34
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sinusitis adalah peradangan mukosa sinus paranasal. Definisi lain menyebutkan, sinusitis adalah inflamasi dan pembengkakan membrana mukosa sinus disertai nyeri lokal. Sesuai anatomi sinus yang terkena dapat dibagi menjadi sinusitis maxilla, sinusitis ethmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis sedangkan bila mengenai semua sinus disebut paranasal sinusitis. Faktor predisposisi seperti polip, deviasi septum kavum nasi, tumor dapat obstruksi kompleks osteomeatal yang nantinya akan menyebabkan sinusitis yang umumnya merupakan infeksi bakteri. Yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maxilla dan sinusitis ethmoid, sedangkan sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih jarang ditemukan. Pada anak hanya sinus maxilla dan sinus ethmoid yang berkembang sedangkan sinus frontal dan sinus sphenoid mulai berkembang pada anak berusia kurang lebih 8 tahun. Klasifikasi sinusitis dapat dikategorikan sebagai

Referat Sinusitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Referat Sinusitis

Citation preview

Page 1: Referat Sinusitis

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sinusitis adalah peradangan mukosa sinus paranasal. Definisi lain

menyebutkan, sinusitis adalah inflamasi dan pembengkakan membrana

mukosa sinus disertai nyeri lokal. Sesuai anatomi sinus yang terkena dapat

dibagi menjadi sinusitis maxilla, sinusitis ethmoid, sinusitis frontal, dan

sinusitis sphenoid. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis

sedangkan bila mengenai semua sinus disebut paranasal sinusitis. Faktor

predisposisi seperti polip, deviasi septum kavum nasi, tumor dapat obstruksi

kompleks osteomeatal yang nantinya akan menyebabkan sinusitis yang

umumnya merupakan infeksi bakteri.

Yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maxilla dan sinusitis

ethmoid, sedangkan sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih jarang

ditemukan. Pada anak hanya sinus maxilla dan sinus ethmoid yang

berkembang sedangkan sinus frontal dan sinus sphenoid mulai berkembang

pada anak berusia kurang lebih 8 tahun.

Klasifikasi sinusitis dapat dikategorikan sebagai gejala berlangsung

kurang dari 4 minggu dimana dengan pengobatan yang tepat dan cepat pasien

bisa sembuh sepenuhnya. Sinusitis subakut merupakan perkembangan gejala

selama 4 hingga 12 minggu dan dinyatakan sinusitis kronis bila gejala

berlangsung melebihi 3 bulan.

Terdapat beberapa gejala dan tanda yang bisa membedakan antara

sinusitis akut, sinusitis subakut dan sinusitis kronis. Seperti radang-radang

akut timbul sebagai gejala sinusitis akut, hilangnya tanda radang akut dan

perubahan histologik mukosa sinus masih reversible adalah tanda bagi

sinusitis subkutan dan dikatakan sinusitis kronis ditandai dengan perubahan

histologik mukosa irreversible, misalnya sudah berubah menjadi jaringan

granulasi atau polipoid.

Page 2: Referat Sinusitis

2

Bila keluhan klinis khas yang mengarah pada dugaan sinusitis, maka

dilakukan pemeriksaan radiologi. Posisi rutin yang dipakai ialah posisi

Waters, PA (Caldwell) dan Lateral. Metode mutakhir yang lebih akurat untuk

melihat kelainan sinus paranasal adalah pemeriksaan CT Scan dan MRI.

Page 3: Referat Sinusitis

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi Sinusitis

Sinusitis adalah peradangan mukosa sinus paranasal. Definisi lain

menyebutkan, sinusitis adalah inflamasi dan pembengkakan membrana

mukosa sinus disertai nyeri lokal. Sesuai anatomi sinus yang terkena dapat

dibagi menjadi sinusitis maxilla, sinusitis ethmoid, sinusitis frontal, dan

sinusitis sphenoid. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis

sedangkan bila mengenai semua sinus disebut paranasal sinusitis.

