28
KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan anugrah-Nya, pembahasan referat meningioma ini dapat diselesaikan dengan baik. Pembahasan referat tentang meningioma ini disusun sebagai salah satu tugas dalam pelaksanaan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Bedah RSUP Fatmawati periode 09 Agustus 2010-24 oktober 2010. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. M. Evodia Selamat Raharjo.SpBs selaku pembimbing dalam penyusunan tugas ini serta seluruh pihak yang telah membantu, sehingga case atau referat Meningioma ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, karena itu sangat diharapkan kritik dan saran untuk perbaikan referat ini Jakarta, September 2010 Penulis

Refrat Meningioma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

meniongoma

Citation preview

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan

anugrah-Nya, pembahasan referat meningioma ini dapat diselesaikan dengan baik.

Pembahasan referat tentang meningioma ini disusun sebagai salah satu tugas

dalam pelaksanaan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Bedah RSUP Fatmawati periode

09 Agustus 2010-24 oktober 2010.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. M.

Evodia Selamat Raharjo.SpBs selaku pembimbing dalam penyusunan tugas ini serta

seluruh pihak yang telah membantu, sehingga case atau referat Meningioma ini dapat

terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, karena itu sangat

diharapkan kritik dan saran untuk perbaikan referat ini

Jakarta, September 2010

Penulis

BAB IPENDAHULUAN

Space-Occupying Lesions pada otak umumnya berhubungan dengan malignansi namun keadaan patologi lain meliputi Abses otak atau hematom. Adanya SOL dalam otak akan memberikan gambaran seperti tumor, yang meliputi gejala umum yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial, perubahan tingkah laku, false localizing sign serta kelainan tergantung pada lokasi tumor (true localizing sign). Tumor juga dapat menyebabkan infiltrasi dan kerusakan pada struktur organ yang penting seperti terjadinya obstruksi pada aliran LCS yang menyebabkan hidrosefalus atau menginduksi angiogenesis dan edem otak.

GEJALA KLINIS

Gejala klinik umum.Gejala klinik umum timbul karena peningkatan tekanan intracranial, meliputi : 1. Nyeri kepala, merupakan gejala awal pada 20% pasien tumor yang kemudian

berkembang menjadi 60% . Nyeri kepala berat juga diperberat dengan oleh perubahan posisi, batuk, manuever valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% pasien. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80% dan terutama pada bagian frontal. Tumor fossa posteri memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.

2. Muntah tanpa diawali dengan mual, mengindikasikan tumor yang luas dengan efek massa tumor tersebut juga mengidikasikan adanya pergeseran otak.

3. Perubahan status mental, meliputi gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan berkurangnya inisiatif yang terletak pada lobus frontal atau temporal.

4. Ataksia dan gangguan keseimbangan. 5. Seizure, adalah gejala tumor yang berkembang lambat, paling sering terjadi

pada tumor di lobus frontal kemudian pada tumor lobus parietal dan temporal. Gejala epilepsi yang muncul pertama kali pada usia pertengahan mengindikasikan adanya suatu SOL.

6. Papil edem, dapat dinilai dengan ophthalmoskop. Pada keadaan awal tidak menyebabkan hilangnya daya penglihatan, tetapi edem papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap.

Gejala lokal yang menyesatkan dan tanda lateralisasi Gejala lokal yang menyesatkan ini melibatkan neuroaksis kecil dari lokasi tumor yang

sebenarnya. Sering disebabkan karena penigkatan tekanan intrakranial, pergeseran dari struktur-struktur intrakranial atau iskemi. Gejala-gejala tersebut meliputi parese nervus VI, sindrom horner, gejala-gejala serebelum belum mengindikasikan lokasinya di serebelum.

