Referat Tht Sally

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    1/48

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Infeksi pada organ-organ telinga, hidung, dan tenggorokan dapat menyebabkanterbentuknya infeksi rongga leher dalam pada leher bagian dalam yang merupakan ruang

    potensial diantara fasia leher dalam sebagai akibat dari penjalaran infeksi dari berbagai

    sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher tergantung

    ruang mana yang terlibat.1,2,4

    Abses leher dalam merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa akibat komplikasi-

    komplikasinya yang serius seperti obstruksi jalan napas, kelumpuhan saraf kranial,

    mediastinitis, dan kompresi hingga ruptur arteri karotis interna. Lokasinya terletak didasar

    mulut dan dapat menjadi ancaman yang sangat serius. Etiologi infeksi di daerah leher dapat

    bermacam-macam. Kuman penyebab abses leher dalam biasanya terdiri dari campuran

    kuman aerob, anaerob maupun fakultatif anaerob2

    Infeksi rongga yang mengancam jiwa ini sudah jarang terjadi sejak diperkenalkannya

    antibiotik dan angka kematiannya menjadi lebih rendah. 4 Disamping itu higiene mulut yang

    meningkat juga berperan dalam hal ini. Sebelum era antibiotik, 70 % infeksi leher dalam

    berasal dari penyebaran infeksi di faring dan tonsil ke parafaring. Disamping pelaksanaan

    drainase abses yang optimal, pemberian antibiotic diperlukan untuk terapi yang adekuat.

    Untuk mendapatkan antibiotik yang efektif terhadap pasien, diperlukan pemeriksaan kultur

    kuman dan uji kepekaan antibiotik terhadap kuman. Namun ini memerlukan waktu yang

    cukup lama, sehingga diperlukan pemberian antibiotic secara empiris terlebih dahulu.

    Berbagai kepustakaan melaporkan pemberian terapi antibiotik spektrum luas secara

    kombinasi bervariasi.4

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    2/48

    2

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 ANATOMI

    Anatomi leher

    Pada daerah leher terdapat beberapa ruang potensial yang dibatasi oleh fasia servikal.

    Fasia servikal dibagi menjadi dua yaitu fasia superfisial dan fasia profunda. Kedua fasia ini

    dipisahkan oleh otot platisma yang tipis dan meluas ke anterior leher. Otot platisma sebelah

    inferior berasal dari fasia servikal profunda dan klavikula serta meluas ke superior untuk

    berinsersi di bagian inferior mandibula.6,8

    Gambar 1. Potongan oblik leher

    Fasia superfisial terletak dibawah dermis. Ini termasuk sistem muskuloapenouretik,

    yang meluas mulai dari epikranium sampai ke aksila dan dada, dan tidak termasuk bagian

    dari daerah leher dalam. Fasia profunda mengelilingi daerah leher dalam dan terdiri dari 3lapisan, yaitu:3,4

    - lapisan superfisial

    lapisan ini juga dikenal dengan sebutan lapisan selimut (investing layer). Lapisan ini

    mengelilingi leher, membungkus muskulus sternokleidomastoideus, dan muskulus

    trapezius. Ruangan yang terbentuk adalah trigonum coli posterior di kedua sisi lateral

    leher dan ruang suprasternal Burns.

    -

    lapisan tengah

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    3/48

    3

    lapisan ini juga dikenal dengan nama lapisan viseral yang mencakup fasia pretiroid

    dan pretrakea. Lapisan ini dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian muskular yang

    membungkus muskulus infrahyoid dan bagian viseral yang membungkus faring,

    laring, esofagus, dan trakea

    - lapisan dalam

    Lapisan dalam ini berasal dari prosesus spinosus dari tulang vertebra servikal dan

    ligamentum nuchae. Pada prosesus transversus dari tulang vertebra servikal, lapisan

    ini terbagi menjadi lapisan alar anterior dan lapisan alar prevertebra posterior. Fasia

    alar memanjang dari dasar tengkorak ke tulang vertebra torak ke-2, dan bersatu

    dengan fasia viseral. Fasia ini terletak diantara lapisan viseral dan lapisan prevertebra.

    Fasia prevertebra terletak disebelah anterior dari corpus vertebra dan memanjang

    sepanjang kolumna vertebralis. Fasia ini berjalan secara sirkumferensial mengelilingi

    leher dan membungkus otot-otot vertebralis, otot-otot profunda trigonum coli

    posterior, dan otot scalene. Lapisan fasia ini mengelilingi pleksus brakialis dan

    pembuluh subkalvian

    Ruang potensial leher dalam dibagi menjadi ruang yang melibatkan daerah

    sepanjang leher, ruang suprahioid dan ruang infrahioid.6,8

    Ruang yang melibatkan sepanjang leher terdiri dari:

    ruang retrofaring

    Batas anterior ruang buccofaringeal (faring dan esophagus), posterior alar fascia,

    lateral cloison sagittale, superior basis cranii, dan inferiornya superior

    mediastinum . Kompartemen dari ruang ini jaringan lemak dan kelenjar limfe

    suprahyoid (medial dan lateral nodur rouviere)

    ruang bahaya (danger space)

    Batas anterior alar fascia, posterior prevertebral fascia, lateral prosesus transversus

    vertebra, superior basis cranii, dan batas inferior diafragma

    ruang prevertebra

    Batas anterior : prevertebral fascia, posterior corpus vertebra dan deep neck

    muscles, lateral prosesus transversus vertebra, superior basis cranii, dan inferior

    coccyx. Kompartemen dari ruang ini adalah jaringan dense areolar dan elenjar

    limfe suprahyoid (medial dan lateral nodus Rouviere retrofaring)

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    4/48

    4

    Ruang suprahioid terdiri dari:

    ruang submandibular

    Batas-batas anterior mylohyoid dan anterior belly m.digastrikus, posterior ligamen

    stylomandibular, lateral platysma dan mandibular, superior mukosa dari dasar

    mulut, inferior m.digastrik. Kompartemen ruang ini terbagi menjadi 2 ruang yaitu

    ruang sublingual terdiri dari jaringan areolar, n. hypoglossus dan lingual, kelenjar

    sublingual, dan Whartons duct, serta ruang submaksila yang terdiri dari kelenjar

    submandibular dan kelenjar limfe.

    ruang parafaring

    Batas anterior raphe pterygomandibular, posterior prevertebral fascia, medial

    fascia buccofaringeal, lateral m. pterygoid medial, superior basis cranii, dan

    inferior os. Hyoid. Kompartemen dari ruang ini terbagi menjadi 2 yaitu prestyloid

    terdiri dari aringan lemak, kelenjar limfe, medial fossa tonsilaris, lateral m.

    pterigoid medial, a. maksilaris interna, n. alveolar interna, lingual. Serta

    poststyloid terdiri dari a. karotis, v. jugularis interna, dan n. IX, X, XI, XII

    ruang mastikor

    Batas anterior fascia masseter, posterior ramus mandibula, lateral superficial layer

    of deep fascia, superior m. Temporalis. Kompartemen ruang ini buccal fat, a.

    maksilaris interna, plexus v. Pterygoideus, n. Mandibular

    ruang parotid

    ruang peritonsil

    Batas-batas lateral m. konstriktor pharyngeal superior, medial kapsul tonsila

    palatina, superior anterior pillar tonsil, dan batas inferiornya posterior pillar tonsil

    Ruang infrahioid:

    ruang pretrakeal

    trakea dan esofagus

    Faring

    Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar

    di bagian atas dan sempit di bagian bawah mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke

    esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Faring berhubungan dengan rongga hidung melalui

    koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan

    dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    5/48

    5

    dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm;

    bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Faring terbagi atas nasofaring,

    orofaring, dan laringofaring(hipofaring). faring meliputi mukosa, palut lender dan otot. 4,5

    1. Mukosa

    Bentuk mukosa faring bervariasi, tergantung pada letaknya. Pada nasofaring karena

    fungsinya untuk saluran respirasi, maka mukosanya bersilia, sedang epitelnya torak berlapis

    yang mengandung sel goblet. Di bagian bawahnya, yaitu orofaring dan laringofaring, karena

    fungsinya untuk saluran cerna, epitelnya berlapis gepeng dan tidak bersilia.

    Di sepanjang faring dapat ditemukan banyak sel jaringan limfoid yang terletak dalam

    rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam sistem retikuloendotelial. Oleh karena itu faring

    dapat disebut juga daerah pertahanan tubuh terdepan.

    2. Palut lendir (mucous blanket)

    Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung. Di bagian atas,

    nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan

    arah gerak silia ke belakang. Palut lendir ini mengandung enzim lysozyme yang penting

    untuk proteksi.

    3. Otot

    Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal).

    Otot-otot yang sirkular terdiri dari m.konstriktor faring superior, media, dan inferior. Otot-

    otot ini terletak di sebelah luar. Otot-otot ini berbentuk kipas dengan tiap bagian bawahnya

    menutup sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Di sebelah depan, otot-otot ini bertemu

    satu sama lain dan di belakang bertemu pada jaringan ikat yang disebut rafe faring (raphe

    pharyngis). Kerja otot konstriktor untuk mengecilkan lumen faring. Otot-otot ini dipersarafai

    oleh n.vagus (n.X).

    Otot-otot yang longitudinal adalah m.stilofaring dan m.palatofaring. Letak otot-otot

    ini di sebelah dalam. M.stilofaring gunanya untuk melebarkan faring dan menarik laring,

    sedangkan m.palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan bagian bawah

    faring dan laring. Jadi kedua otot ini bekerja sebagai elevator. Kerja kedua otot itu penting

    sewaktu menelan. M.stilofaring dipersarafi oleh n.IX sedangkan m.palatofaring dipersarafioleh n.X.

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    6/48

    6

    Pada palatum mole terdapat lima pasang otot yang dijadikan satu dalam satu sarung fasia dari

    mukosa yaitu m.levator veli palatini, m.tensor veli palatini, m.palatoglosus, m.palatofaring,

    dan m.azigos uvula.

    1. M.levator veli palatini membentuk sebagian besar palatum mole dan kerjanya untuk

    menyempitkan ismus faring dan memperlebar ostium tuba Eustachius. Otot ini

    dipersarafi oleh n.X.

    2. M.tensor veli palatini membentuk tenda palatum mole dan kerjanya untuk

    mengencangkan bagian anterior palatum mole dan membuka tuba Eustachius. Otot ini

    dipersarafi oleh n.X.

    3. M.palatoglosus membentuk arkus anterior faring dan kerjanya menyempitkan ismus

    faring. Otot ini dipersarafi oleh n.X.

    4. M.palatofaring membentuk arkus posterior faring. Otot ini dipersarafi oleh n.X.

    5. M.azigos uvula merupakan otot yang kecil, kerjanya memperpendek dan menaikkan

    uvula ke belakang atas. Otot ini dipersarafi oleh n.X.

    Faring mendapat darah dari beberapa sumber. Yang utama berasal dari cabang a.karotis

    eksterna (cabang faring asendens dan cabang fausial) serta dari cabang a.maksila interna

    yakni cabang palatina superior.

    Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus daring yangekstensif. Plesksus ini dibentuk oleh cabang faring dari n.vagus, cabang dari n.glososfaring

    dan serabut simpatis. Cabang faring dari n.vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring

    yang ekstensif ini keluar cabang-cabang untuk otot-otot faring kecuali m.stilofaring yang

    dipersarafi langsung oleh cabang n.glosofaring (n.IX).

    Aliran limfe dari dinding faring dapat melalui 3 saluran, yakni superior, media, dan

    inferior. Saluran limfa superior mengalir ke kelenjar getah bening retrofaring dan kelenjar

    getah bening servikal dalam atas. Saluran limfa media mengalir ke kelenjar getah bening

    jugulo-digastrik dan kelenjar servikal dalam atas, sedangkan saluran limfa inferior mengalir

    ke kelenjar getah bening dalam bawah.

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    7/48

    7

    Gambar 2. Pembagian faring3

    Berdasarkan letaknya faring dibagi atas:3,4

    1. Nasofaring

    Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah adalah palatum

    mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang adalah verrtebra servikal.

    Nasofaring yang relatif kecil, mengandung serta berhubungan dengan beberapa struktur

    penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faringyang disebut fosa Rosenmuller, kantong Rathke, yang merupakan invaginasi struktur

    embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan

    kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh n.glosofaring, n.vagus,

    dan n.asesorius spinal saraf kranial dan v.jugularis interna, bagian petrosus os.temporalis dan

    foramen laserum, dan muara tuba Eustachius.

    2. Orofaring

    Orofaring disebut juga mesofaring, dengan batas atanya adalah palatum mole, batas bawah

    adalah tepi atas epiglotis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan ke belakang adalah

    vertebra servikal.Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterio faring,

    tonsil palatina, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual, dan

    foramen sekum.

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    8/48

    8

    Dinding posterior faring

    Secara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat dalam radang akut

    atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot-otot di bagian tersebut.

    Gangguan otot posterior faring bersama-sama dengan otot palatum mole berhubungan dengan

    gangguan n.vagus.

    Fosa tonsil

    Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot

    palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding

    luarnya adalah otot konstriktor faring superior. Berlawanan dengan dinding otot yang tipis

    ini, pada bagian luar dinding faring terdapat nervus ke IX yaitu nervus glosofaringeal.

    Tonsil

    Gambar 3. Cincin Waldeyer.

    Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat

    dengan kriptus di dalamnya.Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil

    palatina, dan tonsil lingual yang ketiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin

    Waldeyer. Tonsil palatina yang biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil. Pada

    kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring

    yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil

    bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Di dalam kriptus

    biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri, dan sisa makanan.

    Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga disebut kapsul tonsil.

    Kapsul ini tidak melekat erat pada otot farings sehingga mudah dilakukan diseksi pada

    tonsilektomi. Tonsil mendapat darah dari a.palatina minor, a.palatina asendens, cabang tonsil

    a.maksila eksterna, a.faring asendens, dan a.lingualis dorsal. Tonsil lingual terletak di dasar

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    9/48

    9

    lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah

    anterior massa ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila

    sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan

    secara klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid lingual (lingual thyroid) atau

    kista duktus tiroglosus.

    3. Laringofaring (hipofaring)

    Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior ialah laring,

    batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior adalah vertebra servikal. Bila laringofaring

    diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tidak langsung atau dengan

    laringoskop pada pemeriksaan laring langsung, maka struktur pertama yang tampak di bawah

    dasar lidah adalah valekula. Bagian ini merupakan dua buah cekungan yang dibentuk oleh

    ligamentum glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral pada tiap sisi.

    Valekula disebut juga kantong pil (pills pocket), sebab pada beberapa orang, kadang-

    kadang bila menelan pil akan tersangkut disitu.

    Di bawah valekula terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega dan

    pada perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang-kadang bentuk infantil (bentuk

    omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya, epiglotis ini dapat menjadidemikian lebar dan tipisnya sehingga pada pemeriksaan laringoskopi tidak langsung tampak

    menutupi pita suara. Epiglotis berfungsi juga untuk melindungi (proteksi) glotis ketika

    menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis

    dan ke esofagus.

    Nervus laring superior berjalan di bawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi

    laringofaring. Hal ini penting untuk diketahui pada pemberian analgesia lokal di faring dan

    laring pada tindakan laringoskopi langsung.

    Laring

    Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu rangkaian

    tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV VI, dimana

    pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Lokasi laring dapat ditentukan

    dengan inspeksi dan palpasi dimana didapatkannya kartilago tiroid yang pada pria dewasa

    lebih menonjol kedepan dan disebutProminensia Laring atau disebut jugaAdams apple ataujakun.3,4

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    10/48

    10

    Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat Aditus Laringeus yang

    berhubungan dengan Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior kartilago

    krikoid dan berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari vertebra

    cervicalis oleh otot-otot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring serta disebelah

    anterior ditutupi oleh fascia, jaringan lemak, dan kulit. Sedangkan di sebelah lateral ditutupi

    oleh otot-otot sternokleidomastoideus, infrahyoid dan lobus kelenjar tiroid.

    Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding kartilago tiroidea di

    sebelah atas dan kartilago krikoidea di sebelah bawahnya. Os Hyoid dihubungkan dengan

    laring oleh membrana tiroidea. Tulang ini merupakan tempat melekatnya otot-otot dan

    ligamenta serta akan mengalami osifikasi sempurna pada usia 2 tahun.

    Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah kartilago, ligamentum dan otot-otot.3,4

    1. KARTILAGOlaring terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu :

    a. Kartilago mayor, terdiri dari :

    Kartilago Tiroidea, 1 buah

    Kartilago Krikoidea, 1 buah

    Kartilago Aritenoidea, 2 buah

    b.

    Kartilago minor, terdiri dari :

    Kartilago Kornikulata Santorini, 2 buah Merupakan kartilago

    fibroelastis, disebut juga kartilago Santorini dan merupakan kartilago kecil

    di atas aritenoid serta di dalam plika ariepiglotika.

    Kartilago Kuneiforme Wrisberg, 2 buah Merupakan kartilago

    fibroelastis dari Wrisberg dan merupakan kartilago kecil yang terletak di

    dalam plika ariepiglotika.

    Kartilago Epiglotis, 1 buah

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    11/48

    11

    Gambar 4.Tulang dan Kartilago Laring tampak Sagital dan posterior

    Kartilago Tiroidea

    Merupakan suatu kartilago hyalin yang membentuk dinding anterior dan lateral laring,

    dan merupakan kartilago yang terbesar. Terdiri dari 2 (dua) sayap (ala tiroidea) berbentuk

    seperti perisai yang terbuka dibelakangnya tetapi bersatu di bagian depan dan membentuk

    sudut sehingga menonjol ke depan disebut Adams apple. Sudut ini pada pria dewasa kira-

    kira 90 derajat dan pada wanita 120 derajat. Diatasnya terdapat lekukan yang disebut thyroid

    notch atau incisura tiroidea, dimana di belakang atas membentuk kornu superior yang

    dihubungkan dengan os hyoid oleh ligamentum tiroidea lateralis, sedangkan di bagian bawah

    membentuk kornu inferior yang berhubungan dengan permukaan posterolateral dari kartilago

    krikoidea dan membentuk artikulasio krikoidea. Dengan adanya artikulasio ini

    memungkinkan kartilago tiroidea dapat terangkat ke atas. Di sebelah dalam perisai kartilago

    tiroidea terdapat bagian dalam laring, yaitu : pita suara, ventrikel, otot-otot dan ligamenta,

    kartilago aritenoidea, kuneiforme serta kornikulata.

    Permukaan luar ditutupi perikondrium yang tebal dan terdapat suatu alur yang

    berjalan oblik dari bawah kornu superior ke tuberkulum inferior. Alur ini merupakan tempat

    perlekatan muskulus sternokleidomastoideus, muskulus tirohioideus dan muskulus

    konstriktor faringeus inferior.

    Permukaan dalamnya halus tetapi pertengahan antara incisura tiroidea dan tepi bawah

    kartilago tiroidea perikondriumnya tipis, merupakan tempat perlekatan tendo komisura

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    12/48

    12

    anterior. Sedangkan tangkai epiglotis melekat kira-kira 1 cm diatasnya oleh ligamentum

    tiroepiglotika. Kartilago ini mengalami osifikasi pada umur 2030 tahun

    Kartilago Krikoidea

    Kartilago ini merupakan bagian terbawah dari dinding laring. Merupakan kartilago

    hialin yang berbentuk cincin stempel (signet ring) dengan bagian alsanya terdapat di

    belakang. Bagian anterior dan lateralnya relatif lebih sempit daripada bagian posterior.

    Kartilago ini berhubungan dengan kartilago tiroidea tepatnya dengan kornu inferior melalui

    membrana krikoidea (konus elastikus) dan melalui artikulasio krikoaritenoidea. Di sebelah

    bawah melekat dengan cincin trakea I melalui ligamentum krikotiroidea. Pada keadaan

    darurat dapat dilakukan tindakan trakeostomi emergensi atau krikotomi atau koniotomi pada

    konus elastikus.Kartilago krikoidea pada dewasa terletak setinggi vertebra servikalis VI VII

    dan pada anak-anak setinggi vertebra servikalis IIIIV.

    Kartilago Aritenoidea

    Kartilago ini juga merupakan kartilago hyalin yang terdiri dari sepasang kartilago

    berbentuk piramid 3 sisi dengan basis berartikulasi dengan kartilago krikoidea, sehingga

    memungkinkan pergerakan ke medio lateral dan gerakan rotasi. Dasar dari piramid ini

    membentuk 2 tonjolan yaitu prosesus muskularis yang merupakan tempat melekatnya m.

    krikoaritenoidea yang terletak di posterolateral, dan di bagian anterior terdapat prosesus

    vokalis tempat melekatnya ujung posterior pita suara. Pinggir posterosuperior dari konus

    elastikus melekat ke prosesus vokalis. Ligamentum vokalis terbentuk dari setiap prosesus

    vokalis dan berinsersi pada garis tengah kartilago tiroidea membentuk tiga per lima bagaian

    membranosa atau vibratorius pada pita suara. Tepi dan permukaan atas dari pita suara ini

    disebut glotis. Kartilago aritenoidea dapat bergerak ke arah dalam dan luar dengan sumbu

    sentralnya tetap, karena ujung posterior pita suara melekat pada prosesus vokalis dari

    aritenoid maka gerakan kartilago ini dapat menyebabkan terbuka dan tertutupnya glotis.

    Kartilago Epiglotis

    Bentuk kartilago epiglotis seperti bet pingpong dan membentuk dinding anterior

    aditus laringeus. Tangkainya disebut petiolus dan dihubungkan oleh ligamentum

    tiroepiglotika ke kartilago tiroidea di sebelah atas pita suara. Sedangkan bagian atas menjulur

    di belakang korpus hyoid ke dalam lumen faring sehingga membatasi basis lidah dan laring.

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    13/48

    13

    Kartilago epiglotis mempunyai fungsi sebagai pembatas yang mendorong makanan ke

    sebelah menyebelah laring.

