Refrat Dandan Adi N -Gagal Jantung Kongestif

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/2/2019 Refrat Dandan Adi N -Gagal Jantung Kongestif

    1/14

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang

    Gagal jantung didefinisikan sebagai kondisi dimana jantung tidak lagi

    dapat memompakan cukup darah ke jaringan tubuh. Keadaan ini dapat

    timbul dengan atau tanpa penyakit jantung. Gangguan fungsi jantung

    dapat berupa gangguan fungsi diastolik atau sistolik, gangguan irama

    jantung, atau ketidaksesuaian preload dan afterload. Keadaan ini dapat

    menyebabkan kematian pada pasien.

    Gagal jantung dapat dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal

    jantung kanan. Gagal jantung juga dapat dibagi menjadi gagal jantung akut,

    gagal jantung kronis dekompensasi, gagal jantung merupakan tahap akhir dari

    seluruh penyakit jantung dan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas

    pasien jantung, diperkirakan hampir lima persen dari pasien yang dirawat di

    rumah sakit, 4,7% wanita dan 5,1% laki-laki. Insiden gagal jantung dalam

    setahun diperkirakan 2,3 - 3,7 perseribu penderita pertahun. Kejadian gagal

    jantung akan meningkat di masa depan karena semakin bertambahnya usia harapan

    hidup dan berkembangnya terapi penanganan infark miokard mengakibatkan

    perbaikan harapan hidup penderita dengan penurunan fungsi jantung.

    I.2. Tujuan dan Manfaat

    1.Sebagai syarat mengikuti ujian akhir blok2.Meningkatkan wawasan pembaca3.Memahami lebih dalam mengenai Gagal jantung kongestif

  • 8/2/2019 Refrat Dandan Adi N -Gagal Jantung Kongestif

    2/14

    2

    BAB II

    PEMBAHASAN

    II.1. Gagal jantung

    Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompakan

    darah dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan

    metabolisme tubuh atau kemampuan tersebut hanya dapat terjadi dengan

    tekanan pengisian jantung yang tinggi atau kedua-duanya, gagal jantung juga

    dapat disebabkan oleh:

    a) Penyakit-penyakit yang melemahkan otot jantungb) Penyakit-penyakit yang menyebabkan kekakuan otot-otot jantungc) Penyakit-penyakit yang meningkatkan permintaan oksigen oIeh

    jaringan tubuh diIuar kemampuan jantung untuk memberikannya.

    Gagal jantung juga dapat diklasifikasikan menurut berbagai faktor. The

    New York Heart Association (NYHA) klasifikasi untuk gagal jantung terdiri dari

    4 kelas, yaitu:

    a) Kelas I pasien tidak memiliki keterbatasan aktivitas fisikb) Kelas II pasien memiliki keterbatasan sedikit aktivitas fisikc) Kelas III pasien telah ditandai keterbatasan aktivitas fisikd) Kelas IV pasien memiliki gejala bahkan beristirahat dan tidak

    dapat melakukan aktivitas fisik apapun tanpa rasa tidak nyaman.

    The American College of Cardiology /American Heart Association (ACC/

    AHA) pedoman gagal jantung melengkapi klasifikasi NYHA untuk

    mencerminkan perkembangan penyakit dan dibagi menjadi 4 tahap, yaitu:

    a) Menggelar pasien memiliki resiko tinggi untuk gagal jantungtetapi tidak memiliki penyakit jantung struktural atau gejala gagal jantung.

    b) Stadium B pasien memiliki penyakit jantung struktural tetapitidak memiliki gejala gagal jantung.

    c) Tahap C pasien memiliki penyakit jantung struktural danmemiliki gejala gagal jantung

    d) Stadium D pasien mengalami gagal jantung refrakter yangmembutuhkan intervensi khusus. (Medscape.com)

  • 8/2/2019 Refrat Dandan Adi N -Gagal Jantung Kongestif

    3/14

    3

    II.2. Etiologi

    Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal, secara epidemiologi

    penting untuk mengetahui penyebab gagal jantung, di Negara maju penyakit

    arteri koroner dan hipertensi merupakan penyebab terbanyak sedangkan di

    Negara berkembang yang menjadi penyebab terbanyak adalah penyakit katup

    jantung dan penyakit jantung akibat malnutrisi.

