Referat Otomikosis (THT)

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    1/23

    Referat

    OTOMIKOSIS

    Disusun Oleh :

    NAMA : Raysa Angraini

    NIM : 030.10.233

    Pembimbing :

    Dr. Tienneke Saboe, Sp. THT

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT

    RUMAH SAKIT DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

    PERIODE 22 SEPTEMBER-25 OKTOBER 2014

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    2/23

    2

    LEMBAR PENGESAHAN

    REFERAT

    PARALISIS PITA SUARA

    Diajukan untuk memenuhi syarat kepanitraan klinik Ilmu Penyakit THT

    Periode 22 September-25 Oktober 2014

    Di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

    Disusun oleh :

    Raysa Angraini

    030.10.233

    Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

    Jakarta, 13 Oktober 2014

    Pembimbing,

    Dr. Tienneke Saboe, Sp.THT

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    3/23

    3

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN...2

    DAFTAR ISI.....3

    BAB I PENDAHULUAN....4

    BAB II ANATOMI TELINGA.....5

    TELINGA LUAR..5

    TELINGA TENGAH ...9

    TELINGA DALAM ...11

    BAB III FISIOLOGI TELINGA ..12

    BAB IV PENYAKIT TELINGA LUAR..13

    BAB V SERUMEN.....14

    BAB VI OTOMIKOSIS....15

    DEFINISI....15

    PREVALENSI....15

    ETIOLOGI..15

    FAKTOR PREDISPOSISI..15

    PATOFISIOLOGI ..16

    GAMBARAN KLINIS ...18

    PEMERIKSAAN LABORATORIUM ..18

    DIAGNOSIS BANDING....19

    TERAPI ..19

    KOMPLIKASI.21

    BAB VII DAFTAR PUSTAKA.22

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    4/23

    4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Infeksi pada telinga bagian luar atau yang sering disebut sebagai otitis eksterna

    memiliki beberapa penyebab seperti bakteri dan juga jamur. Dua penyebab ini

    terkadang sulit dibedakan karena memiliki keluhan yang hampir sama dan tidak

    spesifik. Hal ini menyebabkan pengobatan dari infeksi itu sendiri sering tidak tepat

    sasaran.(1)

    Otomikosis atau otitis eksterna fungi sering disalah diagnosis sebagai otitis

    eksterna bakteri. Padahal pengobatan dari OE oleh bakteri adalah antibiotik yang justru

    tidak boleh diberikan pada infeksi oleh jamur karena dapat menyebabkan bertambah

    banyaknya jamur penyebab infeksi.

    Otomikosis sebenarnya kebanyakan disebabkan oleh organisme komensal

    normal dari kulit liang telinga dimana pada kondisi normal tidak bersifat patogen.

    Namun beberapa keadaan dapat menggeser keseimbangan antara bakteri dan jamur di

    liang telinga. Banyak faktor predisposisi yang dapat mencetuskan terjadinya

    otomikosis, antara lain kebiasaan penggunaan alat pembersih telinga, dermatitis,

    kurangnya kebersihan, individu dengan immunocompromised, penyakit telinga

    sebelumnya, penggunaan berkepanjangan dari obat antibiotik tetes telinga, antibiotik

    spektrum luas, steroid, dan terpapar dengan kemoterapi.(2)

    Diagnosis dari otomikosis sendiri dapat ditegakan dari gejala klinis, otoskopi,

    mikrobiologi, tes KOH, dan kultur. Untuk pengobatannya sendiri sekarang sudah

    banyak tersedia preparat dengan tingkat efektifitas yang cukup tinggi mencapai 50-

    100%. (3)Namun penyakit ini sering menjadi tantangan bagi para klinisi karena angka

    rekurensi yang tinggi, menyebaban penyakit ini sulit diatasi. Karena banyak sekali

    faktor penyebab dari kondisi ini, maka dari itu harus diatasi terlebih dahulu sehingga

    kekambuhan dapat dihindari.

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    5/23

    5

    BAB II

    ANATOMI TELINGA

    Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah (kavum timpani), dan telinga

    dalam (labyrinth). Telinga dalam berisi organ perdengaran dan keseimbangan. (4)

    Gambar 1. Anatomi Telinga Luar, Tengah, dan Dalam

    TELINGA LUAR

    Telinga luar terdiri atas auricula dan meatus acusticus externus.

    Auricula mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan getaran

    udara. Auricula terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi kulit.

    Auricula mempunyai otot intrinsik dan ekstrinsik, keduanya disarafi oleh N. facialis.

    Meatus acusticus externus adalah tabung berkelok yang menghubungkan

    auricula dengan membrana tympani. Tabung ini berfungsi menghantarkan gelombang

    suara dari auricula ke membrana tympani. Pada orang dewasa panjangnya lebih kurang

    1 inci (2,5cm), dan dapat diluruskan untuk memasukkan otoskop dengan cara menarik

    auricula ke atas dan belakang. Pada anak-anak kecil, auricula ditarik lurus ke belakang,

    atau ke bawah dan belakang. Bagian meatus yang paling sempit adalah kira-kira 5 mm

    dari membrana tympani.

