28
SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267) BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Dalam praktek sehari-hari anxietas sering dikenal dengan istilah perasaan cemas, perasaan bingung, was-was, bimbang dan sebagainya, dimana istilah tersebut lebih merujuk pada kondisi normal. Sedangkan gangguan anxietas merujuk pada kondisi patologik. Anxietas sendiri dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan psikiatrik, dapat sebagai sindroma pada neurosis cemas dan dapat juga sebagai kondisi normal. Anxietas normal sebenarnya sesuatu hal yang sehat, karena merupakan tanda bahaya tentang keadaan jiwa dan tubuh manusia supaya dapat mempertahankan diri dan anxietas juga dapat bersifat konstruktif, misalnya seorang pelajar yang akan menghadapi ujian, merasa cemas, maka ia akan belajar secara giat supaya kecemasannya dapat berkurang. Sensasi anxietas / cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan cenderung bervariasi, pada setiap orang tidak sama. Gangguan kecemasan merupakan salah satu penyakit yang paling tersering didalam ilmu kejiwaan. Banyak pasien dengan gangguan 1 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa - FK UKRIDA -

refrat ansietas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sindroma ansietas

Citation preview

SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Dalam praktek sehari-hari anxietas sering dikenal dengan istilah perasaan cemas,

perasaan bingung, was-was, bimbang dan sebagainya, dimana istilah tersebut lebih merujuk pada

kondisi normal.  Sedangkan gangguan anxietas merujuk pada kondisi patologik. Anxietas sendiri

dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan psikiatrik, dapat sebagai sindroma pada

neurosis cemas dan dapat juga sebagai kondisi normal. Anxietas normal sebenarnya sesuatu hal

yang sehat, karena merupakan tanda bahaya tentang keadaan jiwa dan tubuh manusia supaya

dapat mempertahankan diri dan anxietas juga dapat bersifat konstruktif, misalnya seorang pelajar

yang akan menghadapi ujian, merasa cemas, maka ia akan belajar secara giat supaya

kecemasannya dapat berkurang.

Sensasi anxietas / cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut

ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala

otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala

tertentu yang ditemui selama kecemasan cenderung bervariasi, pada setiap orang tidak sama.

Gangguan kecemasan merupakan salah satu penyakit yang paling tersering didalam ilmu

kejiwaan. Banyak pasien dengan gangguan kecemasan ini mengalami gejala fisik dan biasanya

mereka akan segera mencari dokter untuk mendapatkan pertolongan. Disamping dari begitu

banyaknya prevalensi kejadian gangguan kecemasan ini, banyak yang tidak mengetahui bahwa

mereka mempunyai gangguan kecemasan.

Dalam praktek sehari-hari anxietas sering dikenal dengan istilah perasaan cemas,

perasaan bingung, was-was, bimbang dan sebagainya, dimana istilah tersebut lebih merujuk pada

kondisi normal. Sedangkan gangguan anxietas merujuk pada kondisi patologik. Anxietas sendiri

mempunyai rentang yang luas dan normal sampai level yang moderat misalnya pertandingan

sepak bola, ujian, wawancara untuk masuk kerja mempunyai tingkat anxietas yang berbeda.

1Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -

SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)

Anxietas sendiri dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan psikiatrik, dapat sebagai

sindroma pada neurosis cemas dan dapat juga sebagai kondisi normal. Anxietas normal

sebenarnya sesuatu hal yang sehat, karena merupakan tanda bahaya tentang keadaan jiwa dan

tubuh manusia supaya dapat mempertahankan diri dan anxietas juga dapat bersifat konstruktif,

misalnya seorang pelajar yang akan menghadapi ujian, merasa cemas, maka ia akan belajar

secara giat supaya kecemasannya dapat berkurang. Istilah kecemasan dalam psikiatri muncul

untuk merujuk suatu respon mental dan fisik terhadap situasi yang menakutkan dan mengancam.

Secara mendasar lebih merupakan respon fisiologis ketimbang respon patologis terhadap

ancaman. Sehingga orang cemas tidaklah harus abnormal dalam perilaku mereka, bahkan

kecemasan merupakan respons yang sangat diperlukan. Ia berperan untuk meyiapkan orang

untuk menghadapi ancaman (baik fisik maupun psikologik). Perasaan cemas atau sedih yang

berlangsung sesaat adalah normal dan hampir semua orang pernah mengalaminya.