    2. LIGAMENTUM DAN MEMBRANA

    Ligamentum dan membran laring terbagi atas 2 grup, yaitu

    1. Ligamentum ekstrinsik , terdiri dari :

    a. Membran tirohioid

    b. Ligamentum tirohioid

    c. Ligamentum tiroepiglotis

    d. Ligamentum hioepiglotis

    e. Ligamentum krikotrakeal

    2.

    Ligamentum intrinsik, terdiri dari :

    a. Membran quadrangularis

    b. Ligamentum vestibular

    c. Konus elastikus

    d. Ligamentum krikotiroid media

    e. Ligamentum vokalis

    Membrana Tirohioidea

    Membrana ini menghubungkan tepi atas kartilago tiroidea dengan tepi atas belakang

    os hioidea yang pada bagian medial dan lateralnya mengalami penebalan membentuk

    ligamentum tirohioideus lateral dan medial. Membrana ini ditembus oleh a. laringeus

    superior cabang interna n. laringeus superior dan pembuluh limfe.

    Membrana Krikotiroidea (Konus Elastikus)

    Terdapat di bawah mukosa pada permukaan bawah pita suara sejati, berjalan ke atas

    dan medial dari lengkungan kartilago krikoid untuk bersambung dengan kedua ligamenta

    vokalis yang merupakan jaringan fibroelastis yang berasal dari tepi atas arkus kartilago

    krikoid. Di sebelah anterior melekat pada pinggir bawah kartilago tiroid dan menebal

    membentuk ligamentuk krikoidea medialis yang juga melekat pada tuberkulum vokalis. Di

    sebelah posterior konus menyebar dari kartilago krikoid ke prosesus kartilago aritenoid

    (vokalis). Pinggir bebas menebal membentuk ligamentum vokalis

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    14/48

    14

    Membrana Kuadrangularis

    Merupakan bagian atas dari jaringan ikat longgar elastis laring, membentang dari tepi

    lateral epiglotis ke kartilago aritenoid dan kartilago kornikulata, di bagian inferior meluas ke

    pita suara palsu. Tepi atasnya membentuk plika ariepiglotika, sedangkan yang lainnya

    membentuk dinding diantara laring dan sinus piriformis Morgagni.

    Laring tampak dari Coronal section

    Gambar 5.laring

    3.

    OTOT - OTOT

    I. Otot-otot ekstrinsikmenghubungkan laring dengan struktur disekitarnya. Kelompok

    otot ini menggerakkan laring secara keseluruhan. Terbagi atas :

    1. Otot-otot suprahioid / otot-otot elevator laring, yaitu :

    - M. Stilohioideus - M. Milohioideus

    - M. Geniohioideus - M. Digastrikus

    - M. Genioglosus - M. Hioglosus

    2. Otot-otot infrahioid / otot-otot depresor laring, yaitu :

    - M. Omohioideus

    - M. Sternokleidomastoideus

    - M. Tirohioideus

    Kelompok otot-otot depresor dipersarafi oleh ansa hipoglossi C2 dan C3 dan penting untuk

    proses menelan (deglutisi) dan pembentukan suara (fonasi). Muskulus konstriktor faringeus

    medius termasuk dalam kelompok ini dan melekat pada linea oblikus kartilago tiroidea. Otot-

    otot ini penting pada proses deglutisi.

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    15/48

    15

    II.Otot-otot intrinsik

    Menghubungkan kartilago satu dengan yang lainnya. Berfungsi menggerakkan

    struktur yang ada di dalam laring terutama untuk membentuk suara dan bernafas. Otot-

    otot pada kelompok ini berpasangan kecuali m. interaritenoideus yang serabutnya

    berjalan transversal dan oblik. Fungsi otot ini dalam proses pembentukkan suara, proses

    menelan dan berbafas. Bila m. interaritenoideus berkontraksi, maka otot ini akan bersatu

    di garis tengah sehingga menyebabkan adduksi pita suara. Yang termasuk dalam

    kelompok otot intrinsik adalah :

    1. Otot-otot adduktor :Berfungsi untuk menutup pita suara

    Mm. Interaritenoideus transversal dan oblik

    M. Krikotiroideus

    M. Krikotiroideus lateral

    2. Otot-otot abduktor :Berfungsi untuk membuka pita suara.

    M. Krikoaritenoideus posterior

    3. Otot-otot tensor :

    Tensor Internus : M. Tiroaritenoideus dan M. Vokalis

    Tensor Eksternus : M. Krikotiroideus

    Mempunyai fungsi untuk menegangkan pita suara. Pada orang tua, m.

    tensor internus kehilangan sebagian tonusnya sehingga pita suara

    melengkung ke lateral mengakibatkan suara menjadi lemah dan serak.

    4. PERSENDIAN

    Artikulasio Krikotiroidea

    Merupakan sendi antara kornu inferior kartilago tiroidea dengan bagian posterior

    kartilago krikoidea. Sendi ini diperkuat oleh 3 (tiga) ligamenta, yaitu : ligamentum

    krikotiroidea anterior, posterior, dan inferior. Sendi ini berfungsi untuk pergerakan rotasi

    pada bidang tiroidea, oleh karena itu kerusakan atau fiksasi sendi ini akan mengurangi

    efek m. krikotiroidea yaitu untuk menegangkan pita suara.

    Artikulasio Krikoaritenoidea.

    Merupakan persendian antara fasies artikulasio krikoaritenoidea dengan tepi

    posterior cincin krikoidea. Letaknya di sebelah kraniomedial artikulasio krikotiroidea dan

    mempunyai fasies artikulasio yang mirip dengan kulit silinder, yang sumbunya mengarah

    dari mediokraniodorsal ke laterokaudoventral serta menyebabkan gerakan menggeser

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    16/48

    16

    yang sama arahnya dengan sumbu tersebut. Pergerakan sendi tersebut penting dalam

    perubahan suara dari nada rendah menjadi nada tinggi

    5. ANATOMI LARING BAGIAN DALAM

    Cavum laring dapat dibagi menjadi sebagai berikut :

    Supraglotis (vestibulum superior), yaitu ruangan diantara permukaan atas pita

    suara palsu dan inlet laring.

    Glotis (pars media), yaitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan

    pita suara sejati serta membentuk rongga yang disebut ventrikel laring Morgagni.

    Infraglotis (pars inferior), yaitu ruangan diantara pita suara sejati dengan tepi

    bawah kartilago krikoidea.

    Beberapa bagian penting dari dalam laring :

    Aditus Laringeus : Pintu masuk ke dalam laring yang dibentuk di anterior oleh

    epiglotis, lateral oleh plika ariepiglotika, posterior oleh ujung kartilago kornikulata

    dan tepi atas m. aritenoideus.

    Rima Vestibuli : Merupakan celah antara pita suara palsu

    Rima glottis : Di depan merupakan celah antara pita suara sejati, di belakang antara

    prosesus vokalis dan basis kartilago aritenoidea

    Vallecula : Terdapat diantara permukaan anterior epiglotis dengan basis lidah,

    dibentuk oleh plika glossoepiglotika medial dan lateral

    Plika Ariepiglotika : Dibentuk oleh tepi atas ligamentum kuadringulare yang berjalan

    dari kartilago epiglotika ke kartilago aritenoidea dan kartilago kornikulata.

    Sinus Pyriformis (Hipofaring) : Terletak antara plika ariepiglotika dan permukaan

    dalam kartilago tiroidea.

    Incisura Interaritenoidea : Suatu lekukan atau takik diantara tuberkulum kornikulatum

    kanan dan kiri.

    Vestibulum Laring : Ruangan yang dibatasi oleh epiglotis, membrana

    kuadringularis, kartilago aritenoid, permukaan atas proc. vokalis kartilago aritenoidea

    dan m.interaritenoidea.

    Plika Ventrikularis (pita suara palsu) : Yaitu pita suara palsu yang bergerak bersama-

    sama dengan kartilago aritenoidea untuk menutup glottis dalam keadaan terpaksa,

    merupakan dua lipatan tebal dari selaput lendir dengan jaringan ikat tipis di

    tengahnya.

    Ventrikel Laring Morgagni (sinus laringeus)

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    17/48

    17

    Yaitu ruangan antara pita suara palsu dan sejati. Dekat ujung anterior dari ventrikel

    terdapat suatu divertikulum yang meluas ke atas diantara pita suara palsu dan

    permukaan dalam kartilago tiroidea, dilapisi epitel berlapis semu bersilia dengan

    beberapa kelenjar seromukosa yang fungsinya untuk melicinkan pita suara sejati,

    disebut appendiks atausakulus ventrikel laring.

    Plika Vokalis (pita suara sejati)

    Terdapat di bagian bawah laring. Tiga per lima bagian dibentuk oleh ligamentum

    vokalis dan celahnya disebut intermembranous portion, dan dua per lima belakang

    dibentuk oleh prosesus vokalis dari kartilago aritenoidea dan disebut

    intercartilagenous portion.

    6. PERSARAFAN Laring dipersarafi oleh cabang N. Vagus yaitu Nn. Laringeus

    Superior dan Nn. Laringeus Inferior (Nn. Laringeus Rekuren) kiri dan kanan.

    1. Nn. Laringeus Superior

    Meninggalkan N. vagus tepat di bawah ganglion nodosum, melengkung ke

    depan dan medial di bawah A. karotis interna dan eksterna yang kemudian

    akan bercabang dua, yaitu :

    Cabang Interna ; bersifat sensoris, mempersarafi vallecula,

    epiglotis, sinus pyriformis dan mukosa bagian dalam laring di

    atas pita suara sejati.

    Cabang Eksterna ; bersifat motoris, mempersarafi m.

    Krikotiroid dan m. Konstriktor inferior.

    2. N. Laringeus Inferior (N. Laringeus Rekuren).

    Berjalan dalam lekukan diantara trakea dan esofagus, mencapai laring

    tepat di belakang artikulasio krikotiroidea. N. laringeus yang kiri

    mempunyai perjalanan yang panjang dan dekat dengan Aorta sehingga

    mudah terganggu.

    Merupakan cabang N. vagus setinggi bagian proksimal A. subklavia dan

    berjalan membelok ke atas sepanjang lekukan antara trakea dan esofagus,

    selanjutnya akan mencapai laring tepat di belakang artikulasio

    krikotiroidea dan memberikan persarafan :

    Sensoris, mempersarafi daerah sub glotis dan bagian atas

    trakea

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    18/48

    18

    Motoris, mempersarafi semua otot laring kecuali M.

    Krikotiroidea

    7.

    VASKULARISASIPerdarahan dari cabang A. Tiroidea Superior dan Inferior sebagai A. Laringeus

    Superior dan Inferior.

    Arteri Laringeus Superior

    Berjalan bersama ramus interna N. Laringeus Superior menembus membrana

    tirohioid menuju ke bawah diantara dinding lateral dan dasar sinus pyriformis.

    Arteri Laringeus Inferior

    Berjalan bersama N. Laringeus Inferior masuk ke dalam laring melalui area

    Killian Jamieson yaitu celah yang berada di bawah M. Konstriktor Faringeus

    Inferior, di dalam laring beranastomose dengan A. Laringeus Superior dan

    memperdarahi otot-otot dan mukosa laring.