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    6/23

    6

    Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah cartilago elastis, dan dua pertiga

    bagian dalam adalah tulang, yang dibentuk oleh timpani. Meatus dilapisi oleh kulit,

    dan sepertiga bagian luarnya mempunyai rambut, kelenjar sebacea, dan glandula

    ceruminosa. Glandula ini adalah modifikasi kelenjar keringat yang menghasilkan

    sekret lilin berwarna coklat kekuningan. Rambut dan lilin ini merupakan barier yang

    lengket, untuk mencegah masuknya benda asing.(4)

    EAC dilapisi oleh epitel kubus bertingkat. Kulit yang melapisi kanal tulang lebih

    tipis dibandingkan kanal kartilago, ketebalan sekitar 0,1 hingga 0,2 mm dan

    merupakan lanjutan dari kulit yang melapisi bagian permukaan lateral membran

    timpani dan aurikula. Sebagai hasilnya, tidak terdapat glandula atau folikel rambut

    pada kanal tulang.(5)

    Gambar 2. Perbedaan Tebal Kulit Antara Kanal Kartilago dan Tulang, Diikuti

    dengan Perbedaan Struktur

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    7/23

    7

    Gambar 3. Ilustrasi Menunjukkan Kanalis Telinga, Lapisan TersebutMemisahkan Antara Kulit dengan Tulang dan Struktur Kartilago. Pada Kanal

    Tulang Ada Periosteum dan pada Kanal Kartilago Perikondrium yang

    Memisahkan.

    Gambar 4. Komposisi Umum Kulit Manusia

    Gambar 5. Lapisan Kulit pada Kanal Kartilago

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    8/23

    8

    Telinga mendapatkan suplai darah dari arteri aurikula posterior (lanjutan dari

    arteri karotid eksterna) dan cabang kecil aurikuler dari arteri temporalis superfisial.

    Dari arteri temporal superfisial, cabang aurikuler didistribusikan ke lobus, nagian

    anterior aurikula dan meatus auditorius eksterna. Meatus sebagian disuplai oleh

    pembuluh darah yang sama dengan aurikula tetapi bagian lebih dalam, termasuk

    permukaan luar dari membran timpani, disuplai oleh arteri aurikuler dalam, cabang

    pertama (mandibula) dari arteri maksilaris eksternus. Sementara vena mengikuti nama

    dan perjalanan arteri sampai mereka meninggalkan regio telinga. (5)

    Gambar 6. Ilustrasi Suplai Darah yang Didapatkan Telinga dari Cabang

    Arteri Karotid Eksterna

    Gambar 7. Ilustrasi Inervasi Saraf Telinga

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    9/23

    9

    Inervasi sensoris dari aurikula dan kanalis telinga disuplai oleh cabang nervus

    kranialis V dan X, dan dari pleksus servikalis, tetapi juga menerima cabang dari nervus

    kranialis VII dan IX. Saraf sensorikyang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari n.

    auticulotemporalis dan ramus auricularis n. vagus.

    Aliran limfe menuju nodi paridei superficiales, mastoidei, dan cervicales

    superficiales.(4)

    TELINGA TENGAH (CAVUM TYMPANI)

    Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dlaam pars petrosa ossis temporalis

    yang dilapisi oleh membrana mucosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang

    berfungsi meneruskan getaran membrana timpani (gendang telinga) ke perilympha

    telinga dalam. Cavum tympani (gendang telinga) berbentuk celah sempit yang miring,

    dengan sumbu panjang terletak lebih kurang sejajar dengan bidang membran tympani.

    Di depan, ruang ini berhubungan dengan nasopharynx melalui tuba auditiva dan di

    belakang dengan antrum mastoideum.

    Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding posterior,

    dinding lateral, dan dinding medial.

    Atapdibentuk oleh lempeng tipis tulang, yang disebut tegmen tympani, yang

    merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng ini memisahkan cavum

    tympani dari meningens dan lobus temporalis otak di dalam fossa cranii media.

    Lantai dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin tidak

    lengkap dan mungkin sebagian diganti oleh jaringan fibrosa. Lempeng ini memisahkan

    cavum tympani dari bulbus superior V. jugularis interna.

    Bagian bawah dinding anterior dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang

    memisahkan cavum tympani dari a. carotis interna. Pada bagian atas dinding anterior

    terdapat muara dari dua buah saluran. Saluran yang lebih besar dan terletak lebih

    bawah menuju tuba auditiva, dan yang terletak lebih atas dan lebih kecil masuk ke

    dalam saluran untuk m. tensor tympani. Septum tulang tipis, yang memisahkan

    saluran-saluran ini diperpanjang ke belakang pada dinding medial, yang akan

    membentuk tonjolan mirip selat.

    Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang tidak

    beraturan, yaitu aditus ad antrum. Di bawah ini terdapat penonjolan yang berbentuk

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    10/23

    10

    kerucut, sempit, kecil, disebut pyramis. Dari puncak pyramis ini keluar tendo

    m.stapedius.

    Sebagian besar dinding lateraldibentuk oleh membrana tympanica. Membrana

    tympaniadalah membrana fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara. Membrana ini

    terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan lateral. Permukaannya konkaf ke

    lateral. Pada dasar cekungannya terdapat lekukan kecil, yaitu umbo, yang terbentuk

    oleh ujung manubrium mallei. Bila membran terkena cahaya otoskop, bagian cekung

    ini menghasilkan kerucut cahaya, yang memancar ke anterior dan inferior dari umbo.

