777
I -1 LAMPIRAN PERATURAN BUPATI BOGOR NOMOR : 35 TAHUN 2013 TANGGAL : 31 MEI 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan otonomi daerah berdasarkan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah mengalami beberapa kali perubahan hingga terakhir diubah melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat, melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah. Disamping itu, dalam rangka menciptakan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, Undang-Undang tersebut memberikan kewenangan kepada daerah melalui pemberian otonomi seluas-luasnya berupa kewenangan wajib dan pilihan diluar kewenangan pemerintah. Dalam rangka menjalankan amanat penyelenggaraan otonomi, Pemerintah Daerah dibekali dengan pedoman perencanaan pembangunan nasional melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional sebagai bagian intergral yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan daerah, yang mengamanatkan bahwa Pemerintah Daerah berkewajiban menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah, mulai dari perencanaan jangka panjang untuk kurun waktu 20 tahun yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), perencanaan jangka menengah untuk kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan perencanaan tahunan yaitu Rencana Kerja

rencana kerja pembangunan daerah kabupaten bogor tahun 2014

Embed Size (px)

Citation preview

  • I -1

    LLAAMMPPIIRRAANN PPEERRAATTUURRAANN BBUUPPAATTII BBOOGGOORR

    NNOOMMOORR :: 3355 TTAAHHUUNN 22001133

    TTAANNGGGGAALL :: 3311 MMEEII 22001133

    RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Penyelenggaraan otonomi daerah berdasarkan amanah

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang

    Pemerintahan Daerah sebagaimana telah mengalami beberapa kali

    perubahan hingga terakhir diubah melalui Undang-Undang Republik

    Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas

    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

    Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

    masyarakat, melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan

    peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah.

    Disamping itu, dalam rangka menciptakan efisiensi dan efektivitas

    penyelenggaraan pemerintahan daerah, Undang-Undang tersebut

    memberikan kewenangan kepada daerah melalui pemberian otonomi

    seluas-luasnya berupa kewenangan wajib dan pilihan diluar

    kewenangan pemerintah.

    Dalam rangka menjalankan amanat penyelenggaraan otonomi,

    Pemerintah Daerah dibekali dengan pedoman perencanaan

    pembangunan nasional melalui Undang-Undang Republik Indonesia

    Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

    Nasional sebagai bagian intergral yang tidak terpisahkan dari sistem

    perencanaan pembangunan daerah, yang mengamanatkan bahwa

    Pemerintah Daerah berkewajiban menyusun dokumen perencanaan

    pembangunan daerah, mulai dari perencanaan jangka panjang untuk

    kurun waktu 20 tahun yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang

    Daerah (RPJPD), perencanaan jangka menengah untuk kurun waktu

    5 (lima) tahun yaitu Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    Daerah (RPJMD) dan perencanaan tahunan yaitu Rencana Kerja

  • I -2

    Pembangunan Daerah (RKPD). Sebagai bentuk realisasi dari Undang-

    Undang tersebut, Pemerintah Kabupaten Bogor telah menyusun

    perencanaan pembangunan jangka panjang melalui penetapan

    Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 27 tahun 2008 tentang

    Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bogor

    Tahun 20052025.

    Adapun realisasi perencanaan pembangunan jangka

    menengah, maka telah ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten

    Bogor Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Bogor Tahun 20082013

    sebagaimana telah diubah melalui Peraturan Daerah Kabupaten

    Bogor Nomor 16 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan

    Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Bogor

    Tahun 20082013 yang habis masa berlakunya pada tahun 2013

    bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan Bupati dan Wakil

    Bupati Bogor periode tahun 2008-2013. Oleh karena itu, dengan

    belum disusunnya perencanaan pembangunan jangka menengah

    tahun 2013-2018, maka berpengaruh terhadap penyusunan rencana

    pembangunan tahunan di Kabupaten Bogor tahun 2014, dimana

    Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) menurut Undang-

    Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

    Perencanaan Pembangunan Nasional merupakan penjabaran dari

    RPJM Daerah dan mengacu pada RKP, memuat rancangan kerangka

    ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan

    pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah

    maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

    Dalam rangka menjembatani habisnya masa berlaku RPJMD

    Kabupaten Bogor tahun 2008-2013 dan belum disusunnya RPJMD

    tahun 2013-2018 untuk periode masa jabatan Bupati dan Wakil

    Bupati baru terpilih, maka dasar hukum penyusunan Rencana Kerja

    Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Bogor tahun 2014

    berpedoman pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8

    Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian

    dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dan

    Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 54 Tahun

    2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun

  • I -3

    2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan

    Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Peraturan

    Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

    Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

    Pembangunan Daerah dalam penjelasan pasal 40 huruf j

    menyebutkan bahwa pada masa transisi, untuk menghindari

    kekosongan, seperti peralihan periode kepemimpinan maka RPJMD

    lama yang akan berakhir menjadi pedoman sementara bagi

    pemerintahan kepala daerah baru terpilih selama belum ada RPJMD

    baru. Dengan berpedoman pada aturan perundangan tersebut, maka

    proses penyusunan RKPD tahun 2014 masih tetap mengacu pada

    penetapan visi, misi, tujuan, sasaran dan prioritas pembangunan

    yang tercantum dalam RPJMD tahun 2008-2013 dan mengacu pula

    pada arah pembangunan tahap ketiga RPJPD Kabupaten Bogor

    tahun 2005-2025. Oleh karena itu, proses penyusunan RKPD tahun

    2014 tetap berpedoman pada hasil evaluasi kinerja pelaksanaan

    pembangunan tahun 2012. Disamping itu, juga tetap memperhatikan

    prioritas nasional, sehingga strategi pencapaian tujuan daerah akan

    dapat mendukung pencapaian tujuan nasional.

    Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

    Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan

    Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

    Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

    Pembangunan Daerah, penyusunan RKPD tahun 2014 dilakukan

    melalui 6 (enam) tahapan, yaitu : (1) persiapan penyusunan RKPD,

    (2) penyusunan rancangan awal RKPD, (3) penyusunan rancangan

    RKPD, (4) pelaksanaan musrenbang RKPD, (5) perumusan rancangan

    akhir RKPD, dan (6) penetapan RKPD. Adapun pendekatan yang

    ditempuh dalam tahapan-tahapan penyusunan tersebut adalah

    pendekatan partisipatif, bottom up dan top down, teknokratis dan

    politik dengan tetap memperhatikan upaya pemecahan masalah

    secara faktual, yang utama berkembang di masyarakat. Dokumen

    RKPD tahun 2014 merupakan pedoman bagi penyusunan Rencana

    Kerja (Renja) SKPD tahun 2014, Kebijakan Umum APBD dan Prioritas

    Plafon Anggaran Sementara (KUA dan PPAS) tahun 2014, dan

    Rancangan APBD tahun 2014.

  • I -4

    1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN

    Dasar hukum yang dijadikan pedoman dan secara langsung

    terkait dengan penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah

    (RKPD) tahun 2014 adalah :

    1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem

    Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 4421);

    2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

    Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

    125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan

    Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

    atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

    Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 4844);

    3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

    Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

    4. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

    5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

    Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah

    Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

    6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi

    Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

    2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 4741);

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang

    Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

  • I -5

    8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,

    Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

    Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 4817);

    9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010

    tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

    Tahun 2010-2014;

    10. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 39 Tahun 2013

    tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2014;

    11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13

    Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

    sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan dengan

    Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 21

    Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri

    Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

    Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Tahun 2011 Nomor

    310);

    12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 54

    Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8

    Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

    Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

    Daerah;

    13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 23

    Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan

    Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2014;

    14. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008

    tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

    (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 8 Seri

    E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 45) sebagaimana telah

    diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 24

    tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi

    Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan

    Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Barat Tahun

    2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

    Nomor 24 Seri E);

  • I -6

    15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009

    tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

    (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 (Lembaran

    Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 Nomor 2 Seri E,

    Tambahan Lembaran Daerah Nomor 59) sebagaimana telah

    diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25

    Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi

    Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan

    Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun

    2008-2013 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

    Nomor 25 Seri E);

    16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009

    tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa

    Barat (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 6 Seri E, Tambahan

    Lembaran Daerah Nomor 64);

    17. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 79 Tahun 2010 tentang

    Petunjuk Pelaksanaan Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah

    Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 79

    Seri E);

    18. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 54 Tahun 2012 tentang

    Rencana Pembangunan Jangka menengah Daerah (RPJMD)

    Transisi Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013;

    19. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 31 Tahun 2013 tentang

    Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat

    Tahun 2014 (Lembaran Daerah Tahun 2013 Nomor 31 Seri E);

    20. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008

    tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor

    Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun

    2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 36);

    21. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 27 Tahun 2008

    tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

    Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah

    Kabupaten Bogor Tahun 2008 Nomor 27);

    22. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2009 tentang

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah

    Kabupaten Bogor Tahun 2008-2013 (Lembaran Daerah

    Kabupaten Bogor Tahun 2009 Nomor 7) sebagaimana telah

  • I -7

    diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 16

    Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah

    Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten

    Bogor Tahun 2008-2013 (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor

    Tahun 2011 Nomor 16);

    23. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 8 Tahun 2009 tentang

    Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah

    Kabupaten Bogor Tahun 2009 Nomor 8, Tambahan Lembaran

    Daerah Nomor 37).

    24. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 1 Tahun 2013 tentang

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013

    (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor No.1);

    25. Peraturan Bupati Bogor Nomor 4 tahun 2013 tentang Penjabaran

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013

    (Berita Daerah Kabupaten Bogor Nomor 4);

    1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN

    Dalam rangka mewujudkan sinergi perencanaan

    pembangunan daerah dan nasional sesuai dengan amanah Undang-

    Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

    Pembangunan Nasional, dokumen Rencana Kerja Pembangunan

    Daerah (RKPD) tahun 2014 disusun dengan memperhatikan

    hubungan antar dokumen perencanaan pembangunan lainnya, baik

    tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota yang mendukung

    perencanaan pembangunan tahun 2014. Dokumen perencanaan

    pembangunan jangka panjang, jangka menengah dan jangka

    tahunan nasional dijadikan dokumen acuan terutama yang

    berhubungan dengan isu-isu strategis nasional jangka panjang dan

    menengah, serta prioritas pembangunan nasional tahun 2014.

    Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

    (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

    (RPJMD) maupun dokumen RPJMD transisi Provinsi Jawa Barat

    diacu dalam kapasitas Kabupaten Bogor sebagai bagian dari wilayah

    Provinsi Jawa Barat. Hal-hal yang diacu terutama berhubungan

    dengan sinergi perencanaan pembangunan Jawa Barat dan wilayah-

    wilayah kabupaten/kota yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor,

  • I -8

    baik terkait dengan isu-isu strategis di tingkat Provinsi Jawa Barat,

    prioritas pembangunan tahun 2014, maupun arah dan fokus

    kebijakan pembangunan Jawa Barat dan wilayah perbatasan.

    Disamping itu, Dokumen RKPD tahun 2014 juga mengacu pada

    dokumen perencanaan jangka panjang dan jangka menengah

    Provinsi DKI Jakarta sebagai wilayah yang kebijakannya cukup

    mempengaruhi kebijakan pembangunan di Kabupaten Bogor.

    Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

    (RPJPD) tahun 2005-2025 dipedomani sebagai arah pembangunan

    tahap ketiga periode RPJMD tahun 2013-2018 yang menekankan

    pada pengembangan dan percepatan pembangunan daerah secara

    menyeluruh di berbagai urusan pemerintahan sesuai kewenangan

    daerah dalam rangka pencapaian daya saing perekonomian daerah

    berlandaskan keunggulan sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

    dan nilai-nilai agama, moral dan kearifan lokal, dengan

    memantapkan tata kelola pemerintahan daerah. Dokumen Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2008-2013

    dipedomani sebagai pedoman transisi perencanaan tahun 2014

    sebelum terpilihnya Bupati dan Wakil Bupati baru. Seluruh indikator

    daerah yang dijadikan target pencapaian pada tahun 2008-2013

    dijadikan pedoman transisi dalam penyusunan RKPD tahun 2014.

    Dokumen Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bogor tahun

    2005-2025 diacu terkait dengan kebijakan penataan ruang dan

    wilayah.

    Secara skematis, hubungan antar dokumen ditunjukkan oleh

    Gambar 1.1.

    Gambar 1.1 Hubungan Antara RKPD dengan Dokumen Perencanaandan Penganggaran

  • I -9

    1.4 SISTEMATIKA DOKUMEN RKPD

    Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

    Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan

    Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

    Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

    Pembangunan Daerah, sistematika penyusunan Rencana Kerja

    Pembangunan Daerah (RKPD) tahun 2014 adalah :

    BAB I Pendahuluan

    Menjelaskan mengenai latar belakang, dasar hukum

    penyusunan, hubungan antar dokumen, sistematika

    dokumen RKPD, serta maksud dan tujuan penyusunan RKPD.

    BAB II Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun 2012 dan Capaian

    Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan

    Menjelaskan mengenai gambaran umum kondisi daerah,

    evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan RKPD sampai

    tahun 2012 dan realisasi RPJMD; serta permasalahan

    pembangunan daerah.

    BAB III Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan

    Keuangan Daerah

    Menjelaskan mengenai arah kebijakan ekonomi daerah serta

    arah kebijakan keuangan daerah.

    BAB IV Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah

    menjelaskan tujuan dan sasaran pembangunan serta prioritas

    pembangunan.

    BAB V Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah, yang

    mengemukakan secara eksplisit mengenai rencana program

    dan kegiatan prioritas daerah.

    BAB VI Penutup

    1.5 MAKSUD DAN TUJUAN

    1.5.1 Maksud

    Maksud penyusunan RKPD Kabupaten Bogor Tahun 2014

    adalah untuk menjamin tercapainya konsistensi perencanaan

    dan panganggaran prioritas pembangunan daerah tahun 2014

    yang bersinergi dengan perencanaan pembangunan tahunan

    nasional dan Provinsi Jawa Barat.

  • I -10

    1.5.2 Tujuan

    Tujuan penyusunan RKPD Kabupaten Bogor Tahun 2014

    adalah :

    a. Terwujudnya sinkronisasi pembangunan daerah dengan

    pembangunan di tingkat Provinsi Jawa Barat dan Nasional

    tahun 2014 berdasarkan kewenangan penyelenggaraan

    urusan pemerintahan;

    b. Terintegrasikannya program/kegiatan dalam dokumen

    Rencana Kerja SKPD dengan prioritas pembangunan daerah

    tahun 2014;

    c. Terwujudnya efisiensi dan efektivitas sumber daya dalam

    rangka pembangunan daerah.

  • II -1

    BAB II

    EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2012

    DAN CAPAIAN KINERJA

    PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

    2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah

    2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi

    a. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

    Kabupaten Bogor memiliki wilayah seluas 298.

    838,304 Ha yang secara administratif terbagi atas 40

    Kecamatan. Pada tahun 2012 telah ditetapkan 2 (dua)

    Peraturan Daerah terkait dengan pemekaran 4 (empat) desa,

    yaitu Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang

    Pembentukan Desa Pasir Angin Kecamatan Megamendung

    dan Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2012 tentang

    Pembentukan Desa Urug dan Desa Jayaraharja Kecamatan

    Sukajaya dan Desa Mekarjaya Kecamatan Rumpin. Dengan

    adanya pemekaran desa tersebut, maka jumlah desa di

    Kabupaten Bogor yang pada tahun 2011 berjumlah 413

    desa, bertambah sebanyak 4 (empat) desa pada tahun 2012,

    sehingga total desa dan kelurahan di Kabupaten Bogor pada

    tahun 2012 menjadi 417 desa dan 17 kelurahan (434

    desa/kelurahan), dengan 3.882 RW dan 15.561 RT.

    Wilayah Kabupaten Bogor terletak diantara 618'0"

    647'10" Lintang Selatan dan 10623'45" 10713'30" Bujur

    Timur dan secara geografis berbatasan dengan :

    - Sebelah Utara : Kabupaten Tangerang dan Kota

    Tangerang Selatan (Provinsi Banten),

    Kabupaten dan Kota Bekasi serta Kota

    Depok

    - Sebelah Barat : Kabupaten Lebak (Provinsi Banten)

    - Sebelah Timur : Kabupaten Karawang, Kabupaten

    Cianjur, Kabupaten Purwakarta

  • II -2

    - Sebelah Selatan : Kabupaten Cianjur dan Kabupaten

    Sukabumi

    - Bagian Tengah : Kota Bogor

    Gambar 2.1. Letak Geografis Kabupaten Bogor

    Luas wilayah Kabupaten Bogor berdasarkan pola

    penggunaan tanah hasil interpretasi Alos tahun 2010,

    dikelompokkan menjadi kawasan non terbangun, kawasan

    terbangun dan penggunaan lahan lain-lain. Kawasan non

    terbangun mencakup 88,03 persen dari total luas wilayah.

    Pola kawasan ini mendominasi pola penggunaan tanah di

    kabupaten Bogor, yang terdiri dari hutan seluas 14,32

    persen, sawah seluas 11,74 persen, kebun campuran seluas

    21,35 persen, lading/tegalan/perkebunan/padang rumput/

    ilalang seluas 23,25 persen, dan semak belukar seluas 17,37

    persen. Kawasan terbangun mencakup 11,08 persen dari

    total luas wilayah, yang terdiri dari permukiman, kawasan

    pertambangan/galian serta kawasan dan zona industri.

    Penggunaan lahan lain-lain mencakup 0,89 persen dari total

    luas wilayah, yang terdiri dari sungai/badan air/danau/

    waduk/situ seluas 0,85 persen, rawa 0,03 persen, dan

    tambak/empang seluas 0,01 persen.

    Secara topografi, bagian utara wilayah Kabupaten

    Bogor terletak pada dataran yang relatif rendah, sedangkan

    di bagian selatan terletak pada dataran tinggi. Sekitar 29,28

    persen wilayah berada pada ketinggian 15100 meter di atas

  • II -3

    permukaan laut, 42,62 persen berada pada ketinggian 100 -

    500 meter di atas permukaan laut, 19,53 persen pada

    ketinggian 500-1.000 meter di atas permukaan laut, 8,43

    persen pada ketinggian 1.000-2.000 meter di atas

    permukaan laut, dan 0,22 persen pada ketinggian 2.000-

    2.500 meter di atas permukaan laut.

    Secara geologi, batuan penyusun didominasi oleh hasil

    letusan gunung, yang terdiri dari andesit, tufa dan basalt.

    Gabungan batu tersebut termasuk dalam sifat jenis batuan

    relatif lulus air dimana kemampuannya meresapkan air

    hujan tergolong besar. Jenis pelapukan batuan ini relatif

    rawan terhadap gerakan tanah bila mendapatkan siraman

    curah hujan yang tinggi. Selanjutnya, jenis tanah penutup

    didominasi oleh material vulkanik lepas agak peka dan

    sangat peka terhadap erosi, antara lain latosol, aluvial,

    regosol, podsolik dan andosol. Oleh karena itu, beberapa

    wilayah rawan terhadap tanah longsor.

    Secara hidrologis, wilayah Kabupaten Bogor terbagi ke

    dalam 6 (enam) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu: (1)

    Ciliwung; (2) Cisadane; (3) Citarum; (4) Ciujung; (5) Cidurian;

    dan (6) Kali Bekasi. Selain itu terdapat 879 daerah irigasi, 93

    Situ, dan 96 titik mata air.

    Secara klimatologis, bagian selatan wilayah Kabupaten

    Bogor termasuk beriklim tropis sangat basah, sedangkan di

    bagian utara beriklim tropis basah dengan rata-rata curah

    hujan tahunan 2.5005.000 mm/tahun. Adapun di wilayah

    bagian utara dan sebagian kecil wilayah timur, curah hujan

    hanya mencapai kurang dari 2.500 mm/tahun. Suhu rata-

    rata di wilayah Kabupaten Bogor adalah 20- 30C, dengan

    rata-rata tahunan sebesar 25C. Kelembaban udara 70

    persen dan kecepatan angin cukup rendah, dengan ratarata

    1,2 m/detik dengan evaporasi di daerah terbuka rata rata

    sebesar 146,2 mm/bulan.

    Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan

    dengan fungsi utama melindungi kelesatrian lingkungan

    hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya

  • II -4

    buatan. Kawasan lindung yang telah ditetapkan dalam

    Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008

    tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor

    Tahun 2005-2025 adalah sebesar 44,69 persen (133.548,41

    hektar) dari luas wilayah Kabupaten Bogor yang meliputi

    kawasan hutan yang berfungsi lindung di dalam kawasan

    hutan dan kawasan lindung di luar kawasan hutan.

    Kawasan yang berfungsi lindung di dalam kawasan hutan

    terdiri atas : (a) hutan konservasi sebesar 14,24 persen

    (42.559,72 hektar), (b) hutan lindung sebesar 2,93 persen

    (8.745,06 hektar) dari luas wilayah daerah. Adapun kawasan

    yang berfungsi lindung di luar kawasan hutan terdiri atas

    kawasan lindung lainnya di luar kawasan hutan yang

    menunjang fungsi lindung sebesar 27,52 persen (82.243,63

    hektar) dari luas wilayah daerah. Kkawasan budidaya adalah

    wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk

    dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya

    alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan.

    Kawasan budidaya ditetapkan sebesar 55,31 persen

    (165.289,90 hektar) yang terdiri atas kawasan budidaya di

    dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan. Kawasan

    budidaya di dalam kawasan hutan terdiri atas kawasan

    hutan produksi terbatas dan kawasan hutan produksi tetap.

    Adapun kawasan budidaya di luar kawasan hutan

    diperuntukan bagi : (a) kawasan pertanian, (b) kawasan

    pertambangan, (c) kawasan industri, (d) kawasan pariwisata,

    dan (e) kawasan permukiman.

    b. Potensi Pengembangan Wilayah

    Potensi pengembangan wilayah kawasan budidaya di

    luar kawasan hutan, baik untuk pertanian, pertambangan,

    industri, pariwisata, dan permukiman yang telah ditetapkan

    berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19

    Tahun 2008 tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten

    Bogor Tahun 2005-2025 dapat diuraikan sebagai berikut :

  • II -5

    a. Pertanian.