    Darah vena dialirkan melalui V. Laringeus Superior dan Inferior ke V. Tiroidea

    Superior dan Inferior yang kemudian akan bermuara ke V. Jugularis Interna.

    8. SISTEM LIMFATIK

    Laring mempunyai 3 (tiga) sistem penyaluran limfe, yaitu :

    Daerah bagian atas pita suara sejati, pembuluh limfe berkumpul membentuk

    saluran yang menembus membrana tiroidea menuju kelenjar limfe cervical

    superior profunda. Limfe ini juga menuju ke superior dan middle jugular node.

    Daerah bagian bawah pita suara sejati bergabung dengan sistem limfe trakea,

    middle jugular node, dan inferior jugular node.

    Bagian anterior laring berhubungan dengan kedua sistem tersebut dan sistem

    limfe esofagus. Sistem limfe ini penting sehubungan dengan metastase

    karsinoma laring dan menentukan terapinya.

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    19/48

    19

    BAB III

    INFEKSI RONGGA LEHER

    I. FARINGITIS

    Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus

    (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, dan toksin.4,5

    Virus dan bakteri melakukan invasi ke mukosa faring secara langsung dan

    menimbulkan reaksi inflamasi lokal. Virus lainnya , seperti rhinovirus dan coronavirus ,

    dapat menyebabkan iritasi mukosa faring selain dapat juga memicu secresi dari secret

    hidung.

    Infeksi bakteri group A Streptokokus beta hemolitikus dapat menyebabkan

    kerusakan jaringan yang hebat, karena nbakteri ini melepaskan toksin ekstraseluler yang

    dappat menimbulkan demam reumatik. Kerusakan katup jantung, glomerulonefritis akut

    karena fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi.4

    Gambar 6. Faringitis

    a. Faringitis akut

    i. Faringitis viral

    Rinovirus menimbulkan gejala rinitis dan beberapa hari kemudian akan

    menimbulkan faringitis.

    Gejala dan tanda

    Terdapat demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan.

    Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza,

    coxschievirus, dan cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat.

    Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis juga menimbulkan gejala

    konjungtivitis terutama pada anak. Coxsachievirus dan herpesvirus dapat

    menimbulkan lesi vesicular oropharyngeal. Concomitant vesicel pada tangan

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    20/48

    20

    dan kaki juga berhubungan dengan coxsackievirus (hand-foot-and-mouth

    disease).

    Epsteiin Barr Virus (EBV) meneyebabkan faringitis yang disertai

    produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar

    limfa diseluruh tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali.

    Faringitis juga dapat disebabkan oleh HIV-1 menimbulkan keluhan

    nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual, dan demam. Pada pemeriksaan faring

    hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati akut dileher dan pasien tampak

    lemah.

    Penatalaksanaan

    Umumnya penyakit iniself-limiting diseasesehingga cukup dengan Istirahat

    dan minum yang cukup. Kumur dengan air hangat. Analgetika jika perlu

    dan tablet isap. Anti virus metisoprinol diberikan infeksi herpes simpleks

    dengan dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari pada

    orang dewasa dan pada anak < 5 tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam

    4-6 kali pemberian/hari.

    ii. Faringitis bacterial

    Infeksi grup A Streptococcus beta hemoliticusmerupakan penyebab faringitis akutpada orang dewasa 15% dan pada anak 30%. Selain itu dapat disebabkan oleh

    Streptococcus pneumonia,Hemophilus influenza.

    Manifestasi klinis

    Nyeri tenggorokan, nyeri menelan, nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang

    disertai demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk. Pada

    pemeriksaan tonsil tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan

    terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak

    petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior

    membengkak, kenyal, nyeri pada penekanan.

    Diagnosis

    Anamnesis meliputi gejala dan tanda, pemeriksaan penunjang meliputi

    pemeriksaan laboratorium darah dan baku emasnya adalah pemeriksaan

    kultur apusan tenggorok, dapat juga dilakukan rapid antigen detection test

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    21/48

    21

    untuk mendeteksi antigen Streptokokus grup A. mempunyai spesifisitas

    tinggi, sensitifitas rendah.

    Terapi

    antibiotik, berupa penicillin G banzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis tunggal,

    atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/ hari selama 10 hari dan

    pada dewasa 3x500mg selama 6-10 hari atau eritromisisn 4x500mg/hari.

    Dapat juga diberikan kortikosteroid sebagai antiinflamasi yaitu

    deksamethason 8-16 mg, IM 1 kali, pada anak 0,08-0,3 mg/kgBB, IM 1

    kali.

    iii. Faringitis fungal

    Candida dapat tumbuh pada mukosa rongga mulut dan faring. Gejala dan

    tanda adalah keluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan

    tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis. Pembiakan

    jamur ini dilakukan dalam agar saboraud dekstrosa. Terapi yang diberikan adalah

    nystatin 100.000-400.000 2 kali/hari dan pemberian analgetika.

    iv. Faringitis gonorea

    Hanya dapat ditemukan pada pasien yang melakukan kontak orogenital.

    Terapi yang dapat diberikan adalah sefalosporin generasi ke-3. Ceftriakson 250 mg,IM.

    b. Faringitis kronik

    Terdapat 2 bentuk yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik

    atrofi. Faktor predisposisi proses radang kronik di faring ini ialah rinitis kronik,

    sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkolhol, inhalasi uap yang merangsang

    mukosa faring dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah

    pasien yang biasa bernapas melalui mulut karena hidungnya tersumbat.

    i. Faringitis kronik hiperplastik

    Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior

    faring. Tampak kelenjar limfa dibawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi.

    Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata, bergranular. Gejala

    yang muncul biasanya adalah tenggorokan menjadi kering dan gatal dan akhirnya

    batuk beriak. Terapi yang dapat diberikan adalah dengan terapi lokal menggunakan

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    22/48

    22

    kaustil faring dengan menggunakan zat kimia larutan nitras argenti atau dengan

    listrik (electrocauter). Pengobatan simtomatis diberikan obat kumur atau tablet isap.

    ii. Faringitis kronik atropi

    Sering timbul bersamaan dengan rinitis atrofi. Pada rinitis atrofi udara

    pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga menimbulkan

    rangsangan serta infeksi pada faring. Gejala dan tanda yang sering muncul adalah

    tenggorok terasa kering, tebal, serta bau mulut. Pada pemeriksaan tampak mukosa

    faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.

    Pengobatan ditujukan pada rinitis atrofinya dan untuk faringitis kkronik atropi

    ditambahkan dengan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut.

    c. Faringitis spesifik

    i. Faringitis Luetika

    Treponema palidum dapat menyebabkan infeksi di daerah faring. Dibagi

    dalam 3 stadium, yaitu pada stadium primer, pada lidah, palatum mole, tonsil dan

    posterior faring berbentuk keputihan. Bila infeksi terus menerus maka akan timbul

    ulkus didaerah faring seperti ulkus genitalia yang tidak nyeri. Pada stadium

    sekunder terdapat eritema pada dinding faring yang menjlar ke arah laring. Pada

    stadium tertier terdapat guma,pada tonsil dan palatum. Guma pada dinding

    posterior dapat menyebar ke vertebra servikal dan dapat menyebabkan kematian.

    Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan serologis.

    ii. Faringitis Tuberkulosis

    Merupakan proses sekunder dari TB paru. Cara infeksi eksogen, yaitu kontak

    dengan septum yang mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara. Infeksi

    endogen yaitu dengan penyebaran melalui darah pada TB miliaris. Bila infeksi

    timbul secara hematogen, maka lesi timbul pada kedua sisi dan sering ditemukan

    pada posterior faring, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum

    mole, dan palatum durum.

    Gejala keadaan umum pasien buruk karena anoreksi dan odinofagia. Pasien

    mengeluh nyeri hebat di tenggorok, nyeri telinga, dan pembesaran KGB servikal.

    Diagnosa diteakkan dengan pemeriksaan BTA, foto thoraks dan biopsi jaringan

    terinfeksi. Terapi sesuai dengan terapi untukTB paru.5

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    23/48

    23

    II. TONSILITIS

    Tonsilitis adalah peradangan tonsila palatina yang merupakan bagian dari cincin

    waldeyer. 4,5,6

    a. Tonsilitis Akut

    i. Tonsilitis viral

    Gejala yang timbul lebih menyerupai common cold disertai nyeri tenggorokan.

    Penyebab tersering adalah epstein barr virus. Haemofilus influenzae merupakan

    penyebab tonsilitis supuratif. pada infeksi virus coxschakie pada rongga mulut

    akan tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakab

    pasien. Terapi cukup dengan istirahat, minum cukup, analgetik, dan anti virus

    diberikan jika gejala berat.

    ii. Tonsilitis bacterial

    Dapat disebabkan streptokokus A beta hemolitikus yang dikenal sebagai strept

    throat, pneumokokus. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel tonsil akan

    menyebabkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit PMN sehingga terbentuk

    detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati, dan epitel yang

    terlepas. Tampak sebagai kriptus yang mengisi celah tonsil dan berupa bercak

    kuning. Bentuk tonsilitis akut dengan bercak detritus yang jelas disebut tonsilitis

    folikularis, jika detritus menjadi satu dikenal sebagai tonsilitis lakunaris. Bercak

    detritus ini juga dapat melebar dan membentuk pseudomembran.

    Manifestasi klinis

    Masa inkubasi selama 2-4 hari. Gejala dan tanda yang sering adalah nyeri

    tenggorok, nyeri menelan, demam, rasa letih, lesu, nyeri di sendi-sendi,

    otalgia. Otalgia disebabkan adanya nyeri alih. pada pemeriksaan tampak

    tonsil hiperemis, membengkak, terdapat detritus folikel, lekukan atau

    tertutup membran semu.

    Diagnosis

    Didasarkan atas hasil anamnesis, pemeriksaan fisik meliputi gejala dan

    tanda, serta pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium darah

    dan dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari

    sedianapus tonsil. Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    24/48

    24

    kuman dengan derajat keganasan yang rendah, seperti Streptococcus

    haemolitikus, Streptokokus viridians, Stafilokokus, atau Pneumokokus.

    Terapi

    antibiotik spektrum luas, yaitu penisilin, eritromisin dianggap masih

    merupakan obat pilihan diberikan selama 5-10 hari, antipiretik dapat

    diberikan untuk meredakan demam dan obat kumur yang mengandung

    desinfektan.

    Komplikasi

    pada anak dapat menimbulkan OMA, sinusitis, abses peritonsil, abses

    parafaring, bronkitis, miokarditis, serta septikemia akibat infeksi v. jugularis

    interna (sindroma lemierre). Hipertropi tonsil mnyebabakan pasien bernapas

    melalui mulut, tidur mendengkur, dan gangguan tidur akibat sleep apneu.

