49
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI PERTANIAN KOTA JANTHO KABUPATEN ACEH BESAR OLEH: RACHMAN JAYA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI BESAR PENELITIAN PADI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH 2016 Revisi 1

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

  • Upload
    lybao

  • View
    223

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI PERTANIAN

KOTA JANTHO KABUPATEN ACEH BESAR

OLEH:

RACHMAN JAYA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI BESAR PENELITIAN PADI

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH

2016

Revisi 1

Page 2: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

KATA PENGANTAR

Untuk meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian ekonomi salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian adalah membangun Taman Teknologi Pertanian (TTP). Sampai dengan tahun 2019, akan dibangun 100 TTP di berbagai wilayah Indonesia, dimana salah satu diantaranya adalah TTP Kota Jantho di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.

Pemilihan lokasi ini dilakukan oleh Tim Pembangunan TTP Aceh melalui proses seleksi berdasarkan kriteria yang dikeluarkan dari Badan Perencana Pembangunan Nasional (BAPENAS). Ditetapkannya TTP Kota Jantho di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh oleh Tim berdasarkan pada data dukung dari hasil observasi lapang, wawancara dengan pihak Pemerintah Daerah dan dukungan data sekunder.

Keberadaan TTP merupakan wahana yang dapat digunakan untuk mempercepat arus penyampaian teknologi dari Badan Litbang Pertanian kepada para pengguna melalui kegiatan disseminasi dan pendampingan, sekaligus sebagai wahana bernuansa bisnis yang menghasilkan pengusaha baru (UMKM) di bidang pertanian dan bidang lain yang mendukung, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dalam kawasan TTP.

Berdasarkan data potensi dan permasalahan yang ada di kawasan TTP yang diperoleh melalui kegiatan Participatory Rural Appraisal (PRA), Focus Group Discussion (FGD), serta observasi dan penelusuran data sekunder akan dilakukan intervensi beberapa teknologi pertanian berbasis komoditas tanaman pangan, peternakan, perikanan dan hortikultura. Cakupan intervensi sesuai kebutuhan baik secara vertikal hulu-hilir dan horizontal antar komoditas. Sejalan dengan waktu perlu dilakukan penyesuaian terhadap rencana induk yang telah dibuat. Beberapa sub kegiatan yang perlu ditambahkan adalah budidaya dan pembibitan jamur merang, serta fokus kegiatan hortikultura pada kegiatan diseminasi.

Rencana induk revisi 1 dibuat dengan tujuan untuk memberikan gambaran awal kepada stakeholders, pemerhati dan pihak terkait lainnya tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan, pihak-pihak yang terlibat dan proses yang dilakukan di TTP Kota Jantho di Kabupaten Aceh Besar. Dengan demikian diharapkan pembangunan TTP dapat memberikan masukan dan berkontribusi langsung untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Banda Aceh, 2 Januari 2016

Tim Pembangunan TTP Kota

Jantho

Page 3: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar …………………………………………………………………………………………… i

Daftar Isi …………………………………………………………………………………………………… ii

I. PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………… 1

1.1.Latar Belakang…………………………………………………………………………………… 1

1.2.Tujuan ……………………………………………………………………………………………… 2

1.3. Keluaran …………………………………………………………………………………………… 2

II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI ……………………… 3

2.1.Landasan Hukum ………………………………………………………………………………… 3

2.2.Dasar Teori ………………………………….…………………………………………………… 3

2.2.1. Pengertian TTP ……………………………………………………………………………… 3

2.2.2. Penentuan Lokasi …………………………………………………………………………… 4

III. PROFIL TAMAN TEKNOLOGI PERTANIAN KOTA JANTHO ……………………………… 7

3.1 Lokasi ………………………………………………………………………………………………………… 7

3.2 Kondisi Biofisik ……………………………………………………………………………………………… 10

3.2.1 Curah Hujan ……………………………………………………………………………………………… 10

3.2.2 Air Permukaan …………………………………………………………………………………………… 10

3.3.3 Tanah dan Lingkungan ……………………………………………………………………………… 13

3.3.4 Kondisi Sosisal Ekonomi …………………………………………………………………………… 20

3.3.5 Organisasi TTP …………………………………………………………………………………………… 22

3.3.6 Penentuan Komoditas Utama ……………………………………………………………………… 24

IV. INTERVENSI TEKNOLOGI DI TTP KOTA JANTHO………………………………………………… 27

V. PERENCANAAN BISNIS TTP KOTA JANTHO …………………………………………………… 33

VI. LAYOUT PUSAT DAN KAWASAN TTP KOTA JANTHO ………………………………… 37

VII. PENUTUP ……………………………………………………………………………………………………… 41

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………………………………… 42

LAMPIRAN ………….………………………………………………………………………………………………… 43

Page 4: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Matrik keputusan penentuan lokasi (kabupaten) TTP Kota Jantho ………………. 6

2. Uraian sifat morfologi profil tanah lahang kering di unit BPP Jantho ……………. 16

3. Uraian sifat morfologi profil tanah lahan sawah di Dusun Blangdaro …………… 18

4. Uraian sifat morfologi profil tanah lahan kering di Dusun IOM …………………….. 19

5. Matrik keputusan penentuan komoditas unggulan TTP Kota Jantho ……………. 25

6. Intervensi Teknologi Komoditas Tanaman Pangan …………………………………… 28

7. Intervensi Teknologi Komoditas Hortikultura …………………………………………… 29

8. Intervensi Teknologi Komoditas Peternakan …………………………………………….. 30

9. Intervensi Teknologi Komoditas Perikanan ………………………………………………. 31

Page 5: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka konseptual pembangunan TTP ………………………………………………………… 4

2. Lokasi TTP Kota Jantho …………………………………………………………………………………. 7

3. Diskusi dengan Unsur Muspika Kabupaten Aceh Besar ……………………………………… 7

4. Denah inti TTP (center fo TTP) Kota Jantho …………………………………………………….. 8

5. Visualisasi maket inti TTP Kota Jantho ……………………………………………………………. 9

6. Kawasan pembangunan TTP Kota Jantho berbasis komoditas …………………………… 10

7. Rata-rata curah hujan dan hari hujan 10 tahun (2002-2011) di Kab. Aceh Besar …. 11

8. Potensi sumber daya air dari sungai/Krueng Neng dan kondisi saluran induk ………. 12

9. Saluran irigasi tertutup rumput dan bocor ……………………………………………………….. 14

10. Kondisi dinding saluran yang sudah runtuh dan bocor …………………………………….. 14

11. Transek kawasan TTP di Desa Teureubeh ………………………………………………………. 15

12. Profil tanah di BPP unit Jantho ………………………………………………………………………. 16

13. Profil tanah pada lahan sawah di Dusun Blangdaro …………………………………………. 18

14. Profil tanah pada lahan kering di Dusun IOM ………………………………………………….. 20

15. Beberapa budidaya tanaman di TTP Kota Jantho ……………………………………………… 21

16. Diagram alir penentuan komoditas utama ……………………………………………………… . 25

17. Business plan canvas untuk penyediaan benih sumber padi ………………………. 34

18. Matrik SWOT untuk penyediaan benih sumber padi ………………………………….. 35

19. Strategi Pencapaian Indikator Kinerja Bisnis TTP Kota Jantho …………………………… 36

Page 6: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dua dari sembilan agenda prioritas pembangunan di Indonesia atau dikenal

sebagai “Nawa Cita” pemerintahan Joko Widodo dan Yusuf Kalla tahun 2014-2019

adalah akan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

internasional (butir keenam) dan akan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan

menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik (butir ketujuh). Pada

tahun 2015 Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian (Balitbangtan) menindaklanjuti agenda tersebut dalam program

membangun 5 unit Taman Sain Pertanian (TSP) dan 16 unit Taman Teknologi

Pertanian (TTP). Salah satu diantaranya adalah TTP Kota Jantho di Kabupaten

Aceh Besar, Provinsi Aceh. Berikut diuraikan hal-hal yang terkait pada TTP,

khususnya TTP Kota Jantho.

Secara teknis pembangunan TTP diarahkan sebagai pusat penerapan

teknologi di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan pengolahan hasil

(pasca panen) yang telah dikaji oleh lembaga penelitian, swasta, perguruan tinggi

untuk diterapkan dalam skala ekonomi, selain itu dari sisi penyebarluasan inovasi

teknologi pertanian TTP diarahkan sebagai pusat disseminasi teknologi, dan pusat

advokasi bisnis bagi masyarakat luas. Dalam hal ini terdapat beberapa kata kunci

yang dapat diterjemahkan bahwa pembangunan TTP suatu wilayah berbasis

kawasan yang di dalamnya terdapat kajian-kajian penerapan teknologi yang telah

diteliti oleh pelaku penghasil teknologi seperti Balitbangtan dan perguruan tinggi

dalam skala industri (rumah tangga, kecil dan menengah).

