34
LAPORAN REFRESHING RESUSITASI NEONATUS Disusun Oleh : Dina Marini 2011730023 Pembimbing : dr. Eni Rahmawati, Sp.A KEPANITERAAN KLINIK STASE PEDIATRI BLUD RUMAH SAKIT SEKARWANGI

Refreshing Resusitasi Neonatus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

saxas

Citation preview

Page 1: Refreshing Resusitasi Neonatus

LAPORAN REFRESHING

RESUSITASI NEONATUS

Disusun Oleh :

Dina Marini 2011730023

Pembimbing : dr. Eni Rahmawati, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK STASE PEDIATRI

BLUD RUMAH SAKIT SEKARWANGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2015

Page 2: Refreshing Resusitasi Neonatus

PENDAHULUAN

Pada masa transisi dari janin ke neonatus beberapa bayi membutuhkan intervensi dan

resusitasi. Kira-kira 10% bayi baru lahir memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan saat

lahir dan kurang lebih 1% memerlukan resusitasi yang ekstensif (lengkap) untuk

kelangsungan hidupnya. Sebaliknya sekitar 90% bayi baru lahir mengalami transisi dari

kehidupan intrauterine ke ekstrauterine tanpa masalah. Sedangkan menurut Wall, dkk., dari

sekitar 130-136 juta kelahiran di dunia, diperkirakan sekitar 5-10% kelahiran memerlukan

langkah awal dan bantuan ventilasi, dan sekitar 1% membutuhkan resusitasi lanjut berupa

intubasi, kompresi dada dan obat-obatan.

Menurut WHO asfiksia perinatal merupakan masalah yang menyebabkan tingginya

tingkat morbiditas dan mortalitas pada neonatus, diperkirakan insidensinya sekitar 4-9 juta

kasus dari 130 juta kelahiran. Satu juta diantaranya meningggal, satu juta lainnya mengalami

serebral palsi, epilepsy, retardasi mental dan defek sensoris.

Tujuan utama resusitasi pada neonatus adalah untuk mencegah terjadinya morbiditas

dan mortalitas yang berkaitan dengan hipoksia-iskemik kerusakan jaringan dan juga

mengupayakan respirasi dan cardiac output yang spontan dan adekuat. Pada refreshing ini

akan dibahas mengenai resusitasi neonatus.

DEFINISI

Resusitasi secara harfiah adalah pengembalian kembali ke kehidupan. Resusitasi

adalah memulihkan seseorang yang tampaknya mati pada kehidupan atau kesadaran, tindakan

ini meliputi pernapasan buatan dan masase jantung (Kamus Kedokteran Dorland). Resusitasi

neonatus adalah usaha untuk mengakhiri asfiksia dengan memberikan oksigenasi yang

adekuat. Sedangkan menurut Lee, dkk., resusitasi neonatus adalah serangkaian intervensi saat

kelahiran untuk mengadakan usaha nafas dan sirkulasi yang adekuat.

FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor ibu : terganggunya oksigenasi maternal (hipoksia) misalnya pada hipoventilasi karena

obat analgetik dan anastesi, atau aliran darah uterus yang menurun. Preeklamsia, eklamsia,

perdarahan antepartum, demam selama persalinan, infeksi berat, partus lama/macet, serotinus

Faktor plasenta : terganggunya fungsi plasenta seperti pada solutio atau perdarahan plasenta,

lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolapsus tali pusat

Page 3: Refreshing Resusitasi Neonatus

Faktor neonatus : pemakaian anastesi dan anagetika, kelainan kongenital misalnya pada

hernia diafragmatika, atresia saluran respiratori atau hipoplasia paru, prematur, persalinan

dengan

PERSIAPAN RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

- Persiapan keluarga

- Persiapan tempat

- Persiapan alat

- Persiapan diri kita sendiri

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK

Sebelum menolong persalinan, lakukan Informt concent, dijelaskan prosedur dan bicarakan

dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayi dan

persiapan persalinan.

- Siapa ayah/wali pasien, sebutkan bahwa anda petugas yang diberi wewenang untuk

menjelaskan tindakan pada bayi

- Jelaskan tentang diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi asfiksia neonatal

- Jelaskan bahwa tindakan klinik juga mengandung resiko

- Pastikan ayah/wali pasien memahami berbagai aspek tersebut di atas

- Buat persetujuan Tindakan Medik, simpan dalam catatan medik

PERSIAPAN ALAT

Alat pemanas yang siap pakai

Semua peralatan resusitasi dalam keadaan siap pakai

o Perlengkapan penghisap

- Balon penghisap (bulb syringe)

- Penghisap mekanik dan tabung

- Kateterpenghisap 5F, 6F, 8F, 10F, 12F, dan 14F

- Pipa lambung no 8F dan semprit 20 ml

- Penghisap mekonium

o Peralatan balon dan sungkup

Page 4: Refreshing Resusitasi Neonatus

- Balon resusitasi neonatus yang dapat memberikan oksigen 90% sampai 100%

- Sungkup ukuran bayi cukup bulan dan bayi kurang bulan (dianjurkan dengan

tepi bantalan)

- Sumber oksigen dengan pengatur aliran (ukuran sampai 10L/m) dan tabung

o Peralatan intubasi

- Laringoskopi dengan daun lurus

- Lampu cadangan dan baterai untuk laringoskopi

- Pipa endotrakeal no:2.5-, 3.0-, 3.5-, 4.0- mm diameter internal

- Stilet (pilihan)

