32
REFERAT TINEA KAPITIS Alham Wahyudin, S.Ked. 70 2008 055 Pembimbing Dr. Riliani Hastuti, Sp.PK DEPARTEMEN KULIT KELAMIN RUMAH SAKIT KUSTA DR. RIVAI ABDULLAH

Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

REFERAT

TINEA KAPITIS

Alham Wahyudin, S.Ked.70 2008 055

PembimbingDr. Riliani Hastuti, Sp.PK

DEPARTEMEN KULIT KELAMINRUMAH SAKIT KUSTA DR. RIVAI ABDULLAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2012

Page 2: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

OKTOBER 2012

HALAMAN PENGESAHAN

Telaah Ilmiah berjudul

TINEA KAPITIS

Oleh:

Alham Wahyudin, S.Ked

telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan

Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Kulit dan kelamin Fakultas Kedokteran

Muhammadiyah Palembang

Palembang, Oktober 2012

Dosen Pembimbing

Dr. Riliani Hastuti, Sp.KK

ii

Page 3: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Semesta Alam, Allah SWT, atas nikmat dan

karunia-Nya. Sholawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW.

Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan selama pengerjaan referat,

yang berjudul “Tinea Kapitis”, ini kepada dr. Riliani Hastuti, Sp.KK dan terakhir,

bagi semua pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, rela

maupun tidak rela, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis haturkan

terima kasih atas bantuannya hingga referat ini dapat terselesaikan. Semoga bantuan

yang telah diberikan mendapatkan imbalan setimpal dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa didalam referat ini masih banyak kekurangan baik

itu dalam penulisan maupun isi referat. Karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun demi sempurnanya referat ini. Penulis berharap referat ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, Oktober 2012

Penulis

iii

Page 4: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iiKATA PENGANTAR ………………………………………………………. iiiDAFTAR ISI ..................................................................................................... ivDAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… v

BAB I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Definisi……………………….…………………………………………… 32.2. Epidemiologi……........................................................................................ 32.3. Etiologi dan Patogenesis ….………………………………………………. 42.4. Manifestasi Klinis………………….……………………………………… 62.5. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………… 72.6. Diagnosis dan Diagnosis Banding ..……………………………………….. 82.7. Tatalaksana ……………………………………………………………….. 102.9. Prognosis ..……………………………………………………………….. 10

BAB III. KESIMPULANKesimpulan …………………………………………………………………… 11

DAFTAR PUSTAKA

iv

Page 5: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi jamur dapat superfisial, subkutan dan sistemik, tergantung pada

karakteristik dari host. Dermatofita merupakan kelompok jamur yang terkait

secara taksonomi. Kemampuan mereka untuk membentuk lampiran molekul

kertatin dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi memungkinkan mereka

untuk berkoloni pada jaringan keratin, masuk ke dalam stratum korneum dan

epidermis, rambut, kuku dan jaringan pada hewan. Infeksi superfisial yang

disebabkan oleh dermatofit yang disebut dermatofitosis dimana dermatimicosis

mengacu pada infeksi jamur 1.

Banyak cara untuk mengklasifikasikan jamur superfisial, tergantung habitat

dan pola infeksi. Organisme geofilik berasal dari tanah dan hanya sesekali

menyerang manusia,biasanya melalui kontak langsung dengan tanah. Tinea

kapitis adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh jamur dermatofit.

Tinea Kapitis (Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans, herpes

tonsurans. 1,2 adalah infeksi dermatofit pada kepala, alis mata dan bulu mata

karena spesies Microsporum dan Trichophyton.1 Penyakitnya bervariasi dari

kolonisasi subklinis non inflamasi berskuama ringan sampai penyakit yang

beradang ditandai dengan produksi lesi kemerahan berskuama dan alopesia

(kebotakan) yang mungkin menjadi beradang berat dengan pembentukan erupsi

kerion ulseratif dalam. Ini sering menyebabkan pembentukan keloid dan skar

dengan alopesia permanen. Tipe timbulnya penyakit tergantung pada interaksi

pejamu dan jamur penyebab.1

1

Page 6: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Tinea kapitis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh jamur dermatofit

