAB 15 Puskesmas 19.000.000.000
1 2 22 30 Peningkatan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada wanita
usia subur (WUS) baik yang hamil maupun tidak hamil
1 2 23 16 Pelayanan registrasi tenaga kesehatan, sarana kesehatan dan
usaha masyarakat
1 2 23 15 Pemilihan Puskesmas Berprestasi Dalam
Rangka Peningkatan Akuntabilitas Pelayanan
1 2 23 20 Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan
1 2 23 19 Peningkatan UPT Puskesmas menjadi BLUD
1 2 23 23 DAK non fisik Akreditasi Puskesmas
1 2 23 22 Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang
Kesehatan
1 2 25 25 DAK Bidang Kesehatan Pelayanan Dasar.
LOKASI TARGET CAPAIAN
KINERJA
KEBUTUHAN
DANA/PAGU INDIKATIF
SUMBER DANA TARGET CAPAIAN
KINERJA
KEBUTUHAN
DANA/PAGU INDIKATIF
PRAKIRAAN MAJU RENCANA TAHUN 2020
KODEURUSAN/BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN
DAERAH DAN PROGRAM/KEGIATANINDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
RENCANA TAHUN 2019CATATAN
PENTING
Jumlah Peningkatan PKM Non Rawat Inap Menjadi PKM Rawat Inap Liwa dan Puskesmas 2 Puskesmas APBD KAB 1 Puskesmas
1 2 25 31 Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan
Prasarana Kesehatan Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan
Jaringannya
Jumlah Puskesmas yang terpenuhi sarana, prasarana dan alat kesehatan. 15 Puskesmas 3 Puskesmas 6.255.000.000 APBD KAB 3 Puskesmas 6.755.000.000
1 2 25 37 Dana Alokasi Khusus (DAK) Affirmasi Bidang
Kesehatan Pelayanan Dasar
Jumlah Puskesmas yang terpenuhi sarana, prasarana dan alat kesehatan 11 puskesmas 2 Puskesmas 40.052.600.000 APBD KAB 2 Puskesmas 28.036.820.000
1 2 25 41 DAK Afirmasi bidang kesehatan peralatan pendukung
Imunisasi
Jumlah logistik pendukung imunisasi Liwa dan 15 puskesmas 4 Paket 735.850.000 APBD KAB 3 Paket 956.605.000
1 2 25 42 DAK penugasan pengendalian penyakit Jumlah Puskesmas tersedia sarana dan prasarana pengendalian penyakit Liwa dan 15
Puskesmas
4 Puskesmas 735.850.000 APBD KAB 5 Puskesmas 956.605.000
Jumlah prasarana alat kesehatan puskesmas Liwa dan 15
Puskesmas
5 Paket 5.500.000.000 APBD KAB 6 Paket 6.000.000.000
Jumlah ambulans roda empat Liwa dan 15
Puskesmas
2 Unit APBD KAB 3 Unit
Jumlah Kendaraan Pusling Roda 2 Liwa dan 15 puskesmas 7 Unit APBD KAB 8 Unit
Jumlah pembangunan gedung puskesmas Liwa dan 15
Puskesmas
2 Gedung APBD KAB 3 Gedung
1 2 30 Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia Jumlah Puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan Lansia 15 Puskesmas 15 Puskesmas 52.000.000 15 Puskesmas 275.000.000
Jumlah puskesmas yang memberi pelayanan kesehatan lansia 15 puskesmas 15 Puskesmas 15 Puskesmas
Jumlah posyandu yang mendapatkan bantuan Posyandu 5 Posyandu 52.000.000 APBD KAB 5 Posyandu 275.000.000
Jumlah posyandu lansia mendapatkan pembinaan 15 Posyandu Lansia 15 Posyandu APBD KAB 15 Posyandu
Jumlah puskesmas yang memberikan pelayanan lansia 15 puskesmas 15 Puskesmas APBD KAB 15 Puskesmas
1 2 32 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan
anak
Persentase Antenatal Care (ANC) 15 Kecamatan, 15
Puskesmas
85 % 3.979.000.000 90 % 4.354.000.000
Persentase Post Natal Care (PNC) 15 Kecamatan, 15
Puskesmas
85 % 90 %
1 2 32 5 Audit Maternal dan Perinatal (AMP) Persentase kasus maternal perinatal diaudit. Liwa 100 % 150.000.000 APBD KAB 100 % 200.000.000
1 2 32 6 Sosialisasi Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K)
Jumlah kecamatan yang mendapatkan sosialisasi P4K 15 kecamatan 3 Kec 175.000.000 APBD KAB 3 Kec 200.000.000
Jumlah Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) 15 Kecamatan 17 Sarana 3.654.000.000 APBD KAB 17 Sarana 3.954.000.000
Jumlah Sasaran Ibu Hamil terlayani Jampersal 15 Kecamatan 1350 Orang APBD KAB 1350 Orang
1 2 33 Program Kebijakan dan Manajemen
Pembangunan Kesehatan
397.828.150 448.480.800
Jumlah puskesmas yang melaksanakan penyusunan perencanaan
puskesmas
15 puskesmas 15 Puskesmas 15 Puskesmas
Jumlah Puskesmas menjalankan Sistem Informasi
Puskesmas (SIP)
Liwa dan 15
Puskesmas
15 Puskesmas 15 Puskesmas
1 2 33 01 Penyusunan profil Kesehatan Jumlah dokumen profil 15 Puskesmas 45 dokumen 67.828.150 APBD KAB 45 dokumen 83.480.800
1 2 33 6 Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) Jumlah Puskesmas yang menjalankan Sistem informasi
Puskesmas (SIP).