    Potensi pengembangan wilayah untuk pertanian di

    Kabupaten Bogor memungkinkan untuk pertanian lahan

    basah (31 kecamatan), pertanian lahan kering (23

    kecamatan), tanaman tahunan (22 kecamatan),

    perkebunan (15 kecamatan), peternakan (peternakan kecil

    di 9 kecamatan, peternakan besar di 12 kecamatan, dan

    peternakan unggas di 11 kecamatan), dan perikanan (19

    kecamatan).

    b. Pertambangan

    Potensi pengembangan wilayah untuk pertambangan di

    Kabupaten Bogor memungkinkan untuk pertambangan

    bahan galian golongan strategis (3 kecamatan), bahan

    galian golongan strategis (8 kecamatan), dan bahan galian

    golongan C (15 kecamatan).

    c. Industri

    Potensi pengembangan wilayah untuk industri di

    Kabupaten Bogor memungkinkan untuk kawasan industri

    estate (5 kecamatan), zona industri (10 kecamatan), dan

    sentra industri kecil (13 kecamatan).

    d. Pariwisata

    Potensi pengembangan wilayah untuk pariwisata di

    Kabupaten Bogor memungkinkan untuk kawasan wisata

    alam (16 kecamatan), kawasan budaya (6 kecamatan), dan

    kawasan wisata minat khusus (3 kecamatan).

    e. Permukiman

    Kawasan permukiman diarahkan untuk kawasan

    permukiman perdesaan dan perkotaan. Kawasan

    pemukiman perdesaan terbagi atas kawasan perdesaan di

    luar kawasan yang berfungsi lindung (35 kecamatan), dan

    kawasan perdesaan di dalam kawasan lindung di luar

    kawasan hutan (23 kecamatan). Adapun kawasan

    perkotaan terbagi atas kawasan perkotaan kepadatan

    tinggi (15 kecamatan), kawasan perkotaan kepadatan

  • II -6

    sedang (29 kecamatan), dan kawasan perkotaan

    kepadatan rendah (17 kecamatan).

    c. Wilayah Rawan Bencana

    Kabupaten Bogor memiliki beberapa wilayah yang

    rawan bencana. Wilayah rawan bencana terbagi atas 2 (dua)

    kawasan, yaitu : kawasan rawan letusan gunung api (11

    kecamatan), dan kawasan rawan gempa, gerakan tanah, dan

    longsor (13 kecamatan).

    d. Demografi

    Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk yang

    dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten

    Bogor, angka sementara jumlah penduduk Kabupaten Bogor

    pada tahun 2012 tercatat sebanyak 5.077.210 jiwa dengan

    rincian 2.604.873 jiwa penduduk laki-laki dan 2.472.337

    jiwa penduduk perempuan. Besarnya jumlah penduduk

    tersebut mengantarkan Kabupaten Bogor sebagai kabupaten

    dengan jumlah penduduk terbanyak se Jawa Barat dan se

    Indonesia, dimana pada tahun 2012, jumlah penduduk Jawa

    Barat tercatat sebanyak 43.053.732 jiwa, sedangkan total

    penduduk Indonesia tercatat sebanyak 237.641.326 jiwa.

    Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2011

    yang tercatat sebanyak 4.922.205 jiwa, maka dalam jangka

    waktu satu tahun jumlah penduduk Kabupaten Bogor

    meningkat sebanyak 155.005 jiwa dengan laju pertumbuhan

    penduduk sebesar 3,15 persen.

    Dilihat dari distribusi penduduk, kecamatan dengan

    persentase jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan

    Cibinong, yakni sebesar 7,02 persen dari total penduduk

    Kabupaten Bogor, sedangkan kecamatan dengan persentase

    jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Cariu,

    yakni hanya sebesar 0,92 persen dari total penduduk

    Kabupaten Bogor. Tingginya jumlah penduduk pada

    kecamatan-kecamatan tertentu seperti Kecamatan Cibinong,

    Kecamatan Gunung Putri dan Kecamatan Cileungsi lebih

    dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan aneka jenis usaha

  • II -7

    industri di wilayah tersebut, baik industri besar maupun

    sedang, sehingga memberikan dampak pada tingginya

    migrasi masuk penduduk ke wilayah kecamatan-kecamatan

    tersebut. Hal ini pada akhirnya mendorong kepada tingginya

    tingkat permintaan terhadap permukiman untuk tempat

    tinggal penduduk. Adapun rendahnya jumlah penduduk di

    beberapa kecamatan seperti Kecamatan Cariu, Kecamatan

    Tanjungsari dan Kecamatan Rancabungur, lebih dipengaruhi

    oleh kurang berkembangnya pertanian sawah dan usaha

    industri, sehingga kurang menarik minat penduduk untuk

    tinggal di wilayah-wilayah tersebut, meskipun aksesibilitas

    infrastruktur terutama jalan tersedia cukup.

    Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bogor tahun

    2012 adalah sebesar 17 orang per hektar atau 1.699

    orang/km2. Tingkat kepadatan penduduk ini dipengaruhi

    oleh luas wilayah. Oleh karena itu, tingkat kepadatan

    penduduk tertinggi di Kabupaten Bogor terdapat di

    Kecamatan Ciomas yakni 98 orang per hektar, karena

    kecamatan ini hanya memiliki luas wilayah 1.630,57 hektar,

    sedangkan jumlah penduduk cukup banyak, yakni 159.432

    jiwa. Adapun tingkat kepadatan penduduk terendah ada di

    Kecamatan Tanjungsari yakni 4 orang per hektar. Ditinjau

    dari komposisi jenis kelamin, rasio jenis kelamin penduduk

    Kabupaten Bogor adalah sebesar 105, artinya setiap 100

    orang perempuan terdapat 105 orang laki-laki. Hal ini

    menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Bogor mayoritas

    berjenis kelamin laki-laki.

    Penduduk Kabupaten Bogor sebagian besar

    merupakan penduduk usia produktif (65,04%), dengan

    bentuk piramida yang menggambarkan bahwa penduduk

    Kabupaten Bogor tergolong penduduk muda menuju transisi.

    Artinya, penduduk Kabupaten Bogor sedang mengalami

    pertumbuhan, dimana tingkat kelahiran dan kematian masih

    relatif tinggi, tingkat pertumbuhan tinggi, dan angka beban

    tanggungan tergolong rendah.

  • II -8

    Kondisi demografis Kabupaten Bogor sebagaimana

    diuraikan di atas secara ringkas disajikan pada Tabel 2.1.

    Tabel 2.1 Kondisi Demografi Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011

    NO INDIKATOR

    REALISASI KINERJA

    2008 2009 2010 2011 2012

    1 Jumlah penduduk (jiwa)

    4.505.679 4.643.186 4.771.932 4.922.205 5.077.210

    2

    Laju

    pertumbuhan penduduk (%)

    3,08 3,05 3,15 3,15 3,15

    Sumber : Indikator Ekonomi Daerah, 2012

    2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

    A. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

    Kinerja kesejahteraan dan pemerataan ekonomi

    Kabupaten Bogor selama periode tahun 2008-2012 dapat

    dilihat dari capaian indikator pertumbuhan PDRB dan PDRB

    Perkapita, laju inflasi, Koefisien Gini , Persentase Penduduk

    di atas Garis Kemiskinan, dan Angka Kriminalitas yang

    tertangani.

    1. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

    PDRB merupakan jumlah nilai produk barang dan

    jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di

    dalam suatu wilayah atau daerah pada suatu periode

    tertentu, biasanya satu tahun, tanpa memperhitungkan

    kepemilikan faktor produksi. Penetapan PDRB Atas

    Dasar Harga Berlaku dinilai atas harga pada tahun

    berjalan, baik nilai produksi, biaya antara maupun

    komponen nilai tambah. Hal ini berbeda dengan

    penetapan PDRB Atas Dasar Harga Konstan yang dinilai

    berdasarkan harga pada tahun tertentu atau tahun

    dasar, baik pada saat meniali produksi, biaya antara

    maupun komponen nilai tambah.

    Perkembangan nilai PDRB atas harga konstan dan atas

    harga berlaku yang terjadi di sektor-sektor primer,

  • II -9

    sekunder dan tersier di Kabupaten Bogor masing-masing

    dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3

    Tabel 2.2. Perkembangan Nilai PDRB Atas Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bogor Tahun 2008 2012

    Tahun

    Sektor

    Total PDRB Pertumbuhan

    (%) Primer Sekunder Tersier

    2008 3.367.726,88 40.078.637,69 14.943.046,86 58.389.411,43

    2009 3.704.823,94 44.952.879,24 17.426.085,36 66.083.788,54 13,18

    2010 4.126.719,61 49.614.605,55 20.059.375,40 73.800.700,56 11,68

    2011 4.493.720,78 55.358.466,18 23.180.272,72 83.032.459,68 12,51

    2012* 4.946.529,80 64.040.698,89 26.918.368,69 95.905.597,38 15,50

    Sumber : Indikator Ekonomi Daerah, 2012

    Keterangan * (angka sementara)

    Berdasarkan data pada Tabel 2.2, nilai total

    PDRB atas harga berlaku sejak tahun 2008-2012

    mengalami peningkatan, baik di sektor primer, sekunder,

    maupun tersier. Lapangan usaha di sektor sekunder

    memberikan kontribusi paling besar terhadap nilai PDRB

    Kabupaten Bogor dari tahun ke tahun. Jenis lapangan

    usaha yang tergolong sektor sekunder tersebut adalah

    industri pengolahan, listrik, gas dan air, serta bangunan.

    Adapun lapangan usaha di sektor primer justru

    memberikan kontribusi terkecil terhadap nilai PDRB atas

    harga berlaku. Jenis lapangan usaha yang tergolong

    sektor primer tersebut adalah pertanian, peternakan,

    perkebunan, kehutanan, perikanan, pertambangan dan

    penggalian. Berdasarkan perbandingan capaian nilai

    PDRB tahun 2008-2012, maka pertumbuhan PDRB dari

    tahun ke tahun mengalami peningkatan, meskipun pada

    tahun 2010 pertumbuhan PDRB hanya sebesar 11,68

    persen lebih kecil dibandingkan pertumbuhan pada

    tahun-tahun lainnya. Pertumbuhan PDRB tertinggi

    terjadi pada tahun 2012 dengan persentase pertumbuhan

    sebesar 15, 50 persen. Pada tahun 2012, persentase

    kontribusi sektor sekunder terhadap total PDRB atas

  • II -10

    harga berlaku dibandingkan sektor lainnya sebesar 66,77

    persen sedangkan kontribusi sektor primer hanya

    sebesar 5,16 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sektor

    sekunder lebih mudah diungkit dan dipacu

    peningkatannya dibandingkan dengan sektor tersier dan

    primer.