Dari sisi internal Balitbangtan, dalam hal ini BPTP Aceh walaupun alokasi

anggaran untuk pembangunan TTP Kota Jantho hanya tiga tahun (2015-2017)

akan tetapi secara teknis Balitbangtan tetap melakukan kegiatan di kawasan TTP

Kota Jantho, yaitu dalam bentuk kegiatan pendampingan. Secara mendalam hal

ini dapat diartikan bahwa para peneliti, penyuluh dan teknisi akan selalu

Page 7: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

melakukan aktivitas pengkajian, penyuluhan dan diseminasi di kawasan TTP

tersebut.

Sejalan dengan perjalanan waktu, diperlukan beberapa penyesuaian

terhadap core bisnis dari TTP Kota Jantho. Pada tahun 2016, dikembangkan usaha

bisnis budidaya jamur merang, walaupun masih pada peningkatan kemampuan

teknis dari penggelola. Selain itu pada bidang hortikultura, fokus masih pada

diseminasi (show window) dari inovasi teknologi.

1.2 Tujuan

1. Meningkatkan penerapan dan alih teknologi hasil litbang Kementerian/LPNK

Ristek, swasta dan perguruan tinggi kepada masyarakat.

2. Membangun model percontohan pertanian terpadu yang mengintegrasikan:

pertanian, peternakan, dan perikanan dalam satu siklus hulu-hilir secara

berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal

3. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang terampil dan mandiri di

bidang agroteknologi dan agribisnis.

4. Menghasilkan wirausaha muda berbasis komoditi pertanian di kawasan.

1.3 Keluaran

1. Meningkatnya penerapan dan alih teknologi hasil litbang Kementerian/LPNK

Ristek, swasta dan perguruan tinggi kepada masyarakat.

2. Terbangunya model percontohan pertanian terpadu yang mengintegrasikan:

pertanian, peternakan, dan perikanan dalam satu siklus hulu-hilir secara

berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal

3. Meningkatnya kualitas sumberdaya manusia yang terampil dan mandiri di

bidang agroteknologi dan agribisnis.

4. Dihasilkan wirausaha muda berbasis komoditi pertanian di kawasan TTP Kota

Jantho.

Page 8: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI

2.1 Landasan Hukum

Pemerintah Indonesia melalui Badan Perencanaan dan Pembangunan

Nasional mengagendakan untuk membangun Taman Sains (TS) di 34 provinsi dan

Taman Teknologi (TT) di 100 kabupaten dalam waktu 5 tahun yang dituangkan

dalam sebagai program quick win. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) 2015, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui

Badan Litbang mendapat tugas untuk membangun 5 (lima) Taman Sains

Pertanian (TSP) di area Kebun Percobaan milik Badan Litbang dan 16 Taman

Teknologi Pertanian (TTP) di tingkat kabupaten/kota.

Wujud dari hal tersebut adalah Balitbangtan telah melakukan kerjasama

(MOU) dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Nomor:

485/HK.220/I/05/2015 dan Nomor: 7/NK/AB/2015 (Lampiran 1) tentang

Pembangunan dan Pengembangan Taman Teknologi Pertanian Kota Jantho, yang

dilanjutkan dengan penerbitan Surat keterangan penggunaan lahan untuk

pembangunan pusat TTP Kota Jantho, Nomor: 032/2124/SK-T/2015 (Lampiran 2)

dan Keputusan Penetapan Lokasi Pembangunan TTP Kota Jantho di Desa

Teureubeih, Nomor 272 Tahun 2015 (Lampiran 3). Dari sisi internal Balitbangtan

telah dibentuk tim pelaksana dengan penanggung jawab Kepala Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

melalui SK, Nomor: 943/KP.340/I.11/02/2015 (Lampiran 4).

2.2 Dasar Teori

2.2.1 Pengertian TTP

TTP adalah tempat untuk pengembangan dan penerapan inovasi yang

diarahkan berfungsi sebagai: (1) pengembangan inovasi bidang pertanian dan

peternakan yang telah dikaji, untuk diterapkan dalam skala ekonomi; (2) tempat

pelatihan, pemagangan, pusat diseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis ke

masyarakat luas.

Page 9: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

TTP merupakan suatu kawasan implementasi inovasi yang telah

dikembangkan pada TSP (Gambar 1), berskala pengembangan dan berwawasan

agribisnis hulu-hilir yang bersifat spesifik lokasi dengan kegiatannya meliputi:

penerapan teknologi pra produksi, produksi, panen, pasca panen, pengolahan

hasil, dan pemasaran, serta wahana untuk pelatihan dan pembelajaran bagi

masyarakat serta pengembangan kemitraan agribisnis dengan swasta.

Secara operasional pembangunan TTP berpegang (guidelines) yang digali

dari Sembilan aspek yaitu ; (1) sebagai wahana untuk peningkatan ekonomi

daerah; (2) sebagai wahana hilirisasi ilmu pengetahuan dan teknologi; (3)

berbasis potensi daerah; (4) kegiatan berbasis hulu-hilir, dengan pengertian

kegiatan tidak hanya menanam dan memetik, tetapi juga berbasis pengolahan

dan pemasaran berbasis profit; (5) menginkubasi industri skala kecil atau rumah

tangga; (6) berkelanjutan; (7) mandiri; (8) berawal dari perdesaan; (9) tersedia

lahan milik pemda; (10) dan terdapat perguruan tinggi afiliasi.

Gambar 1. Kerangka konseptual pembangunan TTP

2.2.2 Penentuan Lokasi

Salah satu indikator keberhasilan dalam pembangunan Teknologi Pertanian

adalah dukungan pemerintah daerah (kabupaten/kota) dalam penyediaan lokasi

Page 10: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

TTP dan dukungan lainnya seperti pendanaan dan penyediaan sumberdaya

manusia. Pada konteks ini, berdasarkan komoditas unggulan daerah yang sesuai

dengan tujuh komoditas utama Kementerian Pertanian dan dukungan

pem.kab/kota dari 23 kab/kota di Provinsi Aceh, terpilih tiga Kabupaten yaitu Aceh

Selatan, Bener Meriah dan Aceh Besar. Metode yang digunakan dalam penentuan

lokasi adalah skoring dan pembobotan. Skoring yang digunakan menggunakan

skala ordinal (1-5) : 5: sangat penting, 4: penting, 3: agak penting, 2: kurang

penting dan 1: tidak penting. Pakar (experts) yang terlibat dengan latar belakang

sebagai peneliti, akademisi (perguruan tinggi) dan praktisi. Kualifikasi untuk

peneliti dan akademisi minimal bergelar Doktor (S3) dan memiliki pengalaman

dalam bidang perencanaan, sedangkan dari praktisi minimal memiliki pengalaman

15 tahun dalam melaksanakan agribisnis berbasis kawasan.

Berdasarkan hasil analisis skoring dan pembobotan (Tabel 1) untuk

penentuan lokasi (kabupaten) didapatkan bahwa kabupaten yang terpilih adalah

Kabupaten Aceh Besar dengan nilai 4.15. Fakta ini ditunjukan oleh adanya

moment penting yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh

Besar yaitu Pekan Pertanian Nasional (Penas) yang akan dilaksanakan pada tahun

2017, sehingga lokasi TTP dapat dijadikan salah satu site kunjungan peserta

Penas yang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia.

Page 11: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

Tabel 1. Matrik keputusan penentuan lokasi (kabupaten) TTP Kota Jantho

No. Kriteria B Aceh

Selatan

BxS Bener

Meriah

BxS Aceh

Besar

BxS

1. Ketersediaan lokasi untuk TTP 0.15 4 0.6 4 0.6 4 0.6

2. Kesesuaian Komoditas unggulan dengan program

Kementerian Pertanian

0.15 3 0.45 4 0.6 4 0.6

3. Dukungan Pemda 0.20 3 0.6 4 0.8 4 0.8

4. Infrastruktur pendukung 0.15 3 0.45 3 0.45 4 0.6

5. Moment penting 0.15 3 0.45 3 0.45 5 0.75

6. Ketersediaan air 0.20 4 0.8 4 0.8 4 0.8

Total 1.00 3.35 3.7 4.15

Ranking 1 3 2

Ket: B=Bobot, S=Skor

Page 12: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

III. PROFIL TAMAN TEKNOLOGI PERTANIAN KOTA JANTHO

3.1 Lokasi

Secara adminsitratif TTP Kota Jantho berada di Desa Teureubeh Kecamatan

Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Kota Jantho sendiri adalah

ibukota dari Kabupaten Aceh Besar, jarak dari pusat ibukota provinsi yaitu Kota

Banda Aceh 56 km dengan waktu tempuh kendaraan darat sekitar 1-1,5 jam

(Gambar 2).