Liwa dan Puskesmas 15 Puskesmas 275.000.000 APBD KAB 15 Puskesmas 300.000.000
1 2 33 8 Peningkatan Sistem Perencanaan dan Pelaporan Pelaksanaan
Kegiatan Tingkat Puskesmas
Jumlah Dokumen perencanaan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di
puskesmas.
Liwa 2 Dokumen 55.000.000 APBD KAB 2 Dokumen 65.000.000
1 2 37 Program Pengendalian Penyakit Tidak
Menular
UPT Puskesmas melaksanakan Kawasan Tanpa
Rokok
15 puskesmas 15 Puskesmas 1.675.450.000 15 Puskesmas 2.045.173.500
Jumlah desa/pekon melaksanakan program pengendalian PTM 136 Desa 115 Desa 122 Desa
Jumlah puskesmas yang melaksanakan KTR 15 Puskesmas 15 Puskesmas 431.250.000 APBD KAB 15 Puskesmas 495.973.500
Jumlah orang yang telah mendapatkan sosialisasi KTR Liwa 355 Orang APBD KAB 386 Orang
Jumlah terbentukan pekon/desa KTR 10 pekon 3 Pekon APBD KAB 3 Pekon
1 2 25 43 DAK Reguler bidang kesehatan (Prioritas daerah)
1 2 25 25 DAK Bidang Kesehatan Pelayanan Dasar.
1 2 32 7 Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik
Jaminan Persalinan
1 2 30 8 Lansia ceria
1 2 37 1 Kawasan Tanpa Rokok
LOKASI TARGET CAPAIAN
KINERJA
KEBUTUHAN
DANA/PAGU INDIKATIF
SUMBER DANA TARGET CAPAIAN
KINERJA
KEBUTUHAN
DANA/PAGU INDIKATIF
PRAKIRAAN MAJU RENCANA TAHUN 2020
KODEURUSAN/BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN
DAERAH DAN PROGRAM/KEGIATANINDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
RENCANA TAHUN 2019CATATAN
PENTING
Jumlah puskesmas mendapatkan logistik 15 Puskesmas 7 Puskesmas 46.000.000 APBD KAB 8 Puskesmas 55.200.000
Jumlah puskesmas melaksanakan skrining penderita
Hipertensi
15 Puskesmas 15 Puskesmas APBD KAB 15 Puskesmas
Jumlah pengelola program yang mengikuti peningkatan kapasitas 15 Puskesmas 35 Orang APBD KAB 35 Orang
Puskesmas mendapatkan logistik 15 Puskesmas 7 Puskesmas 60.000.000 APBD KAB 8 Puskesmas 70.000.000
Pengelola program yng mengikuti kapasitas 15 Puskesmas 33 Orang APBD KAB 33 Orang
Jumlah puskesmas yang melaksanakan skrinning penderita diabetes
melitus
15 Puskesmas 15 Puskesmas APBD KAB 15 Puskesmas
Jumlah petugas mengikuti pertemuan pelayanan Haji Liwa 45 Orang 238.200.000 APBD KAB 45 Orang 274.000.000
Jumlah CJHI yang mendapatkan sosialisasi Liwa 200 Orang APBD KAB 350 Orang
Jumlah pengelola program mengikuti pertemuan peningkatan kapasitas
tenaga kesehatan
