13
BAB I PENDAHULUAN Gangguan stres akut (juga disebut shock psikologis, mental shock, atau sekedar shock) adalah sebuah kondisi psikologis yang timbul sebagai tanggapan terhadap peristiwa yang mengerikan. "Respons stres akut" pertama kali dideskripsikan oleh Walter Cannon pada tahun 1920 sebagai sebuah teori bahwa hewan-hewan begangguan terhadap ancaman dengan pembuangan umum dari sistem saraf simpatik. Respons ini kemudian dikenal sebagai tahap pertama dari sindrom adaptasi umum yang mengatur tanggapan stres di antara vertebrata dan organisme lain. Gangguan stres akut ditandai dengan perkembangan kecemasan yang parah, disosiatif, dan gejala lain yang terjadi dalam waktu satu bulan setelah terkena stresor traumatis yang ekstrem (misalnya, menyaksikan kematian atau kecelakaan serius). Sebagai tanggapan terhadap peristiwa traumatik, individu mengembangkan gejala disosiatif. Individu dengan gangguan stres akut mempunyai penurunan respon emosional, seringkali sulit atau tidak mungkin untuk mengalami kenikmatan dalam kegiatan-kegiatan menyenangkan sebelumnya, dan sering merasa bersalah karena mengejar tugas- tugas kehidupan biasa. Seseorang dengan gangguan stress akut dapat mengalami kesulitan berkonsentrasi, merasa terlepas dari tubuh mereka, pengalaman dunia sebagai tidak nyata atau mimpi, 1

Referat Stres Akut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

stres

Citation preview

Page 1: Referat Stres Akut

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan stres akut (juga disebut shock psikologis, mental shock, atau sekedar shock)

adalah sebuah kondisi psikologis yang timbul sebagai tanggapan terhadap peristiwa yang

mengerikan. "Respons stres akut" pertama kali dideskripsikan oleh Walter Cannon pada tahun

1920 sebagai sebuah teori bahwa hewan-hewan begangguan terhadap ancaman dengan

pembuangan umum dari sistem saraf simpatik. Respons ini kemudian dikenal sebagai tahap

pertama dari sindrom adaptasi umum yang mengatur tanggapan stres di antara vertebrata dan

organisme lain.

Gangguan stres akut ditandai dengan perkembangan kecemasan yang parah, disosiatif,

dan gejala lain yang terjadi dalam waktu satu bulan setelah terkena stresor traumatis yang

ekstrem (misalnya, menyaksikan kematian atau kecelakaan serius). Sebagai tanggapan terhadap

peristiwa traumatik, individu mengembangkan gejala disosiatif. Individu dengan gangguan stres

akut mempunyai penurunan respon emosional, seringkali sulit atau tidak mungkin untuk

mengalami kenikmatan dalam kegiatan-kegiatan menyenangkan sebelumnya, dan sering merasa

bersalah karena mengejar tugas-tugas kehidupan biasa. Seseorang dengan gangguan stress akut

dapat mengalami kesulitan berkonsentrasi, merasa terlepas dari tubuh mereka, pengalaman dunia

sebagai tidak nyata atau mimpi, atau mengalami kenaikan kesulitan mengingat detail spesifik

dari peristiwa traumatik (amnesia disosiatif).1

1

Page 2: Referat Stres Akut

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Gangguan Stres Akut (Acute Stress Disorder/ASD) adalah sebuah kondisi psikologis

yang timbul sebagai tanggapan terhadap peristiwa yang mengerikan, hasil dari sebuah peristiwa

traumatis di mana seseorang mengalami atau saksi suatu peristiwa yang menyebabkan

korban/saksi untuk mengalami ekstrim, mengganggu atau tidak terduga takut, stres, (dan kadang-

kadang rasa sakit) dan yang melibatkan atau mengancam serius, dirasakan cedera serius

(biasanya kepada orang lain), atau kematian. Gangguan stres akut adalah variasi dari Post-

Traumatic Stress Disorder (PTSD) dan adalah pikiran dan tubuh terhadap perasaan (baik yang

dirasakan dan nyata) yang intens ketidakberdayaan.1

2.2 Epidemiologi

Secara umum, prevalensi seumur hidup gangguan stress akut sebesar 8% sementara 5-

15% mengalami bentuk subklinis. Pada kelompok yang pernah mengalami trauma sebelumnya,

prevalensinya antara 5-75%. Wanita memiliki risiko yang lebih tinggi (10-12%) dibandingkan

pria (5-6%) pada kelompok usia dewasa muda.

