40
PERANAN STATIN PADA PENYAKIT JANTUNG KORONER Sheila, Idar Mappangara I. PENDAHULUAN Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia, 17,5 juta (30%) diantaranya disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah, terutama oleh serangan jantung (7,6 juta) dan stroke (5,7 juta). 1 WHO memperkirakan sekitar 16,7 juta penduduk di seluruh dunia meninggal setiap tahun karena penyakit kardiovaskular. 2 Pada tahun 2015, kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan menjadi 20 juta, dan pada tahun 2030 angka tersebut diperkirakan akan semakin meningkat menjadi 23,3 juta. 1 Di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) yang paling banyak adalah penyakit jantung koroner, penyakit jantung rematik, hipertensi dan penyakit jantung bawaan. 1 Sensus nasional tahun 2001 menunjukkan bahwa kematian karena 1

Referat Statin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

statin

Citation preview

Page 1: Referat Statin

PERANAN STATIN PADA PENYAKIT JANTUNG KORONER

Sheila, Idar Mappangara

I. PENDAHULUAN

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbesar di seluruh

dunia. Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2005, dari 58 juta kematian

di dunia, 17,5 juta (30%) diantaranya disebabkan oleh penyakit jantung dan

pembuluh darah, terutama oleh serangan jantung (7,6 juta) dan stroke (5,7 juta).1

WHO memperkirakan sekitar 16,7 juta penduduk di seluruh dunia meninggal setiap

tahun karena penyakit kardiovaskular.2 Pada tahun 2015, kematian akibat penyakit

jantung dan pembuluh darah diperkirakan menjadi 20 juta, dan pada tahun 2030

angka tersebut diperkirakan akan semakin meningkat menjadi 23,3 juta.1

Di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2007 menunjukkan bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) yang paling

banyak adalah penyakit jantung koroner, penyakit jantung rematik, hipertensi dan

penyakit jantung bawaan.1 Sensus nasional tahun 2001 menunjukkan bahwa kematian

karena penyakit kardiovaskuler termasuk penyakit jantung koroner adalah sebesar

26,4 %.3

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan sosok penyakit yang sangat

menakutkan dan masih menjadi masalah baik di negara maju maupun berkembang.

Di seluruh dunia jumlah penderita penyakit ini terus bertambah dan tidak lepas dari

gaya hidup yang kurang sehat.4 Sejak tahun 1970 studi epidemiologi telah

menunjukkan bahwa peningkatan kadar kolesterol memiliki kaitan erat dengan

terjadinya penyakit jantung koroner. Pada studi Framingham, sebuah studi berskala

besar yang dimulai pada tahun 1949 menunjukkan bahwa risiko penyakit jantung

koroner meningkat secara progresif dengan peningkatan kadar kolesterol darah.5

1

Page 2: Referat Statin

Hal ini disebabkan karena kolesterol, terutama LDL yang mengalami proses

oksidasi. LDL bisa teroksidasi dan termodifikasi karena perubahan sel-sel utama pada

dinding arteri. Oksidasi LDL yang ekstensif (Ox-LDL) tidak dikenali oleh reseptor

LDL tapi sangat disukai oleh reseptor di makrofag dan memicu akumulasi ester

kolesterol yang cukup besar dan terbentuk sel busa (foam-cell) dan menyelinap

masuk kedalam dinding pembuluh darah koroner diikuti berbagai reaksi inflamasi

menimbulkan plak ateroma menyempitkan pembuluh darah koroner menyebabkan

aliran darah tidak lancar.5

Berbagai studi klinis menunjukkan bahwa penurunan kadar kolesterol oleh

konsumsi diet rendah lemak atau obat penurun lemak akan mengurangi risiko

kejadian penyakit jantung koroner.5

Pada awal tahun 1970, group peneliti jepang telah berhasil menemukan obat

penurun kolesterol yaitu 3-hydroxy-3-methylglutaryl coenzyme A (HMG-CoA)

reductase inhibitor yang diberi nama statin.6 Dalam sepuluh tahun terakhir ini telah

terbukti bahwa obat golongan statin merupakan obat pilihan untuk terapi

dislipidemia. Semua studi skala besar secara statistik membuktikan bahwa statin

dapat mengurangi risiko terjadinya sindroma koroner akut, prosedur koroner, dan

sebagai pencegahan primer dan sekunder terhadap terjadinya penyakit jantung

koroner.7,8,9

Mengingat pentingnya manfaat statin terhadap penyakit jantung koroner,

maka penulis akan membahas mengenai peranan statin pada penyakit jantung

koroner.

2

Page 3: Referat Statin

II. PENYAKIT JANTUNG KORONER

Berdasarkan World Health Organization (WHO), penyakit jantung koroner

adalah suatu kondisi yang merupakan hasil ketidakseimbangan antara kebutuhan

dan suplai oksigen akibat proses aterosklerosis yang menyumbat sebagian atau total

dari pembuluh darah koroner sehingga menyebabkan pembuluh darah koroner

menjadi menyempit dan mengakibatkan aliran darah dalam pembuluh darah

koroner menjadi tidak lancar.10

1. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner

Patofisiologi terjadi PJK adalah pengerasan dinding arteri koroner melalui

proses aterosklerosis. Aterosklerosis yang dikarakteristikkan adanya deposit lipid

dan kolesterol, muncul pertama kali pada dinding paling dalam arteri, yaitu tunika

intima yang merupakan bagian dari sel endotel jantung.11

Proses aterosklerosis diawali oleh adanya jejas (injury) endotel yang kronis.

