Author
bodiwen
View
212
Download
40
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah
7/16/2019 Referat Thalasemia
1/31
Talasemia
Page 1
Referat I lmu Kesehatan Anak RS. Rajawali
Per iode 01 Apri l08 Juni 2013
Talasemia
O
L
E
H
Alvin Rodolf Diaz
11 2012 039
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta
7/16/2019 Referat Thalasemia
2/31
Talasemia
Page 2
Kata Pengantar
Puji syukur penulis naikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan
penyertaan-Nya sehingga penulisan referat ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidaklah mudah untuk menyusun suatu referat, dimana belum ada banyak pengalaman dan
literatur yang memadai sebagai penunjang. Namun dengan usaha sungguh sungguh dan
bantuan dari beberapa pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Untuk itu tak lupa penulis ucapakan terimakasih yang sebesar besarnya kepada dr.
Hartaman Sp.A (K) atas bantuannya yang telah membantu menyelesaikan penulisan referat ini.
Penulis menyadari sungguh bahwa referat ini masih jauh dari batas kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun guna melengkapi segala
kekurangan dari referat ini.
Harapan penulis, kiranya referat ini dapat berguna di waktu waktu yang akan datang, dan
dapat dipergunakan dalam mengkaji materi yang berkaitan dengan Talasemia
Atas perhatiannya penulis sampaikan terimakasih.
Bandung, Mei 2013
7/16/2019 Referat Thalasemia
3/31
Talasemia
Page 3
Daftar Isi
Lembar Judul...................................................................................................................................1
Kata Pengantar.................................................................................................................................2
Daftar Isi..........................................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan.........................................................................................................................4
BAB II ISI........................................................................................................................................5
II.1 Sejarah........5
II.2 Epidemiologi... .......5
II.3 Etiologi...................................................................................................................................7
II.4 Klasifikasi...............................................................................................................................8
II.5 Stadium.................................................................................................................................15
II.6 Patofisiologi.........................................................................................................................15
II.7 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................................20
II.8 Penatalaksanaan...23
II.9 Pencegahan.. .............25
II.10 Prognosis29
BAB III Penutup.......30
Daftar Pustaka...............................................................................................................................31
7/16/2019 Referat Thalasemia
4/31
Talasemia
Page 4
BAB I
Pendahuluan
Talasemia adalah kelainan bawaan dari sintesis hemoglobin. Presentasi klinisnya bervariasi
dari asimtomatik sampai berat hingga mengancam jiwa. Dahulu dinamakan sebagai
Mediterannian anemia, diusulkan oleh Whipple, namun kurang tepat karena sebenarnya kondisi
ini dapat ditemukan di mana saja di seluruh dunia. Seperti yang akan dijelaskan selanjutnya,
beberapa tipe berbeda dari thalassemia lebih endemik pada area geografis tertentu.
Pada tahun 1925, Thomas Cooley, seorang spesialis anak dari Detroit, mendeskripsikan
suatu tipe anemia berat pada anak-anak yang berasal dari Italia. Beliau menemukan adanya
nukleasi sel darah merah yang masif pada sapuan apus darah tepi, yang mana awalnya beliau
pikir sebagai anemia eritroblastik, suatu keadaan yang disebutkan oleh von Jaksh sebelumnya.
Namun tak lama kemudian, Cooley menyadari bahwa eritroblastemia tidak spesifik dan esensial
pada temuan ini sehingga istilah anemia eritroblastik tidak dapat dipakai. Meskipun Cooley
curiga akan adanya pengaruh genetik dari kelainan ini, namun beliau gagal dalam
menginvestigasi orangtua sehat pada anak-anak yang mengidap kelainan ini.
Di Eropa, Riette mendeskripsikan mengenai adanya anemia mikrositik hipokromik ringan
yang tak terjelaskan pada anak-anak keturunan Italia pada tahun yang sama saat Cooley
melaporan adanya bentuk anemia berat yang akhirnya dinamakan mengikutinya namanya.
Sebagi tambahan, Wintrobe di Amerika Serikat melaporkan adanya anemia ringan pada kedua
orangtua dari anak yang mengidap anemia Cooley. Anemia ini sangat mirip dengan kelainan
yang ditemukan Riette. Baru setelah itu anemia Cooley dinyatakan sebagai bentuk homozigot
dari anemia hipokromik mikrositik ringan yang dideskripsikan oleh Riette dan Wintrobe. Bentuk
anemia berat ini kemudian dilabelisasi sebagai thalassemia mayor dan bentuk ringannya
dinamakan sebagai thalassemia minor. Kata talasemia berasal dari bahasa Yunani yaitu thalassa
yang berarti laut (mengarah ke Mediterania), dan emia, yang berarti berhubungan dengan
darah.
7/16/2019 Referat Thalasemia
5/31
Talasemia
Page 5
BAB II
Talasemia
II.1 Sejarah
Sejarah talasemia dimulai di eropa, dimana seorang peneliti bernama Riettedan Wintrobe
mendeskripsikan mengenai adanya anemia mikrositik hipokrom yang tak terjelaskan pada anak-
anak keturunan italia dan dilaporkan adanya anemia ringan pada kedua orangtua dari anak-anak
yang mengidap anemia tersebut. Pada saat yang bersamaan, seorang dokter spesialis anak,
Thomas Cooley juga mendeskripsikan suatu tipe anemia berat pada anak-anak yang berasal dari
italia dimana beliau menemukan adanya nukleasi sel darah merah yang masif pada sapuan apus
darah tepi yang semula diduga anemia eritroblastik. Namun tak lama, Cooley menyadari bahwa
eritoblastik tidak spesifik pada temuan ini dan temuan ini sangat mirip dengan kelainan darah
yang ditemukan oleh Riettedan. Sehingga kelainan darah ini dinyatakan sebagai bentuk
homozigot dari anemia hipokrom mikrositik yang kemudian diberi labelisasi sebagai thalassemia
mayor sedangkan bentuk ringannya dinamakan thalassemia minor. Kata thalassemia berasal dari
bahasa yunani yaitu thalassa yang berarti laut dan emia yang berarti berhubungan dengan
darah.
II.2 Epidemiologi
Di seluruh dunia, 15 juta orang memiliki presentasi klinis dari talasemia. Fakta ini
mendukung talasemia sebagai salah satu penyakit turunan yang terbanyak; menyerang hampir
semua golongan etnik dan terdapat pada hampir seluruh negara di dunia.
Beberapa tipe talasemia lebih umum terdapat pada area tertentu di dunia. Talasemia- lebih
sering ditemukan di negara-negara Mediterania seperti Yunani, Itali, dan Spanyol. Banyak pulau-
pulau Mediterania seperti Ciprus, Sardinia, dan Malta, memiliki insidens talasemia- mayor yang
tinggi secara signifikan. Talasemia- juga umum ditemukan di Afrika Utara, India, Timur
7/16/2019 Referat Thalasemia
6/31
Talasemia
Page 6
Tengah, dan Eropa Timur. Sebaliknya, talasemia- lebih sering ditemukan di Asia Tenggara,
India, Timur Tengah, dan Afrika.
