Upload
dimas-gatra-diantoro
View
168
Download
21
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dafas
REFERAT
PENGGUNAAN KETAMINE SEBAGAI TOTAL INTRAVENA (TIVA)
Dosen Pembimbing :
dr. Dudik Haryadi, SpAn
Disusun oleh :
Fauziah Awaliyah 201.311.112
Es. Dwi Nurmala Sari 201.311.151
SMF ANESTESI
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
2008
1
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
PENGGUNAAN KETAMINE SEBAGAI TOTAL INTRA VENA (TIVA)
Disusun oleh :
1. Fauziah Awaliyah 201.311.1122. Es. Dwi Nurmala Sari 201.311.151
Telah disetujui dan dipresentasikan padaTanggal : Februari 2008
Pembimbing :
Dr. Dudik Haryadi, Sp.An.
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat
dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul : “Penggunaan Ketamine
Sebagai Total Intra Vena (TIVA)”.
Adapun referat ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik di Bagian Anestesi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Dudik H, Sp.An;dr. Diding M. Syamsudin, Sp.An;dr. Hermin,Sp.An; yang telah
membimbing penulis dalam pembuatan referat.
2. dr. Yose dan dr. Hartawan, residen anestesi, yang telah membantu penyusunan referat
ini.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan referat ini masih banyak kekurangan. Untuk itu
penulis menghimbau agar para pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan referat ini.
Akhirnya penulis berharap agar referat ini dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Purwokerto, February 2008
Penulis
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................2
KATA PENGANTAR.....................................................................................................3
DAFTAR ISI....................................................................................................................4
I. PENDAHULUAN..........................................................................................................5
II. PEMBAHASAN...........................................................................................................8
Anestesi Intravena.................................................................................................8
Ketamine................................................................................................................9
1. Indikasi dan Penggunaan...........................................................................9
2. Obat-obat gol lain………………………………………………………..11
3. Premedikasi................................................................................................12
4. Ketamine Intravena....................................................................................13
Efek Ketamine dalam Tubuh.................................................................................14
1. System saraf pusat (CNS)...........................................................................14
2. System Cardiovaskular (CVS)....................................................................15
3. System respirasi...........................................................................................16
4. Farmakokinetik............................................................................................16
5. PulihAnestesi...............................................................................................17
6. Nyeri Pasca Operasi....................................................................................17
7. Mual Muntah Pasca Operasi.......................................................................18
III. KESIMPULAN.............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… .20
4
BAB I
PENDAHULUAN
Obat anestesi intravena adalah obat anestesi yang diberikan melalui jalur intravena, baik
obat yang berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun pelumpuh otot. Setelah berada didalam
pembuluh darah vena, obat – obat ini akan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh melalui sirkulasi
umum, selanjutnya akan menuju target organ masing –masing dan akhirnya diekskresikan sesuai
dengan farmakodinamiknya masing-masing.3
Pemilihan teknik anestesi merupakan hal yang sangat penting, membutuhkan pertimbangan
yang sangat matang dari pasien dan faktor pembedahan yang akan dilaksanakan, pada populasi
umum walaupun regional anestesi dikatakan lebih aman daripada general anestesi, tetapi tidak
ada bukti yang meyakinkan bahwa teknik yang satu lebih baik dari yang lain, sehingga
penentuan teknik anestesi menjadi sangat penting. Pemahaman tentang sirkulasi darah sangatlah
penting sebelum obat dapat diberikan secara langsung ke dalam aliran darah, kedua hal tersebut
yang menjadi dasar pemikiran sebelum akhirnya anestesi intravena berhasil ditemukan3.
William Morton , tahun 1846 di Boston , pertama kali menggunakan obat anestesi dietil
eter untuk menghilangkan nyeri selama operasi. Di jerman tahun 1909, Ludwig Burkhardt,
melakukan pembiusan dengan menggunakan kloroform dan ether melalui intravena, tujuh tahun
kemudian, Elisabeth Brendenfeld dari Swiss melaporkan penggunaan morfin dan skopolamin
secara intravena.Sejak diperkenalkan di klinis pada tahun 1934, Thiopental menjadi “Gold
Standard” dari obat – obat anestesi lainnya, berbagai jenis obat-obat hipnotik tersedia dalam
bentuk intavena, namun obat anestesi intravena yang ideal belum bisa ditemukan3.
