Upload
yani-pukari-sweet
View
142
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
REFERAT
ILMU PENYAKIT SARAF
Edema Cerebri
Dokter Pembimbing :
dr. Selamet Trijono, Sp.S
Disusun Oleh :
Nurhanani Binti Ridzuan (11.2011.146)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
PERIODE 20 MEI – 22 JUNI 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
DAFTAR ISI
BAB I. Pendahuluan………………………………………………………………………. 3
BAB II. Pembahasan...…………………………………………………………………….. 5
II.1 Definisi Edema Cerebri…………………………………………………………... 5
II.2 Sodium Pump …………………………………………………………………….. 5
II.3 Klasifikasi berdasarkan Patofisiologi……………………………………………… 6
II.4 Manifestasi Klinis………………………………………………………..………… 7
II. 5 Diagnosis…………………………………………………………………………... 8
II. 6 Penatalaksanaan………………………………………………………………......... 9
II. 7 Komplikasi…………………………………………………………………………. 13
BAB III. Penutup………………………………………………………………………….. 15
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………... 16
2
BAB 1: PENDAHULUAN
Edema serebri merupakan penyebab paling banyak pada peningkatan tekanan
intrakranial. Edema serebri disebabkan oleh antara lain peningkatan cairan intrasel, hipoksia,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, iskemia cerebral, meningitis, dan tentu saja trauma.
Apapun sebabnya memiliki efek yang pada dasarnya sama.1
Perburukan klinis pada stroke dapat disebabkan oleh edema yang progresif dan
pembengkakan akibat infark. Masalah ini umumnya terjadi pada infark yang luas. Edema
otak umumnya mencapai puncak pada hari ketiga hingga kelima setelah onset stroke dan
jarang menimbulkan masalah dalam 24 jam pertama. 2
Trauma otak menyebabkan fragmentasi jaringan dan kontusio, merusak Blood Brain
Barrier (BBB), disertai vasodilatasi dan eksudasi cairan sehingga timbul edema. Edema
menyebabkan peningkatan tekanan pada jaringan dan pada akhirnya meningkatkan TIK, yang
pada gilirannya akan menurunkan aliran darah otak (ADO), iskemia, hipoksia, asidosis
(penurunan pH dan peningkatan PCO2), dan kerusakan BBB lebih lanjut. Siklus ini akan
terus berlanjut hingga terjadi kematian sel dan edema bertambah secara progresif kecuali bila
dilakukan intervensi. 1
3
BAB 2: ISI
2.1 DEFINISI
Edema serebri adalah keadaan patologis dimana terjadi akumulasi cairan didalam
jaringan otak sehingga meningkatkan volume otak.3. Dapat terjadi peningkatan volume
intraseluler (lebih banyak di daerah substansea grisea) maupun ekstraseluler (daerah
substansia alba) yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial. Edema
serebri ialah pembengkakan otak akibat bertambahnya volume air dalam jaringannya (Miller,
1976).
2.2 ETIOLOGI
Edema otak dapat timbul pada kondisi neurologis dan non neurologis misalnya:
Kondisi neurologis:
Stroke iskemik dan perdarahan intraserebral
Trauma kepala
Tumor otak
Infeksi otak
Kondisi non neurologis:
Ketoasidosis diabetikum
Koma asidosis laktat
Hipertensi malingna
Ensefalopati
Hiponatremia
Ketergantungan pada opioid
High altitude cerebral edema
2.3 PATOFISIOLOGI
Na+-K+-ATPase adalah membran protein tinggi yang disajikan dalam hampir semua
sel organisme tingkat tinggi. Diperkirakan bahwa sekitar 25% dari seluruh sitoplasma ATP
dihidrolisis oleh pompa natrium dalam tubuh manusia. Pada sel saraf, sekitar 70% dari ATP
dikonsumsi untuk bahan bakar pompa natrium.
4
Na, K-pompa atau Na / K-ATPase secara aktif mengangkut ion Na dan K melintasi
membran sel untuk membangun dan mempertahankan gradien transmembran karakteristik
ion Na dan K. Ini mendasari fungsi dasarnya semua fisiologi sel.