Gambar 2. Lokasi TTP Kota Jantho

Ket: Gerbang Kota Jantho (kiri), Kuning Kota Banda Aceh-Merah Lokasi TTP

Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar dipilih sebagai lokasi TTP pertama di

Provinsi Aceh berpedoman pada kriteria yang ditetapkan oleh Badan Perencanaan

dan Pembangunan Nasional (Bappenas). Kriteria lokasi TTP antara lain

tersedianya lahan milik pemerintah daerah untuk lokasi TTP dan terdapat

perguruan tinggi afiliasi dalam hal ini Universitas Syiahkuala (Gambar 2).

Gambar 3. Diskusi dengan Unsur Muspika Kabupaten Aceh Besar dalam rangka

penjaringan lokasi TTP di Provinsi Aceh, Samahani 21 Maret 2015

Page 13: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

TTP Kota Jantho terdiri dari dua komponen, yaitu unit TTP dan kawasan

TTP. Pada tahap awal akan dibangun beberapa bangunan fisik TTP yang

berlokasi bersebelahan dengan BPP Kecamatan Kota Jantho dengan luas 1,685 Ha

(Gambar 4). Beberapa bangunan fisik yang akan dibangun seperti: saung tani

(lab. diseminasi), screen house, kandang ternak dan tempat pembuatan pupuk

organik (Gambar 5). Selain itu juga terdapat tiga parsil lahan cadangan untuk

pengembangan TTP, sehingga secara keseluruhan luasnya mencapai 30 Ha.

Kawasan TTP awalnya dimulai dari Desa Teureubeh dengan luas 400 Ha (Gambar

6), namun dalam pengembangannya memungkinkan untuk meluas lingkup

kabupaten dan antar kabupaten dalam Provinsi Aceh bahkan hingga ke luar

provinsi.

Gambar 4. Denah inti TTP (center fo TTP) Kota Jantho

Page 14: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

Gambar 5. Visualisasi maket inti TTP Kota Jantho

Gambar 6. Kawasan pembangunan TTP Kota Jantho berbasis komoditas

Komoditas padi

sawah

Pemukiman

Ternak dan

Hortkultura

Ternak

Pemukiman

Page 15: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

3.1 Kondisi Biofisik

Iklim dan hidrologi

a. Curah hujan

Curah hujan tahunan di Kab. Aceh Besar (stasiun curah hujan Dinas

Pertanian, ± 4-5 km dari lokasi TTP Kec. Kota Jantho), adalah sebesar 2.257 mm

per tahun. Pengembangan pertanian lahan kering di daerah ini sangat tergantung

pada air hujan hujan. Berdasarkan kondisi curah hujan, daerah ini tergolong

dalam zone agroklimat C1 (Oldeman et al., 1979; Puslitanak, 2000). Bulan basah 6

bulan sedangkan bulan kering kurang dari 2 bulan (Gambar 7). Berdasarkan zone

agroklimat tersebut, maka optimasi lahan pertanian memerlukan pengelolaan air

melalui irigasi terutama pada bulan Juni sampai Agustus.

Gambar 7. Rata-rata curah hujan dan hari hujan 10 tahun (2002-2011) di Kab. Aceh

Besar (Stasiun curah hujan Dinas Pertanian)

b. Air permukaan

Panjang saluran induk dari intake sungai/krueng Neng sampai ke areal

lahan sawah di Dusun Gampong dan Dusun Blangdaro ± 5 km, pengamatan

190.0

112.8

203.5176.4

211.6

133.1 122.6 122.1

230.0

197.6

298.4

258.9

14.2 8.0 14.2 14.2 12.8 10.0 9.5 11.7 13.3 14.4 15.9 14.6

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

CH (mm) HH (hari)

Page 16: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

dimensi saluran dekat pintu intake berukuran: lebar 1,4 m; tinggi air pada bukaan

pintu intake 20 cm adalah 20,3 cm sedangkan pada saluran induk di bagian

tengah berukuran: lebar 1 m; tinggi 90 cm (Gambar 8).

Gambar 8. Potensi sumber daya air dari sungai/Krueng Neng dan kondisi saluran induk,

penyiapan lahan dan penyemaian benih padi

Berdasarkan hasil orientasi di lapangan dan wawancara dengan petani,

diketahui bahwa sungai/Krueng Neng mempunyai potensi sumber daya air yang

dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian di lahan sawah dan lahan

kering, baik untuk tanaman pangan padi, jagung maupun tanaman hortikultura

Page 17: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

sayuran. Pada umumnya air selalu tersedia, tetapi saat terjadi anomali iklim,

kawasan tangkapan air pernah mengalami kekeringan sehingga pasokan air jauh

berkurang. Kondisi ini juga sebagai akibat dari bertambah gundul dan sempitnya

areal hutan di daerah hulu. Oleh sebab itu, upaya revegetasi daerah hulu dengan

tanaman tahunan seperti: kemiri, rambutan, pinang, dan lain-lain perlu dilakukan

guna meningkatkan serapan air dalam tanah, sebagai upaya mengurangi

degradasi lahan sekaligus konservasi tanah dan air maupun konservasi plasma

nutfah.

Sumber daya air dari Sungai/krueng Neng cukup berpotensi disamping

kondisi curah hujan yang juga sangat mendukung. Pada musim hujan (MT 1)

pemanfaatan air dari sungai/krueng Neng justru sedikit dan pemanfaatan

optimalnya adalah pada MT-2. Air yang mengalir di musim penghujan terutama

berasal dari aliran permukaan dari daerah tangkapannya, sedangkan pada musim

kemarau berasal dari mata air yang bermunculan disepanjang sungai

(lereng/tebing pegunungan), mengalir dan terkumpul dalam dasar sungai

disepanjang Sungai/Krueng Neng dari hulu ke hiliir. Hasil pengamatan debit air di

pintu masuk/intake sungai/Krueng Neng adalah: 3,39 m3/detik; hasil pengamatan

pada titik setelah pintu intake adalah sebesar: 1,53 m3/detik; hasil pengamatan

debit air pada saluran irigasi induk di sawah pertama adalah: 1,32 m3/detik; dan

0,36 m3/detik pada saluran cacing; sedangkan hasil pengfamatan pada saluran

induk dekat perikanan adalah sebesar:0,82 m3/detik. Dari hasil pengamatan debit

air tersebut terlihat bahwa potensi sumber daya air dari sungai/Krueng Neng

mampu untuk mengirigasi lahan sawah seluas 179 ha di lokasi TTP di Desa

Teureubeh.

Kondisi saluran irigasi tampak tertutup rumput dan mengalami kebocoran

dibeberapa tempat sehingga memerlukan perbaikan. Informasi dari petani, dan

hasil orientasi lapangan menunjukan kerusakan saluran irigasi induk sepanjang

940 m dan juga terdapat kerusakan saluran cacing/jitut sepanjang 2. 200 m yang

meliputi dusun Paya Sukun, dusun Blangdaro dan dusun Gampong (nampak

Page 18: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

dinding salurannya runtuh) sehingga banyak air yang hilang melalui saluran

tersebut. Kerusakan atau kebocoran terjadi di beberapa saluran induk dimana air

hanya mengalir ke lahan kering disekitarnya (Gambar 9 dan 10).

Gambar 9. Saluran irigasi tertutup rumput dan bocor (perlu perbaikan dan pemeliharaan

secara rutin)

Gambar 10. Kondisi dinding saluran yang sudah runtuh dan bocor di bagian atas

menyebabkan semakin kecil volume air yang sampai ke lahan sawah

bagian bawah (di dusun Blangdaro dan dusun Gampong)

Page 19: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

3.3.3 Tanah dan lingkungan

Kondisi kawasan TTP di desa Teureubeh sebagian besar termasuk dalam

landform dataran koluvial dan dataran alluvial. Bentuk wilayah bervariasi dari

datar, landai, berombak sampai berbukit. Visualisasi umum keadaan kawasan TTP

disajikan dalam bentuk transek (Gambar 11). Secara umum Bentuk wilayah paling

luas adalah datar diikuti landai/berombak sedangkan wilayah berbukit hanya

menempati bagian kecil. Bahan induk tanah merupakan campuran bahan

koluvium-aluvium terdiri dari endapan liat, pasir dan kerikil.

