Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    1/25

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Rinitis atrofi (ozaena) adalah infeksi hidung kronik, yang ditandai adanya

    atrofi progresif pada mukosa dan tulang konka dan pembentukan krusta. Disebut

    juga rinitis chronica atrophicanscum foetida. Secara klinis, mukosa hidung

    menghasilkan sekret yang kental dan cepat mengering, sehingga terbentuk krusta

    yang berbau busuk.1

    Rinitis atrofi merupakan suatu penyakit yang jarang secara umum ditemui

    pada masa sekarang ini. eskipun kekerapannya sering dijumpai pada negara!

    negara berkembang, rinitis atropi juga cukup sering didapatkan sebagai suatu

    sekuele dari tindakan!tindakan medis.1 Rinitis atrofi merupakan istilah yang

    sering dipakai dalam dunia kedokteran. Rinitis atrofi juga dikenal sebagai suatu

    rinitis kering, rinitis sika atau ozaena. "enyakit ini dikenal dengan cirinya yang

    khas yaitu bau yang muncul dari rongga hidung.1

    #oetor e$ nasi berarti bau busuk dari dalam hidung. %ejala ini termasuk

    salah satu penyebab seorang pasien mencari pertolongan pada dokter. &amun,

    pada rinitis atrofi, foetor e$ nasi tidak dirasakan oleh penderita sehingga perasaan

    tidak nyaman dirasakan oleh orang sekitarnya, bukannya oleh pasien. 'erlebih

    lagi penyakit ini lebih sering menyerang perempuan, sehingga menimbulkan

    keluhan tersendiri bagi pasien.1

    enurut oies, frekuensi penderita rinitis atrofi pada anita dan laki!laki

    adalah * + 1. "enyakit ini lebih sering mengenai anita, terutama pada usiapubertas. Sering ditemukan pada masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi

    rendah dan di lingkungan yang buruk dan di negara sedang berkembang.1,,*

    -zaena lebih umum di negara!negara sekitar aut 'engah daripada di

    /merika Serikat. enurunnya insidens campak, scarlet fever, dan difteria di

    0ropa Selatan sejak perang dunia ke tampaknya timbul bersaman dengan suatu

    penurunan tajam dalam insidens ozaena.1

    1 2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    2/25

    Rinitis atrofi mempunyai etiologi dan patogenesis yang sampai sekarang

    belum dapat diterangkan dengan memuaskan, sehingga pengobatannya belum ada

    yang baku. "engobatan ditujukan untuk menghilangkan faktor penyebab dan

    untuk menghilangkan gejala. "engobatan dapat diberikan secara konser3atif atau

    jika tidak menolong dilakukan operasi. -leh karena itu, pada makalah ini akan

    dibahas mengenai rinitis atrofi.1

    2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    3/25

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI HIDUNG

    2.1.1 Anatomi Hidung

    4idung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. 4idung bagianluar menonjol pada garis tengah di antara pipi dan bibir atas5 struktur hidung luar

    dibedakan atas tiga bagian, yang paling atas terdapat kubah tulang yang tak dapat

    digerakkan5 di baahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan5

    dan yang paling baah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan. entuk

    hidung luar seperti piramid dengan bagian!bagiannya dari atas ke baah + 1)

    pangkal hidung (bridge), ) batang hidung (dorsum nasi), *) puncak hidung (hip),

    6) ala nasi, 7) kolumela,dan 8) lubang hidung (nares anterior). 1

    4idung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang raan yang dilapisi

    oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan

    atau menyempitkan lubang hidung. 9erangka tulang terdiri dari + 1) tulang hidung

    (os nasal) , ) prosesus frontalis os maksila dan *) prosesus nasalis os frontal 5

    sedangkan kerangka tulang raan terdiri dari beberapa pasang tulang raan yang

    terletak di bagian baah hidung, yaitu 1) sepasang kartilago nasalis lateralis

    superior, ) sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai

    kartilago ala mayor dan *) tepi anterior kartilago septum. 1

    * 2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    4/25

    %ambar + /natomi 4idung agian uar

    agian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os.

    internum di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga

    hidung dari nasofaring. 9a3um nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat

    konka superior, konka media, dan konka inferior. :elah antara konka inferior

    dengan dasar hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konka

    media dan inferior disebut meatus media dan sebelah atas konka media disebut

    meatus superior.1

    6 2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    5/25

    %ambar +

    /natomi 4idung agian Dalam

    S!tum na"i

    Septum membagi ka3um nasi menjadidua ruang kanan dan kiri. agian

    posterior dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoid, bagian anterior oleh

    kartilago septum (kuadrilateral), premaksila dan kolumela membranosa5 bagian

    posterior dan inferior oleh os 3omer, kristamaksila, 9rista palatine serta krista

    sfenoid.1

    Ka#um na"i

    9a3um nasi terdiri dari+ 1

    1. Dasar hidung

    Dasar hidung dibentuk oleh prosesus palatine os maksila dan prosesus

    horizontal os palatum.