Ketamine di laporkan pertama kali pada tahun 1962 sebagai bagian dari usaha dalam
menemukan obat anestesi alternatif dari Phencyclidine (PCP), dimana obat yang alama ini
mengakibatkan efek halusinasi, neurotoksisitas dan kejang. Ketamine ini pertama kali diberikan
kepada prajurit Amerika pada saat perang Vietnam. Obat ini sudah digunakan untuk manusia.
Ada beberapa kejadian yang dapat menguatkan bahwa ketamine berpotensi menyebabkan
emergensi phenomena karena obat ini kemungkinan mempunyai efek psychotomimetic.1.
5
Efek samping dari ketamine ini mulai populer pada tahun 1965. Obat ini digunakan oleh
psikiatrik dan akademi-akademi lainnya untuk dilakukan suatu riset pada tahun 1970, tahun
1978 riset tentang obat ini mulai populerkan oleh ilmuwan yang bernama Jonh Lilly’s, Marcia
Moore dan Howard Altouinian’s Journey ke dunia luar, yang di dokumentasikan sebagai
phenomena intoksisitas ketamine yang tidak biasa1..
Induksi adalah bagian kedua dari anastesi. Pada pasien yang tidak diberi obat pre-medikasi,
induksi mungkin merupakan satu-satunya prosedur anastesi yang diingat selanjutnya, tetapi
banyak pasien yang menerima pre-medikasi lupa sama sekali akan proses induksi.2
Tujuan induksi bukan untuk menganastesi, tetapi melainkan hanya untuk memulai agar
proses anastesi cepat dan nyaman : dikatakan disini sebagai induksi tidur dengan hipnosis
kimiawi2.
Ada empat cara praktis untuk memasukan obat anastesi ke dalam tubuh yaitu2:
Intra-Vena
Intra-Muskular
Inhalasi
Rectal
Agen induksi intra-vena yang ideal adalah agen yang mempunyai3 :
Mula kerja cepat
Efek yang dalam
Lama kerja singkat
Tidak ada interaksi
Indeks-indeks intrapeutik luas3
Salah satu obat induksi intra-vena yang digunakan disini adalah Ketamine.
Ketamine sering digambarkan sebagai suatu “obat bius yang unik” karena mempunyai
efek-efek hipnotik (menghasilkan efek kantuk), analgesia (pengurang sakit), amnesik
(kehilangan memori yang singkat). Tidak ada obat anastesi yang mempunyai ketiga fitur penting
ini. Ketamine adalah obat bius yang sangat berharga2.
6
Prosedur-prosedur umum yang menggunakan ketamine biasanya dilakukan pada
pembedahan Orthepedi mayor dan minor (khususnya pembedahan pada daerah distal lengan atau
daerah kaki bagian bawah termasuk manipulasi retakan atau fraktur). Sebagaian besar
pembedahan Orthopedi selain yang barkaitan dengan tulang belakang, terdapat pada ekstremitas.
Pinggul juga merupakan salah satu tempat bedah otrhopedic yang paling sering karena pinggul
memerlukan reposisi atau iksasi setelah fraktur, dan sebagaian penderita, berusia lanjut dan
osteoporosis yang luas. Banyak tindakan gawat darurat yang merupakan korban trauma,
sehingga bedah orthopedi mungkin hanya merupakan bagian dari penatalaksanaan cedera akut2.
7
BAB II
PEMBAHASAN
Anastesi Intravena
Anastesi ini mempunyai kelebihan dibandingkan dengan anastesi inhalasi antara lain2,6 :
a. Peralatan lebih sederhana
b. Efek polusi yang terjadi sangat minim
c. Efek mual-muntah menurun
d. Efek toksik terhadap hepar dan ginjal menurun
e. Kecepatan pulih sadar lebih cepat
f. Stabilitas kardovascular lebih terjamin
Adapun kelemahan dari teknik total intravena anesthesia, yaitu 6 :
a) Lebih sulit dalam anesthesia di kebidanan
b) Lebih sulit untuk memastikan IV line
c) Reaksi allergi terhadap pemberian obat intravena lebih sering terjadi
Obat anastesi intravena dapat dogolongkan dalam dua golongan 2:
1. Obat yang terutama digunakan untuk induksi anastesi, misal golongan barbiturat,
eugenol, dan steroid
2. Obat yang digunakan baik sendiri maupun kombinasi untuk mendapatkan keadaan
seperti pada neuroleptanalgesia (misal droperidol), anastesia dissosiasi (misal ketamin),
sedativa (misal diazepam).
