31
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan atas rahmat dan hidayah kepada Allah SWT, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan referat yang berjudul “UVEITIS ANTERIOR” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian di kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata di Rumah Sakit Daerah Umum Ciereng Subang. Terwujudnya referat ini adalah berkat bantuan dan dorongan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada pembimbing kami, Dr.H. Bambang Rianto Sp.M yang telah banyak memberikan masukan dan meluangkan waktu untuk membimbing kami. Terima kasih kepada keluarga atas doa dan dukungannya, serta teman-teman sejawat yang sedang menjalani kepaniteraan klinik di RSUD Ciereng Subang. Penulisan referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran, sehingga penulisan ini dapat lebih baik sesuai dengan hasil yang diharapkan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran di kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata pada khususnya. Subang, 25 Maret 2013 1

REFRAT uveitis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: REFRAT uveitis

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas rahmat dan hidayah kepada Allah SWT,

sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan referat yang berjudul “UVEITIS

ANTERIOR” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian di kepaniteraan Ilmu Penyakit

Mata di Rumah Sakit Daerah Umum Ciereng Subang.

Terwujudnya referat ini adalah berkat bantuan dan dorongan berbagai pihak. Dalam

kesempatan ini, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada

pembimbing kami, Dr.H. Bambang Rianto Sp.M yang telah banyak memberikan masukan

dan meluangkan waktu untuk membimbing kami. Terima kasih kepada keluarga atas doa dan

dukungannya, serta teman-teman sejawat yang sedang menjalani kepaniteraan klinik di

RSUD Ciereng Subang.

Penulisan referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami

mengharapkan kritik dan saran, sehingga penulisan ini dapat lebih baik sesuai dengan hasil

yang diharapkan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran di

kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata pada khususnya.

Subang, 25 Maret 2013

Penulis

1

Page 2: REFRAT uveitis

DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar..................................................................................................................1

Daftar Isi...........................................................................................................................2

BAB I Pendahuluan..............................................................................................3

BAB II Tinjauan Pustaka.......................................................................................4

II.1 Definisi Uveitis Anterior………………………………………………….4

II.2 Epidemiologi Uveitis Anterior……………………………………………4

II.3 Klasifikasi Uveitis Anterior………………………………………………4

II.4 Etiologi Uveitis Anterior…………………………………………………8

II.5 Patofisiologi Uveitis Anterior……………………………………………9

II.6 Manifestasi Klinis Uveitis Anterior……………………………………..10

II.7 Diagnosis Uveitis Anterior………………………………………………14

II.8 Diagnosis Banding Uveitis Anterior……………………………………..17

II.9 Penatalaksanaan Uveitis Anterior………………………………………..17

II.10 Komplikasi Uveitis Anterior……………………………………………..19

II.11 Prognosis Uveitis Anterior……………………………………………….20

Daftar Pustaka…………………………………………………………………..………..21

2

Page 3: REFRAT uveitis

BAB I

PENDAHULUAN

Bola Mata terdiri atas dinding bola mata dan isi bola mata, dimana dinding bola mata

terdiri atas sclera dan kornea sedangkan isi bola mata terdiri atas lensa, uvea, badan kaca dan

retina. Uvea merupakan lapisan dinding kedua dari bola mata setelah sclera dan tenon. Uvea

merupakan jaringan lunak, terdiri dari iris, badan siliar dan koroid

Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris, korpus siliaris, dan koroid) dengan

berbagai penyebabnya. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami

inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi. Peradangan pada uvea dapat hanya

mengenai bagian depan jaringan uvea atau iris yang disebut iritis. Bila mengenai badan

tengah disebut siklitis. Iritis dengan siklitis disebut iridosiklitis atau disebut juga dengan

uveitis anterior dan merupakan bentuk uveitis tersering. Dan bila mengenai lapisan koroid

disebut uveitis posterior atau koroiditis.

Uveitis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia

pertengahan. Ditandai adanya riwayat sakit, fotofobia, dan penglihatan yang kabur,mata

merah (merah sirkumneal) tanpa tahi mata purulen dan pupil kecil atau ireguler. Berdasarkan

reaksi radang, uveitis anterior dibedakan tipe granulomatosa dan non granulomatosa.

Penyebab uveitis anterior dapat bersifat eksogen dan endogen. Penyebab uveitis anterior

meliputi: infeksi, proses autoimun, yang berhubungan dengan penyakit sistemik, neoplastik

dan idiopatik.