Cemas pada umumnya terjadi sebagai reaksi sementara terhadap stress dalam kehidupan

sehari-hari. Bila cemas menjadi begitu besar atau sering seperti yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi yang berkepanjangan, penyakit kronik dan serius atau permasalahan keluarga maka

akan berlangsung lama; kecemasan yang berkepanjangan sering menjadi patologis. Ia

menghasilkan serombongan gejala-gejala hiperaktivitas otonom yang mengenai sistem

muskuloskeletal, kardiovaskuler, gastrointestinal dan bahkan genitourinarius.

Respon kecemasan yang berkepanjangan ini sering diberi istilah gangguan kecemasan,

dan ini merupakan penyakit. Dari aspek klinik kecemasan dapat dijumpai pada orang yang

menderita stress normal; pada orang yang menderita sakit fisik berat, lama dan kronik; pada

orang dengan gangguan psikiatri berat (skizofrenia, gangguan bipoler dan depresi); dan pada

segolongan penyakit yang berdiri sendiri yang dinamakan gangguan kecemasan.

Anxietas dapat bersifat akut atau kronik. Pada anxietas akut serangan datang mendadak

dan cepat menghilang. Anxietas kronik biasanya berlalu untuk jangka waktu lama walaupun

tidak seintensif anxietas akut, pengalaman penderitaan dari gejala cemas ini oleh pasien biasanya

dirasakan cukup gawat untuk mempengaruhi prestasi kerjanya. Bila dilihat dan segi jumlah,

maka orang yang menderita anxietas kronik jauh lebih banyak daripada anxietas akut.

2Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -

SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)

2. EPIDEMIOLOGI

Survei terkini di Amerika (1996) melaporkan bahwa 15 - 33% pasien yang datang

berobat ke dokter non psikiater merupakan pasien dengan gangguan mental. Dari jumlah tersebut

minimal sepertiganya menderita gangguan kecemasan. Di Indonesia penelitian yang dilakukan di

Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat tahun 1984 menunjukkan bahwa di puskesmas

jumlah gangguan kesehatan jiwa yang sering muncul sebagai gangguan fisik adalah 28,73%

untuk dewasa dan 34,39% untuk anak.

Gangguan kecemasan mengenai 19 juta Amerika dewasa. Kebanyakan gangguan

kecemasan dimulai ketika masa kanak-kanak, remaja dan dewasa muda. Gangguan kecemasan

ini banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki dan kejadian ini terjadi sama banyak pada orang

berkulit putih, African-American, dan Hispanics.

3Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -

SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

“Anxietas adalah perasaan yang difus, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak

menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini biasanya disertai dengan

reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang. Perasaan ini dapat

berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau

rasa mau kencing atau buang air besar. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan

gelisah. “ ( Harold I. LIEF) “Anenvous condition of unrest” ( Leland E. HINSIE dan Robert S

CAMBELL) “Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan

akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman,

keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya.” ( J.J GROEN)

2. EPIDEMIOLOGI

Jenis Kelamin wanita 2-3 kali lebih sering terkena dari pada laki-laki, walaupun

kurangnya diagnosis gangguan panik pada laki-laki mungkin berperan dalam distribusi yang

tidak sama tersebut. Perbedaan antara kelompok Hispanik, kulit putih non-Hispanik, dan kulit

hitam adalah sangat kecil. Faktor sosial satu-satunya yang dikenali berperan dalam

perkembangan gangguan panik adalah riwayat perceraian atau perpisahan yang belum lama.

Gangguan paling sering berkembang pada dewasa muda - usia rata-rata timbulnya adalah kira-

kira 25 tahun, tetapi baik gangguan panik maupun agorafobia dapat berkembang pada setiap

usia. Sebagai contohnya. gangguan panik telah dilaporkan terjadi pada anak-anak dan remaja.

dan kemungkinan kurang diagnosis pada mereka.

Survei terkini di Amerika (1996) melaporkan bahwa 15 - 33% pasien yang datang

berobat ke dokter non psikiater merupakan pasien dengan gangguan mental. Dari jumlah tersebut

minimal sepertiganya menderita gangguan kecemasan. Di Indonesia penelitian yang dilakukan di 4

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -

SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)

Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat tahun 1984 menunjukkan bahwa di puskesmas

jumlah gangguan kesehatan jiwa yang sering muncul sebagai gangguan fisik adalah 28,73%

untuk dewasa dan 34,39% untuk anak.