Beberapa penyebab jejas endotel antara lain toksin virus dan bakteri, zat racun dari

rokok, sel darah, adrenalin yang dibebaskan pada saat stress, kolesterol, radikal

bebas, berbagai zat yang menimbulkan inflamasi, dan turbulensi aliran darah yang

disebut shear stress. Jejas endotel paling sering terjadi pada kelokan atau

percabangan arteri. Aktivitas endotel yang terus menerus dalam jangka waktu lama

akan menyebabkan disrupsi endotel yang memungkinkan terjadinya interaksi

berbagai elemen darah dengan dinding arteri. Fatty streak terbentuk dari sel darah

putih atau leukosit yang melekat pada endotel bersama-sama dengan molekul lemak

terutama kolesterol LDL. Dari pathogenesis tersebut maka sangat jelas bahwa

proses aterosklerosis adalah suatu keadaan yang dipicu oleh reaksi inflamasi atau

peradangan, dimana proses inflamasi ini akan berjalan terus-menerus selama kita

hidup. Leukosit yang terisi oleh molekul-molekul lemak akan menggelembung dan

3

Page 4: Referat Statin

dinamakan sel busa (foam cells) yang akan berekspansi merangsang sel otot polos

tunika media, dengan demikian dinding pembuluh darah akan menebal, dan yang

menonjol ke dalam lumen arteri yang disebut plak.5,11

2. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

Menurut American Heart Association tahun 2013 dalam Coronary Artery

Disease-Coronary Heart Disease terdapat 2 jenis faktor risiko terjadinya penyakit

jantung koroner, yaitu :12

1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu bertambahnya umur, jenis

kelamin, faktor keturunan dan ras.

2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain merokok, hipertensi,

diabetes mellitus, kurangnya aktivitas fisik, dislipidemia, obesitas, corak

kepribadian tipe A, stress, dan asam urat yang tinggi.

III. STATIN

Setelah studi Framingham, berbagai penelitian melaporkan bahwa kolesterol

merupakan faktor risiko terjadinya PJK sehingga membuat para ahli untuk

melakukan penelitian untuk mencari obat penurun kolesterol. Obat penurun

kolesterol yang pertama diperkenalkan adalah clofibrate, kemudian asam nikotinat,

kolestiramin, dan beta sitosterol. Namun obat-obat ini banyak menimbulkan efek

samping, dan tidak sebanding dengan efektivitasnya, sehingga obat-obat tersebut

tergeser dengan munculnya statin.5

Pada tahun 1971, Dr. Masao Kuroda dan Akira Endo dari jepang melakukan

penelitian untuk mencari HMG-CoA reduktase yang berasal dari mikroba. Mereka

berharap bahwa mikroorganisme tertentu akan menghasilkan senyawa yang

berperan seperti senjata dalam perang untuk melawan mikroba lain dan yang

4

Page 5: Referat Statin

memerlukan sterol atau isoprenoidnya lainnya untuk pertumbuhannya. Penghambat

HMG-CoA reduktase akan mematikan mikroba tersebut.6

Agen pertama yang terisolasi adalah mevastatin (ML-236B nomor registrasi),

sebuah molekul yang diproduksi oleh jamur '' Penicillium citrinum''. Perusahaan

farmasi Merck & Co yang menunjukkan minat dalam penelitian pada 1976, dan

mengisolasi lovastatin (mevinolin, MK803), pertama komersial dipasarkan statin,

dari jamur '' Aspergillus terreus'', jadi statin merupakan obat hipolipidemik yang

berfungsi sebagai penghambat 3-hydroxy-3-methylglutaryl coenzyme A (HMG-

CoA) reductase secara kompetitif, yang didapat dari jamur Aspergillus Terreus,

suatu enzim yang berperan sebagai penghambat biosintesis kolesterol dengan cara

menghambat produksi kolesterol di hati.6 Statin efektif memiliki keunggulan dalam

menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL serta meningkatkan kadar

kolesterol HDL.13

Dr Endo dianugerahi Penghargaan Jepang 2006 untuk karyanya pada

pengembangan statin, dan penghargaan penelitian medis klinis dari Lasker

Foundation pada 2008.6

Banyak jenis statin yang ditemukan, namun yang telah beredar di dunia

kedokteran antara lain Lovastatin, Simvastatin, Pravastatin, Fluvastatin,

Atorvastatin, Rosuvastatin, dan Pitavastatin. Perbedaan antara jenis-jenis statin ini

dapat dilihat pada table berikut :14,15,16

Obat Kelarutan Dosis

Harian

Bioava-

bilitas

Meta-bolisme Eliminasi

Waktu

Paruh

Eksresi di-

ginjal (%)

Dihasilkan dari

5

Page 6: Referat Statin

(jam)

Lovastatin Lipophilic 20-80 5 CYP3A4 2-3 10 Fermentasi jamur

Simvastatin Lipophilic 10-80 5 CYP3A4 1-3 13 Fermentasi jamur

Pravastatin Hydrophilic 10-40 20 Sulfation 2-3 20 Fermentasi jamur

Fluvastatin Lipophilic 20-80 24 CYP2C9 0,5-3 6 Sintesis

Atorvastatin Lipophilic 10-80 12 CYP3A4 13-16 2 Sintesis

Rosuvastatin Hydrophilic 10-40 20 CYP2C9 19 10 Sintesis

Pitavastatin Lipophilic 1-8 80 Hepatic

uptake

11 NA Sintesis

1. Mekanisme Kerja Statin sebagai Obat Hipolipidemik

Kolesterol memegang peranan penting dalam fungsi tubuh, tubuh

membutuhkan kolesterol untuk membentuk membrane sel, membuat hormon,

vitamin D dan asam empedu yang membantu mencerna makanan dalam usus.

Namun akan menimbulkan masalah bila kadarnya berlebih dalam darah. Kolesterol

disintesis di dalam hati. Acetyl Co-A diubah menjadi 3-hydroxy-3-methylglutaryl

coenzyme A (HMG C0-A) oleh HMG Co-A sintetase, kemudian HMG Co-A diubah

menjadi mevalonate oleh HMG Co-A reduktase. Selanjutnya mevalonate diubah

menjadi molekul dasar isoprene, isopentenyl pyrophosphate (IPP) bersamaan

dengan hilangnya CO2. IPP diubah menjadi squalene, yang akhirnya squalene

diubah menjadi kolesterol.5,13,17

Gambar 1. Mekanisme Biosintesis Kolesterol18

6

Page 7: Referat Statin

Statin adalah inhibitor yang kompetitif terhadap enzim HMG-Coa reduktase,

yang mengontrol biosintesis kolesterol. Secara keseluruhan statin memiliki efek

untuk menurunkan kadar kolesterol LDL sebesar 20-55%, tergantung jenis statin

yang digunakan. Statin juga menurunkan kadar trigliserida sebesar 7-30%, dan

melalui mekanisme yang belum diketahui meningkatkan kadar kolesterol HDL

sebanyak 5-15%.13

Statin menurunkan kadar kolesterol dengan cara menghambat secara

kompetitif HMG Co-A reduktase sehingga asetil Ko-A tidak dapat berubah menjadi

HMG Co-A sehingga produksi kolesterol dihati menjadi terhambat.18 Dengan

menghambat produksi kolesterol di hati, statin menurunkan kadar kolesterol LDL

dengan 3 mekanisme, yaitu :13

Mengurangi kolesterol intrahepatik dengan menginduksi peningkatan ekspresi

gen reseptor LDL sehingga menyebabkan lebih banyak reseptor LDL yang

muncul pada permukaan hepatosit, yang memfasilitasi pengikatan dan

beredarnya LDL dari sirkulasi.

