of 57 /57
REFERAT GAGAL JANTUNG Disusun oleh: Made Diah Ayu Mahareni, S. Ked NIM. 077000203 Dokter Pembimbing: dr. H. Ahmad Nuri, Sp.A dr. Gebyar Tri Baskara, Sp.A dr. Ramzy Syamlan, Sp.A Disusun untuk Melaksanakan Tugas Kepaniteraan Klinik Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak Di RSD dr. Soebandi Jember 1

Refrat Gagal jantung

Embed Size (px)

Text of Refrat Gagal jantung

REFERAT GAGAL JANTUNG

Disusun oleh: Made Diah Ayu Mahareni, S. Ked NIM. 077000203Dokter Pembimbing: dr. H. Ahmad Nuri, Sp.A dr. Gebyar Tri Baskara, Sp.A dr. Ramzy Syamlan, Sp.ADisusun untuk Melaksanakan Tugas Kepaniteraan Klinik Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak Di RSD dr. Soebandi Jember

SMF/LAB ILMU KESEHATAN ANAK RSD DR. SOEBANDI JEMBER 20121

HALAMAN JUDUL...................................................................................i DAFTAR ISI................................................................................................ii PENDAHULUAN........................................................................................1 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................2 Definisi ..............................................................................................3 Etiologi ..............................................................................................5 Patofisiologi .......................................................................................7 Klasifikasi ..........................................................................................13 Manifestasi klinis ...............................................................................15 Anamnesis .........................................................................................19 Pemeriksaan Fisik ..............................................................................20 Pemeriksaan Penunjang .....................................................................21 Penatalaksanaan .................................................................................23 DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................38

2

PENDAHULUAN Peristiwa gagal jantung pada bayi dan anak merupakan keadaan patologis dimana jantung tidak mampu memompa darah cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Dalam hubungan yang luas ada dua sebab gagal jantung: (1) gangguan dari beban kerja yang berlebihan, biasanya kelebihan beban volume atau tekanan akibat penyakit jantung congenital atau yang didapat, pada awalnya miokardium normal, atau (2) beban kerja normal dihadapi oleh miokardium yang telah tercedera oleh misalnya penyakit radang (Freed, 1996). Pada stadium awal gagal jantung, berbagai mekanisme kompensatoir dibangkitkan untuk mempertahankan fungsi metabolik normal (cadangan jantung). Ketika mekanisme ini menjadi tidak efektif, akibatnya manifestasi klinisnya makin bertambah berat (Behrman, 1996). Sampai saat ini belum ada data yang valid mengenai insidens gagal jantung akut pada anak. Gagal jantung memberi kontribusi terhadap estimasi 15 juta kematian anak tiap tahun di dunia, penyebab tersering adalah PJB. Menurut dr.Sukman Tulus Putra, SpA, Ketua Divisi Kardiologi Anak RSCM, penderita PJB 90% meninggal karena gagal jantung dalam usia kurang dari satu tahun, sedangkan sisanya terjadi pada umur 1-5 tahun. Penyebab gagal jantung pada umur 5-15 tahun umumnya kelainan jantung di dapat (diantaranya demam reumatik) (Supriyatno, 2009). Saat ini penentuan derajat gagal jantung masih menggunakan kriteria klinis gagal jantung yaitu kriteria Ross (kemampuan minum, laju jantung, laju nafas, dan keringat yang berlebihan). Definisi Gagal jantung merupakan suatu sindroma klinis yang disebabkan oleh gagalnya mekanisme kompensasi otot jantung dalam mengantisipasi peningkatan beban volume ataupun beban tekanan yang berlebihan yang sedang dihadapinya, sehingga tidak mampu memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh ditentukan oleh curah jantung yang dipengaruhi oleh empat factor, (Sofyani S, 2002) 1) Preload (volume work) yang setara dengan isi diasolik akhir3

