Referat Oa Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

yuf

Citation preview

BAB I

PENDAHULUANOsteoarthritis (OA) adalah arthropathy kronis yang ditandai dengan gangguan dan potensi hilangnya tulang rawan sendi seiring dengan perubahan lain sendi, termasuk pembentukan osteofit. Gejala termasuk nyeri diperparah atau dipicu oleh aktivitas, kekakuan < 30menit setelah tidak aktif, dan kadang-kadang bersama pembengkakan yang berkembang perlahan-lahan. Diagnosis dikonfirmasi oleh sinar-x. Perawatan termasuk langkah-langkah fisik, rehabilitasi, pendidikan pasien, dan obat-obatan.

OA, penyakit sendi yang paling umum, sering menjadi gejala di 40-an dan 50-an dan hampir Universal (meskipun tidak selalu gejala) pada usia 80. Hanya setengah dari pasien dengan perubahan patologis OA memiliki gejala. Di bawah usia 40, OA kebanyakan terjadi pada pria dan hasil dari trauma. Perempuan mendominasi dari usia 40-70, setelah itu laki-laki dan perempuan sama-sama terpengaruh. 1BAB II

ANATOMI, FISIOLOGI DAN HISTOLOGI

AnatomiANATOMI REGIO GENUa. Fossa poplitea

Yang dimaksud dengan fossa poplitea adalah suatu lekukan yang terletak di bagian posterior lutut berbentuk seperti belah ketupat, dibatasi oleh musculus biceps femoris di bagian lateral atas, musculus semimembranosus dan musculus semitendinosus di bagian medial atas, caput mediale serta caput laterale dari musculus gastrocnemius di bagian inferior. Dasar fossa ini dibentuk oleh fascies poplitea, ligamentum popliteum obliqum dan musculus popliteus.

Di dalam fossa ini dapat ditemukan a. poplitea, nervus ischiadicus yang bercabang menjadi nervus peroneus communis dan nervus tibialis, vena poplitea, rete genu (bagian posterior) dan vena saphena parva yang bermuara pada vena poplitea.

b. Articulatio genu

Articulatio genus atau sendi lutut adalah salah satu sendi yang paling banyak bergerak dan sekaligus menanggung beban berat. Karena sifatnya itu dan karena hubungannya dengan fungsi berjalan serta gerakan lain, sendi ini termasuk salah satu sendi yang sering mengalami kelainan atau gangguan.

Sendi ini dibentuk oleh dua buah persendian, yaitu sendi engsel antara os femur dan os tibia, dan sendi antara os femur dengan patella. Yang terakhir ini tidak berperan banyak dalam mekanisme menahan berat, tetapi merupakan tempat gerakan yang penting (sebagai plane joint) dalam gerak fleksi-ekstensi lutut Dalam gerakan tersebut, patella akan bertindak sebagai katrol.

Seperti pada diarthrosis yang lain, permukaan tulang yang berhadapan dilapisi oleh tulang rawan hialin yang tipis dan dibungkus oleh membrana synovialis. Di sebelah luar membrana synovialis, sendi lutut diperkuat oleh capsula fibrosa di sekitarnya.

Ligamentum cruciatum anterior dan ligamentum cruciatum posterior memperkuat di bagian tengah; ligamentum collaterale medial (ligamen colateral tibial) dan ligamentum collaterale lateral (ligamen colateral fibular) di kedua sisinya; serta ligamentum popliteum obliquum di bagian posterior. Capsula fibrosa di bagian antero-lateral merupakan pelebaran dari tendo m. quadriceps femoris. Di bawah capsula fibrosa dan di bawah m. quadriceps femoris bagian distal, terdapat juga semacam kantung yang dibentuk oleh membrana synovial dan berisi cairan synovial. Kantung seperti itu disebut bursa synovialis dan berfungsi sebagai bantalan untuk mengurangi keruakan jaringan akibat gesekan pada waktu terjadi pergerakan. Bursa seperti ini dapat ditemukan meliputi bursa prepatella, bursa suprapatella, dan bursa infrapatella.