(biasanya berasal dari spesies microsporum dan trichophyton) yang terjadi pada

folikel rambut kulit kepala dan kulit sekitarnya

2.2. Epidemiologi

Insidens tinea kapitis masih belum diketahui pasti, tersering dijumpai pada

anak-anak 3-14 tahun3 jarang pada dewasa, 3,4 kasus pada dewasa karena infeksi

T. tonsurans dapat dijumpai misalkan pada pasien AIDS dewasa4. Transmisi

meningkat dengan berkurangnya higiene sanitasi individu, padatnya penduduk,

dan status ekonomi rendah. 3

Insidens tinea kapitis dibandingkan dermatomikosis di Medan 0,4% (1996

-1998), RSCM Jakarta 0,61 - 0,87% (1989 - 1992), Manado 2,2 - 6% (1990 -

1991) dan Semarang 0,2%.5

Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara tahun 2001 - 2006 insidennya

dibandingkan kasus baru dermatomikosis di Poli Dermatomikosis URJ Kulit dan

Kelamin RSU Dr. Soetomo antara 0,31% - 1,55%. Pasien tinea kapitis terbanyak

pada masa anak-anak < 14 tahun 93,33%, anak laki-laki lebih banyak (54,5%)

dibanding anak perempuan (45,5%). Di Surabaya tersering tipe kerion (62,5%)

daripada tipe Gray Patch (37,5%). Tipe Black dot tidak diketemukan. Spesies

penyebab Microsporum gypseum (geofilik), Microsporum ferrugineum

(antropofilik) dan Trichophyton mentagrophytes (zoofilik yang dijumpai pada

hewan kucing, anjing, sapi, kambing, babi, kuda, binatang pengerat dan kera 3).

2

Page 7: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

2.3. Etiologi

Spesies dermatofit umumnya dapat sebagai penyebab, kecuali E.

floccosum, T. concentricum dan T. mentagrophytes var. interdigitale (T.

interdigitale) yang semuanya jamur antropofilik tidak menyebabkan tinea kapitis2

dan T. rubrum jarang. 4 Tiap negara dan daerah berbeda-beda untuk spesies

penyebab tinea kapitis2 , juga perubahan waktu dapat ada spesies baru karena

penduduk migrasi. 2 Spesies antropofilik (yang hidup di manusia) sebagai

penyebab yang predominan.

2.4. Patogenesis

Dermatofit ektotrik (diluar rambut) infeksinya khas di stratum korneum

perifolikulitis, menyebar sekitar batang rambut dan dibatang rambut bawak

kutikula1 dari pertengahan sampai akhir anagen saja3 sebelum turun ke folikel

rambut untuk menembus kortek rambut. Hifa-hifa intrapilari kemudian turun ke

batas daerah keratin, dimana rambut tumbuh dalam keseimbangan dengan proses

keratinisasi, tidak pernah memasuki daerah berinti. Ujung-ujung hifa-hifa pada

daerah batas ini disebut Adamson’s fringe, dan dari sini hifa-hifa berpolifrasi dan

membagi menjadi artrokonidia yang mencapai kortek rambut dan dibawa keatas

pada permukaan rambut. Rambut-rambut akan patah tepat diatas fringe tersebut,

dimana rambutnya sekarang menjadi sangat rapuh sekali. Secara mikroskop hanya

artrokonidia ektotrik yang tampak pada rambut yang patah, walaupun hifa

intrapilari ada juga.3

Patogenesis infeksi endotrik (didalam rambut) sama kecuali kutikula tidak

terkena1 dan artrokonidia hanya tinggal dalam batang rambut menggantikan

keratin intrapilari dan meninggalkan kortek yang intak. Akibatnya rambutnya

sangat rapuh dan patah pada permukaan kepala dimana penyanggah dan dinding

folikuler hilang meninggalkan titik hitam kecil (black dot).3 Infeksi endotrik juga

lebih kronis karena kemampuannya tetap berlangsung di fase anagen ke fase

telogen. 3

3

Page 8: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

3.5. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis tergantung etiologinya. 3 :

