18
ANDI FADHILAH TENRIWULAN ANNA PUJI LESTARI NOVITA OKTAVIANA WANDA MARIA NADIYENSI SIRILIA DORCE KASMAN ROISY WIDI PUTRI KESIT IVAN ALI FERDI FIRMANSYAH SATRIA KANIGIA AUGUSTA FAKULTAS FISIOTERAPI UNIVERSITAS ESA UNGGUL REHABILITATIF PADA PENDERITA PENYAKIT

Rehabilitatif Pada Penyakit Stroke (Word 2003) (2)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Rehabilitasi merupakan suatu pelayanan medik untuk mengembalikan kemampuan pasien-pasien yang mengalami cacat akibat sakit atau cedera Pada pasien stroke, keberhasilan rehabilitasi ditentukan oleh konsep motor learning yang tepat , pemberian latihan yang sesuai dan penegakan tujuan terapi yang realistik.

Citation preview

Page 1: Rehabilitatif Pada Penyakit Stroke (Word 2003) (2)

ANDI FADHILAH TENRIWULAN

ANNA PUJI LESTARI

NOVITA OKTAVIANA

WANDA MARIA NADIYENSI

SIRILIA DORCE KASMAN

ROISY WIDI PUTRI

KESIT IVAN ALI

FERDI FIRMANSYAH

SATRIA

KANIGIA AUGUSTA

FAKULTAS FISIOTERAPI

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

REHABILITATIF PADA PENDERITA PENYAKIT STROKE

Page 2: Rehabilitatif Pada Penyakit Stroke (Word 2003) (2)

BAB I

PENDUHULUAN

A. Latar Belakang

Therapeutic exercise (terapi latihan) adalah rencana yang sistemis untuk perencanaan

penampilan dari gerak tubuh, postur, dan aktifitas fisik dari pasien/klien dan bertujuan untuk

mempercepat penyembuhan dari suatu injuri atau masalah tertentu. Tujuan dari terapi latihan itu

sendiri dalam aspek latihan fisik seperti contohnya mempercepat mobilisasi, stabilisasi dan

keseimbangan, dan meningkatkan ROM. Selanjutnya selain dalam aspek fisik, ada juga terapi latihan

dalam aspek psikis contohnya memotivasi pasien agar lebih cepat baik, memberikan support atau

semangat pada pasien agar lebih cepat sembuh dan jauh lebih baik.

Prosedur pembangunan dalam mencapai suatu keadaan yang sehat menyangkut berbagai

aspek antara lain usaha peningkatan (prpmotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif),

serta pemeliharaan (rehabilitatif). Prosedur pembanguan secara rehabilitatif adalah dengan cara

upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan kondisi/ mencegah kecacatan.

Sasarannya adalah kelompok orang yang baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan/

pencegahan kecacatan (tertiary prevention) dan serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas

penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang

berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan oleh karena berkurangnya atau

terhentinya suplai darah secara tiba-tiba atau mendadak, dalam beberapa detik atau secara cepat

dalam beberapa jam dengan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu.

Jaringan otak yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi sehingga berakibat

fatal atau bahkan dapat membatasi pasien selama bertahun-tahun sebagai orang cacat. Dan oleh

karena kecacatan merupakan masalah yang luas dan komplek, maka dalam penatalaksanannya

memerlukan pelayanan secara khusus yaitu program Rehabilitasi Medik.

Delapan puluh persen penderita stroke mempunyai defisit neuromotor sehingga

memberikan gejala kelumpuhan sebelah badan dengan tingkat kelemahan bervariasi dari yang

Page 3: Rehabilitatif Pada Penyakit Stroke (Word 2003) (2)

lemah hingga yang berat, kehilangan sensibilitas, kegagalan sistem koordinasi, perubahan pola jalan

dan terganggunya keseimbangan. Hal ini mempengaruhinya untuk melakukan aktivitas hidup

sehari-hari. Oleh karena itu setelah serangan stroke, penderita harus mempelajari kembali

hubungan somatosensori baru atau lama untuk melakukan tugas-tugas fungsionalnya.