    . /tap hidung

    /tap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasal,

    prosesus frontalisos maksila, korpus os etmoid, dan korpus os sphenoid.

    Sebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui

    oleh filament!filamen n.olfaktorius yang berasal dari permukaan baah

    bulbus olfaktorius berjalan menuju bagian teratas septum nasi dan

    permukaan kranial konka superior

    *. Dinding ateral

    7 2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    6/25

    Dinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os

    maksila, os lakrimalis, konka superior dan konka media yang merupakan

    bagian dari os etmoid, konka inferior, lamina perpendikularis os platinum

    dan lamina pterigoideus medial.

    6. 9onka

    #osa nasalis dibagi menjadi tiga meatus oleh tiga buah konka5 celah antara

    konka inferior dengan dasar hidung disebut meatus inferior5 celah antara

    konka media dan inferior disebut meatus media, dan di sebelah atas konka

    media disebut meatus superior. 9adang!kadang didapatkan konka keempat

    (konka suprema) yang teratas. 9onka suprema, konka superior, dan konka

    media berasal dari massa lateralis os etmoid, sedangkan konka inferior

    merupakan tulang tersendiri yang melekat pada maksila bagian

    superiordan palatum.

    Matu" Na"a$i" Su!%io%

    eatus superior atau fisura etmoid merupakan suatu celah yang sempit

    antara septum dan massa lateral os etmoid di atas konka media. 9elompok sel!sel

    etmoid posterior bermuara di sentral meatus superior melalui satu atau beberapa

    ostium yang besarnya ber3ariasi. Di atas belakang konka superior dan di depan

    korpus os sfenoid terdapat resesus sfeno!etmoidal, tempat bermuaranya sinus

    sfenoid.1

    Matu" Na"a$i" Mdia

    erupakan salah satu celah yang penting yang merupakan celah yang

    lebih luas dibandingkan dengan meatus superior. Disini terdapat muara sinus

    maksila, sinus frontal dan bahagian anterior sinus etmoid. Di balik bagian anterior

    konka media yang letaknya menggantung, pada dinding lateral terdapat celah

    yang berbentuk bulan sabit yang dikenal sebagai infundibulum. /da suatu muara

    atau fisura yang berbentuk bulan sabit yang menghubungkan meatusmedius

    dengan infundibulum yang dinamakan hiatus semilunaris. Dinding inferior dan

    medial infundibulum membentuk tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal

    8 2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    7/25

    sebagai prosesus unsinatus. Di atas infundibulum ada penonjolan hemisfer yaitu

    bula etmoid yang dibentuk oleh salah satu sel etmoid. -stium sinus frontal,

    antrum maksila, dan sel!sel etmoid anterior biasanya bermuara di infundibulum.

    Sinus frontal dan sel!sel etmoid anterior biasanya bermuara di bagian anterior

    atas, dan sinus maksila bermuara di posterior muara sinus frontal. /dakalanya sel!

    sel etmoid dan kadang!kadang duktus nasofrontal mempunyai ostium tersendiri di

    depan infundibulum.1

    Matu" Na"a$i" In&%io%

    eatus inferior adalah yang terbesar di antara ketiga meatus, mempunyai

    muara duktus nasolakrimalis yang terdapat kira!kira antara * sampai *,7 cm di

    belakang batas posterior nostril.1

    %ambar * + uara Sinus "aranasalis

    Kom!$'" o"tiomata$ (KOM)

    9ompleks ostiomeatal (9-) adalah bagiandari sinus etmoid anterior

    yang berupa celah pada dinding lateral hidung. "ada potongan koronal sinus

    ; 2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    8/25

    paranasal gambaran 9- terlihat jelas yaitu suatu rongga di antara konka media

    dan lamina papirasea. Struktur anatomi penting yang membentuk 9- adalah

    prosesus unsinatus, infundibulum etmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid, agger

    nasi dan ressus frontal.1

    Serambi depan dari sinus maksila dibentuk oleh infundibulum karena

    sekret yang keluar dari ostium sinus maksila akan dialirkan dulu ke celah sempit

    infundibulum sebelum masuk ke rongga hidung. Sedangkan pada sinus frontal

    sekret akan keluar melalui celah sempit resesus frontal yang disebut sebagai

    serambi depan sinus frontal. Dari resesus frontal drainase sekret dapat langsung

    menuju ke infundibulum etmoid atau ke dalam celah di antara prosesus unsinatus

    dan konka media.1

    %ambar 6+ 9ompleks -stiomeatal

    *a"'u$a%i"a"i +idung

    agian atas hidung rongga hidung mendapat pendarahan dari a. etmoid

    anterior dan posterior yang merupakan cabang dari a. oftalmika dari a.karotis

    < 2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    9/25

    interna. agian baah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a.

