Refreshing Persalinan DenganTindakan Farih N. Mubarok

Embed Size (px)

Citation preview

Persalinan DenganTindakan Persalinan dengan tindakan adalah persalinan yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu baik forsep atau vakum maupun tindakan pembedahan (seksio sesar). Dilakukan ketika persalinan normal tidak mungkin dilakukan dengan berbagai sebab dan indikasi, baik indikasi yang dapat membahayakan ibu maupun yang dapat membahayakan janin.

Persalinan Forsep Persalinan forsep adalah persalinan buatan yang dilakukan dengan alat bantu yaitu forsep yang dipasang di kepala janin,forsep adalah alat yang berbentuk sepasang sendok yang bersilangan, setiap sendok memiliki empat komponen yaitu : daun (blade), leher (shank), kunci (lock), dan tangkai (handle). Masing-masing sendok memiliki dua lengkung, sefal dan pelvis. Kurva sefalik memiliki bentuk sesuai dengan kepala janin, dan kurva pelvis dengan bentuk jalan lahir.

1

Klasifikasi Persalinan Forsep Klasifikasi persalinan dengan ekstraksi cunam EC dan ekstraksi vakum EV berdasarkan Americian College Of Obstetricians and Gynecologists dan American Academy of Pediatrics 2002 : Klasifikasi Persalinan Ekstraksi Cunam dan Ekstraksi Vakum berdasarkan desensus dan putar paksi dalam.

PROSEDUR

KRITERIA

Ekstraksi Cunam OUTLET

Kulit kepala terlihat pada introitus tanpa melakukan tindakan memisahkan labia Tengkorak kepala sudah mencapai dasar panggul Sutura sagitalis berada pada diameter anteroposterior ; oksiput berada di kanan atau kiri depan atau di posterior Kepala janin berada pada perineum Putar paksi dalam tidak lebih dari 450 Bagian terendah kepala berada pada station +2 dan tidak didasar panggul Putar paksi dalam 450 (oksiput kiri atau kanan depan menjadi oksiput anterior ; oksiput kiri atau kanan belakang menjadi oksiput posterior) Putar paksi dalam > 450

Ekstraksi Cunam LOW

Ekstraksi Cunam mid pelvic Ekstraksi Cunam HIGH

Stasion diatas + 2cm ; tetapi kepala sudah engage Sudah tidak digunakan

2

Indikasi Persalinan Forsep Terminasi persalinan oleh forsep asalkan dapat dilakukan dengan aman, diindasikan pada semua keadaan yang mengancam ibu atau janin yang besar kemungkinannya teratasi dengan lahirnya janin. Indikasi ibu antara lain adalah penyakit jantung, cedera atau gangguan paru,infeksi intrauterin, kelelahan, pre eklamsi, eklamsi atau persalinan kala dua lama. Indikasi janin untuk persalinan per vaginam operatif dengan forsep antara lain adalah gawat janin, prolaps tali pusat, pemisahan prematur plasenta.

Kontra Indikasi PersalinanTerdapat kontra-indikasi berlangsungnya persalinan pervaginam, pasien menolak tindakan ekstraksi cunam obstetrik. dilatasi servik belum lengkap, presentasi dan posisi kepala janin tidak dapat ditentukan dengan jelas. kegagalan ekstraksi vakum, fasilitas pemberian analgesia yang memadai tidak ada, fasilitas peralatan dan tenaga pendukung yang tidak memadai, operator tidak kompeten. Syarat Tindakan persalinan Forsep Pasien dan keluarga sudah faham dan menyetujui tindakan ini serta bersedia menandatangani "informed consent" , Tidak terdapat CPD-cephalo pelvic disproporsion sehingga janin diperkirakan dapat lahir pervaginam, presentasi belakang kepala , letak muka dengan dagu didepan atau after coming head pada persalinan sungsang pervaginam, posisi kepala janin dalam jalan lahir dapat diketahui secara pasti oleh operator, dilatasi servik sudah lengkap, kepala janin dapat dicekap dengan baik oleh kedua daun cunam, selaput ketuban sudah pecah dan kepala sudah engage : Pembentukan caput atau molase berlebihan sering menyulitkan penilaian derajat desensus kepala janin. Kesalahan dalam menilai derajat desensus akan menyebabkan kesalahan penafsiran dimana tindakan yang semula dianggap sebagai Ekstraksi Cunam Rendah sebenarnya adalah Ekstraksi Cunam Tengah.