2.3 Etiologi

Stresor atau peristiwa traumatis di mana seseorang mengalami atau saksi suatu peristiwa

yang menyebabkan korban/saksi untuk mengalami ekstrim, mengganggu atau tidak terduga

takut, stres, (dan kadang-kadang rasa sakit) dan yang melibatkan atau mengancam, cedera serius,

atau kematian.

Walaupun stresor diperlukan, namun stresor tidak cukup untuk menyebabkan gangguan.

Faktor-faktor yang harus ikut dipertimbangkan adalah faktor biologis individual, faktor

psikososial sebelumnya dan peristiwa yang terjadi setelah trauma. Faktor kerentanan yang

merupakan predisposisi tampaknya memainkan peranan penting dalam menentukan apakah

gangguan akan berkembang, yaitu :

2

Page 3: Referat Stres Akut

1. Adanya trauma masa anak-anak

2. Sifat gangguan kepribadian ambang, paranoid, dependen, atau anti sosial

3. Sistem pendukung yang tidak adekuat

4. Kerentanan konstitusional genetika pada penyakit psikiatrik

5. Perubahan hidup penuh stress yang baru terjadi

6. Persepsi lokus kontrol eksternal

7. Penggunaan alkohol, walaupun belum sampai taraf ketergantungan

Jika trauma terjadi pada masa anak-anak maka akan terjadi penghentian perkembangan

emosional, sedangkan jika terjadi pada masa dewasa akan terjadi regresi emosional.1

2.4 Manifestasi Klinis

Gejala menunjukkan variasi yang besar, tetapi biasanya mereka menyertakan sebuah

keadaan awal dari "linglung", dengan beberapa penyempitan bidang kesadaran dan penyempitan

perhatian, ketidakmampuan untuk memahami rangsangan, dan disorientasi. Keadaan ini dapat

diikuti baik oleh penarikan lebih lanjut dari situasi sekitarnya, atau dengan agitasi dan

overeaktifitas. Tanda-tanda panik otonom kecemasan (takikardia, berkeringat, kemerahan) yang

umumnya hadir. Gejala biasanya muncul dalam beberapa menit dari dampak dari stres

rangsangan atau aktivitas, dan menghilang dalam waktu 2-3 hari (seringkali dalam beberapa

jam). Amnesia sebagian atau lengkap untuk episode mungkin ada.

Seseorang dengan Gangguan Stress akut dapat mengalami kesulitan berkonsentrasi,

merasa terlepas dari tubuh mereka, pengalaman dunia sebagai tidak nyata atau mimpi, atau

mengalami kenaikan kesulitan mengingat detail spesifik dari peristiwa traumatik (amnesia

disosiatif). Peristiwa traumatik yang dialami kembali terus-menerus dalam setidaknya salah satu

dari cara berikut: berulang, pikiran, mimpi, ilusi, episode kilas balik, atau rasa menghidupkan

kembali pengalaman atau penderitaan pemaparan pada pengingat dari peristiwa traumatik.1

3

Page 4: Referat Stres Akut

2.5 Diagnosis

Kriteria diagnostik untuk gangguan stress akut menurut PPDGJ III adalah sebagai berikut :2

1. Harus ada kaitan waktu kejadian yang jelas antara terjadinya pengalaman stresor

luar biasa (fisik atau mental) dengan onset dari gejala, biasanya setelah beberapa

menit atau segera setelah kejadian.

2. Selain itu ditemukan gejala-gejala :

a. Terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah; selain

gejala permulaan berupa keadaan terpaku (daze), semua hal berikut dapat

terlihat : depresi, ansietas, kemarahan, kecewa, overaktif, dan penarikan

diri.