Terdapat tiga cara pemberian anastesi intravena2 :
1. Sebagai obat tunggal/ suntikan intravena tunggal (sekali suntik) untuk induksi anastesi
atau pada operasi-operasi singkat hanya obat ini saja yang dipakai.
2. Suntikan berulang
Ini digunakan untuk prosedur yang tidak memerlukan anastesi inhalasi : dengan dosis
ulangan lebih kecil dari dosis permulaan sesuai kebutuhan.
3. Lewat infus (diteteskan)
8
Ini digunakan untuk menmbah daya anastesia inhalasi.
Dari bermacam-macam obat anastesi intravena, hanya beberapa saja yang sering
digunakan yakni gol. Barbiturat, ketamine dan diazepam.
Sifat-sifat obat TIVA yang ideal2 :
1. Onset cepat, masa kerja pendek
2. Tidak merusak vena atau nekrosis jaringan
3. Metabolisme pada hepar sedikit atau organ yang kaya akan pembuluh darah
4. Hasil metabolisme merupakan zat aktif, non toksik, mudah larut dalam air
5. Stabil sebagai larutan dan tidak rusak bila terpapar dengan sinar matahari.
6. Efek samping terhadap sistem kardiovaskuler dan respirasi minimum.
Indikasi Anestesi tekhnik TIVA2 :
1. Obat induksi untuk anestesi umum
2. Tindakan bedah rawat jalan, membutuhkan waktu pulih cepat dan penuh
3. Suplemen anestesi inhalasi
4. Memperbaiki sirkulasi serebral
5. Mencegah pasien sadar selama kardiopulmonary Bypas
6. Sedasi pada anestesi regional/blok
7. Alternatif pada inhalasi anestesi dengan sindron hypertermia maligna
8. Pada kondisi sulit mendapatkan obat-obat yang tinggi, atau penggunaan nitrousoksida
adalah kontra indikasi
KETAMINE
Ketamine (Ketalar or Ketaject) merupakan arylcyclohexylamine yang memiliki struktur
mirip dengan phencyclidine. Ketamine pertama kali disintesis tahun 1962, dimana awalnya obat
ini disintesis untuk menggantikan obat anestetik yang lama (phencyclidine) yang lebih sering
menyebabkan halusinasi dan kejang. Obat ini pertama kali diberikan pada tentara amerika
selama perang Vietnam.1
Ketamine hidroklorida adalah golongan fenil sikloheksilamin, merupakan “rapid acting
non barbiturate general anesthesia”. Ketalar sebagai nama dagang yang pertama kali
9
diperkenalkan oleh Domino dan Carson tahun 1965 yang digunakan sebagai anestesi umum3.
Ketamine dapat digunakan dalam tiga konsentrasi yang berbeda – 10 mg/ml, 50 mg/ml, dan 100
mg/ml. 10 mg/ml adalah untuk penggunaan ingtravena (melalui pembuluh darah); persiapan 50
ml dan 100 mg/ml adalah untuk penggunaan intramuskular.
Kerja ketamine pada receptor antagonis NDA seperti pada receptor GABA pada
thiopenton, propofol, dll 7.
Ketamine kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering menimbulkan takikardi,
hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anasthesi dapat menimbulkan muntah – muntah ,
pandangan kabur dan mimpi buruk3.
Ketamine juga sering menyebabkan terjadinya disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi,
pada dan mimpi gembira yang mengikuti anesthesia, dan sering disebut dengan emergence
phenomena3.
Ketamine disebut sebagai “dissosiasi anesthesia”. Dikatakan sebagai dissosiasi karena
ketamine mempunyai efek yang mempengaruhi Reticular Activate System pada Hypothalamus.
Dimana saat pasien disuntikan ketamine maka efek yang dihailkan akan berbeda dengan
rangsangan yang diberikan.10
Reticular Activate System (RAS) adalah suatu organ didalam hypothalamus dimana disini
terjadi penerimaan persepsi. RAS ini penting untuk 10:
1. Pengendalian Hormone secresi
2. Pemberi informasi tentang kondisi refleks
3. pemberi masukan terhadap regulasi dari sensorik
4. fungsi kesdaran dan fungsi vegetative
Activitas dari RAS yakni berkerj pada cortex, nucleus thalamic dan non-specificially dari
neocortex. Ini adalah beberapa mekanisme didalam otak yang menyokong formasi dari reticular,
yang dapat menaikan atau menurunkan volume pemasukan saraf afferent dari efek specific
sensorik dari organ itu sendiri. 10
10
Belajar, ingatan, pertimbangan, bahasa dan fungsi lainnya dari pemikiran adalah fungsi dari
sistem nervus lainnya yang merupakan sebagian besar dari fungsi cortical. Beberapa tipe dari
belajar juga merupakan karena perubahan sturtur dari cortex cerebri11.