    Tabel 2.3 Perkembangan Nilai PDRB Atas Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bogor Tahun 2008 2012

    Tahun

    Sektor

    Total PDRB Pertumbuhan

    (%) Primer Sekunder Tersier

    2008 1.816.061,80 20.601.560,12 7.304.076,12 29.721.698,04

    2009 1.887.540,00 21.220.240,40 7.844.357,43 30.952.137,83 4,14

    2010 1.987.614,49 22.178.636,16 8.360.199,02 32.526.449,67 5,09

    2011 1.986.714,13 23.474.527,64 9.003.595,52 34.464.837,29 5,96

    2012* 1.998.117,38 24.877.113,84 9.655.512,28 36.530.743,50 5,99

    Sumber : Indikator Ekonomi Daerah, 2012

    Keterangan * (angka sementara)

    Berdasarkan data pada Tabel 2.3, nilai total

    PDRB atas harga konstan sejak tahun 2008-2012 juga

    mengalami peningkatan, baik di sektor primer, sekunder,

    maupun tersier. Lapangan usaha di sektor sekunder

    memberikan kontribusi paling besar terhadap nilai PDRB

    Kabupaten Bogor dari tahun ke tahun. Jenis lapangan

    usaha yang tergolong sektor sekunder tersebut adalah

    industri pengolahan, listrik, gas dan air, serta bangunan.

    Adapun, lapangan usaha di sektor primer justru

    memberikan kontribusi terkecil terhadap nilai PDRB atas

    harga konstan. Jenis lapangan usaha yang tergolong

    sektor primer tersebut adalah pertanian, peternakan,

    perkebunan, kehutanan, perikanan, pertambangan dan

    penggalian. Berdasarkan perbandingan capaian nilai

    PDRB tahun 2008-2012, maka pertumbuhan PDRB dari

    tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pertumbuhan

    PDRB tertinggi terjadi pada tahun 2012 dengan

    persentase pertumbuhan sebesar 5,99 persen. Pada

  • II -11

    tahun 2012, persentase kontribusi sektor sekunder

    terhadap total PDRB atas harga konstan dibandingkan

    sektor lainnya sebesar 68,10 persen, sedangkan

    kontribusi sektor primer hanya sebesar 5,47 persen.

    Sektor sekunder yang merupakan kontributor

    terbesar PDRB, terutama didorong oleh pertumbuhan 4

    (empat) sub sektor utama, yaitu (1) sub sektor bangunan,

    (2) sub sektor industri alat angkutan, mesin dan

    peralatannya, (3) sub sektor tekstil, barang dari kulit dan

    alas kaki, serta (4) sub sektor industri makanan,

    minuman, dan tembakau. Adapun rendahnya kontribusi

    sektor primer terhadap PDRB disebabkan oleh rendahnya

    kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan akibat

    menurunnya luasan lahan panen pasca kemarau yang

    berkepanjangan pada awal hingga melebihi pertengahan

    tahun 2012.

    Adapun perbandingan pertumbuhan PDRB Atas Harga

    Konstan dan Atas Harga Berlaku dapat dilihat pada

    Gambar 2.2

    Gambar 2.2 Perbandingan Pertumbuhan PDRB Atas Harga Berlaku dan Atas Harga Konstan Tahun 2008-2012

    2. PDRB Perkapita

    Kondisi pencapaian nilai PDRB tahun 2012

    sekaligus dapat menggambarkan besarnya PDRB

    perkapita Kabupaten Bogor. PDRB Perkapita merupakan

  • II -12

    hasil bagi pendapatan regional dengan jumlah penduduk

    pertengahan tahun. Perkembangan PDRB perkapita

    Kabupaten Bogor tahun 2008-2012 dapat dilihat pada

    Gambar 2.3.

    Sumber : Indikator Ekonomi Daerah, 2012

    Gambar 2.3 Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Bogor Tahun 2008-2012

    PDRB perkapita Kabupaten Bogor sejak tahun

    2008 hingga tahun 2012 terus mengalami peningkatan.

    Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kondisi

    perekonomian masyarakat ke arah yang lebih baik.

    Berdasarkan perhitungan PDRB perkapita atas harga

    berlaku, antara tahun 2011-2012 terjadi peningkatan

    sebesar 11,69 persen. Namun perhitungan ini belum

    dapat menunjukkan peningkatan daya beli masyarakat

    secara riil, karena masih mengandung nilai inflasi. Untuk

    mendekati daya beli riil, maka digunakan perhitungan

    PDRB perkapita atas dasar harga konstan, dimana

    antara tahun 2011-2012 terjadi peningkatan daya beli

    masyarakat sebesar 2,57 persen.

    3. Laju Inflasi

    Inflasi merupakan proses meningkatnya harga-

    harga secara umum dan terus-menerus (kontinyu)

    berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat

    disebabkan oleh berbagai faktor antara lain konsumsi

    masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di

    pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi dan

    adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata

  • II -13

    lain inflasi merupakan proses menurunnya nilai mata

    uang secara kontinyu.

    Inflasi di Indonesia tahun 2012 berdasarkan data

    yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik tahun 2012

    tercatat sebesar 4,30 persen. Di Jawa Barat, inflasi

    tercatat sebesar 3,86 persen. Adapun, inflasi yang terjadi

    di Kabupaten Bogor tercatat sebesar 3,56 persen. Jika

    dibandingkan dengan inflasi nasional, inflasi yang terjadi

    di Kabupaten Bogor lebih rendah 0,74 persen, sedangkan

    jika dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat, inflasi di

    Kabupaten Bogor tahun 2012 lebih rendah 0,30 persen.

    Hal ini menunjukkan bahwa jika dilihat dari laju inflasi,

    kondisi perekonomian di Kabupaten Bogor pada tahun

    2012 relatif lebih baik dibandingkan dengan Provinsi

    Jawa Barat dan Indonesia.

    Inflasi tertinggi di Kabupaten Bogor tahun 2012

    terjadi pada kelompok sandang, menyusul kelompok

    pendidikan, olahraga dan rekreasi. Adapun inflasi

    terendah terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi

    dan jasa keuangan. Perkembangan inflasi di Kabupaten

    Bogor dalam kurun waktu 2008-2012 dapat dilihat pada

    Gambar 2.4

    Sumber : Indikator Ekonomi Daerah, 2012

    Gambar 2.4 Perkembangan Inflasi di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2012

  • II -14

    Berdasarkan data pada Gambar 2.4, dalam kurun

    waktu 2009-2012, angka inflasi di Kabupaten Bogor

    mengalami fluktuasi, dengan tingkat tertinggi terjadi

    pada tahun 2010. Inflasi yang terjadi pada tahun 2012

    lebih rendah 0,01 persen dibandingkan tahun 2011. Hal

    ini menunjukkan bahwa kondisi perekonomian di

    Kabupaten Bogor dilihat dari indikator inflasi lebih baik

    dibandingkan dengan tahun 2011.

    4. Koefisien Gini

    Koefisien gini menunjukkan ada tidaknya

    ketimpangan distribusi pendapatan di tengah masyarakat

    yang diukur dengan nilai dalam rentang 0-1.

    Ketimpangan akan semakin tinggi jika koefisien gini

    semakin tinggi. Pada tahun 2012, angka koefisien gini di

    Kabupaten Bogor tercatat sebesar 0,36. Hal ini

    menunjukkan bahwa penyebaran pendapatan penduduk

    Kabupaten Bogor cukup merata (

  • II -15

    jumlah penduduk miskin berdasarkan garis kemiskinan

    di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 2.4.

    Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Miskin Berdasarkan Penetapan Garis Kemiskinan di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2012

    Uraian

    Tahun

    2008 2009 2010 2011 2012*

    Penduduk Miskin

    491.400 446.040 477.100 470.500 424.314

    Garis kemiskinan

    173.281 197.319 214.338 235.682 235.682

    Sumber : Indikator Ekonomi Daerah, 2010

    Keterangan : * sumber TNP2K

    Secara kuantitatif, jumlah penduduk miskin tahun

    2012 mengalami penurunan sebesar 9,82 persen

    dibandingkan tahun 2011, yakni dari 470.500 jiwa pada

    tahun 2011 menjadi 424.314 jiwa pada tahun 2012.

    Namun, jika dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah

    penduduk, persentase jumlah penduduk miskin terhadap

    total penduduk Kabupaten Bogor dalam kurun waktu

    tahun 2008-2012 menunjukkan angka yang semakin

    menurun, kecuali pada tahun 2010 yang mengalami

    peningkatan dibandingkan tahun 2009. Pada tahun

    2012, proporsi jumlah penduduk miskin tercatat paling

    rendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya

    yakni sebesar 8,36 persen. Hal ini dapat dilihat pada

    Gambar 2.5

  • II -16

    Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor, 2012

    Gambar 2.5 Persentase Jumlah Penduduk Miskin Terhadap Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 2008-2012

    Dengan mengacu pada persentase jumlah penduduk

    miskin di Kabupaten Bogor, maka persentase jumlah

    penduduk yang berada di atas garis kemiskinan pada

    tahun 2012 sebesar 91,64 persen.

    B. Fokus Kesejahteraan Sosial

    Kesejahteraan masyarakat dapat ditinjau dari fokus

    kesejahteraan sosial. Capaian kinerja pada fokus

    kesejahteraan sosial dalam kurun waktu 2008-2012

    ditunjukkan melalui beberapa indikator, yang dapat

    diuraikan sebagai berikut :

    1. Pendidikan

    Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam

    pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah

    mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai implikasi dari

    tujuan tersebut, maka pendidikan dijadikan sebagai

    indikator bagi keberhasilan pembangunan. Dalam

    perencanaan pembangunan jangka menengah, RPJMD

    Kabupaten Bogor tahun 2008-2013 telah menempatkan

    pendidikan dalam misi keempat, yaitu Meningkatkan

    Pemerataan dan Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan.

    Misi tersebut kemudian dijabarkan dalam setiap

  • II -17

    perencanaan tahunan, dimana pada Rencana Kerja

    Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2012, pendidikan

    ditempatkan pada prioritas ketiga dalam pembangunan di

    Kabupaten Bogor, yaitu Peningkatan Mutu dan

    Pemerataan Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan.

    Tingkat pencapaian kinerja dalam urusan

    pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator

    pendukung, yaitu Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata

    Lama Sekolah (RLS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan

    Angka Partisipasi Murni (APM). Capaian indikator-

    indikator tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

    a. Angka Melek Huruf

    Angka Melek Huruf (AMH) menunjukkan

    persentase jumlah penduduk Kabupaten Bogor yang

    berusia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan

    menulis dari total seluruh penduduk Kabupaten Bogor

    yang berusia 15 tahun keatas. Perkembangan Angka

    Melek Huruf dapat dilihat pada Tabel 2.5

    Tabel 2.5 Perkembangan Angka Melek Huruf di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2012

    No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012*

    1 Jumlah penduduk usia

    diatas 15 tahun yang bisa membaca

    dan menulis

    2.896.848 2.983.552 3.068.705 3.343.177 3.298.531

    2 Jumlah

    penduduk usia15 tahun keatas

    3.095.253 3.164.229 3.229.536 3.492.700 3.462.661

    3 Angka melek huruf

    (AMH)

    93,59 94,29 95,00 95,09 95,26

    Sumber : Indikator Ekonomi Daerah, 2012

    Keterangan : * angka sementara

    Banyaknya penduduk Kabupaten Bogor yang

    melek aksara dalam kurun waktu 2008-2012 terus

  • II -18

    mengalami peningkatan, meskipun hingga tahun 2012

    masih terdapat penduduk buta aksara yang

    diperkirakan sebesar 4,74 persen. Pada tahun 2012,

    capaian Angka Melek Huruf di Kabupaten Bogor sebesar

    95,26 persen. Kondisi ini mengalami peningkatan

    sebesar 0,07 poin dari tahun 2011. Apabila mengacu

    pada standar internasional, angka melek huruf dihitung

    pada seluruh penduduk yang berusia 15 tahun ke atas

    tanpa adanya batas atas usia penduduk, maka kecilnya

    peningkatan poin angka melek huruf di Kabupaten

    Bogor kemungkinan disebabkan oleh sulitnya

    pembelajaran membaca, menulis dan berhitung

    (calistung) pada penduduk buta huruf yang telah

    berusia di atas usia produktif.

    b. Rata-rata Lama Sekolah

    Rata-rata lama sekolah menunjukkan rata-rata

    capaian tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten

    Bogor. Capaian rata-rata lama sekolah di Kabupaten

    Bogor pada tahun 2012 diperkirakan sebesar 8,12.