3. ETIOLOGI

Penyebab pasti gangguan kecemasan tidak diketahui, banyak gangguan ini disebabkan

oleh kombinasi faktor, termasuk perubahan di otak dan stres lingkungan.

Seperti penyakit tertentu, seperti diabetes, gangguan kecemasan dapat disebabkan oleh

ketidakseimbangan kimia dalam tubuh. Penelitian telah menunjukkan bahwa stres berat atau

jangka panjang dapat mengubah keseimbangan kimia dalam otak yang mengendalikan mood.

Penelitian lain menunjukkan bahwa orang dengan gangguan kecemasan tertentu memiliki

perubahan struktur otak tertentu yang mengontrol memori atau mood. Selain itu, penelitian telah

menunjukkan bahwa gangguan kecemasan dalam keluarga, yang berarti bahwa mereka dapat

diwariskan dari satu atau kedua orang tuanya, seperti warna rambut atau mata. Selain itu, faktor

lingkungan tertentu - seperti trauma atau peristiwa penting - dapat memicu gangguan kecemasan

pada orang yang memiliki kerentanan diwariskan kepada mengembangkan kekacauan.

Faktor pencetus yang sering jelas dan secara psikodinamik berhubungan dengan faktor-

faktor yang menahun seperti amarah yang direpresi atau impuls untuk melampiaskan hal sex.

Biasanya urut-urutan kejadian sebagai berikut : Ketakutan ( kecemasan akut ) → represi dan

konflik ( tak sadar ) → kecemasan menahun → stres pencetus → penurunan daya tahan dan

mekanisme untuk mengatasinya → nerosa cemas.

Faktor Biologis

Penelitian tentang dasar biologis untuk gangguan panik telah menghasilkan berbagai

temuan; satu interpretasi adalah bahwa gejala gangguan panik dapat disebabkan oleh berbagai

kelainan biologis di dalam struktur otak dan fungsi otak. penelitian tersebut dan penelitian

lainnya telah menghasilkan hipotesis yang melibatkan disregulasi system saraf perifer dan pusat

di dalam patofisiologi gangguan panik. Sistem saraf otonomik pada beberapa pasien gangguan

5Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -

SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)

panik telah dilaporkan menunjukkan peningkatan tonus simpatik, beradaptasi secara lambat

terhadap stimuli yang berulang, dan berespon secara berlebihan terhadap stimuli yang sedang.

Sistem neurotransmiter utama yang terlibat adalah norepinefrin, serotonin, dan gamma-

aminobutyric acid (GABA).

Faktor Psikososial

Baik teori kognitif perilaku dan psikoanalitik telah dikembangkan untuk menjelaskan

patogenesis gangguan panik dan agoraphobia. Teori kognitif perilaku menyatakan bahwa

kecemasan adalah suatu respon yang dipelajari baik dari perilaku modeling orang tua atau

melalui proses pembiasan klasik.

Teori psikoanalitik memandang serangan panik sebagai akibat dari pertahanan yang tidak

berhasil dalam melawan impuls yang menyebabkan kecemasan. Apa yang sebelumnya

merupakan suatu sinyal kecemasan ringan menjadi suatu perasaan ketakutan yang melanda,

lengkap dengan gejala somatik.

Peneliti menyatakan bahwa penyebab serangan panic kemungkinan melibatkan arti

bawah sadar peristiwa yang menegangkan dan bahwa patogenesis serangan panik mungkin

berhubungan dengan faktor neurofisiologis yang dipicu oleh reaksi psikologis.

3. Gambaran Klinis

Serangan panik adalah periode kecemasan atau ketakutan yang kuat dan relative singkat

dan disertai gejala somatik. Suatu serangan panik secara tiba-tiba akan menyebabkan minimal 4

dari gejala-gejala somatik berikut:

1. Palpitasi

2. Berkeringat

3. Gemetar

6Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -

SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)

4. Sesak napas

5. Perasaan tercekik

6. Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman

7. Mual dan gangguan perut

8. Pusing, bergoyang. melayang. atau pingsan

9. Derealisasi atau depersonalisasi

10. Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila

11. Rasa takut mati

12. Parastesi atau mati rasa

13. Menggigil atau perasaan panas. Serangan panik pertama seringkali sama sekali spontan,

walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik,

aktivitas seksual, atau trauma emosional sedang. DSM-IV menekankan bahwa sekurangnya

serangan pertama harus tidak diperkirakan (tidak memiliki tanda) untuk memenuhi criteria

diagnostik untuk gangguan panic.