Gambar 11. Transek kawasan TTP di Desa Teureubeh, kecamatan Kota Jantho

ket: RSB: rumput dan semak belukar; Kr:Krueng = sungai

Pengamatan dan pengambilan contoh tanah dilakukan dengan membuat

lubang profil tanah sampai kedalaman 120 cm dan sampel untuk analisa diambil

dari tiap horizon dalam profil. Tiga lubang profil dibuat masing-masing mewakili

unit BPP Jantho, lahan sawah dan lahan kering (Gambar 12 a,b dan c). Contoh

tanah untuk analisa kesuburan diambil secara komposit pada lapisan 0-20 cm.

Hasil analisa contoh tanah akan digunakan untuk menentukan rekomendasi

pemupukan spesifik lokasi. Profil tanah di unit BPP Jantho ditunjukkan pada

Gambar 12b, sedangkan uraian uraian sifat morfologi tanah disajikan pada Tabel

76

96

116

136

156

176

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5

Jarak (km)

Ele

va

si (m

)

BPP Jantho.Utara

Perbukitan.Selatan

Sawah irigasiTegalan

RSB

Perbukitan

Kr.D

ala

Kr.T

he

un

eu

ng

Desa Teureubeh

Page 20: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

2. Berdasarkan pengamatan morfologi tanah terlihat bahwa tanah disekitar BPP

Jantho mempunyai kedalaman efektif perakaran bervariasi antara 40-54 cm

sedangkan lapisan dibawahnya terdiri dari kerikil dan bongkahan batuan. Oleh

karena itu dalam pembukaan lahan perlu diusahakan agar lapisan atas tidak

tergusur saat dibuldoser.Jika lapisan atas tergusur maka produktivitas lahan akan

turun secara drastic karena lapisan bawahnya hanya berupa kerikil dan

bongkahan batuan (Gambar 12 dan 13).

Gambar 12. Profil tanah di BPP unit Jantho memperlihatkan: (A) lubang profil, (B) penampang sisi lubang profil (meteran dalam skala cm) dan (C) bongkahan batu dan kerikil pada kedalaman 54 cm ke bawah.

Page 21: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

Tabel 2. Uraian sifat morfologi profil tanah lahang kering di unit BPP Jantho

Pada profil lahan sawah di Dusun Blangdaro memperlihatkan kedalaman

efektif perakaran sekitar 50 cm permukaan, sedangkan di bawah lapisan tersebut

terdapat lapisan kerikil dan pasir tersementasi (Gambar 13). Secara lengkap

uraian morfologi tanah disajikan pada Tabel 3. Lapisan tersementasi dan

mengeras hanya dapat digali menggunakan linggis saat pembuatan profil. Pada

Klasifikasi Tanah

Soil Taxonomy (SSS, 2014) : Fluvaquentic Dystrudepts Klasifikasi Nasional (BBSDLP,2014) : Kambisol Gleik Landform : Jalur Aliran Bahan induk : Bahan Aluvium Klas Lereng (% Lereng) : Datar (0-2 %) Posisi : Belakang BPP Jantho Elevasi (RBI/GPS), m dpl : 79 Drainase tanah : Baik Permeabilitas tanah : Sedang Kedalaman efektif (cm) : 54 Kedalaman muka air tanah (cm) : Ada rembesan air pada kedalaman 120 cm Penggunaan lahan / vegetasi : Rumput belukar

Lokasi Administrasi : BPP Jantho, desa Teureubeuh, Kecamatan Kota Jantho,

kabupaten Aceh Besar – Provinsi Aceh Koordinat Geografi

5

0 18' 0.5" LU dan 95

0 35' 4.6" BT

Koordinat UTM : Kode/jenis pengamatan/tgl-bl-th : TTP8a/ profil / 28– 5 – 2015

Uraian sifat morfologi tanah

Horison Kedalaman

(cm) Uraian

Ap 0 – 14 Coklat kelabu gelap (10YR4/2); tekstur liat; struktur lemah halus; kosistensi

lekat dan plastis (lembab); pori makro, meso dan mikro banyak; jumlah

perakaran halus sedang sedang akar kasar sedikit; reaksi tanah masam (pH

5,0); jelas rata beralih ke

Bw1 14 – 27 Coklat kuat (7.5YR5/6); tekstur liat; struktur lemah, ukuran sedang;

kosistensi lekat dan plastis (lembab); pori makro dan meso sedikit sedang

mikro banyak; jumlah perakaran halus sedikit, sedang akar kasar sangat

sedikit; reaksi tanah masam (pH 5,0); nyata rata beralih ke

Bw2 27 – 54 Campuran warna kelabu (7.5YR6/1) dan coklat kuat (7.5YR5/6); tekstur

liat; struktur lemah, ukuran sedang; kosistensi lekat dan plastis (lembab);

pori makro dan meso sedikit sedang mikro banyak; jumlah perakaran sedang

sangat sedikit; reaksi tanah agak masam (pH 6,0); nyata rata beralih ke C/B 54– 120 Kelabu terang (10YR7/1) kerikil bertanah dan bongkahan batuan dengan

diameter 5-25 cm;

Page 22: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

lahan sawah lain disekitar dusun Paya Sukun, Gampong dan Iyom lapisan tanah

untuk perakaran effektif sangat dangkal bervariasi antara 15-25 cm (umumnya 20

cm). Kondisi ini memjadi factor pembatas utama yang sulit diperbaiki. Oleh karena

itu para petani perlu diberikan penyuluhan agar tanah lapisan atas tidak hilang

baik waktu pengolahan lahan dengan mesin traktor perlu dihindari penggusuran

lapisan atas. Sekali lapisan atas hilang maka lahan menjadi tidak produktif karena

lapisan bawahnya hanya terdiri dari lapisan pasir dan kerikil yang tersementasi.

Gambar 13. Profil tanah pada lahan sawah di Dusun Blangdaro memperlihatkan: (A) lubang profil, (B) penampang sisi lubang profil (meteran dalam skala cm) dan (C) Hamparan sawah sudah diolah untuk ditanami.

Page 23: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

Tabel 3. Uraian sifat morfologi profil tanah lahan sawah di Dusun Blangdaro

Profil pewakil untuk lahan kering yang ditumbuhi padang rumput dan

semak belukar ditunjukkan pada Gambar 14, sedangkan urain morfologi diberikan

pada Tabel 4. Sifat utama tanah mempunyai tekstur lempung berdebu sampai

lempung berkerikil pada kedalaman 0-50 cm. Pada lapisan dibawah 50 cm hanya

terdiri dari lapisan pasir. Penggunaan lahan untuk tanaman pangan perlu tindakan

Klasifikasi Tanah

Soil Taxonomy (SSS, 2014) : Fluvaquentic Epiaquept Klasifikasi Nasional (BBSDLP,2014) : Gleisol Fluvik Landform : Dataran aluvial Bahan induk : Bahan Aluvial Klas Lereng (% Lereng) : Datar (0-3 %) Posisi : Sebelah utara jalan aspal besar bagian barat BPP Jantho Elevasi (RBI/GPS), m dpl : 97 Drainase tanah : Terhambat Permeabilitas tanah : Sedang Kedalaman efektif (cm) : 50 Kedalaman muka air tanah (cm) : Ada rembesan air pada kedalaman 50 cm Penggunaan lahan / vegetasi : Sawah dua kali setahun

Lokasi Administrasi : Blangdaro, desa Teureubeuh, Kecamatan Kota Jantho,

kabupaten Aceh Besar – Provinsi Aceh Koordinat Geografi

5

0 18' 21" LU dan 95

0 34' 24.9" BT

Koordinat UTM : Kode/jenis pengamatan/tgl-bl-th : TTP10/ profil / 28– 5 – 2015

Uraian sifat morfologi tanah

Horison Kedalaman

(cm) Uraian

Ap 0 – 20 Warna matrik kelabu (2.5Y6/1); karatan berwarna coklat kemerahan

(2.5YR4/4, 30%); tekstur lempung berliat; struktur masif; kosistensi agak

lekat dan agak plastis (lembab); jumlah perakaran halus sedang sedangkan

akar halus banyak; reaksi tanah masam (pH 5,0); jelas rata beralih ke

Bg1 20 – 50/56 Warna matrik kelabu (2.5Y6/1); karatan berwarna coklat kuat (7.5YR5/6,

15%); tekstur liat berpasir; struktur masif; kosistensi lekat dan plastis

(lembab); jumlah perakaran halus sedikit, reaksi tanah masam (pH 5,0);

jelas/berombak beralih ke

R/Cg2 50/56 – 82 Campuran warna kekelabu (10YR7/1) dan karatan coklat kuat (7.5YR5/6);

tekstur kerikil padat tidak tembus akar; terdapat bahan lapukan berwarna

kuning coklat (7.5YR6/8), jelas/berombak beralih ke 2Bg3 82– 120 Warna matrik kelabu (10YR7/1); karatan berwarna kuning kemerahan

(7.5YR6/6, 10%), liat berkerikil, kosistensi lekat dan plastis (lembab);;

reaksi tanah masam (pH 5,0);

Page 24: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

koservasi agar tanah tidak mengalami erosi. Applikasi pemupukan perlu

mempertimbangkan pemberian pupuk secara bertahap agartidak hilang tercuci

karena tektur tanah agak kasar pada lapisan atas.