    Secara garisbesar penyebabterbanyak gagal jantung adalah penyakit

    jantung koroner 60-75%, dengan penyebab penyakit jantung hipertensi 75%,

    penyakit katup (10%) serta kardiomiopati dan sebab lain (10%), faktor risiko

    seperti diabetes dan merokok juga merupakan faktor yang dapat berpengaruh

    pada perkembangan gagal jantung. Selain itu berat badan serta tingginya

    rasio kolesterol total dengan kolesterol HDL dikatakan sebagai faktor risiko

    independen perkembangan gagal jantung.

    Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama terjadinya gagal

    jantung, perubahan gaya hidup dengan konsumsi makanan yang mengandung

    lemak, dan beberapa faktor yang mempengaruhi. Hipertensi telah terbukti

    meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung pada beberapa penelitian,

    hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme

    termasuk hipertropi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan

    disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik, meningkatkan risiko terjadinya

    infark miokard dan memudahkan terjadinya aritmia.

    Kardiomiopati merupakan penyakit otot jantung yang bukan disebabkan

    oleh penyakit koroner, hipertensi, maupun penyakit jantung kongenital, katup

    ataupun penyakit perikardial Kardiomiopati dibedakan menjadi 4 yaitu:

    Dilatasi(kongestif), hipertropik, restriktif, dan obliterasi. Kardiomiopati dilatasi

    merupakan kelainan dilatasi pada ventrikel kiri dengan atau tanpa dilatasi

    ventrikel kanan, penyebabnya antara lain miokarditis virus, penyakit

    jaringan ikat seperti SLE, dan poliarteritis nodosa. Kardiomiopati hipertropik

    dapat merupakan penyakit keturunan (autosomal dominant), ditandai adanya

    kelainan pada serabut miokard dengan gambaran khas hipertropi septum yang

    asimetris yang berhubungan dengan obstruksi outflow aorta (kardiomiopati

    hipertropik obstruktif).

  • 8/2/2019 Refrat Dandan Adi N -Gagal Jantung Kongestif

    4/14

    4

    Kardiomiopati restriktif ditandai dengan kekakuan serta komplikasi

    ventrikel yang buruk, tidak membesar dan dihubungkan dengan kelainan

    fungsi diastolik (relaksasi) yang menghambat pengisian ventrikel,

    kardiomiopati peripartum menyebabkan gagal jantung akut. Penyebab utama

    terjadinya gagal j a n t u n g adalah regurgitasi mitral dan stenosis aorta.

    (Sudoyo 2006)

    II.3. Patofisiologi

    Gagal jantung dapat dilihat sebagai suatu kelainan progresif yang

    dimulai setelah adanya index event atau kejadian penentu hal ini dapat

    berupa kerusakan otot jantung, yang kemudian mengakibatkan berkurangnya

    miosit jantung yang berfungsi baik, atau mengganggu kemampuan

    miokardium untuk menghasilkan daya. Hal ini pada akhirnya mengakibatkan

    jantung tidak dapat berkontraksi secara normal. Kejadian penentu yang

    dimaksud ini dapat memiliki onset yang tiba-tiba, seperti misalnya pada

    kasus infark miokard akut (MI), atau memiliki onset yang gradual atau

    insidius, seperti pada pasien dengan tekanan hemodinamik yang tinggi

    (padahipertensi) atau overload cairan (pada gagal ginjal), atau bisa pula

    herediter, seperti misalnya pada kasus dengan kardiomiopati genetik.

    Pasien dengan gagal jantung pada akhirnya memiliki satu kesamaan,

    yaitu penurunan kemampuan pompa jantung, terlepas dari berbagai penyebab

    gagal jantung. Pada kebanyakan orang gagal jantung bisa asimtomatik

    atau sedikit bergejala setelah terjadi penurunan fungsi jantung, atau menjadi

    bergejala setelah disfungsi dialami dalam waktu yang lama. Tidak diketahui

    dengan pasti mengenai pasien dengan disfungsiventrikel kiri tetap asimtomatik,

    hal yang berpotensi mampu memberi penjelasan mengenai hal ini adalah

    banyaknya mekanisme kompensasi yang akan teraktivasi saat terjadi jejas

    jantung atau penurunan fungsi jantung yang tampaknya akan

    mengaturkemampuan fungsi ventrikel kiri dalam batas homeostatik/fisiologis,

    sehingga kemampuan fungsional pasien dapat terjaga atau hanya menurun

    sedikit.