Sirkulasi precursor LDL yang dikenal sebagai lipoprotein densitas sangat

rendah (VLDL) dan lipoprotein densitas moderate (IDL) dihilangkan lebih

cepat dari peredaran karena mereka cross-recognition dengan reseptor LDL

hati.

Produksi VLDL hati menurun untuk mengurangi ketersediaan kolesterol

intraseluluer demi perakitan lipoprotein. Karena katabolisme VLDL dalam

sirkulasi membentuk LDL, maka menurunkan produksi VLDL juga akan

menurunkan jumlah LDL. Menurunnya produksi VLDL juga berkaitan

dengan efek statin yang menurunkan kadar trigliserida, karena lipoprotein ini

adalah pembawa utama trigliserida dalam sirkulasi.

7

Page 8: Referat Statin

Penurunan dari kadar LDL akan mengurangi kadar lipid pada lesi

aterosklerosis dan meningkatkan stabilisasi plak, sehingga mengurangi kerentanan

plak untuk pecah, dimana juga akan menurunkan kemungkinan pembentukan

trombus dan sumbatan pada pembuluh darah.13

2. Efek Pleiotropik Statin

Statin digunakan sangat luas pada pasien-pasien dengan penyakit jantung

koroner karena banyak penelitian-penelitian membuktikan bahwa statin mengurangi

angka kematian, kejadian kardiovaskular dan stroke walaupun kadar kolesterol

LDL nya tinggi atau dalam kisaran normal. Pada beberapa studi pasien yang tidak

diketahui memiliki penyakit jantung koroner, terapi statin telah terbukti mengurangi

kejadian koroner pada pasien dengan risiko tinggi, pada mereka dengan kadar

kolesterol LDL yang tinggi ataupun dengan kadar total kolesterol rata-rata tetapi

memiliki kadar kolesterol HDL yang rendah.13

Meningkatkan fungsi endotel

Selain sifatnya sebagai modulasi lipid, statin memiliki efek

kardioprotektif lainnya yaitu meningkatkan fungsi endotel. Adanya disfungsi

endotel yang terjadi pada penyakit jantung koroner terjadi akibat adanya

vasokonstriksi dari asetilkolin dan gangguan pada sintesis dan aktivitas

endothelium nitrit oksida.19,20

Dasar molekulnya berkaitan dengan interaksi produksi nitrit okside

ditingkat seluler.21 Statin meningkatkan fungsi endotel dengan upregulasi

ekspresi dan aktivitas endothelial Nitric Oxide Syntase (eNOS) yang juga

memegang peranan dalam antioksidan. Sintesis nitrit oksida endothelial

diregulasi melalui dua jalur yang berbeda. Jalur pertama adalah dengan

mengaktifkan protein kinase (Akt) pada sel endotel yang merupakan regulator

penting dari sejumlah proses seluler shingga meningkatkan fosforilasi substrat

8

Page 9: Referat Statin

Akt endogen dan meningkatkan produksi nitrit oksida. Jalur kedua adalah

penghambatan dari geranylgeranylation dari G-protein Rho kecil.21,22,23

Antioksidan

Mekanisme lain dimana statin dapat mempengaruhi endothelium adalah

melalui efek antioksidannya. Statin dapat menghambat oksidasi LDL dan

VLDL, menghambat aktivitas makrofag untuk mengoksidasi lipoprotein atau

menurunkan aktivitas makrofag CD 36 yang merupakan reseptor yang diakui

untuk oksidasi LDL.24 Statin melemahkan angiotensin II (Ang II) yang

menginduksi produksi radikal bebas pada otot polos pembuluh darah dengan

menghambat Rac1-dimediasi oleh aktivitas NAD(P)H oksidase dan

downregulasi angiotensin AT1-receptor expression. Sejalan dengan hipotesis

ini, studi RECIFE yang termasuk didalamnya 60 pasien dengan miokard

infark akut, dilaporkan bahwa penggunaan pravastatin 40mg/hari dapat

meningkatkan fungsi endotel, dan juga mengurangi total kolesterol dan

kolesterol LDL sebesar 23 dan 33%.18

Stabilisasi plak

Pengurangan dari kolesterol LDL dapat mengurangi ukuran dari lipid

core. Statin menghambat penyerapan LDL teroksidasi oleh CD36 dan

menghambat oksidasi makrofag sehingga mengurangi pembentukan sel busa.

Melemahnya fibrous cap pada plak yang tidak stabil berhubungan dengan

meningkatnya produksi Matriks Metalloproteinase (MMP) oleh makrofag. 18,24

Dalam sebuah studi mengenai pravastatin, pasien dengan stenosis arteri

carotid menerima pravastatin 40mg/hari dengan tanpa terapi selama 3 bulan

sebelum endaterectomi karotis. Plak berkurang secara signifikan pada mereka

yang mendapat terapi statin dengan berkurangnya lipid dan LDL teroksidasi.,

dimana kadar makrofag dan sel T juga berkurang, selain itu apoptosis dan

penghambat matriks metalloproteinase meningkat secara signifikan.24

9

Page 10: Referat Statin

Sejumlah penelitian juga telah menunjukkan bahwa statin mengurangi

ekspresi dan aktivitas MMP. Penelitian terbaru mengatakan bahwa statin

dapat mencegah terjadinya pecah plak melalui penurunan ekspresi MMP-9.18

Anti inflamasi

Selama satu dekade terakhir, inflamasi memegang peranan dalam

terjadinya aterosklerosis. Peningkatan penanda-penanda inflamasi seperti C-

Reactive Protein (CRP), Interleukin 6 (IL6), Intracelluler Adhesion Molecule-

1 (ICAM-1), dan serum amiloid A (SAA) memiliki hubungan dengan

peningkatan kejadian kardiovaskular.24 Menghambat pembentukan

mevalonate, isoprenoid dan mencegah pembentukan geranyl-geranyl

pirofosfat, statin memegang peranan dalam menghambat kaskade inflamasi.