II.2 ANATOMI

Hidung adalah organ penciuman dan jalan utama untuk udara masuk

dan keluar dari paru. Manusia mempunyai sekitar 12 rongga di sepanjang

superior dan bagian lateral rongga hidung. Sinus-sinus ini membentuk

rongga di dalam tulang wajah yaitu sinus maxillaris, sinus frontalis, sinus

ethmoidalis dan sinus sphenoidalis.

Page 4: Referat Sinusitis

4

Gambar 1. Anatomi Sinus Paranasal

Page 5: Referat Sinusitis

5

Gambar 2. Sinus Paranasal, (3)Sinus Frontalis, (4) sinus maxilaris.

Page 6: Referat Sinusitis

6

Gambar 3. (2) sinus maksilaris, (4) sinus frontalis, (5) sinus sphenoidal

a. Sinus Maxillaris

Sinus ini merupakan sinus paranasalis yang terbesar. Berbentuk

pyramid. Dinding anterior sinus adalah permukaan fasial os maksila yang

disebut fossa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infra-

temporal maxilla, dinding medialnya adalah dinding lateral rongga hidung,

dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah

prosessus alveolaris dan palatum.

b. Sinus frontalis

Sinus frontalis terletak di os frontal, terbagi dua kanan dan kiri yang

biasanya tidak simetris, satu lebih besar daripada lainnya dan dipisahkan

oleh sekat yang terletak digaris tengah. Sinus frontalis biasanya tersekat-

sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Dipisahkan oleh tulang yang relatif

Page 7: Referat Sinusitis

7

tipis dari orbita dan fossa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus

frontalis mudah menyebar ke daerah ini.

c. Sinus Ethmoidalis

Sinus ini berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang

tawon yang terdapat di dalam massa bagian lateral os ethmoid, yang

terletak diantara konka media dan dinding medial orbita. Berdasarkan

letaknya, sinus ethmoidalis dibagi menjadi sinus ethmoidalis anterior dan

posterior. Sinus ethmoidalis anterior bermuara di meatus medius dan sinus

ethmoidalis posterior bermuara di meatus superior.

d. Sinus sphenoidalis

Sinus sphenoidalis terletak dalam os sphenoid di belakang sinus

ethmoidalis posterior. Sinus sphenoidalis dibagi oleh dua sekat yang

disebut septum intersphenoid. Batas-batasnya adalah sebelah superior

terdapat fossa serebri median dan kelenjar hipofise, sebelah inferiornya

atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus cavernosus dan

arteri karotis interna (sering tampak sebagai indentasi), dan sebelah

posteriornya berbatasan dengan fossa serebri posterior di daerah pons.

II.3 Fisiologi Sinus Paranasal

Sampai saat ini belum ada kesesuaian pendapat mengenai fisiologi

sinus paranasal. Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak

mempunyai fungsi apa-apa, karena terbentuknya sebagai akibat

pertumbuhan tulang muka. Namun ada beberapa pendapat yang dicetuskan

mengenail fungsi sinus paranasal yakni :

1. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)

Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan

mengatur kelembaban udara inspirasi. Volume pertukaran udara dalam

ventilasi sinus kurang lebih 1/1000 volume sinus pada tiap kali

bernapas, sehingga dibutuhkan beberapa jam untuk pertukaran udara

total dalam sinus.

Page 8: Referat Sinusitis

8

2. Sebagai penahan suhu (thermal insulators)

Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan (buffer) panas, melindungi

orbita dan fossa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah.

3. Membantu keseimbangan kepala

Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang

muka. Akan tetapi, bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya

akan memberikan pertambahan berat sebesar 1% dari berat kepala,

sehingga teori dianggap tidak bermakna.

4. Membantu resonansi suara

Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan

mempengaruhi kualitas suara.Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi

sinus dan ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai

resonator yang efektif.Lagipula tidak ada korelasi antara resonansi

suara dan besarnya sinus pada hewan-hewan tingkat rendah.

5. Sebagai peredam perubahan tekanan udara

Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan

mendadak misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus

6. Membantu produksi mukus

Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya

kecil dibandingkan dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif

untuk membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi

karena mukus ini keluar dari meatus medius, tempat yang paling

strategis.