Bila aliran darah jaringan otak tersumbat maka oksigen dan glukosa yang diperlukan
untuk pembentukan ATP akan menurun, akan terjadi penurunan Na-K ATP ase, sehingga
membran potensial akan menurun. K+ berpindah ke ruang extra selular, sementara ion Na
dan Ca berkumpul di dalam sel. Hal ini menyebabkan permukaan sel menjadi lebih negatif
sehingga terjadi membran depolarisasi. Saat awal depolarisasi membran sel masih reversible.4
Segera setelah terjadi iskemia timbul edema serebral akibat dari osmosis sel cairan
berpindah dari ruang ekstraseluler bersama dengan kandungan makromolekulnya.
Mekanisme ini diikuti dengan pompa Na/K dalam membran sel dimana transpor Na dan air
kembali keluar ke dalam ruang ekstra seluler. Pada keadaan iskemia, mekanisme ini
terganggu dan neuron menjadi bengkak.4
2.4 KLASIFIKASI BERDASARKAN PATOFISIOLOGI
Berdasarkan patofisiologi nya, edema cerebri dibagi atas 3, yaitu :4-6
a. Edema Cerebri Vasogenik
Paling sering dijumpai di klinik. Gangguan utama pada blood brain barrier (sawar
darah otak). Permeabilitas sel endotel kapiler meningkat sehingga air dan komponen yang
terlarut keluar dari kapiler masuk ruangan ekstraseluler, sehingga cairan ekstraseluler
bertambah. Vasogenik edema ini disebabkan oleh faktor tekanan hidrostatik, terutama
meningkatnya tekanan darah dan aliran darah oleh factor osmotic. Ketika protein dan
makro molekul lain memasuki rongga ekstraseluler otak karena kerusakan BBB, kadar air
dan natrium pada rongga ekstraseluler juga meningkat.
Vasogenik edema ini lebih terakumulasi pada substansia alba serebral dan serebelar
karena perbedaan compliance antara substansia alba dan grisea. Pada substansia alba
compliancenya lebih besar dikarenakan hanya berisi akxon, sedangkan pada substansia
grisea berisi badan sel. Edema vasogenik ini juga sering disebut edema basah karena pada
beberapa kasus, potongan permukaan otak nampak cairan edema.
Tipe edema ini terlihat sebagai respon terhadap trauma, tumor, inflamasi fokal, dan
stadium akhir dari iskemia cerebral. Jenis edema ini dijumpai pada trauma kepala,
5
iskemia otak,tumor otak, hipertensi maligna, perdarahan otak dan berbagai penyakit yang
merusak pembuluh darah otak.
b. Edema Cerebri Sitotoksik.
Kelainan dasar terletak pada semua unsur seluler otak (neuron, glia dan endotel
kapiler). Terdapat peningkatan volume intrasel yang berhubungan dengan kegagalan dari
mekanisme energi yang secara normal tetap mencegah air memasuki sel mencakupi
fungsi yang inadekuat dari pompa natrium dan kalium pada membrane sel glia. Neuron,
glia, dan sel endothelial pada substansia alba dan grisea menyerap air dan membengkak.
Pembengkakan otak sitotoksik yang berarti terdapat volume yang besar dari sel otak yang
mati, yang akan berakibat sangat buruk. Edema sititoksik ini sering diistilahkan dengan
edema kering.
Pada pompa Na yang tidak berfungsi dengan baik membuat ion Na tertimbun dalam
sel,mengakibatkan kenaikan tekanan osmotik intraseluler yang akan menarik cairan
masuk kedalam sel. Sel makin lama makin membengkak dan dapat menjadi pecah. Akibat
pembengkakan endotel kapiler, lumen menjadi sempit, iskemia otak makin hebat karena
perfusi darah terganggu.
Edema sitotoksik ini terjadi bila otak mengalami kerusakan yang berhubungan dengan
hipoksia/anoksia (cardiac arrest), iskemia otak, abnormalitas metabolik (uremia,
ketoasidosis metabolik), intoksikasi zat-zat kimia tertentu (dimetrofenol, triethylitin,
hexachlorophenol, isoniazid) dan pada sindroma Reye, hipoksemia berat. Juga sering
bersama-sama dengan edema serebri vasogenik, misalnya pada stroke obstruktif
(trombosis, emboli serebri) dan meningitis.
c. Edema Cerebri Interstisial
Edema interstisial adalah peningkatan volume cairan ekstrasel yang terjadi pada
substansia alba periventrikuler karena transudasi cairan serebrospinal melalui dinding
ventrikel ketika tekanan intraventrikuler meningkat.