Studi mengenai Rosuvastatin menunjukkan bahwa rosuvastatin mencegah

terjadinya translokasi Rho A ke plasma membrane, inhibisi dari Rho dapat

mencegah penghambatan aktivitas nitrit oksida.18,24

Pada studi CARE, pasien dengan kadar serum Amyloid A dan C-

Reactive Protein (CRP) yang tinggi memiliki risiko tinggi terjadinya penyakit

kardiovaskular. Pravastatin mengurangi kejadian kardiovaskular hingga 54%

pada pasien dengan mengurangi inflamasi. 18,24

Pada studi MIRACL, dosis tinggi atorvastatin dapat mengurangi kadar

CRP sebanyak 34% dan serum amiloid A sebesar 13% yang berhubungan

dengan berkurangnya kejadian ulang iskemik. 18,24

Tousoulis dkk menunjukkan bahwa dosis rendah atorvastatin dapat

menurunkan penanda-penanda inflamasi seperti interleukin 6 (IL-6), Tumor

Necrosis Factor alpha (TNF-a), soluable Vascular Cell Adhesion Molecule

1(sVCAM-1) dan Monocyte Chemotactic Protein 1 (MCP-1) pada pasien

yang menerima terapi statin dibandingkan dengan grop placebo.18

10

Page 11: Referat Statin

Statin juga berperan dalam mengurangi adhesi dan kemotaksis molekul

yang akan menghambat aktivitas integrin yang juga memegang peranan

dalam proses inflamasi.24

Trombosis

Sanguigni dkk menunjukkan bahwa statin memiliki menfaat pada proses

trombotik. Pada studi ini 30 pasien hiperkolesterolemia dan 20 pasien control.

Dosis atorvastatin 10 mg/hari selama 3 hari menurunkan platelet pada

pembentukan thrombin secara signifikan. Torsoulis dkk juga menunjukkan

statin memiliki efek terhadap thrombosis, dimana pada penelitian tersebut 45

pasien dengan angina pectoris tidak stabil dengan kolesterol yang normal

diberikan atorvastatin 10 mg/hari selama 6 minggu, dengan kontrolnya pasien

yang tidak menerima obat. Dosis rendah atorvastatin dapat memblok

peningkatan faktor von willebrand selama minggu pertama pengobatan, juga

menghambat faktor V, protein C dan antitrombin III. 18

Efek statin lainnya adalah menstimulasi sel progenitor endothelial, dimana sel

progenitor memiliki peranan dalam memperbaiki kerusakan iskemik dan berperan

dalam pembentukan neovaskularisasi, serta berfungsi sebagai imunomodulator

dimana mekanisme imun juga memegang peranan penting dalam proses

aterogenesis.24

3. Efek Samping Statin

Statin adalah obat yang memiliki toleransi baik. Beberapa efek samping yang

timbul akibat pemakaian obat golongan statin ini antara lain gangguan

gastrointestinal ringan. Efek samping yang signifikan adalah adanya

hepatotoksisitas dan miopati. Dimana hepatotoksisitas terjadi tergantung dosisnya,

dan kurang lebih sekitar 1% dari keseleruhan pasien. Efek samping lainnya yang

dapat ditimbulkan dari obat golongan statin antara lain kelelahan, anoreksi hingga

penurunan berat badan. Kebanyakan pasien ada yang tidak bergejala tetapi pada

11

Page 12: Referat Statin

pemeriksaan laboratorium terjadi peningkatan kadar enim transaminase (SGOT dan

SGPT). Resiko terjadinya toksisitas hepar pada penggunaan statin meningkat pada

mereka yang mengkonsumsi alcohol.13

Miopati terutama terjadi pada otot kaki ataupun tangan secara simetris, dan

bervariasi mulai dari mialgia dan ketidaknyamanan pada otot, hingga yang paling

jarang yaitu terjadinya rhabdomiolisis (kerusakan otot) yang disertai dengan

mioglobinuria dan gangguan fungsi ginjal. Kejadian kerusakan otot ini meningkat

dengan adanya penggunaan obat lainnya, termasuk obat untuk menurunkan kadar

lemak seperti obat golongan niasin, dan fenofibrat, obat antibiotic makrolid seperti

eritromicin, claritromicin, obat anti jamur seperti ketokonazole, dan itrakonazole.13

Menurut American Heart Association Guidelines tahun 2013 mengenai terapi

kolesterol untuk mengurangi risiko kardiovaskular aterosklerotik pada dewasa,

kondisi-kondisi pasien yang biasanya menimbulkan efek samping pada penggunaan

statin adalah mereka dengan gangguan fungsi hati atau ginjal, riwayat intoleransi

statin sebelumnya atau gangguan otot sebelumnya, umur > 75 tahun, peningkatan

enzim transaminase dalam hal ini SGOT > 3x dari nilai normal yang tidak dapat

dijelaskan penyebabnya, riwayat penyakit stroke dengan perdarahan, dan orang-

orang keturunan asia.25

4. Stratifikasi Risiko pada Pemberian Statin

Menurut National Cholesterol Education Program, Adult Treatment Panel III

(NCEP ATP III) statin merupakan obat pilihan pertama dalam menurunkan kadar

kolesterol LDL. Yang dinilai dari NCEP ATP III adalah :26

1. Menilai kadar kolesterol

12

Page 13: Referat Statin

Dibawah ini merupakan suatu tabel klasifikasi total kolesterol, kolesterol LDL

dan HDL menurut klasifikasi ATP III

Kolesterol LDL

< 100 Optimal

100-129 Mendekati optimal/dibawah

optimal

130-159 Mendekati tinggi

160-189 Tinggi

≥190 Sangat tinggi

Total kolesterol

<200 Rata-rata

200-239 Rata-rata tinggi

≥240 Tinggi

Kolesterol HDL

<40 Rendah

≥60 Tinngi

2. Menilai ada atau tidaknya penyakit jantung koroner atau CAD ekivalen,

yaitu :

a) Penyakit jantung koroner

b) Penyakit arteri karotis

c) Penyakit arteri perifer

d) Aneurisma aorta abdominal

3. Mendeteksi adanya faktor risiko mayor (selain LDL), yaitu :

a) Merokok

b) Hipertensi dengan tekanan darah ≥140/90 mmHg atau menggunakan

obat antihipertensi

13

Page 14: Referat Statin

c) Kolesterol HDL yang rendah (<40mg/dl)

d) Riwayat keluarga dengan kejadian penyakit jantung dini (pada pria

<55 tahun, dan pada wanita <65 tahun)

e) Umur (pria ≥45 tahun dan wanita ≥55 tahun)