3

TEHNIK PERSALINAN CUNAM OBSTETRIK OUT LET Pemasangan Cunam Pemasangan cunam obstetrik yang dilakukan: melintang kepala dan melintang panggul.

Pemasangan atau penempatan daun sendok cunam yang ideal di dalam panggul

4

PERSALINAN CUNAM OUT-LET DENGAN UBUN-UBUN KECIL DI ANTERIOR ( oksiput anterior )

1. Persiapan untuk pasien, operator dan instrumen medis yang akan digunakan 2. Ibu dalam posisi lithotomi dan dilakukan disinfeksi sekitar perineum. 3. Kosongkan kandung kemih. 4. Berikan Anaesthesia Ketamin 1 2 mg / kg BB (kontra indikasi pada pasien hipertensi). 5. Operator berdiri didepan pasien dengan memegang cunam obstetrik dalam keadaan terkunci dan membayangkan bagaimana cunam kelak akan dipasang dalam jalan lahir (ghosting ) Cunam akan dipasang melintang kepala dan melintang panggul :

Cunam dalam keadaan terkunci, dipegang operator yang berdiri didepan vulva sambil membayangkan posisi cunam kelak didalam jalan lahir

5

Tehnik pemasangan cunam : 1. Tangkai sendok kiri dipegang tangan kiri seperti memegang pensil yaitu dengan ujung ibu jari dan jari telunjuk, pegangan pada tangkai cunam dalam keadaan tegak lurus didepan vulva 2. Dua (atau lebih) jari tangan kanan operator dimasukkan pada sisi kiri belakang vulva disamping kepala anak. 3. Ujung daun sendok kiri dimasukkan vagina antara kepala anak dan sisi palmar jari-jari tangan kanan operator; dengan dorongan ibu jari tangan kanan dan tuntunan jari-jari tangan kanan melalui gerakan horisontal sendok cunam ditempatkan disamping kiri kepala anak ( gambar bawah )

Pemasangan daun sendok kiri pada sisi kiri panggul ibu ; Jari telunjuk dan tengah tangan kanan dimasukkan vagina. Ibu jari diarahkan keatas. Daun sendok diluncurkan sepanjang jari telunjuk tangan kanan dengan menekan tangkai cunam.

6

4. Tangan kanan dikeluarkan dan sendok kiri yang telah terpasang dipegang oleh asisten

5. Dengan cara yang sama, daun sendok kanan ditempatkan disamping kanan kepala anak

Pemasangan sendok kanan : Sendok kiri yang sudah terpasang dipegang oleh asisten (atau ditahan dengan kelingking tangan kiri). Ibu jari , jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan menuntun pemasangan sendok kanan yang tangkainya dipegang tangan kanan.

7

6. Dilakukan reposisi sendok cunam bilamana diperlukan untuk memudahkan penguncian cunam :

Penguncian ; Masing-masing tangan memegang tangkai cunam. Kedua ibu jari saling berdekatan diatas gagang cunam. ; Kunci harus dipasang tanpa paksaan, bila perlu dapat dilakukan reposisi daun sendok untuk memudahkan penguncian. 7. Setelah pengucian, dilakukan pemeriksaan ulangan untuk mengetahui apakah : a.Kedua daun cunam sudah dipasang secara benar. b. Terdapat bagian anak selain kepala atau jalan lahir ibu yang terjepit.