Dijumpai pada hidrosefalus obstruktif. Karena sirkulasi terhambat, cairan srebrospinal
merembes melalui dinding ventrikel, meningkatkan volume ruang ekstraseluler.
6
2. 5 MANIFESTASI KLINIK
Pada edema cerebri, tekanan intrakranial meningkat, yang menyebabkan
meningkatnya morbiditas dan menurunnya cerebral blood flow (CBF). Peningkatan tekanan
intrakranial menyebabkan tekanan tambahan pada sistem, memaksa aliran yang banyak untuk
kebutuhan jaringan.
Edema otak dimanifestasikan dengan adanya tanda-tanda kenaikan tekanan intra
kranial, yaitu :7
a. Nyeri kepala hebat.
b. Muntah.
c. Pupil Anisokor (didapatkan apabila telah terjadi herniasi uncus).
d. Bradikardi dan hipertensi; terjadi akibat iskemi dan terganggunya pusat vasomotor
medular. Hal ini merupakan mekanisme untuk mempertahankan aliran darah otak tetap
konstan pada keadaan meningkatnya resistensi serebrovaskular akibat kompresi
pembuluh darah kapiler serebral oleh edema.
e. Penurunan frekuensi dan dalamnya pernapasan; respirasi menjadi lambat dan dangkal
secara progresif akibat peningkatan tekanan intrakranial (TIK) yang menyebabkan
herniasi unkal. Saat terjadi kompresi batang otak, timbul perubahan pola pernapasan
menjadi pola Cheyne-Stokes, kemudian timbul hiperventilasi, diikuti dengan respirasi
yang ireguler, apnea, dan kematian.
f. Gambaran papiledema pada funduskopi; ditandai dengan batas papil yang tidak tegas,
serta cup and disc ratio lebih dari 0,2 yang menyebabkan penglihatan menajdi kabur.
g. Gangguan fungsi gait bila edema membesar dan menekan cerebellum.
h. Gangguan fungsi vegetative apabila edema menekan susunan saraf pusat yang merupakan
pusat dari fungsi otonom / vegetatif.
2.6. DIAGNOSA
Diagnosa edema cerebri ditegakkan apabila ditemukan melalui pemeriksaan radiologi.
a. Foto Polos Kepala
Perubahan-perubahan yang tampak pada gambaran radiologi adalah merupakan akibat
dari peninggian tekanan intrakranial. Keadaan ini telah diketahui sejak tahun tiga puluhan
oleh Schuller, dan makin lama makin banyak fakta-fakta yang terungkap pada kelainan
7
tersebut. Pada 20% penderita yang dengan pemeriksaan radiologik menunjukkan tanda-
tanda kenaikan tekanan intrakranial, pada pemeriksaan klinis belum didapatkan adanya
edema papil.8
a) Impressio Digitatae
Tanda lain dari kenaikan tekanan intrakranial pada kanak-kanak adalah yang
dinamakan impressiones digitatae (Convolutionalimpressions) yang terjadi pada
bagian atas tulang frontal dan parietal. Tetapi apabila gambaran ini tampak pada
tulang tengkorak 2/3 bawah ia tidak mempunyai nilai diagnostik, melainkan dianggap
merupakan respons dari tulang yang sedang tumbuh terhadap jaringan otak di
bawahnya.
Pada orang dewasa, kelainan yang berlangsung lama kadang-kadang
menimbulkan penipisan kalvaria secara menyeluruh. Tetapi apabila tekanan
intrakranial yang tinggi ini berlangsung sejak masa kanak-kanak, misalnya pada
stenosis akuaduk akan terjadi pelebaran bagian supratentorial, kecuali fossa posterior
serebri.
b) Erosi dorsum sellae. Pada orang dewasa biasanya terjadi erosi dorsum sellae dan
merupakan gambaran yang khas. Pada tekanan tinggi intracranial yang lama seluruh
dorsum sellae mungkin tidak jelas terlihat. Sebenarnya erosi prossesus posterio dan
dorsum sellae disebabkan oleh tekanan dari dilatasi ventrikel III dan pada umumnya
ditemukan pada penderita dengan tumor pada fossa posterior dan hidrosefalus. Erosi
sellae oleh karena tekanan tinggi intrakranial harus dibedakan dari lesi destruksi lokal.