II.2.1 Mortalitas dan Morbiditas
Talasemia- mayor adalah penyakit yang mematikan, dan semua janin yang
terkena akan lahir dalam keadaan hydrops fetalis akibat anemia berat. Beberapa
laporan pernah mendeskripsikan adanya neonatus dengan talasemia- mayor yang
bertahan setelah mendapat transfusi intrauterin. Penderita seperti ini membutuhkan
perawatan medis yang ekstensif setelahnya, termasuk transfusi darah teratur dan
terapi khelasi, sama dengan penderita talasemia- mayor. Terdapat juga laporan kasus
yang lebih jarang mengenai neonatus dengan talasemia- mayor yang lahir tanpa
hydrops fetalis yang bertahan tanpa transfusi intrauterin. Pada kasus ini, tingginya
level Hb Portland, yang merupakan Hb fungsional embrionik, diperkirakan sebagai
penyebab kondisi klinis yang jarang tersebut.
Pada pasien dengan berbagai tipe talasemia-, mortalitas dan morbiditas
bervariasi sesuai tingkat keparahan dan kualitas perawatan. Talasemia- mayor yang
berat akan berakibat fatal bila tidak diterapi. Gagal jantung akibat anemia berat atau
iron overload adalah penyebab tersering kematian pada penderita. Penyakit hati,
infeksi fulminan, atau komplikasi lainnya yang dicetuskan oleh penyakit ini atau
terapinya termasuk merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas pada bentuk
talasemia yang berat.
Mortalitas dan morbiditas tidak terbatas hanya pada penderita yang tidak diterapi;
mereka yang mendapat terapi yang dirancang dengan baik tetap berisiko mengalami
bermacam-macam komplikasi. Kerusakan organ akibat iron overload, infeksi berat
yang kronis yang dicetuskan transfusi darah, atau komplikasi dari terapi khelasi,
seperti katarak, tuli, atau infeksi, merupakan komplikasi yang potensial.
II.2.2 Usia
Meskipun talasemia merupakan penyakit turunan (genetik), usia saat timbulnya
gejala bervariasi secara signifikan. Dalam talasemia, kelainan klinis pada pasien
7/16/2019 Referat Thalasemia
7/31
Talasemia
Page 7
dengan kasus-kasus yang parah dan temuan hematologik pada pembawa (carrier)
tampak jelas pada saat lahir. Ditemukannya hipokromia dan mikrositosis yang tidak
jelas penyebabnya pada neonatus, digambarkan di bawah ini, sangat mendukung
diagnosis.
Gambar 1. Sediaan hapus darah tepi Penyakit Hb H pada neonatus
Namun, pada talasemia- berat, gejala mungkin tidak jelas sampai paruh kedua
tahun pertama kehidupan; sampai waktu itu, produksi rantai globin dan
penggabungannya ke Hb Fetal dapat menutupi gejala untuk sementara.
Bentuk talasemia ringan sering ditemukan secara kebetulan pada berbagai usia.
Banyak pasien dengan kondisi thalassemia- homozigot yang jelas (yaitu,
hipokromasia, mikrositosis, elektroforesis negatif untuk Hb A, bukti bahwa kedua
orang tua terpengaruh) mungkin tidak menunjukkan gejala atau anemia yang
signifikan selama beberapa tahun. Hampir semua pasien dengan kondisi tersebut
dikategorikan sebagai talasemia- intermedia. Situasi ini biasanya terjadi jika pasien
mengalami mutasi yang lebih ringan.
II.3 Etiologi
Dasar kelainan pada talasemia berlaku secara umum yaitu kelainan talasemia- disebabkan
oleh delesi gen atau terhapus karena kesalahan genetik, yang mengatur produksi tetramer globin,
sedangkan pada talasemia- karena adanya mutasi gen tersebut.
II.4 Klasifikasi
7/16/2019 Referat Thalasemia
8/31
Talasemia
Page 8
Talasemia adalah grup kelainan sintesis hemoglobin yang heterogen akibat pengurangan
produksi satu atau lebih rantai globin. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan produksi rantai
globin. Ada 3 tingkat klasifikasi talasemia yang secara klinis bisa dibagi menjadi 3 grup kerja :
a. Talasemia mayor sangat tergantung kepada transfusib.Talasemia minor atau karier tanpa gejalac. Talasemia intermedia
Talasemia juga bisa diklasifikasikan secara genetik menjadi -, -, - atau talasemia
sesuai dengan rantai globulin yang berkurang produksinya. Pada beberapa talasemia sama sekali
tidak terbentuk rantai globin yang disebut o atau o talasemia, bila produksinya rendah + atau
+ talasemia. Sedangkan talasemia bisa dibedakan menjadi ()o dan ()+ dimana terjadi
gangguan pada rantai dan .
Jenis yang paling penting dalam praktek klinis adalah sindrom yang mempengaruhi baik
atau sintesis rantai maupun .
II.4.1 Talasemia
Anemia mikrositik yang disebabkan oleh defisiensi sintesis globin- banyak
ditemukan di Afrika, negara di daerah Mediterania, dan sebagian besar Asia. Delesi gen
globin- menyebabkan sebagian besar kelainan ini. Terdapat empat gen globin- pada
individu normal, dan empat bentuk talasemia- yang berbeda telah diketahui sesuai dengan
delesi satu, dua, tiga, dan semua empat gen ini.
Tabel 1. Talasemia
Genotip Jumlah gen Presentasi Klinis Hemoglobin Elektroforesis
Saat Lahir > 6 bulan
/ 4 Normal N N
-/ 3 Silent carrier 0-3 % Hb Barts N
--/ atau /- 2 Trait thal- 2-10% Hb Barts N
--/- 1 Penyakit Hb H 15-30% Hb Bart Hb H
--/-- 0 Hydrops fetalis >75% Hb Bart -
Ket : N = hasil normal, Hb = hemoglobin, Hb Barts = 4, HbH = 4
7/16/2019 Referat Thalasemia
9/31
Talasemia
Page 9
I. Sil ent carri ertalasemia-Merupakan tipe talasemia subklinik yang paling umum, biasanya ditemukan
secara kebetulan diantara populasi, seringnya pada etnik Afro-Amerika.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, terdapat 2 gen yang terletak pada
kromosom 16.
Pada tipe silent carrier, salah satu gen pada kromosom 16 menghilang,menyisakan hanya 3 dari 4 gen tersebut. Penderita sehat secara hematologis,
hanya ditemukan adanya jumlah eritrosit (sel darah merah) yang rendah dalam
beberapa pemeriksaan.