    Transisi pasien dari gagal jantung asimtomatik ke gagal jantung Yang

    simtomatik, aktivasi berkelanjutan dari sistem sitokin dan neurohormonal

    akan mengakibatkan perubahan terminal pada miokardium yang dikenal

  • 8/2/2019 Refrat Dandan Adi N -Gagal Jantung Kongestif

    5/14

    5

    dengan remodeling ventrikel kiri.

    klasifikasi gagal jantung dibagi menjadi dua yaitu: gagal jantung kiri, dan gagal

    jantung kanan.

    a) Gagal jantung kiriGagal jantung kiri biasanya disebabkan oleh penyakit jantung koroner,

    penyakit katup aorta, mitra serta hipertensi. Gagal jantung kiri juga berdampak

    pada organ lainnya seperti paru, ginjal, dan otak

    b) Gagal jantung kananPenyebab gagal jantung kanan hamper sama seperti gagal jantung kiri,

    tetapi stenosis mitral menyebabakan peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru

    yang menyebabkan gagal jantung kanan, gagal jantung kanan juga berdampak

    pada organ lain seperti hati, ginjal, jaringan subkutis, otak, dan sistem aliran

    aorta.

    c) Manifestasi klinisGejala yang muncul sesuai dengan gejala jantung kiri diikuti gagal jantung

    kanan dapat terjadi di dada karena peningkatan kebutuhan oksigen, pada

    pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda gejala gagal jantung kongestif biasanya

    terdapat bunyi bising akibat regurtasi mitral.

    1. Manifestasi klinis gagal jantung kiri:Dispneu, orthopneu, batuk,mudah lelah, gelisah dan cemas

    2. Manifestasi klinis gagal jantung kanan:Pitting edema,hepatomegali, anoreksia, nokturia dan kelemahan. (Sylvia 2005)

    II.3.1. Mekanisme neurohormonal

    Beberapa ahli menyarankan gagal jantung dilihat dalam suatu model

    neurohormonal yaitu gagal jantung berkembang sebagai hasil ekspresi

    berlebihan suatu molekul yang secara biologis aktif, yang dapat memberikan

    efek kerusakan jantung dan sirkulasi Seiring dengan progresi gagal jantung,

    masukan inhibisi dari reseptor arterial dan kardiopulmoner terus menurun,

    dan masukan eksitasi meningkat.

    Akibatnya perubahan keseimbangan ini terjadi peningkatan aktifitas

    pada sistem simpatis, berkurangnya kemampuan sistem parasimpatik dan

    simpatik dalam mengontrol denyut jantung, dan terganggunya regulasi reflek

    simpatis pada resistensi vaskular. Iskemia dinding anterior juga memiliki

    efek tambahan pada eksitasi sistem saraf simpatik efferent.

  • 8/2/2019 Refrat Dandan Adi N -Gagal Jantung Kongestif

    6/14

    6

    Gambar mekanisme kompensasi neurohomonal(Dickstain 2008)

    Pengaturan mekanisme neurohormonal ini dapat bersifat adaptif ataupun

    maladaptif. Sistem ini bersifat adaptif apabila sistem dapat memelihara tekanan

    perfusi arteri selama terjadi penurunan curah jantung. Sistem ini menjadi

    maladaptive apabila menimbulkan peningkatan hemodinamik melebihi batas

    ambang normal, menimbulkan peningkatan kebutuhanoksigen,serta memicu

    timbulnya cedera sel miokard. Pengaturan neurohormonal sebagai berikut:

    a) Sistem saraf adrenergikPasien dengan gagal jantung terjadi penurunan curah jantung dikenali oleh

    baroreseptor di sinus caroticus dan arcusaorta, kemudian dihantarkan ke medulla

    melalui nervus IX dan X, kemudian mengaktivasi sistem saraf simpatis, aktivasi

    sistem saraf simpatis ini akan menaikkan kadar norepinefrin (NE). Hal iniakan

    meningkatkan frekuensi denyut jantung, meningkatkan kontraksi jantung serta

    vasokonstriksi arteri dan vena sistemik. (Sylvia 2005)

    b) Sistem renin angiotensin aldosteronCurah jantung yang menurun, akan terjadi aktivasi sistem renin-

    angiotensin aldosteron berkurangnya natrium terfiltrasi yang mencapai makula

    densa tubulus distal, dan meningkatnya stimulasi simpatis ginjal, memicu

    peningkatan pelepasan renin dari apparatus juxtaglomerular. Renin memecah

  • 8/2/2019 Refrat Dandan Adi N -Gagal Jantung Kongestif

    7/14

    7

    empat asam amino dari angiotensinogen I, dan Angiotensin -converting enzyme

    akan melepaskan dua asam amino dari angiotensin I menjadi angiotensin II.