II.4 Klasifikasi Sinusitis

Berdasarkan konsensus pada Internasional Conference of Sinus

Disease, sinusitis dibagi menjadi 2 yaitu

1. Sinusitis akut

Sinusitis akut adalah infeksi sinus maksilaris yang berlangsung

selama 7 hari sampai 8 minggu, dengan episode serangan kurang dari 4

Page 9: Referat Sinusitis

9

kali dalam setahun dan setelah diberikan terapi optimal, mukosa sinus

akan kembali normal.

2. Sinusitis kronis

Sinusitis kronis adalah infeksi sinus yang berlangsung lebih dari 8

minggu sampai jangka waktu yang tidak terbatas, dengan episode

serangan lebih dari 4 kali dalam setahun dan walaupun diberikan terapi

yang optimal, mukosa tetap abnormal sehingga harus dibuang lewat

pembedahan.

II.5 Etiologi

Seperti yang diketahui, terdapat banyak faktor menjadi penyebab

sesuatu penyakit timbul, antaranya faktor internal seperti daya tahan tubuh

yang menurun akibat defisiensi gizi yang menyebabkan tubuh rentan

dijangkiti penyakit dan faktor eksternal seperti perubahan musim yang

ekstrim, terpapar lingkungan yang tinggi zat kimiawi, debu, asap tembakau

dan lain-lain.

Faktor-faktor lokal tertentu juga dapat menjadi predisposisi penyakit

sinusitis, berupa deformitas rangka, alergi, gangguan geligi, benda asing dan

neoplasma. Adapun agen etiologinya dapat berupa virus, bakteri atau jamur.

a. Virus, sinusitis virus biasanya terjadi selama infeksi saluran napas atas,

infeksi virus yang lazim menyerang hidung dan nasofaring juga

menyerang sinus. Mukosa sinus paranasalis berjalan kontinyu dengan

mukosa hidung dan penyakit virus yang menyerang hidung perlu

dicurigai dapat meluas ke sinus. Antara agen virus tersering

menyebabkan sinusitis antara lain: Rhinovirus, influenza virus,

parainfluenza virus dan adenovirus.

b. Bakteri, organisme penyebab tersering sinusitis akut mungkin sama

dengan penyebab otitis media. Yang sering ditemukan antara lain:

Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, Branhamella

cataralis, Streptococcus alfa, Staphylococcus aureus dan Streptococcus

pyogenes. Penyebab dari sinusitis kronik hampir sama dengan bakteri

Page 10: Referat Sinusitis

10

penyebab sinusitis akut. Namun karena sinusitis kronik berhubungan

dengan drainase yang kurang adekuat ataupun fungsi mukosiliar yang

terganggu, maka agen infeksi yang terlibat cenderung bersifat

opportunistik, dimana proporsi terbesar merupakan bakteri anaerob

(Peptostreptococcus, Corynobacterium, Bacteroides, dan Veillonella).

c. Jamur, biasanya terjadi pada pasien dengan diabetes, terapi

immunosupresif, dan immunodefisiensi misalnya pada penderita AIDS.

Jamur penyebab infeksi biasanya berasal dari genus Aspergillus dan

Zygomycetes.

II.6 Patofisiologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan

lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam kompleks

osteo-meatal. Sinus dilapisi oleh sel epitel respiratorius. Lapisan mukosa

yang melapisi sinus dapat dibagi menjadi dua yaitu lapisan viscous

superficial dan lapisan serous profunda. Cairan mukus dilepaskan oleh sel

epitel untuk membunuh bakteri maka bersifat sebagai antimikroba serta

mengandungi zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh

terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan. Cairan mukus

secara alami menuju ke ostium untuk dikeluarkan jika jumlahnya

berlebihan.

Faktor yang paling penting yang mempengaruhi patogenesis terjadinya

sinusitis yaitu apakah terjadi obstruksi dari ostium. Jika terjadi obstruksi

ostium sinus akan menyebabkan terjadinya hipooksigenasi, yang

menyebabkan fungsi silia berkurang dan epitel sel mensekresikan cairan

mukus dengan kualitas yang kurang baik. Disfungsi silia ini akan

menyebabkan retensi mukus yang kurang baik pada sinus. Organ-organ

yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa

yang berhadapan, akan saling bertemu sehingga silia tidak dpat bergerak

dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif di dalam rongga

Page 11: Referat Sinusitis

11

sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi

ini boleh dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh

dalam waktu beberapa hari tanpa pengobatan.