Pada tipe ini, diagnosis tidak dapat dipastikan dengan pemeriksaanelektroforesis Hb, sehingga harus dilakukan tes lain yang lebih canggih. Bisa
juga dicari akan adanya kelainan hematologi pada anggota keluarga (
misalnya orangtua) untuk mendukung diagnosis. Pemeriksaan darah lengkap
pada salah satu orangtua yang menunjukkan adanya hipokromia dan
mikrositosis tanpa penyebab yang jelas merupakan bukti yang cukup kuat
menuju diagnosis talasemia.
II. Trait talasemia- Trait ini dikarakterisasi dengan anemia ringan dan jumlah sel darah merah
yang rendah. Kondisi ini disebabkan oleh hilangnya 2 gen pada satu
kromosom 16 atau satu gen pada masing-masing kromosom. Kelainan ini
sering ditemukan di Asia Tenggara, subbenua India, dan Timur Tengah.
Pada bayi baru lahir yang terkena, sejumlah kecil Hb Barts (4) dapatditemukan pada elektroforesis Hb. Lewat umur satu bulan, Hb Barts tidak
terlihat lagi, dan kadar Hb A2 dan HbF secara khas normal.
7/16/2019 Referat Thalasemia
10/31
Talasemia
Page 10
Gambar 2. Talasemia menurut hukum Mendel
III.Penyakit Hb HKelainan disebabkan oleh hilangnya 3 gen globin , merepresentasikan
talasemia- intermedia, dengan anemia sedang sampai berat, splenomegali,
ikterus, dan jumlah sel darah merah yang abnormal. Pada sediaan apus darah
tepi yang diwarnai dengan pewarnaan supravital akan tampak sel-sel darah
merah yang diinklusi oleh rantai tetramer (Hb H) yang tidak stabil dan
terpresipitasi di dalam eritrosit, sehingga menampilkan gambaran golf ball.
Badan inklusi ini dinamakan sebagaiHeinz bodies.
Gambar 3. Pewarnaan supravital pada sapuan apus darah tepi Penyakit Hb H yang
menunjukkan Heinz-Bodies
7/16/2019 Referat Thalasemia
11/31
Talasemia
Page 11
IV.Talasemia- mayorBentuk talasemia yang paling berat, disebabkan oleh delesi semua gen globin-
, disertai dengan tidak ada sintesis rantai sama sekali.
Karena Hb F, Hb A, dan Hb A2semuanya mengandung rantai , maka tidaksatupun dari Hb ini terbentuk. Hb Barts (4) mendominasi pada bayi yang
menderita, dan karena 4 memiliki afinitas oksigen yang tinggi, maka bayi-bayi
itu mengalami hipoksia berat. Eritrositnya juga mengandung sejumlah kecil Hb
embrional normal (Hb Portland = 22), yang berfungsi sebagai pengangkut
oksigen.
Kebanyakan dari bayi-bayi ini lahir mati, dan kebanyakan dari bayi yang lahirhidup meninggal dalam waktu beberapa jam. Bayi ini sangat hidropik, dengan
gagal jantung kongestif dan edema anasarka berat. Yang dapat hidup dengan
manajemen neonatus agresif juga nantinya akan sangat bergantung dengan
transfusi.
II.4.2 Talasemia-
Sama dengan thalassemia-, dikenal beberapa bentuk klinis dari thalassemia-; antara
lain :
I. Sil ent carri ertalasemia-Penderita tipe ini biasanya asimtomatik, hanya ditemukan nilai eritrosit yang
rendah. Mutasi yang terjadi sangat ringan, dan merepresentasikan suatu
thalassemia-+.
Bentuksilent carrier thalassemia- tidak menimbulkan kelainan yang dapatdiidentifikasi pada individu heterozigot, tetapi gen untuk keadaan ini, jika
diwariskan bersama-sama dengan gen untuk thalassemia-, menghasilkan
sindrom thalassemia intermedia.
7/16/2019 Referat Thalasemia
12/31
Talasemia
Page 12
Gambar 4. Talasemia menurut Hukum Mendel
II. Trait talasemia-Penderita mengalami anemia ringan, nilai eritrosit abnormal, dan elektroforesis
Hb abnormal dimana didapatkan peningkatan jumlah Hb A2, Hb F, atau
keduanya
Gambar.5 Sediaan hapus darah tepi penderita Talasemia
Individu dengan ciri (trait) talasemia sering didiagnosis salah sebagai anemiadefisiensi besi dan mungkin diberi terapi yang tidak tepat dengan preparat besi
selama waktu yang panjang. Lebih dari 90% individu dengan trait talasemia-
7/16/2019 Referat Thalasemia
13/31
Talasemia
Page 13
mempunyai peningkatan Hb-A2 yang berarti (3,4%-7%). Kira-kira 50%
individu ini juga mempunyai sedikit kenaikan HbF, sekitar 2-6%. Pada
sekelompok kecil kasus, yang benar-benar khas, dijumpai Hb A2 normal
dengan kadar HbF berkisar dari 5% sampai 15%, yang mewakili talasemia tipe
.
III.Talasemia- yang terkait dengan variasi struktural rantai Presentasi klinisnya bervariasi dari seringan talasemia media hingga seberat
talasemia- mayor
Ekspresi gen homozigot talasemia (+) menghasilkan sindrom mirip anemiaCooley yang tidak terlalu berat (thalassemia intermedia). Deformitas skelet
dan hepatosplenomegali timbul pada penderita ini, tetapi kadar Hb mereka
biasanya bertahan pada 6-8 gr/dL tanpa transfusi.
Kebanyakan bentuk talasemia- heterozigot terkait dengan anemia ringan.Kadar Hb khas sekitar 2-3 gr/dL lebih rendah dari nilai normal menurut umur.
Eritrosit adalah mikrositik hipokromik dengan poikilositosis, ovalositosis, danseringkali bintik-bintik basofil. Sel target mungkin juga ditemukan tapi
biasanya tidak mencolok dan tidak spesifik untuk thalassemia.
MCV rendah, kira-kira 65 fL, dan MCH juga rendah (
7/16/2019 Referat Thalasemia
14/31
Talasemia
Page 14
dan fraktur patologis mungkin terjadi. Ekspansi masif sumsum tulang di wajah
dan tengkorak menghasilkan bentuk wajah yang khas.
Gambar 6. Deformitas tulang pada thalassemia beta mayor (Facies Cooley)
Pucat, hemosiderosis, dan ikterus sama-sama memberi kesan coklatkekuningan. Limpa dan hati membesar karena hematopoesis ekstrameduler dan
hemosiderosis. Pada penderita yang lebih tua, limpa mungkin sedemikian
besarnya sehingga menimbulkan ketidaknyamanan mekanis dan
hipersplenisme sekunder.