4. Menilai risiko 10 tahun

a) >20%

b) 10-20%

c) <10%

5. Menentukan kategori risiko

14

Page 15: Referat Statin

6. Melakukan perubahan gaya hidup bila kadar LDL diatas normal, yaitu

a) Melakukan diet dengan lemak jenuh <7% kalori, dan kolesterol <200

mg/hari, dan meningkatkan konsumsi sayuran 10-25gram/hari untuk

menurunkan LDL.

b) Managemen berat badan

c) Meningkatkan aktivitas fisik

7. Mempertimbangkan adanya penambahan terapi obat bila kadar LDL diatas

normal

8. Mengidentifikasi adanya sindroma metabolic dan mengobatinya bila ada

setelah perubahan gaya hidup selama 3 bulan.

9. Mengobati bila ada peningkatan kadar trigliserida

5. Efek Statin Pada PJK Dalam Berbagai Landmark Studi

15

Page 16: Referat Statin

Semenjak keluarnya statin, banyak studi-studi klinik yang telah melaporkan

bahwa terapi statin menurunkan Major Cardiovascular Event (MACE) dengan

penurunan LDL kolesterol, dimana hal tersebut menyebabkan suatu revolusi dalam

penanganan penyakit kardiovaskular. The Scandinavian Simvastatin Survival Study

(4S) adalah studi skala besar pertama yang menunjukkan bahwa penggunaan statin

dapat menurunkan kejadian MACE, kematian kardiovaskular, dan total kematian

pada pasien dengan penyakit jantung koroner serta pasien dengan kadar kolesterol

yang tinggi.17

Semua uji klinik berskala besar membuktikan (secara statistik) bahwa statin

efektif menurunkan kolesterol, dan mampu mencegah kejadian koroner baik pada

orang yang belum menderita PJK (pencegahan primer) maupun yang sudah pernah

mengalami serangan jantung (pencegahan sekunder).9,13

Beberapa uji klinik acak telah memberikan bukti dari manfaat statin dalam

pencegahan primer dan pencegahan sekunder kejadian kardiovaskular, antara lain :

1.Uji klinis untuk pencegahan primer

a) The West of Scotland Coronary Prevention Study (WOSCOPS) tahun 1995,

membandingkan terapi pravastatin 40 mg/hari dan placebo pada laki-laki

dengan risiko tinggi Coronary Artery Disease (CAD) dan peningkatan kadar

kolesterol LDL (baseline mean LDL cholesterol 193 mg/dl) menunjukkan

adanya penurunan risiko 31% untuk terjadinya serangan jantung dan kematian

akibat penyakit jantung koroner.27

b) The Air Force / Texas Coronary Atherosclerosis Prevention Study (AFCAPS/

TexCAPS) tahun 1998, memperlihatkan adanya penurunan angka kejadian

fatal dan infark miokard non fatal, angina pectoris tidak stabil atau kematian

karena serangan jantung sebesar 36%, pada pasien risiko tinggi yang

memiliki kadar kolesterol yang rendah dengan pemberian lovastatin 20-40

mg/hari dibandingkan dengan placebo.28

16

Page 17: Referat Statin

c) The Heart Protection Study (HPS) tahun 2002, membandingkan terapi

simvastatin 40 mg atau placebo dengan antioksidan atau placebo pada pasien

dengan risiko tinggi kardiovaskular. Terapi dengan simvastatin dapat

menurunkan 13% kematian karena semua sebab meliputi 18% kematian

karena penyakit jantung koroner. Terapi pada pasien dengan kadar LDL

dibawah 100 mg/dl berhubungan dengan penurunan kejadian vascular. HPS

membantah nilai ambang batas bawah LDL untuk penggunaan statin.29

d) Pravastatin in Elderly Individuals at Risk of Vascular Disease (PROSPER)

tahun 2002, membandingkan penggunaan placebo dengan pravastatin 40

mg/hari pada pasien berumur 70-82 tahun yang sebelumnya memiliki

penyakit koroner, serebral, atau penyakit vascular peripheral dengan riwayat

merokok, hipertensi atau diabetes, menunjukkan penurunan hingga 15%

kematian karena penyakit jantung koroner, non fatal miokard infark dan

stroke dalam 3 tahun.30

e) The Antihypertensive and Lipid Lowering Treatment to Prevent Heart Attack

trial (ALLHAT-LLT) tahun 2002. Penggunaan pravastatin 20-40 mg/hari

dibandingkan dengan perawatan biasa, pada pasien dengan hipertensi yang

memiliki satu factor risiko koroner yang lain dan nilai LDL rata-rata 148

mg/dl. Study ini tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang terlalu