8

8. Setelah cunam terpasang dan dikunci dengan benar, dilakukan traksi percobaan

Traksi Percobaan ; Tangan kiri mencekap cunam diatas kunci ; Telunjuk kanan digunakan untuk mengetahui apakah kepala anak ikut tertarik saat melakukan traksi percobaan. 9. Setelah traksi percobaan menunjukkan bahwa pemasangan dan penguncian cunam sudah dilakukan dengan benar, maka tindakan ini dilanjutkan dengan traksi definitif.

Traksi definitif : Tangan kanan ditempatkan dileher cunam dekap dengan kepala janin. Tangan kiri operator disebelah distal tangan kanan.9

Arah traksi yang sesuai dengan jenis klasifikasi ekstraksi cunam ; Pada cunam out-let, arah traksi adalah elevasi tangkai cunam sedikit kearah atas. 10. Traksi definitif diawali dengan tarikan horisontal secara intermiten sampai perineum teregang. Episiotomi dikerjakan saat perineum teregang. 11. Setelah oksiput meregang vulva, tangkai cunam dielevasi dengan cara meletakkan empat jari tangan diatas permukaan atas pegangan cunam dan dorongan ibu jari dan sisi belakang permukaan bawah pegangan cunam 12. Setelah vulva teregang dan dahi teraba pada perineum, lahirnya kepala anak selanjutnya dapat dilakukan dengan cunam yang masih terpasang atau cunam yang sudah dibuka (dilepas) dan selanjutnya kepala anak dilahirkan dengan

maneuver Ritgen. Melakukan ekstraksi kepala dengan tangan kanan sambil menahan perineum dengan tangan kiri agar tidak regangan perineum yang berlebihan10

13. Persalinan tubuh anak lebih lanjut dilakukan seperti pertolongan persalinan presentasi belakang kepala seperti biasanya. 14. Setelah bayi lahir, dilakukan plasenta manuil sambil melakukan eksplorasi jalan lahir untuk melihat adanya cedera pada jalan lahir.

PERSALINAN CUNAM RENDAH DENGAN UBUN-UBUN KECIL KIRI DEPAN ( posisi oksipitalis kiri depan ) 1. Dengan tangan kanan, operator menentukan posisi telinga kiri janin yang berada disebelah kiri posterior. 2. Dengan tuntunan jari-jari kanan dalam vagina, tangan kiri memasang cunam kiri setinggi telinga kiri janin. 3. Sendok cunam kiri yang sudah terpasang ditahan oleh asisten atau dibiarkan saja dan hendaknya berada pada kedudukannya tanpa paksaan. 4. Dua jari tangan kiri masuk pada sisi kanan belakang vagina dan sendok kanan yang dipegang dengan tangan kanan dimasukkan vagina dengan tuntunan jari-jari tangan kiri tersebut dan segera digeser kedepan untuk ditempatkan setinggi telinga depan janin, sehingga sendok kanan berada pada posisi yang tepat berhadapan dengan sendok kiri yang sudah terpasang sebelumnya. 5. Setelah kedua sendok dikunci, maka posisi masing-masing sendok cunam berada didepan dan dibelakang (pada diameter oblique pelvik). PERSALINAN CUNAM RENDAH DENGAN UBUN-UBUN KECIL KANAN DEPAN (Posisio Oksipitalis kanan depan)

Pemasangan sendok cunam dilakukan dengan cara yang sama, tetapi dengan arah yang berbeda.

Pada keadaan ini, telinga kanan janin adalah telinga posterior dan sendok kanan harus dipasang lebih awal .

Penguncian hanya dapat dilakukan setelah tangkai sendok cunam kanan DISILANGKAN dan ditempatkan DIATAS tangkai sendok kiri.11

PERSALINAN CUNAM RENDAH DENGAN UBUN-UBUN KECIL MELINTANG

Jenis cunam obstetrik yang tepat digunakan adalah cunam Tucker Mc Lane atau cunam Kielland.

Pemasangan tidak berbeda, sendok pertama yang dipasang adalah sendok yang akan ditempatkan setinggi telinga posterior dan sendok kedua dipasang setinggi telinga depan (setelah digeser kedepan).