Liwa 35 Orang 400.000.000 APBD KAB 35 Orang 450.000.000
Jumlah orang yang mendapatkan sosialisasi Liwa 150 Orang APBD KAB 200 Orang
Jumlah puskesmas mendapatkan logistik 15 Puskesmas 15 Puskesmas APBD KAB 5 Puskesmas
Jumlah puskesmas melaksanakan deteksi dini kanker 15 Puskesmas 15 Puskesmas APBD KAB 15 Puskesmas
Jumlah pengelola program mengikuti pertemuan peningkatan kapasitas
tenaga kesehatan
liwa 35 Orang 500.000.000 APBD KAB 35 Orang 700.000.000
Jumlah orang yang mendapatkan sosialisasi Liwa 100 Orang APBD KAB 100 Orang
Jumlah posbindu yang terbentuk 15 kecamatan 7 Posbindu APBD KAB 7 Posbindu
Jumlah puskesmas mendapatkan logistik 15 puskesmas 15 Posbindu APBD KAB 15 Posbindu
1 2 38 Program Pelayanan Kesehatan Jiwa dan
NAPZA
UPT Puskesmas melaksanakan pelayanan dan pencegahan
kesehatan jiwa
15 Puskesmas 15 Puskesmas 340.000.000 15 Puskesmas 390.000.000
UPT Puskesmas melaksanakan pelayanan dan pencegahan
penyalahgunaan NAPZA
15 Puskesmas 15 Puskesmas 15 Puskesmas
Jumlah puskesmas melaksanakan sosialisasi 15 Puskesmas 15 Puskesmas 220.000.000 APBD KAB 15 Puskesmas 250.000.000
Jumlah pengelola program mengikuti pertemuan peningkatan kapasitas
kesehatan jiwa
Liwa 75 Orang APBD KAB 35 Orang
Jumlah pengelola program mengikuti pertemuan peningkatan kapasitas Liwa 35 Orang 120.000.000 APBD KAB 35 Orang 140.000.000
Jumlah orang yang mendapatkan sosialisasi 15 kecamatan 45 Orang APBD KAB 90 Orang
1 2 39 Program Pengembangan Kesehatan
Tradisional
Jumlah Puskesmas yang melaksanakan pembinaan kesehatan
tradisional.
15 Puskesmas 15 Orang 506.172.000 15 Orang 557.824.000
1 2 39 1 Manajemen Upaya Kesehatan Tradisional Jumlah puskesmas yang melaksanakan upaya kesehatan tradisional. Liwa dan 15
Puskesmas
5 Puskesmas 282.172.000 APBD KAB 5 Puskesmas 307.824.000
1 2 39 2 Upaya Pengembangan Pengobat Tradisional Jumlah pengobat tradisional yang dilakukan pembinaan. Liwa 60 Orang 75.500.000 APBD KAB 60 Orang 88.000.000
1 2 39 4 Pengembangan Tanaman Berkhasiat Obat
Keluarga
Jumlah pekon yang memiliki kebun kolektif TOGA Liwa dan pekon 15 Pekon 148.500.000 APBD KAB 15 Pekon 162.000.000
1 2 40 Program Kesehatan Kerja dan Olahraga Jumlah puskesmas yang menjalankan kesehatan kerja dasar 15 Puskesmas 15 Puskesmas 136.500.000 15 Puskesmas 210.000.000
Jumlah puskesmas yang menjalankan kesehatan olahraga pada
kelompok masyarakat.