    Angiotensin II berikatan dengan 2 protein G menjadi angiotensin tipe 1, aktivasi

    reseptor angiotensin I akan mengakibatkan vasokonstriksi, pertumbuhan sel,

    sekresi aldosteron dan pelepasan katekolamin, sementara AT2 akan

    menyebabkan vasodilatasi, inhibisi pertumbuhan sel, natriuresis dan pelepasan

    bradikinin.

    Gambar sistem rennin-angiostensin-aldosteron (Sylvia 2005)

    c) Stres oksidatifPada pasien gagal jantung terdapat peningkatan kadar reactive oxygen

    species (ROS).Peningkatan ini dapat diakibatkan oleh rangsangan dari ketegangan

    miokardium, stimulasi neurohormonal (angiotensin II, aldosteron, agonis alfa

    adrenergik, endothelin-1) maupun sitokin inflamasi (tumor necrosis factor,

    interleukin-1). Efek ROS ini memicu stimulasi hipertrofi miosit, proliferasi

    fibroblast dan sintesis collagen. ROS juga akan mempengaruhi sirkulasi

    perifer dengan cara menurunkan bioavailabilitas NO.

    d) Remodeling ventrikel kiriModel neurohormonal yang telah dijelaskan diatas gagal menjelaskan

    progresivitas gagal jantung. Remodeling ventrikel kiri yang progresif

    berhubungan langsung dengan bertambah buruknya kemampuan ventrikel kiri di

  • 8/2/2019 Refrat Dandan Adi N -Gagal Jantung Kongestif

    8/14

    8

    kemudian hari. Proses remodeling mempunyai efek penting pada miosit

    jantung, perubahan volume miosit dan komponen nonmiosit pada miokard serta

    geometridan arsitektur ruangan ventrikel kiri.

    Remodeling berawal dari adanya beban jantung yang mengakibatkan

    meningkatkan rangsangan pada otot jantung. Keadaan jantung yang overload

    dengan tekanan yang tinggi, misalnya pada hipertensi atau stenosis aorta,

    mengakibatkan peningkatan tekanan sistolik yang secara parallel menigkatkan

    tekanan pada sarkomer dan pelebaran pada miosit jantung, yang menghasilkan

    hipertrofi konsentrik.

    Jika beban jantung didominasi dengan peningkatan volume ventrikel, sehingga

    meningkatkan tekanan pada diastolik, yang kemudian secara seri pada

    sarkomer dan kemudian terjadi pemanjangan pada miosit jantung dan dilatasi

    ventrikel kiri yang mengakibatkan hipertrofi eksentrik.

    Homeostasis kalsium

    merupakan hal yang penting dalam perkembangan gagal jantung. Hal ini

    diperlukan dalam kontraksi dan relaksasi jantung. (Sylvia 2005)

    Gambar pola remodeling ventrikel (Medscape.com)

  • 8/2/2019 Refrat Dandan Adi N -Gagal Jantung Kongestif

    9/14

    9

    II.4. Pemeriksaan dan penatalaksanaan gagal jantung

    II4.1. Anamnesis

    Kriteria Framingham adalah kriteria epidemiologi yang telah digunakan

    secara luas. Diagnosis gagal jantung mensyaratkan minimal dua kriteria mayor

    atau satu kriteria mayor disertai dua kriteria minor, kriteria minor dapat diterima

    jika kriteria minor tersebut tidak berhubungan dengan kondisi medis yang lain

    seperti hipertensi pulmonal, PPOK, sirosis hati, atau sindroma nefrotik.