    Gambar 7. Perbedaan Tonsilitis Bakterial dan Virus

    b. Tonsilitis membranosa

    Penyakit yang termasuk dalam golongan ini adalah tonsilitis difteri, tonsilitis septik dan

    angina plaut vincent, penyakit kelainan darah(leukemia akut, anemia pernisiosa,

    neutropenia maligan, serta infeksi mono-nukleusis), proses spesifik lues dan TB, infeksi

    jamur monioliasis, aktinomikosis, dan blastomikosis, infeksi virus morbili, pertusis, dan

    skarlatina.

    i. Tonsilitis difteri

    Sering ditemukan pada anak usia kurang dari 10 tahun, frekuensi tertinggi pada usia

    2-5 tahun walaupun pada orang dewasa masih mungkin menderita penyakit ini.

    Manifestasi klinis

    Gejala umum seperti gejala infeksi lainnya, yaitu kenaikan suhu tubuh

    biasanya subfebris, nyeri kepala, anoreksia, badan lemah, nadi lambat.

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    25/48

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    26/48

    26

    Terapi

    Antibiotika spectrum luas seperti golongan penisilin selama 1 minggu, obat

    kumur sodium perborat.

    iii. Penyakit kelainan darah

    1. Leukemia akut

    Gejala pertama sering dijumpai lesi oral, pembesaran tonsil dengan lesi ulseratifa

    tertutup membrane semu namun tidak tampak hiperemis, nyeri hebat ditenggorokan,

    ptekie dalam rongga mulut,dan perdarahan berkaitan dengan daerah ini. Ulserasi

    gingiva dapat terjadi, demam ringan, adenopati servikal. Diagnosis positif

    memerlukan aspirasi sumsum tulang dan pemeriksaan darah perifer.4

    2. Angina agranulositosis

    Penyebabnya adalah keracunan obat dari golongan amidopirin, sulfa, dan arsen.

    Pada pemeriksaan didapatkan ulkus dimukosa mulut dan faring serta sekitar ulkus

    tampak gejala radang. Ulkus ini juga terdapat di saluran cerna.5

    3. Infeksi mononucleosis

    Infeksi mononucleosis adalah penyakit infeksi akut yang ditandai oleh demam,

    malaise, somnolen, pembesaran limfonodus, dan sediaan apus darah tepi

    menunjukan limfositosis dengan gambaran limfosit abnormal.

    Penyebab perantara yang dipikirkan pada penyakit ini adalah virus, yang

    paling mungkin adalahEpstein-Barratau cytomegalovirus.

    Gejala dan tanda klinis penyakit ini terjadi tonsilofaringitis ulsero

    membranosa bilateral sehingga menimbulkan nyer ditenggorokan, menggigil,

    malaise, mudah merasa lelah, terdapat membrane semu yang menutupi ulkus yang

    mudah diangkat tanpa timbul perdarahan. Terdapat pembesaran kelenjar limfa

    servikal, aksila, dan inguinal.

    Pada pemeriksaan penunjang didapatkan gambaran darah khas yaitu terdapat

    leukosit mononukleus dalam jumlah besar. Pemeriksaan biakan tenggorokan

    sebaiknya dilakukan karena kemungkinan adanya bersamaan dengan infeksi bakteri

    sepertistreptococcus beta hemoliticus.

    Terapi pada penyakit ini bersifat simptomatik jika terdapat gejala peradangan

    yang berat dapat diberikan kortikosteroid oral seperti prednisone untuk mengurangi

    proses peradangan sekunder. Pasien sebaiknya beristirahat dan mengurangi

    aktivitasnya selama fase akut.4,5,6

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    27/48

    27

    c. Tonsilitis kronis

    Tonsillitis kronis adalah peradangan kronis tonsila palatine lebih dari 3 bulan, setelah

    serangan akut yang terjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis. Terjadinya perubahan

    histologi pada tonsil, dan terdapat jaringan fibrotic yang menyelimuti mikroabses dan

    dikelilingi oleh zona sel-sel radang.2Mikroabses pada tonsillitis kronik menyebabkan

    tonsil dapat menjadi fokal infeksi bagi organ-organ lain, seperti sendi, ginjal, jantung

    dan lain-lain. Fokal infeksi adalah sumber bakteri / kuman di dalam tubuh dimana

    kuman atau produk-produknya dapat menyebar jauh ke tempat lain dalam tubuh itu dan

    dapat menimbulkan penyakit. Kelainan ini hanya menimbulkan gejala ringan atau

    bahkan tidak ada gejala sama sekali, tetapi akan menyebabkan reaksi atau gangguan

    fungsi pada organ lain yang jauh dari sumber infeksi.

    Tonsilitis kronik yang mungkin terjadi pada anak disebabkan oleh karena sering

    menderita ISPA atau karena tronsilitis akut yang tidak diobati dengan tepat atau

    dibiarkan saja. Tonsillitis kronik disebabkan oleh bakteri yang sama yang terdapat pada

    tonsillitis akut, dan yang paling sering adalah bakteri gram positif. 4Beberapa factor

    predisposisi timbulnya kejadian Tonsilitis Kronis, yaitu : 4

    1. Rangsangan kronis (rokok, makanana)

    2.

    Hygiene mulut yang buruk

    3. Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah-ubah)

    4. Alergi (iritasi kronis dari allergen)

    5. Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik)

    6. Pengobatan Tonsilitis Akut yang tidak adekuat

    Patofisiologi

    Fungsi tonsil adalah sebagai pertahanan terhadap masuknya kuman ke tubuh baik

    melalui hidung atau mulut. Kuman yang masuk di situ akan dihancurkan oleh

    makrofag yang merupakan sel-sel polimorfonuklear. Jika tonsil berulang kali terkena

    infeksi akibat dari penjagaan hygiene mulut yang tidak memadai serta adanya factor-

    faktor lain, maka pada suatu waktu tonsil tidak bisa membunuh kuman-

    kumansemuanya, akibat kuman yang bersarang di tonsil dan akan menimbulkan

    peradangan tonsil yang kronis. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari

    tonsil berubah menjadi sarang infeksi atau fokal infeksi.

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    28/48

    28

    Proses peradangan di mulai pada satu atau lebih kripta tonsil. Karena proses

    radang berulang, makan epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada

    proses penyembuhanjaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini

    akan mengerut sehingga kripta akan melebar. Secara krinis kripta ini akan tampak

    diisi oleh Detritus (akumulasi epitel yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri

    yang menutupi kripta berupa eksudat berwarna kekuning kuningan). Proses ini

    meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan

    sekitar fossa tonsilaris. Sewaktu-waktu kuman bisa menyebar ke seluruh tubuh

    misalnya pada keadaan imun yang menurun. 4

    Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsillitis

    akut yang berulang ulang, adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada

    tenggorokan (odinofagi), nyeri waktu menelen atau ada sesuatu yang mengganjal di

    kerongkongan bila menelan, terasa kering dan pernafasan berbau.4,5

    Tonsila akan memperlihatkan berbagai derajat hipertrofi dan dapat bertemu di

    garis tengah. Nafas penderita bersifat ofensif dan kalau terdapat hipertrofi yang

    hebat, mungkin terdapat obstruksi yang cukup besar pada saluran pernafasan bagian

    atas yang dapat menyebabkan hipertensi pulmonal.

    Pemeriksaan fisik

    Pada pemeriksaan pada tonsil akan didapati tonsil hipertrofi, tetapi kadang-kadang

    atrofi, hiperemi dan odema yang tidak jelas. Didapatkan detritus atau detritus baru

    tampak jika tonsil ditekan dengan spatula lida. Kelenjar leher dapat membesar tetapi

    tidak terdapat nyeri tekan.4,5

    Ukuran tonsil pada tonsillitis kronik dapat membesar (hipertrofi) atau atrofi.

    Pembesaran tonsil dapat dinyatakan dalam ukuran T1 T4 Cody & Thane (1993)

    membagi pembesaran tonsil dalam ukuran berikut :

    T1 = batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai jarak pilar anterior uvula

    T2 = batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula sampai 1/2jarak

    pilar anterior-uvula

    T3 = batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula

    T4 = batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula atau lebih.

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    29/48

    29

    Gambar 8. Grading tonsil

    Diagnosis

    Anamnesa merupakan hal yang sangat penting karena hamper 50% diagnose dapat

    ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering datang dengan keluhan rasa sakit

    pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu menelan, rasa mengganjal di

    tenggorok, nafas bau, malaise, sakit pada sendi, kadang-kadang ada demam dan

    nyeri pada leher.

    Pemeriksaan fisik tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan

    jaringan parut, permukaan tonsil tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi

    oleh detritus. Sebagian kripta mengalami stenosis, tepi eksudat (purulent) dapat

    diperlihatkan dari kripta-kripta tersebut. Gambaran klinis yang lain yang sering

    adalah dari tonsil yang kecil, biasanya membuat lekukan, tepinya hiperemis dan

    jumlah kecil secret purulen yang tipis terlihat pada kripta.

    Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas)

    kuman dari sedianapus tonsil. Biarkan swab sering menghasilkan beberapa macam

    kuman dengan derajat keganasan yang rendah, seperti Streptococcus haemolitikus,

    Streptokokus viridians, Stafilokokus, atau Pneumokokus.

    Diagnosis banding

    Terdapat beberapa diagnose banding dari tonsillitis kronis adalah sebagai berikut :

    1,2,3

    1.

    Tonsilitis Membranosa

    a.Tonsillitis Difteri

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    30/48

    30

    b.Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulseromembranosa)

    c.Mononucleosis Infeksiosa

    2. Penyakit kronik faring granulomatous

    a. Faringitis Tuberkulosa

    Merupakan proses sekunder dari TBC paru. Keadaan umum pasien adalah

    buruk karena anoreksi dan odinofagi. Pasien juga mengeluh nyeri hebat di

    tenggorokan, nyeri di telinga (otalgia) dan pembesaran kelenjar limfa leher.

    b. Faringitis Luetika

    gambaran klinis tergantung dari stadium penyakit primer, skunder atau tersier.

    Pada penyakit ini dapat terjadi ulserasi superficial yang sembuh disertai

    pembentukan jaringan ikat. Sekuele dari gumma bisa mengakibatkan perforasi

    palatum mole dan pilar tonsil

    c. Lepra (Lues)

    Penyakit ini dapat menimbulkan nodul atau ulserasi pada faring kemudian

    menyebuh dan disertai dengan kehilangan jaringan yang luas dan timbulnya

    jaringan ikat.

    d. Aktinomikosis Faring

    Terjadi akibat pembengkakan mukosa yang tidak luas, tidak nyeri, bisa

    mengalami ulseasi dan proses supuratif. Blastomikosis dapat mengakibatkan

    ulserasi faring yang ireguler, superficial, dengan dasar jaringan granulasi yang

    lunak.

    Penyakit-penyakit diatas umumnya memiliki keluhan berhubungan dengan

    nyeri tenggorokan (odinofagi) dan kesulitan menelan (disfagi). Diagnose pasti

    berdasarkan pada pemeriksaan serologi, hapusan jaringan atau kultur, foto X-ray dan

    biopsy jaringan.