Gejala klinik lokal Lobus temporal : depersonalisasi, perubahan emosi, gangguan tingkah laku,

disfasia, kejang , hemianopsia/quadrianopsia inferior homonym kontralateral. Lobus frontal : anosmia, dysphasia (Brocca), hemiparesis (contralateral) Lobus parietal : hemisensory loss, gangguan diskrimani 2 titik. Lobus oksipital : gangguan lapangan pandang kontalateral. Cerebellopontine angle : acoustic neuroma, tinitus, tuli ipsilateral, nystagmus, menurunnya refleks kornea, dan tanda cerebelar ipsilateral. Corpus callosum : deteorisasi intelektual, kehilangan kemampuan komunikasi. Midbrain : pupil anisokor, gangguan pada saraf kranial. ETIOLOGI

Penyebab dari SOL ini dapat berupa : 1. Malignansi - Meliputi metastase, glioma, meningioma, adenoma pituitary, dan neuroma akustik

merupakan 95% dari seluruh tumor. - Pada dewasa 2/3 dari tumor primer terletak supratentorial, tetapi pada anak-

anak 2/3 tumor terletak infratentorial. - Tumor primer umumnya tidak melakukan metastasis dan sekitar 30% tumor

otak merupakan tumor metastasis dan 50% diantaranya adalah tumor multipel. SOL lain meliputi : 2. Hematoma , yang dapat disebabkan trauma. 3. Abses serebral. 4. Amubiasis serebral dan cystiserkosis. 5. Limfoma yang sering terjadi akibat infeksi HIV. 6. Granuloma dan tuberkuloma.

Meningioma adalah tumor pada meningen yang merupakan selaput pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis. Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian otak maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi di hemisphere otak di semua lobusnya. Kebanyakan meningioma bersifat jinak (benign). Meningioma malignant jarang terjadi .

Meningioma merupakan neoplasma intracranial nomor 2 dalam urutan frekuensinya yaitu mencapai angka 20%. Ia lebih sering dijumpai pada wanita daripada pria terutama pada golongan umur antara 50-60 tahun dan memperlihatkan kecenderungan untuk ditemukan pada beberapa anggota di satu keluarga. Korelasi dengan trauma kapitis kurang meyakinkan. Pada umumnya meningioma dianggap sebagai neoplasma yang berasal dari glioblas di sekitar vili arachnoid. Sel di medulla spinalis yang sebanding dengan sel tersebut ialah sel yang terletak pada tempat pertemuan antara arachnoid dengan dura yang menutupi radiks.

Tempat predileksi di ruang cranium supratentorial ialah daerah parasagital. Yang terletak di krista sphenoid, parasellar, dan baso-frontal biasanya gepeng atau kecil bundar. Bilamana meningioma terletak infratentorial, kebanyakan didapati di samping medial os petrosum di dekat sudut serebelopontin. Meningioma spinalis mempunyai kecenderungan untuk memilih tempat di bagian T.4 sampai T.8. Meningioma yang bulat sering menimbulkan penipisan pada tulang tengkorak sedangkan yang gepeng justru menimbulkanhyperostosis.

Meningioma dapat tumbuh di mana saja di sepanjang meningen dan dapat menimbulkan manifestasi klinis yang sangat bervariasi sesuai dengan bagian otak yang terganggu. Sekitar 40% meningioma berlokasi di lobus frontalis dan 20% menimbulkan gejala sindroma lobus frontalis. Sindroma lobus frontalis sendiri merupakan gejala ketidakmampuan mengatur perilaku seperti impulsif, apati, disorganisasi, defisit memori dan atensi, disfungsi eksekutif, dan ketidakmampuan mengatur mood

EPIDEMOLOGI DAN INSIDEN

Tumor ini mewakili 20% dari semua neoplasma intracranial dan 12 % dari semua tumor medulla spinalis. Meningioma biasanya jinak, tetapi bisa kambuh setelah diangkat. Tumor ini lebih sering ditemukan pada wanita dan biasanya muncul pada usia 40-60 tahun, tetapi tidak tertutup kemungkinan muncul pada masa kanak-kanak atau pada usia yang lebih lanjut.Paling banyak meningioma tergolong jinak(benign) dan 10 % malignant. Meningioma malignant dapat terjadi pada wanita dan laki-laki,meningioma benign lebih banyak terjadi pada wanita.