    Kriteria mayor terdiri dari:

    a) Dispnea nocturnal paroksimal atau ortopneab) Peningkatan vena jugularisc) Ronkhi basah tidak nyaringd) Kardiomegalie) Edema paru akutf) Irama derap S3g) Peningkatan tekanan vena>16 cm H2O

    Kriteria minor terdiri dari:

    a) Edema pergelangan kakib) Batuk malam haric) Dyspnead) Hepatomegalie) Efusi pleuraf) Kapasitas vital berkurang sepertiga dari normalg) Takikardi

    diagnosis dapat ditegakan dari dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dan dua

    kriteria minor. (Dickstain 2008)

    II4.2. Pengobatan gagal jantung

    Pengobatan gagal jantung dengan farmakologis, secara garis besar bertujuan

    mengatasi permaslahan preload, dengan menurunkan preload, meningkatkan

    kontraktilitas juga menurunkan afterload. Pemilihan terapi farmakologis ini

    tergantung pada penyebabnya. Selama bertahun-tahun, obat golongan diuretik dan

    digoksin digunakan dalam terapi gagal jantung. Obat-obat ini mengatasi gejala

    dan meningkatkan kualitas hidup, namun belum terbukti menurunkan angka

    mortalitas. Setelah ditemukan obat yang dapat mempengaruhi sistem neurohumoral,

  • 8/2/2019 Refrat Dandan Adi N -Gagal Jantung Kongestif

    10/14

    10

    RAAS dan system saraf simpatik, barulah morbiditas dan mortalitas pasien gagal

    jantung membaik.(Katzung 2001)

    a) Angiotensin converting enzyme inhibitor(ACEI)Pasien dengan tidak ada kontra indikasi maupun pasien yang masih

    toleran terhadap ACE Inhibitor (ACEI), ACEI harus digunakan pada semua

    pasien dengan gagal jantung yang simtomatik dan LVEF < 40%. Terapi dengan

    ACEI memperbaiki fungsi ventrikel dan kesejahteraan pasien, menurunkan angka

    masuk rumah sakit untuk perburukan gagal jantung dan meningkatkan angka

    keselamatan. Pada pasien yang menjalani perawatan terapi dengan ACEI harus

    dimulai sebelum pasien pulang rawat.Dosis awal ACEI dengan target pada dosis.

    b) Angiotensin receptor blocker (ARB) Pada pasien dengan tnpa kontraindikasi dan tidak toleran dengan ACE,

    ARB direkomendasikan pada pasien dengan gagal jantung dan LVEF < 40%

    yang tetap simtomatik walau sudah mendapatkan terapi optimal dengan ACEI dan

    BB, kecuali telah mendapat antagonis aldosteron. Terapi dengan ARB

    memperbaiki fungsi ventrikel dan kejahteraan pasien dan mengurangi hospitalisasi

    untuk perburukan gagal jantung. Pemberian ARB mengurangi risiko kematian karena

    penyebab kardiovaskular. direkomendasikan sebagai alternatif pada pasein yang

    intoleran terhadap ACEI.

    Pada pasien-pasien ini pemberian ARB mengurangi risiko kematian akibat

    kardiovaskular atau perlunya perawatan akibat perburukan gagal jantung. Pada

    pasien yang dirawat, terapi dengan ARB harus dimulai sebelum pasien dipulangkan.

    Pengobatan dengan ARB meningkatkan fungsi ventrikel dan kesehatan pasien dan

    menurunkan angka masuk rumah sakit akibat perburukan gagal jantung. ARB

    direkomendasikan sebagai pilihan lain pada pasien yang tidak cocok dengan

    pengobatan ACEI.(Katzung 2001)

    c) Penghambat seka- Alasan penggunaan beta bloker(BB) pada pasien gagal jantung adalah

    adanya gejala takikardi dan tingginya kadar katekolamin yang dapat

    memperburuk kondisi gagal jantung. Pasien dengan kontraindikasi atau tidak

    ditoleransi, BB harus diberikan pada pasien gagal jantung yang simtomatik, dan

    dengan LVEF < 40%. BB meningkatkan fungsi ventrikel dan kesejahtraan pasien,

    mengurangi kejadian rawat akibat perburukan gagal jantung, dan meningkatkan

    keselamatan. Jika memungkinkan pada pasien yang menjalani perawatan, terapi BB

  • 8/2/2019 Refrat Dandan Adi N -Gagal Jantung Kongestif

    11/14

    11

    harus dimulai secara hati-hati sebelum pasien dipulangkan.

    Manfaat beta blockerpada gagal jantung yaitu:

    1) Mengurangi detak jantung : memperlambat fase pengisian diastoliksehingga memperbaiki perfusi miokard.