    Angka ini meningkat sebesar 0,23 poin dari capaian

    tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa hingga tahun

    2012 rata-rata penduduk Kabupaten Bogor baru dapat

    menamatkan sekolah hingga jenjang pendidikan

    SMP/sederajat kelas 8, atau bersekolah delapan tahun.

    Dengan kata lain, rata-rata penduduk Kabupaten Bogor

    belum menuntaskan program wajib belajar pendidikan

    sembilan tahun karena belum menamatkan jenjang

    pendidikan SMP/sederajat. Perkembangan capaian

    Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Bogor tahun

    2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 2.6

    Tabel 2.6 Capaian Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 2008-2012

    Uraian Tahun

    2008 2009 2010 2011 2012

    Rata-rata Lama

    Sekolah 7,20 7,54 7,98 7,99 8,12

    Sumber : Indikator Ekonomi Daerah, 2012

  • II -19

    Beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab

    masih rendahnya capaian rata-rata lama sekolah, yaitu

    1)adanya penduduk usia sekolah yang tidak bersekolah,

    baik karena putus sekolah, maupun karena tidak

    melanjutkan sekolah, dan 2) adanya penduduk di luar

    usia sekolah yang tidak memiliki ijazah tamat sekolah

    serta tidak mengikuti program pendidikan non

    formal/kesetaraan.

    c. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi

    Murni (APM)

    Angka Partisipasi Kasar menunjukkan jumlah

    penduduk yang bersekolah pada usia jenjang

    pendidikan tertentu, baik dasar maupun menengah

    yang bersekolah, berapaun usia penduduk tersebut.

    Adapun Angka Partisipasi Murni menunjukkan jumlah

    penduduk usia sekolah pada jenjang pendidikan

    tertentu, baik dasar maupun menengah yang bersekolah

    pada jenjang pendidikan tertentu. Capaian APK dan

    APM tahun 2012 pada tiap-tiap jenjang dapat dilihat

    pada Gambar 2.6.

    Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, 2012

    Gambar 2.6 Capaian APK dan APM Kabupaten Bogor Tahun 2012

    Upaya untuk menuntaskan wajib belajar sembilan

    tahun di Kabupaten Bogor pada jenjang pendidikan

    Sekolah Dasar (SD)/sederajat telah terlampaui. Pada

    jenjang pendidikan SMP, APK telah mencapai 95,95

    persen dengan katagori tuntas, meskipun APM masih

    mencapai angka 84,74 persen. Hal ini berarti bahwa

  • II -20

    pada jenjang SMP/sederajat, hingga tahun 2012

    Kabupaten Bogor masih ada anak usia sekolah yang

    tidak bersekolah. Pada jenjang pendidikan menengah,

    capaian APK dan APM hingga tahun 2012 belum

    mencapai 50 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masih

    setengah dari penduduk usia SMA/sederajat di

    Kabupaten Bogor yang tidak bersekolah. Berbagai upaya

    untuk meningkatkan APK dan APM telah dilakukan

    Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Dinas Pendidikan,

    diantaranya dengan cara menambah daya tampung

    sekolah, karena dengan adanya penambahan daya

    tampung, berarti telah membuka kesempatan bagi

    penduduk untuk bersekolah sesuai dengan jenjang

    pendidikannya. Langkah-langkah yang dilakukan untuk

    menambah daya tampung adalah dengan membangun

    ruang kelas baru, melakukan rehabilitasi ruang-ruang

    kelas agar dapat berfungsi kembali dengan baik,

    menambah akses pelayanan pendidikan di wilayah-

    wilayah yang sulit dijangkau, serta membuka program-

    program paket belajar, baik A, B maupun C.

    2. Kesehatan

    Berdasarkan misi yang tercantum dalam RPJMD

    tahun 2008-2013, Kesehatan ditempatkan pada misi

    kelima, yaitu Meningkatkan Pelayanan Kesehatan

    Berkualitas. Adapun dalam RKPD tahun 2012,

    kesehatan bersama dengan pendidikan ditempatkan pada

    prioritas pembangunan ketiga. Secara umum, indikator

    keberhasilan kesehatan dilihat dari Angka Harapan Hidup

    yang menunjukkan peluang lama hidup seseorang. Di

    Kabupaten Bogor, angka harapan hidup selalu mengalami

    peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat

    pada Tabel 2.7.

  • II -21

    Tabel 2.7 Perkembangan Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Bogor Tahun 2008-2012

    Uraian

    Tahun

    2008 2009 2010 2011 2012

    AHH 68,03 68,44 68,86 69,28 69,49

    Sumber : Indilator Ekonomi Daerah, 2012

    Angka Harapan Hidup pada tahun 2012 meningkat

    sebesar 0,21 poin dari tahun 2011, sehingga harapan

    hidup penduduk Kabupaten Bogor tahun 2012 menjadi

    69,49 tahun. Peningkatan angka harapan hidup tersebut

    terjadi karena kesadaran penduduk semakin tinggi

    tentang bagaimana membiasakan untuk hidup sehat.

    Keberhasilan capaian angka harapan hidup yang

    semakin lama semakin tinggi tidak terlepas dari

    tercapainya indikator-indikator kesehatan lainnya, yaitu:

    a. Angka Kelangsungan Hidup Bayi

    Angka kelangsungan hidup bayi dalam kurun

    waktu tahun 2008-2012 mengalami peningkatan.

    Secara tidak langsung, peningkatan angka

    kelangsungan hidup bayi disebabkan oleh semakin

    menurunnya kasus kematian bayi yang terjadi di

    wilayah Kabupaten Bogor. Hal ini dapat dilihat pada

    Tabel 2.8

    Tabel 2.8 Perkembangan Kasus Kematian Bayi di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2012

    Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Bogor, 2012

    Pada Tahun 2012 kasus kematian bayi mengalami

    penurunan sebesar 19,01 persen dari tahun 2011,

    meskipun dalam kurun waktu 2008-2012 terjadi

    Jumlah Kasus Kematian

    Tahun

    2008 2009 2010 2011 2012

    Neonatal (0 28 hari) 200 339 282 195 167

    Bayi (29 hari 11 bulan) 70 68 72 47 29

    Total 270 407 354 242 196

  • II -22

    fluktuasi kasus kematian bayi. Namun demikian, mulai

    tahun 2010 hingga tahun 2012, kasus tersebut

    menunjukkan trend yang semakin menurun. Hal ini

    dapat dilihat pada Gambar 2.8

    Sumber : Dinas Kesehatan kab. Bogor, 2012

    Gambar 2.8 Trend Penurunan Kasus Kematian Bayi Tahun 2008-2012

    b. Balita Gizi Buruk

    Cakupan jumlah balita dengan gizi buruk pada

    tahun 2012 terdapat sebanyak 0,030 persen. Jumlah ini

    mengalami penurunan sebesar 0,01 persen jika

    dibandingkan dengan tahun 2011, dimana pada tahun

    2011 terdapat balita dengan gizi buruk sebesar 0,041

    persen. Secara umum seluruh balita gizi buruk

    tertangani seluruhnya, atau dengan kata lain seluruh

    balita gizi buruk mendapatkan perawatan yang baik dari

    Pemerintah Kabupaten Bogor. Hal ini terlihat dari

    jumlah cakupan kunjungan bayi yang pada tahun 2012

    sebesar 93,96 persen, meningkat sebesar 1,96 persen

    dari tahun 2011.

    3. Kepemilikan Tanah

    Perkembangan kepemilikan lahan dan lahan

    bersertifikat dalam kurun waktu 2008-2012 di Kabupaten

    Bogor dapat dilihat pada Gambar 2.9

  • II -23

    Sumber : Dinas Tata Ruag dan Pertanahan Kab. Bogor, 2012

    Gambar 2.9 Perkembangan Luas Kepemilikan Lahan dan Lahan Bersertifikat di kabupaten Bogor Tahun 2008-2012

    Jumlah penduduk yang memiliki lahan dari tahun

    2008-2012 semakin meningkat. Khusunya pada tahun

    2012, penduduk yang memiliki lahan tercatat sejumlah

    9,30 persen. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar

    0,85 persen jika dibandingkan tahun 2011. Ditinjau dari

    aspek legalitas kepemilikan tanah, luas lahan penduduk

    yang telah bersertifikat tercatat sebesar 24,60 persen.

    Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun

    sebelumnya sebesar 12,04 persen. Luas lahan yang

    bersertifikat tersebut bersumber dari kegiatan proda yang

    dilaksanakan pada tahun 2012.

    4. Ketenagakerjaan

    Kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Bogor dapat

    dilihat dari jumlah penduduk yang bekerja. Jumlah

    penduduk Kabupaten Bogor yang bekerja dalam kurun

    waktu tahun 2008-2012 menunjukkan adanya

    peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.10

  • II -24

    Sumber : Indikator Ekonomi Daerah, 2012

    Gambar 2.10 Perkembangan Jumlah Penduduk Bekerja di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2012

    Menurut data yang dikeluarkan oleh Dinas Sosial,

    Tenaga Kerja dan Transmigrasi, pada tahun 2012 terjadi

    peningkatan jumlah penduduk bekerja sebesar 129.820

    jiwa atau sebesar 0,08 persen dibandingkan tahun 2011.

    Adapun jika dibandingkan dengan total penduduk

    Kabupaten Bogor, terjadi kenaikan rasio jumlah penduduk

    yang bekerja, dimana pada tahun 2011 sebesar 91,41

    persen menjadi 93,30 persen pada tahun 2012.

    Gambar 2.11 Perbandingan antara Rasio dan Laju Peningkatan Penduduk Bekerja di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2012

    Apabila ditinjau dari laju peningkatan penduduk

    bekerja, dari tahun ke tahun laju peningkatannya

    mengalami fluktuasi, meskipun rasio terus meningkat.

    Pada tahun 2012, laju peningkatan penduduk bekerja

    hanya meningkat sebesar 2,07 persen dibandingkan

    dengan tahun 2011 yang naik 2,29 persen.