1. Bentuk Non- inflamasi, manusia atau epidemik3.

Umumnya karena jamur ektotriks antropofilik, M. audouinii di Amerika

dan Eropa namun sekarang jarang atau M. ferrugineum di Asia. 1,3 Lesi mula-mula

berupa papula kecil yang eritematus, mengelilingi satu batang rambut yang

meluas sentrifugal mengelilingi rambut-rambut sekitarnya. Biasanya ada skuama,

tetapi keradangan minimal. Rambut-rambut pada daerah yang terkena berubah

menjadi abu-abu dan kusam sekunder dibungkus artrokonidia dan patah beberapa

milimeter diatas kepala 1,3. Seringkali lesinya tampak satu atau beberapa daerah

yang berbatas jelas pada daerah oksiput atau leher belakang. Kesembuhan spontan

biasanya terjadi pada infeksi Microsporum.1 Ini berhubungan dengan mulainya

masa puber yang terjadi perubahan komposisi sebum dengan meningkatnya asam

lemak-lemak yang fungistatik, bahkan asam lemak yang berantai medium

mempunyai efek fungistatik yang terbesar1. Juga bahan wetting (pembasah) pada

shampo merugikan jamur seperti M. audouinii. 1

2. Bentuk inflamasi3

Biasanya terlihat pada jamur ektotrik zoofilik (M. canis) atau geofilik (M.

gypseum). Keradangannya mulai dari folikulitis pustula sampai kerion yaitu

pembengkakan yang dipenuhi dengan rambut-rambut yang patah-patah dan

lubang-lubang folikular yang mengandung pus3. Inflamasi seperti ini sering

menimbulkan alopesia yang sikatrik. Lesi keradangan biasanya gatal dan dapat

nyeri, limfadenopati servikal, panas badan dan lesi tambahan pada kulit halus.3

3. Tinea Kapitis black dot3

4

Page 9: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

Bentuk ini disebabkan karena jamur endotrik antropofilik, yaitu T.

onsurans atau T. violaceum. Rontok rambut dapat ada atau tidak. Bila ada

kerontokan rambut maka rambut-rambut patah pada permukaan kepala hingga

membentuk gambaran kelompok black dot. Biasanya disertai skuama yang difus;

tetapi keradangannya bervariasi dari minimal sampai folikulitis pustula atau lesi

seperti furunkel sampai kerion. Daerah yang terkena biasanya banyak atau

poligonal dengan batas yang tidak bagus, tepi seperti jari-jari yang membuka.

Rambut-rambut normal biasanya masih ada dalam alopesianya.3

3.6. Diagnosis Banding

1. Diagnosis banding tinea kapitis berskuama dan keradangan minimal3 :

a. Dermatitis seboroik3,6

Keradangan yang biasanya terjadi pada sebelum usia 1 tahun atau

sesudah pubertas yang berhubungan dengan rangsangan kelenjar sebasia6.

Tampak eritema dengan skuama diatasnya sering berminyak, rambut yang

terkena biasanya difus, tidak setempat1. Rambut tidak patah. Distribusi

umumnya di kepala, leher dan daerah-daerah pelipatan. Alopesia

sementara dapat terjadi dengan penipisan rambut daerah kepala, alis mata,

bulu mata atau belakang telinga. Sering tampak pada pasien penyakit

syaraf atau immunodefisiensi.6

b. Dermatitis atopik3,6

Dermatitis atopik yang berat dan luas mungkin mengenai kepala

dengan skuama kering putih dan halus. Khas tidak berhubungan dengan

kerontokan rambut, bila ada biasanya karena trauma sekunder karena

garukan kepala yang gatal. 6 Disertai lesi dermatitis atopik di daerah lain.