    maksilaris interna, di antaranya adalahujung a.palatina mayor dan a.sfenopalatina

    yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama n.sfenopalatina dan memasuki

    rongga hidung di belakang ujung posteriorkonka media. agian depan hidung

    mendapat pendarahan dari cabang = cabang a.fasialis.1

    "ada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang!cabang

    a.sfenopalatina, a.etmoidanterior, a.labialis superior, dan a.palatina mayor yang

    disebut pleksus 9iesselbach (ittle>s area). "leksus 9iesselbach letaknya

    superfisial dan mudah cidera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber

    epistaksis (pendarahan hidung) terutama pada anak.1

    ?ena!3ena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan

    berdampingan dengan arterinya . ?ena di 3estibulum dan struktur luar hidung

    bermuara ke 3.oftalmika yang berhubungan dengan sinus ka3ernosus. ?ena!3ena

    di hidung tidak memiliki katup, sehingga merupakanfaktor predisposisi untuk

    mudahnya penyebaran infeksi hingga ke intracranial.1

    Inn%#a"i +idung

    agian depan dan atas ronggahidung mendapat persarafan sensoris dari

    n.etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n.nasosiliaris, yang berasal

    dari n.oftalmikus (&.?!1). Rongga hidung lannya, sebagian besar mendapat

    persarafan sensoris dari n.maksila melalui ganglion sfenopalatinum. %anglion

    sfenopalatinum selain memberikan persarafan sensorisjuga memberikan

    persarafan 3asomotor atau otonom untuk mukosa hidung. %anglion ini

    menerimaserabut!serabut sensoris dari n.maksila (&.?!), serabut

    parasimpatisdari n.petrosus superfisialis mayor dan serabut!serabut simpatis dari

    n.petrosus profundus.%anglion sfenopalatinum terletak di belakang dan sedikit

    di atas ujung posterior konka media.

    &er3us olfaktorius. Saraf ini turun dari lamina kribrosa dari permukaan

    baah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel!sel reseptor penghidu

    pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.

    @ 2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    10/25

    2.1.2 Fi"io$ogi +idung

    erdasarkan teori struktural, teori re3olusioner dan teori fungsional, maka

    fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah +*

    1) #ungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning),

    penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran

    tekanan dan mekanisme imunologik lokal

    ) #ungsi penghidu, karena terdapanya mukosa olfaktorius

    (penciuman) dan reser3oir udara untuk menampung stimulus

    penghidu

    *) #ungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu

    proses berbicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui

    konduksi tulang

    6) #ungsi statistik dan mekanik untuk meringankan beban kepala,

    proteksi terhadap trauma dan pelindung panas

    7) Refleks nasal. ukosa hidung merupakan reseptor refleks yang

    berhubungan dengan saluran cerna, kardio3askuler dan pernafasan.

    ritasi pada mukosa hidung aka menyebabkan refleks bersin dan

    nafas berhenti.

    1A 2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    11/25

    2.2 ,INITIS AT,OFI (O-AENA)

    2.2.1 D&ini"i

    Rhinitis ozaena atau rhinitis atrofi adalah suatu penyakit infeksi

    hidung dengan tanda adanya atrofi progresif tulang dan mukosa konka. Secara

    klinis mukosa hidung menghasilkan sekret kental dan cepat mengering sehingga

    terbentuk krusta berbau busuk.*

    ebih sering mengenai anita pada usia antara 1!*7 tahun, terbanyak pada

    usia pubertas. Sering ditemukan pada masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi

    rendah dan di lingkungan yang buruk dan di negara sedang berkembang.*

    Secara histopatologik tampak mukosa hidung menjadi tipis, silia

    menghilang. etaplasia epitel torak bersilia menjadi epitel kubik atau

    gepeng berlapis, kelenjar!kelenjar bergenerasi dan atrofi serta jumlahnya

    berkurang dan berbentuk menjadi kecil.*

    2.2.2 E!idmio$ogi

    eberapa kepustakaan menuliskan baha rinitis atrofi lebih sering

    mengenai anita, terutama pada usia pubertas. aser dkk mendapatkan 1A anita

    dan 7 pria, dan Biang dkk mendapatkan 17 anita dan 1 pria. Samiadi

    mendapatkan 6 penderita anita dan * pria. enurut oies frekensi penderita

    rhinitis atrofi anita + laki adalah * + 1. 'etapi dari segi umur, beberapa penulis

    mendapatkan hasil yang berbeda. aser dkk mendapatkan umur antara 8!7A

    tahun, Biang dkk berkisar 1*!8< tahun, Samiadi mendapatkan umur antara 17!6@

    tahun. "enyakit ini sering ditemukan di kalangan masyarakat dengan tingkat

    11 2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    12/25

    sosial ekonomi rendah dan lingkungan yang buruk dan di negara sedang

    berkembang.1, , 8

    -zaena lebih umum di negara!negara sekitar aut 'engah daripada

    di /merika Serikat. enurunnya insidens campak, scarlet fe3er, dan difteria di

    0ropa Selatan sejak perang dunia ke tampaknya timbul bersaman dengan suatu

    penurunan tajam dalam insidens ozaena. 1

    Di RS 4. /dam alik dari Banuari 1@@@ sampai Desember AAA

    ditemukan 8 penderita rinitis atrofi, 6 anita dan pria, umur berkisar dari 1A!*;

    tahun.8

    2.2. Etio$ogi

    "enyebab rinitis atrofi (-zaena) belum diketahui sampai sekarang.