Dengan pemasangan diatas, satu sendok akan berada didepan sacrum dan satu sendok lagi dibelakang simfisis pubis.

PERSALINAN CUNAM RENDAH DENGAN UBUN-UBUN KECIL POSTERIOR (Posisio Oksipitalis Posterior Persisten) Persalinan dengan posisio occipitalis posterior persisten sering terjadi pada persalinan dengan anaesthesi epidural. Posisio Occipitalis Posterior Kiri atau Kanan :

Tidak terjadi fleksi kepala yang maksimal. Pada beberapa kasus, tindakan vaginal toucher saat menentukan lokasi telinga posterior dapat menyebabkan occiput berputar spontan kedepan dengan sendirinya.

Agar occiput berada di sebalah depan, maka dapat dilakukan tindakan:o o

Rotasi manual. Pemutaran dengan cunam Kielland.

Rotasi manual :

Bila occiput berada disebelah kiri belakang, operator menggunakan tangan kanannya untuk memutar kepala ; dan sebaliknya bila occiput disebelah kanan belakang maka operator menggunakan tangan kirinya untuk memutar kepala.

Gerakan pronasi lebih mudah dikerjakan dibandingkan gerakan supinasi.

12

Tehnik : 1. Persiapan persalinan dengan ekstraksi cunam. 2. Tangan yang sesuai dimasukkan vagina dan mencekap sinsiput, jari-jari berada pada satu sisi telinga dan ibu jari pada sisi telinga yang lain. 3. Tangan luar mencari bahu depan anak dan menghelanya kedepan bersamaan dengan gerakan tangan untuk memutar kepala dari dalam. 4. Tangan dalam memutar kepala sehingga occiput berada disebelah depan. 5. Pada posisi kepala seperti itu diharapkan dapat terjadi persalinan spontan atau dengan ekstraksi cunam (dengan cunam Kielland).

Rotasi manual dari posisio oksipitalis posterior kiri : (A) . Tangan kiri operator ditempatkan diatas abdomen dan menarik bahu kanan kearah kanan ibu. ; Secara serentak, tangan kanan operator memegang kepala janin pada diameter biparietal dan memutarnya dengan gerak pronasi sejauh 180 0 ; (B) : pada akhir tindakan, oksiput janin berada disebelah anterior POSISIO OKSIPITALIS POSTERIOR

Bila tak dapat melakukan rotasi manual, maka persalinan pervaginam dapat diusahakan dengan bantuan ekstraksi cunam.13

Persalinan dengan cunam dapat dilakukan dengan occiput tetap di posterior atau occiput di anterior

Tehnik : 1. Dikerjakan traksi horisontal sampai pangkal hidung berada dibawah simfisis. 2. Dilakukan gerakan elevasi pada pegangan cunam secara perlahan sampai oksiput secara bertahap muncul didepan perineum 3. Mengarahkan pegangan cunam kebawah dan lahirlah pangkal hidung, muka dan dagu didepan vulva. 4. Tindakan ini memerlukan episotomi yang cukup luas.

Persalinan cunam rendah pada posisio occipitalis posterior PERSISTEN : Gambar panah menunjukkan titik saat kepala mengalami fleksi setelah bregma melewati arcus pubis ; Pada saat ini harus dicegah terjadinya ruptura perinei yang luas dengan episiotomi luas PERSALINAN CUNAM RENDAH PADA PRESENTASI MUKA

Hanya dapat dikerjakan pada kasus presentasi muka MENTO ANTERIOR. Pada awalnya dilakukan traksi curam bawah sampai dagu nampak dibawah simfisis.

14

Kemudian dilakukan traksi elevasi keatas, setelah dagu nampak dibawah simfisis maka secara berurutan lahir hidung, mata, dahi dan oksiput ditepi anterior perineum.