Gambar 7. Splenomegali pada talasemia
7/16/2019 Referat Thalasemia
15/31
Talasemia
Page 15
Pertumbuhan terganggu pada anak yang lebih tua; pubertas terlambat atautidak terjadi karena kelainan endokrin sekunder. Diabetes mellitus yang
disebabkan oleh siderosis pankreas mungkin terjadi. Komplikasi jantung,
termasuk aritmia dan gagal jantung kongestif kronis yang disebabkan oleh
siderosis miokardium sering merupakan kejadian terminal.
Kelainan morfologi eritrosit pada penderita thalassemia- homozigot yangtidak ditransfusi adalah ekstrem. Disamping hipokromia dan mikrositosis berat,
banyak ditemukan poikilosit yang terfragmentasi, aneh (sel bizarre) dan sel
target. Sejumlah besar eritrosit yang berinti ada di darah tepi, terutama setelah
splenektomi. Inklusi intraeritrositik, yang merupakan presipitasi kelebihan
rantai , juga terlihat pasca splenektomi. Kadar Hb turun secara cepat menjadi
< 5 gr/dL kecuali mendapat transfusi. Kadar serum besi tinggi dengan saturasi
kapasitas pengikat besi (iron binding capacity). Gambaran biokimiawi yang
nyata adalah adanya kadar HbF yang sangat tinggi dalam eritrosit.
II.5 Stadium
Terdapat suatu sistem pembagian stadium talasemia berdasarkan jumlah kumulatif transfusi
darah yang diberikan pada penderita untuk menentukan tingkat gejala yang melibatkan
kardiovaskuler dan untuk memutuskan kapan untuk memulai terapi khelasi pada pasien dengan
thalassemia- mayor atau intermedia. Pada sistem ini, pasien dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu :
Stadium IMerupakan mereka yang mendapat transfusi kurang dari 100 unit Packed Red Cells
(PRC). Penderita biasanya asimtomatik, pada echokardiogram (ECG) hanya
ditemukan sedikit penebalan pada dinding ventrikel kiri, dan elektrokardiogram
(EKG) dalam 24 jam normal.
Stadium IIMerupakan mereka yang mendapat transfusi antara 100-400 unit PRC dan memiliki
keluhan lemah-lesu. Pada ECG ditemukan penebalan dan dilatasi pada dinding
7/16/2019 Referat Thalasemia
16/31
Talasemia
Page 16
ventrikel kiri. Dapat ditemukan pulsasi atrial dan ventrikular abnormal pada EKG
dalam 24 jam
Stadium IIIGejala berkisar dari palpitasi hingga gagal jantung kongestif, menurunnya fraksi
ejeksi pada ECG. Pada EKG dalam 24 jam ditemukan pulsasi prematur dari atrial dan
ventrikular.
II.6 Patofisiologi
Talasemia adalah kelainan herediter dari sintesis Hb akibat dari gangguan produksi rantai
globin. Penurunan produksi dari satu atau lebih rantai globin tertentu (,,,) akan
menghentikan sintesis Hb dan menghasilkan ketidakseimbangan dengan terjadinya produksi
rantai globin lain yang normal.Karena dua tipe rantai globin ( dan non-) berpasangan antara satu sama lain dengan rasio
hampir 1:1 untuk membentuk Hb normal, maka akan terjadi produksi berlebihan dari rantai
globin yang normal dan terjadi akumulasi rantai tersebut di dalam sel menyebabkan sel menjadi
tidak stabil dan memudahkan terjadinya destruksi sel. Ketidakseimbangan ini merupakan suatu
tanda khas pada semua bentuk talasemia. Karena alasan ini, pada sebagian besar talasemia
kurang sesuai disebut sebagai hemoglobinopati karena pada tipe-tipe talasemia tersebut
didapatkan rantai globin normal secara struktural dan juga karena defeknya terbatas pada
menurunnya produksi dari rantai globin tertentu.
Tipe talasemia biasanya membawa nama dari rantai yang tereduksi. Reduksi bervariasi dari
mulai sedikit penurunan hingga tidak diproduksi sama sekali (complete absence). Sebagai
contoh, apabila rantai hanya sedikit diproduksi, tipe talasemia-nya dinamakan sebagai
talasemia-+, sedangkan tipe talasemia- menandakan bahwa pada tipe tersebut rantai tidak
diproduksi sama sekali. Konsekuensi dari gangguan produksi rantai globin mengakibatkan
berkurangnya deposisi Hb pada sel darah merah (hipokromatik). Defisiensi Hb menyebabkan sel
darah merah menjadi lebih kecil, yang mengarah ke gambaran klasik talasemia yaitu anemia
hipokromik mikrositik. Hal ini berlaku hampir pada semua bentuk anemia yang disebabkan oleh
adanya gangguan produksi dari salah satu atau kedua komponen Hb : heme atau globin. Namun
hal ini tidak terjadi padasilent carrier, karena pada penderita ini jumlah Hb dan indeks sel darah
merah berada dalam batas normal.
7/16/2019 Referat Thalasemia
17/31
Talasemia
Page 17
Pada tipe trait talasemia- yang paling umum, level Hb A2 (2/2) biasanya meningkat. Hal
ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan rantai oleh rantai bebas yang eksesif, yang
mengakibatkan terjadinya kekurangan rantai adekuat untuk dijadikan pasangan. Gen , tidak
seperti gen dan , diketahui memiliki keterbatasan fisiologis dalam kemampuannya untuk
memproduksi rantai yang stabil; dengan berpasangan dengan rantai , rantai memproduksi
Hb A2 (kira-kira 2,5-3% dari total Hb). Sebagian dari rantai yang berlebihan digunakan untuk
membentuk Hb A2, dimana sisanya (rantai ) akan terpresipitasi di dalam sel, bereaksi dengan
membran sel, mengintervensi divisi sel normal, dan bertindak sebagai benda asing sehingga
terjadinya destruksi dari sel darah merah. Tingkat toksisitas yang disebabkan oleh rantai yang
berlebihan bervariasi berdasarkan tipe dari rantai itu sendiri (misalnya toksisitas dari rantai
pada talasemia- lebih nyata dibandingkan toksisitas rantai pada talasemia-).
Dalam bentuk yang berat, seperti talasemia- mayor atau anemia Cooley, berlaku
patofisiologi yang sama dimana terdapat adanya substansial yang berlebihan. Kelebihan rantai
bebas yang signifikan akibat kurangnya rantai akan menyebabkan terjadinya pemecahan
prekursor sel darah merah di sumsum tulang (eritropoesis inefektif).