  • II -25

    C. Fokus Seni Budaya dan Olahraga

    Hasil kinerja tahun 2012 Pemerintah Kabupaten Bogor

    yang difokuskan pada seni budaya dan olahraga dapat

    diuraikan masing-masing berdasarkan indikator-indikator

    sebagai berikut :

    1. Seni Budaya

    Kinerja seni budaya dapat dilihat dari 2 indikator,

    yaitu jumlah grup kesenian yang ada di Kabupaten Bogor

    dan jumlah gedung kesenian. Perkembangan jumlah grup

    kesenian dan gedung kesenian di Kabupaten Bogor dapat

    dilihat pada Tabel 2.9

    Tabel 2.9 Perkembangan Jumlah Grup dan Gedung Kesenian di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2012

    Uraian

    Tahun

    2008 2009 2010 2011 2012

    Jumlah Grup Kesenian

    90 90 104 109 114

    Gedung Kesenian 0 0 1 1 1

    Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Bogor, 2012

    Pada tahun 2012, jumlah grup kesenian mengalami

    peningkatan sebanyak 5 grup jika dibandingkan dengan

    tahun 2011. Adapun jumlah gedung kesenian tahun 2012

    tidak mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun

    2011.

    2. Olahraga

    Kinerja olahraga di Kabupaten Bogor ditunjukkan

    melalui indikator jumlah organisasi olahraga dan gedung

    olahraga. Hasil yang dicapai selama kurun waktu tahun

    2008-2012 ditunjukkan oleh Tabel 2.10

  • II -26

    Tabel 2.10 Kinerja Olahraga di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2012

    Uraian

    Tahun

    2008 2009 2010 2011 2012

    Organisasi Olahraga 44 44 59 64 74

    Jumlah Gedung Olahraga - - 2 2 3

    Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga Kab. Bogor, 2012

    Tahun 2012 pembinaan terhadap organisasi

    olahraga di Kabupaten Bogor lebih ditingkatkan. Hal ini

    terlihat dari bertambahnya 10 organisasi olahraga yang

    terbina. Pembinaan dilakukan terhadap Pengurus Cabang

    PTMSI, PERCASI, PELTI, FPTI, PBSI, FORMI, NPCI,

    BAPOPSI, KOK Cisarua dan Ciawi. Adapun pada tahun

    2012 telah dilakukan pembangunan 1 (dua) gedung

    olahraga masyarakat milik Pemerintah Kabupaten Bogor di

    Kecamatan Jasinga yang ditujukan untuk melayani

    kebutuhan olahraga masyarakat, sehingga jumlah gedung

    olahraga pada tahun 2012 keseluruhan berjumlah 4

    gedung.

    2.1.3 Aspek Pelayanan Umum

    Kinerja pembangunan daerah yang ditinjau dari aspek

    pelayanan umum dapat dilihat dari indikator keberhasilan

    Pemerintah Daerah dalam menjalankan urusan-urusan

    pelayanan kepada masyarakat yang menjadi kewenangan

    pemerintah kabupaten/kota, baik dalam pelayanan urusan

    wajib maupun urusan pilihan. Hasil kinerja dalam kurun

    waktu tahun 2008-2012 berdasarkan urusan wajib dan

    pilihan dapat diuraikan sebagai berikut :

    A. Fokus Layanan Urusan Wajib

    1. Pendidikan

    Urusan wajib pendidikan merupakan salah satu

    urusan yang secara langsung berhubungan dengan

    pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

    mencerdaskan masyarakat Kabupaten Bogor, dan menjadi

  • II -27

    komponen perhitungan indeks pembangunan manusia.

    Indikator keberhasilan pembangunan di bidang

    pendidikan dapat dilihat dari beberapa komponen

    pendidikan, yaitu angka partisipasi sekolah, rasio

    ketersediaan sekolah, rasio guru murid, fasilitas

    pendidikan, kualifikasi guru, pendidikan anak usia dini,

    angka putus sekolah, angka lulusan, dan angka

    melanjutkan.

    Kinerja pembangunan urusan wajib pendidikan

    tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 2.11

    Tabel 2.11 Perkembangan Capaian Kinerja Pembangunan Urusan Wajib Pendidikan Tahun 2008-2012

    NO INDIKATOR

    REALISASI KINERJA

    2008 2009 2010 2011 2012

    1. Pendidikan Dasar

    a. Angka Partisipasi

    Sekolah

    - SD/MI 1.112,02 1.103,46 1.119,61 1.185,03 1.085,86

    - SMP/MTs 855,51 855,57 890,97 903,77 877,06

    b. Rasio Ketersediaan

    Sekolah 39,36 39,79 40,86 40,98 44,79

    c. Rasio guru/murid

    - SD/MI 264,73 263,92 264,17 35,53 27,13

    - SMP/MTs 240,57 437,72 402,23 59,67 20,93

    2. Pendidikan Menengah

    a. APS 357,87 364,06 383,48 385,18 409,87

    b. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah

    15,89 15,36 17,07 20,41 16,04

    c. Rasio guru terhadap

    murid 348,04 279,98 270,61 57,31 23,42

    e. Penduduk yang

    berusia > 15 tahun melek huruf (tidak buta aksara)

    93,59 94,29 95,02 95,89 95,26

    3. Fasilitas Pendidikan

    a. Sekolah pendidikan

    SD/MI kondisi

    bangunan baik

    64,06% 76,78% 81,90% 97,23% 57,49%

    b. Sekolah pendidikan

    SMP/MTs dan

    SMA/SMK/ MA

    87,96% 89,10% 92,08% 86,83% 65,95%

  • II -28

    NO INDIKATOR

    REALISASI KINERJA

    2008 2009 2010 2011 2012

    kondisi bangunan baik

    4. PAUD

    Jumlah Siswa pada

    jenjang TK/RA/Penitipan Anak Jumlah anak usia 4 6 Tahun x100%

    17,63% 21,74% 24,22% 25,46% 27,57%

    5. Angka Putus Sekolah

    a. SD/MI 2,33% 0,70% 0,27% 0,256% 0,254%

    b. SMP/MTs 1,01% 0,46% 0,90% 0,885% 0,55%

    c. SMA/SMK/MA 0,46% 0,31% 0,55% 0,536% 0,751%

    6. Angka Kelulusan

    a. Angka Kelulusan

    SD/MI 98,93% 99,15% 98,88% 99,42% 99,46%

    b. Angka Kelulusan

    SMP/MTs 95,98% 95,61% 96,60% 99,89% 98,74%

    c. Angka Kelulusan

    SMA/SMK/MA 97,88% 98,31% 96,40% 99,96% 99,52%

    d. Angka Melanjutkan dari SD/MI ke

    SMP/MTs

    78,87% 115,19% 91,23% 92,65% 97,91%

    e. Angka Melanjutkan

    dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA

    69,31% 70,67% 69,18% 71,14% 72,36%

    f. Guru yang memenuhi

    Kualifikasi S1/D-IV 33,75% 33,84% 46,79% 57,71% 59,6%

    Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, 2012

    a. Angka Partisipasi Sekolah

    Capaian Angka Partisipasi Sekolah (APS) pada

    jenjang pendidikan menengah secara umum masih

    lebih rendah daripada jenjang pendidikan dasar.

    Namun, capaian APS pada jenjang pendidikan tahun

    2012 mengalami peningkatan sebesar 6,41 persen

    dibandingkan tahun 2011. Pada jenjang pendidikan

    dasar, untuk tingkat SMP/sederajat, angka partisipasi

    sekolah tahun 2012 mengalami penurunan sebesar

    2,96 persen dibandingkan tahun 2011. Hal ini salah

    satunya diakibatkan oleh masih tingginya angka putus

    sekolah pada jenjang SMP/sederajat yang pada tahun

  • II -29

    2012 mengalami peningkatan sebesar 0,005 persen

    dibandingkan tahun 2011. Adapun pada jenjang

    pendidikan dasar, untuk tingkat SD/sederajat, angka

    partisipasi sekolah tahun 2012 mengalami penurunan

    sebesar 8,37 persen dibandingkan tahun 2011.

    b. Rasio Ketersediaan Sekolah

    Ditinjau dari rasio ketersediaan sekolah, dimana

    rasio tersebut diperoleh dari ketersediaan sekolah

    berdasarkan jumlah penduduk usia sekolah tertentu,

    terlihat bahwa hingga tahun 2012, baik pada jenjang

    pendidikan dasar maupun menengah rasio belum

    mencapai 50 persen. Pada jenjang pendidikan dasar,

    rasio ketersediaan sekolah meningkat sebesar 9,30

    persen dari tahun 2011, dan pada jenjang pendidikan

    menengah, rasio ketersediaan sekolah mengalami

    penurunan sebesar 21,41 persen. Hal ini

    menunjukkan bahwa peningkatan jumlah penduduk

    usia sekolah pada jenjang pendidikan menengah lebih

    tinggi daripada peningkatan jumlah gedung sekolah.

    Meskipun terjadi peningkatan dari tahun ke tahun,

    namun laju peningkatan per tahun mengalami

    penurunan. Pada jenjang pendidikan dasar, rasio

    ketersediaan sekolah lebih tinggi daripada jenjang

    pendidikan menengah.

    c. Rasio Guru dan Murid

    Kinerja urusan pendidikan yang terkait dengan

    pemenuhan rasio guru dan murid menunjukkan

    bahwa pada tahun 2012, rasio guru terhadap murid

    pada jenjang pendidikan dasar untuk tingkat

    SD/sederajat mengalami penurunan sebesar 23,64

    persen dibandingkan dengan tahun 2011, dimana

    pada tahun 2011 seorang guru menangani 35 murid,

    dan pada tahun 2012 seorang guru menangani 27

    murid. Rasio guru terhadap murid pada jenjang

    pendidikan dasar untuk tingkat SMP/sederajat

    mengalami penurunan sebesar 64,92 persen dari

    tahun sebelumnya, dimanan seorang guru pada tahun

  • II -30

    2011 menangani 59 murid, dan pada tahun 2012

    seorang guru menangani 20 murid. Pada jenjang

    pendidikan menengah untuk SMA/sedarajat, rasio

    guru terhadap murid mengalami penurunan sebesar

    59,13 persen, dimana pada tahun 2011, seorang guru

    menangani 57 murid dan tahun 2012 seorang guru

    menangani 23 murid. Hal ini menunjukkan bahwa

    pada setiap jenjang pendidikan terjadi peningkatan

    kualitas penanganan guru terhadap murid yang dilihat

    dari semakin berkurangnya beban penanganan guru

    terhadap murid.

    d. Fasilitas Pendidikan

    Ditinjau dari ketersediaan fasilitas pendidikan di

    Kabupaten Bogor pada tahun 2012, pada jenjang

    pendidikan SD/sederajat masih terdapat 10,77 persen

    bangunan sekolah yang berada dalam kondisi tidak

    layak pakai, sedangkan pada jenjang pendidikan SMP

    dan SMA/sederajat masih terdapat 6,92 persen

    bangunan sekolah dengan kondisi tidak layak pakai.

    Hal ini menunjukkan bahwa hingga tahun 2012

    fasilitas pendidikan di tingkat SMP dan SMA masih

    lebih baik dibandingkan dengan tingkat SD. Salah satu

    penyebab masih tingginya kondisi kerusakan fasilitas

    pendidikan tingkat SD adalah karena banyaknya

    gedung SD yang merupakan bangunan lama dan

    butuh perbaikan. Hal ini berbeda dengan jumlah

    gedung SMP atau SMA yang jauh lebih sedikit jika

    dibandingkan dengan jumlah sekolah SD, dan

    kondisinya relatif lebih baru.

    e. Pendidikan Anak usia Dini

    Pada tahun 2012, terdapat 28,94 persen anak

    usia dini yang mendapatkan pendidikan pra sekolah.