c. Psoriasis3,6

Psoriasis kepala khas seperti lesi psoriasis dikulit, plak eritematos

berbatas jelas dan berskuama lebih jelas dan keperakan diatasnya, 6 dan

5

Page 10: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

rambutrambut tidak patah1. Kepadatan rambut berkurang di plak psoriasis

juga meningkatnya menyeluruh dalam kerapuhan rambut dan kecepatan

rontoknya rambut telogen. 10% psoriasis terjadi pada anak kurang 10

tahun dan 50% mengenai kepala6 , dan sering lesi psoriasis anak terjadi

pada kepala saja, maka kelainan kuku dapat membantu diagnosis

psoriasis6.

d. Pitiriasis amiantasea1,6 (Pitiriasis asbestos)

Adalah tumpukan skuama dalam masa yang kusut1. Dermatitis

kepala lokalisata yang non infeksius yang tidak diketahui sebabnya6.

Skuama yang putih tebal melekat sering dijumpai mengikat batang rambut

proksimal. Kepala dapat tampak beradang. Rontok rambut sementara

dapat terjadi dengan pelepasan manual skuama yang melekat. Kelainan

kulit dilain tempat yang menyertai biasanya tidak ada, namun dapat

mempunyai penyakit yang menyertai, yaitu Dermatitis atopik atau

keradangan kulit lainnya6. Ada yang menganggap sebagai psoriasis dini7.

2. Diagnosis banding tinea kapitis yang alopesia jelas3 :

a. Alopesia areata1,3,6

Alopesia areata mempunyai tepi yang eritematus pada stadium

permulaan, tetapi dapat berubah kembali ke kulit normal1,6. Juga jarang

ada skuama dan rambut-rambut pada tepinya tidak patah tetapi mudah

dicabut.1,6

b. Trikotilomania3,6

Khas adanya alopesia yang tidak sikatrik berbatas tidak jelas

karena pencabutan rambut oleh pasien sendiri. Umumnya panjang rambut

berukuran macam-macam pada daerah yang terkena. Tersering di kepala

atas, daerah oksipital dan parietal yang kontra lateral dengan tangan

dominannya. Kadang-kadang ada gambaran lain dari kelainan

bsesifkompulsif misalnya menggigit-gigit kuku, menghisap ibu jari atau

ada depresi atau kecemasan.6 Dapat disertai efek efluvium telogen yaitu

6

Page 11: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

berupa tumbuhnya kembali rambut yang terlambat atau rontoknya rambut

meningkat sebelum tumbuh kembali. 6

c. Pseudopelade3,8

Dari kata Pelade yang artinya alopesia areata. Pseudopelade adalah

alopesia sikatrik progresif yang pelan-pelan, umumnya sebagai sindroma

klinis sebagai hasil akhir dari satu dari banyak proses patologis yang

berbeda (yang diketahui maupun yang tidak diketahui), walaupun klinis

spesifik jenis tidak beradang selalu dijumpai misalkan karena likhen

planus, lupus eritematus stadium lanjut. 8

3. Diagnosis banding tinea kapitis yang inflamasi3 :

a. Pioderma bakteri

Infeksi kulit karena bakteri Staphylococcus aerius atau

Streptococcus pyogenes, misalkan folikulitis, furunkel atau karbunkel. 3

b. Folliculitis decalvans3,8

Adalah sindroma yang klinis berupa folikulitis kronis sampai

sikatrik progresif8. Folikulitis atrofik pada dermatitis seboroik. 8

4. Diagnosis banding alopesia sikatrik3 :

a. Diskoid Lupus eritematosus6,9

Diskoid LE di kepala tampak alopesia dan biasanya permanent

khas ada foliculler plugging. Tampak pada 1/3 pasien DLE. 9

b. Liken planopilaris

Lesi folikular disertai skuama yang kemudian menjadi alopesia

sikatrik. 10

3.7. Diagnosis

1. Gejala Klinis

Dipertimbangkan diagnosis tinea kapitis bila7 :

7

Page 12: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

Pada anak-anak dengan kepala berskuama, alopesia, limfadenopati

servikal posterior atau limfadenopati aurikuler posterior atau kerion. Juga

termasuk pustul atau abses, dissecting cellulitis atau black dot. 7

2. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Lampu Wood 1

Rambut yang tampak dengan jamur M. canis, M. audouinii dan M.