Bila kondisi ini menetap, sekret yang dikumpul dalam sinus merupakan

media baik untuk pertumbuhan dan multiplikasi bakteri. Sekret menjadi

purulen. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis aku bakterial dan

memerlukan terapi antibiotik.

Dengan ini dapat disimpulkan bahwa patofisiologi sinusitis ini

berhubungan dengan tiga faktor, yaitu patensi ostium, fungsi silia, dan

kualitas sekresi hidung. Perubahan salah satu dari faktor ini akan merubah

sistem fisiologis dan menyebabkan sinusitis.

II.7 Penegakan diagnosis

a. Anamnesis

Keluhan utama sinusitis akut adalah hidung tersumbat disertai

nyeri/ rasa tekanan pada muka dan mukus purulen, yang seringkali

turun ke tenggorok (post nasal drip) dapat disertai gejala sistemik

seperti demam dan lesu.

Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena

merupakan ciri khas sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga

terasa di tempat lain (referred pain). Nyeri pipi menandakan sinusitis

maxilla, nyeri diantara atau di belakang ke dua bola mata menandakan

sinusitis frontal. Pada sinusitis sphenoid, nyeri dirasakan di vertex,

oksipital, belakang bola mata dan daerah mastoid. Pada sinusitis

maxilla kadang-kadang ada nyeri alih ke gigi dan telinga.

Gejala lain adalah sakit kepala, hiposmia/anosmia, halitosis, post

nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak.

Keluhan sinusitis kronik tidak khas sehingga sulit di diagnosis.

Kadang-kadang hanya 1 atau 2 dari gejala-gejala yaitu sakit kepala

kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorok, gangguan

telinga akibat sumbatan kronik muara tuba eustachius, gangguan ke

Page 12: Referat Sinusitis

12

paru seperti bronkitis, bronkiektasis dan yang penting adalah serangan

asma yang meningkat dan sulit diobati. Pada anak, mukopus yang

tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis.

b. Pemeriksaan Fisik

Untuk melihat tanda-tanda klinis dapat dilakukan pemeriksaan

antara lain:

1. Inspeksi

Yang diperhatikan adalah adanya pembengkakan pada muka.

Pembengkakan di pipi sampai kelopak mata bawah yang berwarna

kemerah-merahan mungkin menunjukkan suatu sinusitis maksilaris

akut. Pembengkakan di kelopak mata atas mungkin menunjukkan

suatu sinusitis frontalis akut.

Sinusitis etmoid akut jarang menyebabkan pembengkakan ke

luar, kecuali bila telah terbentuk abses.

2. Palpasi

Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk di gigi menunjukkan

adanya sinusitis maksila. Pada sinusitis frontal terdapat nyeri tekan

di dasar sinus frontal yaituoada bagian medial atap orbita. Sinusitis

etmoid menyebabkan rasa nyeri tekan di daerah kantus medius.

3. Transiluminasi

Transiluminasi mempunyai manfaat yang terbatas, hanya dapat

dipakai untuk memeriksa sinus maksila dan sinus frontal. Pada

pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram

atau gelap.

Transiluminasi pada sinus frontal hasilnya lebih meragukan.

Besar dan bentuk kedua sinus ini seringkali tidak sama. Gambaran

yang terang berarti sinus berkembang dengan baik dan normal,

sedangkan gambaran yang gelap mungkin hanya menunjukkan

sinus yang tidak berkembang.

Page 13: Referat Sinusitis

13

4. Rhinoskopi

- Rhinoskopi anterior

Tampak mukosa hidung hiperemis dan edema, terlihat pus

pada meatus nasi media.

- Rhinoskopi posterior

Tampak sekret kental di nasofaring (post nasal drip).