    'erdapat berbagai teori mengenai penyebab rinitis atrofik dan penyakit

    degeneratif sejenis. eberapa penulis menekankan faktor herediter. &amun ada

    beberapa keadaan yang dianggap berhubungan dengan terjadinya rinitis atrofi

    (-zaena), yaitu + 1,*,7

    nfeksi setempatC kronik spesifik. "aling banyak disebabkan oleh

    Klebsiella Ozaena.9uman ini menghentikan aktifitas sillia normal pada

    mukosa hidung manusia. Selain golongan 9lebsiella, kuman spesifik

    penyebab lainnya antara lain Stafilokokus, Streptokokus, Pseudomonas

    aeuruginosa, 9okobasilus, Bacillus mucosus, Diphteroid bacilli,

    Cocobacillus foetidus ozaena.

    Defisiensi 3itamin /.

    Defisiensi #e.

    Sinusitis kronis.

    9elainan hormon. 9etidakseimbangan hormon estrogen.

    "enyakit kolagen. "enyakit kolagen yang termasuk penyakit autoimun.

    9etidakseimbangan otonom. 'erjadi perubahan neuro3askular seperti

    deteriorisasi pembuluh darah akibat gangguan sistem saraf otonom.

    1 2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    13/25

    ?ariasi dariReflex !mpathetic D!stroph! !ndrome(RSDS).

    4erediter. Supurasi di hidung dan sinus paranasal.

    %olongan darah.

    erhubungan dengan trauma atau terapi radiasi. 'rauma dapat terjadi

    karena kecelakaan ataupun iatrogenik, yaitu efek lanjut

    pembedahan, sedangkan terapi radiasi pada hidung segera merusak

    pembuluh darah dan kelenjar penghasil mukus.

    Selain faktor!faktor di atas, rinitis atrofi juga bisa digolongkan atas +rinitis atrofi primer yang penyebabnya tidak diketahui dan rinitis atrofi sekunder,

    akibat trauma hidung (operasi besar pada hidung atau radioterapi) dan infeksi

    hidung kronik yang disebabkan oleh sifilis, lepra, midline granuloma,

    rinoskleroma dan tbc.1,7

    Radiasi pada hidung umumnya segera merusak pembuluh darah dan

    kelenjar penghasil mukus dan hampir selalu menyebabkan rinitis atrofik. erbagai

    infeksi seperti eksantema akut, scarlet fever, difteri dan infeksi kronik telah

    diimplikasikan sebagai penyebab cedera pembuluh darah submukosa. "enyebab

    dari lingkungan juga telah diajukan karena angka insiden yang lebih tinggi pada

    masyarakat sosio ekonomi rendah.1,7

    2.2./ K$a"i&i'a"i

    9lasifikasi berdasarkan penyebabnya rhinitis atrofi dibedakan menjadi +

    Rhinitis atrofi primer dan sekunder. Rhinitis atrofi primer merupakan bentuk

    klasik rhinitis atrofi. 'erjadi pada hidung tanpa kelainan sebelumnya.

    "enyebabnya adalah mikroorganisme 9lebsiella -zaena. Sedangkan rhinitis

    atrofi sekunder merupakan komplikasi dari suatu tindakan atau penyakit.

    "enyebabnya bisa karena bedah sinus, radiasi, trauma, serta penyebaran infeksi

    lokal setempat.1

    2.2.0 Pato$ogi dan Patogn"i"

    1* 2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    14/25

    /nalisis terhadap mukosa hidung menemukan hal yang sama baik pada

    rinitis atrofi primer maupun sekunder. ukosa hidung yang normal terdiri atas

    epitel pseudostratifikatum kolumnar, dan glandula mukosa dan serosa. "ada rinitis

    atrofi, lapisan epitel mengalami metaplasia suamosa dan kehilangan silia. 4al ini

    mengakibatkan hilangnya kemampuan pembersihan hidung dan kemampuan

    membersihkan debris. %landula mukosa mengalami atrofi yang parah atau

    menghilang sama sekali sehingga terjadi kekeringan. Selain itu terjadi juga

    penyakit pada pembuluh darah kecil, andarteritis obliteran (yang dapat menjadi

    penyebab terjadinya rinitis atrofi atau sebagai akibat dari proses penyakit rinitis

    atrofi itu sendiri).6

    eberapa penulis menyatakan adanya metaplasi epitel kolumnar bersilia

    menjadi epitel skuamous atau atrofik, dan fibrosis dari tunika propria. 'erdapat

    pengurangan kelenjar al3eolar baik dalam jumlah dan ukuran dan adanya

    endarteritis dan periarteritis pada arteriole terminal. -leh karena itu secara

    patologi, rinitis atrofi bisa dibagi menjadi dua + 1

    a) 'ipe + adanya endarteritis dan periarteritis pada arteriole terminal

    akibat infeksi kronik5 membaik dengan efek 3asodilator dari terapi

    estrogen.

    b) 'ipe + terdapat 3asodilatasi kapiler, yang bertambah jelek dengan

    terapi estrogen.