Selain daripada adenoma pituitaria yang terdiri atas meningioma, chordoma,
craniopharyngioma dan aneurisma (Sutton D, 1980)
c) Pergeseran kelenjar pineal. Pada proyeksi Towne dengan kualitas film yang baik,
kelenjar pineal terlihat terletak di garis tengah. Jika terjadi pergeseran dari kalsifikasi
kelenjar pineal lebih dari 3 mm pada satu sisi garis tengah menunjukkan adanya
massa intrakranial. Pada umumnya sebagai penyebabnya adalah tumor intrakranial,
tetapi lesi seperti subdural hematom dan massa non neoplastik dapat menyebabkan
hal yang sama (Sutton D dan Chapman S)
b. Dapat dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI otak untuk melihat etiologi dan luas
edema serebri. Pada CT scan, edema ditangkap sebagai sinyal hipodens yang abnormal.
Sementara itu, MRI menunjukkan edema sebagai sinyal hipointense di T1 weighted
sequence dan hyperintense sinyal dalam urutan T2 weighted dan FLAIR sequences.9
8
2.7 PENATALAKSANAAN9
Tindakan yang penting untuk diperhatikan dalam bagian ini pada dasarnya berlaku untuk
semua pasien yang berisiko atau sudah menderita edema serebral. Prinsip-prinsip yang
mendasari batas-batas ini cukup sederhana:
Optimalkan perfusi
Oksigenasi dan drainase vena
Minimalkan tuntutan metabolism otak
Hindari intervensi yang merangsang munculnya gradient ionic atau osmolar.
a. Non Medika Mentosa
1) Posisi Kepala dan Leher
Posisi kepala harus netral dan hindari segala bentuk kompresi vena jugularis. Fiksasi
endotracheal tube (ETT) dilakukan dengan menggunakan perekat yang
kuat dan jika posisi kepala perlu diubah harus dilakukan dengan hati-hati
dan dalam waktu sesingkat mungkin. Untuk mengurangi edema otak dapat
dilakukan elevasi kepala 30°. Tekanan intrakranial cenderung lebih rendah ketika
kepala tempat tidur dinaikkan sampai 30 derajat dibandingkan dengan posisi
horisontal.
2) Ventilasi dan Oksigenasi
Keadaan hipoksia dan hiperkapnia harus dihindari karena merupakan vasodilator
serebral poten yang menyebabkan penambahan volume darah otak sehingga terjadi
peningkatan TIK, terutama pada pasien dengan permiabilitas kapiler yang abnormal.
Intubasi dan ventilasi mekanik diindikasikan jika ventilasi atau oksigenasi pada pasien
edema otak buruk. Perhatian khusus harus diberikan selama intubasi endotrakeal
untuk menghindari penambahan kenaikan TIK karena hipoksia dan hiperkapnia dan
tanggapan refleks yang dipicu oleh stimulasi langsung trakea.
b. Medika Mentosa
1) Penatalaksanaan Cairan
Osmolalitas serum yang rendah dapat menyebabkan edema sitotoksik sehingga harus
dihindari.Tujuan ini dapat dicapai dengan ketat membatasi asupan cairan hipotonik.
9
Pada umumnya kebutuhan cairan ialah 30 ml / kg BB/ hari. Balans cairan
diperhitungkan dengan mengukur produksi urin sehari ditambah dengan pengeluaran
cairan yang tidak dirasakan (produksi urin sehari ditambah 500 ml untuk kehilangan
cairan yang tidak nampak).
Umumnya semua lesi intracranial diberikan 85% dari kebutuhan normal. Karena pada
masa akut ada retensi cairan dan SIADH. sehingga bila diberikan cairan yang banyak,
dapat jadi semakin edema.