Tabel 1. Kriteria diagnosis sinusitis

Mayor Minor

Nyeri atau rasa tertekan pada wajah Sakit kepala

Sekret nasal dan post nasal purulen Batuk

Demam (fase akut) Rasa lelah

Kongesti nasal Halitosis (bau mulut)

Obstruksi nasal Nyeri gigi

Hiposmia atau anosmia Nyeri atau rasa tertekan /penuh

pada telinga

Diagnosis memerlukan dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dengan dua

kriteria minor pada pasien dengan gejala lebih dari 7 hari.

Sumber: Boies ET. (2001)

c. Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan Mikrobiologik Dan Laboratorium

Untuk pemeriksaan mikrobiologik sebaiknya diambil sekret

dari meatus medius atau meatus superior. Pada sinusitis akut,

kemungkinan akan ditemukan bermacam-macam bakteri yang

merupakan flora normal di hidung atau kuman patogen, seperti

Pneumococcus, Sterptococcus, Sthaphylococcus dan H.influenza

atau bahkan virus/jamur. Sedangkan pada sinusitis kronis biasanya

ditemukan infeksi campuran oleh berbagai macam mikroba seperti

Page 14: Referat Sinusitis

14

kuman aerob S.aureus, S.viridans, H.influenza dan kuman anaerob

Peptostreptokokus dan Flusobakterium.

Adanya kultur sinus adalah satu-satunya cara definitif

untuk mengkonfirmasi diagnosa dari sinusitis yang infeksius.

Kultur bisa diperoleh dari meatus nasi media dibawah tuntunan

endoskopi atau melalui tehnik punksi. Organisme spesifik

dipertimbangkan patogen saat lebih dari 104 koloni terbentuk,

spesies-spesies ini timbul pada kultur atau saat hitung jenis PMN

lebih dari 5000 ml.

- Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk mendapatkan

informasi dan untuk mengevaluasi sinus paranasal. Posisi rutin

yang dipakai ialah posisi Waters, AP (Caldwell) dan Lateral.

Metode mutakhir yang lebih akurat untuk melihat kelainan sinus

paranasal adalah pemeriksaan CT Scan dan MRI.

Foto Polos Kepala

Posisi rutin yang dipakai ialah posisi Waters, AP

(Caldwell) dan Lateral. Kelainan akan terlihat perselubungan, batas

udara-cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa.

a. Foto kepala posisi AP (Posisi Caldwell)

Foto ini diambil pada posisi kepala meghadap kaset,

bidang midsagital kepala tegak lurus pada film. Idealnya pada

film tampak pyramid tulang petrosum diproyeksi pada 1/3

bawah orbita atau pada dasar orbita. Hal ini dapat tercapai

apabila orbito-meatal line tegak lurus pada film dan

membentuk 1500 kaudal.

Page 15: Referat Sinusitis

15

Gambar 4. Foto konvensional caldwell posisi PA menunjukkan air fluid

level pada sinus maxillaris

Page 16: Referat Sinusitis

16

Gambar 5. Foto rontgen sinus yang menunjukkan air-fluid level pada sinus

etmoid

b. Foto lateral kepala

Dilakukan dengan film terletak di sebelah lateral

dengan sentrasi di luar kantus mata, sehingga dinding posterior

dan dasar sinus maksilaris berhimpit satu sama lain.

Page 17: Referat Sinusitis

17

Gambar 6. Foto lateral menunjukkan gambaran air fluid level di sinus

maksilla

c. Foto posisi Waters

Foto ini dilakukan dengan posisi dimana kepala

menghadap film, garis orbito meatus membentuk sudut 370

dengan film. Pada foto ini, secara ideal piramid tulang

petrosum diproyeksikan pada dasar sinus maxillaris sehingga

kedua sinus maxillaris dapat dievaluasi sepenuhnya. Foto

Waters umumnya dilakukan pada keadaan mulut tertutup. Pada

posisi mulut terbuka akan dapat menilai dinding posterior sinus

sphenoid dengan baik.