    Membrana tympani berbentuk bulat dengan diameter lebih-kurang 1 cm.

    pinggirnya tebal dan melekat di dalam alur pada tulang. Alur itu, yaitu sulcus

    tympanicus, di bagian atasnya berbentuk incisura. Dari sisi-sisi incisura ini berjalan

    dua plica, yaitu plica mallearis anterior dan posterior, yang menuju ke processus

    lateralis mallei. Daerah segitiga kecil pada membrana tympani yang dibatasi oleh

    plica-plica tersebut lemas dan disebut pars flaccida. Bagian lainnya tegang disebut

    pars tensa. Manubrium mallei dilekatkan di bawah pada permukaan dalam membrana

    tympani oleh membrana mucosa.

    Membrana tympani sangat peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya

    dipersarafi oleh n. auriculotemporalisdan ramus auricularis n. vagus.

    Dinding medialdibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian terbesar dari

    dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut promontorium, yang disebabkan

    oleh lengkung pertama cochlea yang ada di bawahnya. Di atas dan belakang

    promontorium terdapat fenestra vestibuli, yang berbentuk lonjong dan ditutupi oleh

    basis stapedis. Pada sisi medial fenestra terdapat perilympha scala vestibuli telinga

    dalam. Di bawah ujung posterior promontorium terdapat fenestra cochlea, yang

    berbentuk bulat dan ditutupi oleh membrana tympani secundaria. Pada sisi medial

    dari fenestra ini terdapat perilympha ujung buntu scala timpani.

    Sebuah rigi bulat berjalan secara horizontal ke belakang, di atas promontorium

    dan fenestra vestibuli dan dikenal sebagai prominentia canalis nervi faciali.

    Sesampainya di dinding posterior, prominentia ini melengkung ke bawah di belakang

    pyramis.(4)

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    11/23

    11

    TELINGA DALAM (LABIRINTH)

    Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah

    lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau

    puncak koklea disebut helikotrema, meghubungkan perilimfa skala timpani dengan

    skala vestibuli.

    Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk

    lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli

    sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis)

    diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media

    berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa.

    Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran

    vestibuli (Reissners membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis.

    Pada membran ini terletak organ corti.

    Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran

    tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut

    dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ corti.(4)

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    12/23

    12

    BAB III

    FISIOLOGI PENDENGARAN

    Sampai tingkat tertentu pinna adalah suatu pengumpul suara, sementara liang

    telinga karena bentuk dan dimensinya, dapat sangat memperbesar suara dalam rentang

    2 sampai 4 kHz; perbesaran pada frekuensi ini adalah sampai 10 hingga 15 dB. Maka

    suara dalam rentang frekuensi ini adalah yang paling berbahaya jika ditinjau dari sudut

    trauma akustik.(6)

    Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga

    dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalu udara atau tulang ke koklea. Getaran

    tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui

    rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit

    tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap

    lonjong. Energi getar yang telah di amplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang

    menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak.

    Getaran diteruskan melalui membrana Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga

    akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria.

    Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi

    stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion

    bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel

    rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan

    menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus

    auditorius sampai korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis. (1)

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    13/23

    13

    BAB IV

    PENYAKIT TELINGA LUAR

    Telinga luar dipisahkan dengan telinga dalam oleh membrana timpani. Telinga

    luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke struktur-

    struktur telinga tengah. Karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang

    telinga yang melengkung atau seperti spiral, maka telinga luar mampu melindungi

    membran timpani dari trauma, benda asing dan efek termal.

    Panjang liang teliga kira-kira 2,5cm, membentang dari bibir depan konka

    hingga membrana timpani. Sepertiga bagian luar adalah bagian kartilaginosa

    sedangkan duapertiga dalam adalah bagian tulang. Bagian yang sempit dari liang

    telinga adalah dekat perbatasan tulang dan tulang rawan. Hanya sepertiga bagian luar

    atau bagian kartilaginosa dari liang telinga yang dapat bergerak saat ditarik. Liang

    telinga membentuk suatu kantung berlapis epitel yang dapat memerangkapkan

    kelembaban, sehingga daerah ini menjadi rentan infeksi pada keadaan tertentu.

    Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian

    tulang, selain itu juga mengandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi antar

    individu namun ikut membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Anatomi

    liang telinga bagian tulang sangat unik karena merupakan satu-satunya tempat dalam

    tubuh di mana kulit langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan.

    Dengan demikian daerah ini sangat peka, dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri

    karena tidak terdapat ruang untuk ekspansi.

    Salah satu cara perlindungan yang diberikan telinga luar adalah dengan

    pembentukkan serumen atau kotoran telinga. Sebagian besar struktur kelenjar

    sebasea dan apokrin yang menghasilkan serumen terletak pada bagian kartilaginosa.