ETIOLOGI

Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma, namun beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang jelek yang meyebabkan timbulnya meningioma. Para peneliti sedang mempelajari beberapa teori tentang kemungkinan asal usul meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningiomas berisi kromosom 22 yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain dapat berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering terjadi pada usia muda. Disamping itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan dengan pertumbuhan meningioma Kromosom ini biasanya terlibat dalam menekan pertumbuhan tumor. Penyebab kelainan ini tidak diketahui. Meningioma juga sering memiliki salinan tambahan dari platelet diturunkan faktor pertumbuhan (PDGFR) dan epidermis reseptor faktor pertumbuhan (EGFR) yang mungkin memberikan kontribusi pada pertumbuhan tumor ini. Sebelumnya radiasi ke kepala, sejarah payudara kanker, atau neurofibromatosis tipe 2 dapat risiko faktor untuk mengembangkan meningioma. Multiple meningiomas terjadi pada 5% sampai 15% dari pasien, terutama mereka dengan neurofibromatosis tipe 2. Beberapa meningiomas memiliki reseptor yang berinteraksi dengan hormon seks progesteron, androgen, dan jarang estrogen. Ekspresi progesteron reseptor dilihat paling sering pada jinak meningiomas, baik pada pria dan wanita. Fungsi reseptor ini belum sepenuhnya dipahami, dan demikian, sering kali menantang bagi dokter untuk menasihati pasien perempuan mereka tentang penggunaan hormon jika mereka memiliki sejarah suatu meningioma. Meskipun peran tepat hormon dalam pertumbuhan meningioma belum ditentukan, peneliti telah mengamati bahwa kadang-kadang mungkin meningioma tumbuh lebih cepat pada saat kehamilan

BAB II

PEMBAHASAN

ANATOMI

Meninges craniales (pembungkus-pembungkus meningeal otak) terdiri dari tiga lapis, yaitu:

Duramater craniales, lapis luar yang tebal dan kuat.

Arachnoidea mater craniales, lapis antara yang menyerupai sarang laba-laba.

Piamater cranialis, lapis terdalam yang halus dan mengandung banyak pembuluh darah.

Duramater cranialis terdiri dari dua lapisan:

Lapisan endosteal (periosteal) sebelah luar dibentuk oleh periosteum yang membungkus permukaan dalam calvaria.

Lapisan meningeal sebelah dalam adalah suatu selaput fibrosa yang kuat yang berlanjut terus di foramen magnum dengan duramater spinalis yang membungkus medulla spinalis.

Vaskularisasi dan persarafan duramater cranialis

Arteri-arteri duramater mengantar lebih banyak darah kepada calvaria dibandingkan kepada duramater cranialis. Arteri meningeal terbesar, yakni arteria meningea media, adalah cabang arteria maxillaries. Arteria meningea media memasuki cavitas cranii melalui foramen spinosum, melintas ke arah lateral pada dasar fossa cranii media, dan berbelok ke arah superolateral pada ala major ossis spheinodalis, dan disini terbagi menjadi ramus posterior dan anterior. Ramus anterior melintas ke superiorke titik pterion, lalu melengkung ke posterior dan naik kea rah puncak kepala. Ramus posterior melintas ke superoposterior dan melepas cabang-cabang untuk bagian posterior cranium. Vena-vena duramater mengiringi arteri-arteri meningeal dan juga dapat terobek pada fraktur calvaria.(3)

Persarafan duramater cranialis terutama terjadi melalui ketiga divisi nervus cranialis V. cabang-cabang sensoris juga berasal dari nervus vagus ( nervus cranialis X) dan ketiga saraf servikal teratas. Badan-badan akhir sensoris dalam duramater cranialis terdapat

lebih banyak sepanjang kedua sisi sinus sagittalis superior dan dalam tentorium cerebelli disbanding dasar cranium. Serabut untuk rasa sakit jugabanyak terdapat pada tempat arteri-arteri dan vena-vena menembus duramater cranialis

Ruang-ruang meningeal

Salut-salut otak berhubungan dengan tiga ruang meningeal:

Spatium epidurale terdapat ossa cranii dan lapis endostial duramater cranialis (karean duramater melekat pada tulang-tulang, spatium epidurale bersifat potensial, ruang potensial inimenjadi ruang yang nyata, jika darah dari pembuluh darah yang koyak, tertimbun didalamnya)

Spatium subdural adlah sebuah ruang potensial yang dapat berkembang pada bagian terdalamduramater setelah cedera kepala.