    Kondisi ini meningkat sebesar 2,11 persen

    dibandingkan dengan tahun 2011. Penyelenggaraan

    pendidikan pra sekolah di Kabupaten Bogor hingga

    tahun 2012 didominasi oleh masyarakat, karena di

    Kabupaten Bogor hanya terdapat 1 (satu) Taman

  • II -31

    Kanak-kanak milik Pemerintah Daerah, sedangkan

    selebihnya adalah milik masyarakat/swasta. Adanya

    penyelenggaraan pendidikan usia dini menunjukkan

    bahwa pada usia pra sekolah, anak sudah disiapkan

    secara mental untuk bersosialisasi dan menumbuhkan

    daya kreativitas, sehingga siap untuk mengikuti

    pendidikan dasar.

    f. Kualifikasi Guru

    Kinerja urusan wajib pendidikan terkait dengan

    kualifikasi guru pada tahun 2012 menunjukkan bahwa

    guru yang berkualifikasi S1/D4 di Kabupaten Bogor

    naik sebesar 1,89 persen dibandingkan tahun 2011.

    Hal ini berarti bahwa pada tahun 2012, kualitas

    penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Bogor telah

    meningkat seiring dengan meningkatnya kualifikasi

    guru. Peningkatan kualifikasi guru-guru di Kabupaten

    Bogor dengan minimal memiliki latar belakang

    pendidikan Sarjana merupakan upaya Pemerintah

    Kabupaten Bogor yang dilakukan secara kontinyu

    dengan cara memberikan beasiswa kepada guru-guru

    yang belum memiliki ijazah Sarjana untuk

    melanjutkan hingga minimal bergelar Sarjana dalam

    bidang pendidikan. Upaya ini dilakukan dengan cara

    menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi baik

    negeri maupun swasta yang ada di wilayah Kabupaten

    Bogor.

    g. Angka Putus Sekolah, Angka Kelulusan dan Angka Melanjutkan Sekolah

    Pada tahun 2012, angka putus sekolah pada

    tingkat SD/sederajat mengalami penurunan sebesar

    0,002 persen. Pada tingkat SMP/sederajat mengalami

    penurunan sebesar 0,335 persen. Adapun angka putus

    sekolah pada tingkat SMA/sederajat mengalami

    peningkatan sebesar 0,215 persen. Hal ini

    menunjukkan bahwa pada tahun 2012, jumlah

    penduduk usia SMA/sederajat yang tidak bersekolah

    karena putus sekolah lebih banyak dari tahun 2011.

  • II -32

    Apabila dilihat dari persentase siswa putus sekolah,

    angka tertinggi terdapat pada tingkat pendidikan

    SMA/sederajat. Hal ini menunjukkan bahwa dalam

    kurun waktu 3 (tiga) tahun proses pembelajaran di

    tingkat SMA/sederajat, banyak siswa usia 16-18 tahun

    yang tidak meneruskan pendidikan dengan beberapa

    alasan, yaitu keinginan sendiri, jarak tempuh, dan

    biaya.

    Ditinjau dari angka kelulusan pada tahun 2012,

    untuk tingkat SD/sederajat, angka kelulusan

    mengalami peningkatan sebesar 0,04 persen, untuk

    tingkat SD/sederajat mengalami penurunan sebesar

    1,15 persen, dan untuk tingkat SMA/sederajat

    mengalami penurunan sebesar 0,44 persen. Angka

    kelulusan terendah terjadi pada tingkat pendidikan

    SMP/sederajat.

    Ditinjau dari angka melanjutkan sekolah tahun

    2012, terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2011.

    Angka melanjutkan dari tingkat pendidikan SD/

    sederajat ke tingkat pendidikan SMP/sederajat

    mengalami peningkatan sebesar 5,26 persen,

    sedangkan angka melanjutkan dari tingkat pendidikan

    SMP/sederajat ke tingkat pendidikan SMA/sederajat

    mengalami peningkatan sebesar 1,22 persen. Hal ini

    menunjukkan bahwa penduduk usia 13-15 tahun yang

    telah lulus dari tingkat pendidikan SMP/sederajat

    lebih banyak yang tidak melanjutkan hingga ke jenjang

    pendidikan menengah. Hal ini bisa jadi disebabkan

    oleh tingginya biaya masuk sekolah dan biaya

    operasional bersekolah pada jenjang pendidikan

    menengah, serta banyak lulusan SMP/sederajat yang

    memasuki dunia kerja.

    2. Kesehatan

    Pelayanan kesehatan sebagai salah satu urusan

    wajib Pemerintah Kabupaten Bogor tahun 2012 ditujukan

    untuk meningkatkan pemerataan mutu dan pelayanan

    kesehatan. Penyelenggaraan kesehatan secara umum

  • II -33

    ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

    dari aspek harapan hidup. Masyarakat yang sejahtera

    salah satunya ditunjukkan oleh tingginya usia harapan

    hidup. Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, maka

    kinerja pelayanan umum pada urusan wajib pendidikan

    tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 2.12

    Tabel 2.12 Kinerja Pelayanan Umum Kesehatan di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2012

    INDIKATOR REALISASI KINERJA

    2008 2009 2010 2011 2012

    Rasio posyandu per satuan balita

    10,67 10,89 11,01 11,35 13,30

    Rasio

    puskesmas/poliklinik/pustu per satuan penduduk

    1 : 8.872 1 : 9.565 1 : 9.964 1: 9.882 1: 10,138

    Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk

    1 : 307.355

    1 : 310.091

    1 : 340.229

    1: 264.623

    1 : 223,736

    Rasio dokter per satuan penduduk

    1 : 5.241 1 : 5.362 1 : 4.451

    1: 2.349

    1 : 1.710

    Rasio tenaga medis

    per satuan penduduk

    1 : 3.947 1 : 4.026 1 : 3.989 1 : 2.277 1 : 1.675

    Cakupan komplikasi

    kebidanan yang ditangani

    69,09 70 72,5 99,52 99,97

    Cakupan

    pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

    kompetensi kebidanan

    67,24 85 86,25 80,38 82,90

    Cakupan

    Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

    71,08 77,08 81,07 85,75 85,75

    Cakupan Balita Gizi

    Buruk mendapat perawatan

    100 100 100 100 100

    Cakupan penemuan

    dan penanganan penderita penyakit TBC BTA

    78,75 76,12 80,73 81,31 81,31

    Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD

    100 100 100 100 100,00

    Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat

    miskin

    100 100 100 100 100

    Cakupan kunjungan bayi

    73,61 87,87 90 92,25 93,96

    Cakupan puskesmas

    252,5 252,5 252,5 252,5 252,50

    Cakupan pembantu

    puskesmas 20,09 22,43 24,77 25,70 28,84

    Cakupan Rumah dengan bebas jentik

    86,22 91,3 92,3 93,05 93,82

    Cakupan TTU (Tempat-Tempat Umum) yang memenuhi syarat

    44,73 72,7 74,85 75,94 77,41

    Cakupan TPM (Tempat Pengolahan Makanan) yang

    memenuhi syarat

    58,03 70,7 87,08 88,07 88,38

  • II -34

    INDIKATOR REALISASI KINERJA

    2008 2009 2010 2011 2012

    Cakupan SAB

    (Sarana Air Bersih) yang memenuhi syarat

    56,5 38,5 68,77 69,80 70,13

    Cakupan JAGA (Jamban Keluarga) yang memenuhi syarat

    40,84 30,8 66,19 67,70 71,59

    Prosentase Sarana Kesehatan Swasta yang berijin

    100 100 100 103,11 164

    Prosentase pengadaan obat essensial

    100 100 100 100 100

    Cakupan pengawasan terhadap obat dan makanan yang

    berbahaya

    41,07 41,07 42,6 43,51 44,05

    Cakupan Desa Siaga Aktif

    - 43 85 128 214

    RSUD CIBINONG

    Cakupan tingkat hunian rumah sakit/ Bed

    Occupancy Ratio (BOR)

    80,25% 82,.41% 82,57% 79,15% 82,01%

    Peningkatan

    ketersediaan tempat tidur kelas III Rumah Sakit

    38,00% 38,00% 38,00% 38% 51,50%

    Peningkatan

    layanan Spesialis 16 16 16 16 18

    Peningkatan jumlah instalasi

    12 12 12 13 17

    Rasio tenaga dokter spesialis dasar setiap layanan

    medik fungsional

    1 : 3,2 1:3,2 1:2,8 1 : 3,4, 1: 1,4

    Rasio Perawat per Tempat Tidur

    1 : 0,72 1 : 0,72 1 : 0,73 1 : 0,79 1 : 0,82

    RSUD CIAWI

    Cakupan tingkat hunian rumah sakit/ Bed

    Occupancy Ratio (BOR) (%)

    60,00 53,20 59,43 60,16, 64,28

    Peningkatan

    ketersediaan tempat tidur kelas III Rumah Sakit (%)

    42,53 44,66 64,29 46,61 54,47

    Peningkatan layanan Spesialis

    13 13 13 15 19

    Peningkatan jumlah instalasi

    11 12 14 14 15

    Rasio tenaga dokter spesialis dasar setiap layanan

    medik fungsional

    1 : 2,8 1:03 1:03 1 : 3.5 1 : 3,0

    Rasio Perawat per Tempat Tidur

    1 : 0,6 01:00,7 01:00,7 1 : 0.73 1 : 0,87

    RSUD LEUWILIANG

    Cakupan tingkat hunian rumah sakit/ Bed

    Occupancy Ratio (BOR) (%)

    - - 51,46 78,87 74,80

    Peningkatan

    ketersediaan tempat tidur kelas III Rumah Sakit (%)

    - - 60 65 72,90

    Peningkatan layanan Spesialis

    - - 8 6 9

    Peningkatan jumlah instalasi

    - - 10 10 11

  • II -35

    INDIKATOR REALISASI KINERJA

    2008 2009 2010 2011 2012

    Rasio tenaga dokter

    spesialis dasar setiap layanan medik fungsional

    - - - 0,625 0,75

    Rasio Perawat per Tempat Tidur

    - - - 1:10 1:7,6

    RSUD CILEUNGSI

    Cakupan tingkat

    hunian rumah sakit/ Bed Occupancy Ratio (BOR) (%)

    - -

    48

    Peningkatan ketersediaan tempat tidur kelas III

    Rumah Sakit

    - -

    50

    Peningkatan layanan Spesialis

    - -

    11

    Peningkatan jumlah instalasi

    - -

    10

    Rasio tenaga dokter

    spesialis dasar setiap layanan medik fungsional

    - -

    1:1,5

    Rasio Perawat per Tempat Tidur

    - - 1:1,06

    Sumber : Dinas Kesehatan, RSUD Cibinong, RSUD Ciawi, RSUD Leuwiliang, dan RSUD Cileungsi, 2012

    a. Rasio Posyandu per Satuan Balita

    Rasio posyandu per satuan balita dalam kurun

    waktu 2008-2012 mengalami peningkatan. Pada tahun

    2012, rasio posyandu per satuan balita mengalami

    peningkatan sebesar 1,95 persen dibandingkan tahun

    2011. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja pelayanan

    Pemerintah Kabupaten Bogor dalam rangka

    meningkatkan angka kelangsungan hidup bayi dan

    balita melalui pelayanan posyandu semakin

    meningkat.