Gambar 7. Air Fluid Level Pada sinus maksilaris kanan-kiri

Page 18: Referat Sinusitis

18

Gambar 8. Perselubungan di sinus maksilaris kanan

Page 19: Referat Sinusitis

19

Gambar 9. air fluid level dan penebalan mukosa

Pemeriksaan CT-Scan

Pemeriksaan CT-Scan sekarang merupakan pemeriksaan yang sangat

unggul untuk mempelajari sinus paranasal, karena dapat menganalisis dengan baik

tulang-tulang secara rinci dan bentuk-bentuk jaringan lunak, irisan axial

merupakan standar pemeriksaan paling baik yang dilakukan dalam bidang inferior

orbitomeatal (IOM). Pemeriksaan ini dapat menganalisis perluasan penyakit dari

gigi geligi, sinus-sinus dan palatum, terrmasuk ekstensi intrakranial dari sinus

frontalis.

Gambar 10. Foto CT scan posisi coronal memperlihatkan gambaran sinusitis maxilla

dengan penebalan dinding mukosa di sinus maxilla kanan

Pada kasus-kasus sinusitis sphenoid, kira-kira 50% foto polos sinus

Page 20: Referat Sinusitis

20

sphenoidalis yang normal, tapi apabila dilakukan pemeriksaan CT-Scan, maka

tampak kelainan pada mukosa berupa penebalan.

Pemeriksaan MRI

MRI memberikan gambaran yang lebih baik dalam membedakan struktur

jaringan lunak dalam sinus. Kadang digunakan dalam kasus suspek tumor dan

sinusitis fungal. Sebaliknya, MRI tidak mempunyai keuntungan dibandingkan

dengan CT Scan dalam mengevaluasi sinusitis. MRI memberi hasil positif palsu

yang tinggi, penggambaran tulang yang kurang, dan biaya yang mahal. MRI

membutuhkan waktu lama dalam penyelesaiannya dibandingkan dengan CT Scan

yang relatif cukup cepat dan sulit dilakukan pada pasien klaustrofobia.

MRI mungkin merupakan pilihan terbaik untuk mendeteksi dan mengenali

mukokel. MRI dengan kontras merupakan teknik terbaik untuk mendeteksi

empiema subdural atau epidural.

Gambar 11. Foto MRI menunjukkan hiperintensitas sinus ethmoid dan sinus

maksilaris kanan

Page 21: Referat Sinusitis

21

II.8 Penatalaksanaan

Terapi primer dari sinusitis akut adalah secara medikamentosa.

1. Analgetik

Rasa sakit yang disebabkan oleh sinusitis dapat hilang dengan

pemberian aspirin atau preparat codein. Kompres hangat pada wajah

juga dapat menbantu untuk mengjilangkan rasa sakit tersebut

2. Antibiotik

Secara umum, dapat diberikan antibiotika yang sesuia selama 10 –

14 hari walaupun gejala klinik telah hilang. Antibiotik yang sering

diberikan adalah amoxicillin, ampicillin, erythromicin plus

sulfonamid, sefuroksim dan trimetoprim plus sulfonamid.

3. Dekongestan

Pemberian dekongestan seperti pseudoefedrin, dan tetes hidung

poten seperti fenilefrin dan oksimetazolin cukup bermanfaat untuk

mengurangi udem sehingga dapat terjadi drainase sinus.

4. Irigasi antrum

Indikasinya adalah apabila ketiga terapi di atas gagal, dan ostium

sinus sedemikian udematosa sehingga terbentuk abses sejati. Irigasi

antrum maksiilaris dilakukan dengan mengalirkan larutan salin hangat

melalui fossa incisivus kedalam antrum maksillaris. Caian ini

kemudian akan mendorong pus untuk keluar melalui ostium normal.

5. Diatermi gelombang pendek

6. Menghilangkan faktor predisposisi

Prinsip utama penanganan sinusitis kronik adalah

1. Mengenali faktor penyebab dan mengatasinya

2. Mengembalikan integritas dari mukosa yang udem

Pengembalian ventilasi sinus dan koreksi mukosa akan mengembalikan

fungsi lapisan mukosilia.

Page 22: Referat Sinusitis

22

1. Antibiotika

Sinusitis kronis biasanya disebabkan oleh bakteri anaerob.