Komplikasi Persalinan Ekstraksi Forcep 1) Komplikasi pada ibu a) Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri sekunder serta jahitan robekan jalan lahir yang terlepas. b) Infeksi. c) Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal, terjadinya fistula rekto vaginal dan terjadinya fistula utero vaginal. 2) Komplikasi pada bayi dalam bentuk: a) Trauma ekstraksi forcep dapat menyebabkan cacat karena aplikasi forcep. b) Infeksi yang berkembang menjadi sepsis yang dapat menyebabkan kematian serta encefalitis sampai meningitis. c) Gangguan susunan saraf pusat.

15

d) Trauma langsung pada saraf pusat dapat menimbulkan gangguan intelektual. e) Gangguan pendengaran dan keseimbangan

CUNAM PERCOBAAN dan CUNAM GAGAL Bila sebuah persalinan operatif pervaginam diperkirakan menemui kesulitan maka tindakan tersebut dinamakan ekstraksi cunam percobaan . Tindakan ekstraksi cunam percobaan dilakukan dengan kamar bedah yang telah dipersiapkan untuk sewaktu-waktu dapat digunakan melakukan tindakan SC manakala ekstraksi cunam percobaan tersebut menemui kegagalan. Bila aplikasi daun cunam tidak dapat dilakukan dengan baik, maka persalinan dengan ekstraksi cunam dianggap gagal dan persalinan harus segera diakhiri dengan ekstraksi vakum atau sectio caesar. Bila aplikasi dan cunam dapat dilakukan, namun pada traksi percobaan tidak diikuti dengan desensus kepala yang berarti maka persalinan cunam dianggap gagal (failed forcep) dan persalinan harus diakhiri dengan sectio caesar atau ekstraksi vakum.

16

Persalinan Vakum Persalinan vakum adalah tindakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan menggunakan ekstraktor vakum, yaitu alat yang digunakan untuk melakukan penyedotan-tarikan yang direkatkan di kepala janin. Keunggulan teoritis ekstraktor vakum dibandingkan dengan forsep antara lain adalah : (1) tidak adanya sendok baja yang mengambil ruang vagina, (2) tidak perlu memposisikan secara tepat sendok baja pada kepala janin, (3) kemampuan memutar kepala janin tanpa menganggu jaringan lunak ibu, dan (4) tekanan intrakranium janin yang lebih rendah selama tarikan. Di Amerika Serikat, ekstraktor vakum mangkuk lunak telah menggantikan mangkuk logam. Alat ekstraksi vakum yang sering digunakan adalah mangkuk Silastic bergaris tengah 65 mm yang dapat digunakan kembali dan mangkuk 60 hingga 62 mm sekali pakai. Indikasi ekstraksi vakum sama dengan persalinan forsep. Kontraindikasi relative mencakup presentasi wajah dan non vertaks lainnya, janin terlalu premature, koagulopati janin dan diketahui makrosomia. Klasifikasi ekstraksi vakum seyogyanya sama seperti yang digunakan pada persalinan forsep. Vakum jangan dipasang pada vertex yang belum masuk (station diatas 0). Orang yang melakukan atau membantu tindakan ekstraksi vakum harus berpengalaman dan mau menghentikan prosedur ini jika tindakan ini tidak berlangsung mulus atau mangkuk terlepas lebih dari tiga kali. Teknik Faktor terpenting penentu keberhasilan ekstraksi vakum adalah pemasangan mangkuk yang benar. Bagian tengah mangkuk harus berada di atas sutura sagitalis atau 3 cm di depan fontanel anterior. Penempatan di bagian anterior tengkorak janin-dekat fontanel anterior dan bukan di atas oksiput hanya akan memperparah masalah ekstensi spina servikalis, kecuali apabila janin relatif kecil dengan panggul ibu. Demikian juga dengan pemasangan asimetris relatif terhadap sutura sagitalis dapat memperburuk asinklitismus.

17

Terjepitnya jaringan lunak ibu memudahkan terjadinya laserasi dan perdarahan dan hamper selalu menyebabkan mangkuk terlepas. Sebelum dan setelah ruang hampa terbentuk, serta sebelum tarikan, seluruh lingkar tepi mangkuk harus diraba. Tarikan harus intermiten dan terkoordinasi dengan upaya ekspulsif ibu. Komplikasi Ekstraksi vakum Kaput artifisial, atau chignon, sering terbentuk selama ekstraksi vakum. Komplikasi ekstraksi vakum lainnya adalahlaserasi dan memar kulit kepala, sefalohematoma, perdarahan intracranial, perdarahan subkonjungtiva, fraktur klavikula, distosia bahu, perdarahan retina dan kematian janin.

