45
REFERAT THT OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK Oleh: Aditiya Maulana, S.Ked 110.2010.007 Pembimbing : Kol (Purn) dr.Tri Damijatno Sp.THT Kol (CKM) dr.Rakhmat Haryanto, M.Kes, Sp.THT-KL Mayor (CKM) dr. M. Andi Fathurakhman, Sp.THT-KL KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK- KEPALA &LEHER RS. TK II MOHAMMAD RIDWAN MEURAKSA KESDAM JAYA

Referat Omsk Adit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Otitis Media Supuratif KronikTHT-KL

Citation preview

Page 1: Referat Omsk Adit

REFERAT THT

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Oleh:

Aditiya Maulana, S.Ked

110.2010.007

Pembimbing :

Kol (Purn) dr.Tri Damijatno Sp.THT

Kol (CKM) dr.Rakhmat Haryanto, M.Kes, Sp.THT-KL

Mayor (CKM) dr. M. Andi Fathurakhman, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA

HIDUNG TENGGOROK- KEPALA &LEHER

RS. TK II MOHAMMAD RIDWAN MEURAKSA KESDAM JAYA

Page 2: Referat Omsk Adit

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah-Nya, sholawat serta salam atas nabi besar Muhammad SAW. Terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada Mayor CKM dr M Andi Fathurakhman, Sp.

THT-KL, Kolonel CKM dr. Rakhmat Haryanto, M.Kes, Sp.THT-KL dan Kolonel

(Purn) dr. Tri Damijatno, Sp.THT atas kesediaan, waktu, dan kesempatan yang

diberikan sebagai pembimbing referat ini, kepada teman sesama kepaniteraan Telinga

Hidung Tenggorokan dan perawat yang selalu mendukung, memberi saran, motivasi,

bimbingan dan kerjasama yang baik sehingga dapat terselesaikannya referat ini.

Referat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan bagian THT di RS

Moh. Ridwan Meuraksa yang merupakan salah satu prasyarat kelulusan. Referat ini

membahas dan menganalisa berbagai hal mengenai “Otitis Media Supuratif

Kronik”. Bahasan dalam referat ini diambil dari berbagai sumber.

Penyusun sadar bahwa dalam penyusunan referat ini masih banyak sekali

kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan demi

memperbaiki referat ini.

Semoga referat ini berguna bagi semua pihak terkait.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Jakarta, September 2015

Penyusun

2

Page 3: Referat Omsk Adit

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................2

PENDAHULUAN.........................................................................................................3

BAB I TINJAUAN PENYAKIT.................................................................................4

Anatomi Telinga.......................................................................................................4

Fisiologi Pendengaran ………………………………………………………………………….11

Desinisi OMSK.......................................................................................................11

Epidemiologi...........................................................................................................11

Etiologi dan Patogenesis12

Patologi……………………………………………………………………………13

Klasifikasi ………………………………………………………………………..14

Penatalaksanaan ………………………………………………………………..15

Komplikasi dan Prognosis ……………………………………………………..17

BAB II PRESENTASI KLINIS................................................................................18

Manifestasi Klinis...................................................................................................18

Diagnosis Klinis......................................................................................................18

Pemeriksaan Pennunjang......................................................................................19

KESIMPULAN...........................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23

3

Page 4: Referat Omsk Adit

PENDAHULUAN

Otitis media supuratif kronik adalah suatu radang kronis telinga tengah dengan

perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (ottorhea) lebih

dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental,

bening atau berupa nanah. (Soepardi, 2007). Jenis otitis media supuratif kronis dapat

terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK tipe maligna. Otitis media

merupakan masalah utama sebelum antibiotik ditemukan pada pertengahan 1930-an

dan sampai sekarang masalah otitis media masih sering muncul di negara kita

(Paparella MM, 1994).

Para peneliti mendapat persentase yang berbeda mengenai jenis bakteri pada

OMSK. Adenin Adenan (1973) mendapatkan Proteus sp sebagai kuman yang

dominan (48%) dan perbandingan kuman gram negatif dan positif adalah 3 : 1. Brook

(1979) dan Palca (1965) mengatakan bakteri aerob yang sering dijumpai pada OMSK

adalah Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp, Stafilokokus. Finegald (1981)

menemukan kuman aerob yang dominan adalah Pseudomonas aeruginosa (36 dari 68

penderita) sedangkan Proteus sp hanya 7 dari 68 penderita (Nursiah, 2003).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media

kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman

yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk. (Djaafar

ZA, 2007).