Akan tetapi tidak satupun dari gejala tersebut yang mendominasi

gambaran klinisnya untuk waktu yang lama.

b. Pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dari lingkup stresornya, gejala

dapat menghilang dengan cepat (dalam beberapa jam); dalam hal di mana

stres menjadi berkelanjutan atau tidak dapat dialihkan, gejala-gejala

biasanya baru mereda setelah 24-48 jam dan biasanya hampir menghilang

setelah 3 hari.

3. Diagnosis ini tidak boleh digunakan untuk keadaan kambuhan mendadak dari

gejala-gejala pada individu yang sudah menunjukkan gangguan psikiatrik lainnya.

4. Kerentanan individual dan kemampuan menyesuaikan diri memegang peranan

dalam terjadinya atau beratnya suatu gangguan stres akut.

Kriteria diagnostik untuk gangguan stress akut menurut DSM IV adalah sebagai berikut:3

A. Orang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik dimana kedua dari berikut ini

ditemukan:

1. Orang mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan

suatu kejadian atau kejadian-kejadian yang berupa ancaman kematian atau

kematian yang sesungguhnya atau cedera yang serius, atau ancaman kepada

integritas diri atau orang lain.

4

Page 5: Referat Stres Akut

2. Respon orang tersebut berupa rasa takut yang kuat, rasa

tidak berdaya atau horor.

B. Salah satu selama mengalami atau setelah mengalami kejadian yang menakutkan,

individu tiga (atau lebih) gejala disosiatif berikut :

1. perasaan subyektif kaku, terlepas, atau tidak ada responsivitas emosi.

2. penurunan kesadaran terhadap sekelilingnya (misalnya, berada dalam keadaan

tidak sadar)

3. derealisasi

4. depersonalisasi

5. amnesia disosiatif (yaitu, ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari

trauma)

C. Kejadian traumatik secara menetap dialami kembali sekurangnya satu cara berikut:

bayangan, pikiran, mimpi, ilusi, episode kilas balik yang rekuren, atau suatu perasaan

hidupnya kembali pengalaman atau penderitaan saat terpapar dengna pengingat kejadian

traumatik.

D. Penghindaran jelas terhadap stimuli yang menyadarkan rekoleksi trauma (misalnya,

pikiran, perasaan, percakapan, aktivitas, tempat, orang).

E. Gejala kecemasan yang nyata atau pengingat kesadaran (misalnya, sulit tidur, iritabilias,

konsentrasi buruk, kewaspadaan berlebihan, respon kejut yang berlebihan, dan

kegelisahan motorik).

F. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam

fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain, menganggu kemampuan individu untuk

mengerjakan tugas yang diperlukan, seperti meminta bantuan yang diperlukan atau

menggerakan kemampuan pribadi dengan menceritakan kepada anggota keluarga tentang

pengalaman traumatik.

G. Gangguan berlangsung selama minimal 2 hari dan maksimal 4 minggu dan terjadi dalam

4 minggu setelah traumatik

H. Gangguan tidak disebabkan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat

yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum, tidak lebih baik diterangkan

5

Page 6: Referat Stres Akut

oleh gangguan psikotik singkat dan tidak semata-mata suatu eksaserbasi gangguan Aksis

I atau Aksis II dan telah ada sebelumnya.

Pasien dengan gangguan disosiatif biasanya tidak memiliki derajat perilaku menghindar,

kesadaran berlebih (hiperarousal) otonomik, atau riwayat trauma yang dilaporkan oleh pasien

gangguan stress pascatraumatik. Sebagian karena publikasi yang luas dan telah diterima, istilah

gangguan stress pascatraumatik dalam berita popular, klinisi harus juga mempertimbangkan

kemungkinan suatu gangguan buatan atau berpura-pura.