bermakna, hal ini disebabkan karena penurunan LDL yang relatif sederhana

atau fakta bahwa 26% dari pasien dalam kelompok perawatan biasa

mengambil statin pada akhir trial.31

f) The Anglo Scandinavian Cardiac Outcomes Trial-Lipid lowering Arm

(ASCOT-LLA) tahun 2003 membandingkan penggunaan atorvastatin 10

mg/hari dengan placebo pada pasien hipertensi yang memiliki 3 faktor risiko

kardiovaskular lainnya dengan nilai rata-rata LDL 133 mg/dl. Study ini

diberhentikan setelah follow-up selama 3,3 tahun karena alasan keselamatan,

dimana adanya peningkatan insiden yang signifikan dari primary end point

pada pasien dengan placebo. Study ini menunjukkan adanya penurunan

17

Page 18: Referat Statin

primary end point sebesar 36% pada grup atorvastatin. Analisis yang lebih

lanjut menunjukkan keuntungan terapi statin setelah 1 tahun dengan adanya

penurunan insiden fatal dan non-fatal stroke sebesar 27% pada grup

atorvastatin. Study ini mirip dengan HPS dimana dasar keuntungan lebih

lanjut dari penggunaan statin pada pasien dengan risiko tinggi kardiovaskular

tanpa nilai baseline dari LDL atau total kolesterol.32

g) The Collaborative Atorvastatin Diabetes Study (CARDS) tahun 2004,

membandingkan penggunaan atorvastatin 10 mg dengan placebo pada pasien

diabetes dengan 1 faktor risiko kardiovaskular, tidak ada riwayat penyakit

kardiovaskular sebelumnya, dan kadar rata-rata LDL 117 mg/dl. Study ini

dihentikan lebih awal karena insiden primary-end point (sindroma koroner

akut, revaskularisasi koroner atau stroke) yang tinggi pada grup placebo

setelah di follow-up selama 3,9 tahun. Atorvastatin mengurangi kejadian

primary end point hingga 37% dan kematian karena semua sebab 27%. Yang

terpenting dalam trial ini adalah keuntungan penggunaan statin pada pasien

diabetes tanpa memperhatikan nilai LDL.33

h) The Management of Elevated Cholesterol in the Primary Prevention Group of

Adult Japanese (MEGA) tahun 2005 membandingkan antara modifikasi diet

tunggal dan modifikasi diet dengan penggunaan obat pravastatin 10-20

mg/hari pada laki-laki usia 40-70 tahun dan wanita post menopause hingga 70

tahun dengan kadar kolesterol total 220-270 mg/dl, menunjukkan adanya

penurunan kejadian penyakit dan kematian akibat jantung koroner, infark

miokard non fatal, angina, dan intervensi kardiak atau vaskular sebesar 33%.9

i) The Justification for the Use of Statins in Prevention an Intervention Trial

Evaluating Rosuvastatin (JUPITER) tahun 2008 membandingkan penggunaan

rosuvastatin 20 mg/hari dengan placebo, menunjukkan adanya penurunan

kejadian infark miokard non fatal, non fatal stroke, angina pectoris tidak

stabil, revaskularisasi arteri, dan kematian kardiovaskular pada laki-laki ≥ 50

18

Page 19: Referat Statin

tahun dan wanita ≥ 60 tahun dengan kadar kolesterol LDL < 130 mg/dl dan

kadar hsCRP ≥ 2 mg/L sebesar 44%.9

j) The Controlled Rosuvastatin Multinational Trial in Heart Failure

(CORONA) tahun 2007 membandingkan penggunaan rosuvastatin 10 mg/hari

dan placebo pada pria dan wanita berumur ≥ 60 tahun dengan gagal jantung

NYHA II-IV dan EF < 40% menunjukkan adanya penurunan kejadian

kematian karena kardiovaskular, infark miokard non fatal atau stroke sebesar

8%.9

2. Uji klinis untuk pencegahan sekunder

a) The Scandinavian Simvastatin Survival Study (4S) tahun 1994 adalah trial

pencegahan sekunder pertama yang memperlihatkan penurunan total kematian

menggunakan simvastatin pada pasien dengan CAD dengan nilai LDL

berkisar 130-266 mg/dl. Simvastatin menurunkan total kematian pada pasien

dengan CAD sebesar 30%.9

b) The Cholesterol and Recurrent Events Trial (CARE) tahun 1996. Study ini

menunjukkan keuntungan pencegahan berulangnya kejadian koroner dengan

menggunakan terapi pravastatin 40 mg pada pasien yang 3-20 bulan

sebelumnya mengalami infark miokard akut dan memiliki nilai total kolesterol

rata-rata 209 mg/dl.34

c) The Long-Term Intervention with Pravastatin in Ischemic Disease Study

(LIPID) tahun 1998 menunjukkan adanya outcomes yang baik pada semua

pasien, termasuk pada pasien dengan angina pectoris tidak stabil dengan

penggunaan statin.9

d) Pravastatin or Atorvastatin Evaluation and Infection Therapy-TIMI 22

(PROVE-IT-TIMI 22) tahun 2004, membandingkan intensitifitas penggunaan

atorvastatin 80 mg/hari atau pravastatin 40 mg/hari pada pasien dengan

sindroma koroner akut setelah di follow-up selama 2 tahun. Didapatkan

19

Page 20: Referat Statin

adanya penurunan semua end point sebesar 16% dengan atorvastatin

dibandingkan dengan pravastatin. Kadar kolesterol LDL dengan

menggunakan atorvastatin 80 mg/hari adalah 33 mg/dl, lebih rendah

dibandingkan dengan menggunakan pravastatin, 62 mg/hari. Hasil ini

menunjukkan bahwa penggunaan obat penurun lemak yang intensif untuk

mendapatkan nilai kolesterol LDL yang sangat rendah bermanfaat pada pasien

dengan risiko tinggi terjadi kejadian koroner berulang.9

e) The Treating to New Targets (TNT) tahun 2005 menunjukkan keuntungan

terapi intensif penurun kadar lemak pada pasien dengan angina pektoris stabil.

Study ini membandingkan end point kematian dari penyakit jantung koroner,

miokard infark non fatal, resusitasi setelah henti jantung, stroke fatal atau non

fatal pada pasien yang menggunakan atorvastatin 80 mg/hari dengan

atorvastatin 10 mg/hari. Penurunan end point sebesar 22 % pada pasien yang

menggunakan atorvastatin 80 mg/hari dibandingkan dengan pasien yang

menggunakan atorvastatin 10 mg/hari setelah di follow-up selama 4,9 tahun.

Dosis tinggi atorvastatin 80 mg/hari sangat aman, dengan angka kejadian

peningkatan kadar enzim transaminase sebesar 1,2%, dan 0,2% pada

penggunaan atorvastatin 10 mg/hari. Kejadian mialgia dan rhabdomiolisis

sama diantara kedua grup. Study ini menekankan bahwa penggunaan statin

untuk menurunkan kadar kolesterol LDL dibawah 100 mg/dl memberikan

keuntungan pada pasien dengan angina pektoris stabil.9

f) The Incremental Decrease in End Point Through Aggressive Lipid Lowering

(IDEAL) tahun 2005 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan dari terjadinya end point (kematian karena penyakit jantung