- Gunting

- Plester atau alat fiksasi pipa endotrakeal

- Kapas alkohol

- Alat pendeteksi CO2 atau kapnograf

- Sungkup larings (pilihan)

o Obat-obatan

- Epinefrin 1:10.000 (0,1 mg/mL) – 3 mL atau ampul 10mL

- Kristaloid isotonik (NaCl 0.9% atau Ringer laktat) untuk penambah volume-

100 atau 250 mL

- Natrium bikarbonat 4,2% (5mEq/10mL) – ampul 10mL

- Nalokson hidroklorida 0,4 mg/mL – ampul 1 mL atau 1,0 mg/mL – ampul 2

mL

- Dextrose 10%, 250 mL

- Pipa orogastrik, 5F (pilihan)

- Kateter umbilikal

Sarung tangan steril

Scalpel/gunting

Larutan yodium

Plester umbilikal

Kateter umbilikal 3,5F, 5F

Three way stopcock

Semprit 1, 3, 5, 10, 20, 50 mL

Jarum ukuran 25, 21, 18 atau alat penusuk lain tanpa jarum

Page 5: Refreshing Resusitasi Neonatus

o Lain-lain

- Sarung tangan dan pelindung lain

- Alat pemancar panas dan sumber panas lainnya

- Alat resusitasi yang keras

- Jam (bila tersedia)

- Kain hangat

- Stetoskop (dianjurkan dengan ukuran untuk bayi baru lahir)

- Plester, ½ atau ¾ inci

- Monitor jantung dan oksimeter nadi dengan probe serta elektrodanya (bila

tersedia di kamar bersalin)

- Orofaringeal airways (0,00 dan ukuran 000 atau panjang 30- 40- dan 50mm)

o Untuk bayi sangat prematur (pilihan)

- Sumber udara bertekanan

- Blender oksigen untuk mencampur oksigen dan udara tekan

- Oksimeter nadi dan probe oksimeter

- Kantong plastik (1 galon) atau pembungkus plastik yang dapat ditutup

- Alat pemanas kimia

- Inkubator transport untuk mempertahankan suhu bayi saat dipindah ke ruang

perawatan

Paling sedikit satu tenaga siap di kamar bersalin yang terampil dalam melakukan

resusitasi bayi baru lahir dan dua tenaga lainnya untuk membantu dalam keadaan

resusitasi darurat.

PERSIAPAN DIRI PENOLONG

Pastikan penolong sudah menggunakan alat pelindung diri untuk melindungi dari

kemungkinan infeksi:

Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastik, masker, penutup

kepala, kaca mata, sepatu tertutup).

Melepaskan perhiasan, cincin, jam tangan sebelum cuci tangan.

Page 6: Refreshing Resusitasi Neonatus

Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alkohol dan

gliserin.

Mengeringkan dengan kain/ tissue bersih.

Menggunakan sarung tangan.

PENILAIAN AWAL

Memulai penilaian awal untuk melakukan resusitasi sesuai algoritma resusitasi bayi baru

lahir

ALGORITMA RESUSITASI NEONATUS BERDASARKAN IDAI 2013

Bernapas atau menangis?

Tonus baik?

Perawatan rutin :

Pastikan bayi tetap hangat

Keringkan bayi

Lanjutkan observasi pernapasan, laju denyut jantung, dan tonus.

Langkah awal (nyalakan pencatat waktu)

Pastikan bayi tetap hangat

Atur posisi dan bersihkan jalan nafas

Keringkan dan stimulasi

Posisikan kembali

Keterangan :

Pada bayi dengan berat ≤ 1500 gram, bayi langsung dibungkus plastic bening tanpa dikeringkan terlebih dahulu kecuali wajahnya, kemudian dipasangkan topi. Bayi tetap dapat distimulasi walaupun dibungkus plastic.

Ya

tidak

Page 7: Refreshing Resusitasi Neonatus

Observasi napas, laju denyut jantung (LDJ) dan tonus otot

Tidak bernapas/megap-megap, dan Atau LDJ <

100x/menit

Bernapas spontan

Bila LDJ tetap

< 100x/menit Keterangan :

Apabila LDJ > 100x/menit dan target saturasi oksigen tercapai :

1. Tanpa alat lanjutkan ke perawatan observasi

2. Dengan alat Lanjutkan ke perawatan paska-resusitasi

Pertimbangkan suplementasi oksigen

Pemantauan SpO2

Continuous positive airway pressure

(CPAP)

PEEP 5-8 cmH2O

Pemantauan SpO2

Ventilasi Tekanan Positif (VTP)

Pemantauan SpO2

Sianosis sentral persisten tanpa distress napas

Distres napas (takipnu, retraksi,

atau merintih)

Dada mengembang adekuat namun LDJ <

60x/menit

VTP (O2 100%) + kompresi dada (3 kompresi tiap 1

napas)

Pertimbangakn intubasi

Observasi LDJ dan usaha napas tiap 30 detik

Gagal CPAP

PEEP 8cmH2O

FiO2 > 40%

Dengan distress napas

Bila dada tidak mengembang adekuat Evaluasi :

Posisi kepala bayi Obstruksi jalan

napas Kebocoran

sungkup Tekanan puncak

inspirasi cukup atau tidak

Pengembangan dada adekuat?