ferrugineum memberikan fluoresen warna hijau terang oleh karena adanya

bahan pteridin. 1 Jamur lain penyebab tinea kapitis pada manusia

memberikan fluoresen negatif artinya warna tetap ungu1 yaitu M. gypsium

dan spesies Trichophyton (kecuali T. schoenleinii penyebab tinea favosa

memberi fluoresen hijau gelap). Bahan fluoresen diproduksi oleh jamur

yang tumbuh aktif di rambut yang terinfeksi. 1

b. Pemeriksaan sediaan KOH

Kepala dikerok dengan objek glas, atau skalpel no.15. Juga kasa

basah digunakan untuk mengusap kepala, akan ada potongan pendek

patahan rambut atau pangkal rambut dicabut yang ditaruh di objek glas

selain skuama7,11, KOH 20% ditambahkan dan ditutup kaca penutup6.

Hanya potongan rambut pada kepala6 harus termasuk akar rambut, folikel

rambut dan skuama kulit12. Skuama kulit akan terisi hifa dan

artrokonidia11. Yang menunjukkan elemen jamur adalah artrokonidia oleh

karena rambut-rambut yang lebih panjang mungkin tidak terinfeksi jamur7.

Pada pemeriksaaan mikroskop akan tampak infeksi rambut ektotrik yaitu

pecahan miselium menjadi konidia sekitar batang rambut atau tepat

dibawah kutikula rambut dengan kerusakan kutikula. Pada infeksi

endotrik, bentukan artrokonidia yang terbentuk karena pecahan miselium

didalam batang rambut tanpa kerusakan kutikula rambut1.

c. Kultur

8

Page 13: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

Memakai swab kapas steril yang dibasahi akua steril dan

digosokkan diatas kepala yang berskuama7 atau dengan sikat gigi steril

dipakai untuk menggosok rambut-rambut dan skuama dari daerah luar di

kepala, atau pangkal rambut yang dicabut langsung ke media kultur11.

Spesimen yang didapat dioleskan di media Mycosel atau Mycobiotic

(Sabourraud dextrose agar + khloramfenikol + sikloheksimid) atau

Dermatophyte test medium (DTM). Perlu 7 - 10 hari untuk mulai tumbuh

jamurnya7. Dengan DTM ada perubahan warna merah pada hari 2-3 oleh

karena ada bahan fenol di medianya, walau belum tumbuh jamurnya

berarti jamur dematofit positif.

3.8. Komplikasi

1. Infeksi sekunder

2. Alopesia sikatrik permanen

3. Kambuh

4. Reaksi Id. Pada tinea kapitis biasanya reaksi Id-nya lebih mengenai badan. 1

3.9 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Umum 13,14

a. Mencari binatang penyebab dan diobati di dokter hewan untuk

mencegah infeksi pada anak-anak lain.

b. Mencari kontak manusia atau keluarga, dan bila perlu dikultur

c. Anak-anak tidak menggunakan bersama sisir, sikat rambut atau topi,

handuk, sarung bantal dan lain yang dipakai dikepala.

d. Anak-anak kontak disekolah atau penitipan anak diperiksakan ke dokter/

rumah sakit bila anak-anak terdapat kerontokan rambut yang disertai

skuama. Dapat diperiksa dengan lampu Wood.

e. Pasien diberitahukan bila rambut tumbuh kembali secara pelan, sering

perlu 3-6 bulan. Bila ada kerion dapat terjadi beberapa sikatrik dan

alopesia permanen.

9

Page 14: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

f. Mencuci berulang kali untuk sisir rambut, sikat rambut, handuk, boneka

dan pakaian pasien, dan sarung bantal pasien dengan air panas dan sabun14

atau lebik baik dibuang12.

g. Begitu pengobatan dimulai dengan obat anti jamur oral dan shampo,

pasien dapat pergi ke sekolah13.

h. Tidak perlu pasien mencukur gundul rambutnya atau memakai penutup

kepala13.