2) After load (pressure work) yaitu jumlah resistensi total yang harus dilawan saat ventrikel berkontraksi 3) Kontraktilitas miokardium, yaitu kemampuan intrinsik otot jantung untuk menghasilkan tenaga dan berkontraksi tanpa tergantung kepada preload maupun after load serta4)

Frekuensi denyut jantung

Curah jantung

Frekuensi jantung

Isi sekuncup

preload

afterload

Kontraktilitas miokardium

Gambar.1. Skema factor-faktor yang mempengaruhi curah jantung Etiologi 1. Etiologi Gagal Jantung pada Janin Tabel 1. Etiologi Gagal Jantung dalam Kandungan (Bernstein, 2003) Anemia Hemolitik akibat sensitisasi RH Transfusi ibu janin Anemia hipoplastik Anemia akibat parvovirus B-19 Aritmia

4

Takikardi supraventrikular Flutter atrium Fibrilasi atrium Takikardi ventrikel Blokade jantung total Beban volume berlebih (volume overload) Regurgitasi katup atrioventrikular pada kanal AV Regurgitasi trikuspidal pada penyakit Ebstein Fistula arteriovenosa Miokarditis 2. Etiologi Gagal Jantung Masa Neonatal Tabel 2. Etiologi Gagal Jantung pada Neonatus Disfungsi Miokardium Asfiksia Sepsis Hipoglikemia Miokarditis Beban tekanan berlebih (pressure overload) Stenosis aorta Koarktasio aorta Sindrom hipoplastik Jantung kiri Beban volume berlebih (volume overload) Pirau setinggi pembuluh darah besar Duktus arteriosus paten Trunkus arteriosus Jendela aorta pulmonal Pirau setinggi ventrikel Defek sekat ventrikel Ventrikel tunggal tanpa sianosis pulmonal

5

Kanal atrioventrikular Fistula arteriovenosus

Takiaritmia Takikardia supraventrikular Flutter atrium Fibrilasi atrium Bradiaritmia Blokade jantung total congenital 3. Etiologi Gagal Jantung Masa Bayi Tabel 3. Etiologi Gagal Jantung Pada BayiBeban volume berlebih Pirau setinggi pembuluh darah besar Duktus arteriosus paten Trunkus arteriosus Jendela aorta pulmonal Pirau setinggi ventrikel VSD VSD dengan transposisi VSD dengan atresia trikuspidal Ventrikel tunggal Pirau setinggi atrium Anomali total muara vena pulmonalis Kelainan otot jantung Gagal jantung sekunder

6

Penyakit ginjal Hipertensi Hipotirodisme Sepsis

4. Etiologi Gagal Jantung Masa Anak-anak Tabel 4. Etiologi Gagal Jantung Pada Masa Anak-anak Penyakit jantung congenital yang diperingan (palliated) Regurgitasi katup atrioventrikular Demam reumatik Miokarditis virus Endokarditis bacterial Sebab-sebab Sekunder Hipertensi akibat glomerulonefritis Tirotoksikosis Kardiomiopati doksosrubisin (adriamycin) Anemia sel sabit Kormulmonale akibat kistik fibrosis Patofisiologi Jantung dapat dipandang sebagai pompa dengan curah yang sebanding dengan volum pengisiannya dan berbanding terbalik dengan tahanan yang melawan pompanya. Ketika volume akhir diastolic ventrikel naik, jantung sehat akan menaikkan curah jantung sampai suatu maksimum dicapai dan curah jantung sampai suatu maksimum dicapai dan curah jantung tidak dapat diperbesar lagi (prinsip Frank starling). Kenaikan volume sekuncup yang dicapai dengan cara ini disebabkan oleh regangan serabutserabut miokardium, tetapi menaikkan tegangan dinding juga, dan menaikkan konsumsi oksigen miokardium. Jantung yang bekerja dibawah pengaruh berbagai jenis stess akan berfungsi sepanjang kurva Frank-Starling yang berbeda. Otot jantung dengan kontraktilitas intrinsic yang terganggu akan memerlukan derajat dilatasi yang