    Eksfoliasi sel-sel stratum korneum ikut pula berperan dalam pembetukan materi yang

    membentuk suatu lapisan pelindung penolak air pada dinding kanalis ini. pH gabungan

    berbagai bahan tersebut adalah sekitar 6, suatu faktor tambahan yang berfungsi

    mencegah infeksi. Lagipula, migrasi sel-sel epitel yang terlepas membentuk suatu

    mekanisme pembersihan sendiri dari membran timpani ke arah luar.

    Infeksi dan radang liang telinga merupakan salah satu masalah THT yang

    paling sering, khususya pada cuaca panas dan lembab. Pasien dengan gangguan

    aurikula atau liang telinga seringkali datang dengan keluhan berikut nyeri (otalgia),

    gatal, pembengkakan, perdarahan dan perasaan tersumbat.(6)

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    14/23

    14

    BAB V

    SERUMEN

    Serumen adalah sekret kelenjar sebasea dan apokrin yang terdapat pada bagian

    kartilaginosa liang telinga. Ada dua tipe dasar, basah dan kering. Pola

    pewarisannya bersifat autosomal dan tidak diketahui secara luas. Tipe basah bersifat

    dominan lengket dan berwarna madu, yang dapat berubah warna menjadi gelap bila

    terpapar. Ras kulit hitam bahkan lebih besar predisposisinya terhadap tipe ini. Pada ras

    mongoloid termasuk Indian Amerika, lebih sering ditemukan fenotip yang kering,

    bersisik seperti beras. Kedua varian tersebut tidak jelas hubungannya dengan

    kondisi-kondisi radang pada telinga luar.

    Serumen diketahui memiliki fungsi proteksi. Dapat berfungsi sebagai sarana

    pengangkut debris epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membrana timpani.

    Serumen juga berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan

    pembentukan fisura pada epidermis. Penelitian menunjukkan bahwa serumen basah

    ataupun kering memiliki efek bakterisidal yang sama. Sekalipun penelitian ini bersifat

    in vitro, namun agaknya layak dibandingkan dengan hasil-hasil in vivo. Efek

    penghambat atau bakterisidal diduga berasal dari komponen asam lemak, lisozim dan

    imunoglobulin dalam serumen.

    Kumpulan serumen yang berlebihan bukanlah suatu penyakit. Sebagian orang

    menghasilkan amat banyak serumen seperti halnya sebagian orang lebih mudah

    berkeringat dibandingkan yang lain. Pada sebagian orang, serumen dapat mengeras

    dan membentuk sumbat yang padat; pada yang lain, sejumlah besar serumen dengan

    konsistensi seperti mentega dapat menyumbat liang telinga. Pasien mungkin

    merasakan telinganya tersumbat atau tertekan. Bila suatu sumbat serumen yang padat

    menjadi lembab, misalnya setelah mandi, maka sumbat tersebut dapat mengembang

    dan menyebabkan gangguan pendengaran sementara.

    Pada orang tua, serumen cenderung menjadi lebih kering oleh karena atrofi

    fisiologis dari kelenjar apokrin yang diikuti berkurangnya komponen keringat dari

    serumen. Lagipula, khususnya pada orang tua, sumbatan liang telinga mungkin tidak

    hanya karena serumen namun karena tumpukan debris epitel. Karena bagian tersempit

    dari liang telinga terletak di tengah, pemakaian lidi kapas dapat mendorong serumen ke

    ismus yang sempit dan menempel pada membran timpani, sehingga akan sukar dan

    sakit bila dikeluarkan.(6)

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    15/23

    15

    BAB VI

    OTOMIKOSIS

    DEFINISI

    Otomikosis atau otitis eksterna fungi adalah infeksi akut, subakut, dan kronik

    pada epitel skuamosa dari kanalis auditorius eksterna oleh ragi dan filamen jamur.(7)

    Komplikasinya dapat mencapai ke telinga tengah dan kavitas terbuka mastoid.(8)

    Meskipun jamur merupakan patogen primer, hal ini bisa juga dampak dari infeksi

    kronis dari kanalis eksternus atau telinga tengah.(9)

    PREVALENSI

    Prevalensi tertinggi terjadi pada area tropis dan subtropis yang hangat, lembab,

    dan berdebu. Kasus ini merupakan 5-20% dari kasus otitis eksterna. Otomikosis

    unilateral dilaporkan pada 90% dari kasus dan tidak penunjukan sisi mana yang lebih

    sering terjadi.(10)

    ETIOLOGI

    Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di suatu

    daerah. Jamur yang menyebabkan otomikosis pada umumnya adalah spesies jamur

    saprofit yang berlimpah di alam dan bentuk itu adalah bagian dari flora komensalis

    dari EAC yang sehat. Jenis jamur yang paling sering adalah Pityrosporum dan

    Aspergillus (A. niger, A. flavus, A. funigatus, A. terreus), Candida albikans, dan C.

    parapsilosis (yeast-like fungi) juga sering.(11) Kadang-kadang juga ditemukan

    Phycomycetes, Rhizopus, Actinomyces, dan Penicillium.(12)

    Pada penelitian pasien otomikosis Kumar (2005) didapatkan prevalensi

    penyebabnya Aspergillus fumigates (34,14%), Candida Albicans (11%), Candida

    pseudotropicalis (1,21%) dan Mucor sp (1,21%). Beberapa peneliti melaporkan adanya

    organisme penyebab lainnya seperti Penicillium sp dan spesies lain seperti Candida

    seperti C.parapsilosis, C.gulliermondi dengan berbagai persentasi.(13)