2. Terapi Medis

a. Terapi Utama

Pengobatan yang ideal dan cocok untuk anak-anak adalah sediaan

bentuk likuid, terasa enak, terapi singkat, keamanan yang baik dan sedikit

interaksi antar obat14.

Tablet Griseofulvin

Sebagai Gold Standard1,3, 4

Dosis : 14, 15, 16

a. Tablet microsize (125, 250, 500mg)

20 mg / Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12 minggu

b. Tablet ultramicrosize (330mg)

15 mg/Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12 minggu

Diminum bersama susu atau es krim oleh karena absorbsinya dipercepat dengan

makanan berlemak13. Semua baik untuk karena Microsporum maupun

Trichophyton.

Pemberian pertama untuk 2 minggu kemudian dilakukan pemeriksaan lampu

Wood, KOH dan kultur. Bila masih ada yang positif maka 7 sebaiknya dosis

dinaikkan. Bila hasil negatif maka obat diteruskan sampai 6 minggu13. Bila hasil

kultur negatif terbaik diteruskan 4-6 minggu13. Pemeriksaan laboratorioum rutin

tidak diperlukan17. Kegagalan pengobatan tinea kapitis dengan griseofuvin dapat

10

Page 15: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

disebabkan karena14,16 :

- dosis tidak adekwat (sebab tersering) maka sebaiknya dosis dinaikkan dapat

sampai 25 mg/Kg BB/ hari terutama untuk kasus sulit sembuh.3

- pasien tidak patuh

- gangguan absorbsi pencernaan

- Interaksi obat, bersamaan phenobarbital mengurangi absorbsi griseofuvin

menyebabkan kegagalan terapi14.

- jenis dermatofit yang resisten terhadap griseofuvin

- Terjadi reinfeksi terutama dari anggota keluarga atau teman bermain.

Kapsul Itrakonazol (100 mg)

a. Dosis 3-5 mg/Kg BB/hari selama 4-6 minggu3, 14, 15

b.Terapi denyut4 dosis 5 mg/Kg BB/ hari selama 1 minggu, istirahat 2

minggu/siklus bila belum sembuh diulang dapat sampai 2-3 siklus.

Bersifat fungisidal sekunder oleh karena terjadi fungitoksik15 Minumnya kapsul

bersama mentega kacang, atau saus apel dan dilanjutkan dengan jus buah14. Sama

efektifnya untuk karena Microsporum canis maupun Trichophyton14. Tidak boleh

diminum bersama antasida atau H2 blocker oleh karena absorbsinya perlu suasana

asam.7,14 Bila diberikan bersama phenytoin dan H2 antagonis akan meningkatkan

kadar kedua obat tersebut. Sedang kadar Itrakonazol akan lebih rendah bila

diberikan bersamaan rifampisin, isoniasid, phenytoin dan karbamazepin. 7,14

Monitor laboratorium fungsi hepar dan darah lengkap bila pemakaian lebih 4

minggu.14

Tablet Terbinafin (tablet 250 mg) 3,7,14

- bersifat fungisidal primer terhadap dermatofit

- dosis 3-6mg/KgBB/ hari selama 4 minggu :

< 20 mg : 62,5 mg (1/4 tablet)/ hari

20-40 mg : 125 mg (1/2 tablet)/ hari

11

Page 16: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

> 40 mg : 250 mg/ hari

Bila karena M. canis perlu 6-8 minggu, lebih sukar untuk dibasmi daripada karena

Trichophyton oleh karena virulensinya atau karena infeksi ektotriknya masih

belum diketahui.7,14 Diberikan untuk anak umur > 2 tahun4. Monitor laboratorium

fungsi liver dan darah lengkap diperiksa bila pemakaian lebih 6 minggu3.