2) Analgesik, Sedasi, dan Zat Paralitik
Nyeri, kecemasan, dan agitasi meningkatkan kebutuhan metabolisme otak, aliran
darah otak, dan tekanan intrakranial. Oleh karena itu, analgesik dan sedasi yang tepat
diperlukan untuk pasien edema otak. Pasien yang menggunakan ventilator atau ETT
harus diberi sedasi supaya tidak memperberat TIK. Obat sedasi yang sering digunakan
untuk pasien neurologi diantaranya adalah opiat, benzodiazepin, dan propofol.
3) Penatalaksanaan Tekanan Darah
Tekanan darah yang ideal dipengaruhi oleh penyebab edema otak. Pada pasien stroke
dan trauma, tekanan darah harus dipelihara dengan cara menghindari kenaikan
tekanan darah tiba-tiba dan hipertensi yang sangat tinggi untuk menjaga perfusi tetap
adekuat. Tekanan perfusi serebral harus tetap terjaga di atas 60-70 mmHg pasca
trauma otak. Penggunaan obat penurun tekanan darah masih kontroversial dalam
kasus-kasus perdarahan intraserebral, tetapi aman untuk mengobati hipertensi pada
fase akut, dan penggunaan ini dapat mengurangi risiko pertumbuhan hematoma awal.
Pada pasien dengan stroke iskemik, penurunan tekanan darah yang cepat merugikan
dalam fase akut (24 - 48 jam pertama) karena dapat menghasilkan memburuknya
defisit neurologis dari hilangnya perfusi di penumbra. Tekanan darah normal juga
harus menjadi tujuan pada pasien dengan lesi terutama terkait dengan edema
vasogenic, seperti tumor dan massa inflamasi atau infeksi.
4) Pencegahan Kejang, Demam, dan Hiperglikemi
Kejang, demam, dan hiperglikemi merupakan faktor-faktor yang dapat memperberat
sehingga harus dicegah atau diterapi dengan baik bila sudah terjadi. Penggunaan
antikonvulsan profilaktik seringkali diterapkan dalam praktek klinis. Bisa digunakan
fenitoin 2 x 100mg. Manfaat penggunaan profilaksis antikonvulsan tetap tidak
10
terbukti pada pasien dengan kondisi yang paling beresiko menyebabkan edema otak.
Ada beberapa bukti bahwa aktivitas epilepsi subklinis mungkin terkait dengan
perkembangan pergeseran garis tengah (midline shifting) dan hasil yang buruk
setidaknya pada pasien kritis dengan pendarahan intraserebral. Demam dan
hiperglikemia memperburuk kerusakan otak iskemik dan nyatanya dapat
memperburuk edema cerebri. Normothermia ketat dan normoglycemia (yaitu, glukosa
darah paling tidak di bawah 120 mg / dL) harus dijaga setiap saat.
5) Terapi Osmotik
Manitol dan Salin Hipertonik adalah 2 agen osmotik yang paling ekstensif dipelajari
dan paling sering digunakan dalam praktek untuk memperbaiki edema otak dan
hipertensi intracranial.
a) Manitol
Dosis awal manitol 20% 1g / kgBB IV bolus, diikuti dengan 0,5 g/kgBB IV bolus
tiap 4-6 jam. Efek maximum terjadi setelah 20 menit pemberian dan durasi
kerjanya 4 jam. Pernberian manitol ini harus disertai pemantauan kadar
osmolalitas serum. Osmolalitas darah yang terlalu tinggi akan meningkatkan
risiko gagal ginjal Kadar osmolalitas serum tidak boleh lebih dan 320 mOsmol/L.
b) Salin Hipertonik
Cairan salin hipertonik (NaC1 3%) juga dapat digunakan sebagai alternatif
pengganti manitol dalam terapi edema otak. Mekanisme kerjanya kurang lebih
sama dengan manitol, yaitu dehidrasi osmotik.