Gejala otitis media supuratif kronis antara lain otorrhoe yang bersifat purulen

atau mukoid, terjadi gangguan pendengaran, otalgia, tinitus, rasa penuh di telinga dan

vertigo. OMSK dapat menyebabkan gangguan pendengaran sehingga menimbulkan

dampak yang serius terutama bagi anak-anak, karena dapat menimbulkan pengaruh

jangka panjang pada komunikasi anak, perkembangan bahasa, proses pendengaran,

psikososial dan perkembangan kognitif serta kemajuan pendidikan. Komplikasi intra

kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK

berhubungan dengan kolesteatom seperti abses ekstradural, abses subdural,

tromboflebitis, meningitis, abses otak dan hidrosefalus otitis (Djaafar ZA, 2007;

Helmi, 2005).

4

Page 5: Referat Omsk Adit

BAB I

TINJAUAN PENYAKIT

1.1 ANATOMI TELINGA

1.1.1 Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran

tympani. Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang

diliputi kulit. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga

(meatus akustikus eksternus) berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada

sepertiga bagian luar, di sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak

kelenjar serumen (modifikasikelenjar keringat = Kelenjar serumen) dan rambut.

Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian

dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen, dua pertiga bagian dalam rangkanya

terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3 cm. Meatus dibatasi oleh kulit dengan

sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah

mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler

yang berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-

coklatan yang dinamakan serumen (minyak telinga). Serumen berfungsi menangkap

debu dan mencegah infeksi.

5

Page 6: Referat Omsk Adit

Gambar 2.1 : Telinga luar, telinga tengah, telinga dalam. Potongan Frontal Telinga

1.1.2 Telinga Tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan :

Batas luar : Membran timpani

Batas depan : Tuba eustachius

Batas Bawah : Vena jugularis (bulbus jugularis)

Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis.

Batas atas : Tegmen timpani (meningen / otak )

Batas dalam : Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis

horizontal, kanalis fasialis,tingkap lonjong (oval

window),tingkap

bundar (round window) dan promontorium.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang

telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut Pars

flaksida (Membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah Pars Tensa (membrane

propia). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit

liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa

saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang

terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian

luar dan sirkuler pada bagian dalam.

6

Page 7: Referat Omsk Adit

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut

umbo. Dimembran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut

inilah yang menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berupa kerucut. Membran

timpani dibagi dalam 4 kuadran dengan menarik garis searah dengan prosesus longus

maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian

atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah belakang, untuk menyatakan

letak perforasi membrane timpani.

Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari

luar kedalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang pendengaran didalam telinga

tengah saling berhubungan . Prosesus longus maleus melekat pada membrane timpani,

maleus melekat pada inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada

tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang

pendengaran merupakan persendian.

Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina

propria yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga

tengah terdapat dua otot kecil yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai

fungsi konduksi suara. maleus, inkus, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng.

Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad

antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.

Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah

nasofaring dengan telinga tengah.

Gambar 2.2 : Membran Timpani

7

Page 8: Referat Omsk Adit

Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran eustachius

(tuba auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua

sisi membrane tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau

ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut

merupakan usaha yang baik untuk mencegah pecahnya membran tympani. Karena

ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan udara akan masuk melalui tuba

auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan yang sama antara

permukaan dalam dan permukaan luar membran tympani.

1.1.3 Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah

lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau

puncak koklea disebut holikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan

skala vestibuli.

Kanalis semi sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan

membentuk lingkaran yang tidak lengkap.

Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala

timpani sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala

vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa.

Dasar skala vestibuli disebut sebagai membrane vestibuli (Reissner’s membrane)

sedangkan dasar skala media adalah membrane basalis. Pada membran ini terletak

organ corti.

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran

tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut

dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.