Spatium subarachnoideum yang tedapat antara arachnoidea mater dan piamater, berisi CSS.

V. PATOFISIOLOGI

Seperti banyak kasus neoplasma lainnya, masih banyak hal yang belum diketahui dari meningioma. Tumor otak yang tergolong jinak ini secara histopatologis berasal dari sel pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap cells) yang mengalami granulasi dan perubahan bentuk. Patofisiologi terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade eikosanoid diduga memainkan peranan dalam tumorogenesis dan perkembangan edema peritumoral .

VI. KLASIFIKASI

WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor yang telah diketahui, termasuk meningioma. Tumor diklasifikasikan melalui tipe sel dan derajat pada hasil biopsi yang dilihat di bawah mikroskop. Penatalaksanaannya pun berbeda-beda di tiap derajatnya . a. Grade I Meningioma tumbuh dengan lambat . Jika tumor tidak menimbulkan gejala, mungkin pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara periodic. Jika tumor semakin bverkembang, maka pada akhirnya dapat menimbulkan gejala, kemudian penatalaksanaan bedah dapat direkomendasikan. Kebanyakan meningioma grade I diterapi dengan tindakan bedah dan observasi yang continue .

b. Grade II Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan grade I dan mempunyai angka kekambuhan yang lebih tinggi juga. Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe ini. Meningioma grade II biasanya membutuhkan terapi radiasi setelah pembedahan .

c. Grade III Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma malignant atau meningioma anaplastik. Meningioma malignant terhitung kurang dari 1 % dari seluruh kejadian meningioma. Pembedahan adalah penatalaksanaan yang pertama untuk grade III diikuri dengan terapi radiasi. Jika terjadi rekurensi tumor, dapat dilakukan kemoterapi .

Meningioma juga diklasifikasikan ke dalam subtype berdasarkamn lokasi dari tumor.

1. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma). Falx adalah selaput yang terletak antara dua sisi otak yang memisahkan hemisfer kiri dan kanan. Falx cerebri mengandung pembuluh darah besar. Parasagital meningioma terdapat di sekitar falx

2. Meningioma Convexitas (20%). Tipe meningioma ini terdapat pada permukaan atas otak.

3. Meningioma Sphenoid (20%) Daerah Sphenoidalis berlokasi pada daerah belakang mata. Banyak terjadi pada wanita.

4. Meningioma Olfactorius (10%). Tipe ini terjadi di sepanjang nervus yang menghubungkan otak dengan hidung.

5. Meningioma fossa posterior (10%). Tipe ini berkembang di permukaan bawah bagian belakang otak.

6. Meningioma suprasellar (10%). Terjadi di bagian atas sella tursica, sebuah kotak pada dasar tengkorak dimana terdapat kelenjar pituitary.

7. Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada wanita yang berumur antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pda medulla spinbalis setingkat thorax dan dapat menekan spinal cord. Meningioma spinalis dapat menyebabkan gejala seperti nyeri radikuler di sekeliling dinding dada, gangguan kencing, dan nyeri tungkai.

8. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%). Tipe ini berkembang paa atau di sekitar mata cavum orbita.