Gambar 14. Profil tanah pada lahan kering di Dusun IOM memperlihatkan: (A) penampang sisi lubang profil) dan (B) dan (C) Hamparan lahan kering padang rumput dan semak belukar sekitar profil.

Bentuk tanah di daerah kawasan TTP diklasifikasikan menjadi Kambisol

Gleik (BBSDLP, 2014) atau Fluvaquentic Dystrudept (Soil Taxonomy, 2014) untuk

lokasi BPP Jantho; Gleisol Fluvik atau Fluvaquentic Epiaquept untuk lahan sawah

di Dusun Blangdaro; Kambisol Distrik atau Fluventic Dystrudept untuk lahan

padang rumput di Dusun IOM. Karena pH tanah umumnya sangant masam (pH 5)

maka status kesuburan tanah rendah. Oleh karena itu takaran pupuk, cara

pemberian dan waktu pemberian perlu disesuaikan dengan masing-masing

Page 25: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

komoditas agar tidak terjadi pemborosan pemupukan. Hasil analisa tanah sangat

diperlukan untuk membuat rekomendasi pemupukan spesifik lokasi di TTP Jantho.

Tabel 4. Uraian sifat morfologi profil tanah lahan kering di Dusun IOM

Dari 1.000 Ha lahan di Desa Teureubeh, 179 Ha merupakan sawah irigasi

setengah teknis, 150 Ha areal perkebunan, 150 Ha areal tegalan dan padang

gembala, dan 300 Ha areal pemukiman termasuk lahan pekarangan. Komoditas

Klasifikasi Tanah

Soil Taxonomy (SSS, 2014) : Fluventic Dystrudepts Klasifikasi Nasional (BBSDLP,2014) : Kambisol Distrik Landform : Koluvial Bahan induk : Bahan koluvium Klas Lereng (% Lereng) : Berombak (3-8 %)

Posisi : Arah utara-selatan

Elevasi (RBI/GPS), m dpl : 132 Drainase tanah : Baik Permeabilitas tanah : Cepat Kedalaman efektif (cm) : 50 Kedalaman muka air tanah (cm) : Tidak ada informasi Penggunaan lahan / vegetasi : Rumput dan semak belukar

Lokasi Administrasi : Dusun Iyom, desa Teureubeuh, Kecamatan Kota Jantho,

kabupaten Aceh Besar – Provinsi Aceh Koordinat Geografi

5

0 16' 45.1" LU dan 95

0 34' 25.2" BT

Koordinat UTM : Kode/jenis pengamatan/tgl-bl-th : TTP2/ profil / 14– 4 – 2015

Uraian sifat morfologi tanah

Horison

Kedalaman

(cm) Uraian

A 0 – 20 Coklat kelabu gelap (10YR6/6); tekstur lempung berpasir; struktur gumpal

bersudut, lemah halus; kosistensi tidak lekat dan tidak plastis (lembab); pori

makro, meso dan mikro banyak; jumlah perakaran halus sedang, sedangkan

akar kasar sedikit; reaksi tanah masam (pH 5,0); berangsur rata beralih ke

Bw1 20 –50 Coklat kekuningan (10YR5/4); tekstur lempung berdebu berkerikil; struktur

gumpal bersudut, lemah, ukuran sedang; konsistensi tidak lekat dan tidak

plastis (lembab); pori makro dan meso banyak, sedangkan mikro sedikit;

jumlah perakaran halus sedikit; reaksi tanah masam (pH 5,0); nyata rata

beralih ke

C 50 – 120 Campuran warna kuning kecoklatan (10YR6/6) dan kelabu terang

(10YR7/1); tekstur pasir; struktur lepas; kosistensi tidak lekat dan tidak

plastis (lembab); pori makro dan meso banyak; jumlah perakaran tidak ada;

reaksi tanah masam (pH 5,0);

Page 26: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

utama yang diusahakan adalah padi sawah, ternak sapi, kerbau, kakao, sayuran

(gambas, mentimun dan terung), rambutan, pisang, kelapa dan pinang (Gambar

15). Pola tanam dominan pada lahan sawah adalah padi-padi-bera. Lahan tegalan

masih belum banyak dimanfaatkan, kecuali hanya untuk lahan penggembalaan

yang luasnya dari waktu kewaktu semakin menyempit.

Gambar 15. Beberapa budidaya tanaman pangan, sayuran dan pisang di kawasan TTP Kota Jantho

3.3.4 Kondisi Sosial Ekonomi

Desa Terurebeh terdiri dari lima dusun yaitu Dusun Gampong, Blang Daroh,

Paya Sukun, IOM dan Care dengan jumlah KK masing-masing 26, 27, 32, 150,

dan 120. Mata pencaharian utama penduduk adalah berusahatani padi, diikuti

dengan buruh tani, perdagangan, buruh non-tani, dan lainnya. Pada umumnya

petani yang memiliki lahan sawah adalah penduduk yang bermukim di tiga desa

pertama, sedangkan dua desa lainnya tidak. Kalaupun mereka memiliki lahan

hanya berupa lahan pekarangan dan perkebunan di pinggiran hutan. Oleh karena

Page 27: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

itu, penduduk yang bermukim di Desa Iom dan Care mengusahakan sawah

dengan sistem bagi hasil. Pemilik lahan sawah garapan berasal dari dalam dan

luar desa.

Kegiatan usahatani padi tidak hanya menggunakan tenaga kerja dalam

keluarga, tetapi juga luar keluarga khususnya pada kegiatan menanam, menyiang,

panen dan pasca panen. Khusus kegiatan tanam, panen dan pasaca panen yang

cenderung dilakukan serentak harus mendatangkan tenaga kerja dari luar desa.

Keterlibatan tenaga kerja wanita pada usahatani padi mencapai 50 persen,

sedangkan pada kegiatan jasa, perdagangan dan buruh non-tani masing-masing

33 persen, 25 persen dan nol persen.

Keterbatasan tenaga kerja, kelangkaan pupuk saat dibutuhkan,

ketidaktepatan penyediaan benih dan banyaknya saluran irigasi yang bocor

menyebabkan jadwal musim tanam rendeng menjadi lebih lama, yaitu dari bulan

Oktober-Maret. Kondisi ini menyebabkan waktu bera saat musim tanam ketiga

hanya tersisa dua bulan. Pada saat itu sawah digunakan untuk menggembala sapi

dan kerbau yang dikenal dengan istilah lokal sebagai saat “luah blang”. Pada

kondisi ini, jika ada penduduk yang bercocok tanam di lahan sawah, harus

melakukan pemagaran.

Di Desa Teurebeh tidak tersedia kelembagaan pasar input. Untuk

memperoleh input usaha pertanian, masyarakat membeli di Ibukota Kabupaten

yang berjarak 2- 4 Km dan di Kecamatan Seulimum yang berjarak sekitar 14 Km.

Produk pertanian padi umumnya dijual dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP).

Penjualan dilakukan di luar kecamatan (Seulimum) karena ada keterikatan hutang

saat pengadaan sarana dan biaya produksi usahatani padi. Umumnya sumber

modal usahatani padi petani berasal dari pedagang input-output yang ada di luar

kecamatan dengan sistem pembayaran saat panen (yarnen).

Page 28: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

3.3.5 Organisasi TTP

Strategi yang digunakan dalam pengembangan program TTP adalah

pengembangan komunitas secara terintegrasi (integrated community

development) dengan mensinergikan antara alam, masyarakat, dan inovasi, serta

mengimplementasikan sistem peranian terpadu (integrated farming system).

Dalam percepatan proses penerapan, adopsi, dan masalisasi serta peningkatan

nilai tambah inovasi, melibatkan empat komponen pelaku pembangunan pertanian

yaitu kelompok akademisi (Academician), swasta (Bussiness), pemerintah

(Government), dan komunitas (Community).

Untuk TTP Kota Jantho Aceh Besar, pada awal penanggung jawab

pembangunanyan adalah Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen), akan tetapi pada tahun 2016 terjadi

penggantian menjadi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi, sedangkan

Pelaksana di lapangan dilakukan oleh Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

(BPTP) Aceh serta dibantu oleh peneliti dari pusat dan balai penelitian lain seperti:

(1) Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor, Pusat Penelitian

Perkebunan Bogor, BB Pasca Panen Bogor, BB Padi Sukamandi, Balai Penelitian

Buah Solok, Balai Penelitian Tanaman Sayuran Berastagi, Balai Penelitian

Peternakan Sub Balitnak Sei Putih Deli Serdang, Balai Penelitian Tanaman Hias

Cianjur, BB-Sumberdaya lahan dan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Bogor. Kegiata ini didukung oleh Pemerintah daerah Kabupaten Aceh Besar,

Universitas Syiahkuala dan unsur pemerintahan lain baik pusat maupun provinsi.

Pihak swasta diharapkan terlibat untuk dapat melakukan kerjasama

kemitraan usaha dengan masyarakat di TTP dengan asas saling menguntungkan

dan target untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Unsur swasta tidak

harus dari luar desa, tetapi bisa juga menciptakan dari SDM lokal yang dilatih dan

didampingi agar jiwa kewirausahawannya menjadi meningkat. Perlu diketahui

bahwa, secara sosiologis umumnya masyarakat Aceh memiliki jiwa wirausaha

yang tinggi.

Page 29: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

Setelah berjalan tiga tahun, pembangunan TTP yang inisiasi Balitbangtan

dengan pola pendanaan yang akan semakin menurun, selanjutnya kegiatan

pengembangan TTP menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah, dalam kasus ini

Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. Namun demikian kegiatan pendampingan

tetap dilakukan oleh Badan Litbang Kementerian Pertanian melalui BPTP Aceh,

bahkan karena tupoksi dari BPTP adalah melakukan pengkajian dan diseminasi

spesifik lokasi, maka dapat dikatakan bahwa kawasan TTP Kota Jantho, nantinya

menjadi wahana bagi peneliti, penyuluh dan teknisi yang ada di BPTP untuk terus

menerus melakukan kegiatan pengkajian dan diseminasi tanpa dibatasi oleh ruang

dan waktu.

3.3.6 Penentuan Komoditas Utama

Secara teknis, keberhasilan pembangunan TTP Kota Jantho sangat

tergantung kepada aspek perencanaan yang baik, fokus dan sesuai dengan

indikator capaian kinerja (kuantitatif). Karena ruang lingkup kegiatan yang cukup

luas, yaitu melibatkan lintas komoditas, aktor dan teknologi, maka pendekatan

yang digunakan dalam Pembangunan Taman Teknologi Pertanian adalah

pendekatan sistem (Eriyatno, 1998; Jackson, 2003; Marimin 2004; Marimin 2009;

Parnell et al. 2011). Untuk lebih memfokuskan kegiatan yang akan dilaksanakan,

dalam hal ini basis komoditas yang akan dikembangkan sangat dibutuhkan

penentuan komoditas tersebut (Gambar 16). Secara umum di kawasan TTP Kota

Jantho sangat beragam komoditas yang memiliki potensi untuk dikembangkan,

fakta ini digali berdasarkan hasil PRA dan Baseline survey yang telah dilakukan tim

lintas bidang keilmuan dan sektoral.

Berdasarkan hasil survey pra kondisi, PRA dan Baseline survey, komoditas

yang memiliki prospek untuk dikembangkan di kawasan TTP Kota Jantho

mencakup kelompok tanaman pangan (padi dan jagung), peternakan (sapi, ayam

kampung dan itik), perkebunan (kopi dan kakao), hortikultura (sayuran dan

rambutan) dan perikanan. Kriteria yang menjadi acuan penentuan komoditas

Page 30: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

utama mencakup pasar, SDM, teknologi dan infrastuktur pendukung. Skala yang

digunakan ordinal (1-5), dengan pengertian: 5: sangat penting, 4: penting, 3:

agak penting, 2: kurang penting dan 1: tidak penting (Marimin 2004). Bobot yang

digunakan dalam kajian ini ditentukan oleh beberapa pakar yang terlibat. Pakar

(experts) yang terlibat dengan latar belakang sebagai peneliti, akademisi

(perguruan tinggi) dan praktisi. Kualifikasi untuk peneliti dan akademisi minimal

bergelar Doktor (S3) dan memiliki pengalaman dalam bidang perencanaan,

sedangkan dari praktisi minimal memiliki pengalaman 15 tahun dalam

melaksanakan agribisnis berbasis kawasan.

Gambar 16. Diagram alir penentuan komoditas utama

Mulai

Database dan

pendapat pakar

Penentuan komoditas utama

yang dikembangkan

Sesuai

Komoditas unggulan

terpilih

Selesai

Skoring dan

pembobotan

Page 31: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

Berdasarkan hasil analisis skoring dan pembobotan (Tabel 5) untuk

penentuan komoditas unggulan didapatkan bahwa komoditas utama yang terpilih

adalah padi untuk tanaman pangan, sayuran untuk hortikultura, sapi untuk

peternakan. Fakta ini menunjukkan bahwa pembangunan Taman Teknologi

Pertanian Kota Jantho akan berbasis kepada komoditas tersebut. Hal ini sesuai

dengan survey pra kondisi yang telah dilakukan, dimana ketiga komoditas ini yang

paling mungkin dikembangkan di kawasan TTP Kota Jantho yang secara teknis

tidak dibatasi (borderless) oleh wilayah administrasi, misalnya desa dan

kecamatan.

Tabel 5. Matrik keputusan penentuan komoditas unggulan TTP Kota Jantho

No. Kriteria B Padi (S)

BxS Sayuran (S)

BxS Ternak (S)

BxS Ayam Kampung

(S)

BxS kakao BxS

1. Permintaan

Pasar 0.35 5 1.75 4 1.4 4 1.4 3 1.05 2 0.7

2. Sumberdaya Manusia

0.25 4 1 3 0.75 4 1 3 0.75 4 1

3. Teknologi 0.20 4 0.8 3 0.6 3 0.6 3 0.6 3 0.6

4. Infrastruktur

pendukung 0.20 4 0.8 3 0.6 3 0.6 3 0.4 3 0.6

Total 1.00 4.35 3.35 3.6 2.8 2.9

Ranking 1 3 2 5 4

Ket: B=Bobot, S=Skor

Page 32: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

IV. INTERVENSI TEKNOLOGI DI TTP KOTA JANTHO

Untuk menjawab tantangan tersebut, dilakukan kajian dasar berbasis

Participatory Rural Appraisal (PRA) yang secara akademik telah teruji untuk

menentukan komponen-komponen teknologi pertanian yang akan diintroduksi,

dalam hal ini berbasis komoditas, seperti tanaman pangan, peternakan,

hortikultura, perkebunan, perikanan, sedangkan kapasitas aktor utama dibangun

melalui aspek kelembagaan dengan wujud pelatihan-pelatihan teknis. Kegiatan

PRA dilaksanakan pada tanggal 12-14 April 2015. Kawasan pertanian mencakup

400 ha yang terdiri dari 5 dusun yaitu Dusun Gampong, Blang Daroh, Paya Sukun,

IOM dan Care.

Hasil penting dari PRA antara lain: pada komoditas tanaman pangan,

potensi ada pada padi sawah dan jagung, peternakan berupa sapi dan kerbau,

hortikultura mencakup mentimun dan gambas, perkebunan pada kakao dan

kemiri, sedangkan komoditas perikanan pada pengembangan sistem mina-padi.

Beberapa kecenderungan yang ada di kawasan antara lain: Luas padang

penggembalaan menyempit, air selalu tersedia, tetapi saat terjadi anomali iklim

ekstrem kawasan penangkapan air pernah mengalami kekeringan dan pasokan

air terhenti, proses inovasi diawali dengan penolakan, setelah merasakan manfaat

menjadi diadopsi, produktivitas gabah naik dengan rataan 6-7 ton/ha GKP.

Elaborasi hasil PRA selanjutnya dijadikan bahan dalam kegiatan Fokus Grup

Diskusi (FGD) yang dilaksanakan pada tanggal 15 April 2015, di Aula Utama

Kantor Bupati Kabupaten Aceh Besar. Kegiatan dipimpin langsung oleh Bupati

Kabupaten Aceh Besar, Muchlis Basyah, S.Sos dan dihadiri oleh tim dari

Balitbangtan dan seluruh dinas teknis, Bappeda, Dinas Penggelola Kekayaan

Daerah, Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahan Pangan serta sekretaris daerah

Kabupaten Aceh Besar. Beberapa hasil penting dari FGD adalah Pemerintah

Daerah Kabupaten Aceh mendukung penuh pembangunan TTP Kota Jantho di

Desa Teureubeh, wujud dari dukungan tersebut adalah alokasi anggaran TA. 2015

Page 33: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

melalui dinas teknis dan penyerahan surat hak guna pakai untuk pembangunan

TTP Kota Jantho.

Secara teknis inti dari pembangunan TTP Kota Jantho oleh Balitbangtan,

Pemerintah daerah Kabupaten Aceh Besar dan Perguruan Tinggi Afiliasi, dalam hal

ini Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala adalah intervensi teknologi (Tabel

6, 7, 8, 9 dan 10) apa yang dilakukan di kawasan TTP serta apakah intervensi

teknologi tersebut memiliki potensi bisnis (Tabel 11) yang memiliki potensi bisnis

(profitable indicated) dan apakah aktor utama yang menerima intervensi tersebut

memiliki kapasitas untuk melaksanakan intervensi tersebut, serta bagaimana

peran masing-masing institusi dalam pencapaian tujuan dari TTP tersebut.

Untuk menjawab dan merumuskan beberapa pernyataan tersebut,

dilakukan fokus grup diskusi yang dilaksanakan di Aula BPTP Aceh, tanggal 21 Mei

2015. Kegiatan ini hadiri oleh Dekan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala,

Dr. Ir. Agussabti, M.Si, Tim dari Balitbangtan yang dipimpin oleh Dr. Karden Mulya

dan Kepala Dinas Teknis Terkait, Direktur Pusat Layanan Unit Terpadu-Dinas

Koperasi dan UKM Provinsi Aceh, Balai Sertifikasi Benih (BPSB) Provinsi Aceh,

Kelompok Tani Nelayan Unggulan (KTNA) Provinsi Aceh. Hasil penting dari

kegiatan FGD ini adalah adanya sedikit perubahan pada intervensi teknologi,

terutama pada komoditas hortikultura berupa introduksi buah naga dan sirsak

bukan pada rambutan yang secara teknis sulit dilakukan.

Beberapa hal mendasar dari penyesuaian rencana induk ini adalah pada

komoditas hortikultura, fokus kegiatan hanya pada aktivitas diseminasi inovasi

teknologi pertanian (show window), sehingga aktivitas yang dilakukan belum

bersifat bisnis (provit). Selain itu sesuai dengan masukan dari beberapa tim ahli,

diperlukan factor penciri utama dari TTP Kota Jantho, dalam hal ini adalah

berbasis sitem bio-industri padi dan ternak. Aplikasi dari system tersebut adalah

pengembangan budidaya jamur merang, dan usaha penyediaan bibit jamur

merang.

Page 34: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

Tabel 6. Intervensi Teknologi Komoditas Tanaman Pangan

Tahun Kegiatan Keluaran

2015 • Uji performa VUB Padi 24 Ha

• Uji Rasa

• Penguatan Penangkar Pengusaha 3 Orang

dan luas tanam 2 Ha

• Penguatan GAP-PTT Padi

• Teradopsinya VUB padi pengganti

ciherang 60% di Kawasan TTP

• Peningkatan produktivitas padi rata-

rata dari 6 menjadi 6.5 ton/ha

• Tersedianya benih padi dan

kelembagaan produsen benih untuk

kawasan TTP

• Memperpendek masa tanam I dan

memanfaatkan MT III

Tahun Kegiatan Keluaran

2016

2017

• Perluasan areal penangkaran benih

padi 5 ha

• Start-up budidaya jamur merang

• Penguatan Penangkar Pengusaha

yang didukung gudang benih (L)

• Penguatan GAP-PTT Padi (L)

• Peningkatan areal penangkaran

untuk penyediaan benih padi di

kawasan Kecamatan Kota Jantho

dan Seulimum

• Prototipe usaha jamur merang

• Usaha penangkaran benih padi (6

Orang, 10 Ha)

• Penguatan GAP-PTT Padi (L)

• Penyediaan bibit jamur merang

• Penyediaan benih padi untuk

kawasan Kabupaten Aceh Besar

(1.000 ha)

• Tersedianya bibit jamur merang

Page 35: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

Tabel 7. Intervensi Teknologi Komoditas Hortikultura (show window)

Tahun Kegiatan Keluaran

2015 • Introduksi VUB cabai merah, mentimun,

gambas, kacang panjang dan sayuran lain.

• Pelatihan budidaya sayuran sesuai GAP

• Pembangunan jaringan pengairan di petani

kooperator

• Meningkatnya luas tanam dan

produksi di tegalan dan MT III (2

ha menjadi 5 ha).

• Terlaksananya pelatihan

budidaya sayuran sesuai GAP 1

Kali.

• Pembangunan jaringan

pengairan di petani kooperator 1

paket

2016 • Produksi bibit cabai merah di TTP.

• Pelatihan budidaya, pasca panen.

• Tersedianya benih/bibit cabai

merah 17.000 polyback.

• Terlaksananya Pelatihan

budidaya dan pasca panen 5 kali.

2017 • Pembangunan kebun bibit desa (KBD) (L) • Tersedianya benih/bibit

sayuran di tiga dusun.

Tabel 8. Intervensi Teknologi Komoditas Peternakan

Tahun Kegiatan Keluaran

2015 • Konsolidasi pembuatan kandang

komunal dan kebun rumput (4

ha)

• Pendampingan teknologi

penggemukan sapi potong dengan

pakan, rumput dan legume (2 ha)

• Tersedianya lahan dan kemauan

petani

• Teradopsinya usaha

penggemukan sapi potong

menggunakan bahan pakan lokal

di kawasan TTP (2 ha)

2016 • Penyediaan pejantan unggul di

kawasan TTP (pemda) 3 ekor

• Peningkatan mutu kebun rumput

melalui introduksi rumput dan

• Menurunnya derajat inbreeding

(10%), meningkatkan angka

kelahiran pedet (70%).

• Tersedianya bibit dan rumput

Page 36: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

legume (5 ha)

• Pengadaan dan penjualan sapi

bakalan dan siap potong untuk

unit bisnis TTP 20-25 ekor

melalui introduksi rumput dan

legume asal BPTU.

• Pendapatan unit bisnis TTP 15-

20 juta

2017 • Peningkatan mutu dan perluasan

padang penggembalaan melalui

introduksi rumput dan legume

asal BPTU (L) (10 ha)

• Pengadaan dan penjualan sapi

bakalan dan siap potong untuk

unit bisnis TTP (L)

• Menurunnya derajat inbreeding

(25%)

• Tersedianya penggembalaan

bermutu melalui introduksi

rumput dan legume asal BPTU

• Tersedianya sapi bakalan dan

siap potong untuk unit bisnis

TTP (L)

Tabel 9. Intervensi Teknologi Komoditas Perikanan

Tahun Kegiatan Keluaran

2016 • Introduksi teknologi budidaya

ikan mas dan mujair di TTP (1

Ha)

• Teradopsinya teknologi budidaya

mas dan mujair

2017 • Introduksi teknologi minapadi

di TTP

• Teradopsinya teknologi minapadi

di kawasan TTP

Page 37: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

V. PERENCANAAN BISNIS TTP KOTA JANTHO

Salah satu indikator kinerja dari pembangunan Taman Teknologi Pertanian

(TTP) adalah tumbuhnya wirausaha yang berasal dari kawasan, dimana TTP

tersebut dibangun. Berdasarkan dengan hal tersebut dapat dikatakan bahwa dari

kawasan TTP Kota Jantho setidaknya harus tumbuh industri berbasis pertanian

(agribisnis dan agroindustri) yang dapat meningkatkan ekonomi wilayah

(kawasan) TTP itu sendiri. Secara teknis TTP dapat berperan sebagai inkubator

yang artinya TTP sebagai lembaga menjadi wahana pembentuk calon

wirausahawan (tenan) yang berasal dari kawasan, selain itu TTP juga dapat

sebagai implementor yang bermakna TTP sebagai lembaga melakukan bisnis

berbasis pertanian, sehingga keberadaan TTP dapat berkelanjutan.