    b. Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu per Satuan

    Penduduk Kinerja pelayanan umum kesehatan pada tahun

    2012 ditinjau dari aspek ketersediaan sarana dan

    prasarana kesehatan berupa puskesmas, poliklinik

    dan pustu mengalami peningkatan. Sarana puskesmas

    telah mampu meningkatkan layanan terhadap 10.138

    penduduk. Jumlah ini meningkat sebesar 2,59 persen

    dibandingkan dengan tahun 2011. Hal ini

    menunjukkan bahwa cakupan pelayanan dasar di

  • II -36

    Kabupaten Bogor telah mengalami peningkatan

    layanan hingga 256 jiwa per puskesmas.

    c. Rasio Rumah Sakit per Satuan Penduduk

    Kinerja pelayanan umum kesehatan tahun 2012

    ditinjau dari aspek ketersediaan rumah sakit

    menunjukkan bahwa jumlah sarana pelayanan rumah

    sakit juga mengalami peningkatan. Hal ini ditandai

    dengan beroperasinya RSUD Cileungsi di Kecamatan

    Cileungsi yang melayani penduduk wilayah Bogor

    bagian timur. Dengan beroperasinya RSUD Cileungsi,

    maka pelayanan rumah sakit meliputi penduduk

    wilayah tengah, selatan, barat dan timur. Penambahan

    layanan rumah sakit menunjukkan bahwa pada tahun

    2012, beban pelayanan rumah sakit berkurang sebesar

    40.887 jiwa dibandingkan tahun 2011, yang berarti

    bahwa rumah sakit dapat meningkatkan kualitas

    pelayanan jika jumlah pasien yang dilayani berkurang,

    dimana satu rumah sakit sudah mampu melayani

    223.736 jiwa penduduk, lebih sedikit dibandingkan

    tahun sebelumnya yang melayani 264.623 jiwa

    penduduk.

    d. Rasio Dokter dan Tenaga Medis per Satuan

    Penduduk

    Ketersediaan layanan dokter dan tenaga medis

    pada tahun 2012 juga mengalami peningkatan

    kualitas. Hal ini ditunjukkan oleh semakin

    berkurangnya beban pelayanan terhadap masyarakat,

    karena semakin banyak seorang dokter dan tenaga

    medis melayani penduduk, akan semakin rendah

    kualitas pelayanannya. Pada tahun 2012, seorang

    dokter harus melayani pasien sebanyak 1.710 jiwa.

    Kondisi ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan

    tahun 2011 dimana seorang dokter harus melayani

    pasien 639 jiwa lebih banyak. Hal yang sama juga

    terjadi pada tenaga medis. Pada tahun 2012, seorang

    tenaga medis harus melayani pasien sebanyak 1.675

    jiwa. Hal ini menunjukkan peningkatan layanan jika

  • II -37

    dibandingkan dengan tahun 2011, dimana seorang

    tenaga medis harus melayani pasien 602 orang lebih

    banyak.

    e. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dan pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan yang

    memiliki kompetensi kebidanan

    Dalam rangka meningkatkan angka harapan

    hidup, penanganan terhadap ibu dan bayi menjadi

    perhatian yang penting. Oleh karena itu diperlukan

    penanganan selama proses kehamilan hingga

    persalinan yang dilakukan oleh bidan/tenaga

    kesehatan yang kompeten. Pada tahun 2012, kejadian

    komplikasi kebidanan dapat ditangani sebanyak 99,97

    persen. Angka ini mengalami peningkatan dari tahun

    sebelumnya sebesar 0,45 persen. Jumlah pertolongan

    persalinan oleh tenaga bidan juga mengalami

    peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun

    2012 terjadi peningkatan pelayanan persalinan oleh

    tenaga bidan sebesar 2,52 persen dibandingkan tahun

    2011.

    f. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immuni-

    zation (UCI) Pada tahun 2012, cakupan desa/kelurahan yang

    melayani imunisasi terhadap anak sudah mencapai

    85,75 persen. Kinerja ini tidak mengalami peningkatan

    dari tahun sebelumnya.

    g. Cakupan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan

    Kinerja pelayanan kesehatan khususnya dalam

    penanganan kasus balita gizi buruk tahun 2012

    menunjukkan bahwa dalam penanganan kasus balita

    gizi buruk, 100 persen dapat ditangani oleh

    Pemerintah Kabupaten Bogor.

  • II -38

    h. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA dan DBD

    Kinerja pelayanan kesehatan khususnya dalam

    penanganan penyakit TBC pada tahun 2012 mencapai

    81,31 persen. Angka ini tidak mengalami peningkatan

    dari tahun sebelumnya. Hal yang sama terjadi pada

    penanganan kasus penyakit DBD, dimana pada tahun

    2012, 100 persen penyakit DBD dapat ditangani

    dengan baik.

    i. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien

    Miskin Hingga tahun 2012 jumlah pasien miskin yang

    tercatat sebagai penerima Jamkesda di Kabupaten

    Bogor tercatat sebanyak 382.893 jiwa. Dari jumlah

    tersebut, seluruh pasien yang membutuhkan

    penanganan rujukan dapat dilayani dengan baik.

    Kondisi ini sama dengan tahun sebelumnya.

    j. Cakupan Kunjungan Bayi

    Jumlah kunjungan bayi yang memperoleh

    pelayanan kesehatan standar pada tahun 2012

    mencapai 93,96 persen. Jumlah ini meningkat sebesar

    1,71 persen dari tahun 2011. Hal ini menunjukkan

    bahwa kinerja pelayanan kesehatan pada bayi di tahun

    2012 lebih baik dari tahun sebelumnya.

    k. Cakupan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

    Cakupan pelayanan puskesmas yang melayani

    penduduk di tingkat kecamatan pada tahun 2012 tidak

    mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal

    ini disebabkan oleh tidak bertambahnya jumlah

    pembangunan puskesmas di Kabupaten Bogor.

    Adapun cakupan pelayanan puskesmas pembantu

    yang melayani penduduk di tingkat desa mengalami

    peningkatan sebesar 3,14 persen dari tahun

    sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya penambahan

    jumlah puskesmas pembantu yang berdampak pada

  • II -39

    daya jangkau pelayanan kesehatan di tingkat desa

    semakin bartambah.

    l. Pelayanan Kesehatan Lingkungan

    Kinerja kesehatan lingkungan pada tahun 2012

    mengalami peningkatan. Kondisi rumah penduduk

    yang bebas jentik meningkat sebesar 0,77 persen dari

    tahun 2011. Tempat-tempat umum bertambah bersih

    dengan peningkatan sebesar 1,47 persen. Tempat-

    tempat pengolahan makanan yang bertambah hygienis

    meningkat sebesar 0,31 persen.

    Adapun dari segi kesehatan sarana air bersih yang

    memenuhi syarat, meningkat sebesar 0,33 persen,

    sedangkan keberadaan jamban keluarga meningkat

    sebesar 3,89 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pada

    tahun 2012 penduduk Kabupaten Bogor semakin

    memiliki kesadaran untuk hidup bersih dengan

    memelihara kesehatan lingkungan, baik rumah

    maupun tempat-tempat umum.

    Peningkatan kesehatan masyarakat dan

    lingkungan juga terlihat dari bertambahnya jumlah

    desa siaga aktif sebanyak 86 desa, sehingga pada

    tahun 2012 total desa siaga aktif menjadi sebanyak

    214 desa atau 49,31 persen dari total desa/kelurahan

    di Kabupaten Bogor.

    m. Pengawasan terhadap Sarana Kesehatan Berijin dan Makanan serta Obat-obatan Berbahaya

    Pelayanan umum kesehatan juga meliputi

    pengawasan terhadap sarana kesehatan swasta. Pada

    tahun 2012, target pengawasan telah mencapai 164

    persen dari target yang ditetapkan. Pengawasan

    terhadap obat-obatan dan makanan berbahaya

    meningkat sebesar 0,54 persen, meskipun secara

    totalitas, pengawasan baru mencapai 44,05 persen

    pada tahun 2012.

  • II -40

    n. Pelayanan Kesehatan Lanjutan (Rumah Sakit)

    Pemerintah Kabupaten Bogor hingga tahun 2012

    memiliki 4 (empat) rumah sakit milik daerah. Ditinjau

    dari tingkat hunian rumah sakit, RSUD Cibinong pada

    tahun 2012 mengalami peningkatan tingkat hunian

    sebesar 2,86 persen dibandingkan dengan tahun 2011.

    RSUD Ciawi mengalami peningkatan tingkat hunian

    sebesar 4,12 persen, RSUD Leuwiliang mengalami

    penurunan sebesar 4,07 persen, sedangkan RSUD

    Cileungsi yang baru beroperasi memiliki tingkat

    hunian sebesar 48 persen.

    Ditinjau dari ketersediaan tempat tidur untuk

    pasien kelas III, maka pada tahun 2012, RSUD

    Cibinong mengalami peningkatan sebesar 13,5 persen,

    RSUD Ciawi menambah kapasitas sebanyak 7,86

    persen, RSUD Leuwiliang menambah kapasitas

    sebanyak 7,9 persen. Adapun RSUD Cileungsi baru

    memiliki ketersediaan tempat tidur untuk pasien kelas

    III sebanyak 50 persen dari total tempat tidur yang

    ada.

    Rumah sakit identik dengan penyediaan layanan

    spesialis. Kinerja pelayanan kesehatan dari tinjauan

    penyediaan layanan spesialis pada tahun 2012

    mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun

    sebelumnya. RSUD Cibinong menambah 2 (dua) jenis

    layanan spesialis, RSUD Ciawi menambah 4 (empat)

    jenis layanan spesialis, dan RSUD Leuwiliang

    menambah 3 (tiga) jenis layanan spesialis yaitu.

    Adapun layanan spesialis yang disediakan di RSUD

    Cileungsi sebanyak 11 layanan.

    Ditinjau dari penyediaan instalasi perawatan

    rumah sakit, kinerja tahun 2012 menunjukkan bahwa

    RSUD Cibinong menambah 4(empat) instalasi, RSUD

    Ciawi menambah 1 (satu) instalasi, dan RSUD

    Leuwiliang menambah 1 (satu) instalasi. Adapun RSUD

    Cileungsi memiliki 10 instalasi.

  • II -41

    3. Pekerjaan Umum

    Kinerja pelayanan urusan wajib pekerjaan umum

    selama kurun waktu 2008-2012 ditunjukkan oleh Tabel

    2.13

    Tabel 2.13 Kinerja Pembangunan Aspek Pelayanan Umum Urusan Pekerjaan Umum Tahun 2008-2011

    NO INDIKATOR

    REALISASI KINERJA

    2008 2009 2010 2011 2012

    1.

    Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik

    0,6658 0,7462 0,7899 0.8099 0,8299

    2. Rasio Jaringan Irigasi

    - - 4,179 4,35 4,801

    3. Rasio tempat ibadah per

    satuan penduduk

    1,046 1,304 2,595 2,6 3,14

    4. Rasio rumah tinggal bersanitasi (%)

    N/A N/A 10.28 23.83 32,71

    5.

    Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk

    0,3 0,28 0,27 0,25 0,24

    6.

    Rasio