Sistem limbus hypothalamic mengkonsentrasikan kerja pada ekspresi emosional dan juga
pada dasar asal- usulnya. Emoisonal adalah suau bentuk dasat reaksi fisiologi dimana terjadi
perubahan diantara system saraf dan system otot (otot lurik). Reaksi emosional meninggalkan
tanda-tanda reaksi electric dan kimia pada otak dan tubuh, ini disebut sebagai tanda-tanda dari
emosi.10
Secara rekasi kimiawi emosi adalah suatu interaksi antara rantai kimiawi asam amino yang
berasal dari neuropeptidase dan sel-sel reseptor pada otak10 .
Indikasi Untuk Penggunaan2 :
Ketamine dipakai baik sebagai obat tunggal maupun sebagai induksi pada anestesi umum2 :
1. Untuk Prosedur dimana pengendalian jalan nafas sulit, misal pada koreksi jaringan
sikatriks daerah leher, disini untuk melakukan intubasi kadang-kadang sukar.
2. Untuk prosedur diagnostic pada bedah saraf/ radiology (arteriografi)
3. Tindakan otrhopedic (reposisi, biopsi)
4. Pada pasien dengan resiko tinggi : Ketamine tidak mendepresi fungsi vital. Dapat dipakai
untuk induksi pada shock.
5. Untuk tindakan operasi kecil
6. Digunakan dimana alat-alat anestesi tidak ada
7. Pasien asma
Selain ketamine obat-abat lain yang dapat digunakan sebagai obat anestesi intravena yaitu
obat anestesi gol barbiturate, obat sedativa, dan Propofol2.
Gol. Barbiturate :TIOPENTONE SODIUM (Pentotal,Tiopental)
Obat anestesi gol barbiturate ini mempunyai sifat tidak seperti ketamine atau tidak
mempunyai sifat yang ideal sebagai anastesi TIVA. Pentotal tidak mempunyai efek analgetik
akan tetapi obat ini mempunyai efek anesthetic, hipnotik dan sedative 1,5. Pentotal berkerja pada
receptor GABA di otak dan tulang belakang 5. Receptor GABAA suatu chanel inhibitor yang
11
bersifat mencegah atau mengurangi aktivitas neuronal 5. Obat ini dimetabolisme sebagian besar
pada hepar, hanya sedikit sekali yang keluar melalui urin tanpa mengalami perubahan. Pentotal
ini juga bukan merupakan larutan yang stabil dan dapat bersifat negatif bila tidak digunakan
secara langsung. Pentotal mempunyai daya kerja yang cepat (ultra short acting barbiturate) dan
daya pulih yang cukup cepat pula karena pemecahan pentotal didalam hepar yang cukup cepat1,5.
Pada golongan ini dapat menimbulkan depresi pernafasan, dan penurunan tekanan darah pada
saat obat disuntikan karena efek obat ini menimbulkan efek vasodilatasi 1,5. Komplikasi obat ini
juga dapat mengakibatkan penurunan kesadaran mulai dari delirium, hingga somnolen 5. Dan
juga obat ini tidak menimbulkan rasa sakit pada saat obat disuntikan dan dapat mengakibatkan
nekrosis jaringan dan trombosis vena. Untuk itu obat gol ini jarang digunakan untuk pemberian
anestesi teknik TIVA1.
Obat Sedativa (Diazepam)
Untuk obat gol sedativa ini biasanya digunakan sebagai obat kombinasi karena obat ini
hanya berkerja sebagian besar sebagai suatu transquilizer (obat penenang), obat ini juga dapat
berkerja sebagai neuroleptik analgesia pada pemberian premedikasi. Obat ini mempunyai onset
kerja yang lebih lambat dibanding dengan gol batbiturate dan daya pulih juga yang cukup
lambat. Diazepam ini menimbulkan rasa sakit pada saat obat disuntikan dan juga dapat
menyebabkan nekrosis jaringan. Oleh karena itu untuk mengurangi rasa sakit tersebut biasanya
obat ini diencerkan menjadi larutan 0,2% dengan menggunakn dextrose atau NaCl, atau dapat
pula disuntikan dengan tidak mengklem aliran infus agar efek rasa sakit/terbakar berkurang2.