    FAKTOR PREDISPOSISI

    Faktor predisposisi otomikosis adalah kebiasaan penggunaan alat pembersih

    telinga, dermatitis, kurangnya kebersihan, individu dengan immunocompromised,

    penyakit telinga sebelumnya, penggunaan berkepanjangan dari obat antibiotik tetes

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    16/23

    16

    telinga, antibiotik spektrum luas, steroid, dan terpapar dengan kemoterapi.(2)Selain itu,

    sering juga menyerang pasien yang melakukan mastoidektomi open cavitydan mereka

    yang menggunakan alat bantu dengar. (14)

    Otomikosis dapat terjadi karena hilangnya proteksi lipid atau asam dari

    telinga.(15)Kegagalan dari mekanisme pertahanan dari telinga (perubahan pada lapisan

    epitel, perubahan PH, perubahan kualitas dan kuantitas serumen, infeksi bakteri, alat

    bantu dengan atau prosthesis hearing, trauma yang ditimbulkan sendiri (membersihkan

    telinga menggunakan Q-tips, berenang, atau neoplasma).(16)

    Host dengan immunocompromised lebih rentan menderita otomikosis. Pasien

    dengan diabetes, lymphoma atau AIDS dan pasien yang menjalani atau mendapatkan

    kemoterapi atau terapi radiasi memiliki resiko tinggi untuk terjadinya komplikasi dari

    otomikosis.(17)

    PATOFISIOLOGI

    Serumen memiliki bahan antimikotik, bakteriostatik, dan perangkap serangga.

    Serumen terdiri dari lipid (46-73%), protein, asam amino bebas, dan ion mineral yang

    juga mengandung lisozim, imunoglobulin dan asam lemak. Asam lemak rantai panjang

    terdapat pada kulit yang tidak rusak dapat mencegah pertumbuhan bakteri. Karena ia

    memiliki komposisi hidrofobik, serumen memiliki kemampuan menghambat air,

    membuat permukaan kanal tidak permeabel dan mencegah maserasi dan kerusakan

    epitel.(11)

    Pada hasil penelitian didapatkan C. Albicans dan C. parapsilosis dan jamur

    mycelia yang lainnya adalah bagian dari flora normal dari EAC dan terkadang bergeser

    ke status patogen dibawah pengaruh beberapa faktor. (18)

    Mikroorganime normal ditemukan pada EAC seperti Staphylococcus epidermis,

    Corrynebacterium sp, Bacillus sp, Gram-positive cocci (Staphylococcus aureus,

    Streptococcus sp, non-patogen micrococci), Gram negative bacilli (Pseudomonas

    aeruginosa, Escheria coli, Haemophilus influenza, Moraxella catharalis, dll) dan jamur

    mycelia dari genus Aspergillus dan Candida sp. Mikroorganisme komensal ini tidak

    patogen hingga keseimbangan antara bakteri dan jamur terjaga. (11)

    Beberapa faktor yang menyebabkan transformasi jamur saprofit menjadi patogen

    antara lain: (19)

    Faktor lingkungan (panas, kelembaban) biasa didapatkan pasien padasaat musim

    panas dan gugur.

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    17/23

    17

    Perubahan pada epitel yang menutupi (penyakit dermatologi, mikro trauma)

    Peningkatan PH pada EAC (mandi). Ozcan et al (2003) mendapati perenang

    memiliki faktor predisposisi untuk otomikosis.(19)

    Pergeseran kualitas dan kuantitas serumen. Faktor sistemik (perubahan imunitas, penyakit yang melemahkan, kortikosteroid,

    antibiotik, sitostatik, neoplasia). Jackman et al (2005) mendapati ofloxacin

    berkontribusi dalam perkembangan otomikosis. (20)

    Riwayat otitis bakterialis, otitis media supuratif kronis (OMSK) dan post bedah

    mastoid. Kontaminasi bakteri dari kulit EAC awalnya terjadi pada OMSK atau

    otitis media eksternus. Kerusakan pada permukaan epitel adalah media yang baik

    bagi pertumbuhan mikroorganisme. Kerusakan epitel juga menyebabkan

    penurunan sekresi apokrin dan glandula serumen dimana mengubah lingkunga

    EAC menjadi cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme (pH normal 3-4).

    Dermatomikosis dapat menjadi faktor resiko untuk rekurensi karena autoinokulasi

    menjadi mungkin di antara bagian-bagian dari tubuh.

    Kondisi dan kebiasaan sosial. Penutup kepala tradisional contohnya dapat

    meningkatkan kelembaban dari kanal telinga dan menciptakan lingkungan yang

    ideal untuk pertumbuhan jamur.

    Jamur melimpah pada tanah atau pasir yang mengandung bahan organik yang

    membusuk. Materi ini cepat mengering pada kondisi tropis dan tertiup oleh angin

    sebagai partikel debu yang kecil. Spora jamur yang menyebar melalui udara terbawa

    oleh uap air, suatu fakta bahwa adanya hubungan antara tingginya jumlah infeksi

    dengan monsoon, dimana terjadi peningkatan kelembapan relatif hingga 80%.