Tablet Flukonazol3,4,14,17

Sebetulnya juga bisa digunakan untuk terapi tinea kapitis namun tidak lebih

superior daripada obat lainnya. Lebih diindikasikan untuk infeksi mukosa dan

infeksi sistemik pada kasus Kandidiasis, dan 8 Kriptokokosis, terutama pada

pasien imunokompromais. Flukonazol lebih cepat resisten dibanding obat jamur

lain, sedangkan untuk tinea kapitis, flukonazol tidak lebih superior, sehingga

sebaiknya flukonazol digunakan untuk kasus selektif. Dosisya 8 mg/Kg

BB/minggu selama 8-16 minggu3,17. Efektif untuk Microsporum maupun

Trichophyton17.

b. Terapi Ajuvan

Shampo7,14

Shampo obat berguna untuk mempercepat penyembuhan, mencegah

kekambuhan dan mencegah penularan14,15,16, serta membuang skuama dan

membasmi spora viabel17, diberikan sampai sembuh klinis dan mikologis :

a. Shampo selenium zulfit 1% - 1,8% dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit

baru dicuci

b. Shampo Ketokonazole 1% - 2% dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit

baru dicuci

c. Shampo povidine iodine dipakai 2 kali / minggu selama 15 menit

Setelah menggunakan shampo diatas maka dianjurkan memakai Hair

Conditioner dioleskan dirambutnya dan didiamkan satu menit baru dicuci air. Hal

ini untuk membuat rambut tidak kering.7

Juga shampo ini dipakai untuk karier asimptomatik yaitu kontak dekat

dengan pasien, seminggu 2 kali selama 4 minggu. Karena asimptomatik lebih

12

Page 17: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

menyebarkan tinea kapitis disekolah atau penitipan anak yang kontak dekat

dengan karier daripada anak-anak yang terinfeksi jelas. 13

Terapi Kerion

Pengobatan optimal kerion tidak jelas apakah perlu dengan obat oral antibiotika

dan kortikosteroid sebagai terapi ajuvan dengan griseofulvin7. Beberapa penelitian

menyatakan :

a. kerion lebih cepat kempes dengan kelompok yang menerima griseofulvin saja7

b. sedangkan skuama dan gatal lebih cepat bersih / hilang dengan kelompok yang

menerima ke 3 obat yaitu griseofuvin, antibiotika dan kortikosteroid oral7

c. Kortikosteroid oral mungkin menurunkan insiden sikatrik. Juga bermanfaat

menyembuhkan nyeri dan pembengkakan3,17. Dosis prednison 1 mg/Kg BB/pagi

untuk 10-15 hari pertama terapi3,17

d. Pemberian antibiotika dapat dipertimbangkan terutama bila dijumpai banyak

krusta17.

3.10. Prognosis

Tinea kapitis tipe Gray patch sembuh sendirinya dengan waktu, biasanya

permulaan dewasa. Semakin meradang reaksinya, semakin dini selesainya

penyakit, yaitu yang zoofilik (M. canis, T. mentagrophytes dan T. verrucosum) 1.

Infeksi ektotrik sembuh selama perjalanan normal penyakit tanpa pengobatan.

Namun pasien menyebarkan jamur penyebab kelain anak selama waktu infeksi1.9 Sebaliknya infeksi endotrik menjadi kronis dan berlangsung sampai dewasa. T.

violacaum, T. tonsurans menyebabkan infeksi tetap, pasien menjadi vektor untuk

menyebarkan penyakit dalam keluarga dan masyarakat1, pasien seharusnya cepat

diobati secara aktif untuk mengakhiri infeksinya dan mencegah penularannya1.

BAB III

KESIMPULAN

Tinea kapitis adalah infeksi yang sering terjadi pada anak-anak dengan

bermacammacam gejala klinis. Keadaan penduduk yang padat menyimpan jamur

13

Page 18: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

penyebab dan adanya karier asimtomatis yang tidak diketahui menyebabkan

prevalensi penyakit.14

Tablet griseofulvin adalah pengobatan yang efektif dan aman, sebagai obat

lini pertama (gold standard). Obat lini kedua yaitu Itrakonazol, terbinafin atau

kalau terpaksa dengan flukonazol diberikan untuk pasien yang tidak sembuh

dengan griseofuvin, atau dapat sebagai obat jamur lini pertama. Terapi ajuvan

dengan shampo anti jamur untuk membasmi serpihan (fomites) yang terinfeksi,

mengevaluasi serta penanganan kontak yang dekat dengan pasien.14

14

Page 19: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Rippon JW. Medical Mycology 3rd ed. Philadelphia: WB Saunders Co, 1988

2. Hay RJ, Morre M. Mycology. Dalam : Champion RH, Burton JZ, Burns DA,

Breatnach SDM, editors. Rook/Wilkinson/Ebling Textbook of Dermatology,

6th ed Oxford : Blackwell Science, 1998 : p 1277-350.