7

lebih besar untuk menghasilkan kenaikan volume sekuncup dan tidak akan mencapai curah jantung yang maksimal sama seperti miokard normal. Jika rongga jantung dilatasi karena lesi yang menyebabkan kenaikan prabeban (preload) (misal, shunt dari kiri ke kanan atau insufisiensi katup), hanya akan ada sedikit ruangan untuk dilatasi dan memperbesar curah jantung selanjutnya. Adanya lesi yang mengakibatkan kenaikan beban pasca (afterload) terhadap ventrikel (stenosis aorta atau pulmonal, koartasio aorta) akan mengurangi kinerja jantung, sehingga menyebabkan hubungan FrankSterling tertekan. Kemampuan jantung imatur untuk menaikkan curah jantung dalam responsnya terhadap kenaikan prabeban agak kurang daripada kemampuan jantung dewasa (matur). Dengan demikian, bayi premature akan lebih terganggu oleh shunt setinggi duktus dari kiri ke kanan daripada bayi yang cukup bulan. (Behrman, 1996)

Gambar 1. Kurva Frank-Starling Transport oksigen sistemik (TOS) dihitung sebagai hasil kali curah jantung (CJ) dan kadar oksigen sistemik (KO2). Curah jantung dapat dihitung sebagai hasil kali frekuensi jantung dan volume sekuncup (FJxVS). Penentu utama volume sekuncup

8

adalah beban pasca (beban tekanan), prabeban (beban volume), dan kontraktilitas (fungsi miokard intrinsik), kelainan frekuensi jantung dapat juga mengganggu curah jantung, termasuk bradiartmia maupun takiaritmia, yang memperpendek interval waktu diastole selama pengisian ventrikel. Perubahan dalam kemampuan darah membawa oksigen (missal anemia atau hipoksemia) akan juga menyebabkan penurunan dala TOS, dan jika mekanisme kompensatoir tidak cukup, dapat juga berakibat penurunan penghantaran substrat ke jaringan, suatu bentuk gagal jantung. Pada beberapa kasus gagal jantung, CJ normal atau naik, tetapi karena kadar oksigen sistemik menurun (akibat anemia) atau bertambahnya kebutuhan oksigen (akibat hipoventilasi, hipertiroidism atau hipermetabolisme) jumlah oksigen yang dihantarkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Keadaan ini, disebut gagal-curah tinggi, berakibat timbulnya tanda-tanda dan gejala-gejala gagal jantung kongestif bila tidak ada kelaianan dasar pada fungsi miokardium dan curah jantung lebih besar daripada normal. Keadaan ini juga tampak pada fistulaarteriovenosa sistemik besar. Penyakit ini mengurangi tahanan vaskuler perifer dan beban pasca jantung, dan menambahkan kontraktilitas miokardium. Menghasilkan gagal jantung bila kebutuhan untuk curah jantung melebihi kemampuan jantung untuk berespons. Gagal curah-tinggi berat kronis akhirnya dapat menyebabkan penurunan kinerja miokardium karena kebutuhan metabolic miokardium sendiri tidak terpenuhi. Satu mekanisme kompensatoir utama untuk menaikkan curah jantung adalah naiknya tonus simpatis, akibatnya bertambahnya sekresi epinefrin adrenal dalam sirkulasi dan bertambahnya pelepasan norepinefrin saraf. Pengaruh manfaat awal rangsangan simpatis adalah kenaikan frekuensi jantung dan kontraktilitas miokardium, yang keduanya berperan menaikkan curah jantung. Karena vasokontriksi yang terlokalisasi, aliran darah dapat didistribusikan lagi dari kulit, visceral, dan bantalan kapiler ginjal ke jantung dan otak. Namun, kenaikan rangsangan simpatis yang lama dapat mempunyai pengaruh yang merugikan juga., termasuk hipermetabolisme, kenaikan beban pasca, aritmogenesis, kenaikan kebutuhan oksigen miokardium, dan