    Jamur mengakibatkan inflamasi, eksfoliasi epitel superfisial, massa debris yang

    mengandung hifa, supurasi, dan nyeri.(21)Karakteristik yang paling banyak ditemukan

    pada pemeriksaan telinga adalah munculnya debris tebal berwarna putih keabu-abuan

    yang sering dikenal sebagai wet blotting paper.(22)

    Jamur tidak pernah menonjol keluar dari EAC, bahkan pada kasus kronis

    sekalipun. Hal ini dikarenakan jamur tidak menemukan kebutuhan nutrisinya di luar

    EAC. Hasil penelitian terbaru didapatkan pertumbuhan Aspergillus ditemukan paling

    banyak pada temperatur 370C, sebuah fakta bahwa kondisi klinis ini didukung oleh

    predileksi dari jamur untuk tumbuh di sepertiga dalam dari EAC. (23)

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    18/23

    18

    GAMBARAN KLINIS

    Gejala dari otitis eksterna bakteri dan otomikosis sering sulit dibedakan.

    Bagaimanapun pruritus merupakan karakteristik paling sering dari infeksi mikosis dan

    juga tidak nyaman di telinga, otalgia (nyeri telinga), rasa penuh di liang telinga, rasa

    terbakar pada telinga, ottorhoea, hilangnya pendengaran, tinnitus, keluarnya cairan

    tetapi sering juga tanpa keluhan. (20,24)

    Pytirosporum menyebabkan terbentuknya sisik yang menyebabkan terbentuknya

    sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan perdisposisi otitis eksterna bakterialis

    maupun furunkel. Demikian pula dengan jamur Aspergillus. Jamur ini terkadang

    didapatkan di liang telinga tanpa adanya gejala apapun kecuali rasa tersumbat dalam

    telinga, atau dapat berupa peradangan yang menyerang epitel kanalis atau gendang

    telinga dan menimbulkan gejala-gejala akut. Kadang-kadang didapatkan pula Candida

    albicans.

    Pada otoskopi sering ditemukan mycelia yang dapat menegakkan diagnosis.

    EAC menjadi eritem dan debris jamur tampak putih, abu-abu, atau hitam. Pasien

    biasanya tidak ada perbaikan signifikan dengan pengobatan antibiotik. Diagnosis dapat

    dikonfirmasi dengan preparasi KOH atau positifnya kultur jamur.(25)

    Karakteristik pemeriksaan fisik dari infeksi jamur pada umumnya terlihat hifa

    halus dan spora (conidiophores) tampak pada Aspergillus Candida, ragi, mycelia

    dengan karakteristik putih ketika bercampur dengan serumen menjadi kekuningan.(26)

    Infeksi kandida dapat lebih sulit dideteksi secara klinis karena kurangnya

    penampakan karakteristik layaknya Aspergillus seperti otorrhea dan tidak respon

    terhadap antimikroba. Otomikosis oleh kandida biasanya diidentifikasi oleh data

    kultur. (9)

    PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    Morfologi dari koloni dapat membedakan antara yeast-like dan filamentous

    fungi. Mayoritas koloni dengan krim putih, halus, dan kasar adalah ragi atau, sangat

    jarang, yeast-like coloniesdari jamur dimorfik. Filamentous fungi cenderung tumbuh

    membentuk debu, helaian, untaian, berudu, atau lipatan yang terlihat dengan rentang

    berbagai warna seperti putih, kuning, hijau, biru kehijauan, hitam, dll. (11)

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    19/23

    19

    DIAGNOSIS BANDING

    Otomikosis terkadang sulit dibedakan dari otitis eksterna terutama otitis eksterna

    difusa. Infeksi campuran kadang terjadi. Biasanya isolasi bakteri terdiri dari negative

    coagulase staphylococci, pseudomonas sp., Staphylococcus aureus, E. coli, dan

    Klebsialla sp. Infeksi jamur dapat juga berkembang dari OMSK.(27)

    TERAPI

    Pengobatannya adalah dengan membersihkan liang telinga. Larutan asam asetat

    2% dalam alkohol, larutan iodium povidon 5% atau tetes telinga yang mengandung

    campuran antibiotik dan steroid yang diteteskan ke liang telinga biasanya dapat

    menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga obat anti jamur yang dibagi menjadi

    tipe non-spesifik dan spesifik.

    1. Non-spesifik(26,28)

    Boric acid adalah medium asam dan sering digunakan sebagai antiseptik dan

    insektisida. Dapat diberikan bila penyebabnya adalah Candida Albicans.

    Gentian Violet

    Castellanis paint (acetone, alkohol, fenol, fuchsin, resocinol)

    Cresylate (merthiolate, M-cresyl acetate, propyleneglycol, bric acid, dan alkohol)

    Nystatin adalah antibiotik makrolid polyene yang dapat menghambat sintesis

    sterol di membran sitoplasma. Keuntungan dari nistatin adalah tidak diserap oleh

    kulit yang intak. Dapat diresepkan dalam bentuk krim, salep, atau bedak. Efektif

    hingga 50-80%.