II.6.1 Produksi Rantai Globin
Untuk memahami perubahan genetik pada talasemia, kita perlu mengenali dengan
baik proses fisiologis dari produksi rantai globin pada orang sehat atau normal. Suatu unit
rantai globin merupakan komponen utama untuk membentuk Hb : bersama-sama dengan
Heme, rantai globin menghasilkan Hb. Dua pasangan berbeda dari rantai globin akan
membentuk struktur tetramer dengan Heme sebagai intinya. Semua Hb normal dibentuk dari
dua rantai globin (atau mirip-) dan dua rantai globin non-. Bermacam-macam tipe Hb
terbentuk, tergantung dari tipe rantai globin yang membentuknya. Masing-masing tipe Hb
memiliki karakteristik yang berbeda dalam mengikat oksigen, biasanya berhubungan dengan
kebutuhan oksigen pada tahap-tahap perkembangan yang berbeda dalam kehidupan
manusia.
Pada masa kehidupan embrionik, rantai (rantai mirip-) berkombinasi dengan rantai
membentuk Hb Portland (22) dan dengan rantai untuk membentuk Hb Gower-1 (22).
7/16/2019 Referat Thalasemia
18/31
Talasemia
Page 18
Selanjutnya, ketika rantai telah diproduksi, dibentuklah Hb Gower-2, berpasangan
dengan rantai (22). Hb Fetal dibentuk dari 22 dan Hb dewasa primer (Hb A) dibentuk
dari 22. Hb fisiologis yang ketiga, Hb A2, dibentuk dari rantai 22.
Gambar 7. Gen rantai yang berduplikasi pada kromosom 16 berpasangan dengan rantai-
rantai non- untuk memproduksi bermacam-macam Hb normal.
II.6.2 Patofisiologi seluler
Kelainan dasar dari semua tipe talasemia adalah ketidakseimbangan sintesis rantai
globin. Namun, konsekuensi akumulasi dari produksi rantai globin yang berlebihan berbeda-
beda pada tiap tipe talasemia. Pada talasemia-, rantai yang berlebihan, tidak mampu
membentuk Hb tetramer, terpresipitasi di dalam prekursor sel darah merah dan, dengan
berbagai cara, menimbulkan hampir semua gejala yang bermanifestasi pada sindroma
talasemia-; situasi ini tidak terjadi pada talasemia-.
Rantai globin yang berlebihan pada talasemia- adalah rantai pada tahun-tahun
pertama kehidupan, dan rantai pada usia yang lebih dewasa. Rantai-rantai tipe ini relatif
bersifat larut sehingga mampu membentuk homotetramer yang, meskipun relatif tidak stabil,
mampu tetap bertahan (viable) dan dapat memproduksi molekul Hb seperti Hb Bart (4) dan
Hb H (4). Perbedaan dasar pada dua tipe utama ini mempengaruhi perbedaan besar padamanifestasi klinis dan tingkat keparahan dari penyakit ini.
Rantai yang terakumulasi di dalam prekursor sel darah merah bersifat tidak larut
(insoluble), terpresipitasi di dalam sel, berinteraksi dengan membran sel (mengakibatkan
kerusakan yang signifikan), dan mengganggu divisi sel. Kondisi ini menyebabkan terjadinya
7/16/2019 Referat Thalasemia
19/31
Talasemia
Page 19
destruksi intramedular dari prekursor sel darah merah. Sebagai tambahan, sel-sel yang
bertahan yang sampai ke sirkulasi darah perifer dengan intracellular inclusion bodies (rantai
yang berlebih) akan mengalami hemolisis; hal ini berarti bahwa baik hemolisis maupun
eritropoesis inefektif menyebabkan anemia pada penderita dengan talasemia-.
Kemampuan sebagian sel darah merah untuk mempertahankan produksi dari rantai ,
yang mampu untuk berpasangan dengan sebagian rantai yang berlebihan untuk
membentuk Hb F, adalah suatu hal yang menguntungkan. Ikatan dengan sebagian rantai
berlebih tidak diragukan lagi dapat mengurangi gejala dari penyakit dan menghasilkan Hb
tambahan yang memiliki kemampuan untuk membawa oksigen.
Selanjutnya, peningkatan produksi Hb F sebagai respon terhadap anemia berat,
menimbulkan mekanisme lain untuk melindungi sel darah merah pada penderita dengan
talasemia-. Peningkatan level Hb F akan meningkatkan afinitas oksigen, menyebabkan
terjadinya hipoksia, dimana, bersama-sama dengan anemia berat akan menstimulasi
produksi dari eritropoetin. Akibatnya, ekspansi luas dari massa eritroid yang inefektif akan
menyebabkan ekspansi tulang berat dan deformitas. Baik penyerapan besi dan laju
metabolisme akan meningkat, berkontribusi untuk menambah gejala klinis dan manifestasi
laboratorium dari penyakit ini. Sel darah merah abnormal dalam jumlah besar akan diproses
di limpa, yang bersama-sama dengan adanya hematopoesis sebagai respon dari anemia yang
tidak diterapi, akan menyebabkan splenomegali masif yang akhirnya akan menimbulkan
terjadinya hipersplenisme.
Apabila anemia kronik pada penderita dikoreksi dengan transfusi darah secara teratur,
maka ekspansi luas dari sumsum tulang akibat eritropoesis inefektif dapat dicegah atau
dikembalikan seperti semula. Memberikan sumber besi tambahan secara teori hanya akan
lebih merugikan pasien. Namun, hal ini bukanlah masalah yang sebenarnya, karena
penyerapan besi diregulasi oleh dua faktor utama : eritropoesis inefektif dan jumlah besi
pada penderita yang bersangkutan. Eritropoesis yang inefektif akan menyebabkan
peningkatan absorpsi besi karena adanya downregulation dari gen HAMP, yang
memproduksi hormon hepar yang dinamakan hepcidin, regulator utama pada absorpsi besi
di usus dan resirkulasi besi oleh makrofag. Hal ini terjadi pada penderita dengan thalassemia
intermedia.
7/16/2019 Referat Thalasemia
20/31
Talasemia
Page 20
Dengan pemberian transfusi darah, eritropoesis yang inefektif dapat diperbaiki, dan
terjadi peningkatan jumlah hormon hepcidin; sehingga penyerapan besi akan berkurang dan
makrofag akan mempertahankan kadar besi.
Pada pasien dengan iron overload(misalnya hemokromatosis), absorpsi besi menurun
akibat meningkatnya jumlah hepsidin. Namun, hal ini tidak terjadi pada penderita
thalassemia- berat karena diduga faktor plasma menggantikan mekanisme tersebut dan
mencegah terjadinya produksi hepsidin sehingga absorpsi besi terus berlangsung meskipun
penderita dalam keadaan iron overload.