Obat ini dapat menimbulkan efek samping yang cukup berarti yaitu penurunan kesadaran
(somnolen), adiktif, depressi, anterograde amnesia, reflex takikardia,dll 8.
Propofol
Propofol mulai diperkenalkan pada tahun 1986 7. Obat ini secara kimia tidak ada hubungan
dengan obat-obat anestesi intravena lainnya. Zat ini berupa minyak pada suhu kamar. Obat ini
berasal dari putih telur1,2%, soya bean oil 10%, dan glycerol 2,25%.3Propofol ini juga sakit
pasa saat obat disuntikan dan dapat juga menyebabkan trombosis pada vena tetapi jarang terjadi
bibandingkan pentotal. Obat ini mempunyai mekanisme aksi kerja yang di pengaruhi oleh
aktivitas receptor GABA, ini dikemukakan pda postulat mengenai mekanisme kerja dari
12
Propofol 4 . Pharmakokinetik dari propofol yakni membuat pertikel-partikel didalm propofol
menjadi suatu obat yang ideal untuk ITU sedatif atau TIVA7. Obat mempunyai depresi pada
jantung dan pembuluh darah dimana tekanan dapat turun sekali disertai dengan peningkatan
denyut nadi, pengaruh terhadap frekuensi jantung juga sangat minim.3
Premedikasi
Dengan meningkatnya saliva oleh ketamine, hal yang terbaik adalah memberikan atropine
(SA) pada dosis 10-20mg/kgbb (sampai dosis maksimum yaitu 600mg/kgbb) melalui
intramuscular 30 menit sebelum ketamine (atau dapat juga secara alternatif diberikan secara
intravena pada saat pemberian ketamine). Beberapa sumber lain berpendapat bahwa atropin
tidak penting bagi orang dewasa selama saliva tidak menjadi sebuah kendala yang besar dalam
proses anestesi.
Pemberian atropine promethazine 0.5mg/kgbb lewat oral pada anak-anakyang juga dapat
diberikan untuk mengawali selama satu jam sebelum induksi ketamine. Alternatif lainnya,
diazepam 0.1 mg/kgbb dapat diberikan secara intravena pada induksi. Kedua bius tersebut akan
dapat mengurangi kebutuhan akan kandungan ketamine pa operasi-operasi kecil.
Ketamine Intraveva
Pemberian dosis yang digunakan yakni 1-2mg/KgBB yang dibutuhkan untuk menginduksi
anestesi, pemberiannya harus perlahan.Onset kerja ketamine 30-60 detik setelah disuntikan7. Dan
durasi kerjanya berkisar antara 15-25 menit 7, jika durasi anestesi perlu diperpanjang, dosis yang
digunakan sebagai maintenance yaitu 0,5mg/kgBB dan dapat diberikan ketika efek dari obat
sudah mulai terlihat berkurang. Selama prosedur yang lebih panjang berlangsung, harus dicatat
waktu antara induksi, oprasi dimulai, serta selalu memantau tekanan darah dan nadi pasien.
Sehingga tidak terjadi kesalahan apabila kita ingin menaikan dosis penambahan ketamine
selanjutnya jika efek dosis yang pertama hilang.
13
Secara alternatif, infus kontinyu dari ketamine dapat diberikan saat anestasi sudah muncul.
Ketamine diberikan dengan saline atau dextrose untuk memperoleh intensitas 1mg/ml dan
infusnya diatur pada 1-2 tetes/menit (yaitu 1-2mg ketamine/menit). Ini adalah dosis rata-rata
dewasa dengan dosis tetes infus yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Beberapa pasien juga
membutuhkan ketamine sebanyak 4mg/menit, hal ini disesuaikan dengan kedalaman anestesi dan
BB pasien, hal ini dilakukan untuk menghindari overdosis.
Dosis ketamine yang digunakan dapat dilihat dari sifat/jenis pembedahan (prosedur
minor/kecil membutuhkan dosis yang kecil pula), dan pasien sudah menerima premedikasi atau
belum. Dosis kecil dari ketamine intravena (contoh 1mg/kgbb) dapat dikombinasi dengan
diazepam intravena (0.1mg/kgbb) atau, dapat pula dikombinasi dengan pentotal (1-2mg/kgbb).