    Azole adalah agen sintetis yang mengurangi konsentrasi ergosterol, sterol

    esensial pada membran sitoplasma normal. (29)

    2. Spesifik(26,28)

    Clotrimoxazole digunakan secara luas sebagai topikal azole. Efektif hingga 95-

    100%. Clotrimoxazole memiliki efek bakterial dan ini adalah keuntungan untuk

    mengobati infeksi campuran bakteri-jamur. Clotrimazole tersedia dalam bentuk

    bubuk, lotion, dan solusio dan telah dinyatakan bebas dari efek ototoksik.(14)

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    20/23

    20

    Ketokonazole dan fluconazole memiliki spektrum luas. Ketokonazole (2% krim)

    efektif hingga 95-100% melawan Aspergillus dan C. Albicans. Fluconazole

    topikal efektif hingga 90% kasus.

    Miconazole (2% krim) adalah imidazole yang telah dipercaya kegunaannyaselama lebih dari 30 tahun untuk pengobatan penyakit superfisial dan kulit. Agen

    ini dibedakan dari azole yang lainnya dengan memiliki dua mekanisme dalam

    aksinya. Mekanisme pertama adalah inhibisi dari sintesis ergosterol. Mekanisme

    kedua dengan inhibisi dari peroksida, dimana dihasilkan oleh akumulasi

    peroksida pada sel dan menyebabkan kematian sel. Efektif hingga 90%.(30)

    Bifonazole. Solusio 1% memiliki potensi sama dengan klotrimazol dan

    miconazole. Efektif hingga 100%.

    Itraconazole memiliki efek in vitro dan in vivo melawan spesies Aspergillus.

    Bentuk salep lebih memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan formula

    tetes telinga karena dapat bertahan di kulit untuk waktu yang lama. Salep lebih aman

    pada kasus perforasi membran timpani karena akses ke telinga tengah sedikit

    diakibatkan tingginya viskositas.(26) Penggunaan cresylate dan gentian violet harus

    dihindari pada pasien dengan perforasi MT karena memiliki efek iritasi pada mukosa

    telinga tengah.

    Serta menghentikan penggunaan antibiotik topikal bila dicurigai sebagai

    penyebabnya. Pada pasien immunocompromised, pengobatan otomikosis harus lebih

    kuat untuk mencegah komplikasi seperti hilangnya pendengaran dan infeksi invasif ke

    tulang temporal. (31)

    Otomikosis terkadang sulit diatasi walaupun telah diobati dengan pengobatan

    yang sesuai. Maka dari itu perlu ditentukan apakah kondisi ini akibat penyakit

    otomikosis itu sendiri atau berhubungan dengan gangguan sistemik lainnya atau hasil

    dari gangguan immunodefisiensi yang mendasari. (32)

    Pengobatan lain selain medikamentosa yaitu menjaga telinga tetap kering dan

    mengarahkan pada kembalinya kondisi fisiologis dengan mencegah gangguan pada

    EAC. (33)

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    21/23

    21

    KOMPLIKASI

    Perforasi membran dapat terjadi sebagai komplikasi dari otomikosis yang

    bermula pada telinga dengan membran timpani intak. Insidens perforasi timpani pada

    mikosis ditemukan menjadi 11%. Perforasi lebih sering terjadi pada otomikosis yang

    disebabkan oleh Candida Albicans. Kebanyakan perforasi terjadi bagian malleus yang

    melekat pada membran timpani. Mekanisme dari perforasi dihubungkan dengan

    trombosis mikotik dari pembuluh darah membran timpani, menyebabkan nekrosis

    avaskuler dari membran timpani. Enam pasien pada grup immunocompromised

    mengalami perforasi timpani. Perforasi kecil dan terjadi pada kuadran posterior dari

    membran timpani. Biasanya akan sembuh secara spontan dengan pengobatan medis.

    Jarang namun jamur dapat menyebabkan otitis eksterna invasif , terutama pada pasien

    immunocompromised. Terapi antifungal sistemik yang adekuat sangat diperlukan pada

    pasien ini. (31)

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    22/23

    22

    BAB VII

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah.

    Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, dll. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

    Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Jakarta : Balai Penerbit

    FKUI. 2012. P 66-8

    2. Guiterrez P.H, Alvavez S.J. Sanudo E C G, Sanchez C R., Valdezate I, A V Garcia

    L M G. Presumed diagnosis Otomycosis: A Sutdy of 415 patients. Acta

    Otorhinolaryngol Esp 2005; 56:181-86.

    3. Munguia R, Daniel Sj. Ototpical antifungals and Otomycosis: A review. Int J Ped

    Otorhinolaryngol 2008; 72:453-9

    4. Snell RS. Anatomi Telinga. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6.

    Jakarta: ECG. 2006. P 782-5

    5.

    Miyamoto, R., and Miyamoto, R. C. (1995). Pathology of the ear canal, Chapter 5in The Human Ear Canal, Ballachanda, P (Ed.), Singular Pub. Co., San Diego, pp

    53-82

    6. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid.

    Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOEIS buku ajar penyakit THT. Edisi 6.