Waktu dari lahir

Target SpO2

1 menit 60-70%2 menit 65-85%3 menit 70-90%4 menit 75-90%5 menit 80-90%10 menit 85-90%

Page 8: Refreshing Resusitasi Neonatus

Rekomendasi resusitasi bayi baru lahir menurut consensus ILCOR 2010 yaitu:

Tindakan resusitasi selanjutnya setelah langkah awal ditentukan oleh penilaian

simultan dua tanda vital, yaitu frekuensi denyut jantung dan pernafasan. Oksimetri

digunakan untk menilai oksigenasi karena penilaian warna kulit tidak dapat

diandalkan.

Resusitasi bayi cukup bulan lebih baik diawali dengan oksigen ruangan (FiO2 21%)

dibandingkan oksigen 100%

Oksigen tambahan diberikan dengan mencampur oksigen dan udara (blended oxygen),

konsentrasi oksigen diatur dengan panduan oksimetri.

Bukti yang ada tidak cukup mendukung atau menolak dilakukannya penghisapan

trakea secara rutin pada bayi dengan air ketuban bercampur mekonium, bahkan pada

bayi dalam keadaan tidak bugar/depresi.

Rasio kompresi dada dan ventilasi 3:1. Jika diketahui henti jantung adalah akibat

kelainan jantung, rasio lebih besar dapat dipertimbangkan.

Terapi hipotermia dipertimbangkan untuk bayi yang lahir cukup bulan atau mendekati

cukup bulan dengan ensefalopati hipoksi iskemik sedang dan berat, menggunakan

protokol dan tindak lanjut sesuai panduan.

Penghentian resusitasi dipertimbangkan jika tidak terdeteksi detak jantung selama 10

menit. Berbagai faktor berperan dalam keputusan melanjutkan resusitasi setelah 10

menit.

Penjepitan tali pusat harus di tunda sedikitnya 1 menit unutk bayi yang tidak

membutuhkan resusitasi. Bukti tidak cukup untuk merekomendasikan lama waktu

penjepitan tali pusat pada bayi yang memerlukan resusitasi.

Rekomendasi AHA (2010) menyatakan bahwa kita dapat melakukan penilaian cepat pada

bayi baru lahir, yaitu memutuskan seorang bayi memerlukan resusitasi atau tidak berdasarkan

tiga karakteristik berikut:

1. Cukup bulan?

2. Menangis atau bernafas?

Page 9: Refreshing Resusitasi Neonatus

3. Tonus otot baik?

Jika jawaban untuk semua pertanyaan tersebut adalah ya, maka bayi memerlukan perawatan

rutin, tidak memerlukan resusitasi dan tidak boleh dipisahkan dari ibunya. Bayi diberikan

kehangatan, diposisikan kontak kulit dengan kulit pada ibu, dan diselimuti dengan linen

kering untuk mempertahankan temperature. Selanjutnya tenaga kesehatan tetap melanjutan

pemantauan tanda-tanda bahaya bayi baru lahir.

Jika ada jawaban tidak dari semua pertanyaan itu, maka langkah yang harus dikerjakan

brikutnya secara umum serupa dengan rekomendasi oleh ILCOR, AHA dan AAP, yaitu

dilakukan satu atau lebih tindakan secara berurutan di bawah ini:

A. Langkah awal resusitasi: memberikan kehangatan, membersihkan jalan nafas jika

diperlukan, mengeringkan dan memberikan stimulasi.

B. Ventilasi

C. Kompresi dada

D. Pemberian epinefrin dan atau cairan penambah volume

Waktu 60 detik (the golden minute) diberikan untuk melengkapi langkah awal, menilai

kembali, dan memulai ventilasi.

Keputusan petugas resusitasi untuk melanjutkan dari satu langkah ke langkah lainnya adalah

berdasarkan evaluasi tanda vital, yaitu denyut jantung dan pernafasan. Petugas resusitasi

maju kelangkah berikutnya jika langkah sebelumnya sudah dikerjakan dengan baik. Berikut

adalah penjelasan untuk tiap-tiap langkah tersebut diatas:

A. Langkah awal

Langkah awal untuk memulai resusitasi meliputi mengurangi pengeluaran panas,

memposisikan kepala pada sniffing position untuk membuka jalan nafas, membersihkan jalan

nafas, mengeringkan dan memberikan rangsangan, dan memposisikan kembali.

1. Menghangatkan

Termoregulasi merupakan aspek penting dari langkah awal resusitasi. Hal ini dapat dilakukan

dengan meletakkan neonatus di bawah radiant warmer. Sebaiknya bayi yang diletakkan di

Page 10: Refreshing Resusitasi Neonatus

bawah radiant warmer dibiarkan tidak berpakaian agar dapat diobservasi dengan baik serta

mencegah terjadinya hipotermi. Bayi yang dengan berat kurang dari 1500 gram, mempunyai

risiko tinggi terjadinya hipotermi. Untuk itu, sebaiknya bayi tersebut dibungkus dengan

plastik, selain diletakkan di bawah radiant warmer. Tujuan dari resusitasi neonatus yaitu

untuk mencapai normotermi dengan cara memantau suhu, sehingga tidak terjadi hipertermi

iatrogenik.