Insidensi uveitis sekitar 15 per 100.000 orang. Sekitar 75% merupakan uveitis

anterior. Sekitar 50% pasien dengan uveitis menderita penyakit sistemik terkait. Di Amerika

Serikat, uveitis merupakan penyebab kebutaan nomor tiga setelah Retinopati Diabetik dan

Degenerasi Macular. Umur penderita biasanya bervariasi antara usia prepubertal sampai 50

tahun. 

Variasi gejala sering dijumpai, hal ini berhubungan dengan faktor penyebabnya dan

dimana kelainan itu terjadi,biasanya pasien datang mengeluh nyeri ocular, Fotofobia,

penglihatan kabur, dan mata merah. Pada pemeriksaan didapatkan tajam penglihatan

menurun, terdapat injeksi siliar, KP, flare, hipopion, sinekia posterior, tekanan intra okuler

bisa meningkat hingga sampai edema macular.

3

Page 4: REFRAT uveitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi Uveitis Anterior

Uveitis anterior adalah radang pada iris (iritis) atau badan siliar (siklitis) dan dapat

terjadi bersama yang disebut sebagai iridosiklitis. Uveitis anterior ditandai dengan adanya

dilatasi pembuluh darah yang akan menimbulkan gejala hiperemia silier (hiperemi

perikorneal atau pericorneal vascular injection).

Prof.dr. H. Sidarta Ilyas, SpM. 2010

II.2. Epidemiologi Uveitis Anterior

Insidensi uveitis sekitar 15 per 100.000 orang. Sekitar 75 % merupakan uveitis

anterior. Uveitis biasanya terjadi pada usia 20-50 tahun dan berpengaruh pada 10-20 %

kasus kebutaan yang tercatat di negara-negara maju karena lebih tingginya prevalensi

infeksi yang bisa mempengaruhi mata, seperti toksoplasmosis dan tuberkulosis di negara-

negara berkembang.

Gunawan wasidi

II.3. Klasifikasi Uveitis Anterior

Berdasarkan patologi dapat dibedakan 2 jenis uveitis anterior, yaitu granulomatosa

dan non granulomatosa. Pada jenis non granulomatosa umumnya tidak dapat ditemukan

organisme patogen dan karena berespon baik terhadap terapi kortokosteroid diduga

peradangan ini semacam fenomena hipersensitivitas. Uveitis ini timbul terutama dibagian

anterior traktus yakni iris dan korpus siliaris. Terdapat reaksi radang dengan terlihatnya

infiltrasi sel-sel limfosit dan sel plasma dalam jumlah cukup banyak dan sedikit sel

4

Page 5: REFRAT uveitis

mononuclear. Pada kasus berat dapat terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion didalam

kamera okuli anterior.

Sedangkan pada uveitis granulomatosa umumnya mengikuti invasi mikroba aktif

ke jaringan oleh organisme penyebab (misal Mycobacterium tuberculosis atau Toxoplasma

gondii). Meskipun begitu patogen ini jarang ditemukan dan diagnosis etiologi pasti jarang

ditegakkan. Uveitis granulomatosa dapat mengenai sembarang traktus uvealis namun lebih

sering pada uvea posterior. Terdapat kelompok nodular sel-sel epithelial dan sel-sel

raksasa yang dikelilingi limfosit di daerah yang terkena. Deposit radang pada permukaan

posterior kornea terutama terdiri atas makrofag dan sel epiteloid. Diagnosis etiologi

spesifik dapat ditegakkan secara histologik pada mata yang dikeluarkan dengan

menemukan kista toxoplasma, basil tahan asam tuberculosis, spirocheta pada sifilis,

tampilan granuloma khas pada sarcoidosis atau oftalmia simpatika dan beberapa penyebab

spesifik lainnya.

Tabel 1. Perbedaan uveitis granulomatosa dan non granulomatosa

Non granulomatosa Granulomatosa

Onset Akut Tersembunyi

Sakit Nyata Tidak ada atau ringan

Fotofobia Nyata Ringan

Penglihatan kabur Sedang Nyata

Merah

sirkumkorneal

Nyata Ringan

Perisipitat keratik Putih halus Kelabu besar

Pupil Kecil dan tak teratur Kecil dan tak teratur

(bervariasi)

Synechia posterior Kadang-kadang Kadang-kadang

Nodul iris Kadang-kadang Kadang-kadang

Tempat Uvea anterior Uvea posterior dan posterior

Perjalanan Akut Menahun

Rekurens Sering Kadang-kadang

5

Page 6: REFRAT uveitis

Sedangkan berdasarkan waktu uveitis anterior dikatakan akut jika terjadi kurang

dari 6 minggu, jika inflamasi kambuh diikuti dengan serangan inisial disebut rekuren akut

dan dikatakan sebagai kronik jika lebih dari 6 minggu.