2.6 Diagnosis Banding

1. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)

Pada PTSD, pasien harus mengalami suatu stress emosional yang besar yang bersifat

traumatik bagi setiap orang. Peristiwa trauma tersebut termasuk trauma peperangan,

bencana alam, penyerangan, pemerkosaan, dan kecelakaan yang serius. PTSD terdiri dari

pengalaman kembali trauma melalui mimpi dan pikiran yang membangunkan (waking

through), penghindaran yang persisten oleh penderita terhadap trauma dan penumpulan

responsivitas pada penderita tersebut, kesadaran berlebihan (hyperarousal) yang

persisten. Menurut DSM-IV perbedaan antara gangguan stress akut dengan PTSD adalah

lamanya gejala berlangsung yaitu pada gangguan stress akut berlangsung 2 hari hingga 1

bulan sedangkan pada PTSD berlangsung lebih dari 1 bulan.4

2. Gangguan Panik

Gangguan panik adalah ditandai dengan terjadinya serangan panik yang spontan dan

tidak diperkirakan. Gangguan panik ini sering disertai dengan adanya agoraphobia yaitu

ketakutan berada sendirian di tempat-tempat publik. Pasien ini dibawa berobat ke rumah

sakit dengan keluhan berteriak-teriak ketakutan serta berguling-guling di lantai tempat

kerjanya sehingga hal ini mendukung adanya suatu serangan panic yang spontan. Selain

itu, pasien juga menghindari tempat-tempat umum atau transportasi umum.

2.7 Penatalaksanaan

Gangguan ini dapat diatasi sendiri dengan waktu atau mungkin berkembang menjadi

gangguan yang lebih berat seperti PTSD. Namun hasil Creamer, O'Donnell dan Pattison's (2004)

6

Page 7: Referat Stres Akut

penelitian terhadap 363 pasien menunjukkan bahwa diagnosa Gangguan Stres akut hanya

memiliki validitas prediktif terbatas untuk PTSD. Namun tidak menemukan bahwa pengalaman

kembali peristiwa traumatik dan gairah lebih baik prediktor PTSD. Obat dapat digunakan untuk

jangka waktu yang sangat singkat (sampai empat minggu)

Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk menilai efektivitas konseling dan psikoterapi

bagi orang-orang dengan ASD. Terapi perilaku kognitif yang mencakup eksposur dan

restrukturisasi kognitif ternyata efektif dalam mencegah PTSD pada pasien yang didiagnosis

dengan klinis ASD dengan hasil yang signifikan pada 6 bulan follow-up. Kombinasi relaksasi,

restrukturisasi kognitif, imaginal eksposur dan vivo eksposur lebih unggul untuk mendukung

konseling.5

2.8 Prognosis

Prognosis untuk gangguan ini sangat baik. Jika berkembang ke gangguan lain (biasanya

PTSD), tingkat keberhasilan dapat bervariasi sesuai dengan spesifikasi yang terjadi pada

gangguan.1

7

Page 8: Referat Stres Akut

BAB III

PENUTUP

Gangguan Stres Akut (Acute Stress Disorder/ASD) adalah sebuah kondisi psikologis yang

timbul sebagai tanggapan terhadap peristiwa yang mengerikan, hasil dari sebuah peristiwa

traumatis di mana seseorang mengalami atau saksi suatu peristiwa yang menyebabkan

korban/saksi untuk mengalami ekstrim, mengganggu atau tidak terduga takut, stres, (dan kadang-

kadang rasa sakit) dan yang melibatkan atau mengancam serius, dirasakan cedera serius

(biasanya kepada orang lain), atau kematian. Gangguan ini dapat diatasi sendiri dengan waktu

atau mungkin berkembang menjadi gangguan yang lebih berat seperti PTSD. Prognosis untuk

gangguan ini sangat baik. Jika berkembang ke gangguan lain (biasanya PTSD), tingkat

keberhasilan dapat bervariasi sesuai dengan spesifikasi yang terjadi pada gangguan.

8

Page 9: Referat Stres Akut

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI. Sadock BJ.Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/Clinical

Psychiatry.10th ed.New York: Lippincot Williams & Wilkins.2007.pg: 322:28.

2. Maslim. Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III: Reaksi Akut

Stres. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Atmajaya.2001; pg 53.

3. American Psychiatric association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder

(DSM-IV). 4th ed.Washington,DC:American Psychiatric Association; 2000.

4. Ingram IM. Catatan Kuliah Psikiatri. 6th ed. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran.1995.

pg: 28:42.

5. Kapita Selekta Kedokteran. 3th ed. Jakarta : Penerbit Media Aesculapsius Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. 2001.pg :189:192.

9