15 Puskesmas 15 Puskesmas 15 Puskesmas
Tenaga Kerja Formal dan informal yang mendapatkan pembinaan Liwa 30 Orang 71.500.000 APBD KAB 30 Orang 70.000.000
Jumlah masyrakat yang mendapatkan sosialisasi kesehatan kerja dan
olahragaKantor OPD Dinas
Kesehtan dan Puskesmas
40 Orang APBD KAB 40 Orang
Jumlah anak sekolah mendapatkan pembinaan kesehatan olahraga Liwa 750 Orang 65.000.000 APBD KAB 750 Orang 140.000.000
Calon jamaah haji yang mendapatkan pembinaan kebugaran jasmani Liwa 300 Orang APBD KAB 350 Orang
1 2 41 Program Upaya Kesehatan Rujukan Persentase Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang melaksanakan sistem
rujukan sesuai dengan Protap rujukan
15 Kecamatan 100 % 6.027.453.000 100 % 10.024.073.000
1 2 41 1 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rujukan Jumlah fasyankes yang melaksanakan sistem rujukan. 15 Kecamatan 35 Sarana 120.000.000 APBD KAB 24 Sarana 140.000.000
1 2 37 2 Peningkatan Pelayanan Penderita Hipertensi
1 2 37 4 Pelayanan Kesehatan Haji
1 2 37 3 Pelayanan Penderita Diabetes Mellitus
1 2 37 6 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Skrining pada usia
produktif
1 2 37 5 Pelayanan Deteksi Dini Kanker
1 2 38 2 Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA
1 2 38 1 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Jiwa
1 2 40 3 Pembinaan Kesehatan Olahraga Masyarakat
1 2 40 2 Pembinaan kesehatan pekerja (formal dan informal)
LOKASI TARGET CAPAIAN
KINERJA
KEBUTUHAN
DANA/PAGU INDIKATIF
SUMBER DANA TARGET CAPAIAN
KINERJA
KEBUTUHAN
DANA/PAGU INDIKATIF
PRAKIRAAN MAJU RENCANA TAHUN 2020
KODEURUSAN/BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN
DAERAH DAN PROGRAM/KEGIATANINDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
RENCANA TAHUN 2019CATATAN
PENTING
Jumlah tenaga kesehatan 15 Kecamatan 45 Orang 5.907.453.000 APBD KAB 45 Orang 9.884.073.000
Jumlah Tim Monitoring 15 Kecamatan 4 Orang APBD KAB 4 Orang
Jumlah Tenaga Sopir 15 Kecamatan 45 Orang APBD KAB 45 Orang
Jumlah Peserta yang mengikuti Simulasi Liwa 129 Orang APBD KAB 129 Orang
Jumlah peserta yang mebgfikuti pelatihan PPGD Bandar Lampung 60 Orang APBD KAB 60 Orang
Jumlah Peserta yang mengikuti pelatihan sopir Bandar Lampung 45 Orang APBD KAB 45 Orang
Jumlah Perlengkapan ambulan Hebat 15 Kecamatan 15 Paket APBD KAB 15 Paket
jumlah operasional ambulan hebat 15 Kecamatan 15 Puskesmas APBD KAB 15 Puskesmas
1 2 42 Program Jaminan Kesehatan Nasional Jumlah Peserta JKN. 15 Kecamatan, 15
Puskesmas
300703 Orang 19.014.002.000 300703 Orang 22.812.602.400
1 2 42 1 Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Jumlah Puskesmas yang mendapatkan dana kapitasi JKN Liwa dan 15
Puskesmas
15 Puskesmas 12.414.402.000 APBD KAB 15 Puskesmas 14.897.282.400
1 2 42 2 Non Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)
Jumlah Puskesmas yang mendapat dana non kapitasi JKN 15 Puskesmas 15 Puskesmas 2.574.000.000 APBD KAB 15 Puskesmas 3.088.800.000
Jumlah advetorial program JKN Liwa 1 Paket 195.000.000 APBD KAB 1 Paket 234.000.000
Jumlah Tim Koordinasi yang mengelola Program JKN. Liwa dan 15
Puskesmas
53 Orang APBD KAB 53 Orang
Frekuensi kegiatan P-Care. Liwa 1 Kali APBD KAB 1 Kali
1 2 42 4 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Penduduk
Miskin di Luar Quota
Jumlah peserta PBI Daerah Liwa dan 15 kecamatan 13025 Orang 3.602.300.000 APBD KAB 17500 Orang 4.322.760.000
1 2 42 5 Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional Jumlah masyarakat yang mendapatkan sosialisasi JKN 15 Puskesmas 900 Orang 189.800.000 APBD KAB 900 Orang 227.760.000
1 2 42 6 Advokasi Jaminan Kesehatan Nasional Jumlah Peserta advokasi JKN. Liwa 50 Orang 38.500.000 APBD KAB 50 Orang 42.000.000
137.708.505.106 138.744.542.576
Liwa, april 2017
TOTAL
1 2 42 3 Manajemen dan operasional jaminan kesehatan
1 2 41 2 Operasional Ambulans Hebat
6.461.716.000 6.957.117.100
120.000.000
2019 137.708.505.106
2020 138.744.542.576