Beberapa keadaan yang menyebabkan tanda dan gejala yang berhubungan dengan

uveitis anterior akut, yaitu:

1. Traumatic Anterior Uveitis

Trauma merupakan salah satu penyebab Uveitis Anterior, biasanya terdapat

riwayat truma tumpul mata atau adneksa mata. Luka lain seperti luka bakar pada mata,

benda asing, atau abrasi kornea dapat menyebabkan terjadinya Uveitis Anterior. Visual

aquity dan tekanan intraocular mungkin terpengnaruh, dan mungkin juga terdapat

darah pada anterior chamber.

2.Idiopathic Anterior Uveitis

Istilah idiopatik dipergunakan pada Uveitis Anterior dengan etiologi yang tidak

diketahui apakah merupakan kelainan sistemik atau traumatic. Diagnosis ini ditegakan

sesudah menyingkirkan penyebab lain dengan anamnesis dan pemeriksaan

3.HLA-B27 Associated Uveitis

HLA-B27 mengacu pada spesifik genotype atau chromosome. Mekanisme

pencetus untuk Uveitis Anterior pada pasien dengan genotype seperti ini tidak

diketahui. Ada hubungan yang kuat dengan ankylosing spondylitis, sindrom Reiter,

Inflamatory bowel disease, psoariasis, arthritis, dan Uveitis Anterior yang berulang.

4.Behcet’s Diseases/syndrome

Sebagian besar menyerang laki-laki dewasa muda dari bangsa mediterania atau

jepang. Terdapat trias penyakit Behcets, yaitu akut Uveitis Anterior dan ulkus pada

mulut dan genital. Penyakit behcet yang menyebabkan Uveitis Anterior akut adalah

sangat langka.

5.Lens Associated Anterior Uveitis

Ada beberapa keadaan yang ditemukan pada peradangan anterior chamberdan

penyebab yang disebabkan oleh keadaan lensa, yaitu : phaco-anaphylactic

andhopthalmitis dan phacogenic (phacotoksik) uveitis; phacolitic glaukoma; dan

UGH syndrome ( Uveitis, Glaukoma dan Hifema).

6.Masquerade syndrome

Merupakan keadaan yang mengancam, seperti lymphoma, leukemia,

retinoblastoma, dan malignant melanoma dari choroid, dapat menimbulkan Uveitis

Anterior

6

Page 7: REFRAT uveitis

Beberapa keadaan yang dapat menghasilkan tanda dan gejala yang terdapat pada

diagnosis Uveitis Anterior kronik adalah :

1. Juvenile Rheumatoid Arthritis

Anterior Uveitis terjadi pada penderita JRA yang mengenai beberapa persendian.

Karena kebanyakan dari pasien JRA adalah positif dengan test ANA ( Anti Nuklear

Antibody ), yang merupakan pemeriksaan adjuvant. JRA lebih banyak mengenai anak

perempuan dibanding anak lelaki. Merupakan suatu anjuran pada semua anak yang

menderita JRA untuk diperiksa kemungkinan terdapatnya Uveitis Anterior.

2. Anterior Uveitis Associated with Primary Posterior Uveitis

Penyakit sistemik, seperti sarcoidosis, toksoplamosis, sipilis, tuberculosis, herpes

zoster, cytomegalovirus, dan AIDS mungkin saja terlibat dalam Uveitis Anterior baik

primer ataupun sekunder dari uveitis posterior

3. Fuch’s Heterochromatic Iridocyclitis

Merupakan suatu penyakit kronik, biasanya asimptomatik, terdapat 2% pasien Uveitis

Anterior.

Pembagian Uveitis Anterior secara klinis

www.allaboutvision.com

7

Page 8: REFRAT uveitis

II.4. Etiologi Uveitis Anterior

Etiologi uveitis dibagi dalam :

1. Berdasarkan spesifitas penyebab :

- Penyebab spesifik (infeksi)

Disebabkan oleh virus, bakteri, fungi,ataupun parasit yang spesifik.

- Penyebab non spesifik (non infeksi) atau reaksi hipersensitivitas

Disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap mikroorganisme atau antigen yang

masuk kedalam tubuh dan merangsang reaksi antigen antibodi dengan predileksi pada

traktus uvea.