Kedua obat anestesi ini dapat membantu menurunkan efek hipertensif yang kadang dapat muncul
saat ketamine digunakan sebagai obat tunggal. Selama menggunakan kombinasi dua obat diatas,
pengawasan selama durasi operasi terus dilakukan guna mencegah terjadinya depresi nafas.
Ketamine dapat pula dikombinasi dengan obat-obat muscle relaxan (MR). Kombinasi yang
dapat dilakukan yakni dengan mengkombinasi ketamine dan muscle relaxan dalam infus , agar
menghasilkan keadaan yang baik saat pembedahan abdminal. Obat-obat MR yang dapat dipakai
yakni MR gol non-depolarisasi (tubocurarine/alcuronium), akan tetapi kombinasi dengan
rocuronium harus dihindari agar mencegah terjadinya tekanan darah saat pembedahan dilakukan.
Ketamine dapat juga dipakai sebagai obat anestesi Intra-Muscular. Dosis yang dipakai
senagai anestesi intamuscular adalah 8-10mg/kgbb. Pembedahan dapat dimulai 4-5 menit setelah
obat disuntikan, dan durasi obat sekitar 15-25 menit7. Jika operasi dengan waktu yang lama,
maka dosis yang dipakai dapat dinaikan. Dosis pertama yang diberikan sebagai anestesi
intramuscular adalah 5-7mg/kgbb untuk menghasilkan anestesi, khususnya saat dikombinasi
dengan diazepam. Hal yang harus diperhatikan yakni pada pemberian terhadap anak-anak yang
kurang gizi, sebaiknya dosis yang dipakai sebagai awal anestesi lebih kecil dari dosis yang biasa
dipakai (misal 3-4mg/kgbb).
Efek Ketamine Pada Tubuh
Sistem Syaraf Pusat (CNS)
14
Ketamine disebut juga sebagai “dissociative anasthesia”. Ketamine mempunyai efek-efek
tidak seperti anastesi umum lainnya, ketamine mempunyai daya analgetik yang cukup kuat akan
tetapi daya hipnotiknya kurang. Ketamine apabila diberikan intravena maka dalam waktu 30
detik pasien akan mengalami perubahan tingkat kesadaran yang disertai tanda khas pada mata
berupa kelopak mata terbuka spontan dan nistagmus. Selain itu kadang-kadang dijumpai gerakan
yang tidak disadari, seperti gerakan mengunyah, menelan, tremor dan kejang. Apabila diberikan
secara intramuskular, efeknya akan tampak dalam 5-8 menit, sering mengakibatkan mimpi buruk
dan halusinasi pada periode pemulihan sehingga pasien mengalami agitasi. Aliran darah ke otak
meningkat, menimbulkan peningkatan tekanan darah intrakranial.3,4
Pengaruh ketamine setelah pemberian intravena terhadap CNS lebih lambat jika
dibandingkan dengan pemberian intravena dengan kombinasi induksi lain (1-5 menit pada
ketamine dengan 30-60 detik pada pentotal). Tetapi, seperti yang telah dinyatakan bahwa
kandungan anestesi cukup berbeda dibandingkan dengan obat anestesi lainnya. Korelasi didalam
plasma dan sistem syaraf pusat :
Plasma : 0,6-2 mb/ml/ pada GA untuk Dewasa
0.8-4mg/ml untuk anak-anak
Dosis 0.25-0.5mg/kgbb pada Epidural Anastesi.
Durasi pemakaian tergantung tindakan dan berlawanan dengan induksi lain dari anestesi,
pasien dapat menjadi gelisah setelah pemberian ketamine selesai. Hal ini sering disebut
“Emergency delirium”, apabila pasien terjadi disorientasi, gelisah, dan menangis. Pasien bisa
mengalami mimpi yang tidak menyenangkan sampai 24 jam setelah bius diberikan. Ketamine
juga dapat menyebabkan kenaikan tekanan intra kranial dan sebaiknya tidak digunakan untuk
pasien yang menderita cedera kepala.
Kegunaan golongan benzodiazepine (diazepam) pada premedikasi disamping menjadikan
pasien mendapat kesembuhan yang tidak menganggu juga dapat mengurangi efek samping yang
tidak menyenangkan.