Efek hepsidin terhadap siklus besi dilakukan melalui kerja hormon lain bernama
ferroportin, yang mentransportasikan besi dari enterosit dan makrofag menuju plasma dan
menghantarkan besi dari plasenta menuju fetus. Ferroportin diregulasi oleh jumlah
penyimpanan besi dan jumlah hepsidin. Hubungan ini juga menjelaskan mengapa penderita
dengan thalassemia- yang memiliki jumlah besi yang sama memiliki jumlah ferritin yang
berbeda sesuai dengan apakah mereka mendapat transfusi darah teratur atau tidak. Sebagai
contoh, penderita thalassemia- intermedia yang tidak mendapatkan transfusi darah
memiliki jumlah ferritin yang lebih rendah dibandngkan dengan penderita yang
mendapatkan transfusi darah secara teratur, meskipun keduanya memiliki jumlah besi yang
sama.
Kebanyakan besi non-heme pada individu yang sehat berikatan kuat dengan protein
pembawanya, transferrin. Pada keadaan iron overload, seperti pada talasemia berat,
transferin tersaturasi, dan besi bebas ditemukan di plasma. Besi ini cukup berbahaya karena
memiliki material untuk memproduksi hidroksil radikal dan akhirnya akan terakumulasi
pada organ-organ, seperti jantung, kelenjar endokrin, dan hati, mengakibatkan terjadinya
kerusakan pada organ-organ tersebut (organ damage).
II.7 Pemeriksaan Penunjang
II.7.1 Laboratorium
1.DarahPemeriksaan darah yang dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita
talasemia adalah :
a. Darah rutin
7/16/2019 Referat Thalasemia
21/31
Talasemia
Page 21
Kadar hemoglobin menurun. Dapat ditemukan peningkatan jumlah lekosit,
ditemukan pula peningkatan dari sel PMN. Bila terjadi hipersplenisme
akan terjadi penurunan dari jumlah trombosit.
b. Hitung retikulositHitung retikulosit meningkat antara 2-8 %.
c. Gambaran darah tepiAnemia pada talasemia mayor mempunyai sifat mikrositik hipokrom.
Pada gambaran sediaan darah tepi akan ditemukan retikulosit,
poikilositosis, tear drops sel dan target sel.
Gambar 8. Gambaran hasil pemeriksaan darah tepi penderita talasemia mayor
d. Serum Iron & Total Iron Binding CapacityKedua pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
anemia terjadi karena defisiensi besi. Pada anemia defisiensi besi SI akan
menurun, sedangkan TIBC akan meningkat.
e. LFTKadar unconjugated bilirubin akan meningkat sampai 2-4 mg%. bilaangka tersebut sudah terlampaui maka harus dipikir adanya kemungkinan
hepatitis, obstruksi batu empedu dan cholangitis. Serum SGOT dan SGPT
akan meningkat dan menandakan adanya kerusakan hepar. Akibat dari
7/16/2019 Referat Thalasemia
22/31
Talasemia
Page 22
kerusakan ini akan berakibat juga terjadi kelainan dalam faktor
pembekuan darah.
2. Elektroforesis Hb
Diagnosis definitif ditegakkan dengan pemeriksaan eleltroforesis hemoglobin.
Pemeriksaan ini tidak hanya ditujukan pada penderita talasemia saja, namun juga
pada orang tua, dan saudara sekandung jika ada. Pemeriksaan ini untuk melihat
jenis hemoglobin dan kadar Hb A2. petunjuk adanya thalassemia adalah
ditemukannya Hb Barts dan Hb H. Pada thalassemia kadar Hb F bervariasi
antara 10-90%, sedangkan dalam keadaan normal kadarnya tidak melebihi 1%.
Gambar 9 Alat Eletroforase
3. Pemeriksaan sumsum tulang
Pada sumsum tulang akan tampak suatu proses eritropoesis yang sangat aktif
sekali. Ratio rata-rata antara myeloid dan eritroid adalah 0,8. pada keadaan
normal biasanya nilai perbandingannya 10 : 3.
II.7.2 Radiologi
Ada hubungan erat antara metabolisme tulang dan eritropoesis. Bila tidak mendapat
tranfusi dijumpai osteopeni, resorbsi tulang meningkat, mineralisasi berkurang, dan
dapat diperbaiki dengan pemberian tranfusi darah secara berkala. Apabila tranfusi
tidak optimal terjadi ekspansi rongga sumsum dan penipisan dari korteknya.
Trabekulasi memberi gambaran mozaik pada tulang. Tulang terngkorak memberikan
7/16/2019 Referat Thalasemia
23/31
Talasemia
Page 23
gambaran yang khas, disebut dengan hair on end yaitu menyerupai rambut berdiri
potongan pendek pada anak besar.
II.8 Penatalaksanaan
II.8.1 Non-Medika Mentosa
1. DietPasien dianjurkan menjalani diet normal, dengan suplemen sebagai berikut : asam
folat, asam askorbat dosis rendah, dan alfa-tokoferol. Sebaiknya zat besi tidak
diberikan, dan makanan yang kaya akan zat besi juga dihindari. Kopi dan teh
diketahui dapat membantu mengurangi penyerapan zat besi di usus.
II.8.2 Medika Mentosa
Prinsip pengobatan pada pasien talasemia adalah :
Terapi tranfusi darah untuk mencegah komplikasi dari anemia kronis Pencegahan dari resiko kelebihan besi akibat terapi transfusi Penatalaksanaan splenomegali
Pada anak dengan talasemia mayor beta membutuhkan pelayanan kesehatan yang
terus menerus seumur hidupnya.
1. Tranfusi darahPemberian tranfusi darah ditujukan untuk mempertahankan dan
memperpanjang umur atau masa hidup pasien dengan cara mengatasi komplikasi
anemia, memberi kesempatan pada anak untuk proses tumbuh kembang,
TrabekulaHair on end
7/16/2019 Referat Thalasemia
24/31
Talasemia
Page 24
memperpanjang umur pasien. Terapi tranfusi darah dimulai pada usia dini ketika
ia mulai menunjukkan gejala simtomatik. Transfusi darah dilakukan melalui
pembuluh vena dan memberikan sel darah merah dengan hemoglobin normal.
Untuk mempertahankan keadaan tersebut, transfusi darah harus dilakukan secara
rutin karena dalam waktu 120 hari sel darah merah akan mati. Khusus untuk
penderita beta thalassemia intermedia, transfuse darah hanya dilakukan sesekali
saja, tidak secara rutin. Sedangkan untuk beta talasemia mayor (Cooleys
Anemia) harus dilakukan secara teratur
Tranfusi darah diberikan bila Hb anak < 7 gr/dl dyang diperiksa 2x berturut
dengan jarak 2 mingg dan bila kadar Hb > 7 gr/dl tetapi disertai gejala klinis
seperti Facies Cooley, gangguan tumbuh kembang, fraktur tulang curiga adanya
hemopoisis ekstrameduler. Pada penanganan selanjutnya, transfusi darah
diberikan Hb 8 gr/dl sampai kadar Hb 11-12 gr/dl. Darah diberikan dalam
bentuk PRC, 3 ml/kgBB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dL.