Antibiotik yang biasanya digunakan adalah metronidazole, co-

amoxiclav dan clindamycin

2. Mukolitik

Sinusitis kronis biasanya menghasilkan sekret yang kental. Terapi

dengan mukolitik ini biasanya diberikan pada penderita rinosinusitis.

Sekret yang encer akan lebih mudah dikeluarkan dibandingkan dengan

sekret yang kental.

3. Nasal toilet

Pembersihan hidung dan sinus dari sekret yang kental dapat

dilakukan dengan saline sprays atau irigasi. Cara yang efektif dan

murah adalah dengan menggunakan canula dan Higgison’s syringe

4. Kortikosteroid

Kortikosteroid merupakan obat yang paling efektif untuk

mengurangi udem pada mukosa yang berkaitan dengan infeksi.

5. Pembedahan

Pembedahan dilakukan apabila pengobatan dengan medikamentosa

sudah gagal. Pembedahan radikal dilakukan dengan mengankat

mukosa yang patologik dan membuat drainase dari sinus yang terkena.

Untuk sinus maksila dilakukan operasi Caldwell – Luc, sedangkan

untuk sinus ethmoid dilakukan etmoidektomi.

Pembedahan tidak radikal yang akhir akhir ini sedang

dikembangkan adalah menggunakan endoskopi yang disebut Bedah

Sinus Endoskopi Fungsional.Prisnsipnya adalah membuka daerah

osteomeatal kompleks yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi

sehingga ventilasi dan drainase sinus dapat lancar kembali melaui

ostium alami.

Page 23: Referat Sinusitis

23

II.9 Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari sinusitis paranasalis yaitu:

1. Rinitis Alergika

Pada rinitis alergi sekret lebih cair, dan tidak disertai nyeri wajah atau

nyeri tekan. Pada pemeriksaan rinoskopi mukosa berwarna pucat atau

biru-keabuan, dan sekret cair. Diluar serangan mukosa kembali

normal.

2. Tumor Sinus

Pada tumor sinus, epitaksis akan lebih sering terjadi. Dan dapat

menyebabkan rasa nyeri pada gigi atas, gigi goyah, dan pembengkakan

dan laserasi pada daerah palatum.

3. Polip Nasi

Pada gambaran CT Scan tampak pembesaran/ penebalan

dinding nasal lateral, polip antral-choanal juga dapat memberikan

gambaran perselubungan pada sinus maxillaris dengan lesi yang

menonjol ke atas dari antrum maxillaris ke choanae.

4. Kista sinus

Bila terdapat kista yang besar di dalam sinus maksila, akan

tampak terang pada pemeriksaan transiluminasi, sedangkan pada foto

rontgen tampak adanya perselubungan berbatas tegas di dalam sinus

maksila.

II.10 PROGNOSIS

Sinusitis akut memiliki prognosis yang sangat baik, dengan perkiraan

70% penderita sembuh tanpa pengobatan. Sedangkan sinusitis kronik

memiliki prognosis yang bervariasi. Jika penyebabnya adalah kelainan

anatomi dan telah diterapi dengan bedah, maka prognosisnya baik.lebih dari

90% pasien membaik dengan intervensi bedah, namun pasien ini kadang

mengalami kekambuhan.

Page 24: Referat Sinusitis

24

BAB III

DAFTAR PUSTAKA

Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinusitis. 2011. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI

Itzhak Brook, MD,MSc. Epidemiology of Acute Sinusitis. Updated Apr 2, 2012.

Available from: http://www.medscape.com

Boies, LR. 2001. Penyakit Sinus Paranasalis. Dalam: Adam GL, Boies LR, Higler

PA. Buku Ajar Penyakit THT ( BOIES Fundamental of Otolaryngology).

Edisi 6. Jakarta: EGC

Rachman MD. 2005. Sinus paranasalis dan Mastoid. Dalam: Ekayuda I. Radiologi

Diagnostik. Edisi Kedua. Jakarta : Divisi Radiodiagnostik Departemen

Radiologi FKUI.

John E McClay, MD. Overview of Nasal Polyps. In : Mayer Md, AD. 2012.

Available from: http://www. medscape.com