9

toksisitas miokard langsung. Vasokontriksi perifer dapat berakibat penurunan fungsi ginjal, hati, dan saluran gastrointestinal. (Behrman, 1996) Gagal Jantung Kanan Jantung kanan yang telah lemah, tidak kuat lagi memindahkan darah yang cukup banyak dari susunan pembuluh darah venosa (vena kava, atrium, dan ventrikel kanan) ke susunan pembuluh darah arteriosa (arteri pulmonalis). Oleh karena itu, darah akan tertimbun di dalam ventrikel kanan, atrium kanan, dan di dalam vena kava sehingga desakan darah dalam atrium kanan dan vena tersebut meninggi. Makin tinggi desakan darah dalam vena, vena makin mengembang (dilatasi) (Wahab, 2003). Dalam praktik, desakan venosa yang meninggi ini dapat dilihat pada peningkatan vena jugularis eksterna. Penimbunan darah venosa sistemik akan menyebabkan pembengkakan hepar atau hepatomegali. Pada gagal jantung yang sangat, pinggir bawah hati dapat mencapai umbilikus. Hati yang membengkak ini konsistensinya keras, permukaannya licin, dan sering sakit tekan terutama pada linea mediana. Hepatomegali merupakan suatu gejala yang penting sekali pada gagal jantung kanan. Timbunan darah venosa pada vena-vena di bagian bawah badan akan menyebabkan terjadinya udem. Mula-mula udem timbul pada tempat mata kaki (pada anak yang sudah berdiri), jadi pada tempat terendah, karena meningginya tekanan hidrostatis merupakan suatu faktor bagi timbulnya udem. Mula-mula, udem timbul hanya pada malam hari, waktu tidur, dan paginya udem menghilang. Pada stadium yang lebih lanjut, udem tetap ada pada waktu siang hari, dan udem tidak timbul pada mata kaki saja, tetapi dapat juga terjadi pada punggung kaki, paha, kulit perut, dan akhirnya pada lengan dan muka. Akibat selanjutnya dari timbunan darah ini adalah asites, dan asites ini sangat sering dijumpai pada anak yang menderita gagal jantung. Dapat juga terjadi hidrotoraks, meskipun pada anak agak jarang dijumpai. Bila hidrotoraks, terlalu banyak akan memperberat keadaan dispnea penderita.

10

Adanya kelemahan jantung kanan mula-mula dikompensasi dengan dilatasi dinding jantung kanan, terutama dinding ventrikel kanan. Adanya dilatasi dinding ventrikel akan menambah keregangan miokardium sehingga akan memperkuat sistole yang berakibat penambahan curah jantung. Adanya dilatasi dan juga sedikit hipertrofi jantung akan menyebabkan pembesaran jantung atau disebut kardiomegali. Upaya penambahan curah jantung karena kelemahan juga dilakukan dengan menaikkan frekuensi jantung (takikardi). Pada akhirnya kelemahan jantung kanan ini tidak dapat dikompensasi lagi, sehingga darah yang masuk kedalam paru akan berkurang dan ini tentunya akan merangsang paru untuk bernapas lebih cepat guna mengimbangi kebutuhan oksigen, akibatnya terjadi takipnea.