Rehabilitasi stroke merupakan salah satu program menyeluruh yang terkoordinasi antara

medis dan rehabilitasi untuk tujuan mengoptimalkan dan memodifikasi kemampuan fungsional

yang ada. Program rehabilitasi stroke telah terbukti dapat mengoptimalkan pemulihan, sehingga

penderita stroke mendapat keluaran fungsional dan kualitas hidup yang lebih baik. Salah satu

program rehabilitasi yang sering dipergunakan untuk mengembalikan fungsi karena defisit motorik

adalah Motor Learning Programme.

B. Rumusan masalah

Apa yang dimaksud dengan pelayanan rehabilitasi medik ?

Bagaimana proses rehabilitasi pada penderita stroke ?

C. Tujuan penulisan

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pelayanan rehabilitasi medik

Untuk mengetahui proses rehabilitasi pada penderita stroke.

Page 4: Rehabilitatif Pada Penyakit Stroke (Word 2003) (2)

BAB II

Kajian Teori

A. Rehabilitatif

Rehabilitasi berasal dari dua kata, yaitu re yang berarti kembali dan habilitasi yang

berarti kemampuan. Menurut arti katanya, rehabilitasi berarti mengembalikan

kemampuan. Rehabilitasi adalah proses perbaikan yang ditujukan pada penderita cacat

agar mereka cakap berbuat untuk memiliki seoptimal mungkin kegunaan jasmani,

rohani, sosial, pekerjaan dan ekonomi.

Rehabilitasi didefinisikan sebagai ”satu program holistik dan terpadu atas intervensi-

intervensi medis, fisik, psikososial, dan vokasional yang memberdayakan seorang

(individu penyandang cacat) untuk meraih pencapaian pribadi, kebermaknaan sosial,

dan interaksi efektif yang fungsional dengan dunia” (Banja,1990:615).

Pelayanan Rehabilitasi Medik

Adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsional yang

diakibatkan oleh keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui panduan

intervensi medik, keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai kemampuan

fungsi yang optimal.

Pelayanan Rehabilitasi Medik meliputi:

1. Pelayananan Fisioterapi

Adalah bentuk pelayanan kesehatan untuk mengembangkan, memelihara dan

memulihkan gerak dan fungsi organ tubuh dengan penanganan secara manual,

peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektro terapiutik dan mekanis), pelatihan.

2. Pelayanan Okupasi Terapi

Adalah Pelayanan kesehatan untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan

fungsi dan atau mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk aktivitas sehari-hari

(Activity Daily Living), produktivitas, dan waktu luang melalui remediasi dan fasilitasi.

Page 5: Rehabilitatif Pada Penyakit Stroke (Word 2003) (2)

3. Pelayanan Terapi Wicara

Adalah bentuk pelayanan kesehatan untuk memulihkan dan mengupayakan

kompensasi/adaptasi fungsi komunikasi, bicara dan menelan dengan melalui

pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi (fisik, elektroterapiutis dan mekanis)

4. Pelayanan Ortotis-Prostetis:

Adalah salah satu bentuk pelayanan keteknisian medik yang ditujukan kepada

individu untuk merancang, membuat dan mengepas alat bantu guna pemeliharaan

dan pemulihan fungsi, atau pengganti anggota gerak.

5. Pelayanan Psikologi

Adalah bentuk pelayanan untuk pengembangan, pemeliharaan mental emosianal

serta pemecahan problem yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit

dan cedera.

6. Pelayanan Sosial Medik

Adalah bentuk pelayanan pemecahan masalah sosial akibat dari suatu

keadaan/kondisi sakit, penyakit atau cedera untuk bisa kembali ke masyarakat.