8

Page 9: Referat Omsk Adit

Gambar 2.3 : Gambar labirin bagian membrane labirin bagian tulang, Telinga Dalam

Koklea

bagian koklea labirin adalah suatu saluran melingkar yang pada manusia

panjangnya 35mm. koklea bagian tulang membentuk 2,5 kali putaran yang

mengelilingi sumbunya. Sumbu ini dinamakan modiolus, yang terdiri dari pembuluh

darah dan saraf. Ruang di dalam koklea bagian tulang dibagi dua oleh dinding

(septum). Bagian dalam dari septum ini terdiri dari lamina spiralis ossea. Bagian

luarnya terdiri dari anyaman penyambung, lamina spiralis membranasea. Ruang yang

mengandung perilimf ini dibagi menjadi : skala vestibule (bagian atas) dan skala

timpani (bagian bawah). Kedua skala ini bertemu pada ujung koklea. Tempat ini

dinamakan helicotrema. Skala vestibule bermula pada fenestra ovale dan skala

timpani berakhir pada fenestra rotundum.

9

Page 10: Referat Omsk Adit

Mulai dari pertemuan antara lamina spiralis membranasea kearah perifer atas,

terdapat membrane yang dinamakan membrane reissner. Pada pertemuan kedua

lamina ini, terbentuk saluran yang dibatasi oleh:

1. membrane reissner bagian atas

2. lamina spiralis membranasea bagian bawah

3. dinding luar koklea

saluran ini dinamakan duktus koklearis atau koklea bagian membrane yang

berisi endolimf. Dinding luar koklea ini dinamakan ligamentum spiralis.disini,

terdapat stria vaskularis, tempat terbentuknya endolimf.

Gambar 2.4 : Koklea

Didalam lamina membranasea terdapat 20.000 serabut saraf. Pada membarana

basilaris (lamina spiralis membranasea) terdapat alat korti. Lebarnya membrane

basilaris dari basis koklea sampai keatas bertambah dan lamina spiralis ossea

berkurang. Nada dengan frekuensi tinggi berpengaruh pada basis koklea. Sebaliknya

nada rendah berpengaruh dibagian atas (ujung) dari koklea.

GAMBAR 2.5 : Organ korti

10

Page 11: Referat Omsk Adit

Pada bagian atas organ korti, terdapat suatu membrane, yaitu membrane

tektoria. Membrane ini berpangkal pada Krista spiralis dan berhubungan dengan alat

persepsi pada alat korti. Pada alat korti dapat ditemukan sel-sel penunjang, sel-sel

persepsi yang mengandung rambut. Antara sel-sel korti ini terdapat ruangan (saluran)

yang berisi kortilimf.

Duktus koklearis berhubungan dengan sakkulus dengan peralatan duktus

reunions. Bagian dasar koklea yang terletak pada dinding medial cavum timpani

menimbulkan penonjolan pada dinding ini kearah cavum timpani. Tonjolan ini

dinamakan promontorium.

Vestibulum

Vestibulum letaknya diantara koklea dan kanalis semisirkularis yang juga

berisi perilimf. Pada vestibulum bagian depan, terdapat lubang (foramen ovale) yang

berhubungan dengan membrane timpani, tempat melekatnya telapak (foot plate) dari

stapes. Di dalam vestibulum, terdapat gelembung-gelembung bagian membrane

sakkulus dan utrikulus. Gelembung-gelembung sakkulus dan utrikulus berhubungan

satu sama lain dengan perantaraan duktus utrikulosakkularis, yang bercabang melalui

duktus endolimfatikus yang berakhir pada suatu lilpatan dari duramater, yang terletak

pada bagian belakang os piramidalis. Lipatan ini dinamakan sakkus endolimfatikus.

Saluran ini buntu.

Sel-sel persepsi disini sebagai sel-sel rambut yang di kelilingi oleh sel-sel

penunjang yang letaknya pada macula. Pada sakkulus, terdapat macula sakkuli.

Sedangkan pada utrikulus, dinamakan macula utrikuli.

11

Page 12: Referat Omsk Adit

Kanalis semisirkularisanlis

Di kedua sisi kepala terdapat kanalis-kanalis semisirkularis yang tegak lurus

satu sama lain. didalam kanalis tulang, terdapat kanalis bagian membran yang

terbenam dalam perilimf. Kanalis semisirkularis horizontal berbatasan dengan antrum

mastoideum dan tampak sebagai tonjolan, tonjolan kanalis semisirkularis horizontalis

(lateralis).

12

Page 13: Referat Omsk Adit

Kanalis semisirkularis vertikal (posterior) berbatasan dengan fossa crania

media dan tampak pada permukaan atas os petrosus sebagai tonjolan, eminentia

arkuata. Kanalis semisirkularis posterior tegak lurus dengan kanalis semi sirkularis

superior. Kedua ujung yang tidak melebar dari kedua kanalis semisirkularis yang

letaknya vertikal bersatu dan bermuara pada vestibulum sebagai krus komunis.