Seksio Sesar Bedah caesar didefinisikan sebagai pelahiran (pengeluaran) janin melalui sayatan bedah melalui dinding perut (laparotomi) dan dinding rahim (hysterotomy). Kata Caesarean dan Section keduanya berasal dari kata kerja yang berarti memotong, dengan demikian, frase seksio sesar adalah tautologi. Istilah baiknya adalah persalinan sesar atau kelahiran bedah caesar.

Jenis Seksio Sesarea Ada beberapa jenis seksio sesarea yang dikenal yaitu: a. Seksio sesarea transperitonealis 1. Seksio sesarea klasik Pembedahan ini dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm. Keuntungan tindakan ini adalah mengeluarkan janin lebih cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik dan sayatan bisa diperpanjang proksimal dan distal. Kerugian yang dapat muncul adalah infeksi mudah menyebar secara intraabdominal dan lebih sering terjadi ruptura uteri spontan pada persalinan berikutnya.18

2. seksio sesarea Transperitoneal Profunda Dikenal juga dengan sebutan low cervical yaitu sayatan pada segmen bawah rahim. Keuntungannya adalah penjahitan luka lebih mudah, kemungkinan ruptura uteri spontan lebih kecil dibandingkan dengan seksio sesarea dengan cara klasik, sedangkan kekurangannya yaitu perdarahan yang banyak dan keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi.

b. Seksio sesarea ekstraperitonealis, yaitu seksio sesarea berulang pada seorang pasien yang pernah melakukan seksio sesarea sebelumnya. Biasanya dilakukan di atas bekas luka yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinding dan fasia abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum. Pada saat ini pembedahan ini tidak banyak dilakukan lagi untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal.

Indikasi Seksio Sesar Melahirkan dengan cara seksio sesarea sebaiknya dilakukan atas pertimbangan medis dengan memperhatikan kesehatan ibu maupun bayinya. Artinya, janin atau ibu dalam keadaan gawat dan hanya dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan dengan jalan seksio sesarea, dengan tujuan untuk memperkecil terjadinya risiko yang membahayakan jiwa ibu dan bayinya. Lebih dari 85% sesar dilakukan karena riwayat seksio, distosia persalinan, distress janin, dan presentasi bokong. a. Indikasi Janin

Bayi terlalu besar Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya, pertumbuhan janin yang berlebihan karena ibu menderita kencing manis (diabetes mellitus), yang biasanya disebut bayi besar objektif.15 Bayi terlalu besar mempunyai risiko 4 kali lebih besar untuk terjadinya komplikasi persalinan.19

Kelainan Letak Bayi Letak Sungsang

Saat ini lebih banyak bayi letak sungsang yang lahir dengan seksio sesarea. Hal ini karena risiko kematian dan cacat/kecelakaan lewat vagina (spontan) jauh lebih tinggi. Lebih dari 50% bayi pernah mengalami letak sungsang dalam kurun 9 bulan kehamilan. Penyebab letak sungsang sering tidak diketahui pasti, secara teori dapat terjadi karena faktor ibu seperti kelainan bentuk rahim, tumor jinak rahim/mioma, letak plasenta lebih rendah. Letak Lintang

Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan) yaitu kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu. Bayi membutuhkan pertolongan seksio sesarea.

Ancaman Gawat Janin (Fetal distress) Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter memutuskan untuk melakukan operasi. Apalagi ditunjang kondisi ibu yang kurang menguntungkan. Bila ibu menderita tekanan darah tinggi atau kejang pada rahim, mengakibatkan gangguan pada ari-ari dan tali pusat sehingga aliran oksigen kepada bayi menjadi berkurang. Kondisi ini bisa menyebabkan janin mengalami kerusakan otak, bahkan tidak jarang meninggal dalam rahim.