9. Meningioma Intraventrikular (2%). Terjadi pada ruangan yang berisi cairan di seluruh bagian otak.

GAMBARAN HISTOPATOLOGI

Meningioma intrakranial banyak ditemukan di regio parasagital, selanjutnya di daerah permukaan konveks lateral dan falx cerebri. Di kanalis spinalis meningioma lcbih sering menempati regio torakal. Pertumbuhan tumor ini mengakibatkan tekanan hebat pada jaringan sekitamya, namun jarang menyebuk ke jaringan otak. Kadang-kadang ditemukan fokus-fokus kalsifikasi kecil-kecil yang berasal dari psammoma bodies, bahkan dapat ditemukan pembentukan jaringan tulang baru.3

Secara histologis, meningioma biasanya berbentuk globuler dan meliputi dura secara luas. Pada permukaan potongan, tampak pucat translusen atau merah kecoklatan homogen serta dapat seperti berpasir. Dikatakan atipikal jika ditemukan proses mitosis pada 4 sel per lapangan pandang elektron atau terdapat peningkatan selularitas, rasio small cell dan nukleus sitoplasma yang tinggi, uninterupted patternless dan sheet-like growth. Sedangkan pada anaplastik akan ditemukan peningkatan jumlah mitosis sel, nuklear pleomorphism, abnormalitas pola pertumbuhan meningioma dan infiltrasi serebral.  Imunohistokimia dapat membantu diagnosis meningioma. Pada pasien dengan meningioma, 80% menunjukkan adanya epithelial membrane antigen (EMA) yang positif. Stain negatif untuk anti-Leu 7 antibodi (positif pada Schwannomas) dan glial fibrillary acidid protein (GFAP).2

VII. DIAGNOSA

Manifestasi klinik Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor pada otak dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh terganggunay fungsi normal dari bagian khusus dari otak atau btekanan pada nervus atau pembuluh darah). Secara umum, meningioma tidak bisa didiagnosa pada gejala awal.. Gejala umumnya seperti.; - Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk saat beraktifitas atau pada pagi hari.- Perubahan mental- Kejang- Mual muntah- Perubahan visus, misalnya pandangan kabur. Gejala dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor;- Meningioma falx dan parasagittal; nyeri tungkai- Meningioma Convexitas; kejang, sakit kepala, deficit neurologis fokal, perubahan status mental- Meningioma Sphenoid; kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan pandang, kebutaan, dan penglihatan ganda.- Meningioma Olfactorius; kurangnya kepekaan penciuman, masalah visus.- Meningioma fossa posterior; nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme otot-otot wajah, berkurangnya pendengaran, gangguan menelan, gangguan gaya berjalan, - Meningioma suprasellar; pembengkakan diskus optikus, masalah visus- Spinal meningioma ; nyeri punggung, nyeri dada dan lengan- Meningioma Intraorbital ; penurunan visus, penonjolan bola mata- Meningioma Intraventrikular ; perubahan mental, sakit kepala, pusing

Pemeriksaan Radiologi

Foto polos Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari meningioma pada foto polos. Dinidikasikan untuk tumor pada meninngen. Tampak erosi tulang dan dekstruksi sinus sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak. Pembesaran pembuluh darah meningen menggambarkan dilatasi arteri meningen yang mensuplai darah ke tumor. Kalsifikasi terdapat pada 20-25% kasus dapat bersifat fokal maupun difus.

CT-Scan CT-scan kontras dan CT-scan tanpa kontras memperlihatkan paling banyak meningioma. Tampak gambran isodense hingga hiperdense pada foto sebelum kontras, dan gambaran peningkatan densitas yang homogeny pada foto kontras. Tumor juga memberikan gambaran komponen cystic dan kalsifikasi pada beberapa kasus. Udem peritumoral dapat terlihat dengan jelas. Perdarahan dan cairan intratumoral sampai akumulasi cairan dapat terlihat .

MRI MRI merupakan pencitraan yang sangat baik digunakan untuk mengevaluasi meningioma. MRI memperlihatkan lesi berupa massa, dengan gejala tergantung pada lokasi tumor berada, gambaran meningioma 62-70% terdapat dural tail.

ANGIOGRAFI

Umumnya meningioma merupakan tumor vascular. Dan dapat menimbulkan gambaran “”. Selanjutnya arteri dan kapiler memperlihatkan gambaran vascular yang homogen dan prominen yang disebut dengan mother and law phenomenon.