2. Memposisikan Kepala dan Membersihkan Jalan Nafas

Setelah diletakkan di bawah radiant warmer, bayi sebaiknya diposisikan terlentang dengan

sedikit ekstensi pada leher pada posisi sniffing position. Kemudian jalan nafas harus

dibersihkan. Jika tidak ada mekonium, jalan nafas dapat dibersihkan dengan hanya menyeka

hidung dan mulut dengan handuk, atau dapat dilakukan suction dengan menggunakan bulb

syringe atau suction catheter jika diperlukan. Sebaiknya dilakukan suction terhadap mulut

lebih dahulu sebelum suction pada hidung, untuk memastikan tidak terdapat sesuatu di dalam

rongga mulut yang dapat menyebabkan aspirasi. Selain itu, perlu dihindari tindakan suction

yang terlalu kuat dan dalam karena dapat menyebabkan terjadinya refleks vagal yang

menyebabkan bradikardi dan apneu.

sniffing position

Jika terdapat mekonium tetapi bayinya bugar, yang ditandai dengan laju nadi lebih

dari 100 kali per menit, usaha nafas dan tonus otot yang baik, lakukan suction pada mulut

dan hidung dengan bulb syringe ( balon penghisap ) atau kateter penghisap besar jika

diperlukan.

Page 11: Refreshing Resusitasi Neonatus

Pneumonia aspirasi yang berat merupakan hasil dari aspirasi mekonium saat proses

persalinan atau saat dilakukan resusitasi. Oleh karena itu, jika bayi menunjukan usaha nafas

yang buruk, tonus otot yang melemah, dan laju nadi kurang dari 100 kali per menit, perlu

dilakukan suction langsung pada trachea dan harus dilakukan secepatnya setelah lahir. Hal ini

dapat dilakukan dengan laringoskopi langsung dan memasukan kateter penghisap ukuran 12

French (F) atau 14 F untuk membersihkan mulut dan faring posterior, dilanjutkan dengan

memasukkan endotracheal tube, kemudian dilakukan suction. Langkah ini diulangi hingga

keberadaan mekonium sangat minimal.

sumber:

Page 12: Refreshing Resusitasi Neonatus

3. Mengeringkan dan Memberi Rangsangan serta Memposisikan Kembali

Pada bayi dengan berat badan kurang dari 1500 gram, bayi langsung dibungkus plastik

bening tanpa dikeringkan terlebih dahulu kecuali wajahnya, kemudian dipasang topi. Bayi

tetap distimulasi walaupun dibungkus plastik. Ketika jalan nafas sudah dibersihkan, bayi

dikeringkan untuk mencegah terjadinya kehilangan panas, kemudian diposisikan kembali.

Jika usaha nafas bayi masih belum baik, dapat diberikan rangsang taktil dengan memberikan

tepukan secara lembut atau menyentil telapak kaki, atau dapat juga dilakukan dengan

menggosok-gosok tubuh dan ekstremitas bayi.

Penelitian laboratotium menunjukkan bahwa pernapasan adalah tanda vital pertama yang

berhenti ketika bayi baru lahir kekurangan oksigen. Setelah periode awal pernapasan yang

cepat maka peride selanjutnya disebut apnu primer. Rangsangan seperti mengeringkan atau

menepuk telapak kaki akan menimbulkan pernapasan.

Walaupun demikian bila kekurangan oksigen terus berlangsung, bayi akan melakukan

beberapa usaha bernapas megap – megap dan kemudian masuk ke dalam periode apneu

sekunder. Selama masa apneu sekunder, rangsangan saja tidak akan menimbulkan kembali

usaha pernapasan bayi baru lahir. Bantuan pernapasan dengan ventilasi tekanan positif harus

diberikan untuk mengatasi masalah akibat kekurangan oksigen. Frekuensi jantung akan mulai

menurun pada saat bayi mengalami apnu primer , tekanan darah akan tetap bertahan sampai

dimulainya apnu sekunder.

Page 13: Refreshing Resusitasi Neonatus

4. Evaluasi Pernafasan, Laju Denyut Jantung, dan Tonus Otot

Langkah terakhir dari langkah awal resusitasi yaitu evaluasi pernafasan, laju nadi dan warna

kulit. Pergerakan dada harus baik dan tidak ada megap megap (gasping ). Gasping

menunjukkan adanya usaha nafas yang tidak efektif dan memerlukan ventilasi tekanan

positif. Selain itu, laju nadi harus lebih dari 100 kali per menit, yang diukur dengan cara

melakukan palpasi tekanan nadi di daerah dasar umbilikus, atau dengan auskultasi dinding

dada sebelah kiri. Jika laju nadi kurang dari 100 kali per menit, segera lakukan ventilasi

tekanan positif.