Gagal Jantung Kiri Jika darah dari atrium kiri untuk masuk ke ventrikel kiri pada waktu diastole mengalami hambatan akan menyebabkan tekanan pada atrium meninggi sehingga atrium kiri mengalami sedikit dilatasi. Makin lama dilatasi ini semakin berat sehingga atrium kiri, disamping dilatasi juga mengalami hipertrofi karena otot atrium ini terus menerus harus mendorong darah yang lebih banyak dengan hambatan yang makin besar. Oleh karena dinding atrium tipis, dalam waktu yang relatif singkat otot atrium kiri tidak lagi dapat memenuhi kewajibannya untuk mengosongkan atrium kiri. Menurut pengukuran, tekanan ini mencapai 24-34 mmHg, padahal tekanan normal hanya 6 mmHg atau ketika ventrikel kiri tidak mampu memompa darah ke aorta (karena kelemahan ventrikel kiri), darah tertumpuk di ventrikel kiri, akibatnya darah dari atrium kiri tidak tertampung di ventrikel kiri, kemudian makin lama makin memenuhi vena pulmonalis dan akhirnya terjadi udem pulmonum (Wahab, 2003). Pengosongan atrium kiri yang tidak sempurna ini ditambah meningginya tekanan didalamnya, menyebabkan aliran di dalamnya, menyebabkan aliran darah dari paru ke dalam atrium kiri terganggu atau terbendung. Akibatnya tekanan dalam vv.pulmonales11

meninggi, dan ini juga akan menjalar ke dalam kapiler di dalam paru, ke dalam arteri pulmonalis dan akhirnya ke dalam ventrikel kanan. Akhirnya atrium kiri makin tidak mampu mengosongkan darah, bendungan dalam paru semakin berat, terjadilah kongesti paru. Akibatnya, ruangan di dalam paru yang disediakan untuk udara, berkurang dan terjadilah suatu gejala sesak napas pada waktu bekerja (dyspnoe deffort). Disini, ventrikel kanan masih kuat sehingga dorongan darah dari ventrikel kanan tetap besar, sedangkan atrium kiri tetap tidak mampu menyalurkan darah, akibatnya bendungan paru semakin berat sehingga akan terjadi sesak napas meskipun dalam keadaan istirahat (orthopnea). Pada anak, adanya kongesti paru ini akan memudahkan terjadinya bronkitis sehingga anak sering batukbatuk. Darah yang banyak tertimbun dalam ventrikel kanan menyebabkan ventrikel kanan dilatasi, kemudian diikuti dengan hipertrofi, yang akibatnya akan terjadi kardiomegali. Dalam rangka memperbesar curah jantung, selain jantung memperkuat sistol karena adanya keregangan otot berlebihan, jantung juga bekerja lebih cepat, artinya frekuensi naik. Dengan demikian, terjadi takikardi. Oleh karena yang lemah adalah atrium kiri dan atau ventrikel kiri maka disebut gagal jantung kiri.

12

Klasifikasi Tabel 5. Klasifikasi Ross untuk gagal jantung pada bayi sesuai NYHA Kelas I Asimptomatik Kelas II Takipneu ringan atau bayi saat minum tampak berkeringat. Pada anak yang lebih besar tampak sesak bila beraktivitas. Kelas III Takipneu tampak jelas atau bayi tampak berkeringat saat minum. Sesak yang nyata saat berkativitas. Pemanjangan waktu pemberikan makan dengan kegagalan pertumbuhan Kelas IV Tampak gejala seperti takipneu, retraksi, merintih atau berkeringat saat istirahat

13

Ross dkk tahun 1922 mempublikasikan sistem skor untuk mengklasifikasikan gagal jantung secara klinis pada bayi (Tabel 6). Skor Ross ini disejajarkan dengan klasifikasi New York Heart Association (NYHA) (Tabel 5) dapat memberikan gambaran yang lebih rinci oleh karena peningkatan derajat beratnya gagal jantung sesuai dengan peningkatan kadar norepinefrin plasma dan kadar ini akan menurun setelah dilakukan koreksi ataupun setelah pemberian obat anti gagal jantung (Guyton, 2006). Tabel 6. Sistem skor Ross untuk gagal jantung pada bayi Volume sekali minum (cc) Waktu persekali minum (menit) Laju Nafas Pola Nafas Perfusi perifer S3 atau diastolic rumble Jarak tepi hepar dari batas kostae TOTAL: Tanpa gagal jantung : 0-2 poin Gagal jantung ringan : 3-6 poin Gagal jantung sedang : 7-9 poin Gagal jantung berat : 10-12 poin 0 poin >115