Serangan sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat selama 10

menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat dan suatu perasaan ancaman kematian

dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu untuk menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien

mungkin merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Tanda

fisik adalah takikardia. palpitasi, sesak nafas, dan berkeringat.

Gejala Penyerta

Gejala depresif seringkali ditemukan pada serangan panik dan agoraphobia, dan pada

beberapa pasien suatu gangguan depresif ditemukan bersama-sama dengan gangguan panik.

7Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -

SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)

Penelitian telah menemukan bahwa resiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan

panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan mental.

4. KRITERIA DIAGNOSIS

Kriteria diagnostic untuk Gangguan Panik

Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4.

Suatu periode tertentu adanya rasa takut atau tidak nyaman, di mana empat (atau lebih) gejala

berikut ini terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam 10 menit:

(1) Palpitasi, jantung berdebar kuat, atau kecepatan jantung bertambah cepat.

(2) Berkeringat.

(3) Gemetar atau berguncang

(4) Rasa nafas sesak atau tertahan

(5) Perasaan tercekik

(6) Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman

(7) Mual atau gangguan perut

(8) Perasaan pusing, bergoyang, melayang, atau pingsang.

(9) Derealisasi (perasaan tidak realitas) atau depersonalisasi (bukan merasa diri sendiri).

(10) Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila

(11) Rasa takut mati.

(12) Parestesia (mati rasa atau sensasi geli)

8Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -

SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)

(13) Menggigil atau perasaan panas.

Menurut PPDGJ-III gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak

ditemukan adanya gangguan anxietas fobik. Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya

beberapa kali serangan anxietas berat dalam masa kira-kira satu bulan :

1. Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya.

2. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya

(unpredictable situation)

3. Dengan keadaan yang relatif dari gejala-gejala anxietas pada periode diantara serangan-

serangan panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga “anxietas antipsikotik”

yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan

terjadi.

5. KLASIFIKASI

F 40 GANGGUAN ANXIETAS FOBIK

a. F 40.0 AGORAFOBIA

PEDOMAN DIAGNOSTIK.

Semua kriteria ini hrs dipenuhi utk :

a. Gejala psikologis/otonomik yg timbul hrs mrpk manifestasi primer dr anxietas &

bkn mrpk gejala lain yg sekunder seperti waham atau pikiran obsesif.

b. Anxietas yg timbul hrs terutama terjadi dlm sekurang2nya dua dari situasi berikut :

• Banyak orang

• Tempat-tempat umum

• Bepergian keluar rumah

• Bepergian sendiri

c. Menghindari situasi fobik hrs/sdh mrpk gambaran yg menonjol

b. F 40.1 FOBIA SOSIAL

9Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -

SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)

1. Mulai sejak usia remaja

2. Rasa takut diperhatikan oleh orla dlm kel yg relatif kecil

3. Menjurus pd perhindaran thd situasi sosial yg relatif kecil

4. Menjurus pd penghindaran thd situasi sosial

5. Lelaki sama dgn wanita

6. Gambarannya dpt sgt jelas mis. makan di tempat umum, berbicaradidepan umum,

menghadapi jenis kelamin lain, hampir semua situasi di luar keluarga

7. Biasanya disertai dgn harga diri yg rendah dan takut kritik

8. Dpt tercetus sbg : malu (muka merah), tangan gemetar, mual, ingin buang air

kecil & gejala demikian dpt berkembang menjadi serangan panik

PEDOMAN DIAGNOSTIK

Semua kriteria dibwh ini hrs dipenuhi utk :

• Gejala2 psikologis, perilaku /otonomik hrs mrpk manifestasi primer dari anxietas

dan bukan sekundari gejala lain spt waham / pikiran obsesif

• Anxietas hrs hanya terbatas / menonjol pada situasi sosial tertentu saja

• Penghindaran dari situasi fobik hrs mrpk gambaran yang menonjol

DIAGNOSIS BANDING

Gangguan depresif & agorafobia sering sulit dibedakan dgn fobia sosial.