VIII. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan meningioma tergantung dari lokasi dan ukuran tumor itu sendiri. Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya berubah berdasarkan faktor resiko, pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak hanya mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang untuk menurunkan kejadian rekurensi.

Rencana preoperatif Pada pasien dengan meningioma supratentorial, pemberian antikonvulsan dapat segera diberikan, deksametason diberikan dan dilindungi pemberian H2 antagonis beberapa hari sebelum operasi dilaksanakan. Pemberian antibiotik perioperatif digunakan sebagai profilaksis pada semua pasien untuk organisme stafilokokkus, dan pemberian cephalosporin generasi III yang memiliki aktifitas terhadap organisem pseudomonas, serta pemberian metronidazol (untuk organisme anaerob) ditambahkan apabila operasi direncanakan dengan pendekatan melalui mulut, sinus paranasal, telinga, atau mastoid

.Klasifikasi Simptom dari ukuran reseksi pada meningioma intracranial.

Grade I Reseksi total tumor, perlekatan dural dan tulang abnormal

Grade II Reseksi total tumor, koagulasi dari perlekatan dura

Grade III Reseksi total tumor, tanpa reseksi atau koagulasi dari perlekatan dura, atau mungkin perluasan ekstradural ( misalnya sinus yang terserang atau tulang yang hiperostotik).

Grade IV Reseksi parsial tumor

Grade V Dekompresi sederhana (biopsy)

Pembedahan dalam meningioma sangat bervariasi, kadang-kadang memerlukan bermacam-macam operasi dari spesialisasi yang berbeda. (2)

Tujuan dari pembedahan adalah untuk: (2)

Untuk mendapatkan jaringan untuk konfirmasi diagnosis.

Mengangkat tumor supaya mengembalikan tekanan intrakranial ke normal.

Mengembalikan atau meningkatkan fungsi sarafnya.

Jika memungkinkan dan aman, diangkat seluruhnya sehingga tidak akan tumbuh lagi.

Jenis-jenis operasi pada meningioma dengan minimal invasif. (2)

Pengangkatan meningioma di hidung melalui endoskopik, untuk:

Meningioma serabut olfactorius

Meningioma tuberkulum sella

Meningioma sella

Pengangkatan keyhole microsurgical melalui alis mata, untuk:

Meningioma serabut olfactorius

Meningioma sphenoid wing

Pengangkatan endoport untuk meningioma intraventrikuler

Drainage ventrikel

o Cara ini digunakan umpamanya pada neoplasma dari fossa posterior

dengan obstruksi akut dari sistem ventrikel, tekanan intrakranial meningkat secara massif dan oedema otak yang ikut menyertainya.1

Penutupan vaskuler

o Cara ini digunakan paling sering pada meningioma dengan banyak sekali

pembuluh darah (highly vascular meningioma). Biasanya dilakukan ± 24 jam sebelum operasi yaitu penutupan dari arteria karotis eksterna yang memberi darah pada tumor dengan macam-macam tehnik embolisasi.1

Rekurensi Tumor Tergantung terutama pada kelengkapan pengangkatan. Jenis tumor tampaknya kurang penting walau tingkat yang tinggi dari rekurensi dilaporkan pada varian hemangioperisitik dari kelompok angioblastik seperti halnya tumor yang memperlihatkan gambaran maligna. Meningioma rekuren pada hingga sepertiga pasien yang diamati lebih dari 10 tahun.

Radioterapi Penggunaan external beam irradiation pada meningioma semakin banyak dipakai untuk terapi. External beam irradiation dengan 4500-6000 cGy dilaporkan efektif untuk melanjutkan terapi operasi meningioma reseksi subtotal, kasus-kasus rekurensi baik yang didahului dengan operasi sebelumnya ataupun tidak. Pada kasus meningioma yang tidak dapat dioperasi karena lokasi yang sulit, keadaan pasien yang buruk, atau pada pasien yang menolak dilakukan operasi, external beam irradiation masih belum menunjukkan keefektifitasannya. Teori terakhir menyatakan terapi external beam irradiation tampaknya akan efektif pada kasus meningioma yang agresif (atyppical, malignan), tetapi informasi yang mendukung teori ini belum banyak dikemukakan.Efektifitas dosis yang lebih tinggi dari radioterapi harus dengan pertimbangan komplikasi yang ditimbulkan terutama pada meningioma. Saraf optikus sangat rentan mengalami kerusakan akibat radioterapi. Komplikasi lain yang dapat ditimbulkan berupa insufisiensi pituitari ataupun nekrosis akibat radioterapi.