B. Penilaian warna kulit dapat dilakukan dengan memperhatikan bibir dan batang tubuh

bayi untuk menilai ada tidaknya sianosis sentral. Sianosis sentral menandakan

terjadinya hipoksemia, sehingga perlu diberikan oksigen tambahan. Jika masih terjadi

sianosis setelah diberikan oksigen tambahan, ventilasi tekanan positif perlu dilakukan,

bahkan dengan laju nadi lebih dari 100 kali per menit. Jika sianosis sentral masih

Page 14: Refreshing Resusitasi Neonatus

terjadi dengan ventilasi tekanan positif yang adekuat, perlu dipikirkan adanya

penyakit jantung bawaan atau adanya hipertensi pulmoner yang persisten

PENILAIAN DAN PENATALAKSANAAN JALAN NAFAS 2

Penilaian Jalan Nafas

Seperti yang sudah disebutkan, penilaian dan penatalaksanaan dari jalan nafas dapat

dilakukan dengan cara pembersihan jalan nafas, memposisikan bayi pada sniffing position

untuk membuka jalan nafas. Selain itu, dapat pula dilakukan evaluasi terhadap laju nadi dan

tonus bayi. Evaluasi ini harus dilakukan dengan baik karena bila ada salah satu tanda vital

yang abnormal, akan segera membaik jika diberikan ventilasi. Jadi, di dalam resusitasi

neonatus, pemberian ventilasi yang adekuat merupakan langkah yang paling penting dan

paling efektif.

Pemberian Oksigen

Pemberian oksigen diperlukan apabila neonatus dapat bernafas, laju nadi lebih dari 100 kali

per menit, tetapi masih terjadi sianosis sentral. Oksigen aliran bebas oksigen diberikan

dengan cara dialirkan ke hidung bayi secara pasif, dapat diberikan menggunakan sungkup, T-

piece resuscitator, atau selang oksigen (oxygen tubing) sesuai dengan cara yang diperlukan.

Untuk memastikan neonatus mendapatkan oksigen dengan konsetrasi tinggi, sungkup harus

diletakkan menempel pada wajah, agar menciptakan tekanan yang setara dengan Continuous

Positive Airway Pressure (CPAP) atau Positive End Expiratory Pressure (PEEP). Jika

menggunakan selang oksigen, posisi tangan harus dibentuk seperti mangkok di ujung selang

dan diletakkan di depan wajah bayi. Oksigen tidak boleh diberikan lebih dari 10 liter per

menit (LPM) untuk waktu yang lama. Oksigen cukup diberikan dengan aliran 5 LPM dalam

resusitasi.

Standar oksigen yang digunakan dalam resusitasi neonatus yaitu oksigen 100%. Terdapat

penelitian yang meneliti penggunaan udara ruangan (oksigen 21%) dan oksigen 100% untuk

resusitasi neonatus. Disebutkan bahwa penggunaan oksigen 100% dapat merugikan selama

masa post asfiksia, hal ini berdasarkan teori :

a. Pada observasi in vitro , produksi oksigen radikal saat reoksigenasi hipoksia

bergantung pada konsentrasi oksigen

Page 15: Refreshing Resusitasi Neonatus

b. peningkatan konsentrasi hipoxantine di plasma selama hipoksia mencapai

level lebih tinggi pada saat resusitasi. Karena hipoxantine terakumulasi pada

neonatus yang asfiksia , maka dapat kita artikan bahwa limitasi oksigen pada

masa post asfiksi secara potensial dapat mengurangi luka akibat akumulasi

dari oksigen radikal.

c. Selain itu hiperoksia memperlambat aliran darah pada bayi aterm maupun

preterm dan pemberian oksigen 100% saat persalinan dapat menyebabkan

penurunan aliran darah jangka panjang pada bayi preterm. Pada penelitian

tersebut didapatkan bahwa mortalitas neonatus lebih rendah pada penggunaan

oksigen 21% daripada oksigen 100% ( 5,8 % dan 9,5% ) dan pada neonatus

preterm juga berlaku hal yang sama yaitu mortalitas pada penggunaan oksigen

21% lebih rendah daripada oksigen 100% ( 21 % dan 35 % ). Hal ini

menunjukkan resusitasi menggunakan oksigen 21% ( udara ruangan)

tampaknya potensial sebagai strategi untuk menurunkan mortalitas neonatus

bahkan pada neonatus preterm. Ini dapat berimplikasi terhadap aturan di

negara berkembang yang masih mencari cara lebih murah namun dapat

menurunkan angka kematian pada neonatus maupun bayi.

Penggunaan oksigen memiliki efek samping seperti dapat merusak paru-paru dan jaringan,

terutama pada bayi prematur. Hal ini menyebabkan direkomendasikannya penggunaan

oksigen dengan konsentrasi kurang dari 100%, yang dapat diperoleh dengan menggunakan

oxygen blender yang dapat mencampur oksigen dan udara untuk menghasilkan konsentrasi

udara yang diinginkan. Pada bayi yang menderita penyakit jantung bawaan, penggunaan

oksigen 100% dapat mengganggu perfusi jaringan. Secara umum, saturasi oksigen harus

dijaga antara 85-95%, dimana 70-80% didapatkan pada menit awal kehidupan. 7,10

Pemberian oksigen tambahan juga diberikan pada bayi yang memerlukan ventilasi tekanan

positif. Indikasi dari ventilasi tekanan positif dengan oksigen tambahan antara lain:

1. Bayi yang apnea

2. Laju nadi kurang dari 100 kali per menit setelah 30 detik

3. Terjadi sianosis sentral setelah diberikan oksigen tambahan

Page 16: Refreshing Resusitasi Neonatus

C. Ventilasi tekanan positif

Bantuan pernafasan dilakukan jika bayi mengalami apnue atau gasping, dan atau

denyut jantung <100 denyut permenit, dan atau saturasi oksigen tetap berada dibawah

nilai target walaupun telah diberikan oksigen aliran bebas hingga 100%. Keberhasilan

ventilasi ditandai pengembangan dada, peningkatan denyut jantung dan saturasi

oksigen.