System Cardiovascular (CVS)
15
Ketamine adalah obat anestesia yang bersifat simpatomimetik, sehingga bisa meningkatkan
tekanan darah dan jantung. Peningkatan tekanan darah akibat efek inotropik positif dan
vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Ketamine menyebabkan stimulasi ringan pada CVS.
Tekanan darah meningkat sekitar 25 % ( rata-rata tekanan sistolik meningkat 20 – 30 mmHg)
dan kecepatan jantung meningkat sekitar 20%, oleh karena itu efek keseluruhannnya adalah
meningkatkan beban jantung2.
Pada kebanyakan pasien, tekanan darah meningkat secara konstan lebih dari 3 menit dan
kemudian kembali normal 10-20 menit setelah pemberian ketamine. Terdapat variasi individual
pada efek kardiovaskular, dan kadang kenaikan yang tinggi pada tekanan darah dapat terjadi.
Kenaikan tersebut tidak berhubungan dengan dosis ketika diberikan lebih dari 1 mg/kgbb1.
Premedikasi dengan diazepam dapat mengurangi kenaikan pada tekanan darah. Jika
tekanan darah meningkat secara drastis setelah induksi, satu dosis kecil diazepam intravenus (2
mg untuk rata-rata 60-70 mg/kgbb untuk pasien dewasa) dapat membantu menurunkan tekanan
darah. Sebagaimana stimulasi cardiovascular mengikuti ketamine yang dimediasikan melalui
sistem saraf simpatis, akan lebih sesuai untuk memberikan pem-blokan alpha atau beta kepada
pasien yang mengalami kenaikan secara drastis pada tekanan darahnya. Namun, efeknya tidak
dapat diprediksi5.
System Respirasi
Jika ketamine diberikan secara cepat pada injeksi intravena, hal ini sering menyebabkan
pasien henti nafas dalam waktu singkat (sampai satu menit). Pada dosis biasa, tidak mempunyai
pengaruh terhadap sistem respirasi. dapat menimbulkan dilatasi bronkus karena sifat
simpatomimetiknya, sehingga merupakan obat pilihan pada pasien ashma2.
Setelah injeksi intravenus pelan (lambat), bernafas pun terjadi dan mulai meningkat
walau sedikit. Jalan udara biasanya terjadi selama anestesi ketamine dan terdapat beberapa
perlindungan refleks pharingeal dan laryngeal jika dibandingkan dengan sarana intravenus lain.
Namun ini tidak menjamin dan penanganan jalan udara (jalan pernafasan) harus dipertahankan
dari sumbatan atau aspirasi. Oksigen dapat diberikan selama anestesi. Masker oksigen atau
cannule nasal dapat juga digunakan5.
16
Efek pada mata
Menimbulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata terbuka spontan, terjadi peningkatan
tekanan intraokuler akibat peningkatan aliran darah pada pleksus koroidalis2.
Farmakokinetik
Absorbsi
Pemberian ketamine dapat dilakukan secara intravena atau intramuskular2
Distribusi
Ketamine lebih larut dalam lemak sehingga dengan cepat akan didistribusikan ke seluruh
organ.10 Efek muncul dalam 30 – 60 detik setelah pemberian secara I.V dengan dosis induksi,
dan akan kembali sadar setelah 15 – 20 menit. Jika diberikan secara I.M maka efek baru akan
muncul setelah 15 menit.2
Metabolisme
Ketamine mengalami biotransformasi oleh enzim mikrosomal hati menjadi beberapa
metabolit yang masih aktif.2
Ekskresi
Produk akhir dari biotransformasi ketamine diekskresikan melalui ginjal.2
Efek samping
Dapat menyebabkan efek samping berupa peningkatan sekresi air liur pada mulut,selain itu
dapat menimbulkan agitasi dan perasaan lelah , halusinasi dan mimpi buruk juga terjadi pasca
operasi, pada otot dapat menimbulkan efek mioklonus pada otot rangka selain itu ketamin juga
dapat meningkatkan tekanan intracranial. Pada mata dapat menyebabkan terjadinya nistagmus
dan diplopia.2
17
Kontra indikasi
Mengingat efek farmakodinamiknya yang relative kompleks seperti yang telah disebutkan
diatas, maka penggunaannya terbatas pada pasien normal saja. Pada pasien yang menderita
penyakit sistemik penggunaanya harus dipertimbangkan seperti tekanan intrakranial yang
meningkat, misalnya pada trauma kepala, tumor otak dan operasi intrakranial, tekanan
intraokuler meningkat, misalnya pada penyakit glaukoma dan pada operasi intraokuler. Pasien
yang menderita penyakit sistemik yang sensitif terhadap obat – obat simpatomimetik, seperti ;
hipertensi tirotoksikosis, Diabetes militus , PJK dll.4,7
Pulih Anestesi
Nyeri Pasca Operasi
Sakit dan nyeri muskulus skeletal post anestesi dapat menjadi masalah. Mialgia mungkin
terjadi sampai hari ke 4 post operasi dan mungkin lebih sakit dari pada operasi itu sendiri.