    Terapi

    Medikamentosa

    Tonsillitis yang disebabkan oleh virus harus ditangani secara simptomatik. Obat

    kumur, analgetik, dan antipiretik biasanya dapat membantu. Gejala-gejala yang

    timbul biasanya akan hilang sendiri. Tonsilitis yang disebabkan oleh streptokokus

    perlu diobati dengan penisilin V secara oral, cephalosporin, makrolid, klindamicin,

    atai injeksi secara intramuscular penisilin benzatin antibiotic tambahan mungkin

    akan berguna.4,5,6

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    31/48

    31

    Operatif

    Tonsilektomi merupakan tindakan pembedahan yang paling sering dilakukan pasa

    pasien dengan tonsilaris kronik, yaitu berupa tindakan pengangkatan jaringan tonsila

    palatine dari fossa tonsilaris Tetapi tonsilektomi dapat menimbulkan berbagai

    masalah dan berisiko menimbulkan komplikasi seperti perdarahan, syok, nyeri pasca

    tonsilektomi, maupun infeksi.5

    Indikasi Tonsilektomi

    Menurut Americn Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery (AAO-

    HNS) (1995), Indikator klinis untuk prosedur surgical adalah seperti berikut:

    I ndikasi Absolut

    Pembengkakakn tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia

    berat, gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner

    Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase

    Tonsillitis yang menimbulkan kejang demam

    Tonsillitis yang membutuhkan biopsy untuk menetukan patologi anatomi

    I ndikasi Relatif

    Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotic

    adekuat

    Halitosis akibat tonsillitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian

    terapi medis

    Tonsillitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik

    dengan pemberian antibiotic beta-laktamase resisten

    Hipertrofi tonsil unilateral yang dicurigai merupakan suatu keganasan

    Saat mempertimbangkan tonsilektomi untuk pasien dewasa harus dibedakan

    apakah mereka mutlak memerlukan operasi tersebut atau hanya sebagai

    kandidat. Dugaan keganasan dan obstruksi saluran napas merupakan indikasi

    absolute untuk tonsilektomi.

    Obstruksi nasofaringeal yang berat sehingga boleh mengakibatkan terjadinya

    gangguan apnea ketika tidur merupakan indikasi absolute untuk surgery.

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    32/48

    32

    III. LARINGITIS

    a. Laringitis akut

    Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang

    berlangsung kurang dari 3 minggu. Pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus

    influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus.

    Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus

    pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.

    Epidemiologi

    Laringitis akut lebih banyak dijumpai pada anak-anak (usia kurang dari 3,5 tahun),

    namun tidak jarang dijumpai pada anak yang lebih besar, bahkan pada orang

    dewasa atau orang tua.

    Manifestasi klinis

    Pada anamnesis biasanya didapatkan gejala demam, malaise, serta gejala lokal

    seperti suara parau sampai tidak bersuara sama sekali, nyeri ketika menelan atau

    berbicara, serta gejala sumbatan laring, selain itu biasanya terdapat pula batuk.

    Pemeriksaan fisik

    Tampak mukosa laring hiperemis, membengkak terutama diatas dan bawah pita

    suara.

    Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat membantu menegakkan

    diagnosis. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan tampak edema

    terutama dibagian atas dan bawah glotis. Pemeriksaan darah rutin tidak

    memberikan hasil yang khas, namun biasanya ditemui leukositosis. pemeriksaan

    usapan sekret tenggorok dan kultur dapat dilakukan untuk mengetahui kumanpenyebab.

    Terapi

    Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari, menghindari iritasi pada faring

    dan laring misalnya merokok, makanan pedas, dan minum es. Medikamentosa

    dapat diberikan ntibiotik jika penyebabnya infeksi bakteri dan trakeostomi apabila

    ada sumabtan laring.

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    33/48

    33

    b. Laringitis kronik

    Laringitis kronik adalah proses inflamasi pada mukosa pita suara dan laring yang

    terjadi dalam jangka waktu lama. Laringitis kronik terjadi karena pemaparan oleh

    penyebab yang terus menerus. Laringitis kronik dapat dibedakan menjadi laryngitis

    kronik non spesifik dan laryngitis kronik spesifik (laryngitis tuberkulosa dan laryngitis

    luetika).

    Penyebab dari laryngitis kronik sering disebabkan oleh sinusitis kronis, deviasi

    septum yang berat, polip hidung, bronchitis kronik atau tuberculosis paru. Penyebab

    tersering pada orang dewasa antara lain yaitu

    1.

    Merokok; merokok dapat mengiritasi laring, dapat menyebabkan

    peradangan dan penebalan pita suara

    2. Alkoholik; alcohol dapat menyebabkan iritasi kimia pada laring.

    3. Gastroesophageal reflux disease (GERD); GERD adalah suatu kelainan

    dimana asam lambung naik kembali melalui esophagus dan tenggorokan,

    sehingga dapat menyebabkan iritasi pada laring.

    4. Pekerjaan yang terus menerus terpapar oleh debu dan bahan kimia; banyak

    pekerja-pekerja pabrik yang menderita laryngitis kronik seperti pada pekerjapabrik pupuk, pestisida.

    5. Penggunaan suara yang berlebih.

    Manifestasi klinis

    Suara parau (disfoni), rasa tersangkut di tenggorok, panas dan tertekan di daerah

    laring, nyeri menelan

    Pemeriksaan fisik

    Tampak mukosa menebal, permukaannya tak rata dan hiperemis. Bila terdapat

    daerah yang menyerupai tumor maka dapat dilakukan biopsi.

    Terapi

    Mengobati fokus infeksi yang kemungkinan menjadi penyebab laringitis kronis

    seperti peradangan di hidung, faring, serta bronkus. Pasien diminta untuk tidak

    banyak berbicara (vocal rest).

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    34/48

    34

    i. Laringitis kronis spesifik

    1. Laringitis tuberculosa

    Penyakit ini hampir selalu sebagai akibat dari tuberkulosis paru. Sering kali

    setelah diberikan pengobatan, tuberkulosisnya sembuh tetapi laringitis

    tuberkulosanya menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang

    sangat lekat pada kartilago serta vaskularisasi yang tidak sebaik paru, sehingga

    bila infeksi sudah mengenai kartilago, pengobatannya lebih lama.

    Patogenesis

    Infeksi kuman ke laring dapat terjadi melalui udara pernafasan, sputum yang

    mengandung kuman, atau penyebaran melalui aliran darah atau limfe.

    Tuberkulosis dapat menimbulkan gangguan sirkulasi. Edema dapat timbul di

    fossa inter aritenoid, kemudian ke aritenoid, plika vokalis, plika ventrikularis,

    epiglotis, serta subglotik.4,8

    Manifestasi klinis

    Secara klinis, laringitis tuberkulosis terbagi menjadi 4 stadium yaitu :

    1. Stadium infiltrasi. Mukosa laring posterior mengalami pembengkakan dan

    hiperemis, kadang pita suara terkena juga, pada stadium ini mukosa laring

    tampak pucat. Kemudian di daerah sub mukosa terbentuk tuberkel,

    sehingga mukosa tidak rata, tampak bintik-bintik yang berwarna kebiruan.

    Tuberkel itu makin besar, serta beberapa tuberkel yang berdekatan

    bersatu, sehingga mukosa diatasnya meregang. Pada suatu saat, karena

    sangat meregang, maka akan pecah dan timbul ulkus. Pada stadium ini

    pasien dapat merasakan adanya rasa kering ditenggorokan, panas dan

    tertekan di daerah laring, selain itu juga terdapat suara parau.

    2. Stadium ulcesari. Ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi

    membesar. Ulkus ini dangkal, dasarnya ditutupi oleh perkejuan, serta

    dirasakan nyeri waktu menelan yang hebat bila dibandingkan dengan nyeri

    karena radang (khas), dapat juga terjadi hemoptisis.

    3. Stadium perikondritis. Ulkus makin dalam, sehingga mengenai kartilago

    laring, dan yang paling sering terkena ialah kartilago aritenoid dan

    epiglotis. Dengan demikian terjadi kerusakan tulang rawan, sehingga

    terbentuk nanah yang berbau, proses ini akan melanjut dan terbentuk

    sekuester. Pada stadium ini pasien dapat terjadi afoni dan keadaan umum

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    35/48

    35

    sangat buruk dan dapat meninggal dunia. Bila pasien dapat bertahan maka

    proses penyakit berlanjut dan masuk dalam stadium fibrotuberkulosis.

    4. Stadium fibrotuberkulosa. Pada stadium ini terbentuk fibrotuberkulosis

    pada dinding posterior, pita suara dan subglotik.

    Gejala klinis bergantung dari stadiumnya disamping itu terdapat gejala rasa

    kering, panas dan tertekan didaerah laring, suara parau berlangsung berminggu-

    minggu sedangkan pada stadium lanjut dapat timbul afoni, hemoptysis, nyeri

    waktu menelan yang hebat, dan keadaan umum yang buruk.

    Pemeriksaan fisik dan penunjang

    meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan THT termasuk pemeriksaan

    laring tak langsung untuk melihat laring melalui kaca laring, maupun

    pemeriksaan laring langsung dengan laringoskopi. Pemeriksaan penunjang

    seperti laboratorium dapat di temukannya tes BTA positif, dan patologi

    anatomi serta pada pemeriksaan radiologic terdapat proses aktif(biasanya

    pada stadium eksudatif atau pembentukan kaverne).3,8

    Terapi

    pemberian obat antituberkulosis primer dan sekunder. Selain itu pasien juga

    harus mengistirahatkan suaranya.

    2. Laringitis luetika

    Disebabkan oleh kuman treponema palidum, sudah sangat jarang dijumpai pada

    bayi ataupun orang dewasa. laring tidak pernah terinfeksi pada stadium pertama

    sifilis. Pada stadium kedua, laring terinfeksi dengan tanda-tanda adanya edema

    yang hebat dan lesi mukosa berwarna keabu-abuan. Sumbatan jalan nafas dapat

    terjadi karena adanya pembengkakan mukosa. Pada stadium ketiga, terbentuknya

    guma yang nanti akan pecah dan menimbulkan ulcerasi, perikondritis dan

    fibrosis.

    Manifestasi klinis

    suara parau dan batuk yang kronis. Disfagia timbul bila gumma terdapat

    dekat introitus esofagus. Pada penyakit ini, pasien tidak merasakan nyeri,

    mengingat kuman ini juga menyerang saraf-saraf di perifer.

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    36/48

    36

    Pemeriksaan fisik

    bila guma pecah, maka ditemukan ulkus yang sangat dalam, bertepi dengan

    dasar yang keras, berwarna merah tua serta mengeluarkan eksudat yang

    berwarna kekuningan. Ulkus ini tidak menyebabkan nyeri dan menjalar

    sangat cepat, sehingga bila tidak terbentuk proses ini akan menjadi

    perikondritis.

    Diagnosis

    Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik,

    laringoskopi, dan tes serologi serta biopsi.

    Terapi

    pemberian antibiotika golongan penicilin dosis tinggi, pengengkatan

    sekuester, bila terdapat sumbatan laring karena stenosis dapat dilakukan

    trakeostomi dan operasi rekonstruksi.