2. Berdasarkan asalnya:

- Eksogen : Pada umumnya disebabkan oleh karena trauma uvea atau invasi

mikroorganisme atau agen lain dari luar, operasi intra okuler, ataupun iatrogenik.

- Endogen : Dapat disebabkan oleh idiopatik, autoimun, keganasan, mikroorganisme

atau agen lain dari dalam tubuh pasien misalnya infeksi tuberkulosis, herper simpleks.

3. Berdasarkan perjalanan penyakit :

- Akut : Apabila serangan terjadi satu atau dua kali, dan penderita sembuh sempurna

diluar serangan tersebut.

- Residif : Apabila serangan terjadi lebih dari dua kali disertai penyembuhan yang

sempurna di antara serangan-serangan tersebut.

- Kronis : Apabila serangan terjadi berulang kali tanpa pernah sembuh sempurna di

antaranya.

4. Berdasarkan reaksi radang yang terjadi:

- Non granulomatosa : Infiltrat yang terjadi terdiri dari sel plasma dan limfosit.

- Granulomatosa : Infiltrat yang terjadi terdiri dari sel epiteloid dan makrofag.

Vougan DG, 2000

8

Page 9: REFRAT uveitis

II.5. Patofisiologi Uveitis Anterior

Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh defek langsung suatu

infeksi atau merupakan fenomena alergi. Infeksi piogenik biasanya mengikuti suatu

trauma tembus okuli; walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi sebagai reaksi terhadap

zat toksik yang diproduksi mikroba yang menginfeksi jaringan tubuh di luar mata. Uveitis

yang berhubungan dengan mekanisme alergi merupakan reaksi hipersensitifitas terhadap

antigen dari luar (antigen eksogen) atau antigen dari dalam badan (antigen

endogen).Dalam banyak hal antigen luar berasal dari mikroba yang infeksius .Sehubungan

dengan hal ini peradangan uvea terjadi lama setelah proses infeksinya yaitu setelah

munculnya mekanisme hipersensitivitas.

Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrrier

sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel-sel radang dalam humor akuos yang

tampak pada slitlamp sebagai berkas sinar yang disebuit flare (aqueous flare). Fibrin

dimaksudkan untuk menghambat gerakan kuman, akan tetapi justru mengakibatkan

perlekatan-perlekatan, misalnya perlekatan iris pada permukaan lensa (sinekia posterior).

Gambar 1. Uvea

Sel-sel radang yang terdiri dari limfosit, makrofag, sel plasma dapat membentuk

presipitat keratik yaitu sel-sel radang yang menempel pada permukaan endotel kornea.

Akumulasi sel-sel radang dapat pula terjadi pada tepi pupil disebut koeppe nodules, bila

dipermukaan iris disebut busacca nodules, yang bisa ditemukan juga pada permukaan

9

Page 10: REFRAT uveitis

lensa dan sudut bilik mata depan. Pada iridosiklitis yang berat sel radang dapat sedemikian

banyak sehingga menimbulkan hipopion.

Otot sfingter pupil mendapat rangsangan karena radang, dan pupil akan miosis dan

dengan adanya timbunan fibrin serta sel-sel radang dapat terjadi seklusio maupun oklusio

pupil, sehingga cairan di dalam kamera okuli posterior tidak dapat mengalir sama sekali

mengakibatkan tekanan dalam dalam camera okuli posterior lebih besar dari tekanan

dalam camera okuli anterior sehingga iris tampak menggelembung kedepan yang disebut

iris bombe.

Gangguan pada humor akuos terjadi akibat hipofungsi badan siliar menyebabkan

tekanan bola mata turun. Adanya eksudat protein, fibrin dan sel-sel radang dapat

berkumpul di sudut camera okuli anterior sehingga terjadi penutupan kanal schlemm

sehingga terjadi glukoma sekunder.Pada fase akut terjadi glaucoma sekunder karena

gumpalan – gumpalan pada sudut bilik depan,sedang pada fase lanjut glaucoma sekunder

terjadi karena adanya seklusio pupil.Naik turunnya bola mata disebutkan pula sebagai

peran asetilkolin dan prostaglandin.

www.stlukesEye .com dan sidarta ilyas

II.6. Manifestasi Klinis Uveitis Anterior

Keluhan subyektif yang menyertai uveitis anterior adalah nyeri, terutama di bulbus

okuli, sakitnya spontan atau pada penekanan di daerah badan siliar, sakit kepala di kening

yang menjalar ke temporal, fotofobia, bervariasi dan dapat demikian hebat pada uveitis

anterior akut, lakrimasi yang terjadi biasanya sebanding dengan derajat fotofobia,

gangguan visus dan bersifat unilateral.