Dengan berbagai macam obat (0,05 mg/kgbb : 1000 mg kalsium glukonat 10mg suksinil kolin)
dilaporkan dapat mengurangi rasa nyeri yang disebabkan oleh suksinil kolin.
Mual muntah Pasca Operasi
Penggunaan enti-emetic ondansetron, metoklopramid.
Sebelum pasien diperbolehkan untuk pulang memenuhi kriteria 1 :
1. Vital sign stabil minimal dalam waktu 1 jam
2. Tidak ada tanda obstruksi atau depresi nafas
3. Efek mual muntah kecil
4. Nyeri dapat dikontrol dengan analgetik yang simpel
5. Dapat berorientasi dengan waktu, tempat dan orang
6. Dapat minum secara oral, dan menahan kencing (optional)
7. Pasien sudah diterangkan tentang masalah pasca operasi
18
BAB III
KESIMPULAN
1. Terdapat banyak teknik anestesi pada pasien selama operasi salah satunya adalah teknik
TIVA dimana insiden mual dan muntah lebih kecil dibanding tekhnik anestesi dengan
inhalasi
2. Ketamine dikatakan sebagai “dissosiasi anesthesia”, ini dikarenakan pada ketamine
mempunyai asal dari asam amino yang dapat berinteraksi langsung terhadap RAS yang
dapat minmbulkan reaksi dissosiasi
3. Ketamine dapat digunakan dalam tiga konsentrasi yang berbeda 10 mg/ml, 50 mg/ml, dan
100 mg/ml, 10 mg/ml adalah untuk penggunaan intravena (melalui pembuluh darah);
persiapan 50 mg/ml dan 100 mg/ml adalah untuk penggunaan intramuscular
4. Prosedur-prosedur umum yang menggunakan anestesi ketamine termasuk pembedahan
orthopaedi minor dan mayor (khususnya pembedahan distal lengan atau kaki bawah
termasuk manipulasi retakan/fraktur), pembedahan gynaecologis (dilatasi dan kuretasi
dan prosedur pembedahan minor lainnya), drainase abses, debridementasi/debridement
luka bakar
5. Obat-obat lain yang dapat digunakan sebagai obat induksi selain ketamine yaitu : Obat
anestesi gol berbiturate, obat sedativa, dan propovol
6. Efek samping yang ditimbulkan ketamine antara lain :
Disorientasi
Gelisah
Tekanan darah meningkat sekitar 25 %
Peningkatan produksi saliva
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Staf Pengajar Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI. Jakarta : 1989
2. ANESTHESI INTRAVENA By Ryan Saktika Mulyana, Sked, Thursday, May 24, 2007
availailable at : www.doitnow.org/pages/529.htm
3. Wikipedia. Ketamin 2006 August, Available at: http://en.wikipedia.org/wiki/ketamin.
(accessed, September 20,2006 ).
4. wikipedia. Propofol. 2006 August, Available at: http://en.wikipedia.org/wiki/Propofol.
(accessed, September 20,2006 ).
5. wikipwdia. Thiopenton 2006 August, Available at:
http://en.wikipedia.org/wiki/thiopenton(accessed, September 20,2006 ).
6. Inhaled and Intravenous General Anesthesia By Prof. Tassonyi Edomer, Available at :
www. nbcu. edu
7. TEHCNIC (The Journal of Operating Departement Practice) By:Sian Clarke,Ph.D, BSc,
April, 2003; available at : www.AODP.org
8. wikipedia Diazepam 2007 February, Available at: http://en.wikipedia.org/wiki/Diazepam
(last modified, march 15, 2008)
9. Hallucinogens & Dissociative Drugs: NIDA Research Report (NIDA, March 2001)
10. RETICULAR ACTIVATE SYSTEM By Sanjeevoni Homeo Health, Sunday, October 29,
2006; available at : www.sanjeevonihomeo.com/blog
20
21