    Prognosis

    pada penyakit ini kurang bagus pada gumma yang sudah pecah, karena

    menyebabkan destruksi pada kartilago dan bersifat permanen

    1. ABSES LEHER DALAM

    Abses leher dalam terbentuk dalam ruang potensial diantara fasia leher dalam sebagai

    akibat dari penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus

    paranasal, telinga tengah dan leher tergantung ruang mana yang terlibat. Gejala dan tanda

    klinik dapat berupa nyeri dan pembengkakan. Abses peritonsiler (Quinsy) merupakan

    salah satu dari Abses leher dalam dimana selain itu abses leher dalam dapat juga abses

    retrofaring, abses parafaring, abses submanidibula dan angina ludovici (Ludwig

    Angina).4,5,6

    a.Abses peritonsil

    Definisi

    Abses peritonsil merupakan kumpulan/timbunan (accumulation) pus (nanah) yang

    terlokalisir/terbatas (localized) pada jaringan peritonsillar yang terbentuk sebagai

    hasil dari suppurative tonsillitis. Abses peritonsil terbentuk oleh karena penyebaran

    organisme bakteri penginfeksi tenggorokan kesalah satu ruangan aereolar yang

    longgar disekitar faring menyebabkan pembentukan abses, dimana infeksi telah

    menembus kapsul tonsil tetapi tetap dalam batas otot konstriktor faring.

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    37/48

    37

    Epidemiologi

    Abses peritonsil paling sering terjadi pada umur 20-40 tahun. Pada anak-anak

    jarang terjadi kecuali pada mereka yang menurun sistem immunnya, tapi infeksi

    bisa menyebabkan obstruksi jalan napas yang signifikan pada anak-anak. Infeksi

    ini memiliki proporsi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Bukti

    menunjukkan bahwa tonsilitis kronik atau percobaan multipel penggunaan

    antibiotik oral untuk tonsilitis akut merupakan predisposisi pada orang untuk

    berkembangnya abses peritonsiler. Di Amerika insiden tersebut kadang-kadang

    berkisar 30 kasus per 100.000 orang per tahun, dipertimbangkan hampir 45.000

    kasus setiap tahun.8

    Etiologi

    Abses peritonsil terjadi sebagai akibat komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang

    bersumber dari kelenjar mucus Weber di kutub atas tonsil. Biasanya kuman

    penyebabnya sama dengan kuman penyebab tonsilitis. Biasanya unilateral dan

    lebih sering pada anak-anak yang lebih tua dan dewasa muda. dapat ditemukan

    kuman aerob dan anaerob.

    Organisme aerob yang paling sering menyebabkan abses peritonsiler adalah

    Streptococcus pyogenes (Group A Beta-hemolitik streptoccus), Staphylococcus

    aureus, danHaemophilus influenzae. Sedangkan organisme anaerob yang berperan

    adalah Fusobacterium. Prevotella, Porphyromonas, Fusobacterium, dan

    Peptostreptococcus spp.

    Patologi

    Patofisiologi abses peritonsil belum diketahui sepenuhnya. Namun, teori yang

    paling banyak diterima adalah kemajuan (progression) episode tonsillitis eksudatif

    pertama menjadi peritonsillitis dan kemudian terjadi pembentukan abses yang

    sebenarnya (frank abscess formation).

    Daerah superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan jaringan ikat longgar,

    oleh karena itu infiltrasi supurasi ke ruang potensial peritonsil tersering menempati

    daerah ini, sehingga tampak palatum mole membengkak. Abses peritonsil juga

    dapat terbentuk di bagian inferior, namun jarang.

    Pada stadium permulaan, (stadium infiltrat), selain pembengkakan tampak

    juga permukaan yang hiperemis. Bila proses berlanjut, daerah tersebut lebih lunak

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    38/48

    38

    dan berwarna kekuning-kuningan. Tonsil terdorong ke tengah, depan, dan bawah,

    uvula bengkak dan terdorong ke sisi kontra lateral.

    Bila proses terus berlanjut, peradangan jaringan di sekitarnya akan

    menyebabkan iritasi pada m.pterigoid interna, sehingga timbul trismus. Abses

    dapat pecah spontan, sehingga dapat terjadi aspirasi ke paru.

    Manifestasi klinis

    Selain gejala dan tanda tonsilitis akut, terdapat juga odinofagia (nyeru menelan)

    yang hebat, biasanya pada sisi yang sama juga dan nyeri telinga (otalgia), muntah

    (regurgitasi), mulut berbau (foetor ex ore), banyak ludah (hipersalivasi), suara

    sengau (rinolalia), dan kadang-kadang sukar membuka mulut (trismus), serta

    pembengkakan kelenjar submandibula dengan nyeri tekan.

    Bila ada nyeri di leher (neck pain) dan atau terbatasnya gerakan leher

    (limitation in neck mobility), maka ini dikarenakan lymphadenopathy dan

    peradangan otot tengkuk (cervical muscle inflammation).

    Pemeriksaan fisik

    Kadang sukar memeriksa seluruh faring dikarenakan trismus. Palatum mole

    tampak membengkak dan menonjol ke depan, dapat teraba fluktuasi. Uvula

    membengkak dan dapat terdorong kesisi kontralateral. Tonsil bengkak, hiperemis,

    mungkin banyak detritus dan terdorong ke arah tengah, depan, dan bawah.

    Diagnosis

    Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang prosedur diagnosis

    dengan melakukan Aspirasi jarum (needle aspiration). Tempat aspiration dibius /

    dianestesi menggunakan lidocaine dengan epinephrine dan jarum besar (berukuran

    1618) yang biasa menempel pada syringe berukuran 10cc. Aspirasi material yang

    bernanah (purulent) merupakan tanda khas, dan material dapat dikirim untuk

    dibiakkan.

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    39/48

    39

    Gambar 9. tonsillitis akut (sebelah kiri) dan abses peritonsil (sebelah kanan).

    Pada penderita PTA perlu dilakukan pemeriksaan:

    1. Hitung darah lengkap (complete blood count), kultur darah (blood cultures).

    2.

    Tes Monospot (antibodi heterophile) perlu dilakukan pada pasien dengan

    tonsillitis dan bilateral cervical lymphadenopathy. Jika hasilnya positif,

    penderita memerlukan evaluasi/penilaian hepatosplenomegaly. Liver function

    tests perlu dilakukan pada penderita dengan hepatomegaly.

    3. Throat culture atau throat swab and culture: diperlukan untuk identifikasi

    organisme yang infeksius. Hasilnya dapat digunakan untuk pemilihan

    antibiotik yang tepat dan efektif, untuk mencegah timbulnya resistensi

    antibiotik.

    4. Plain radiographs: pandangan jaringan lunak lateral (Lateral soft tissue views)

    dari nasopharyng dan oropharyng dapat membantu dokter dalam

    menyingkirkan diagnosis abses retropharyngeal.

    5. Computerized tomography (CT scan): biasanya tampak kumpulan cairan

    hypodense di apex tonsil yang terinfeksi (the affected tonsil), dengan

    peripheral rim enhancement.

    6.

    Ultrasound, contohnya: intraoral ultrasonography. Komplikasi

    1. Abses pecah spontan, mengakibatkan perdarahanm aspirasi paru, atau piema.

    2. Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses

    parafaring. Kemudian dapat terjadi penjalaran ke mediastinum menimbulkan

    mediastinitis.

    3. Bila terjadi penjalaran ke daerah intracranial, dapat mengakibatkan thrombus

    sinus kavernosus, meningitis, dan abses otak.

    Sejumlah komplikasi klinis lainnya dapat terjadi jika diagnosis PTA

    diabaikan. Beratnya komplikasi tergantung dari kecepatan progression

    penyakit. Untuk itulah diperlukan penanganan dan intervensi sejak dini.

    Diagnosis banding

    Infiltrat peritonsil, tumor, abses retrofaring, abses parafaring, aneurisma arteri

    karotis interna, infeksi mastoid, mononucleosis, infeksi kelenjar liur, infeksi gigi,

    dan adenitis tonsil.

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    40/48

    40

    Terapi

    Pada stadium infiltrasi, diberikan antibiotika dosis tinggi dan obat simtomatik. Juga

    perlu kumur-kumur dengan air hangat dan kompres dingin pada leher. Antibiotik

    yang diberikan ialah penisilin 600.000-1.200.000 unit atau ampisilin/amoksisilin 3-

    4 x 250-500 mg atau sefalosporin 3-4 x 250-500 mg, metronidazol 3-4 x 250-500

    mg.

    Bila telah terbentuk abses, dilakukan pungsi pada daerah abses, kemudian

    diinsisi untuk mengeluarkan nanah. Tempat insisi ialah di daerah yang paling

    menonjol dan lunak, atau pada pertengahan garis yang menghubungkan dasar

    uvula dengan geraham atas terakhir pada sisi yang sakit. Intraoral incision dan

    drainase dilakukan dengan mengiris mukosa overlying abses, biasanya diletakkan

    dilipatan supratonsillar. Drainase yang sukses menyebabkan perbaikan segera

    gejala-gejala pasien.

    Bila terdapat trismus, maka untuk mengatasi nyeri, diberikan analgesia lokal

    di ganglion sfenopalatum.

    Kemudian pasien dinjurkan untuk operasi tonsilektomi a chaud. Bila

    tonsilektomi dilakukan 3-4 hari setelah drainase abses disebut tonsilektomi a

    tiede, dan bila tonsilektomi 4-6 minggu sesudah drainase abses disebut

    tonsilektomi a froid. Pada umumnya tonsilektomi dilakukan sesudah infeksi

    tenang, yaitu 2-3 minggu sesudah drainase abses.

    Tonsilektomi merupakan indikasi absolut pada orang yang menderita abses

    peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan sekitarnya.

    Abses peritonsil mempunyai kecenderungan besar untuk kambuh.

    Penggunaan steroids masih kontroversial. Penelitian terbaru yang dilakukan

    Ozbek mengungkapkan bahwa penambahan dosis tunggal intravenous

    dexamethasone pada antibiotik parenteral telah terbukti secara signifikan

    mengurangi waktu opname di rumah sakit (hours hospitalized), nyeri tenggorokan

    (throat pain), demam, dan trismus dibandingkan dengan kelompok yang hanya

    diberi antibiotik parenteral.

    Prognosis

    Abses peritonsil hampir selalu berulang bila tidak diikuti dengan tonsilektomi.

    Pada saat tersebut peradangan telah mereda, biasanya terdapat jeringan fibrosa dan

    granulasi pada saat operasi.

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    41/48

    41

    b. Abses parafaring4,5,6

    Ruang parafaring dapat mengalami infeksi dengan cara : 1) Langsung, yaitu akibat

    tusukan jarum pada saat melakukan tonsilektomi dengan analgesia. Peradangan terjadi

    karena ujung jarum suntik yamg telah terkomtaminasi kuman menembus lapisa otot

    tipis (m. Konstriktor faring superior) yang memisahkan ruang parafaring dari fossa

    tonsilaris. 2) Proses supurasi kelenjar limfe leher bagian dalam, gigi, tonsil, faring,

    hidung, sinus paranasal, mastoid dan vertebra servikal dapat merupakan sumber infeksi

    untuk terjadinya abses ruang parafaring. 3) Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil,

    retrofaring atau submandibula.