Ventilasi Tekanan Positif pada Bayi Aterm

Beberapa penelitian menunjukkan pada bayi yang mengalami apnea atau

gasping (megap megap), pemberian ventilasi tekanan positif dengan kecepatan 40-60

kali per menit dengan oksigen 100% merupakan cara yang efektif untuk memcapai

laju nadi lebih dari 100 kali per menit. Tekanan yang diperlukan untuk dapat

melakukan ventilasi tekanan positif pada bayi aterm dan preterm dengan efektif yaitu

antara 30-40 cm H2O, walaupun dengan tekanan 20 cm H2O sudah cukup efektif.

Tanda dari ventilasi yang adekuat yaitu adanya peningkatan dari laju nadi. Apabila

tidak terjadi peningkatan laju nadi, reposisi ulang kepala dan sungkup, serta bersihkan

kembali jalan nafas atau lakukan suction lagi. Bila masih gagal dengan ventilasi yang

non-invasif, perlu dilakukan intubasi.

Ventilasi Tekanan Positif pada Bayi Preterm

Paru-paru pada bayi preterm lebih mudah terluka oleh volume inflasi yang

besar, sehingga lebih sulit untuk dilakukan ventilasi. Tekanan sebesar 20-25 cm H2O

Page 17: Refreshing Resusitasi Neonatus

sudah cukup adekuat dalam ventilasi pada bayi preterm. Pada bayi yang menunjukkan

tanda-tanda pernapasan yang buruk dan/atau sianosis dapat digunakan Continuous

Positive Airway Pressure (CPAP) sekitar 4-6 cm H2O. Sama seperti bayi aterm, jika

masih gagal, perlu dilakukan intubasi.

Alat-alat Ventilasi

Ventilasi pada neonatus dapat menggunakan beberapa macam alat seperti:

1. Self-inflating bags

2. Flow-inflating bag

3. T-piece resuscitator

4. Laryngeal mask airways

5. Endotracheal tube

Self-inflating bags merupakan alat yang paling banyak dipakai dalam ventilasi

manual. Alat ini memiliki katup pengaman yang menjaga tekanan inflasi sebesar 35

cm H2O. Namun katup pengaman ini kurang efektif bila digunakan terlalu kuat.

Positive End-Expiratory Pressure (PEEP) dapat diberikan apabila katup PEEP

disambungkan. Tetapi self-inflating bags tidak dapat menggunakan CPAP. Selain itu,

self-inflating bags tidak dapat digunakan untuk mengalirkan oksigen aliran bebas

(free-flow oxygen).

Flow-inflating bags atau balon tidak mengembang sendiri dapat mengembang apabila

ada sumber gas. Alat ini tidak memiliki katup pengaman, namun dengan alat ini dapat

dilakukan PEEP atau CPAP karena adanya katup yang dapat mengatur aliran udara.

Selain itu, dengan alat ini dapat dialirkan oksigen aliran bebas dan lebih baik dalam

resusitasi neonatus.

T-piece resuscitator merupakan alat yang dapat mengatur aliran udara serta juga

dapat membatasi tekanan yang diberikan. Tekanan inflasi yang diinginkan dan waktu

inspirasi lebih stabil dengan alat ini dibandingkan dengan self-inflating bags dan flow-

Page 18: Refreshing Resusitasi Neonatus

inflating bags. Selain itu, dengan alat ini dapat dilakukan PEEP dan dapat

mengalirkan oksigen aliran bebas.

Laryngeal mask airway (LMA) merupakan alat yang dapat digunakan apabila

penggunaan sungkup sudah tidak efektif. Ukuran yang biasa digunakan yaitu 1.

Indikasi penggunaan endotracheal tube antara lain:

1. Penghisapan mekonium dari trakea

2. Saat ventilasi menggunakan sungkup sudah tidak efektif

3. Koordinasi dengan kompresi dada

4. Penggunaan Epinefrin

5. Keadaan resusitasi khusus (seperti hernia diafragma kongenital)

Untuk mengurangi terjadinya hipoksia saat melakukan intubasi, sebaiknya dilakukan

pre-oksigenasi, dengan cara memberikan oksigen aliran bebas selama 20 detik.

Biasanya digunakan blade yang lurus pada tindakan ini.

Posisi dari endotracheal tube yang benar dapat ditandai dengan peningkatan laju nadi,

adanya pengeluaran CO2, terdengarnya suara nafas, pergerakan dinding dada, adanya

embun pada selang, dan tidak ada distensi abdomen saat ventilasi. Apabila tidak ada

peningkatan dari laju nadi dan tidak ada pengeluaran CO2, posisi dari endotracheal

tube harus diperiksa dengan laringoskop.

Page 19: Refreshing Resusitasi Neonatus

Ukuran ET Berat

(gram)

Usia gestasi

(minggu)

2,5 <1000 <28

3,0 1000-2000 28-34

3,5 2000-3000 34-38

3,5-4,0 >3000 > 38

Kompresi Dada

Indikasi kompresi dada adalah jika frekuensi denyut jantung <60 denyut permenit setelah

ventilasi dilakukan efektif selama 30 detik. Dengan rasio kompresi : ventilasi = 3:1.