    Sebagian besar kasus merupakan tipe . 0ndarteritis di arteriole akan

    menyebabkan berkurangnya aliran darah ke mukosa. Buga akan ditemui infiltrasi

    sel bulat di submukosa. 'aylor dan Eoung mendapatkan sel endotel bereaksi

    positif dengan fosfatase alkali yang menunjukkan adanya absorbsi tulang yang

    aktif. /trofi epitel bersilia dan kelenjar seromusinus menyebabkan pembentukan

    krusta tebal yang melekat. /trofi konka menyebabkan saluran nafas jadi lapang.

    ni juga dihubungkan dengan teori proses autoimun5 Dobbie mendeteksi adanya

    antibodi yang berlaanan dengan surfaktan protein /.8

    16 2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    15/25

    Defisiensi surfaktan merupakan penyebab utama menurunnya resistensi

    hidung terhadap infeksi. #ungsi surfaktan yang abnormal menyebabkan

    pengurangan efisiensi mucus clearance dan mempunyai pengaruh kurang baik

    terhadap frekuensi gerakan silia. ni akan menyebabkan bertumpuknya lendir dan

    juga diperberat dengan keringnya mukosa hidung dan hilangnya silia. ukus akan

    mengering bersamaan dengan terkelupasnya sel epitel, membentuk krusta yang

    merupakan medium yang sangat baik untuk pertumbuhan kuman.1 "erubahan

    histopatologi dalam hidung pada rinitis atrofi (-zaena), yaitu + *

    ukosa hidung. erubah menjadi lebih tipis.

    Silia hidung. Silia akan menghilang.

    0pitel hidung. 'erjadi perubahan metaplasia dari epitel torak bersilia

    menjadi epitel kubik atau epitel gepeng berlapis.

    9elenjar hidung. engalami degenerasi, atrofi (bentuknya mengecil),

    atau jumlahnya berkurang.

    2.2. Ga$a K$ini"

    9eluhan penderita rinitis atrofi (ozaena) biasanya berupa hidung

    tersumbat, gangguan penciuman (anosmia), ingus kental berarna hijau, adanya

    krusta (kerak) berarna hijau, sakit kepala, epistaksis dan hidung terasa kering.

    9eluhan subjektif lain yang sering ditemukan pada pasien biasanya napas berbau

    (sementara pasien sendiri menderita anosmia) jadi penderita sendiri (!), orang lain

    (F) penciumannya. "asien mengeluh kehilangan indra pengecap dan tidak bisa

    tidur nyenyak ataupun tidak tahan udara dingin. eskipun jalan napas jelas

    menjadi semakin lebar, pasien merasakan sumbatan yang makin progresif saat

    bernapas leat hidung, terutama karena katup udara yang mengatur perubahan

    tekanan hidung dan menghantarkan impuls sensorik dari mukosa hidung ke sistem

    saraf pusat telah bergerak semakin jauh dari gambaran.1,,6,

    "emeriksaan '4' pada kasus rinitis atrofi (ozaena) dapat ditemukan

    rongga hidung dipenuhi krusta hijau, kadang!kadang kuning atau hitam5 jika

    krusta diangkat, terlihat rongga hidung sangat lapang, atrofi konka (konka nasi

    17 2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    16/25

    media dan konka nasi inferior mengalami hipotrofi atau atrofi), sekret purulen dan

    berarna hijau, mukosa hidung tipis dan kering.1,*isa juga ditemui ulatC telur

    lar3a (karena bau busuk yang timbul). Sutomo dan Samsudin membagi ozaena

    secara klinik dalam tiga tingkat + *

    a) 'ingkat + /trofi mukosa hidung, mukosa tampak kemerahan dan

    berlendir, krusta sedikit.

    b) 'ingkat + /trofi mukosa hidung makin jelas, mukosa makin kering,

    arna makin pudar, krusta banyak, keluhan anosmia belum jelas.

    c) 'ingkat + /trofi berat mukosa dan tulang sehingga konka tampak

    sebagai garis, rongga hidung tampak lebar sekali, dapat ditemukan krusta

    di nasofaring, terdapat anosmia yang jelas.