2. Kelasi BesiPasien talasemia dengan terapi tranfusi biasanya meninggal bukan karena
penyakitnya tapi karena komplikasi dari tranfusi darah tersebut. Komplikasi
tersebut adalah penumpukan besi diberbagai organ.
Desferoxamine diberikan setelah kadar feritin serum sudah mencapai 1000
mg/L atau saturasi transferin sudah mencapai 50 %, atau sekitar setelah 10 -20
kali transfusi. Pemberian dilakukan secara subkutan melalui pompa infus dalam
waktu 8-12 jam dengan dosis 25-35 mg/kg BB/hari, minimal selama 5 hari
berturut-turut setiap selesai transfusi darah. Dosis desferoxamine tidak boleh
melebihi 50 mg/kg/hari. Evaluasi teratur terhadap toksisitas desferoxamin
direkomendasikan pada semua pasien yang mendapat terapi ini.
Saat ini sudah tersedia kelasi besi oral, namun penggunaannya di Indonesia
belum dilakukan.
3. Suplemen Asam Folat
7/16/2019 Referat Thalasemia
25/31
Talasemia
Page 25
Asam folat adalah vitamin B yang dapat membantu pembangunan sel-sel darah
merah yang sehat. Suplemen ini harus tetap diminum di samping melakukan
transfusi darah ataupun terapi khelasi besi.. Asam Folat 2x1 mg/hari untuk
memenuhi kebutuhan yang meningkat.
4. SplenektomiIndikasi :
Limpa yang terlalu besar sehingga membatasi gerak pasien, menimbulkanpeningkatan tekanan intra-abdominal dan bahaya terjadinya ruptur
Meningkatnya kebutuhan tranfusi yang melebihi 250ml/kgBB dalam 1tahun terakhir
Gambar 10. Teknik Spleknektomi
5. Transplantasi sumsum tulangTransplantasi sumsum tulang untuk talasemia pertama kali dilakukan tahun 1982.
Transplantasi sumsum tulang merupakan satu-satunya terapi definitive untuk
talasemia. Jarang dilakukan karena mahal dan sulit.
7/16/2019 Referat Thalasemia
26/31
Talasemia
Page 26
II.9 Pencegahan
WHO mengajurkan dua cara pencegahan yakni pemeriksaan kehamilan dan penapisan
(screening) penduduk untuk mencari pembawa sifat talasemia (carrier). Program itulah yang
diharapkan dimasukan ke program nasional pemerintah. Menurut Hoffbrand (2005) konseling
genetik penting dilakukan bagi pasangan yang beresiko mempunyai seorang anak yang
menderita suatu defek hemoglobin yang berat. Jika seorang wanita hamil diketahui menderita
kelainan hemoglobin, pasangannya harus diperiksa untuk menentukan apakah dia juga membawa
defek. Jika keduanya memperlihatkan adanya kelainan da nada resiko suatu defek yang seirus
pada anak (khususnya thalassemia - mayor) maka penting untuk menawarkan penegakan
diagnosis antenatal.
II.9.1 ScreeningAda 2 pendekatan untuk menghindari talasemia :
1.Karena karier talasemia bisa diketahui dengan mudah, penapisan populasidan konseling tentang pasangan bisa dilakukan. Bila heterozigot menikah, 1-4
anak mereka bias menjadi homozigot atau gabungan heterozigot.
2.Bila ibu heterozigot sudah diketahui sebelum lahir, pasangannya biasdiperiksa dan bila termasuk karier, pasangan tersebut ditawari diagnosis
prenatal dan terminasi kehamilan pada fetus dengan talasemia berat.
Bila populasi tersebut menghendaki pemilihan pasangan, dilakukan penapisan
premarital yang bisa dilakukan di sekolah anak. Penting untuk menyediakan
konseling verbal maupun tertulis mengenai hasil penapisan talasemia.
Alternative lain adalah memeriksa setiap wanita hamil muda berdasarkan ras.
Penapisan yang efektif adalah ukuran eritrosit. Bila MCV dan MCH sesuai
gambaran talasemia, perkiraan HbA2 harus diukur, biasanya meningkat pada
talasemia . Bila kadarnya normal, pasien dikirim ke pusat yang bisa menganalisis
gen rantai . Penting untuk membedakan talasemia o(-/) dan talasemia +(-/-),
pada kasus pasien tidak memiliki resiko mendapat keturunan talasemia o
homozigot. Pada kasus jarang dimana gambaran darah memperlihatkan talasemia
heterozigot dengan HbA2 normal dan gen rantai utuh, kemungkinannya adalah
talasemia non delesi atau talasemia dengan HbA2 normal. Kedua hal ini
7/16/2019 Referat Thalasemia
27/31
Talasemia
Page 27
dibedakan dengan sintesis rantai globin dan analisa DNA. Penting untuk memeriksa
Hb elektroforase pada kasus-kasus ini untuk mencari kemungkinan variasi structural
Hb.
II.9.2 Diagnosis Prenatal
Diagnosis prenatal dari berbagai bentuk talasemia, dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Dapat dibuat dengan penelitian sintesis rantai globin pada sampel
darah janin dengan menggunakanfetosopi saat kehamilan 18-20 minggu. Meskipun
pemeriksaan ini sekarang sudah banyak digantikan dengan analisis DNA janin. DNA
diambil dari sampel vili chorion (CVS = Chorion Villus Sampling), pada kehamilan
9-12minggu. Tindakan ini beresiko rendah untuk menimbulkan kematian atau
kelainan pada janin.
Teknik diagnosis digunakan untuk analisis DNA setelah teknik CVS mengalami
beberapa perubahan beberapa tahun ini. Diagnosis pertama yang digunakan oleh
Southern Blotting dari DNA janin menggunakan Restriction Fragment Length
Polymorphism (RELPs), dikombinasikan dengan analisis linkage atau deteksi
langsung dari mutasi. Yang lebih baru, perkembangan dari Polymerase Chain
Reactioni (PCR) untuk mengidentifikasikan mutasi yang merubah lokasi pemutusan
oleh enzim restriksi. Saat ini dimungkinkan untuk mendeteksi berbagai bentuk dan
dari talasemia secara langsung dengan analisis DNA janin. Perkembangan PCR
dikombinasikan dengan kemampuan oligonukleotida untuk mendeteksi mutasi
individual, membuka jalan bermacam pendekatan baru untuk memperbaiki akurasi dan
kecepatan deteksi karier dan diagnosis prenatal. Contohnya diagnosis menggunakan
hibridasi daari ujung oligonuklotida yang diberi label 32P spesifik untuk memperbesar
region gen globin melalui membrane nilon. Sejak sekuensi dari gen globin dapat
diperbesar 108 kali, waktu hibridasi dapat dibatasi sampai 1 jam dan seluruh
prosedur diselesaikan dalam waktu 2 jam.