Bayi Kembar Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan 2 janin atau lebih. Kehamilan kembar dapat memberi risiko yang lebih tinggi terhadap ibu dan bayi. Oleh karena itu dalam menghadapi kehamilan kembar harus dilakukan pengawasan hamil yang lebih intensif. Namun jika ibu mengandung 3 janin atau lebih maka sebaiknya menjalani seksio sesarea. Hal ini akan menjamin bayi-bayi tersebut dilahirkan dalam kondisi sebaik mungkin dengan trauma minimum.

20

Faktor Plasenta Plasenta Previa

Plasenta yang ada di depan jalan lahir. (prae=di depan; vias = jalan). Jadi yang dimaksud dengan plasenta yang implantasinya tidak normal ialah rendah sekali sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang rahim di daerah fundus uteri.

Solusio Plasenta

Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang terlepas dari dinding rahim baik sebagian maupun seluruhnya dari tempatnya berimplantasi sebelum anak lahir. Solusio plasenta bisa terjadi setiap waktu setelah kehamilan 20 minggu, kebanyakan terjadi dalam trimester ketiga. Pelepasan plasenta biasanya ditandai dengan perdarahan yang bisa keluar dari vagina, tetapi bisa juga tersembunyi dalam rahim, yang dapat membahayakan ibu dan janinnya. Persalinan dengan seksio sesarea biasanya dilakukan untuk menolong agar janin segera lahir sebelum mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban dan menghentikan perdarahan yang mengancam nyawa ibu.

b. Indikasi Ibu

Disproporsi Sefalo-pelvik Disproporsi sefalo-pelvik adalah ketidakseimbangan kepala dan panggul ibu. Disproporsi sefalo-pelvik mencakup panggul sempit, fetus yang tumbuh terlampau besar atau adanya ketidakseimbangan relative antara ukuran kepala bayi dan pelvis (panggul).

Disfungsi Uterus Disfungsi uterus mencakup kerja uterus yang tidak terkoordinasi, hal ini menyebabkan tidak adanya kekuatan untuk mendorong bayi keluar dari rahim. Hal ini21

menyebabkan kemajuannya terhenti sama sekali, sehingga perlu penanganan dengan seksio sesarea.

Ruptura Uteri (Robekan rahim) Ruptura uteri adalah keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi hubungan langsung antara rongga amnion dengan rongga peritoneum. Secara teori robekan rahim dapat dibagi 2 yaitu: 1. Ruptura uteri spontan Robekan rahim spontan terjadi karena dinding rahim lemah seperti pada luka bekas seksio sesarea, miomektomi, preporasi waktu kuretase hypoplasia uteri, pelepasan plasenta secara manual. 2. Ruptura uteri violenta Robekan rahim violenta terjadi karena trauma pertolongan versi dan ekstraksi, ekstraksi Forsep, kuretase, manual plasenta.

Partus tak maju Partus tak maju berarti bahwa meskipun kontraksi uterus kuat, janin tidak dapat turun karena faktor mekanis. Partus tak maju dapat disebabkan oleh karena disproporsi sefalo-pelvik, malpresentase dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Partus tak maju adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara, dan lebih dari 18 jam pada multipara.

Pre-eklampsia dan eklampsia (PE/E) Pre-eklampsia adalah suatu sindrom yang dijumpai pada ibu hamil di atas 20 minggu ditandai dengan hipertensi dan proteinuria dengan atau tanpa edema. Eklampsia adalah pre-eklampsia disertai dengan gejala kejang umum yang terjadi pada waktu hamil, waktu partus atau dalam 7 hari post partum bukan karena epilepsi

22

Komplikasi Morbiditas ibu meningkat secara drastis pada sesar dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Penyebab utamanya. Endometriotitis, perdarahan, infeksi saluran kemih, dan tromboembolisme. Infeksi panggul dan infeksi luka operasi.

23