    "erubahan kontinu pada kompleks penyakit degeneratif kronik ini

    mempunyai aitan yang timbul perlahan berupa atrofi hidung dini. iasanya

    pertama mengenai mukosa hidung tampak beberapa daerah metaplasia yang

    kering dan tipis dimana epitel pernapasan telah kehilangan silia, dan terbentuk

    krusta kecil serta sekret yang kental. Dapat terjadi ulserasi ringan dan

    pendarahan.7

    /trofi sedang tidak hanya mempengaruhi daerah mukosa hidung yang lebih

    besar namun terutama melibatkan suplai darah epitel hidung, secara perlahan

    memperbesar rongga hidung ke segala jurusan dengan semakin tipisnya epitel.

    9elenjar mukosa atrofi dan menghilang, sementara fibrosis jaringan subepitel

    perlahan!lahan menyeluruh. Baringan disekitar mukosa hidung juga ikut terlibat,

    termasuk kartilago, otot, dan kerangka tulang hidung. /khirnya kekeringan,

    pembentukan krusta dan iritasi mukosa hidung dapat meluas ke epitel nasofaring,

    hipofaring dan laring. 9eadaan ini dapat mempengaruhi patensi tuba 0ustachius,

    berakibat efusi telinga tengah kronik dan dapat menimbulkan perubahan yang

    tidak diharapkan pada apartus lakrimalis termasuk keratitis sicca.7

    2.2.3 Diagno"i"

    18 2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    17/25

    Gntuk mendiagnosis rhinitis atrofi dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik

    dan pemeriksaan penunjang.*,6

    1) /namnesa +

    9eluhan yang biasa timbul adalah + #oetor e$ nasi atau bau busuk dari

    dalam hidung. %ejala ini termasuk salah satu penyebab seorang pasien mencari

    pertolongan pada dokter. &amun pada rhinitis atrofi, foetor e$ nasi tidak

    dirasakan oleh penderita, melainkan dirasakan oleh orang sekitarnya sehingga

    menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi semua orang. 'erlebih lagi

    penyakit ini lebih sering menyerang perempuan sehingga menimbulkan

    keluhan tersendiri bagi pasien. /danya krusta (pembentukan sekret

    kehijauan yang kental dan tebal yang cepat mengering). 4idung tersumbat,

    %angguan "enghidu, Sakit kepala dan epistaksis.

    ) "emeriksaan #isik +

    "ada pemeriksaan rinoskopi anterior hidung didapatkan rongga hidung

    sangat lapang, konkha inferior dan media menjadi atrofi, ada sekret purulen

    dan krusta berarna hijau.

    *) "emeriksaan "enunjang +

    "emeriksaan penunjang pada kasus rinitis atrofi (ozaena) yang dapat

    dilakukan antara lain +

    #oto rontgen hidung dan sinus paranasalis, hal ini dilakukan untuk

    meniyingkirkan sepsis pada sinus. "ada rontgen dapat menunjukkan

    membusurnya dinding lateral hidung yang, berkurang atau tidak adanya

    aliran, atau hipoplastik sinus maksilaris.

    :' scan sinus paranasalis, dimana pada pemeriksaan ini ditemukan +

    "enebalan mukoperiostium sinus paranasal, 9ehilangan ketajaman dan

    kompleks sekuder osteomeatal untuk meresorbsi bula etmoid dan proses

    HuncinateI, 4ipoplasia sinus ma$illaries, "elebaran ka3um hidung

    dengan erosi dan membusurnya dinding lateral hidung, Resorpsi tulang dan

    atrofi mukosa pada konkhamedia dan inferior.

    "emeriksaan mikroorganisme untuk menentukan kuman penyebab.

    1; 2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    18/25

    "emeriksaan histopatologi yang berasal dari biopsi konka media. Dari

    pemeriksaan histopatologi terlihat mukosa hidung menjadi tipis, silia hilang,

    metaplasia torak bersilia menjadi epitel kubik atau gepeng berlapis, kelenjar

    berdegenerasi atau atrofi, jumlahnya berkurang dan bentuknya mengecil.

    Gji resistensi kuman.

    "emeriksaan darah tepi.

    "emeriksaan serologi darah.

    o "rotein Serum.

    o "emeriksaan #e serum

    o "emeriksaan darah rutin

    o /&/ dan anti!D&/ antibodi.

    o (?DR test dan Jasserman test) untuk menyingkirkan

    sifilis.

    2.2.4 Diagno"i" Banding

    Diagnosis rinitis atrofi (ozaena) antara lain +

    1. Rinitis kronik 'uberculosis

    Secara klinis rinitis aropi dan rhinitis kronik 'uberculosis sama, dapat

    dibedakan dengan pemeriksaan #oto Rontgen 'horak dan terdapat adanya

    riayat penyakit ': atau kontak erat pada pasien 'uberculosis oleh

    penderita.

    2. Rhinitis kronik lepra

    "enderita rinitis kronik lepra mempunyai riayat atau sedang menderita

    penyakit epra

    *. Rinitis kronik sifilis

    Rinitis kronik sifilis terjadi pada penderita yang sedang atau sudah pernah

    menderita penyakit sifilis sebelumnya

    6. Sinusitis

    "ada sinusitis sekret melimpah dapat bilateral atau unilateral, penderita dan

    orang lain disekitarnya membau. Dapat terjadi baik pada anak!anak maupun

    orang deasa. 'erkadang ditemukan hiposmia karena adanya obstruksi.

    1< 2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    19/25

    Sedangkan pada Rinitis atrofi+ sekret bilateral dan berbau dengan krusta

    berarna kuning kehijauan, penderita tidak membau, sedangkan orang lain

    membau. ebih banyak menyerang anita daripada pria, terutama sekitar usia

    pubertas.

    7. &asofaringitis kronis

    "ada nasofaringitis kronis sekret post nasal bilateral, penderita membau,

    sedangkan orang lain tidak membau. 'idak ada perbedaan frekuensi antara

    pria dan anita

    2.2.5 Pnata$a'"anaan

    4ingga kini pengobatan medis terbaik rinitis atrofik hanya bersifat paliatif.

    'ermasuk dengan irigasi dan membersihkan krusta yang terbentuk, terapi sistemik

    dan lokal dengan endokrin5 steroid5 dan antibiotik5 3asodilator5 pemakaian iritan

    jaringan lokal ringan seperti alkohol5 dan salep pelumas.1,*

    "enekanan terapi utama adalah pembedahan, yaitu usaha!usaha langsung

    mengecilkan rongga hidung, dan dengan demikian juga memperbaiki suplai darah

    mukosa hidung. 'ujuan pengobatan adalah menghilangkan faktor etiologiC

    penyebab dan menghilangkan gejala. "engobatan dapat diberikan secara

    konser3atif atau kalau tidak menolong dilakukan operasi.1,*

    Kon"%#ati&

    "engobatan konser3atif ozaena meliputi pemberian antibiotik, obat cuci

    hidung, dan simptomatik.

    1) /ntibiotik spektrum luas sesuai uji resistensi kuman, dengan dosis adekuat

    sampai tanda!tanda infeksi hilang. "enelitian terakhir merujuk pengobatan

    akan terjadinya infeksi akut dengan menggunakan antibiotik aminoglikosida

    oral atau streptomisin injeksi. eskipun penggunaannya seringkali cukup

    efektif, efek toksisitas dari obat akan muncul setelah kurun aktu tahun

    pemakaian. Kizilbash dan Darf melaporkan hasil yang baik pada pengobatan

    dengan Rifampicin oral 8AA mg 1 $ sehari selama 1 minggu.

    1@ 2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    20/25

    ) -bat cuci hidung, untuk membersihkan rongga hidung dari krusta dan sekret

    dan menghilangkan bau. /ntara lain +

    a. etadin solution dalam 1AA ml air hangat atau

    b. :ampuran +

    &a:l

    &46:l

    &a4:-*aaa @

    /ua ad *AA cc 1 sendok makan dicampur @ sendok makan air

    hangat

    c. arutan garam dapur

    d. :ampuran +

    &a bikarbonat

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    21/25

    intranasal memberikan @*,*L perbaikan pada periode aktu yang sama. ni

    membantu regenerasi epitel dan jaringan kelenjar. Samiadi dalam

    laporannya memberikan + trisulfa * $ tablet sehari selama minggu,

    natrium bikarbonat, cuci hidung dengan &a :l fisiologis * $ sehari, kontrol

    darah dan urine seminggu sekali untuk melihat efek samping obat,

    pembersihan hidung di klinik tiap minggu sekali, cuci hidung diteruskan

    sampai !* bulan kemudian dan didapatkan hasil yang memuaskan pada 8

    dari ; penderita.

    Operasi

    'ujuan operasi pada rinitis atrofi (ozaena) antara lain untuk +

    menyempitkan rongga hidung yang lapang, mengurangi pengeringan dan

    pembentukan krusta dan mengistirahatkan mukosa sehingga memungkinkan

    terjadinya regenerasi.1'eknik bedah dibedakan menjadi dua kategori utama + 7

    1) mplan dengan pendekatan intra atau ekstra nasal dan

    ) -perasi, seperti penyempitan lobulus hidung atau fraktur tulang hidung ke arah

    dalam.

    eberapa teknik operasi yang dilakukan antara lain + 1

    1) "oung#s operation

    "enutupan total rongga hidung denganflap. Sinha melaporkan hasil yang baik

    dengan penutupan lubang hidung sebagian atau seluruhnya dengan menjahit

    salah satu hidung bergantian masing!masing selama periode tiga tahun.

    ) $odified "oung#s operation

    "enutupan lubanghidung dengan meninggalkan * mm yang terbuka.

    *) %autenschlager operation

    Dengan memobilisasi dinding medial antrum dan bagian dari etmoid,

    kemudian dipindahkan ke lubang hidung.

    1 2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    22/25

    6) mplantasi submukosa dengan tulang raan, tulang, dermofit, bahan sintetis

    seperti 'eflon, campuran &riositedan Fibrin Glue.

    7) 'ransplantasi duktus parotis ke dalam sinus maksila ('ittmac(#s operation)

    dengan tujuan membasahi mukosa hidung. eengkang & melaporkan

    operasi penutupan koana menggunakanflapfaring pada penderita ozaena anak

    berhasil dengan memuaskan.

    ila pengobatan konse3atif adekuat yang cukup lama tidak menunjukkan

    perbaikan, pasien dirujuk untuk dilakukan operasi penutupan lubang hidung.

    "rinsipnya mengistirahatkan mukosa hidung pada nares anterior atau koana

    sehingga menjadi normal kembali selama tahun. /tau dapat dilakukan

    implantasi untuk menyempitkan rongga hidung.6

    2.2.16 Kom!$i'a"i

    9omplikasi rinitis atrofi (ozaena) dapat berupa +

    1. "erforasi septum

    . #aringitis

    *. Sinusitis

    6. iasis hidung

    7. 4idung pelana

    2.2.11 P%ogno"i"

    Dengan operasi diharapkan perbaikan mukosa dan keadaan penyakitnya.

    "ada pasien yang berusia diatas 6A tahun, beberapa kasus menunjukkan

    keberhasilan dalam pengobatan.

    2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    23/25

    BAB III

    KESIMPULAN

    Rinitis atrofi merupakan infeksi hidung kronik, yang ditandai oleh adanya

    atrofi progresif pada mukosa dan tulang konka. Secara klinis mukosa hidung

    menghasilkan sekret yang kental dan cepat mengering sehingga terbentuk krusta

    yang berbau busuk.

    Janita lebih sering terkena terutama usia pubertas. Sering ditemukan pada

    masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah dan sanitasi lingkungan

    yang buruk.

    Diagnosis ditegakkan dari gejala dan tanda klinis yang ditemukan. "ada

    anamnesis, didapatkan keluhan berupa napas berbau, ada ingus kental yang

    berarna hijau, ada krusta hijau, ada gangguan penghidu, sakit kepala, dan hidung

    terasa tersumbat. "ada pemeriksaan hidung didapatkan rongga hidung sangat

    lapang, konka inferior dan media menjadi atrofi, ada sekret purulen, dan krusta

    yang berarna hijau. "emeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan

    histopatologik yang berasal dari konka media, pemeriksaan mikrobiologi dan uji

    resistensi kuman dan tomografi komputer (:' scan) sinus paranasal.

    * 2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    24/25

    -leh karena etiologinya multifaktorial, maka pengobatannya belum ada

    yang baku. "engobatan ditujukan untuk mengatasi etiologi dan menghilangkan

    gejala. "engobatan yang diberikan dapat bersifat konser3atif, atau kalau tidak

    dapat menolong dilakukan pengobatan operatif. "engobatan konser3atif dengan

    pemberian antibiotika berspektrum luas atau sesuai dengan uji resistensi kuman,

    dengan dosis yang adekuat. -bat cuci hidung juga diberikan untuk

    menghilangkan bau busuk. "engobatan operatif dengan operasi penutupan lubang

    hidung atau penyempitan lubang hidung dengan implantasi atau dengan jabir

    osteoperiosteal.

    DAFTA, PUSTAKA

    1. allenger BB and Sno B. )trophic RinitisDalam+ allenger BB and Sno

    B. Ballenger#s Otorhinolar!ngolog! *ead + ec( urger! -th /d.

    4amilton+: Decker inc5 AA* h+ ;7A!;71.

    . alani /9. onallergic + )llergic RinitisDalam+ alani /9.Current

    Diagnosis and &reatment in Otolar!ngolog! 0 *ead and ec( urger!.&e

    Eork+ c%rahill5 AA; :h+1*

    *. uku /jar lmu 9esehatan 'elinga, 4idung, 'enggorok, 9epala M eher. 0d.

    ke!8. Bakarta + #akultas 9edokteran Gni3ersitas ndonesia. AA;.

    6. ?anessa D/. Rinitis /trofi. ataram+#akultas 9edokteran Gni3ersitas

    ataram. AA< h+1!11

    6 2 R i n i t i s / t r o f i

  • 8/9/2019 Referat Rhinitis Atrofikans, Ozaena

    25/25

    7. /dams, . %. et al.Boies Bu(u )1ar Pen!a(it &*&. 0d. ke!8. "enerbit uku

    9edokteran 0%:. Bakarta.1@@;

    8. 0ndang, . M &usjiran, R. Rinorea, 2nfe(si *idung dan inusdalamBu(u

    )1ar 2lmu Kesehatan &elinga, *idung, &enggoro(, Kepala + %eher. 0d. ke!7.

    #akultas 9edokteran Gni3ersitas ndonesia. Bakarta.AA8