10

Page 11: REFRAT uveitis

Gambar 2. Uveitis anterior granulomatosa dengan muttan-fat keratic presipitat dan nodul

koeepe dan busacca

Riwayat yang berhubungan dengan uveitis adalah usia, kelamin, suku bangsa

penting untuk di catat karena dapat memberikan petunjuk ke arah diagnosis uveitis

tertentu. Riwayat pribadi tentang penderita, yang utama adalah adanya hewan peliharaan

seperti anjing dan kucing, serta kebiasaan memakan daging atau sayuran yang tidak

dimasak termasuk hamburger mentah. Hubungan seks diluar nikah untuk menduga

kemungkinan terinfeksi oleh STD atau AIDS. Penggunaan obat-obatan untuk penyakit

tertentu atau narkoba (intravenous drug induced), serta kemungkinan tertular penyakit

infeksi menular (seperti Tbc) dan terdapatnya penyakit sistemik yang pernah diderita.

Riwayat tentang mata didapatkan apakah pernah terserang uveitis sebelumnya atau pernah

mengalami trauma tembus mata atau pembedahan.

11

Page 12: REFRAT uveitis

Gambar 3. Uveitis anterior granulomatosa dengan sejumlah nodul busacca pada permukaan

iris dan beberapa muttan fat keratik presipitat pada aspek inferior.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus umumnya normal atau berkurang sedikit,

konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva dan injeksi siliar, serta kornea keruh karena udem

dan keratik presipitat. Keratik presipitat merupakan kumpulan sel-sel yang menempel pada

endotel kornea, biasanya di bagian bawah. Pada uveitis non granulomatosa, keratik

presipitat berukuran kecil dan sedang berwarna putih. Pada uveitis granulomatosa, keratik

presipitat besar-besar dan lonjong dan dapat menyatu membentuk bangunan yang lebih

besar, sehingga dapat mencapai diameter 1mm. Adanya keratik presipitat dijumpai pada

keratouveitis karena herpes simpleks dan sangat spesifik pada Heterokromik Fuch.

Tabel 2 Berat ringannya flare dan Cells

Grade Flare Cells

0  tidak ada tidak ada

1+  flare tipis atau lemah 5-10 /lapang pandang

2+  Flare tingkat sedang (Iris dan lensa secara 10-

20/lapang pandang diteil masih tampak)

3+  kekeruhan lebih berat (Iris dan

lensa 20-50/lapang pandang diselimuti

kekeruhan

4+  flare sngat berat (penggumpalan fibrin

pada >50/lapangpandang humor aquos)

*Adapted from Hogan MH, Kimura SJ, Thygeson P. Signs and symptoms of uveitis: I.

Anterior uveitis. Am J Ophthalmol 1959;47:162-3.

Pada kamera okuli anterior terdapat flare, terlihat sebagai peningkatan kekeruhan

dalam humor akuos dalam COA, dapat terlihat dengan menggunakan slitlamp atau lampu

kecil dengan intensitas kuat dengan arah sinar yang kecil sehingga menimbulkan

fenomena Tyndal. Pada uveitis non granulomatosa, reaksi flare sangat menonjol tapi reaksi

sel biasanya terdiri dari sel-sel kecil dan jarang sel besar seperti monosit atau sel raksasa.

12

Page 13: REFRAT uveitis

Sedangkan pada uveitis granulomatosa, sel besar-besar dan reaksi flare biasanya sangat

ringan.

Pada iris tampak suram, gambaran radier tak nyata, karena pembuluh darah di iris

melebar, sehingga gambaran kripta tak nyata. Warna iris dapat berubah, kelabu menjadi

hijau, coklat menjadi warna Lumpur. Terdapat nodul iris, ditandai sebagai benjolan di iris,

bila pada tepi pupil disebut nodul koeppe, bila pada permukaan depan iris disebut nodul

busacca. Adanya nodul-nodul tersebut merupakan pertanda uveitis granulomatosa dan

terdapat adanya sinekia posterior.

Tabel 3   Pembagian Uveitis Anterior secara klinis* *

Ringan Sedang Berat

Keluhan ringan sampai

sedang

VA 20/20 to 20/30

Kemerahan sirkumkornel

superficial

Tidak ada KPs (keratic

presipitat)

1+ cells and flare

tekanan intraokuler

berkurang < 4 mmHg

Keluhan sedang sampai berat

VA from 20/30 to 20/100

Kemerahan sirkumkornel

dalam

Tampak KPs

1-3+ cells and flare

Miotic, sluggish pupil

Sinekia posterior ringan

Udem iris ringan

tekanan intraokuler

berkurang 3-6 mm Hg

Anterior virtreous cells

Keluhan sedang sampai berat

VA < 20/100

Kemerahan sirkumkornel

dalam

Tampak KPs

3-4+ cells and flare

pupil terfiksir

Sinekia posterior (fibrous)

Tidak tampak kripte pada iris

tekanan intraokuler

meningkat

cells anterior sedang sampai

berat

* Reprinted with permission. Catania LJ. Primary care of the anterior segment,2nd ed.

Norwalk, CT: Appleton & Lange, 1995:371.

Pada pupil terjadi miosis, pinggir tak teratur karena adanya sinekia posterio atau

seklusio pupil. Pupil dapat terisi membran yang berwana keputiih-putihan yaitu oklusi

pupil. Pada lensa terdapat uveitis rekurens yang dapat menimbulkan kekeruhan pada

bagian belakang lensa (katarak kortikalis posterior).

www.stlukesEye .com dan sidarta ilyas

13

Page 14: REFRAT uveitis

II.7. Diagnosis Uveitis Anterior

Diagnosis uveitis anterior dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis,

pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan penunjang lainnya.

Anamnesis

Anamnesis dilakukan dengan menanyakan riwayat kesehatan pasien, misalnya

pernah menderita iritis atau penyakit mata lainnya, kemudian riwayat penyakit sistemik

yang mungkin pernah diderita oleh pasien. Keluhan yang dirasakan pasien biasanya antara

lain :

Nyeri dangkal (dull pain), yang muncul dan sering menjadi lebih terasa ketika mata

disentuh pada kelopak mata. Nyeri tersebut dapat beralih ke daerah pelipis atau

daerah periorbital. Nyeri tersebut sering timbul dan menghilang segera setelah

muncul.

Fotofobia atau fotosensitif terhadap cahaya, terutama cahaya matahari yang dapat

menambah rasa tidak nyaman pasien

Kemerahan tanpa sekret mukopurulen

Pandangan kabur (blurring)

Umumnya unilateral

Pemeriksaan Oftalmologi

Visus : Visus biasanya normal atau dapat sedikit menurun

Tekanan intraokular (TIO) pada mata yang meradang lebih rendah daripada mata

yang sehat. Hal ini secara sekunder disebabkan oleh penurunan produksi cairan

akuos akibat radang pada korpus siliaris. Akan tetapi TIO juga dapat meningkat

akibat perubahan aliran keluar (outflow) cairan akuos

Konjungtiva : Terlihat injeksi siliar atau dapat pula (pada kasus yang jarang)

injeksi pada seluruh konjungtiva

Kornea : Terdapat Keratitis Presipitat , Udema stroma kornea

Camera Oculi Anterior (COA) : Terdapat sel-sel flare dan/atau hipopion

14

Page 15: REFRAT uveitis

Ditemukannya sel-sel pada cairan akuos merupakan tanda dari proses inflamasi yang

aktif. Jumlah sel yang ditemukan pada pemeriksaan slitlamp dapat digunakan untuk

grading. Grade 0 sampai +4 ditentukan dari :

0 : Tidak ditemukan sel

+1 : 5-10 sel

+2 : 11-20 sel

+3 : 21-50 sel

+4 : > 50 sel

Aqueous flare adalah akibat dari keluarnya protein dari pembuluh darah iris yang

mengalami peradangan. Adanya flare tanpa ditemukannya sel-sel bukan indikasi bagi

pengobatan. Melalui hasil pemeriksaan slit-lamp yang sama dengan pemeriksaan sel, flare

juga diklasifikasikan sebagai berikut :

0 : Tidak ditemukan flare

+1 : Terlihat hanya dengan pemeriksaan yang teliti

+2 : Moderat, iris terlihat bersih

+3 : Iris dan lensa terlihat keruh

+4 : Terbentuk fibrin pada cairan akuous

Hipopion ditemukan sebagian besar mungkin sehubungan dengan penyakit terkait HLA

B27, penyakit Behcet atau penyakit infeksi terkait iritis.

Gambar 4. Gambaran Hipopion pada Uveitis Anterior7

15

Page 16: REFRAT uveitis

Iris : dapat ditemukan sinekia posterior atau iris bombe’

Pupil : miosis, atau irregular oleh karena adanya sinekia posterior

Lensa: dapat ditemukan lentikular presipitat pada kapsul lensa anterior. Katarak

subkapsuler posterior dapat ditemukan bila pasien mengalami iritis berulang.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium mendalam umumnya tidak diperlukan untuk uveitis

anterior, apalagi bila jenisnya non-granulomatosa atau menunjukkan respon terhadap

pengobatan non spesifik. Akan tetapi pada keadaan dimana uveitis anterior tetap tidak

responsif terhadap pengobatan maka diperlukan usaha untuk menemukan diagnosis

etiologiknya. Pada pria muda dengan iridosiklitis akut rekurens, foto rontgen sakroiliaka

diperlukan untuk mengeksklusi kemungkinan adanya spondilitis ankilosa. Pada kelompok

usia yang lebih muda, artritis reumatoid juvenil harus selalu dipertimbangkan khususnya

pada kasus-kasus iridosiklitis kronis. Pemeriksaan darah untuk antinuclear antibody dan

rheumatoid factor serta foto rontgen lutut sebaiknya dilakukan. Perujukan ke ahli penyakit

anak dianjurkan pada keadaan ini. Iridosiklitis dengan KP mutton fat memberikan

kemungkinan sarkoidosis. Foto rontgen toraks sebaiknya dilakukan dan pemeriksaan

terhadap enzim lisozim serum serta serum angiotensine converting enzyme sangat

membantu.

Pemeriksaan terhadap HLA-B27 tidak bermanfaat untuk penatalaksanaan pasien

dengan uveitis anterior, akan tetapi kemungkinan dapat memberikan perkiraan akan

suseptibilitas untuk rekurens. Sebagai contoh, HLA-B27 ditemukan pada sebagian besar

kasus iridosiklitis yang terkait dengan spondilitis ankilosa. Tes kulit terhadap tuberkulosis

dan histoplasmosis dapat berguna, demikian pula antibodi terhadap toksoplasmosis.

Berdasarkan tes-tes tersebut dan gambaran kliniknya, seringkali dapat ditegakkan

diagnosis etiologiknya. Dalam usaha penegakan diagnosis etiologis dari uveitis diperlukan

bantuan atau konsultasi dengan bagian lain seperti ahli radiologi dalam pemeriksaan foto

rontgen, ahli penyakit anak atau penyakit dalam pada kasus atritis reumatoid, ahli penyakit

THT pada ksus uveitis akibat infeksi sinus paranasal, ahli penyakit gigi dan mulut pada

kasus uveitis dengan fokus infeksi di rongga mulut, dan lain-lain.

Vougan DG, 2000

16

Page 17: REFRAT uveitis

II.8. Diagnosis Banding Uveitis Anterior

Berikut adalah beberapa diagnosis banding dari uveitis anterior:

Konjungtivitis Keratitis / Tukak

Kornea

Glaukoma Akut

Sakit Kesat Sedang Hebat dan menyebar

Kotoran Sering purulen Refleks epifora -

Fotofobia ringan - Sedang

Kornea Jernih Fluorescin test (+) Edema

Iris Normal - Pucat (abu-abu/hijau)

Penglihatan Normal <Normal <Normal

Secret + - -

Suar/Flare - -/+ -

Pupil Normal <Normal >Normal

TIO Normal Normal >Normal (+++)

Vaskularisasi Injeksi Konjungtiva Injeksi siliar Injeksi Episkleral

Table 4. Diagnosis banding

Sidarta Ilyas, 2000

II.9. Penatalaksanaan Uveitis Anterior

Tujuan utama dari pengobatan uveitis anterior adalah untuk mengembalikan atau

memperbaiki fungsi penglihatan mata. Apabila sudah terlambat dan fungsi penglihatan

tidak dapat lagi dipulihkan seperti semula, pengobatan tetap perlu diberikan untuk

mencegah memburuknya penyakit dan terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan.

17

Page 18: REFRAT uveitis

Adapun terapi uveitis anterior dapat dikelompokkan menjadi:

Terapi non spesifik

1. Penggunaan kacamata hitam. Kacamata hitam bertujuan untuk mengurangi fotofobi,

terutama akibat pemberian midriatikum.

2. Kompres hangat. Dengan kompres hangat, diharapkan rasa nyeri akan berkurang,

sekaligus untuk meningkatkan aliran darah sehingga resorbsi sel-sel radang dapat lebih

cepat.

3. Midritikum/sikloplegik. Tujuan pemberian midriatikum adalah agar otot-otot iris dan

badan silier relaks, sehingga dapat mengurangi nyeri dan mempercepat panyembuhan.

Selain itu, midriatikum sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya sinekia, ataupun

melepaskan sinekia yang telah ada. Midriatikum yang biasanya digunakan adalah:

Sulfas atropin 1% sehari 3 kali tetes

Homatropin 2% sehari 3 kali tetes

Scopolamin 0,2% sehari 3 kali tetes

4. Anti inflamasi. Anti inflamasi yang biasanya digunakan adalah kortikosteroid, dengan

dosis sebagai berikut:

Dewasa : Topikal dengan dexamethasone 0,1 % atau prednisolone 1 %. Bila radang

sangat hebat dapat diberikan subkonjungtiva atau periokuler: dexamethasone

phosphate 4 mg (1ml). prednisolone succinate 25 mg (1 ml). triamcinolone acetonide 4

mg (1 ml). methylprednisolone acetate 20 mg. Bila belum berhasil dapat diberikan

sistemik prednisone oral mulai 80 mg per hari sampai tanda radang berkurang, lalu

diturunkan 5 mg tiap hari.

Anak : prednison 0,5 mg/kgbb sehari 3 kali. Pada pemberian kortikosteroid, perlu

diwaspadai komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi, yaitu glaukoma sekunder

pada penggunaan lokal selama lebih dari dua minggu, dan komplikasi lain pada

penggunaan sistemik.

Terapi spesifik

Terapi yang spesifik dapat diberikan apabila penyebab pasti dari uveitis anterior

telah diketahui. Karena penyebab yang tersering adalah bakteri, maka obat yang sering

diberikan berupa antibiotik.

18

Page 19: REFRAT uveitis

Dewasa : Lokal berupa tetes mata kadang dikombinasi dengan steroid.

Subkonjungtiva kadang juga dikombinasi dengan steroid. Per oral dengan

Chloramphenicol 3 kali sehari 2 kapsul

Anak : Chloramphenicol 25 mg/kgbb sehari 3-4 kali. Walaupun diberikan terapi

spesifik, tetapi terapi non spesifik seperti disebutkan diatas harus tetap diberikan,

sebab proses radang yang terjadi adalah sama tanpa memandang penyebabnya.

PDSMI, 1998

II.10. Komplikasi Uveitis Anterior

Berikut ini adalah beberapa komplikasi dari uveitis anterior:

Sinekia anterior perifer. Uveitis anterior dapat menimbulkan sinekia anterior perifer

yang menghalangi humor akuos keluar di sudut iridokornea (sudut kamera anterior)

sehingga dapat menimbulkan glaukoma.

Sinekia posterior dapat menimbulkan glaukoma dengan berkumpulnya akuos humour

di belakang iris, sehingga menonjolkan iris ke depan.

Gangguan metabolisme lensa dapat menimbulkan katarak

Edema kistoid makular dan degenerasi makula dapat timbul pada uveitis anterior yang

berkepanjangan.

Gambar 5. Glaucoma sudut tertutup dan Katarak matur

www.stlukesEye .com dan sidarta ilyas

19

Page 20: REFRAT uveitis

II.11. Prognosis Uveitis Anterior

Kebanyakan kasus uveitis anterior berespon baik jika dapat didiagnosis secara awal

dan diberi pengobatan. uveitis anterior mungkin berulang, terutama jika ada penyebab

sistemiknya. Karena baik para klinisi dan pasien harus lebih waspada terhadap tanda dan

mengobati dengan segera. Prognosis visual pada iritis kebanyak akan pulih dengan baik,

tanpa adanya katarak, glaucoma atau posterior uveitis.

20

Page 21: REFRAT uveitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Wong tien YN, ” Uvetis Systemic and Tumots” , The Opthlmolgy Examinations

Review, Wrld Scientific, Singapura:2001. P321-323.

2. www.stlukesEye .com

3. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Traktus Uvealis dan Sklera. Dalam :

Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2000. 155-160.

4. Rao NA, Foster DJ, Augsburger JJ. Uveitis and Intraocular Neoplasms. In: He Uvea.

New York: Raven Press, 1992.

5. Ilyas Sidarta, Uveitis Anterior, Ilmu Penyakit Mata, ed II, FKUI, Jakarta: 2002

6. Kanski JJ. Retinal Vascular Disorders in Clinical Ophthalmology: A Systematic

Approach. 3rd Edition. Oxford: Butterworth-Heinemann Ltd, 1994. 152-200.

7. Gunawan wasisdi, Gambaran Klinis Uveitis Anterior Akua pada HLA B27 Positif,

FKUGM, Yogyakarta

8. www.allaboutvision.com

9. PDSMI. Ilmu Penyakit Mata. PDSMI 1998 : 159-176

21