c) Laktat Hypertonik
Dosis umum larutan natrium laktat hipertonik 0,5 M: 1 mL/kgBB/jam, dengan
dosis maksimal: 1-2 mEq/kg/hari dan kecepatan tetesan maksimum: 2-4
mL/menit. Dalam suatu studi yang membandingkan pemberian larutan natrium
laktat hipertonik dengan larutan ringer laktat (RL), larutan natrium laktat
hipertonik menunjukkan peningkatan indeks jantung yang lebih tinggi secara
bermakna dan indeks resistensi vaskuler paru yang lebih rendah secara bermakna
dibanding larutan RL. Larutan natrium laktat hipertonik menghasilkan
keseimbangan cairan yang lebih negatif dibanding larutan RL. Selain itu, dalam
11
studi ini, larutan natrium laktat hipertonik tidak menyebabkan hipernatremi dan
asidosis.10
6) Steroid
Deksametason paling disukai karena aktivitas mineralokortikoidnya yang sangat
rendah. Dosis awal adalah 10 mg IV atau per oral, dilanjutkan dengan 4 mg setiap 6
jam. Dosis ini ekuivalen dengan 20 kali lipat produksi kortisol normal yang fisiologis.
Responsnya seringkali muncul dengan cepat namun pada beberapa jenis tumor
hasilnya kurang responsif. Dosis yang lebih tinggi, hingga 90 mg/hari, dapat diberikan
pada kasus yang refrakter. Setelah penggunaan selama berapa hari, dosis steroid harus
diturunkan secara bertahap (tapering off) untuk menghindari komplikasi serius yang
mungkin timbul, yaitu edema rekuren dan supresi kelenjar adrenal.
7) Barbiturat
Barbiturat dapat menurunkan tekanan intrakranial secara efektif pada pasien cedera
kepala berat dengan hemodinamik yang stabil. Terapi ini biasanya digunakan pada
kasus yang refrakter terhadap pengobatan lain maupun penanganan TIK dengan
pembedahan. Penggunaan dosis tinggi barbiturat penuh dengan komplikasi, termasuk
hipotensi, disfungsi hati, dan peningkatan risiko pneumonia dan sepsis.
c. Operatif
Pada pasien dengan peningkatan TIK, drainase cairan serebrospinal adalah ukuran
pengobatan cepat dan sangat efektif. Pernyataan ini berlaku bahkan jika tidak ada
hidrosefalus. Sayangnya, drainase ventrikular eksternal membawa risiko besar
ventriculitis, bahkan di bawah perawatan terbaik.
2. 8 KOMPLIKASI
Edema serebri dapat menyebabkan berbagai komplikasi, yakni : 11
a. Kenaikan Tekanan Intrakranial
Karena mekanisme kompensasi ruang serebrospinalis dan sistem vena, maka pada
awal penambahan volume cairan jaringan otak belum ada kenaikan TIK. Mekanisme
kompensasi tersebut terbatas kemampuannya sehingga penambahan volume intrakranial
selanjutnya akan segera disertai kenaikan TIK. Pertambahan volume 2% atau 10 -15 ml
tiap hemisfer sudah menimbulkan kenaikan TIK yang hebat.
12
Peningkatan tekanan intrakranial menyebabkan tekanan tambahan pada sistem,
memaksa aliran yang banyak untuk kebutuhan jaringan. Pada edema cerebri, tekanan
intrakranial yang meningkat, yang menyebabkan meningkatnya morbiditas dan
menurunnya cerebral blood flow (CBF).
Pada edema serebri dapat terjadi gangguan fungsi otak, baik oleh edema serebri
sendiri sehingga neuron-neuron tidak berfungsi sepenuhnya maupun oleh kenaikan TIK
akibat edema serebri. Otak terletak dalam rongga tengkorak yang dibatasi oleh tulang-
tulang keras; dengan adanya edema serebri, mudah sekali terjadi kenaikan TIK dengan
akibat-akibat seperti herniasi, torsi dan lain-lain yang akan mengganggu fungsi otak.
Perfusi darah ke jaringan otak dipengaruhi oleh tekanan arteri (tekanan sistemik), TIK
dan mekanisme otoregulasi otak. Perfusi darah ke jaringan otak hanya dapat berlangsung
apabila tekanan arteri lebih besar daripada TIK. Perbedaan minimal antara tekanan arteri
dan TIK yang masih menjamin perfusi darah ialah 40 mmHg. Kurang dari nilai tersebut,
perfusi akan berkurang/ terhenti sama sekali.