Pernafasan, frekuensi denyut jantung dan oksigenasi harus dinilai secara periodic. Kompresi

dan ventilasi tetap dilakukan sampai frekuensi denyut jantung ≥60 denyut per menit.

Kompresi dada harus dilakukan apabila laju nadi kurang dari 60 kali per menit

walaupun sudah dilakukan ventilasi secara adekuat dengan pemberian oksigen tambahan

selama 30 detik. Kompresi dada harus dilukan dengan kecepatan 90 kali per menit dengan

perbandingan kompresi dengan ventilasi 3:1 (90:30). Kompresi dilakukan di bawah sela iga

ketiga dengan kedalaman sepertiga dari diameter anterior dan posterior. Ada 2 cara yang

dapat digunakan, yaitu dengan metode 2 jari (2 finger method) dan metode ibu jari ( thumb

method).

Metode ibu jari lebih direkomendasikan karena tidak cepat lelah dan dapat mengatur

kedalaman tekanan dengan baik. Selain itu, menurut beberapa penelitian, metode tangan

melingkari dada menghasilkan tekanan sistolik, diastolik, mean arterial pressure, dan perfusi

jaringan yang lebih baik daripada metode 2 jari. Metode 2 jari digunakan apabila dibutuhkan

akses ke umbilikus untuk memasang umbilical catheter.

Setelah dilakukan kompresi dada selama 30 detik, lakukan penilaian kembali terhadap

laju nadi, laju pernafasan, dan warna kulit. Kompresi dada harus dilakukan sampai laju nadi

lebih dari atau sama dengan 60 kali per menit secara spontan.

Page 20: Refreshing Resusitasi Neonatus

D. Medikamentosa

Obat-obatan jarang digunakan pada resusitasi bayi baru lahir. Namun jika frekuensi

denyut jantung <60 denyut permenit walaupun telah diberikan ventilasi yang adekuat

dengan oksigen dan kompresi dada, pemberian epinefrin, cairan penambah volume

darah atau keduanya dapat dilakukan. Epinefrin 1:10.000 direkomendasikan untuk

diberikan secara IV dengan dosis 0,1-0,3 mL/kg. Dosis endotrakeal 0,5-1 mL/kg

dapat dipertimbangkan sambil menunggu akses vena diperoleh, tetapi efektifitas cara

ini belum dievaluasi. Pemberian cairan penambah volume darah dipertimbangkan jika

diketahui atau diduga terjadi kehilangan darah dan frekuensi denyut jantung bayi

tidak menunjukan respons adekuat terhadap upaya resusitasi lain. Kristaloid isotonic

atau darah dapat diberikan di ruang bersalin dengan dosis 10 mL/kg selama 5-10

menit dan dapat diulang.

Page 21: Refreshing Resusitasi Neonatus

PENGEHENTIAN RESUSITASI

BERHASIL

- Bayi menangis

- Bayi bugar

- Tidak ada retraksi

KURANG BERHASIL

- Masuk ke NICU di intubasi (retraksi)

TIDAK BERHASIL

- Meninggal

Di dalam persalinan, ada kondisi dimana tidak dilakukan resusitasi, antara lain bayi

dengan masa gestasi kurang dari 23 minggu, bayi dengan berat lahir kurang dari 400 gram,

anencephaly, dan bayi yang dipastikan menderita trisomi 13 dan 18. Sedangkan penghentian

resusitasi dapat dilakukan apabila tidak terjadi sirkulasi spontan dalam waktu 15 menit.

Pada bayi dengan kehamilan 25-28 minggu (berisiko Respiratory Distress Syndrome),

sustained lung inflation (SLI) dengan tekanan 25 cm H2O selama 15 detik diikuti nCPAP

yang dilakukan di ruang bersalin menurunkan kebutuhan ventilasi mekanik dalam 72 jam

pertma kehidupan bayi baru lahir dibandingkan dengan nCPAP saja tetapi tidak menurunkan

kebutuhan dan mendukung pernafasan dan kejadian dysplasia Bronkopulmonal.

Bayi yang membutuhkan resusitasi saat lahir memiliki risiko unutk mengalami perburukan

kembali walaupun telah teracapai tanda vital yang normal. Ketika ventilasi dan sirkulasi yang

adekuat telah tercapai, bayi harus dipantau atau ditransfer ke tempat yang dapat dilakukan

monitoring penuh dan dapat dilakukan tindakan antisipasi, untuk mendapatkan pencegahan

hipotermia, monitoring yang ketat, serta pemeliharaan fungsi sistemik dan serebral. Selama

transportasi, bayi yang baru lahir yang sakit kritis tersebut sangat rentan terkna rangsang yang

berbahaya, seperti suara, goncangan, dan ketidak stabilan neonates yang sedang berusaha

mempertahankan homeostatis tubuhnya.

Page 22: Refreshing Resusitasi Neonatus

Stabilisasi adalah mengidentifikasi faktor-faktor neonates pascaresusitasi yang apabila tidak

dikoreksi akan memperburuk keadaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilisasi tersebut

diantaranya:

Pemeliharaan ventilasi dan oksigen

Koreksi gangguan asam basa

Menangani kebocoran udara di paru

Pemantauan kardiovaskuler

Pemantauan suhu

Pemantauan metabolik

Pemeriksaan dan koreksi yang tepat faktor-faktor yang mempengaruhi stabilisasi tersebut

akan mengurangi masalah yang lebih serius selama proses transportasi.