Terdapat berbagai macam variasi pendekatan PCR pada diagnosis prenatal.
Contohnya teknik ARMS (Amplification refractory Mutation System), berdasarkan
pengamatan bahwa beberapa kasus, oligonukelotida.
7/16/2019 Referat Thalasemia
28/31
Talasemia
Page 28
Angka kesalahan dari berbagai pendekatan laboratorium saat ini, kurang dari 1%.
Sumber kesalahan antara lain, kontaminasi ibu pada DNA janin, non-paterniti, dan
rekomendasi genetik jika menggunakan RELP linkage analysis.
Menurut Taman (2009), karena penyakit ini belum ada obatnya maka pencegahan dini
menjadi hal yang penting dibandingkan pengobatan. Program pencegahan talasemia terdiri dari
beberapa strategi :
1. Penapisan (skrining) pembawa sifat talasemia2. Konsultasi genetik (genetic counseling)3. Diagnosis prenatal.
Skiring pembawa sifat dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif. Secara prospektif
berarti mencari secara aktif pembawa sifat talasemialangsung dari populasi di berbagai wilayah,
sedangkan secara retrospektif ialah menemukan pembawa sifat talasemia melalui penelusuran
keluarga (family study). Kepada pembawa sifat ini diberikan informasi dan nasehat-nasehat
tentang keadaannya dan masa depannya. Suatu program pencegahan yang baik untuk talasemia
seharusnya mencakup kedua pendekatan tersebut. Program yang optimal tidak selalu dapat
dilaksanakan dengan baik terutama di Negara-negara berkembangan, karena pendekatan
prospektif memerlukan biaya yang tinggi. Atas dasar itu harus dibedakan antara usaha program
pencegahan di negara berkembangan dengan negara maju. Program pencegahan retrospektif
akan lebih mudah dilaksanakan di negara berkembangan daripa program prospektif.
Konsultasi genetik meliputi skrining pasangan yang akan kawin atau sudah kawin tetapi
belum hamil. Pada passangan yang beresiko tinggi diberikan informasi dan nasehat tentang
keadaannya dan kemungkinan bila mempunyai anak.
Diagnosis prenatal meliputi pendekatan retrospektif dan prospektif. Pendekatan retrospektif,
berarti melakukan diagnosis prenatal pada pasangan yang telah mempunyai anak talasemia, dan
sekarang sementara hamil. Pendekatan prospektif ditujukan kepada pasangan yang berisiko
tinggi yaitu mereka keduanya pembawa sifat dan sementara baru hamil. Diagnosis prenatal inidilakukan massa kehamilan 8-10 minggu, dengan mengambil sampel darah dari vili chorialis
(jaringan ari-ari) untuk keperluan analisis DNA.
Dalam rangka pencehan penyakit talasemia ada beberapa masalah pokok yang harus
disampaikan kepada masyarakat.
7/16/2019 Referat Thalasemia
29/31
Talasemia
Page 29
1. Bahwa pembawa sifat talasemia itu tidak merupakan masalah baginya;2. Bentuk talasemia mayor mempunyai dampak medico-sosial yang besar, penangnannya
sangat mahal dan sering diakhiri kematian;
3. Kelahiran bayi talasemia dapat dihindarkan.Karena penyakit ini menurun, maka kemungkinan penderitanya akan terus bertambah dari
tahun ke tahun. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan sebelum menikah sangat penting
dilakukan untuk mencegah bertambahnya penderita talasemia ini. Sebaiknya semua orang
Indonesia dalam masa usia subur diperiksa kemungkinan membawa sifat talasemia. Pemeriksaan
ini sangat dianjurkan bila terdapat riwayat:
Mempunyai saudara sedarah yang menderita talasemia Kadar hemoglobin relative rendah antara 10-12 g/dl walaupun sudah minum obat
penambah darah seperti zat besi
Ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun keadaan Hb normal.II.10 Prognosis
Prognosis bergantung pada tipe dan tingkat keparahan dari thalassemia. Seperti dijelaskan
sebelumnya, kondisi klinis penderita thalassemia sangat bervariasi dari ringan bahkan
asimtomatik hingga berat dan mengancam jiwa.
7/16/2019 Referat Thalasemia
30/31
Talasemia
Page 30
BAB IV
Penutup
Talasemia adalah gangguan pembuatan hemoglobin yang diturunkan. Talasemia ditemukan
tersebar di seluruh ras di Mediterania, Timur Tengah, India sampai Asia Tenggara. Talasemia
memiliki dua tipe utama berdasarkan rantai globin yang hilang pada hemoglobin individu yaitu
Talasemia- dan talasemia-, yang nantinya akan dibagi lagi menjadi beberapa subtipe
berdasarkan derajat mutasi (secara genetik) ataupun berat ringannya gejala. Talasemia
diturunkan berdasarkan hukum Mendel, resesif atau ko-dominan. Heterozigot biasanya tanpa
gejala, sedangkan homozigot atau gabungan heterozigot gejalanya lebih berat dari talasemia
dan . Terapi talasemia antara lain adalah terapi transfusi, terapi pengikat besi (khelasi),
splenektomi, dan transplantasi sumsum tulang. Masing-masing terapi memiliki kriteria dan efek
samping tertentu sehingga perlu dipertimbangkan secara seksama. Konseling mengenai talasemia
sangat diperlukan untuk skrining dan pemahaman terhadap penderita. Sampai saat ini, penderita
talasemia yang berat biasanya tidak dapat bertahan hingga mencapai usia dewasa normal
meskipun kemungkinan ini tidak tertutup sama sekali.
7/16/2019 Referat Thalasemia
31/31
Daftar Pustaka
1. Berhman, RE; Kliegman, RM ; Arvin: Nelson Ilmu Kesehatan Anak, volume 2, edisi 15.Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 2005, hal1708-1712
2. Berhman, RE; Kliegman, RM and Jensen, HB: Nelson Text Book of Pediatrics, 16th edition.WB Saunders company, Philadelphia: 2000, page 1630-1634
3. Permono, H. BAmbang; Sutaryo; Windiastuti, Endang; Abdulsalam, Maria; IDG Ugrasena:Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak, Cetakan ketiga. Penerbit Badan Penerbit IDAI,
Jakarta : 2010, hlm 64-84
4. A.V. Hoffbrand and J.E. Pettit; alih bahasa oleh Iyan Darmawan : Kapita SelektaHaematologi, edisi ke 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 1996, hal 66-85
5. Pediatric Thalassemia diunduh daariwww.emedicine.compada tanggal 09 mei 2013
http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/