    2) Meningkatkan LVEF3) Menurunkan tekanan baji kapiler pulmonal

    Gambar table dosis awal dan target (Katzung 2001)

    II4.3. Pemeriksaan penunjang

    a) Pemeriksaan EKGPemeriksaan EKG dapat memberikan informasi yang sangat penting,

    meliputi frekuensi debar jantung, irama jantung, system konduksi dan kadang

    etiologidari Gagal jantung akut. Kelainan segmen ST, berupa ST segmen

    elevasi infark miokard (STEMI) atau Non STEMI. Gelombang Q pertana

    infark transmural sebelumnya. Adanya hipertrofi, bundle branch block, disinkroni

    elektrikal, interval QT yang memanjang, disritmia atau perimiokarditis harus

    diperhatikan.

  • 8/2/2019 Refrat Dandan Adi N -Gagal Jantung Kongestif

    12/14

    12

    b) Pemeriksaan photo thoraksFoto thoraks harus diperiksa secepat mungkin saat masuk pada semua

    pasien yang diduga gagal jantung akut, untuk menilai derajat kongesti paru, dan

    untuk mengetahui adanya kelainan paru dan jantung yang lain seperti efusi pleura,

    infiltrat atau kardiomegali.

    c) Pemeriksaan darah rutin1) Darah rutin2) Elektrolit3) Fungsi ginjal4) Fungsi hati

    d) Pemeriksaan ekokardiografiEkokardiografi merupakan pengujian non invasif yang paling bermanfaat dalam

    membantu menilai struktur dan fungsi jantung. Pemeriksaan ini merupakan

    baku utama (gold standar) untuk menilai gangguan fungsi sistol ventrikel kiri

    dan membantu memperkirakan hasil dan kemampuan bertahan kasus gagal

    jantung. Penilaian ekokardiografi/doppler dapat mengevaluasi dan memonitor

    regional dan global dari fungsi sistolik dan diastolic baik jantung kiri maupun

    yang kanan, struktur dan fungsi katup, patologi perikardium, komplikasi mekanik

    akibat miokard infark akut. Semua pasien dengan gagal jantung akut sebaiknya

    dengan segera dilakukan pemeriksaan ekokardiografi. Temuan kelainan yang

    didapat dapat membantu strategi penatalaksanaan.(Katzung 2001)

    II5. Algoritma gagal jantung

    Gambaran dugaan algoritma gagal jantung(Dickstain A 2008)

  • 8/2/2019 Refrat Dandan Adi N -Gagal Jantung Kongestif

    13/14

    13

    BAB III

    PENUTUP

    1.Kesimpulan

    Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompakan

    darah dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

    tubuh atau kemampuan tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan pengisian

    jantung yang tinggi atau kedua-duanya, gagal jantung juga dapat disebabkan oleh:

    a)Penyakit-penyakit yang melemahkan otot jantungb)Penyakit-penyakit yang menyebabkan kekakuan otot-otot jantungc)Penyakit-penyakit yang meningkatkan permintaan oksigen oIeh

    jaringan tubuh diIuar kemampuan jantung untuk memberikannya.

    2.Saran

    Untuk mencegah terulangnya lagi gagal jantung disebabkan oleh faktor

    makanan atau ketidakpatuhan obat, nasihat dan mendidik pasien tersebut tentang

    pentingnya diet yang tepat dan perlunya kepatuhan pengobatan.

    .

  • 8/2/2019 Refrat Dandan Adi N -Gagal Jantung Kongestif

    14/14

    14

    Daftar pustaka

    Sylvia Anderson Price, RN, Phd; Lorraine Mccarty Wilson, RN, PhD. 2005.

    Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. EGC: Jakarta

    Huon H.Gray; Keith D. Dawkins, John M.Morgan; dkk. 2003.Lecture Notes

    Kardiologi. Erlangga : Jakarta

    Sudoyo, Aru W. 2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Departemen Ilmu

    Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

    Dickstain A, Filippatos G, Cohen SA, et al. 2008. Guidelines for the diagnosis

    and treatment of acute and chronic heart failure . European heart journal.

    http://emedicine.medscape.com/article/163062-overview . Di akses 20

    Maret 2012

    Katzung BG. Farmakologi Dasar Klinik. Salemba Medika. 2001

    http://emedicine.medscape.com/article/163062-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/163062-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/163062-overview