Radiasi Stereotaktik Terapi radiasi tumor menggunakan stereotaktik pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960an menggunakan alat Harvard proton beam. Setelah itu penggunaan stereotaktik radioterapi ini semakin banyak dilakukan untuk meningioma. Sumber energi yang digunakan didapat melalui teknik yang bervariasi, yang paling sering digunakan adalah sinar foton yang berasal dari Co gamma (gamma knife) atau linear accelerators (LINAC) dan partikel berat (proton, ion helium) dari cyclotrons. Semua teknik radioterapi dengan stereotaktik ini dapat mengurangi komplikasi, terutama pada lesi dengan diameter kurang dari 2,5 cm.Steiner dan koleganya menganalisa pasien meningioma yang diterapi dengan gamma knife dan diobservasi selama 5 tahun. Mereka menemukan sekitar 88% pertumbuhan tumor ternyata dapat dikontrol. Kondziolka dan kawan-kawan memperhitungkan pengontrolan pertumbuhan tumor dalam 2 tahun pada 96 % kasus. Baru-baru ini peneliti yang sama melakukan studi dengan sampel 99 pasien yang diikuti selama 5 hingga 10 tahun dan didapatkan pengontrolan pertumbuhan tumor sekitar 93 % kasus dengan 61 % massa tumor mengecil. Kejadian defisit neurologis baru pada pasien yang diterapi dengan stereotaktik tersebut kejadiannya sekitar 5 %

Kemoterapi Modalitas kemoterapi dengan regimen antineoplasma masih belum banyak diketahui efikasinya untuk terapi meningioma jinak maupun maligna. Kemoterapi sebagai terapi ajuvan untuk rekuren meningioma atipikal atau jinak baru sedikit sekali diaplikasikan pada pasien, tetapi terapi menggunakan regimen kemoterapi (baik intravena atau intraarterial cis-platinum, decarbazine (DTIC) dan adriamycin) menunjukkan hasil yang kurang memuaskan (DeMonte dan Yung), walaupun regimen tersebut efektifitasnya sangat baik pada tumor jaringan lunak. Laporan dari Chamberlin pemberian terapi kombinasi menggunakan cyclophosphamide, adriamycin, dan vincristine dapat memperbaiki angka harapan hidup dengan rata-rata sekitar 5,3 tahun. Pemberian obat kemoterapi lain seperti hydroxyurea sedang dalam penelitian. Pertumbuhan sel pada meningioma dihambat pada fase S dari siklus sel dan menginduksi apoptosis dari beberapa sel dengan pemberian hydroxyurea. Dan dilaporkan pada satu kasus pemberian hydroxyurea ini memberikan efek pada pasien-pasien dengan rekurensi dan meningioma yang tidak dapat direseksi. Pemberian Alfainterferon dilaporkan dapat memperpanjang waktu terjadinya rekurensi pada kasus meningioma yang agresif. Dilaporkan juga terapi ini kurang menimbulkon toksisitas dibanding pemberian dengan kemoterapi.