koroner, infark miokard akut atau henti jantung) pada pasien dengan riwayat

infark miokard akut sebelumnya dengan penggunaan atorvastatin 80 mg/hari

atau simvastatin 20 mg/hari setelah difollow-up selama 4,8 tahun.9

g) The Lescol Intervention Prevention Study (LIPS) tahun 2002 menunjukkan

adanya penurunan kejadian kematian akibat penyakit jantung, infark miokard

20

Page 21: Referat Statin

non fatal atau intervensi yang berulang sebesar 22% pada pasien post PCI

(Primary Coronary Intervention) dengan pemberian fluvastatin 80 mg/hari

dibandingkan dengan placebo.35

h) The Aggressive Lipid-Lowering Initiation Abates New Cardiac Events

(ALLIANCE) tahun 2004 menunjukkan adanya penurunan kejadian kematian

karena penyakit jantung, infark miokard non fatal, resusitasi karena henti

jantung, revaskularisasi koroner atau angina pectoris tidak stabil sebesar 17%

pada pasien CHD dan kadar kolesterol LDL yang tinggi dengan pemberian

atorvastatin 80 mg/hari dan perawatan biasa.9

i) The Myocardial Ischemia Reduction with Aggressive Cholesterol Lowering

(MIRACL) tahun 2001 menunjukkan adanya penurunan kejadian total

kematian, infark miokard non fatal, resusitasi pada henti jantung, atau ACS

(Acute Coronary Syndrome) yang berulang sebesar 16% pada pasien ACS

yang mendapatkan terapi atorvastatin 80 mg/hari dibandingkan dengan

placebo.9

j) Meta analisis CTT Collaborators (Lancet) tahun 2005 menunjukkan adanya

penurunan 12% semua kasus kematian untuk setiap 1 mmol/l (39 mg/dl)

penurunan LDL. Penurunan sebesar 19% dari kematian karena panyakit

jantung koroner, dan 21% untuk infark miokard, revaskularisasi koroner dan

stroke. Statin menunjukkan keuntungannya dalam 1 tahun penggunaan, dan

meningkat dengan bertambahnya tahun. Statin juga aman dengan tidak adanya

peningkatan dari kejadian kanker selama 5 tahun, dan kejadian rhabdomiolisis

sebesar 0,1%.9

k) Meta analisis Canon Intensive Statin Therapy (Journal American College of

Cardiology) tahun 2006 membandingkan penggunaan obat penurun lemak

secara intensif dan standar, menunjukkan adanya penurunan sebesar 16%

kejadian kematian karena penyakit jantung koroner atau infark miokard pada

pasien yang mendapatkan terapi yang intensif.9

21

Page 22: Referat Statin

6. Statin pada Prosedur Koroner

a) Studi ARMYDA (Atorvastatin for Reduction of Myocardial Damage During

Coronary Intervention) in Naïve Stable Patient dalam Circulation 2004

menunjukkan bahwa pretreatment dengan atorvastatin 40 mg selama 7 hari

secara signifikan mengurangi cedera miokard procedural dalam intervensi

koroner yang direncanakan dan berhubungan dengan penurunan hingga 81 %

kejadian kardiak dalam 1 bulan.36

b) Studi ARMYDA CAMs dalam Journal of The American College of

Cardiology tahun 2006 pada pasien yang menjalani PCI (Primary Coronary

Intervention) terdapat pengurangan cedera miokard procedural setelah 7 hari

pretreatment dengan atorvastatin disejajarkan dengan penurunan dari ICAM-1

dan tingkat E-selektin paska prosedural, sehingga pengurangan respon

inflamasi endotel menjelaskan efek protektif statin.37

c) ARMYDA ACS dalam Journal of The American College of Cardiology tahun

2007, pemberian atorvastatin 80 mg pada pasien ACS yang tidak pernah

menggunakan statin sebelumnya sebelum menjalani PCI dapat menurunkan

sebanyak 88% kali kejadian kardiovaskular dalam 30 hari.38

d) Studi ARMYDA lainnya adalah ARMYDA-RECAPTURE dalam Journal of

The American College of Cardiology menunjukkan pemberian atorvastatin

dosis tinggi 80 mg bolus 12 jam sebelum prosedur PCI dan 40 mg 2 jam

sebelum PCI, pada pasien yang sebelumnya telah menggunakan terapi statin

dapat memberikan efek proteksi dari cedera miokard procedural dan

mengurangi kejadian mayor kardiovaskular yaitu kematian, infark mikard dan

revaskularisasi yang tidak direncanakan dalam 30 hari.39

7. Statin dalam Regresi Plak

a) Banyak studi-studi yang menunjukkan keberhasilan penggunaan statin dalam

hubungannya dengan progresifitas koroner. Dalam studi ASTEROID ( A

22

Page 23: Referat Statin

Study to evaluate The Effect of Rosuvastatin on Intravascular Ultrasound

Derived Coronary Atheroma) menunjukkan bahwa pengobatan dengan

rosuvastatin selama 24 bulan berhubungan dengan regresi aterosklerosis yang

dibuktikan dengan peningkatan diameter lumen pembuluh darah koroner dan

penurunan dalam persen diameter stenosis pada pasien dengan penyakit

jantung koroner. Rosuvastatin juga meningkatkan kadar kolesterol HDL

bersama-sama dengan menurunkan kadar kolesterol LDL hingga <70mg/dl.40

b) Pada studi REVERSAL (Reversal of Atherosclerosis with Aggressive Lipid

Lowering) tahun 2003 membandingkan penggunaan pravastatin 40 mg

dengan atorvastatin 80 mg pada 34 komunitas dari rumah sakit tersier di

amerika serikat selama 18 bulan menunjukkan bahwa penggunaan obat

penurun lemak yang intensif dalam hal ini atorvastatin 80 mg dapat

menurunkan progresifitas aterosklerosis koroner (dimana pengukurannya

menggunakan intravascular ultrasound) bila dibandingkan dengan

pravastatin. Bila dibandingkan dengan nilai baseline, penggunaan atorvastatin

tidak menyebabkan adanya perubahan pada ukuran atheroma. Sedangkan

mereka yang menggunaan pravastatin didapatkan adanya penurunan

progresifitas aterosklerosis koroner. Perbedaan-perbedaan ini mungkin

berhubungan dengan penurunan lebih besar pada lipoprotein aterogenik dan

protein C-reaktif pada pasien yang diobat dengan atorvastatin.41

c) Effect of Rosuvastatin on Progression of Carotid Intima-Media Thickness in

Low-Risk Individuals With Subclinical Atherosclerosis (METEOR study)