Kanalis semisirkularis membranasea letaknya didalam kanalis semisirkularis

ossea. Diantara kedua kanalis ini terdapat ruang berisi perilimf. Didalam kanalis

semisirkularis membranasea terdapat endolimf. Pada tempat melebarnya kanalis

semisirkularis ini terdapat sel-sel persepsi. Bagian ini dinamakan ampulla.

Sel-sel persepsi yang ditunjang oleh sel-sel penunjang letaknya pada Krista

ampularis yang menempati 1/3 dari lumen ampulla. Rambut-rambut dari sel persepsi

ini mengenai organ yang dinamakan kupula, suatu organ gelatinous yang mencapai

atap dari ampulla sehingga dapat menutup seluruh ampulla.

13

Page 14: Referat Omsk Adit

1.2 FISIOLOGI PENDENGARAN

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun

telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang kekoklea.

Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ketelinga tengah melalui

rangkaian tulang pendengaran yang akan mengimplikasi getaran melalui daya ungkit

tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap

lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang

menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak.

Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga

akan menimbulkan gerak relative antara membran basilaris dan membran tektoria.

Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi

stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion

bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel

rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan

menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus

auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

Gambar 2.6 : Fisiologi Pendengaran

14

Page 15: Referat Omsk Adit

1.3 DEFINISI OMSK

Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah infeksi kronik telinga tengah

dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secara

terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau

nanah. Biasanya disertai gangguan pendengaran (Kapita Selekta, 2000).

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) dahulu disebut otitis media perforata

(OMP) atau dalam sebutan sehari-hari congek. Yang disebut otitis media supuratif

kronis ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan

sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret

mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.

Otitis media kronis adalah perforasi yang perforasi yang parmanen dari

membrana timpani, dengan atau tidak dengan perubahan permanen pada telinga

tengah (www.merck.com, 2004).

1.4 EPIDEMIOLOGI

Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi sosial,

ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek. Prevalensi

OMSK setiap negara dikategorikan oleh WHO regional classification ketika

workshop WHO/CIBA pada tahun 1996. Nilai prevalensi 1-2% dianggap rendah dan

nilai 3-6% dianggap tinggi.

Dari survei pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan insiden

Otitis Media Supuratif Kronis (atau yang oleh awam dikenal sebagai "congek")

sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta penduduk

Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK. Jumlah penderita ini kecil

kemungkinan untuk berkurang bahkan mungkin bertambah setiap tahunnya

mengingat kondisi ekonomi masih buruk, kesadaran masyarakat akan kesehatan yang

masih rendah dan sering tidak tuntasnya pengobatan yang dilakukan (Cermin dunia

kedokteran no.134, 2002).

15

Page 16: Referat Omsk Adit

1.5 ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran

bakteri dari meatus auditoris eksternal , kadang berasal dari nasofaring melalui tuba

eustachius saat infeksi saluran nafas atas. Organisme-organisme dari meatus auditoris

eksternal termasuk staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan

aspergillus. Organisme dari nasofaring diantaranya streptococcus viridans,

streptococcus A hemolitikus, streptococcus B hemolitikus dan pneumococcus.

Suatu teori patogenesis mengatakan terjadinya otititis media nekrotikans akut

menjadi awal penyebab OMSK yang merupakan hasil invasi mukoperiusteum

organisme yang virulen, terutama berasalh dari nasofaring terbesa pada masa kanak-

kanak, atau karena rendahnya daya tahan tubuh penderita sehingga terjadinya nekrosis

jaringan akibat toxin nekrotik yang dikeluarkan oleh bakteri kemudian terjadi

perforasi pada membrane timpani setelah penyakit akut berlalu membrane timpani

tetap berlubang atau sembuh dengan membrane atrofi.

Pada saat ini kemungkinan besar proses primer untuk terjadinya OMSK adalah

tuba eustachius, telinga tengah dan sel-sel mastoid. Faktor yang menyebabkan

penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis sangat majemuk, antara lain :

1. gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis akibat :

a. infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang

b. obstruksi anatomic tuba eustachius parsial atau total

2. perforasi membrane timpani yang menetap

3. terjadinya metaplasia skuamosa / perubahan patologik menetap lainnya pada

telinga tengah

4. obstruksi terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid

5. terdapat daerah dengan skuester atau otitis persisten ddi mastoid

6. faktor konstitusi dasar seperti alergi kelemahan umum atau perubahan mekanisme

pertahanan tubuh.