Hendaknya diutamakan Dx agorafobia, depresi jgn ditegakkan kecuali ditemukan

sindrom depresif yg lengkap & jelas

c. F 40.2 FOBIA KHAS (TERISOLASI)

Fobia yg terbatas pd situasi yg sgt spesifik seperti bila :

• Berdekatan dgn binatang tertentu

• Tempat tinggi

• Petir

• Kegelapan

• Naik pesawat

• Buang hajat ditempat umum

10Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -

SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)

• Makan makanan tertentu

• Dokter gigi

• Takut melihat darah/luka

• Takut berhubungan dgn penyakit tertentu

Biasanya timpul pd masa kanak2/dewasa muda ; dpt menetap puluhan tahun bila

tdk diobati

PEDOMAN DIAGNOSTIK

Semua kriteria yg dibawah ini utk DX :

a. Gejala psikologis atau otonomik hrs mrpk manifestasi primer dari anxietas, dan

bkn sekunder dari gejala2 lain seperti waham atau pikiran obsesif

b. Anxietas hrs terbatas ps adanya objek situasi fobik tertentu

c. Situasi fobik tsb sedapat mungkin dihindarinya

Termasuk :

– Akrofobia

– Fobia binatang

– Klaustrofobia

– Fobia ujian

– Fobia sederhana

DIAGNOSA BANDING

Gangguan hipokhondrik F 45.2

Gangguan waham F 22.0

F 40.8 gangguan fobik lainnya

F 40.9 Gangguan fobik YTT, termasuk fobia YTT, keadaan Fobik YTT

F 41 GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA

Gejala Utama : manifestasi klinik

Dapat disertai :

• Gejala depresif

11Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -

SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)

• Gejala obsesif

• Beberapa unsur anxietas fobik

à Bersifat sekunder, ringan

a. F 41.0 GANGGUAN PANIK (Anxietas Paroksimal Episodik)

Gambaran esensial :

• Serangan anxietas berat (panik) yg berulang

• Tdk terbatas pada adanya situasi tertentu / suatu rangkaian kejadian

• Tidak terduga

• Gejala yg biasa dijumpai, onsit mendadak :

– Palpitasi

– Nyeri dada

– Perasaan tercekik

– Pusing kepala

– Rasa menjadi gila

- Perasaan tidak riil (depersonalisasi/derealisasi)

- Rasa takut mati

- Kehilangan kendali

PEDOMAN DIAGNOSTIK

Untuk Dx bbrp serangan anxietas berat diserta gejala otonomik hrs terjadi dlm

periode kira2 1 bln tdk berbahaya :

a. Pada keadaan2 yg sebenarnya scr objektiv tdk ada bahaya

b. Tdk terbatas hanya pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga

sebelumnya

12Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -

SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)

c. Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala anxietas dalam periode antara

serangan2 panik (meskipun lazim terjadi anxietasantisipatorik)

Termasuk : - serangan panik - keadaan panik

DIAGNOSIS BANDING

• Gangguan panik sbg bagian fobik

• Sekunder dari gangguan depresif, terutama pada lelaki

b. F 41.1 GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH

Gambaran esensial :

• Anxietas yg menyeluruh & menetap

• Tidak terbatas hanya pd setiap keadaan lingkungan yg tertentu saja (misalnya sifat

mengambang atau “free floating”)

Gejala yang sering dijumpai :

• Keluhan tegang yg berkepanjangan

• Gemetaran

• Ketegangan otot

• Berkeringat

• Kepala terasa ringan

• Palpitasi

• Pusing kepala

• Keluhan epigastrik

• Ketakutan dirinya/ anggota kel lain akan celaka/sakit

• Khawatir & firasat lain

Pedoman Diagnostik

Hrs menunjukkan gejala primer anxietas hampir setiap hari selama bbrp minggu à

bulan

GEJALA-GEJALA :

a. Kecemasan ttg masa depan (khawatir akan nasib buruk, perasaan gelisah seperti

diujung tanduk, sulit berkonsentrasi)

13Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -

SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)

b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tdk dpt santai)

c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, tahikardi, keluhan

epigastorik, pusing kepala, mulut kering, dsb)

Diagnostik Banding :

• Episode depresif (F 32)

• Gangguan panik (F 41.0)

• Gangguan obsesif-kompulsif (F 42)

Termasuk :

• Neurosis anxietas

• Reaksi anxietas

• Keadaan anxietas

c. F 41.2 GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS & DEPRESIF

Terdapat gejala anxietas dan depresi yg masing2 tdk menunjukkan rangkaian gejala

yg cukup berat utk menegakkan diagnosa tersendiri.