dalam Journal American Medical Association tahun 2007 menyatakan bahwa

penggunaan rosuvastatin selama 2 tahun secara signifikan dapat mengurangi

ketebalan carotid intima-media bila dibandingkan dengan placebo pada laki-

laki dan wanita dengan mean usia 57 tahun dengan nilai Framingham Risk

Score < 10%.42

d) The YELLOW trial ( Reduction in Yellow Plaque by Aggressive Lipid-

Lowering Therapy) menunjukkan manfaat terapi intensif statin yaitu

23

Page 24: Referat Statin

rosuvastatin 40 mg perhari selama 7 minggu terhadap plak lipid dalam

koroner yang bukan target revaskularisasi pada pasien dengan multivessel

disease, ternyata menyebabkan regresi plak lipid tersebut.43

e) Atorvastatin Versus Revascularization Treatment (AVERT) membandingkan

antara penggunaan atorvastatin 80 mg sehari dengan tindakan percutaneous

revascularization, diikuti selama 18 bulan pada pasien dengan angina pektoris

stabil yang memiliki kadar LDL ≤115mg/dl, dan hasilnya sama efektifnya

penggunaan penurun kadar LDL yang agresif dengan tindakan percutaneous

revascularization.5,44

f) Study of Coronary Atheroma by Intravascular Ultrasound : Effect

Rosuvastatin versus Atorvastatin (SATURN trial) tahun 2012

membandingkan antara penggunaan rosuvastatin 40 mg dan atorvastatin 80

mg selama 104 minggu, dimana tujuan utamanya adalah Percent Ateroma

Volume (PAV) dan tujuan keduanya adalah Total Atheroma Volume (TAV).

Hasilnya adalah dosis maksimal dari rosuvastatin dan atorvastatin secara

signifikan dapat mengurangi regresi plak aterosklerosis, dimana rosuvastatin

lebih menurunkan kadar LDL dan meningkatkan kadar HDL dibandingkan

atorvastatin, dan kedua regimen ini memiliki kemampuan regresi PAV yang

sama.45

8. Statin pada Kondisi Tertentu

a) The assessment of Lescol in Renal Transplant (ALERT) tahun 2004

membandingkan penggunaan fluvastatin 40 mg/hari dan placebo pada pasien

dengan transplantasi ginjal, menunjukkan adanya penurunan kejadian

kematian karena jantung, infark miokard non fatal, atau revaskularisasi

koroner sebesar 17%.9

b) The Deutsche Diabetes Dialyse (4D) membandingkan penggunaan

atorvastatin 20 mg/hari dan placebo pada pasien DM tipe 2 yang menjalani

24

Page 25: Referat Statin

dialisa, menunjukkan aanya penurunan kejadian kematian karena

kardiovaskular, infark miokard non fatal atau stroke sebesar 8%.9

c) A Study to Evaluate the Use of Rosuvastatin in Subjects on Regular

Hemodialysis: An Assessment of Survival and Cardiovascular Events

(AURORA) tahun 2011 membandingkan penggunaan rosuvastatin 10 mg dan

placebo pada pria dan wanita penderita diabetes berumur 50-80 tahun yang

menjalani hemodialisa menunjukkan adanya penurunan kejadian kematian

karena kardiovaskular, infark miokard non fatal atau stroke sebesar 4%.46

d) The Collaborative Atorvastatin Diabetes Study (CARDS) tahun 2004,

membandingkan penggunaan atorvastatin 10 mg dengan placebo pada pasien

diabetes dengan 1 faktor risiko kardiovaskular, tidak ada riwayat penyakit

kardiovaskular sebelumnya, dan kadar rata-rata LDL 117 mg/dl. Study ini

dihentikan lebih awal karena insiden primary-end point (sindroma koroner

akut, revaskularisasi koroner atau stroke) yang tinggi pada grup placebo

setelah di follow-up selama 3,9 tahun. Atorvastatin mengurangi kejadian

primary end point hingga 37% dan kematian karena semua sebab 27%. Yang

terpenting dalam trial ini adalah keuntungan penggunaan statin pada pasien

diabetes tanpa memperhatikan nilai LDL.33

e) The Action to Control Cardiovascular Risk in Diabetes (ACCORD LIPID)

tahun 2010 membandingkan antara penggunaan statin pada pasien-pasien DM

tipe 2 dengan fibrat dalam menurunkan risiko kardiovaskular. Dimana pada

studi ini sejumlah 5518 pasien DM tipe 2 yang telah mendapatkan pengobatan

dengan statin diberikan tambahan terapi dengan fibrat atau placebo. Hasilnya

adalah kombinasi statin dan fibrat tidak menurunkan risiko kejadian

kardiovaskular fatal, infark miokard yang non fatal, atau stroke non fatal

dibandingkan dengan penggunaan statin sebagai monoterapi.47

f) A Comparative Study with Rosuvastatin in Subjects with Metabolic Syndrome

(COMETS trial) tahun 2005 membandingkan efektifitas, dan keamanan

penggunaan rosuvastatin, atorvastatin dan placebo pada pasien sindroma

25

Page 26: Referat Statin

metabolic dengan kadar LDL ≥130 mg/dl dan memiliki faktor risiko

kardiovaskular >10%. Dimana pada studi ini mereka di pilih secara acak

untuk diberikan rosuvastatin 10 mg, atorvastatin 10 mg atau placebo selama 6

minggu. Setelah itu pada grup rosuvastatin dan placebo mendapatkan

rosuvastatin 20 mg, sedangkan group atorvastatin mendapatkan atorvastatin

20 mg selama 6 minggu. Hasilnya adalah terjadi penurunan yang signifikan

dari kolesterol LDL pada mereka yang menggunakan rosuvastatin

dibandingkan dengan atorvastatin, mereka yang menggunakan rosuvastatin

target LDL dapat tercapai dan peningkatan kadar kolesterol HDL yang terjadi

signifikan.48

g) The Atorvastatin Study for Prevention of Coronary Heart Disease Endpoints

in Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (ASPEN) tahun 2006

membandingkan antara penggunaan atorvastatin 10 mg dengan placebo

selama 4 tahun pada 2410 pasien DM sebagai pencegahan kejadian penyakit

kardiovaskular. Hasilnya adalah penurunan angka endpoint tidak significan

secara statistik, tetapi studi ini tidak mengurangi manfaat pemberian terapi

statin agar tercapai target LDL yang diinginkan.49

26