Contoh Penerapan Rehabilitasi Medik :

1. Penyakit Anak :

- Bronkhitis dengan Bentuk Lama

- Kelumpuhan Tangan pada Bayi Baru Lahir

- Kaki bengkok (CTEV)

- Keterlambatan Perkembangan Anak

- Penyakit Otot pada Anak

2. Penyakit Syaraf

- Nyeri Pinggang

- Leher Cengeng

- Kelumpuhan

- Stroke

Page 6: Rehabilitatif Pada Penyakit Stroke (Word 2003) (2)

3. Bedah :

- Pasca Operasi Patah Tulang

- Luka Bakar

- Pasca Amputasi

- Nyeri Pasca Operasi

4. Penyakit dalam

- Rematik

- Osteoporosis

- Akibat Penyakit Kencing Manis

5. Penyakit Kandungan

- Senam Hamil

- Senam Nifas

- Radang Saluran Indung Telur

Orang-orang yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi pada hakekatnya sebenarnya

sejak manusia menyadari dan menghawatirkan hidupnya serta kesejahteraan sesama

manusia, sejak itu pula upaya - upaya rehabilitasi telah dilakukan. Dan orang-orang yang

memerlukan pelayanan rehabilitasi adalah orang-orang yang mengalami kecacatan,

kelemahan, dan orang yang berkebutuhan khusus agar mereka dapat mengikuti dan

melaksanakan kehidupannya sehari-hari dengan wajar.

B. Rehabilitatif pada penderita penyakit stroke

Rehabilitatif pada penderita penyakit stroke merupakan sebuah program

komprehensif yang terkoordinasi antara medis dan rehabilitasi dengan tujuan

mengoptimalkan dan memodifikasi kemampuan fungsional yang ada. Gejala sisa

fungsional yang disebabkan karena defisit motorik merupakan fokus utama program

rehabilitasi stroke. Program rehabilitasi stroke sendiri telah terbukti dapat

mengoptimalkan pemulihan sehingga penyandang stroke mendapat keluaran fungsional

dan kualitas hidup yang lebih baik.

Page 7: Rehabilitatif Pada Penyakit Stroke (Word 2003) (2)

Salah satu program rehabilitasi yang sering dipergunakan untuk mengembalikan

fungsi karena defisit motorik adalah program latihan gerak. Dalam teknik ini dilakukan

latihan fungsional dan identifikasi kunci utama tugas-tugas motorik. Setiap tugas

motorik dianalisis, ditentukan komponen-komponen yang tidak dapat dilakukan,

melatih penderita untuk melakukan hal-hal tersebut serta memastikan latihan ini

dilakukan pada aktivitas sehari-hari pasien. Latihan motorik harus dilakukan dalam

bentuk aktivitas fungsional karena tujuan dari rehabilitasi tidak hanya sekedar

mengembalikan suatu pergerakan akan tetapi mengembalikan fungsi. Proses latihan

harus meningkatkan kemudahan mobilisasi, rawat diri dan aktivitas kehidupan sehari-

hari yang lain bagi penderita stroke.

C. Konsep Pembelajaran Gerak

Pembelajaran (learning) merupakan suatu fenomena internal yang tidak

dapat secara langsung diamati. Fenomena ini didefinisikan sebagai suatu perubahan

permanen dalam kemampuan merespon sebagai akibat latihan atau suatu

pengalaman.

Woodson (1995) mendefinisikan kemampuan motor learning sebagai

kemampuan seseorang untuk belajar dan mengorganisasikan pergerakan dengan

tujuan untuk beradaptasi terhadap lingkungannya. Schmidt (1988) mendefinisikan

motor learning adalah keterampilan yang dipertahankan bahkan setelah latihan

dihentikan.

Konsep motor learning pada penderita stroke mempunyai tujuan :

Membantu penderita stroke bergerak dalam aktivitas fungsional dengan

pola pergerakan normal.

Membantu penderita stroke mencapai suatu pergerakan aktif secara

otomatis.

Memberikan repitisi sehingga pola normal tingkah laku dapat dipelajari.

Melatih penderita stroke dalam senjumlah kondisi yang bervariasi sehingga

keterampilan dapat ditransfer pada situasi dan lingkungan yang berbeda-

beda.

D. Tahap Motor Learning

Page 8: Rehabilitatif Pada Penyakit Stroke (Word 2003) (2)

Tiga tahapan motor learning menurut Fitts dan Posner (1967) :

1. Cognitive stage. Pada tahap ini dibutuhkan pemusatan perhatian dalam

memahami tugas-tugas motorik yang akan dilakukan dan strategi untuk

melakukannya.

2. Associative stage. Mulai dikembangkan rujukan internal tentang pergerakan

motorik yang tepat dalam melakukan suatu tugas motorik, sehingga

penderita dapat membandingkan penampilan motoriknya dengan rujukan

ini.

3. Autonomous stage. Ditandai dengan atensi minimal pada penampilan

motorik. Kemampuan untuk bisa mendeteksi kesalahan telah berkembang

penuh dan penampilan motorik bersifat stabil dan otomatis.

Perencanaan terapi berdasarkan konsep motor learning

Beberapa konsep untuk membantu proses intervensi therapeutic

berdasarkan prinsip motor learning adalah :

Determinan spesifik dari motor control

Hal yang dibutuhkan agar program rehabilitasi pasien stroke berhasil adalah

penyusunan rencana terapi yang realistik dan memilih strategi intervensi yang tepat

dengan memahami mekanisme penyebab defisit motorik. Untuk itu perlu dilakukan

identifikasi defisit motorik, menentukan komponen kontrol motorik yang abnormal

dan menentukan komponen abnormal mana yang merupakan penyebab utama

timbulnya defisit motorik.

Faktor yang mempengaruhi pergerakan normal dapat digambarkan sebagai

berikut :

Page 9: Rehabilitatif Pada Penyakit Stroke (Word 2003) (2)

E. Umpan balik (feed back)

Umpan balik merupakan suatu faktor yang penting menurut banyak teori

mempengaruhi proses motor learning. Seperti latihan, umpan balik merupakan

variable yang dapat dikontrol dan diubah untuk meningkatkan proses belajar.

Umpan balik adalah suatu informasi tentang suatu respon yang dapat

bersifat intrinsik atau ekstrinsik. Umpan balik intrinsik di definisikan sebagai suatu

informasi sensorik yang datang dari reseptor khusus di dalam otot, sendi, tendon,

dan kulit serta reseptor visual dan audotorius baik selama atau setelah di

hasilkannya gerakan. Sementara itu umpan balik ekstrinsik adalah informasi dari

sumber eksternal tentang gerakan yang diberikan kepada orang yang akan

melakukan hal tersebut.

Pada pasien stroke, umpan balik intrinsik sering mengalami distorsi atau

bahkan menghilang sehingga efektivitasnya dalam memberikan umpan balik tentang

penampilan motorik menjadi terbatas. Hal ini mengakibatkan diperlukannnya suatu

penguatan melalui umpan balik ekstrinsik yang tepat. Umpan balik ekstrinsik dapat

memberikan informasi tambahan untuk memfasilitasi kesadaran dini akan suatu

gerakan dan proses belajar. Secara teritis, umpan balik ekstrinsik merupakan hal

penting untuk terbentuknya rujukan internal tentang ketepatan suatu pergerakan

yang terbentuk melalui proses latihan. Hal ini merupakan inti proses motor learning

pada penderita stroke.

Page 10: Rehabilitatif Pada Penyakit Stroke (Word 2003) (2)

Umpan balik ektrinsik mempunyai fungsi :

1. Memberikan informasi kepada orang yang akan menggerakan tubuhnya

tentang respon keluaran suatu gerakan dan kesalahan yang dibuat

olehnya.

2. Sebagai penguat atau penghargaan untuk suatu perilaku bila telah

mendekati tujuan yang diinginkan.

3. Sebagai suatu motivator sehubungan dengan suatu pencapaiaan tujuan.

Majsak (1996) berpendapat bahwa umpan balik ektrinsik tidak

diinternalisasikan menjadi umpan balik intrinsik, maka tidak akan terjadi

suatu perubahan permanent.

F. Latihan

Latihan merupakan suatu hal yang penting pada proses motor learning

(Schmidt, 1988). Keterampilan seseorang akan meningkat sesuai dengan jumlah

latihan yang diberikan dan dilakukan. (Newell & Rosenbloom, 1981).

Tipe-Tipe Latihan :

a. Massed practice vs distribute practice

Schmidt (1998) membedakan antara massed practice dan distribute

practice. Pada masa massed practice satu sesi latihan terdiri dari waktu

latihan yang lebih banyak daripada waktu istirahat. Pada distribute practice

satu sesi latihan terdiri dari jumlah waktu latihan yang sama dengan waktu

istirahat. Pada pasien stroke, distribute practice lebih sesuai untuk diberikan

karena kelelahan merupakan suatu faktor keterbatasan umum yang sering

terjadi.

b. Variable vs repetitive practice

Variable practice, bentuk latihan dengan mempelajari sejumlah

variasi dari suatu tugas motorik, sementara repetitive practice adalah bentuk

latihan yang berulang yang sama atau konstan untuk suatu tugas motorik.

Pada latihan untuk penderita stroke variable practice bermanfaat untuk

Page 11: Rehabilitatif Pada Penyakit Stroke (Word 2003) (2)

meningkatkan kemampuan transfer keterampilan motorik pada lingkungan

yang berbeda, sementara suatu repetitive practice bermanfaat untuk

memperbaiki penampilan motorik.

c. Blocked practice vs random practice

Blocked practice adalah suatu tehknik latihan dengan cara

melakukan suatu tugas hingga menguasainya, kemudian diikuti dengan

latihan tugas selanjutnya. Sementara random practice adalah suatu bentuk

latihan dengan cara melakukan latihan secara acak dengan sejumlah tugas

atau sejumlah variasi dalam suatu tugas motorik sebelum dikuasainya salah

satu tugas atau variasi. Secara teoritis, blocked practice lebih

menguntungkan untuk proses akuisisi keterampilan yang efisien, sementara

random practice lebih efektif untuk proses retensi dan transfer keterampilan

motorik.

d. Whole vs part practice

Newell (1981) merekomendasikan bentuk latihan berupa part

practice (latihan dengan memecah suatu tugas motorik menjadi tugas tugas

motorik yang lebih kecil) untuk memperoleh komponen mendasar tugas

motorik, diikuti dengan melatihnya sebagai suatu satu kesatuan whole

practice. Masih terdapat perbedaan pendapat mengenai penggunaan kedua

jenis latihan ini pada penderita stroke, akan tetapi secara umum jika suatu

penderita stroke tidak mampu menguasai seluruh langkah secara simultan,

maka dapat diberikan dorongan atau bimbingan manual untuk aspek-aspek

tertentu dari tugas tersebut. Bantuan terapis dapat kemudian secara

bertahap dikurangi pada waktu selanjutnya.

G. Strategi terapi

Tujuan rehabilitasi stroke adalah untuk melatih penderita mengembangkan

strategi pergerakan yang bersifat fungsional, responsive terhadap perubahan

lingkungan dan mudah diadaptasikan pada aktivitas hidup sehari-hari. Penetapan

strategi terapi didasarkan pada :

Page 12: Rehabilitatif Pada Penyakit Stroke (Word 2003) (2)

1. Penggunaan pendekatan analitik untuk menganalisa strategi pergerakan,

respon posturan dan umpan balik yang dibutuhkan untuk timbulnya gerakan

yang diinginkan.

2. Menentukan komponen yang hilang dalam kontrol motorik gerakan normal.

3. Melakuakn latihan dengan memposisikan penderita sebagai aktive learner

(penderita berpartisipasi aktiv dalam pergerakan dengan mengembangkan

kemampuannya sendiri dalam mengontrol gerakan).

4. Lingkungan harus bersifat mendukung terjadinya kerjasama antara

penderita dan terapis serta dibentuk sedemikian rupa agar mendekati

lingkungan aktual sehingga dapat meningkatkan kemampuan, menstransfer

keterampilan motorik yang dipelajari kedalam situasi kehidupan nyata.

5. Latihan dilakukan dalam konteks aktivitas fungsional, karena selain

merupakan suatu gerakan yang bertujuan (meaning full goal- directed

action) juga memfasilitasi proses transfer motor learning kedalam aktivitas

hidup sehari-hari.

Page 13: Rehabilitatif Pada Penyakit Stroke (Word 2003) (2)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Rehabilitasi merupakan suatu pelayanan medik untuk mengembalikan kemampuan

pasien-pasien yang mengalami cacat akibat sakit atau cedera

Pada pasien stroke, keberhasilan rehabilitasi ditentukan oleh konsep motor learning

yang tepat , pemberian latihan yang sesuai dan penegakan tujuan terapi yang realistik.

Saran