Bbrp gejala otonomik harus ditemukan :

• Tremor

• Palpitasi

• Mulut kering

• Sakit perut (mulas), dsb

Diagnosa Banding :

• Gangguan penyesuaian F 43.2

• Depresi anxietas menetap (dstimia) F 34.1

Termasuk : depresi anxietas (ringan atau tak menetap)

14Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -

SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)

d. F 41.3 GANGGUAN ANXIETAS CAMPURAN LAINNYA

Gangguan yg memenuhi kriteria gangguan anxietas menyeluruh (F 41.1) dan yg

menunjukkan ciri2 yg menonjol dari gangguan lain dlm F 40-F 49

F 41.8 GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA TDT

Termasuk : histeria anxietas

F 41.9 GANGGUAN ANXIETAS YTT

Termasuk : anxietas YTT

6. PENATALAKSANAAN

Terdapat tiga pendekatan terapeutik untuk mengatasi gejala berhubungan dengankecemasan

yaitu :

1.Manajemen krisis

2.Farmakoterapi

3.Psikoterapi

Manajemen krisis

Manajemen krisis adalah proses pendek yang di disain untuk menolong seseorang

menyembuhkan problem akut kepada tingkat fungsional normal mereka melalui cara

personal,sosial dan lingkungan. Langkah - langkah dalam manajemen krisis :

Pengukuran psikososial dari individu, bahwa keluarga ikut didalam krisis. Pengembangan

rencana dengan individu atau keluarga dalam krisis. Penerapan rencana dan penggambaran

secara personal, kelanjutan dari rencana (follow up)

Tujuan utama dari Manajemen Krisis adalah :

1.Peredaaan gejala

2.Pencegahan konsekuensi yang merugikan dari krisis tersebut untuk jangka pendek

3. Suportif (dukungan)

15Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -

SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)

Farmakoterapi

Obat-obat antianxietas sebaiknya digunakan untuk waktu yang singkat karena ditakutkan akan

terjadi ketergantungan, meskipun banyak obat yang efektif untuk meredakan anxietas.

Obat antiansietas dibagi dalam dua golongan : Obat antiansietas disebut ansiolitika yaitu obat

yang dapat mengurang antiansietas dan patologik, ketegangan dan agitasi obat-obat ini tidak

berpengaruh pada proses kognitif dan persepsi, efek otonomik dan ekstra piramidal tetapi

menurunkan ambang kejang dan berpotensi untuk ketergantungan obat.

Ada dua golongan obat antiansietas :

1.Benzodiazepin : diazepam, oxazolam, lorazepam, clobazam

2.Non Benzodiazepin : buspiron dan sulpirit

Benzodiazepin merupakan obat pilihan untuk kecemasan dan ketegangan jika pasien

mengalami ansietas yang intensif. Benzodiazepin dengan paruh waktu yang lebih panjang

mungkin dapat diterima.

Mekanisme kerja : syndrome Acietas disebabkan oleh hiperaktifitas dari system limbik

SSP yang terdiri dari dopaminergik, noradrenergik, serotoniergik neurons yang dikendalikan

oleh GABA ergic neurons.

Ada beberapa efek samping obat dari golongan ini adalah :

Sedasi : mengantuk, kewaspadaan kurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuankognitif

melemah.

Relaksasi otot : rasa lemah, cepat lelah.

Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari narkotik, potensi menimbulkan

ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang masih dapat dipertahankan setelah dosis

akhir berlangsung sangat singkat.

Penghentian obat secara mendadak, akan menimbulkan gejala putus obat : pasien menjadi

irirtable, bingung, gelisah, imsonia, tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi. Hal ini berkaitan

dengan penurunan kadar Benzodiazepin dalam plasma.

Ketergantungan lebih sering pada individu dengan riwayat peminum alkohol, penyalahgunaan

obat, atau ´unstable personalities´, oleh kerena itu obat Benzodiazepin tidak dianjurkan kepada

pasien-pasien tersebut.

16Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -

SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)

Golongan Benzodiazepin sebagai obat anti-ansietas yang mempunyai ratio terapeutik yang lebih

tinggi dan kurang menimbulkan efek adiksi, toksisitas rendah. Golongan ini merupakan drug of

choice dari semua obat yang mempunyai efek anti-ansietas.