Sampai pada batas-batas tertentu perubahan tekanan arteri TIK dapat diimbangi oleh
mekanisme otoregulasi otak, sehingga perfusi darah tidak terganggu dan fungsi otak dapat
berlangsung seperti biasa. Mekanisme otoregulasi mudah mengalami kerusakan oleh
trauma, tumor otak, perdarahan, iskemia dan hipoksia.
b. Herniasi Jaringan Otak
Edema serebri yang hebat menyebabkan terjadinya herniasi jaringan otak terutama
pada tentorium serebellum dan foramen magnum. Herniasi dapat menyebabkan kerusakan
yang berhubungan dengan tekanan kepada jaringan yang bersangkutan dan tanda-tanda
dari disfungsi struktur yang tertekan.
1) Herniasi tentorium serebelum
13
Akibat herniasi tentorium serebelum ialah tertekannya bangunan-bangunan
pada daerah tersebut seperti mesensefalon, N. III, arteri serebri posterior, lobus
temporalis dan unkus. Yang mungkin terjadi akibat herniasi ini ialah :
a) Unkus lobus temporalis tertekan ke bawah dan menekan bangunan pada hiatus.
b) N. III yang mengandung serabut parasimpatis untuk konstriksi pupil mata tertekan
sehingga pupil jadi anisokor dan refleks cahaya negatif.
Tekanan pada mesensefalon antara lain dapat menimbulkan gangguan
kesadaran, sebab di sini terdapat formatio retikularis. Penderita menjadi somnolen,
sopor atau koma. tekanan pada A. serebri posterior menyebabkan iskemia dan infark
pada korteks oksipitalis.
2) Herniasi foramen magnum
Peninggian TIK terutama pada fossa posterior akan mendorong tonsil
serebelum ke arah foramen magnum. Herniasi ini dapat mencapai servikal 1 dan 2 dan
akan menekan medulla oblongata, tempatnya pusat-pusat vital. Akibatnya antara lain
gangguan pernapasan dan kardiovaskuler.
BAB 3 : PENUTUP
14
Edema cerebri adalah keadaan patologis dimana terjadi akumulasi cairan didalam
jaringan otak sehingga meningkatkan volume otak dengan karakter klinis berupa tanda-tanda
dari peningkatan tekanan intracranial. Disebabkan oleh antara lain peningkatan cairan
intrasel, hipoksia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, iskemia cerebral, meningitis, dan
tentu saja trauma. Apapun sebabnya memiliki efek yang pada dasar nya sama.
DAFTAR PUSTAKA
15
1. Price AS. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. EGC. 2006
2. Panitia Lulusan Dokter 2002-2003 FKUI, Update In Neuroemergencies, Balai Penerbit
FKUI Jakarta, 2002. 24-6.
3. The Toronto Brain Vascular Malformation Study Group. Cerebral Edema. 2000. Diunduh
dari http://brainavm.oci.utoronto.ca/staff/Wallace/2000_curriculum/cerebral_edema.htm.
1 Juni 2013.
4. Karlish S. The Sodium-potassium Pump: structure, function, regulationand
pharmacology. 2008. Di unduh dari
http://www.weizmann.ac.il/Biological_Chemistry/scientist/Karlish/steve_karlish.pdf. 7
July 2012.
5. Nara P, Lambona R. Edema Cerebri. Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Hassanudin / RSU Ujung Pandang. Diunduh dari
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12_EdemaSerebri.pdf/12_EdemaSerebri.html. 13
Juny 2012.
6. Lt Col SK Jha (Retd). Cerebral Edema and its Management. 2003. Diunduh
darihttp://medind.nic.in/maa/t03/i4/maat03i4p326.pdf. 13 Juny 2012
7. Edema Serebri. Diunduh dari http://www.dokterbook.com/2012/03/05/edema-serebri-
atau-edema-otak/. 13 Juny 2012.
8. Japardi I. Tekanan Tinggi Intrakranial. Fakultas Kedokteran bagian Bedah Universitas
Sumatera Utara. 2002. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1988/1/bedah-iskandar%20japardi53.pdf.
7 July 2012.
9. Rabistein A A. Treatment of Cerebral Edema. The Neurologist. Volume 12. Number 2.
March 2006.
10. Saharso D. Edema Otak. Divisi NeuropediatriBag./SMF Ilmu Kesehatan Anak – FK
Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya. Diunduh darihttp://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=061214-jlpd198.htm.
13 Juny 2012
16