    Manifestasi klinis

    Gejala dan tanda yang utama ialah trismus, indurasi atau pembengkakan di sekitar

    angulus mandibula, demam tinggi dan pembengkakan dinding lateral faring,

    sehingga menonjol ke arah medial.

    Diagnosis

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, gejala dan tanda klinik. Bila

    meragukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen jaringan

    lunak AP atau CT scan.

    Komplikasi

    Proses peradangan dapat menjalar secara hematogen, limfogen atau langsung

    (perkontinuitatum) ke daerah sekitarnya. Penjalaran ke atas dapat mengakibatkan

    peradangan intrakranial, ke bawah menyusuri selubung karotis mencapai

    mediastinum.

    Abses juga dapat menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah. Bila

    pembuluh karotis mengalami nekrosis, dapat terjadi ruptur, sehingga terjadi

    perdarahan hebat, bila terjadi periflebitis atau endoflebitis, dapat timbul

    tromboflebitis dan septikemia.

    Terapi

    Untuk terapi diberi antibiotika dosis tinggi secara parenteral terhadap kuman

    aerob dan anaerob. Evakuasi abses harus segera dilakukan bila tidak ada perbaikan

    dengan antibiotika dalam 28-48 jam dengan cara eksplorasi dalam narkosis melalui

    insisi dari luar dan intra oral.

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    42/48

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    43/48

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    44/48

    44

    Gejala yang timbul pada orang dewasa pada umumnya tidak begitu berat bila

    dibandingkan pada anak. Dari anamnesis biasanya didahului riwayat tertusuk

    benda asing pada dinding posterior faring, pasca tindakan endoskopi atau adanya

    riwayat batuk kronis. Gejala yang dapat dijumpai adalah :

    1. demam

    2. sukar dan nyeri menelan

    3. rasa sakit di leher ( neck pain )

    4. keterbatasan gerak leher

    5. dyspnea

    Pada bentuk kronis, perjalanan penyakit lambat dan tidak begitu khas sampai

    terjadi pembengkakan yang besar dan menyumbat hidung serta saluran nafas.

    Diagnosis

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat infeksi saluran napas bagian atas

    atau trauma, gejala dan tanda klinik serta pemeriksaan penunjang foto rontgen

    jaringan lunak leher lateral. Pada foto rontgen akan tampak pelebaran ruang

    retrofaring lebih dari 7 mm pada anak dan dewasa serta pelebaran retrotrakeal lebih

    dari 14 mm pada anak dan lebih dari 22 mm pada orang dewasa. Selain itu juga

    dapat terlihat berkurangnya lordosis vertebra servikal.

    Diagnosis banding

    1. Adenoiditis

    2. Tumor

    3. Abses peritonsil

    4. Abses parafaring

    Terapi

    Mempertahankan jalan nafas yang adekuat :

    -posisi pasiensupine dengan leher ekstensi

    - pemberian O2

    - intubasi endotrakea dengan visualisasi langsung / intubasifiber optic

    - trakeostomi / krikotirotomi

    1. Medikamentosa

    a. Antibiotik ( parenteral )

    Pemberian antibiotik secara parenteral sebaiknya diberikan secepatnya tanpa

    menunggu hasil kultur pus. Antibiotik yang diberikan harus mencakup

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    45/48

    45

    terhadap kuman aerob dan anaerob, gram positip dan gram negatif. Dahulu

    diberikan kombinasi Penisilin G dan Metronidazole sebagai terapi utama,

    tetapi sejak dijumpainya peningkatan kuman yang menghasilkan Blaktamase

    kombinasi obat ini sudah banyak ditinggalkan. Pilihan utama adalah

    clindamycin yang dapat diberikan tersendiri atau dikombinasikan dengan

    sefalosporin generasi kedua (seperti cefuroxime) atau betalactamaseresistant

    penicillin seperti ticarcillin / clavulanate, piperacillin / tazobactam, ampicillin /

    sulbactam. Pemberian antibiotik biasanya dilakukan selama lebih kurang 10

    hari.

    b. Simptomatis

    c. Bila terdapat dehidrasi, diberikan cairan untuk memperbaiki keseimbangan

    cairan elektrolit

    d. Pada infeksi Tuberkulosis diberikan obat tuberkulostatika.

    2. Operatif :

    a. Aspirasi pus ( needle aspiration )

    b. Insisi dan drainase :

    Pendekatan intra oral ( transoral ) : untuk abses yang kecil dan terlokalisir.

    Pasien diletakkan pada posisi Trendelenburg, dimana leher dalam keadaan

    hiperekstensi dan kepala lebih rendah dari bahu. Insisi vertikal dilakukan pada

    daerah yang paling berfluktuasi dan selanjutnya pus yang keluar harus segera

    diisap dengan alat penghisap untuk menghindari aspirasi pus. Lalu insisi diperlebar

    dengan forsep atau klem arteri untuk memudahkan evakuasi pus.

    Pendekatan eksterna (external approach) baik secara anterior atau posterior :

    untuk abses yang besar dan meluas ke arah hipofaring. Pendekatan anterior

    dilakukan dengan membuat insisi secara horizontal mengikuti garis kulit setingkat

    krikoid atau pertengahan antara tulang hioid dan klavikula. Kulit dan subkutis

    dielevasi untuk memperluas pandangan sampai terlihat m. sternokleidomastoideus.

    Dilakukan insisi batas anterior m.sternokleidomastoideus. Dengan menggunakan

    klem arteri bengkok, m.sternokleidomastoideus dan selubung karotis disisihkan ke

    arah lateral. Setelah abses terpapar dengan cunam tumpul abses dibuka dan pus

    dikeluarkan. Bila diperlukan insisi dapat diperluas dan selanjutnya dipasang drain

    (Penrose drain ). Pendekatan posterior dibuat dengan melakukan insisi pada batas

    posterior m. sternokleidomastoideus. Kepala diputar ke arah yang berlawanan dari

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    46/48

    46

    abses. Selanjutnya fasia dibelakang m. sternokleidomastoideus diatas abses

    dipisahkan. Dengan diseksi tumpul pus dikeluarkan dari belakang selubung karotis.

    Komplikasi

    Komplikasi yang mungkin terjadi ialah (1) penjalaran ke ruang parafaring, ruang

    vaskuler visera, (2) mediastinitis, (3) obstruksi jalan napas sampai asfiksia, (4) bila

    pecah spontan, dapat menyebabkan pneumonia aspirasi dan abses paru.

    Prognosis

    Pada umumnya abses retrofaring mempunyai prognosis yang baik apabila

    didiagnosis secara dini dan dengan penanganan yang tepat sehingga komplikasi

    tidak terjadi.

    d. Abses submandibular

    Definisi

    Abses submandibula adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan pus pada

    daerah submandibula. Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu

    komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah kepala leher.

    Etiologi

    Infeksi dapat bersumber dari gigi,dasar mulut, faring, kelanjar limfe submandibula.

    Mungkin juga kelanjutan infeksi dari ruang leher dalam lain. Kuman penyebab

    biasanya campuran kuman aerob dan anaerob.

    Manifestasi klinis

    Terdapat demam dan nyeri leher disertai pembengkakan di bawah mandibula dan

    atau di bawah lidah, mungkin berfluktuasi. Trismus sering ditemukan.

    Diagnosis banding

    1. angina ludovici

    2. submandibular limfadenopati

    3. sialolithiasis

    Terapi

    Antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus diberikan secara

    parenteral. Sefalosporin 3-4 kali 250-500mg, metronidazole 3-4x 250-500mg. obat-

    obatan simptomatis seperti analgetik antipiretik untuk meredakan nyeri dan

    demam. Evakuasi abses dapat dilakukan dalam anestesi lokal untuk abses yang

    dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    47/48

    47

    luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hioid,

    tergantung letak dan luas abses. Pasien dirawat inap 1-2 hari gejala dan tanda

    infeksi reda.

    e. Angina ludovici4,7

    Definisi

    Angina ludovici ialah infeksi ruang submandibula berupa selulitis dengan tanda

    khas berupa pembengkakan seluruh ruang submandibula, tidak membentuk abses,

    sehingga keras pada perabaan submandibula.

    Etiologi

    Sumber infeksi seringkali berasal dari gigi atau dasar mulut, oleh kuman aerob dan

    anaerob.

    Manifestasi klinis

    Terdapat nyeri tenggorok dan leher, disertai pembengkakan di daerah

    submandibula yang btampak hiperemis dan keras pada perabaan. Dasar mulut

    membengkak, dapat mendorong lidah ke atas belakang, sehingga menimbulkan

    sesak napas, karena sumbatan jalan napas.

    Diagnosis

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat sakit gigi, mengorek atau cabut gigi,

    gejala dan tanda klinik. Pada Pseudo Angina Ludovici dapat terjadi fluktuasi.

    Terapi

    Sebagai terapi dapat diberikan antibiotik dosis tinggi untuk kuman aerob dan

    anaerob, dan diberikan secara parenteral. Selain itu dilakukan eksplorasi yang

    dilakukan untuk tujuan dekompresi (mengurangi ketegangan) dan evakuasi pus

    (pada angina Ludovici jarang terdapat pus) atau jaringan nekrosis. Insisi dilakukan

    di garis tengah secara horizontal setinggi os hioid (3-4 jari di bawah mandibula).

    Perlu dilakukan pengobatan terhadap sumber infeksi (gigi) untuk mencegah

    kekambuhan.Pasien dirawat inap sampai infeksi reda.

    Komplikasi

    Komplikasi yang sering terjadi ialah : (1) sumbatan jalan napas, (2) penjalaran

    abses ke ruang leher dalam lain dan mediastinum, dan (3) sepsis.

  • 8/11/2019 Referat Tht Sally

    48/48

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Berger TJ, Shahidi H. Retropharyngeal Abscess. Emedicine Journal. 2001:2:8.

    Available at: http://www.author.emedicine.com/PED/topic2682.html. Accessed on

    Sept 2014

    2. Pracy.R, Siegier.J, Stell.P.M.Pelajaran Ringkasan Telinga, Hidung, & Tenggorokan.

    Cetakan ke-3. Jakarta : PT.Gramedia Indonesia. 1989. pg: 114-125.

    3. Snell, S Richard. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. EGC:Jakarta.2002.

    4. Adams.G.L, Boies.L.R, Higler.P.A. Boies Fundamentals Of Otolaryngology a

    Textbook of Ear, Nose and Throat Diseases. 6th Edition.Philadelphia : WB Sunders

    Company.1989. pg: 340-55.

    5. Soepardi.E.A, et all.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala

    & Leher.Edisi Ke-6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Pg:

    212-225.

    6. Cody DT, Kern EB, Pearson BW, et al. Samsudin S, Andrianto P, editors. Disease of

    the ear nose and throath. 5thed. Jakarta:EGC.1991.310-42

    7. Feenstra.L, Van den Broek.P. Buku Saku Ilmu Kesehatan Telinga,Hidung,&

    Tenggorokan. Edisi 12. Jakarta : EGC Indonesia. 2010.