    Jakarta: ECG. 2012. P. 88-118

    7. Guitterez PH, Alvarez Sj, Sanudo et al. Presumed diagnosis: Otomycosis. A study

    451 patients. Acta Otorinolaringol Esp 205; 56: 181-6

    8. Carney AS. Otitis externa and otomycosis. In: Gleeson MJj Jones NS, Clarke R, et

    al. (eds). Scott-Browns Otolaryngology, Head and Surgery, vol 3, 7 thedn. London:

    Hodder Arnold Publishers; 2008:3351-7

    9.

    Ho T, Vrabec JT, Yoo D, Coker NJ. Otomycosis: Clincal feaures and treatmentimplications. Otolaryngol-Head Neck Surg. 2006;135:787-91.

    10.

    Ahmed Z, Hafeez A, Zahid T, Jawaid MA, Mutiullah S, Marfani MS. Otomycosis:

    clinical presentation and management. Pak J Otolaryngol 2010;26:78-80.

    11.Gutierrez P, Alvarez J, Sanudo E, et al. Presumed diagnosis: Otomycosis. A study

    of 451 patients. Acta Otorrinolaringol Esp 2005;56:181-6.

    12.Lawani AK. External & middle ear: Diseases of the external ear. In: Lawani AK

    ed. Current diagnosis & treatment, Head & Neck Surgery. 2 nded. Mc Graw Hills-

    Lange. Chapter 47.

    13.Kumar A. Funal spectrum in Otomycosis patients. JK science 2005;7:152-5.

    14.Pradhan B, Tuladhar N, Amatya R, et al. Prevalence of otomycosis In outpatient

    deepartment of otolaryngology in Tribhuvan University Teaching Hospital,Kathmandu, Nepal. Ann Otol Rhinol Laryngol 2003; 112: 384-387.

    15.

    Jadhav VJ, Pal M, Mishra GS. Etiological significance of Candida Albicans in

    otitis externa. Mycopathologia 2003;156(4):313-15.

    16.Pontes Z, Silva A, Lima. Etomycosis: a retrospective study. Braz J

    Otorhinolaringol 2009; 75(3):367-70.

    17.Viswanatha. B et al. Otomycosis in immunocompetent and immunocompromised

    patients: comparative study and literature review, ENT Journal 2012 Mar;

    91(3):114-21.

    18.Romsaithonng S. Long-term follow-up of otomycosis and its treatment with

    bifonazole. International short course training in research methodology &

    biostatistics 2011:18

  • 8/10/2019 Referat Otomikosis (THT)

    23/23

    19.Ozcan K, Ozcan M, Karaarsian A, Karaarsian F. Otomycosis in Turkey;

    Predisposing Factors, Etiology and Therapy. J Laryngol & Otol 2003; 117:39-42.

    20.

    Jackman A, Ward R, April M, Bent J. Topical antibiotik induced otomycosis. Int J

    Ped Otorhinolaringol 2005; 69: 857-60.

    21.Kaur R, Mittal N, Kakkar M, Aggarwal AK, Mathur MD. Otomycosis a

    clinicomycologic study. ENT J 2000;79:606-9.22.Munguia R, Daniel SJ. Ototopical antifungal and otomycosis: a rivew. Int J Pediatr

    Otorhinolaryngol 2008;72:453-9

    23.Viswanatha. B et al. Otomycosis in immunocompetent and immunocompromised

    patients: comparative study and literature review, ENT Journal 2012 Mar;

    91(3):114-21.

    24.Dorko E, Jenca A, Orensak M, et al. Otomycosis of candidal origin in eastern

    Slovakia. Folia Microbial 2004; 49(5): 601-4.

    25.Satish HS, Viswanatha B, Manjuladevi M. A Clinical Study of Otomycosis. IOSR

    Journal of Dental and Medical Sciences 2013; 5 (2):57-62.

    26.

    Lee Kj. Infection of the ear. In: Lee Kj, editor. Essential otolaryngology Head &

    Neck surgery. New York: McGraw Hill;2003:p.462-511.27.Probst R, Grevers G, Iro H. Ear: External ear. In: Probst R, Grevers G, Iro Heinrich

    editors. Basic otorhinolaryngology: a step by step learning guide. Thieme New

    York, 2006. P:2007-26.

    28.Munguia R, Daniel Sj. Ototpical antifungals and Otomycosis: A review. Int J Ped

    Otorhinolaryngol 2008; 72:453-9

    29.Egami T, Noguchi M, Ueda S. Mycosis in the ear, nose, and throat. Nippon

    Ishinkin Gakkai Zasshi 2003; 44(4):277-83.

    30.Fothergill AW. Miconazole: a hisrorical perspective. Expert Rev Anti Infect Ther

    2006;4(2):171

    31.

    Rutt AL, Sataloff RT. Aspergillus otomycosis in immunocompromised patient.

    ENT J 2008;87(II):622-3

    32.Satish HS, Viswanatha B, Manjuladevi M. A Clinical Study of Otomycosis. IOSR

    Journal of Dental and Medical Sciences 2013; 5 (2):57-62.

    33.Carney AS. Otitis externa and otomycosis. In: Gleeson MJj Jones NS, Clarke R, et

    al. (eds). Scott-Browns Otolaryngology, Head and Surgery, vol 3, 7 thedn. London:

    Hodder Arnold Publishers; 2008:3351-7.