Penanganan pasca resusitasi bayi baru lahir diantaranya adalah menggunakan STABEL

program.

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. 16 Mei 2014. No:005/Rek/PP IDAI/V/2014

Resusitasi dan stabilisasi neonatus

Tujuan:

Membuat bayi baru lahir stabil dalam waktu selambat-lambatnya 1 jam sesudah lahir:

Menjamin suhu neonatus dalam keadaan normal. Suhu normal bayi baru lahir adalah

rentang 36,5-37,5o C yang diukur diaksila selama 3-5 menit atau samapi thermometer

berbunyi jika menggunakan thermometer digital.

Menjaga patensi airway (jalan nafas) yang baik dengan mneggunakan CPAP untuk

bayi yang retraksi atau merintih sejak di kamar bersalin. Oksigen tambahan diberikan

dengan mencampur oksigen dan udara (blended oksigen) dan mengatur konsentrasi

oksigen berdasarkan panduan oksimetri dengan target saturasi oksigen 88-92%

Penilaian sirkulasi bayi baru lahir yang baik dapat dilihat dari beberapa parameter

yaitu 1) heart rate antara 120-160 x/menit, 2) pulsasi arteri radialis kuat dan teratur, 3)

akral hangat, 4) capillary refill time <3detik

Page 23: Refreshing Resusitasi Neonatus

Bila bayi tidak dapat minum, dapat dipasang akses melalui vena perifer atau dalam

keadaan darurat dapat menggunakan tali pusat.

Identifikasi bayi yang potensial mengalami hipoglikemia, seperti bayi kurang bulan

(usia gestasi <37 minggu), kecil masa kehamilan (KMK), besar masa kehamilan

(BMK), bayi dari ibu penderita diabetes melitus, bayi sakit, dan bayi dari ibu yang

mengonsumsi obat-obatan tertentu (beta-simpatomimetik, penghambat beta,

klorpropamid, benzotiazid, dan anti-depresan trisiklik) selama kehamilan. Apabila

pada pemeriksaan ditemukan kadar gula darah < 47 mg/dL dapat diberikan bolus

dextrosa 10% 2 mL/kgbb atau segera diberi minum jika tidak ada kontraindikasi

pemberian minum.

Bayi harus dirujuk dalam keadaan stabil dan kondisi tersebut dapat dicapai dengan

menerapkan program STABLE. Program STABLE adalah panduan yang dibuat untuk

tata laksana bayi baru lahir yang sakit, mulai dari pasca-resusitasi/pra-transportasi.

Program ini berisi standar tahapan stabilisasi pasca-resusitasi untuk memerbaiki

kestabilan, keamanan, dan luaran bayi. STABLE tersebut merupakan singkatan dari

S: Sugar and safe care (kadar gula darah dan keselamatan bayi),

T: Temperature (suhu), A: Airway (jalan napas), B: Blood pressure (tekanan darah),

L: Lab work (pemeriksaan laboratorium), E: Emotional support (dukungan

emosional). Program STABLE mengupayakan kondisi bayi menjadi “warm, pink, and

sweet” secepatnya dalam kurun waktu 1 jam.

Pada kondisi lingkungan (cuaca dingin, angin kencang, dataran tinggi, jarak jauh) dan

fasilitas kurang memadai, upaya mengendalikan suhu neonatus selama proses

transportasi dapat dilakukan dengan perawatan metode kanguru.

PERAWATAN PASCA RESUSITASI

- Jagalah bayi supaya tetap kering di ruangan yang hangat, hindarkan aliran udara

selimuti dengan baik

- Bayi tetap bersama ibunya (rawat gabung)

- Inisiasi menyusu dalam jam pertama kehidupan

- Jika mampu mengisap, biarkan bayi minum ASI sesuai permintaan\jaga tali pusat

tetap bersih dan kering

JIKA BELUM DILAKUKAN

Page 24: Refreshing Resusitasi Neonatus

- Beri tetrasiklin salep mata pada kedua mata satu kali

- Beri vitamin K1 ( fitomenadion ) 1 mg intramuskular (IM) di paha kiri

- Beri vaksin hepatitis B 0,5 ml IM di paha kanan sekurangnya 2 jam sesudah

pemberian vitamin K1

ASUHAN PASCA RESUSITASI

1. Konseling

2. Perawatan payudara

3. Pencatatan dan pelaporan

Bayi yang dirujuk :

- Stabilisasi pra rujukan

- Oksigenasi

- Pantau suhu tubuh – gunakan radiant warmer

- Gula darah, infus bayi 8 tetes mikrodrip

Page 25: Refreshing Resusitasi Neonatus

Daftar Pustaka

1. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. 16 Mei 2014. No:005/Rek/PP

IDAI/V/2014

2. Anne CC Lee, at al : Neonatal Resuscitation and Immediate New Born

Assessment and Stimulation for The New Prevention of Neonatal Death. BMC

Public Health 2011.

3. Kattwinkle John, et al : Part 15 : Neonatal Resuscitation : 2010 American Heart

Association Guidline for Cardiopulmonary Resuscitation and emergency

Cardiovascular Care. AHA Journal; 2010. Available at :

http://circ.ahajournals.org/content/122/18_suppl_3/S909