16

Page 17: Referat Omsk Adit

1.6 PATOLOGI

OMSK lebih merupakan penyakit kekambuhan daripada menetap, keadaan ini

lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi,

ketidakseragaman ini disebabkan oleh proses peradangan yang menetap atau

kekambuhan disertai dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan dan

pembentukan jaringan parut secara umum gambaran yang ditemukan :

1. Terdapat perforasi membrane timpani dibagian sentral, ukuran bervariasi dari 20 %

luas membrane timpani sampai seluruh membrane dan terkena dibagian-bagian dari

annulus.

2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit. Dalam periode tenang akan nampak

normal kecuali infeksi telah menyebabkan penebalan atau metaplasia mukosa menjadi

epitel transisonal.

3. Jaringan tulang2 pendengaran dapat rusak/ tidak tergantung pada berat infeksi

sebelumnya

4. Mastoiditis pada OMSK paling sering berawal pada masa kanak-kanak ,

penumatisasi mastoid paling aktif antara umur 5 -14 tahun. Proses ini saling terhenti

oleh otitis media yang sering. Bila infeksi kronis terus berlanjut mastoid mengalami

proses sklerotik, sehingga ukuran mastoid berkurang. Antrum menjadi lebih kecil dan

penumatisasi terbatas hanya ada sedikit sel udara saja sekitar antrum.

1.7 KLASIFIKASI

OMSK dibagi dalam 2 jenis, yaitu benigna atau tipe mukosa, dan maligna atau

tipe tulang. Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif juga

dikenal tipe aktif dan tipe tenang. (Kapita Selekta, 2002).

Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK tenang. OMSK

aktif ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif,

sedangkan OMSK tenang ialah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau

kering.

Karena telinga tengah berhubungan dengan mastoid, maka otitis media kronik

sering kali disertai mastoiditis kronik. Kedua peradangan ini dapat dianggap aktif atau

inaktif. Aktif merujuk pada adanya infeksi dengan pengeluaran sekret telinga atau

otorrhea akibat perubahan patologi dasar seperti kolesteatoma atau jaringan granulasi.

Inaktif merujuk pada sekucle dari infeksi aktif terdahulu yang telah “terbakar habis”,

dengan demikian tidak ada ottorhoe.

17

Page 18: Referat Omsk Adit

Pasien dengan otitis media kronik inaktif seringkali mengeluh gangguan

pendengaran. Mungkin terdapat gejala lain seperti vertigo, tinitus, atau suatu rasa

penuh dalam telinga. Biasanya tampak perforasi membran timpani yang kering.

Perubahan lain dapat menunjukkan timpanosklerosis (bercak-bercak putih pada

membran timpani), hilangnya osikula yang terkadang dapat terlihat lewat perforasi

membrana timpani, serta fiksasi atau terputusnya rangkaian osikula akibat infeksi

terdahulu. Bila gangguan pendengaran dan cacat cukup berat, dapat dipertimbangkan

koreksi bedah atau timpanoplsti. (Levine at all, 1997).

Pada OMSK benigna, peradangan terbatas pada mukosa saja, tidak mengenai

tulang. Perforasi terletak di sentral. Jarang menimbulkan komplikasi berbahaya dan

tidak terdapat kolesteatom. (Djaafar, 2002).

Proses peradangan pada OMSK tipe benigna terbatas pada mukosa saja, dan

biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe

benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna

tidak terdapat koleasteatom. (Djaafar, 2000).

OMSK tipe maligna disertai dengan kolesteatom. Perforasi terletak marginal,

subtotal, atau di atik. Sering menimbulkan komplikasi yang berbahaya atau fatal.

(Djaafar, 2000).

Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai

dengan kolesteatoma. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK

tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe maligna letaknya marginal atau di atik,

kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal.

Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe

maligna.

18

Page 19: Referat Omsk Adit

1.8 PENATALAKSANAAN

Prinsip pengobatan OMSK adalah :

1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani.

2. Pemberian antibiotika :

a.topikal antibiotik ( antimikroba)

b.sistemik.

3. Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan

medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan

pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan

tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.

Terapi

Terapi otitis media supuratif kronik (OMSK) memiliki beberapa kesulitan.

Diantaranya membutuhkan waktu yang lama, gejala sering berulang, sekret yang

keluar tidak cepat kering dan sekret yang selalu kambuh. Masalah ini dapat

disebabkan :

1.Perforasi membran timpani. Perforasi membran timpani yang permanen

menyebabkan telinga tengah terpapar langsung & terus-menerus oleh dunia luar.

2. Sumber infeksi. Sumber infeksi yang masih ada dapat terjadi pada nasofaring,

faring, hidung dan sinus paranasalis.

3.Jaringan patologik. Jaringan patologik yang ireversibel telah terbentuk dalam

rongga mastoid.

4.Gizi & higiene. Status gizi dan higiene pasien yang kurang.

Ada 3 cara terapi konservatif (medikamentosa) otitis media supuratif kronik

(OMSK) benigna, yaitu :

1. Obat pencuci telinga. Bahannya H2O2 3%. Berikan selama 3-5 hari. Pengobatan

ini kita berikan bila sekret telinga keluar terus-menerus.

2. Obat tetes telinga. Lanjutkan memberikan obat tetes telinga yang mengandung

antibiotik & kortikosteroid setelah sekret yang keluar telah berkurang. Jangan berikan

selama lebih 1-2 minggu secara berturut-turut. Juga hindari pemberiannya pada otitis

media supuratif kronik OMSK) tenang. Hal ini disebabkan semua antibiotik tetes

telinga bersifat ototoksik.

19

Page 20: Referat Omsk Adit

3. Obat antibiotik. Berikan antibiotik oral golongan ampisilin atau eritromisin

sebelum hasil tes resistensi obat kita terima. Berikan eritromisin jika pasien alergi

terhadap golongan penisilin. Berikan ampisilin asam klavulanat bila terjadi resistensi

ampisilin.

Selain terapi konservatif (medikamentosa), tindakan pembedahan dapat pula

kita lakukan pada otitis media supuratif kronik (OMSK) benigna.

Pembedahan

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan

pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:

1.Mastoidektomi sederhana ( simple mastoidectomy)

2.Mastoidektomi radikal

3.Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

4.Miringoplasti

5.Timpanoplasti

Ada lima tipe dasar dari prosedur timpanoplasti menurut Zollner dan Wullstein

(1952):

• Tipe I timpanoplasti disebut Miringoplasti. Hanya merekonstruksi membran timpani

yang berlubang.

• Tipe II timpanoplasti digunakan untuk perforasi membran timpani dengan erosi

maleus. Ini melibatkan pencangkokan pada inkus atau sisa-sisa maleus tersebut.

• Tipe III timpanoplasti diindikasikan untuk penghancuran dua ossicles, dengan stapes

masih utuh dan mobile. Ini melibatkan penempatan cangkokan ke stapes, dan

menyediakan perlindungan untuk perakitan.

• Tipe IV timpanoplasti digunakan untuk penghancuran tulang pendengaran, yang

mencakup semua atau bagian dari lengkungan stapes. Ini melibatkan penempatan

cangkokan pada atau sekitar kaki stapes mobile.

• Tipe V timpanoplasti digunakan ketika kaki dari stapes menetap.

6.Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined approach tympanoplasty)

Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki

membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan

pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

20

Page 21: Referat Omsk Adit

1.9 KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS

OMSK tipe benigna :

Omsk tipe benigna tidak menyerang tulang sehingga jarang menimbulkan

komplikasi, tetapi jika tidak mencegah invasi organisme baru dari nasofaring dapat

menjadi superimpose otitis media supuratif akut eksaserbasi akut dapat menimbulkan

komplikasi dengan terjadinya tromboplebitis vaskuler.

Prognosis dengan pengobatan local, otorea dapat mengering. Tetapi sisa

perforasi sentral yang berkepanjangan memudahkan infeski dari nasofaring atau

bakteri dari meatus eksterna khususnya terbawa oleh air, sehingga penutupan

membrane timpani disarankan.

OMSK tipe maligna :

Komplikasi dimana terbentuknya kolesteatom berupa :

1. erosi canalis semisirkularis

2. erosi canalis tulang

3. erosi tegmen timpani dan abses ekstradural

4. erosi pada permukaan lateral mastoid dengan timbulnya abses subperiosteal

5. erosi pada sinus sigmoid

Prognosis kolesteatom yang tidak diobati akan berkembang menjadi

meningitis, abes otak, prasis fasialis atau labirintis supuratif yang semuanya fatal.