3. Nelson MM; Martin AG, Heffernan MP. Superficial Fungal infection :

Dermatophytosis, Onychomycosis, Tinea Nigra, Piedra. Dalam : Freedberg

IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatrick’s

Dermatology in General Medicine 6th ed. New York Mc Graw Hill, 2003 : p

1989-2005.

4. Clayton YM, Moore MK. Superficial Fungal Infection. Dalam : Harper J;

Oranje A, Prose N. editors. Textbook of Pediatric Dermatology. 2nd ed.

Massachusetts. Blackwell Publishing, 2006 : p 542-56.

5. Nasution MA, Muis K, Rusmawardiana. Tinea Kapitis. Dalam : Budimulya

U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widati S. editor.

Dermatomikosis Superfisialis cetakan ke 2. Jakarta, Balai Penerbit FKUI,

2004 : h.24-30.

6. Schroeder TL, Levy ML. Treatment of hair loss disorders in children.

Dermatol Ther 1997; 2 : 84-92.

7. Hebert AA. Diagnosis and treatment of tinea capitis in children. Dermatol

Ther 1997; 2 : 78-83

8. Dawber RPR, de Becker D, Wojnarowska F, Disorder of Hair. Dalam :

Champion RH, Burton JZ, Burno DA, Breatnach SDM, editors.

Rook/Wilkinson/Ebling Textbook of Dermatology, 6th ed. Oxford : Blackwell

Science, 1998 : p 2869-973

9. Rowell NR, Goodfield MJD. The Connective Tissue diseases. Dalam :

Champion RH, Burton JZ, Burns DA, Breatnach SDM, editors.

Page 20: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

Rook/Wilkinson/Ebling Textbook of Dermatology, 6th ed. Oxford : Blackwell

Science, 1998 : p 2437-575.

10. Black MM. Lichen planus and Lichenoid Disorders. Dalam : Champion RH,

Burton JZ, Burno DA, Breatnach SDM, editors. Rook/Wilkinson/Ebling

Textbook of Dermatology, 6th ed. Oxford : Blackwell Science, 1998 : p 1899-

1926.

11. Cohen BA. Pediatric Dermatology 3rd ed. Philadelphia; Elsevier Mosby,

2005.

12. Richardson MD, Warnock DW. Fungal Infection. 3rd ed Massachusetts :

Blackwell Publishing, 2003.

13. Weston WL, Lane AT, Morelli JG. Color Textbook of Pediatric Dermatology.

3rd ed. St. louis : Mosby, 2002.

14. Mercurio MG, Elewski B. Tinea capitis treatment. Dermatol Ther 1997; 3 :

79-83.

15. Suyoso S. Penatalaksanaan Dermatomikosis Superfisialis masa kini. Dalam :

Simposium Penatalaksanaan Dermatomikosis Superfisialis masa kini, 11 Mei

2002; Surabaya; Indonesia.

16. Indranarum T, Suyoso S. Penatalaksanaan tinea kapitis. Berkala I. Penyakit

Kulit dan kelamin 2001; 13 : 30-5.

17. Paller AS, Mancini AJ, Hurwitz Clinical Pediatric Dermatology. 3rd

ed.Philadelphia : Elsivier Saunders, 2006

18. Lab. / SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unair / RSU Dr. Soetomo.

Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya : Airlangga University Press.

2007.

19. Janssen Research Council : Slide gambar dermatomikosis.

Page 21: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc

ter

Page 22: Referat Tinea Kapitis - Alham.doc