Pemberian hormon antogonis mitogen telah juga dilakukan pada kasus dengan meningioma. Preparat yang dipakai biasanya tamoxifen (anti estrogen) dan mifepristone (anti progesteron). Tamoxifen (40 mg/m2 2 kali/hari selama 4 hari dan dilanjutkan 10 mg 2 kali/hari) telah digunakan oleh kelompok onkolologi Southwest pada 19 pasien dengan meningioma yang sulit dilakukan reseksi dan refrakter. Terdapat pertumbuhan tumor pada 10 pasien, stabilisasi sementara pertumbuhan tumor pada 6 pasien, dan respon minimal atau parsial pada tiga pasien Pada dua studi terpisah dilakukan pemberian mifepristone (RU486) 200 mg perhari selama 2 hingga 31 bulan. Pada studi yang pertama didapatkan 5 dari 14 pasien menunjukkan perbaikan secara objektif yaitu sedikit pengurangan massa tumor pada empat pasien dan satu pasien gangguan lapang pandangnya membaik walaupun tidak terdapat pengurangan massa tumor; terdapat pertumbuhan ulang pada salah satu pasien tersebut. Pada studi yang kedua dari kelompok Netherlands dengan jumlah pasien 10 orang menunjukkan pertumbuhan tumor berlanjut pada empat pasien, stabil pada tiga pasien, dan pengurangan ukuran yang minimal pada tiga pasien. Tiga jenis obat tersebut sedang dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar pada meningioma tetapi sampai sekarang belum ada terapi yang menjadi prosedur tetap untuk terapi pada tumor ini.

IX. PROGNOSIS

Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada orang dewasa survivalnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan survival rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak lebih agresif, perubahan menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi sangat besar. Pada penyelidikan pengarang-pengarang barat lebih dari 10% meningioma akan mengalami keganasan dan kekambuhannya tinggi. Sejak 18 tahun meningioma dipandang sebagai tumor jinak, dan bila letaknya mudah dapat diangkat seluruhnya. Degenerasi keganasan tampak bila ada:

invasi dan kerusakan tulang tumor tidak berkapsul pada saat operasi invasi pada jaringan otak.

Angka kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang dilaporkan, dengan kemajuan teknik dan pengalaman operasi para ahli bedah maka angka kematian post operasi makin kecil. Diperkirakan angka kematian post operasi selama lima tahun (1942–1946) adalah 7,9% dan (1957–1966) adalah8,5%. Sebab-sebab kematian menurut laporan-laporan yang terdahulu yaitu perdarahan dan edema otak .

BAB III

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjono M, Sidharta P. Dalam: Neurologi klinis dasar. : Fakultas Kedokteran Universtas Indonesia; 2003. Hal 393-4.

2. Focusing on tumor meningioma[ cited 2009 November 20]. Availble from: http://www.abta.org/meningioma.pdf

3. Patogenesis, histopatologi, dan klasifikasi meningioma[cited 2009 November 20]. Availble from: http://www.neuroonkologi.com/articles/Patogenesis,%20histopatologi%20dan%20klasifikasi%20meningioma.doc

4. Luhulima JW. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat. Makassar: Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.

5. Image of meninx. [cited 2009 November 20]. Available from:www. American Society of Oncology

6. HF, etc. Spinal nerve origin. In: Neuroanatomy and neurophysiology. USA: Icon Custom Communication: 2002. P. 24

7. Meningiomas. [cited 2009 November 20]. Available from: www. Mayfieldclinic.com8. Meningioma[cited 2009 November 20]. Available from:. http://www.cancer.net9. Fyann E, Khan N, Ojo A. Meningioma. In: SA Journal of Article Radiology. SA:

Medical University of Southern Africa; 2004. p. 3-5.10. Neuroradiology Imaging Teaching Files Case Thirty Six-Meningioma. [cited 2009

November 20]. Available from: http://www.uhrad.com/mriarc/mri036.htm11.Meningioma[cited 2009 November 20]. Available from:

http://www.meddean.luc.edu/Lumen/meded/radio/curriculum/N/Meningioma1.htm12.Manajemen Meningioma. [cited 2009 November 20]. Available from: www.google

. com13. Widjaja D, Meningioma intracranial[cited 2009 November 23]. Available from:

http://www.portalkalbe.co.id/files/cdk/files/09MeningiomaIntrakranial016.pdf/09MeningiomaIntrakranial016.html

CASE

MENINGIOMA

Pembimbing :

Dr. M. Evodia Sp.BS

Disusun oleh :

Franky Yuniar Maradona

030.05.099

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Jakarta 2010