Sehingga OMSK type maligna harus diobati secara aktif sampai proses erosi tulang

berhenti.

21

Page 22: Referat Omsk Adit

BAB II

PRESENTASI KLINIS

2.1 MANIFESTASI KLINIS

Pasien mengeluh otore, vertigo, tinitus, rasa penuh ditelinga, telinga berair

(sekret dapat berupa mukoid atau purulent), atau gangguan pendengaran (Kapita

Selekta, 2002). Nyeri telinga atau tidak nyaman biasanya ringan dan seperti

merasakan adanya tekanan ditelinga. Gejala-gejala tersebut dapat terjadi secara terus

menerus atau intermiten dan dapat terjadi pada salah satu atau pada kedua telinga

(www.health central.com, 2004).

Gejala otitis media kronik yang penting adalah gangguan pendengaran, yang

biasanya konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran

mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena darah yang sakit,

ataupun kolesteatoma, dapat menghantarkan bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis.

Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita supurasi telinga tengah kronik, dan bila ada

merupakan suatu tanda yang serius. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi

akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya dura mater atau dinding sinus

lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Vertigo pada pasien dengan supurasi

telinga tengah kronik merupakan gejala serius lainnya. Gejala ini memberi kesan

adanya suatu fistula, berarti ada erosi pada labirin tulang sering kali pada kanalis

semisirkularis horisontalis. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi

kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam, sehingga

timbul labirintitis (ketulian komplit), dan dari sana mungkin berlanjut menjadi

meningitis. (Adams, 1997).

2.2 DIAGNOSIS KLINIS

Mengingat bahaya komplikasi, OMSK maligna harus dideteksi sejak dini.

Diagnosis pasti ditegakkan pada penemuan di kamar operasi. Beberapa tanda klinis

sebagai pedoman adalah perforan pada marginal atau atik, abses atau fistel

petroanrikuler, polip atau jaringan granulasi ditelinga tengah, sekret pembentuk nanah

dan berbau khas (Kapita Selekta, 2002).

22

Page 23: Referat Omsk Adit

Pada inspeksi telinga didapatkan mukosa telinga hiperemisi gelembung udara

atau cairan di belakang membrana tympani. Membrani tympani tampak kering atau

perforasi (terdapat lubang pada membran tympani) membrana tympani tampak

reetraksi ke dalam.

Kultur dari sekret didapatkan bakteri, bakteri tersebut dapat merupakan

penyebab dari OMA yang resisten. X-ray atau CT scan kepala didapat penyebaran

dari infeksi telinga tengah (www.healthcentral.com , 1998, Fung, 2004).

Uji fistula perlu dilakukan pada setiap kasus supurasi telinga tengah kronik

dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif

pada membrana timpani dan dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga

tengah. Untuk tujuan ini dapat digunakan otoskop pneumatik bila dapat dipastikan

pemasangan yang erat. Uji ini perlu rutin dikerjakan pada pasien-pasien dengan otitis

media kronik, karena fistula sering kali ada sekalipun tanpa vertigo. Akan tetapi uji

fistula yang berhasil negatif, belum dapat menyingkirkan kemungkinan adanya

fistula. (Bores, 1997).

2.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli

konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian

tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas

sistim penghantaran suara di telinga tengah.

Paparela, Brady dan Hoel (1970) melaporkan pada penderita OMSK

ditemukan tuli sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin ke dalam

skala  timpani  melalui  membran  fenstra rotundum, sehingga  menyebabkan

penurunan ambang hantaran tulang secara temporer/permanen yang pada fase awal

terbatas pada lengkung basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apek kohlea.

Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang, sedang

berat, dan ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan (audiometri atau test

berbisik). Derajat ketulian ditentukan dengan membandingkan rata-rata kehilangan

intensitas pendengaran pada frekuensi percakapan terhadap skala ISO 1964 yang

ekivalen dengan skala ANSI 1969. Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran

menurut ISO 1964 dan ANSI 1969.

23

Page 24: Referat Omsk Adit

Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran

Normal : -10 dB sampai 26 Db

Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB

Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB

Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB

Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB

Tuli total : lebih dari 90 dB

Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi

koklea. Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang

serta penilaian tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat

diperkirakan,danbisa  ditentukan  manfaat  operasi  rekonstruksi  telinga  tengah

untuk  perbaikan pendengaran. Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bisa

membantu:

Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20

dB

Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli

konduktif 30-50 dB apabila disertai perforasi.

Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang

masihutuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.

Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun

keadaan hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.

Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus dimulai oleh penilaian

pendengarandengan menggunakan garpu tala dan test Barani. Audiometri tutur

dengan maskingadalah dianjurkan, terutama pada tuli konduktif bilateral dan

tuli campur.

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan  radiografi  daerah  mastoid  pada  penyakit  telinga  kronis nilai

diagnostiknya  terbatas  dibandingkan  dengan  manfaat  otoskopi  dan audiometri.

Pemerikasaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik,

lebih kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau

yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteatom.

24

Page 25: Referat Omsk Adit

Proyeksi radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah :

Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari

arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena

memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang

skleritik, gambaran radiografi ini sangat membantu ahli bedah untuk

menghindari dura atau sinus lateral.

Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah.

Akan tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat

diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.

Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan

yanglebih  jelas  memperlihatkan  kanalis  auditorius  interna,  vestibulum  dan

kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan

melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibat kolesteatom.

Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga

dapatmemperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan

atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena

kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang pendengaran dan beberapa kasus

terlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal. Keputusan untuk

melakukan operasi jarang berdasarkan hanya dengan hasil X-ray saja. Pada

keadaan tertentu seperti bila dijumpai sinus lateralis terletak lebih anterior

menunjukan adanya penyakit mastoid.

Cholesteatoma yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida. Banyak teori

yang diajukan sebagai penyebab cholesteatoma didapat primer, tetapi sampai

sekarang belum ada yang bisa menunjukan penyebab yang sebenarnya.

Secondary acquired cholesteatoma. Berkembang dari suatu kantong retraksi

yang disebabkan peradangan kronis biasanya bagian posterosuperior dari pars

tensa. Khasnya perforasi marginal pada bagian posterosuperior. Terbentuknya

dari epitel kanal aurikula eksterna yang masuk ke kavum timpani melalui

perforasi membran timpani atau kantong retraksi membran timpani pars tensa.

25

Page 26: Referat Omsk Adit

KESIMPULAN

Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan kelanjutan dari otitis media

supuratif sub akut dan otitis media supuratif akut (OMA). Hal ini disebabkan oleh :

terapi yang lambat atau terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, imun

yang rendah dan higienitas yang buruk. 

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah

dilakukan, maka kelompok kami menyimpulkan bahwa Tn.Budi mengalami paresis

nervus VII yang ditandai dengan keluhan wajah mencong ke kanan dan tuli campur

grade sedang akibat komplikasi dari OMSK.

Untuk penatalaksanaanya perlu dilakukan terapi konservatif terlebih dahulu

setelah itu dirujuk ke spesialis THT untuk dimastoidektomi dan timpanoplasty. Pasien

harus datang dengan teratur untuk kontrol supaya tidak terjadi infeksi kembali.

26

Page 27: Referat Omsk Adit

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi, Sp.THT, Prof. Dr. Efiaty Arsyad, Prof. Dr. Nurbaiti Iskandar,

Sp.THT, Prof. Dr. Jenny Bashiruddin, Sp.THT, and DR. Dr. Ratna Dwi

Restuti, Sp.THT. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala & Leher Edisi Keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, 2007.

2. Soetirto Indro,Bashiruddin Jenny,Bramantyo Brastho. Gangguan pendengaran

Akibat Obat ototoksik dalam Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,

Tenggorok, Kepala & Leher. Edisi IV. Penerbit FK-UI. Jakarta 2007.

3. Anatomi fisiologi telinga. Available from : http://arispurnomo.com/anatomi-

fisiologi-telinga

4. Telinga : Pendengaran dan sistem vestibular. Available from :

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://

webschoolsolutions.com/patts/systems/ear.htm

5. Adams, L. G. et al. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Ed. ke-6. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

6. Endang, M. & Nusjirwan, R. 2006. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,

Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta.

7. Ganong, William. 2008. Pendengaran dan Keseimbangan dalam: Buku Ajar

Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC.

8. Djaafar, Zainul, Helmi, Ratna Restuti. 2007. Komplikasi Otitis Media

Supuratif. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala Dan Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 78 – 85.

9. Djaafar, Zainul, Helmi, Ratna Restuti. 2007. Otitis Media Supuratif Kronis.

Dalam: Kelainan Telinga Tengah, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Dan Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 69 – 74.

27