Lama pemberian :

Pada sindrom ansietas yang disebabkan faktor situasi eksternal, pemberian obat tidak lebih dari

1 - 3 bulan.

Pemberian sewaktu-waktu dapat dilakukan apabila sindrom ansietas dapat diramal akan waktu

datangnya dan hanya pada situasi tertentu, serta terjadinya tidak sering.

Penghentian selalu secara bertahap agar tidak menimbulkan gejala lepas obat.

Psikoterapi

Psikoterapi adalah jenis pengobatan yang dilakukan oleh seorang terapis yang terlatih

khusus pada seorang pasien dengan memakai cara profesional yang dilandasi hubungan therapis-

pasien yang khas, sehingga keluhan pasien tersebut dapat dialihkan, diringankan, atau

disembuhkan, mengembangkan pertumbuhan secara positif.

Beberapa bentuk dasar dari psikoterapi :

A.Psikoterapi bentuk sugesti (supportive)

B.Psikoterapi jenis analisa (insight oriented)

C.Psikoterapi jenis perilaku (behaviour therapy)

7. PROGNOSIS

Gangguan panik biasanya memiliki onsetnya selama masa remaja akhir atau masa

dewasa awal, walaupun onset selama masa anak-anak, remaja awal, dan usia pertengahan dapat

terjadi. Biasanya kronik dan bervariasi tiap individu. Frekuensi dan kepasrahan serangan panic

mungkin berfluktuasi. Serangan panik dapat terjadi beberapa kali sehari atau kurang dari satu

17Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -

SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)

kali dalam sebulan. Penelitian follow up jangka panjang gangguan panik sulit diinterpretasikan.

Namun demikian kira-kira 30-40% pasien tampaknya bebas dari gejala follow up jangka

panjang, kira-kira 50% memiliki gejala yang cukup ringan yang tidak mempengaruhi

kehidupannya secara bermakna dan kira-kira 10-21 % terus memiliki gejala yang bermakna.

Depresi dapat mempersulit gambaran gejala pada kira-kira 40-80 % dari semua pasien.

Pasien dengan fungsi premorbid yang baik dan lama gejala singkat cenderung memiliki

prognosis yang baik.

18Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -

SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)

BAB III

KESIMPULAN

Anxietas adalah perasaan yang difus, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak

menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu

atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang.

Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat

berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar. Perasaan ini disertai

dengan rasa ingin bergerak dan gelisah.

• Wanita 2-3 kali lebih sering terkena dari pada laki-laki

• Etiologi :

– Biologis : norepinefrin, serotonin, dan gamma-aminobutyric acid (GABA).

– Genetika : peningkatan resiko gangguan panik sebesar 4-8 kali lipat pada sanak

saudara derajat pertama pasien dengan gangguan panik dibandingkan dengan

sanak saudara derajat pertama dari pasien dengan gangguan psikiatrik lainnya.

Demikian juga pada kembar monozigot.

– Psikososial : Teori kognitif,teori psikoanalitik

Gejala : Palpitasi, berkeringat, gemetar, sesak napas, perasaan tercekik, nyeri dada atau

perasaan tidak nyaman, mual dan gangguan perut, pusing, bergoyang. melayang. atau

pingsan.

• Bentuk anxietas : Gangguan Panik,gangguan Fobik,Gangguan Obsesif-

kompulsif,Gangguan Stres Pasca Trauma,gangguan Stres Akut, Gangguan Anxietas

Menyeluruh.

19Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -

SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)

Daftar Pustaka

1. American Psychiatric Association, Diagnostic Creteria, DSM -IV - TR, 2005 : 209 -223

2. Departemen Kesehatan R.l. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di

Indonesia III, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik 1993: 171 -195.

3. Anxiety Disorder. Diunduh dari : http://www.webmd.com/anxiety-panic/guide/mental-

health-anxiety-disorders?page=2 tanggal 25 maret 2011

4. Departemen Kesehatan R.l. Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat , Direktorat Jenderal

Bina Kesehatan Masyarakat: Gangguan Anxietas.

5. Sadock BJ, Sadock VA: Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry 10 th.ed. Lippincott

Williams & Wilkins, 2007:579- 633.

6. Setyonegoro KR, IskandarY : Anxietas. Yayasan Drama Usada, Yakarta, 1980:2-4.

7. Stahl SM: Essential Psychopharmacology Neuroscientific Basis and Practical

Applications 2nd ed Cambridge University Press . 2002 : 300

20Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -