Upload
hendy-buana-vijaya
View
863
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 1/38
VAKSINASI POLIO
Oleh :
Hendy Buana Vijaya
I1A007009
Pembimbing
dr.Nurul Hidayah Sp. A
Bagian Ilmu K esehatan Anak
FK Unlam-RSUD Ulin
Ban jarmasin
Desember, 2011
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 2/38
BAB I
PENDAHULUAN
Acut e Flaccid Paralysis (AFP) adalah kelumpuhan atau paralisis secara fokal
yang onsetnya akut dan mengenai anak kelompok < 15 tahun termasuk didalamnya
poliomielitis. Acut e Flaccid Paralysis disebabkan oleh beberapa agen termasuk
enterovirus, echovirus, atau adenovirus. Poliomelitis atau infant ile paralysis, lebih
dikenal dengan sebutan polio, adalah kelainan yang disebabkan infeksi virus
(poliovirus) yang dapat mempengaruhi seluruh tubuh, termasuk otot dan saraf. Kasus
yang berat dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian.1,2,3,4
Populasi beresiko polio terutama menyerang kelompok umur anak-anak
berusia di bawah lima tahun (balita). Di banyak negara dengan tingkat polio yang
tinggi, 70%-80% penderita di bawah usia 3 tahun dan 80% - 90% dari kasus terjadi
pada balita. Setelah pemberian vaksin polio telah terjadi penurunan infeksi polio yang
drastis. Meskipun program eradikasi polio secara global telah dilaksanakan sungguh-
sungguh, polio masih sangat endemik di beberapa negara seperti India, Afrika
Subsahara dan Asia, di mana kasus-kasusnya masih terus ditemukan. Di Indonesia
masih ditemukan kasus polio baru, hal ini menunjukkan bahwa penyebaran virus
polio liar di Indonesia belum berhenti.
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 3/38
World Heal t h Organizat ion memperkirakan sampai saat ini total kasus virus
polio liar secara kumulatif berjumlah 304 kasus, tersebar di 10 provinsi
diantaranya Jawa Barat, Banten, Lampung dan Jawa Tengah.4,5,6,7
Polio adalah virus gastrointestinal yang menyebabkan demam, muntah dan
kekejangan otot, serta dapat merusak sistem saaraf dan menyebabkan kelumpuhan
permanen. Polio juga dapat menyebabkan kelumpuhan pada sistem pernapasan dan
otot-otot untuk menelan, sehingga dapat berakhir pada kematian.1,8
Ada dua macam vaksin polio yaitu inact ivat ed polio vaccine (IPV) dan oral
polio vaccine (OPV). Apabila mulai dengan jadwal OPV, IPV dapat digunakan
dengan a Virus poliomielitis tergolong dalam genus enterovirus dan famili
picornaviridae, mempunyai 3 strain yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2 (Lansing) dan tipe
3 (Leon)man untuk menyelesaikan jadwal tersebut tanpa efek buruk. Diperlukan tiga
dosis untuk memberikan proteksi yang baik dalam masa kanak-kanak dengan booster
pada usia 4 tahun. Inact ivat ed polio vaccine (IPV) mengandung sejumlah kecil virus
polio yang telah dimatikan.4,5
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 4/38
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
POLIOMIELITIS
Etiologi
Virus poliomielitis tergolong dalam genus enterovirus dan famili
picornaviridae, mempunyai 3 strain yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2 (Lansing) dan tipe
3 (Leon). Infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih dari tipe virus tersebut. Pada
sebagian besar kasus dan ganas biasanya disebabkan oleh virus tipe 1. Imunitas yang
diperoleh setelah terinfeksi maupun imunisasi bersifat seumur hidup dari spesifik
untuk satu tipe.1
Penyebaran infeksi virus polio terjadi secara fekal oral dan pernafasan.
Transmisi perinatal bisa terjadi dari ibu kepada bayinya. Faktor predisposisi virus
polio tergantung pada status imunitas, neurovirulensi virus dan faktor host.1,2
Epidemiologi
Sebelum tahun 1880 penyakit ini sering terjadi secara sporadik, dimana
tingkat kejadian polio yang tinggi pertama kali dilaporkan dari daerah Eropa Barat,
kemudian Amerika Serikat. Pada akhir tahun 1940 dan awal tahun 1950 tingkat
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 5/38
kejadian yang tinggi poliomielitis secara teratur ditemukan di Amerika Serikat
dengan 15.000-21.000 kasus kelumpuhan setiap tahunnya. Pada tahun 1920, 90 %
kasus pada anak <5 tahun, sedangkan di awal tahun 1950 kejadian tertinggi adalah
usia 5-9 tahun, bahkan belakangan ini lebih dari sepertiga kasus yang terjadi pada
usia >15 tahun.1,3,4,5
Sejak dipergunakannya vaksin pada tahun 1955 dan 1962, secara dramatis
terjadi penurunan jumlah kasus di negara maju. Di Amerika Serikat, angka kejadian
turun dari 17,6 kasus poliomielitis per 10.000 penduduk di tahun 1955 menjadi 0,4
kasus per 100.000 di tahun 1962. Sejak tahun 1972 kejadiannya <0,01 kasus per
100.000 atau 10 kasus per tahun.1,2,6,7
Tahun 1988, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mensahkan resolusi
untuk menghapus polio sebelum tahun 2000. Pada saat itu masih terdapat sekitar 350
ribu kasus polio di seluruh dunia. Meskipun pada tahun 2000 polio belum terbasmi,
tetapi jumlah kasusnya telah berkurang hingga di bawah 500. Polio tidak ada lagi di
Asia Timur, Amerika Latin, Timur Tengah atau Eropa.6,8,9
Meskipun banyak usaha telah dilakukan, pada tahun 2004 angka infeksi polio
meningkat menjadi 1.185 kasus di 17 negara dari 784 di 15 negara pada tahun 2003.
Sebagian penderita berada di Asia dan 1.037 ada di Afrika. Nigeria memiliki 763
penderita, India 129, dan Sudan 112 kasus. Pada tahun 2006 ditemukan kasus liar
poliovirus tipe I di Kenya, pada saat itu ditemukan 216 kasus yang dibawa oleh
pendatang dari Somalia yang merupakan negara tetangga dari Kenya.10
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 6/38
Di Indonesia perkembangan polio sejak ditemukannya kasus polio pertama
Maret 2005 lalu setelah 10 tahun (1995-2005) tidak ditemukannya lagi kasus polio.
Namun penyakit polio ini kembali mewabah di Indonesia tahun 2005. Hingga tanggal
21 november 2005, ditemukan 295 kasus polio yang terdapat di 40 kabupaten dari 10
propinsi yakni Banten, Jawa Barat, Lampung, Jawa Tengah, sumut, Jawa Timur,
Sumatera Selatan, DKI, Riau, dan Aceh.5
Patogenesis
Polio dapat menyebar melalui kontak dengan kotoran yang terkontaminasi
(misalnya, dengan mengganti popok bayi yang terinfeksi) atau melalui
udara, dalam makanan, atau dalam air. Virus masuk melalui mulut dan hidung (portal
of entry), berkembang biak di dalam tenggorokan dan mukosa saluran cerna (Peyer¶s
patches), lalu diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh
getah bening. Virus biasanya memasuki tubuh melalui rongga orofaring dan
berkembangbiak dalam traktus digestivus, kelenjar getah bening regional dan sistem
retikuloendotelial. Masa inkubasi ini berlangsung antara 7-14 hari, tetapi dapat pula
merentang dari 2 sampai 35 hari. Setelah 3-5 hari sejak terjadinya paparan, virus
dapat ditemukan dari tenggorok, darah dan tinja. Dalam keadaan ini timbul
perkembangan virus, tubuh bereaksi dengan membentuk antibodi spesifik. Bila
pembentukan zat antibodi mencukupi dan cepat maka virus akan dinetralisasikan,
sehingga timbul gejala klinis yang ringan atau tidak terdapat sama sekali dan timbul
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 7/38
imunitas terhadap virus tersebut. Dalam kebanyakan kasus, hal ini dapat
mengakibatkan terhentinya perkembangan virus dan keuntungan individu memiliki
kekebalan permanen terhadap polio. Bila proliferasi virus tersebut lebih cepat dari
pembentukan zat anti maka akan timbul viremia dan gejala klinis, kemudian virus
akan terdapat dalam feses untuk beberapa minggu lamanya. Apabila manusia yang
rentan terpapar dengan poliovirus maka satu dari beberapa respons berikut ini akan
terjadi, yaitu: infeksi tidak nyata dan tanpa gejala-gejala, timbul sakit ringan (abortive
poliomyelitis, nonparalytic poliomyelitis, paralyticpoliomyelitis.1,2,16
Berbeda dengan virus lain yang menyerang susunan saraf, maka
neuropatologi poliomeilitis biasanya patognomonik dan virus hanya menyerang sel-
sel dan daerah tertentu susunan saraf, tidak semua neuron yang terkena mengalami
kerusakan yang sama dan bila ringan, dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron
dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala.
Daerah yang biasanya terkena pada poliomeilitis :1,2,11
y Medulla spinalis terutama kornu anterior
y Batang otak pada nukleus vestibularis dan inti-inti saraf kranial serta formasio
retikularis yang mengandung pusat vital
y Serebelum terutama inti-inti pada vermis
y M id brain terutama pada masa kelabu, substansia nigra dan kadang-kadang
nukleus rubra.
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 8/38
y Talamus dan hipotalamus
y Korteks serebri, hanya daerah motorik
Poliomielitis adalah penyakit infeksi virus yang akut yang melibatkan medulla
spinalis dan batang otak. Telah diisolasi 3 jenis virus yaitu tipe Brunhilde, Lansing
dan Leon yang menyebabkan penyakit ini, yang masing-masing tidak mengakibatkan
imunitas silang. Bila seorang mengalami infeksi dengan satu jenis virus ia akan
mendapat kekebalan yang menetap terhadap virus tersebut.1,2
Kira-kira 7-10 hari setelah tertelan virus, kemudian terjadi penyebaran
termasuk ke susunan saraf pusat. Penyebaran virus polio melalui saraf belum jelas
diketahui. Penyakit yang ringan (minor illness) terjadi pada saat viremia yaitu kira-
kira hari ketujuh, sedangkan major illness ditemukan bila konsentrasi virus di
susunan saraf pusat mencapai puncaknya yaitu pada hari ke 12 sampai 14.1,11
Gambaran klinis
Sebagian besar infeksi yang disebabkan oleh polio ada beberapa gejala khas.
Namun hampir 95 persen dari semua orang yang terkena virus polio tidak akan
menunjukkan gejala apapun. Sekitar 5 persen orang yang terinfeksi akan mengalami
gejala ringan, seperti sakit tenggorokan, leher kaku, sakit kepala, dan demam, dan
seringkali terdiagnosis sebagai pilek atau flu. Kelumpuhan otot telah diperkirakan
terjadi pada sekitar satu dari setiap 1.000 orang yang terkena.1
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 9/38
Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 9-12 hari, tetapi kadang-kadang 3-
35 hari. Gambaran klinis yang terjadi sangat bervariasi mulai dari yang paling ringan
sampai dengan yang paling berat, yaitu antara lain :2,3,11
y Infeksi tanpa gejala
Kejadian infeksi yang asimptomatik ini sulit diketahui, tetapi biasanya cukup
tinggi terutama di daerah yang standar kebersihannya jelek. Pada suatu endemik
polio diperkirakan terdapat pada 9-95% penduduk dan menyebabkan imunitas
terhadap penyakit polio. Bayi baru lahir mula-mula terlindungi karena adanya
antibodi maternal yang kemudian akan menghilang setelah usia 6 bulan.
Penyakit ini hanya diketahui dengan menemukan virus di tinja atau meningginya
titer antibodi.
y Infeksi abortif
Kejadiannya diperkirakan 4-8% dari jumlah penduduk pada suatu daerah yang
tingkat kejadiannya cukup tinggi. Tidak dijumpai gejala khas poliomielitis.
Timbul mendadak dan berlangsung 1-3 hari dengan gejala ³minor illness´ seperti
demam bisa mencapai 39,5oC, malaise, nyeri kepala, sakit tenggorokan,
anoreksia, muntah, nyeri otot dan nyeri perut serta kadang-kadang diare.
Penyakit ini sukar dibedakan dengan penyakit virus lainnya, hanya dapat diduga
bila terjadi di daerah yang epidemik polio. Diagnosis pasti hanya dengan
menemukan virus pada biakan jaringan. Diagnosis banding adalah influenza atau
infeksi tenggorokannya lainnya.
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 10/38
y Poliomielitis non paralitik
Penyakit ini terjadi 1 % dari seluruh infeksi. Gejala klinik sama dengan infeksi
abortif yang berlangsung 1-2 hari. Setelah itu suhu menjadi normal, tetapi
kemudian naik kembali (dr omary char t ), diserta dengan gejala nyeri kepala,
mual dan muntah lebih berat, dan ditemukan kekakuan pada otot belakang leher,
punggung serta tungkai. Tanda kernig dan brudzinsky positif. Tanda lain adalah
bila anak berusaha duduk dengan sikap tidur, maka ia akan menekukkan kedua
lututnya ke atas, sedangkan kedua lengan menunjang ke belakang pada tempat
tidur. Head dr o p yaitu bila tubuh penderita ditegakkan dengan menarik pada
kedua ketiak, akan menyebabkan kepala terjatuh ke belakang. Refleks tendon
biasanya normal. Bila refleks tendon berubah maka kemungkinan akan terjadi
poliomielitis paralitik. Diagnosis banding adalah meningitis serosa dan
meningismus.
y Poliomielitis paralitik
Gambaran klinis sama dengan poliomielitis non paralitik disertai dengan
kelemahan satu atau beberapa kumpulan otot skelet atau kranial. Gejala ini bisa
menghilang selama beberapa hari dan kemudian timbul kembali diserta dengan
kelumpuhan (paralitik) yaitu berupa ³ flaccid paralysis´ yang biasanya unilateral
dan simetris yaitu paling sering terkena adalah tungkai. Keadaan ini bisa disertai
kelumpuhan vesika urinaria, atonia usus dan kadang-kadang ileus paralitik. Pada
keadaan yang berat dapat terjadi kelumpuhan otot pernafasan.
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 11/38
Secara klinis dapat dibedakan atas 4 bentuk sesuai dengan tingginya lesi pada
susunan saraf pusat yaitu:
1,2,11
a. Bentuk spinal dengan gejala kelemahan otot leher, perut, punggung,
diafragma, ada ekstremitas dimana yang terbanyak adalah ekstremitas bawah.
Tersering yaitu otot-otot besar, pada tungkai bawah kuadriseps femoralis,
pada lengan deltoid. Sifat kelumpuhannya ini adalah asimetris. Refleks tendon
menurun sampai menghilang dan tidak ada gangguan sensibilitas.
b. Bentuk bulbospinal didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan
bulbar.
c. Bentuk bulbar ditandai dengan kelemahan motorik dari satu atau lebih saraf
kranial dengan atau tanpa gangguan pusat vital seperti pernafasan, sirkulasi
dan temperatur tubuh. Bila kelemahan meliputi saraf kranial IX, X dan XII
maka akan menyebabkan paralisis faring, lidah dan taring dengan konsekuensi
terjadi sumbatan jalan nafas.
d. Bentuk ensefalitik ditandai dengan kesadaran yang menurun, tremor dan
kadang-kadang kejang.
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 12/38
Gambaran secara umum penderita poliomielitis
Gambar 2.1 Gambaran secara umum pasien polio
\
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 13/38
Gambar 2.2 Penderit a polio
Banyak penyakit dari Acut e Flaccid Paralysis yang hampir menyerupai
poliomielitis dengan gejala yang sama, sehingga penentuan diagnosis poliomielitis
harus benar-benar teliti bertujuan untuk menentukan manajemen pengobatan,
prognosis dan pencegahan lebih awal.
Berikut adalah diagnosis banding dari Acute Flaccid Paralysis3
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 14/38
VAKSINASI POLIO
Imunisasi polio dimulai dari upaya imunisasi pasif dengan menggunakan
serum konvalesen penderita untuk mengobati kasus polio akut. Meskipun berbagai
cara penggunaan/memasukkan serum telah dicoba dengan hasil yang kontroversial,
namun akhirnya terbukti (pada wabah tahun 1931), bahwa cara ini tidak mempunyai
manfaat yang bermakna secara klinis.5,6
Imunisasi aktif mulai dicoba, setelah berbagai upaya imunisasi pasif gagal.
Penelitian berkembang menjadi dua arah yaitu virus yang dimatikan dengan
menggunakan feno/formalin (IPV) atau virus dilemahkan (attenuated vaccine OPV)
dengan cara melakukan pasasi berulang pada kultur jaringan. Kedua cara tersebut
menghasilkan dua macam vaksin yaitu yang pertama adalah Inact ivat ed P olio
Vaccine dan disusul dengan Oral P olio Vaccine. Kedua vaksin terbukti dapat
menurunkan angka kelumpuhan dan angka kesakitan akibat virus polio. Kriteria
vaksin yang baik adalah vaksin itu harus antigenik, proporsi vaksin trivalent harus
sesuai dengan virus liar yang ada di lingkunan, replikasi dan mutasi harus sangat
minimal. Vaksin OPV mengandung vaksin yang masih hidup sehingga bisa hidup dan
berkembangbiak dalam usus. Imunisasi cara ini tidak hanya membentuk antibodi
humoral yang dapat menghambat virus polio menimbulkan infeksi di sistem saraf
pusat, namun juga merangsang sekretori IgA, antibodi sekretori yang mencegah
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 15/38
perlekatan dan replikasi virus di epitel usus. Virus dapat bertahan sampai 17 bulan
setelah imunisasi dan pada anak dengan agammaglobulin, bahkan dapat bereplikasi
terus sampai 684 hari. Suntikan IPV bisa menimbulkan antibodi antipolio humoral
yang tinggi, namun karena tidak menimbulkan kekebalan interstinal yang cukup, IPV
tidak bisa menghentikan trasmisi virus polio liar.5,6,
Eliminasi
Eliminasi (eliminat ion) penyakit merupakan upaya intervensi berkelanjutan
yang bertujuan menurunkan insidensi dan prevalensi suatu penyakit sampai pada
tingkat nol di suatu wilayah geografis. Upaya intervensi berkelanjutan diperlukan
untuk mempertahankan tingkat nol. Contoh: eliminasi tetanus neonatorum,
poliomyelitis, di suatu wilayah. Eliminasi infeksi merupakan upaya intervensi
berkelanjutan yang bertujuan menurunkan insidensi infeksi yang disebabkan oleh
suatu agen spesifik sampai pada tingkat nol di suatu wilayah geografis. Eliminasi
infeksi bertujuan memutus transmisi (penularan) penyakit di suatu wilayah. Upaya
intervensi berkelanjutan diperlukan untuk mencegah terulangnya transmisi. Contoh:
eliminasi campak, poliomielitis, dan difteri. Eliminasi penyakit/ infeksi di tingkat
wilayah merupakan tahap penting untuk mencapai eradikasi global.5,6
Untuk mempercepat eliminasi penyakit polio di seluruh dunia, WHO
membuat rekomendasi untuk melakukan Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Indonesia
melakukan PIN dengan memberikan satu dosis polio pada bulan September 1995,
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 16/38
1996, dan 1997. Pada tahun 2002, PIN dilaksanakan kembali dengan menambahkan
imunisasi campak di beberapa daerah. Setelah adanya kejadian luar biasa (KLB)
acut e flaccid paralysis (AFP) pada tahun 2005, PIN tahun 2005 dilakukan kembali
dengan memberikan tiga dosis polio saja pada bulan September, Oktober, dan
November. Pada tahun 2006 PIN diulang kembali dua kali/dosis polio yang dilakukan
pada bulan September dan Oktober 2006. Dengan adanya PIN tersebut, frekuensi
imunisasi polio bisa lebih dari seharusnya. Tetapi WHO menyatakan bahwa polio
sebanyak tiga kali cukup memadai untuk imunisasi dasar polio.5,6
Eradikasi
Berbagai manfaat akan diperoleh apabila eradikasi polio global berhasil
dicapai, terutama dunia terbebas dari penyakit polio dan cacat/lumpuh/layu yang
terjadi akibat penyakit tersebut, mengurangi pengeluaran biaya yang diperlukan oleh
sistem kesehatan untuk menyelenggarakan imunisasi dan perawatan kasus-kasus
polio yang diperkirakan mencapai US S 1.5 milyar pertahun.5
Pada tahun 1988, dalam sidangnya yang ke 41, WHO telah menetapkan
program eradikasi polio global (global polio eradication initiative) yang ditujukan
untuk mengeradikasikan penyakit polio pada tahun 2000 (ERAPO 2000). Target ini
kemudian diformulasikan lagi pada pertemuan World S ummit f or Children yang
berlangsung tanggal 29-30 September 1990 di New York, yakni dalam sasaran
kesejahteraan anak.3,5,6
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 17/38
Terbukanya peluang untuk melaksanakan eradikasi polio dimungkinkan oleh
karena :
5,6,9
a. Infeksi polio hanya berlangsung pada manusia, tidak ada binatang
reservoir (binatang pengidap polio) maupun pengidap kronis (chr onic
carrier ).
b. Sumber virus polio dari lingkungan yang dapat bertahan lama tidak ada;
virus polio didaerah tropis diluar tubuh hanya bertahan sekitar 48 jam.
c. Kekebalan berlangsung seumur hidup.
d. Vaksin polio yang efektif telah berhasil dikembangkan, yakni vaksin polio
inaktif pada tahun 1955 oleh Dr. Jonas Salk dan vaksin polio oral (life
attenuated) tahun 1960 oleh Dr. Albert Sabin.
Untuk mencapai eradikasi polio tersebut WHO menetapkan 4 strategi global
untuk mengeradikasi polio pada tahun 2000, yakni:
1. Imunisasi rutin dengan cakupan > 80%
2. NID (National Immunization Days) identik dengan PIN (pecan
Imunisasi Nasional.
3. Surveilans AFP dan surveilans virus polio liar.
4. Mopping-up
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 18/38
Eradikasi polio di indonesia
Latar belakang kebijaksanaan dan strategi ERAPO di Indonesia adalah
kesepakatan WHA (World Health Assembly) 1988 yang menetapkan dicapainya
target eradikasi polio global pada tahun 2000. Untuk mencapai target tersebut
diIndonesia telah ditetapkan langkah-langkah kegiatan berikut:3,5
1. Imunisasi rutin dengan OPV sebanyak 4 kali
2. Pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan
3. Surveilans AFP dan virus polio liar.
Analisa SWOT
Dalam upaya untuk mengeradikasi penyakit polio secara global, WHO telah
membuat tahapan dan kegiatan perioritasnya. Tahapan dan kegiatan perioritas ini
berorientasi pada suatu tujuan tertentu, sehingga suatu negara bisa melakukan upaya
eradikasi polio yang direkomendasikan oleh WHO sesuai dengan tahapan dan
prioritas dimana negara tersebut berada. Adapun analisa SWOT (Strength, weakness,
opportinity, threat) dalam eradikasi polio di Indinesia adalah:5
y Analisa 1 tentang Strength
Perlu mengetahui kompetensi yang menonjol dari upaya kesehatan polio. Adanya
endemis polio di Indonesia menunjukkan adanya bukti-bukti virologis dan atau
epidemiologis tentang transmisi virus polio liar di Indonesia; sehingga di
Indonesia dilaksanakan perioritas: A. Melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 19/38
Polio (National Immunizatin Day) Gunanya: untuk menghentikan transmisi virus
polio liar di Indonesia. B. Melaksanakan surveilans AFP yang didukung oleh
pemeriksaan laboratorium C. Memperkuat program immunisasi rutin Polio
y Analisa 2 tentang W
Perlunya kejelasan tentang tingkat kelemahan program polio. Dalam hal
pelaksanaan PIN, terdapat kelemahan dalam hal pendistribusian vaksin polio di
daerah-daerah terpencil, sehingga hasil yang diharapkan tidak mencapai target.
Misalnya ada beberapa daerah di Nias, dimana untuk mencapai daerah-daerah
yang berbukit di pegunungan membutuhkan waktu selama 2-3 hari sehingga
efektivitas vaksin polio tidak maksimal walaupun menggunakan termos es.
Selain itu juga pelaporan pelaksanaan PIN tahun 1997 masih belum lengkap,
karena pada tahun 1987 dilaporkan sebanyak 2.319 kasus, namun pelaporan
masih belum lengkap sehingga angka terakhir kemungkinan lebih dari 3.500.4
y Analisa 3 tentang O
Adanya Surveilans AFP dan Surveilans virus polio liar dapat mencapai program
eradikasi polio di Indonesia pada tahun 2000. Surveilans polio bertujuan untuk
memantau adanya transmisi virus polio liar disuatu wilayah sehingga upaya
pemberantasan menjadi terfokus dan efisien. Sasaran surveilans adalah kelompok
yang rentan terhadap polio, yaitu anak berusia dibawah 15 tahun. Untuk
meningkatkan sensitivitas surveilans polio, pengamatannya dilakukan pada
semua kelumpuhan yang terjadi secara akut dan sifatnya layuh.4
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 20/38
y Analisa 4 tentang T
Adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) polio di salah satu daerah, menunjukkan
masih lemahnya tingkatan sasaran surveilans polio di Indonesia.
Oral Polio Vaccine (OPV)
Oral Polio Vaccine (OPV) merupakan vaksin pilihan karena dapat
menimbulkan antibodi yang tinggi. Dosis tunggal akan menimbulkan kekebalan pada
50% resipien, 3 dosis akan meningkatkan kekebalan sampai 95%. Kekebalan yang
terjadi tidak timbul secara bersamaan tetapi bersifat sekuensial. Respon pertama
terutama terhadap virus tipe 1 (paling imunologik) disusul virus tipe 2 dan terakhir
tipe 3. Serokonversi terjadi paling cepat dengan tipe 1, sedang protektifitas terhadap
tipe 3 tercapai setelah 4-5 dosis, bahkan protektifitasnya dapat mencapai diatas 95%
dan tercapai setelah dosis kedelapan. Keuntungan vaksin ini adalah mudah diberikan
(tanpa alat suntik) dan harganya jauh lebih murah dibandingkan IPV. OPV selain
dapat mencegah kelumpuhan, juga merangsang kekebalan usus dan menghambat
penempelan, invasi dan replikai virus liar. Pemberian OPV secara simultan pada
suatu daerah akan menaikkan kadar secretori IgA usus terhadap virus polio dan
memutus rantai hidup virus liar.5,8
Oral polio vaksin (OPV) diberikan dalam bentuk tetesan melalui mulut.
Vaksin ini mengandung sejumlah kecil virus hidup yang telah dimodifikasi dari
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 21/38
masing-masing tipe polio sehingga tidak menimbulkan penyakit tersebut, dan
antibiotik (neomysin) dalam jumlah amat kecil.
Dosis OPV berisi 3 type virus polio dengan titer
y Tipe 1 : 106 TCID (tissue culture infective dose) 50/CCID (cell culture
infective dose) 50 (10 5,5-10 6,5)
y Tipe 2 : 105 TCID (tissue culture infective dose) 50 (10 4,5-10 5,5)
y Tipe 3 : 10 5,5 TCID (tissue culture infective dose) 50 (10 5,0-10 6)
Gambar 2.2 Oral P olio Vaccine
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 22/38
Vaksin polio oral harus disimpan tertutup pada suhu 2-8 °C. Vaksin sangat
stabil namun sekali dibuka, vaksin akan kehilangan potensi disebabkan perubahan pH
setelah terpapar udara, kebijaksanaan Departemen Kesehatan & Kesejahteraan Sosial
manganjurkan bahwa vaksin polio yang telah terbuka botolnya pada akhir sesi
imunisasi (pasca imunisasi masal) harus dibuang. Tetapi saat ini kebijaksanaan WHO
membolehkan botol-botol yang berisi vaksin dosis ganda (multidose) digunakan pada
sesi-sesi imunisasi, apabila tanggal kadarluwarsa tidak terlampui, vaksin di simpan
dalam keadaan yang sangat dingin (2-8°C), botol vaksin yang telah terbuka yang
terpakai hari itu harus dibuang.9,11
Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dopper) yang baru. Di
unit pelayanan, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 2
minggu dengan ketentuan : 9,12
y Vaksin belum kadaluarsa
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 23/38
y Vaksin disimpan dalam suhu 2º C - 8ºC
y Tidak pernah terendam air
y Sterilitasnya terjaga
Cara pemberian :
Diberikan secara oral melalui mulut, 1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali
(dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu. Pada daerah yang
tingkat kasus polionya tinggi (seperti Indonesia) merupakan daerah endemik polio,
pemberian extra imunisasi polio segera setelah lahir (polio 0 pada kunjungan 1)
dengan tujuan meningkatkan cakupan imunisasi. Imunisasi polio 0 diberikan saat
bayi akan dipulangkan dari rumah sakit/rumah bersalin, agar tidak mencemari bayi
yang lain mengingat virus polio hidup dapat dieksresi melalui tinja. Imunisasi polio
ulangan diberikan 1 tahun sejak imunisasi polio 4, selanjutnya saat masuk sekolah (5-
6 tahun).5,6,9
Penyimpanan OPV
Oral polio vaccine (OPV) dapat disimpan beku pada temperatur 2-8°C.
Vaksin yang beku dengan cepat dicairkan dengan cara ditempatkan antara dua telapak
tangan dan digulir-gulirkan, di jaga agar warna tidak berubah yaitu merah muda
sampai orange muda (sebagai indikator pH). Bila keadaan tersebut dapat terpenuhi,
maka sisa vaksin yang telah terpakai dapat dibekukan lagi, kemudian dapt dipakai
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 24/38
lagi sampai warna berubah dengan catatan dan tanggal kadarluwarsa harus selalu
diperhatikan.
5,9
Kontra indikasi OPV
y Penyakit akut atau demam (temp. >38,5°C), imunisasi harus ditunda
y Muntah atau diare, imunisasi ditunda
y Sedang dalam pengobatan kortikosteroid atau imunosupresif oral maupun
suntikan, juga pengobatan radiasi umum
y Keganasan dan penderita HIV
Inactivated Polio Vaccine (IPV)
Inactivated Poliovirus Vaccine (IPV) mendapat lisensi pada tahun 1955 dan
langsung digunakan secara luas. Pada tahun 1963 mulai digunakan trivalent virus
polio secara oral (OPV) secara luas. E ncanced pot enc y IPV (eIPV) yang
menggunakan molekul lebih besar dan menimbulkan kadar antibodi lebih tinggi
digunakan tahun 1988. Inacct ivat ed polio vaccine merupakan vaksin yang cukup
efektif, 2 dosis akan menimbulkan antibodi yang protektif pada sekitar 90% resipien,
sedang 3 dosis akan meningkatkan protektifitas sampai 99%. Protektifitas terhadap
kelumpuhan berkaitan dengan tingginya kadar antibodi serum. Keuntungan dari IPV
adalah virus vaksin telah dinonaktifkan sehingga tidak bisa bereplikasi. Vaksin ini
aman dalam arti tidak menimbulkan kelumpuhan akibat imunisasi dan tidak
berbahaya bagi penderita defisiensi imun, meskipun vaksin tersebut tetap dibuat dari
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 25/38
virus liar. Kerugiannya adalah vaksin ini harus disuntikkan, relatif mahal dan kurang
merangsang timbulnya antibodi IgA sekretori di usus, sehingga tidak dapat
menghambat perlekatan, replikasi polio liar dan tidak dapat menghentikan trasmisi
virus tersebut.2,5,8
Indikasi
Indikasi pemberian Inactivated polio vaccine :5,11
y Semua anak harus menerima empat dosis IPV pada bulan 2, 4 dan 6,
dan 4-5 tahun.
y Interval yang lebih disukai antara 3 dosis pertama adalah 2 bulan. Jika
perlindungan dipercepat diperlukan, interval minimum antara dosis adalah 4
minggu.
y Tidak ada dosis tambahan yang diperlukan jika lebih banyak waktu dari yang
direkomendasikan berlalu antara dosis.
y Mereka yang memulai seri vaksin dengan satu atau lebih dosis OPV harus
menerima IPV untuk menyelesaikan seri vaksinasi. Sebuah interval minimal 4
minggu harus berlalu antara OPV dan IPV, tetapi celah minimal 2
bulan adalah lebih baik.
y Inact ivat ed polio vaccine dapat diberikan bersamaan dengan semua lainnya
secara rutin direkomendasikan vaksin anak.
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 26/38
Gambar 2.3 Inact ivat ed polio vaccine
Komposisi
Tiap dosis (0,5 mL) mengandung :5,9
y Virus polio Tipe 1 : 40 D unit antigen
y Virus polio Tipe 2 : 8 D unit antigen
y Virus polio Tipe 3 : 32 D unit antigen
y 2-phenoxyethanol 0,5%
y Formaldehid 0,02%
y Neomycin
y Streptomycin
y Polymyxin B
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 27/38
Dosis dan cara pemberian :9
y IPV harus diberikan sebanyak 0,5 ml secara intramuscular pada paha,
sebaiknya paha kanan
y Menggunakan Aut odisable Syringe (ADS) yang steril pada setiap penyuntikan
y Bayi harus menerima minimal 4 dosis IPV dengan interval minimal 4 (empat)
minggu
y IPV diberikan pada usia 2, 4 dan 6 bulan bersamaan dengan vaksin DPT/HB
IPV dapat diberikan dengan aman berbarengan denga vaksin DPT, DT, TT,
Td, Campak, Mumps, Rubella, BCG, Hepatitis B atau Hib dan tidak
mempengaruhi pembentukan respon imunologik yang dihasilkan masing-
masing vaksin
Kontraindikasi
Bayi dengan riwayat
y hipersensitif terhadap salah satu komponen vaksin termasukk
phenoxyethanol, formaldehid 0,02% neomycin, streptomycin,
polymyxin B.
y Bayi yang terinfeksi immunodeficiency virus (HIV) baik simptomatik
maupun asimptomatik bukan kontraindikasi IPV, harus diimunisasi
dengan IPV menurut jadwal standar. Tidak ada gejala klinis dengan
vaksin polio yang dimatikan telah dilakukan pada hamil perempuan.
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 28/38
Meskipun tidak ada bukti yang meyakinkan melaporkakan dampak
buruk dari vaksin polio yang dimatikan pada wanita hamil atau janin
yang sedang berkembang, tetapi pemberian polio pada ibu hamil tetap
tidak diberikan.9,11,13
Penyimpanan
Inact ivat ed polio vir u s merupakan vaksin yang freeze sensit ive ( tidak kuat
terhadap suhu beku) sehingga harus disimpan dan ditransportasikan pada kondisi
suhu 2 ± 8 C.5,9
- Pada tingkat provinsi, vaksin harus disimpan dikamar dingin/lemari es
pada suhu 2-8 C
- Pada tingkat kabupaten/kota dan puskesmas, vaksin harus disimpan di
lemari es pada suhu 2-8 C
- Pada pelayanan, vaksin dibawa dengan menggunakan vaccine carrier
yang berisi cool pack (kotak air dingin)
- Berbeda dengan OPV, IPV tidak boleh dibekukan.
Ef ek samping IPV
Inactivated polio vaccine atau vaksin yang mengandung IPV dapat
menyebabkan nyeri otot, rasa sakit, bengkak atau warna merah di tempat injeksi.
Sampai 1 dari 10 anak mungkin mengalami demam ringan dan kehilangan selera.4
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 29/38
K e jadian Ikutan Pasca Imunisasi
Kejadian ikutan pasca imunisasi merupakan suatu kejadian (medik) sakit dan
kematian yang terjadi setelah menerima imunisasi yang disebabkan oleh imunisasi.
Biasanya terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi (dapat lebih lama, 6 bulan).
Vaksin merupakan produk biologis yang mengandung antigen penyakit, sehingga
diperlukan keseimbangan kondisi tubuh yang sehat pada saat pemberian imunisasi
sehingga pembentukan imunogenisitas dan reaktogenesis terbentuk sempurna serta
menghasilkan komplikasi yang lebih minimal.9,17
Pada umumnya reaksi terhadap obat dan vaksin dapat merupakan reaksi
simpang (adverse event s), atau kejadian lain yang bukan terjadi akibat efek langsung
vaksin. Reaksi simpang vaksin antara lain dapat berupa efek farmakologi, efek
samping ( side-effect s), interaksi obat, intoleransi, reaksi idoisinkrasi, dan reaksi alergi
yang umumnya secara klinis sulit dibedakan.efek farmakologi, efek samping, serta
reaksi idiosinkrasi umumnya terjadi karena potensi vaksin sendiri, sedangkan reaksi
alergi merupakan kepekaan seseorang terhadap unsur vaksin dengan latar belakang
genetik. Reaksi alergi dapat terjadi terhadap protein telur (vaksin campak, gondong,
influenza, dan demam kuning), antibiotik, bahan preservatif (neomisin, merkuri), atau
unsur lain yang terkandung dalam vaksin.9
Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung vaksin dapat terjadi karena
kesalahan teknik pembuatan, pengadaan dan distribusi serta penyimpanan vaksin,
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 30/38
kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi, atau kejadian yang timbul
secara kebetulan. Kejadian yang memang akibat imunisasi tersering adalah akibat
kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan ( pragmat ic err ors).
Tidak semua kejadian KIPI disebabkan oleh imunisasi karena sebagian besar
ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Oleh karena itu untuk menentukan
KIPI diperlukan keterangan mengenai:16,17
1. besar frekuensi kejadian KIPI pada pemberian vaksin tertentu
2. sifat kelainan tersebut lokal atau sistemik
3. derajat sakit resipien
4. apakah penyebab dapat dipastikan, diduga, atau tidak terbukti
5. apakah dapat disimpulkan bahwa KIPI berhubungan dengan vaksin, kesalahan
produksi, atau kesalahan prosedur.
Kejadian ikutan pasca imunisasi dibagi menjadi 5 kelompok faktor etiologi menurut
klasifikasi lapangan WHO W est ern Pacific (1999), yaitu:18
1. Kesalahan program/teknik pelaksanaan ( pr o grammic err ors)
Sebagian kasus KIPI berhubungan dengan masalah program dan teknik
pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan,
pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin. Kesalahan tersebut dapat
terjadi pada berbagai tingkatan prosedur imunisasi, misalnya:
y Dosis antigen (terlalu banyak)
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 31/38
y Lokasi dan cara menyuntik
y Sterilisasi semprit dan jarum suntik
y Jarum bekas pakai
y Tindakan aseptik dan antiseptik
y Kontaminasi vaksin dan perlatan suntik
y Penyimpanan vaksin
y Pemakaian sisa vaksin
y Jenis dan jumlah pelarut vaksin
y Tidak memperhatikan petunjuk produsen
Kecurigaan terhadap kesalahan tata laksana perlu diperhatikan apabila
terdapat kecenderungan kasus KIPI berulang pada petugas yang sama.
2. Reaksi suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik
langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi
suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat
suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut,
pusing, mual, sampai sinkope.
3. Induksi vaksin (reaksi vaksin)
Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi
terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis
biasanya ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 32/38
seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan resiko kematian. Reaksi simpang ini
sudah teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam petunjuk pemakaian
tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra, indikasi khusus, perhatian
khusus, atauberbagai tindakan dan perhatian spesifik lainnya termasuk
kemungkinan interaksi obat atau vaksin lain. Petunjuk ini harus diperhatikan
dan ditanggapi dengan baik oleh pelaksana imunisasi.
4. Faktor kebetulan (koinsiden)
Seperti telah disebutkan di atas maka kejadian yang timbul ini terjadi secara
kebetulan saja setelah diimunisasi. Indikator faktor kebetulan ini ditandai
dengan ditemukannya kejadian yang sama disaat bersamaan pada kelompok
populasi setempat dengan karakterisitik serupa tetapi tidak mendapatkan
imunisasi.
5. Penyebab tidak diketahui
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan
kedalam salah satu penyebab maka untuk sementara dimasukkan kedalam
kelompok ini sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya dengan
kelengkapan informasi tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab
KIPI.
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 33/38
Kejadian ikutan pasca imunisasi atau KIPI dapat terjadi pasca imunisasi IPV
tetapi reaksi ini jarang terjadi, antara lain :
5,9
- Reaksi lokal : reaksi eritema kemerahan ( pembengkakan pada suntikan).
- Reaksi sistemik : demam, mual dan muntah, iritabilitas, anoreksia,
menangis yang menetap dan keletihan. Polio paralisis, polio paralisis pada
resipien munokompromais, komplikasi akut termasuk kecacatan dan
kematian
- Vaccine Associated Paralytic Poliomyelitis (VAPP). World Health
Organization mendefinisikan sebagai ; suatu kelumpuhan layuh akut yang
terjadi 4-30 hari setelah menerima OPV, 4-75 hari setelah kontak dengan
penerima OPV, disertai masih adanya kelainan neurologis pada 60 hari
setelah awitan atau penderita meninggal. Prevalensi VAPP tersering pada
penderita imunodefisiensi ( B cell deficiencies ) agamaglobulin atau
hipogamaglobulin.5
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 34/38
Imunisasi pada kelompok resiko
Untuk mengurangi resiko timbulnya KIPI maka harus diperhatikan apakah
resipien termasuk dalam kelompok resiko. Yang dimaksud dengan kelompok resiko
adalah:17
1. Anak yang mendapat reaksi simpang pada imunisasi terdahulu
Hal ini harus segera dilaporkan kepada Pokja KIPI setempat dan KN PP KIPI
dengan mempergunakan formulir pelaporan yang telah tersedia untuk
penanganan segera
2. Bayi berat lahir rendah
Pada dasarnya jadwal imunisasi bayi kurang bulan sama dengan bayi cukup
bulan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi kurang bulan adalah:
a) Titer imunitas pasif melalui transmisi maternal lebih rendah dari pada
bayi cukup bulan
b) Apabila berat badan bayi sangat kecil (<1000 gram) imunisasi ditunda
dan diberikan setelah bayi mencapai berat 2000 gram atau berumur 2
bulan;
c) Apabila bayi masih dirawat setelah umur 2 bulan, maka vaksin polio
yang diberikan adalah suntikan IPV bila vaksin tersedia, sehingga
tidak menyebabkan penyebaaran virus polio melaui tinja
3. Pasien imunokompromais
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 35/38
Keadaan imunokompromais dapat terjadi sebagai akibat penyakit dasar atau
sebagai akibat pengobatan imunosupresan (kemoterapi, kortikosteroid jangka
panjang). Jenis vaksin hidup merupakan indikasi kontra untuk pasien
imunokompromais dapat diberikan IVP bila vaksin tersedia. Imunisasi tetap
diberikan pada pengobatan kortikosteroid dosis kecil dan pemberian dalam
waktu pendek. Tetapi imunisasi harus ditunda pada anak dengan pengobatan
kortikosteroid sistemik dosis 2 mg/kg berat badan/hari atau prednison 20 mg/
kg berat badan/hari selama 14 hari. Imunisasi dapat diberikan setelah 1 bulan
pengobatan kortikosteroid dihentikan atau 3 bulan setelah pemberian
kemoterapi selesai.
4. Pada resipien yang mendapatkan human immuno gl obulin
Imunisasi virus hidup diberikan setelah 3 bulan pengobatan utnuk
menghindarkan hambatan pembentukan respons imun.
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 36/38
BAB III
PENUTUP
A. K esimpulan
Polio adalah kelainan yang disebabkan infeksi virus (poliovirus) yang
dapat mempengaruhi seluruh tubuh, termasuk otot dan saraf. Kasus yang berat
dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian. Meskipun program
eradikasi polio secara global telah dilaksanakan sungguh-sungguh, polio
masih sangat endemik di beberapa negara seperti India, Afrika dan Asia,
teritama di Indonesia masih ditemukan kasus polio baru hal ini
enunjukkan bahwa penyebran virus polio liar di Indonesia belum berhenti.
Ada dua macam vaksin polio yaitu inact ivat ed polio vaccine (IPV) dan
oral polio vaccine (OPV). Inact ivat ed polio vaccine merupakan vaksin polio
yang dimatikan dan diberikan secara intramuscular dengan dosis 0,5 ml.
Sedangkan Oral polio vaccine merupakan vaksin polio yang dilemahkan dan
diberikan secara oral dengan 1 dosis atau 2 tetes. Kejadian ikutan pasca
imunisasi merupakan kejadian sakit atau kematian setelah mendapatkan
imunisasi .Pemberian vaksin merupakan pemasukan antigen ke dalam tubuh,
sehingga tubuh dapat memiliki berbagai respon terhadap antigen tersebut.
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 37/38
DAFTAR PUSTAKA
1. Pasaribu S. Aspek diagnostik poliomyelitis. Sumatra utara : Bagian Ilmu
Kesehatan Anak : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara; 2005.
2. Sutiko A, Rahmawaty. Acute flaccid paralysis. Medan: Muslim Indonesia
University ; 2005
3. Miller N. The polio vaccine: a critical assessment of its arcane history,
efficacy, and long-term health-related consequences. N.Z. Miller/Medical
Veritas 1 (2004) 239±251
4. Anonymous. Imunisasi. Australian Government. Department of health and
ageing; 2005. h. 21-5
5. Anonymous. Eradikasi polio dan permasalahannya. Ilmu kesehatan anak
XXXV. Kapita selekta ilmu kesehatan anak IV; 2005.
6. Rina O, Ritarwan K. Upaya eradikasi polio di indonesia. Tinjauan pustaka;
2005:198-203.
7. Ismoedijanto. Progress and challenges toward poliomyelitis eradication in
Indonesia. Department of Child Health, School of Medicine: Airlangga
University Surabaya Indonesia. Vol 34 ; 3 : 2003 : 598-604.
8. Anonymous. Cessation of routine oral polio vaccine (OPV) use after global
polio eradication. World Heart Organisztion . 2005.
9. Anonymous. Penyelenggaraan pilot proyek inactivated polio vaccine di
provinsi daerah istimewa Yogyakarta. 2007
10. Anonymous. Issues from the final push. UNICEF Country Office EPI Update:
Nigeria Press; 2008
5/12/2018 Referat Polio - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-polio 38/38
11. Herremans T, Reimerink J, Buisman A, Kimman T, Koopmasn T. Induction
of mucosal immunity by inactivated poliovirus vaccine is dependent on
previous mucosal contact with live virus. Chapter 5; 2007: 73-86
12. Anonymous. Poliomyelitis. Chapter 13. American Academy of Pediatric : Red
book online;2011
13. Anonymous. Poliomyelitis vaccine. German : Medical Diagnostic Center
Press; 2008.
14. Weckx L, Schmidt, Hermann, Miyasaki C, Novo. Early immunization of
neonates with trivalent oral poliovirus vaccine. Bulletin of the world health
Organization. 1992 ; 7 (1) : 85-91
15. Racaniello VR. One hundred years poliovirus pathogenesis. Virology 344 : 9-
16
16. Julius E. Suryawidjaja. Resurgensi poliomyelitis :status terkini dari infeksi
poliovirus di Indonesia. Universa Medicina; 2005 : 24 (2) : 93-101
17. Lisnawati L. Generasi sehat melalui imunisasi. Jakarta : trasinfomedia ; 2011.
H. 15-56