Berdasarkan hasil PRA dan Baseline survey didapatkan bahwa potensi

bisnis di TTP Kota Jantho adalah penyediaan benih sumber padi, beras premium,

penyediaan bibit jamur merang, produksi jamur merang, sayuran segar dan jasa

alsintan. Fakta ini dapat jelaskan bahwa umumnya untuk Kabupaten Aceh Besar

pada umumnya petani sampai dengan saat ini kesulitas untuk memperoleh benih

padi bersertifikat. Demikian juga di kawasan TTP Kota Jantho, benih yang

digunakan adalah benih Ciherang turun-temurun (lebih dari lima musim tanam)

yang secara teknis telah hilang kemampuan hibridnya, sehingga potensi bisnis

penyediaan benih menjadi sangat penting.

Perancangan perencanaan bisnis bertujuan untuk mengetahui secara

teknis prospek bisnis yang akan dikembangkan, dalam hal ini mengacu kepada

provitable untuk kegiatan yang bersifat implementor dan bankable yang bersifat

inkubator. Dalam rancangan induk ini perencanaan bisnis masih dalam bentuk

perencanaan bisnis kanvas (business plan canvas) yang dapat dilihat pada

Gambar 17, yang bermakna masih pada dalam bentuk perencanaan secara umum

yang mencakup Sembilan item bisnis, seperti target pasar, pembiayaan, mitra

strategis, program yang dilakukan, nilai tambah yang ditawarkan dan sumber

Page 38: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

pendapatan. Sedangkan detail dari perencanaan bisnis yang dilaksanakan di TTP

Kota Jantho disajikan pada bagian perencanaan bisnis lengkap, dalam hal ini

mencakup pengembangan produk, pasar sampai pada perhitungan feasibility

study. Selain itu juga disampaikan matrik SWOT (Gambar 18) terhadap bisnis

utama di TTP Kota Jantho, yaitu penyediaan benih sumber untuk komoditas padi.

Penyajian matrik SWOT bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta kekuatan dan

kelemahan (internal faktor) yang dimiliki oleh TTP Kota Jantho dalam

melaksanakan bisnis, demikian juga dengan dinamika ancaman dan peluang

(eksternal faktor). Dengan mengetahui fakta-fakta tersebut, pelaku bisnis di TTP

Kota Jantho dapat memformulasikan strategi-strategi yang dapat

diimplementasikan di lapangan.

Gambar 17. Business plan canvas untuk penyediaan benih sumber padi

Page 39: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

Gambar 18. Matrik SWOT untuk penyediaan benih sumber padi

Strategi Pencapaian Indikator Kinerja Bisnis

Secara teknis kriteria kesuksesan suatu kegiatan dapat dilihat dari

tercapainya indikator kinerja yang telah ditentukan sebelumnya, dalam hal ini

mengacu kepada indikator kesuksesan dari pembangunan Taman Teknologi

Pertanian yaitu peningkatan pendapatan pelaku agribisnis dan tumbuhnya

wirausaha di kawasan. Secara lengkap visualisasi strategi pencapaian indikator

kinerja pembangunan TTP Kota Jantho disajikan pada Gambar 20.

Page 40: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

Gambar 20. Strategi Pencapaian Indikator Kinerja Bisnis TTP Kota Jantho

Hulu

• VUB

• Jajar legowo

• Mekanisasi

• Irigasi

• Pupuk

• Kandang komunal

Hilir

• Benih padi

• Beras premium

• Sayuran segar

• Jamur merang

• Jasa alsintan

Dampak

• Perbaikanekonomi wilayah

• Kesejahteraanpetani

stage 1 Show window

Demplot

Pameran dan expo

Sta

ge 2 Kemasan

Standarisasi produk

Promosi

Sta

ge 3 Pemasaran

Feed back Feedback

Page 41: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

VI. LAYOUT PUSAT DAN KAWASAN TTP KOTA JANTHO

Secara teknis pelaksaanaan pembangunan TTP Kota Jantho mengacu

kepada panduan umum pembangunan TTP yang diterbitkan oleh Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian yang telah disempurnakan.

Berdasarkan tempat pelaksanaan, TTP Kota Jantho terdiri atas pusat dan kawasan

TTP Kota Janto. Pusat TTP Kota Jantho merupakan tapak (Gambar 21, 22, 23, 24

dan 25) dimana beberapa bangunan fisik dibuat pada lahan yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar melalui mekanisme hibah (Nomor

032:2124/SK-T/2015). Luas lahan yang dihibahkan 1.85 Ha (Lampiran 1).

Bangunan yang telah tersedia antara lain: Laboratorim Diseminasi Inovasi

Teknologi Pertanian, Gudang pengolahan pakan dan pupuk organik, screen house,

laboratorium pasca panen dan mekanisasi serta kandang ternak sapi. Pembiayaan

dari beberapa bangunan tersebut berasal dari Daftar Isisan Pelaksanaan

Anggaran (DIPA) BPTP Aceh TA. 2015. Pada tahun 2016, melalui DIPA BPTP Aceh

akan dibangun pagar disekeliling lokasi dan toko tani, untuk menjual hasil-hasil

pertanian dikembangan di TTP dan kawasan.

Gambar 21. Design gapura TTP Kota Jantho

Page 42: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia
Page 43: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

Gambar 21. Selfie corner TTP Kota Jantho

Gambar 22. Pasca penyerahan aset dengan Pemda Kab. Aceh Besar

Page 44: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

Gambar 22. Kondisi inti TTP Kota Jantho per Mei 2016

Gambar 23. Design keseluruhan TTP Kota Jantho dari sisi luar

Page 45: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

VI. PENUTUP

Pembangunan Taman Teknologi Pertanian (TTP) Kota Jantho merupakan

wujud dari salah satu Nawacita Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019.

Basis pembangunan TTP bukan hanya pada peningkatan produksi dan

produktivitas, tetapi pada peningkatan pendapatan petani melalui hilirisasi produk

melalui peningkatan nilai tambah berbasis bisnis pertanian. Kegiatan TTP Kota

Jantho dilaksanakan di Desa Teureubeh, Kecamatan Kota Jantho, Kabupaten Aceh

Besar berbasis pada intervensi teknologi pada komoditas tanaman pangan,

peternakan, hortikultura, perkebunan dan perikanan dengan luas kawasan utama

mencapai 400 ha. Untuk meningkatkan kapasitas penerima intervensi teknologi

(capacity-building) tersebut dilakukan melalui pelatihan-pelatihan teknis.

Wujud dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar dalam

pembangunan TTP Kota Jantho adalah: pada tahun 2015 telah diserahkan lahan

seluas 1.865 Ha dengan opsi penambahan sampai 30 ha, selain itu juga telah

dianggarkan melalui APBD Kabupaten Aceh Besar untuk dana pendamping

pembangunan TTP berbasis komoditas yang dilaksanakan oleh dinas-dinas teknis.

Untuk mencapai indikator pembangunan TTP yaitu terciptanya dunia

usaha berbasis komoditas pertanian di kawasan TTP Kota Jantho, dilakukan

melalui penciptaan inkubator dan implementator bisnis. Inkubator mengacu

kepada peran dari TTP Kota Jantho sebagai lembaga dalam membina para

wirausaha (tenan), sedangkan implementator adalah TTP Kota Jantho sebagai

lembaga yang melaksanakan aktivitas bisnis berbasis pertanian, sehingga

pembangunan TTP Kota Jantho dapat berkesinambungan.

Page 46: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem: meningkatkan mutu dan efektifitas manajemen.

Bogor: UIPB-Press.

Jackson MC. 2003. Systems thinking: Creative holism for managers. JohnWiley

& Sons Ltd. England.

Lyneis JM. 1988. Corporate planning and policy design. A system dynamic

approach. Cambride, Massachusetts: Pugh-Roberts Assosiate, Inc.

Marimin, 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk: Teknik dan Aplikasi.

Jakarta: Penerbit Grasindo.

______, 2009. Sistem Pakar dalam teknologi manajerial: Teori dan aplikasi.

Bogor: IPB-Press.

Parnell GS, Driscoll PJ, Henderson DL. 2011. Decision Making in System

Engineering and Management. John Wiley and Son, Inc. New Jersey.

Pedoman Umum Pembanguan ATP Dan TTP. 2015. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Pustaka-Balitbangtan-

Press.

Page 47: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

LAMPIRAN

Page 48: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

Lampiran 1. Surat Keterangan Hak Milik Lahan TTP Oleh Pem. Kab Aceh Besar

Lampiran 2. Surat Penunjukkan Lokasi TTP Kota jantho oleh Bupati Kab. Aceh Besar dan

MOU antara Balitbangtan dan Pem.Kab. Aceh Besar

Page 49: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · II. LANDASAN HUKUM, DASAR TEORI DAN PENENTUAN LOKASI 2.1 Landasan Hukum Pemerintah Indonesia

Lampiran 3.