Ligamentum cruciatum tersusun sedemikian rupa sehingga:1. Ligamentum cruciatum anterior akan menegang pada waktu lutut ekstensi

2. Ligamentum cruciatum posterior akan menegang pada posisi fleksi.

Dengan adanya ligamen tersebut di atas, dapat dibayangkan bahwa membrana synovialis tidak membungkus sendi lutut dalam bentuk silinder penuh tetapi sebagai suatu silinder yang bagian posteriornya tertekan ke dalam oleh kedua ligamen tersebut. Ligamen itu terletak ekstra-synovial tetapi tetap intra-capsular (dibungkus capsula fibrosa).Di bagian postero lateral, capsula fibrosa dan membrana synovial ditembus oleh tendo m. popliteus yang berasal dari epicondylus lateralis femoris menuju ke arah distal ke tempat perlekatannya dengan os tibia.Di sebelah dalam, di antara os femur dan os tibia terdpapat 2 buah meniskus yang dibentuk oleh jaringan fibrocartilago dan berfungsi untuk memudahkan aliran cairan synovial dalam fungsingnya sebagai pelumas pada waktu gerakan, disamping berfungsi sebagai bantalan.

Meniskus lateral terbentuk bulat seperti cincin, sedangkan meniskus medialis berbentuk lonjong. Kedua bentuk ini sesuai dengan bentuk condylus medialis femoris yang menonjol ke medial (sehingga pada waktu gerakan fleksi tungkai awah selalu diikuti gerakan endorotasi tibia). Karena gerakan pasif yang terjadi pada meniscus medialis lebih banyak daripada gerakan meniskus lateralis, maka meniskus medialis lebih mudah mengalami lacerasi (sobek) dibandingkan meniskus lateralis. Dibandingkan dengan ligamentum colateral lateral yang mudah terlihat, ligamentum colateral medialis lebih melekat pada capsula fibrosa. Ligamentum colateral medial mempunyai perlekatan dengan meniskus medialis sehingga meniskus tersebut relatif lebih stabil dibandingkan meniskus lateral. Meniskus lateral mempunyai hubungan (perlekatan) dengan m popliteus sehingga otot ini ikut memperngaruhi posisi meniskus lateral pada waktu gerakan fleksi-ekstensi.Karena bentuk permukaan persendian os femur dan os tibia, pada keadaan ekstensi kedua tulang ini akan berada dalam keadaan terkunci. Keadaan terkunci ini akan terbuka pada awal fleksi bila gerakan tersebut disertai dengan gerakan endorotasi tungkai bawah yang dibantu atau diakibatkan oleh kontraksi m popliteus. Itu sebabnya m popliteus dinamakan unlocker atau otot pembuka.Persarafan sensoris articulatio genu diurus oleh serabut saraf yang mengurus otot yang bekerja terhadap sendi ini, yaitu nervus femoralis, nervus obturatorius, dan nervus ischiadicus. Sendi ini mendapat pendarahan yang diurus oleh rete genu yang dibentuk oleh a descendens genus (a genu suprema), a superior lateralis genus, a superior medialis genus, a inferior lateralis genus, a inferior medialis genis, dan a media genus.

Pada orang dengan perkembangan sendi lutut yang normal, garis pemikul beban pada tungkai akan berjalan melalui pertengahan caput femoris, pertengahan sendi lutut sampai pertengahan sendi calcaneus. Keadaan ini disebut genu rectum. Ada kalanya garis pemikul beban ini didapatkan melalui condylus femorislateal, keadaan ini disebut genu valgum (knock knee). Pada keadaan ini terjadi pembebanan berlebihan pada meniskus lateralis. Sebaliknya jika garis pemikul beban melewati condylus medialis ini disebut genu varum (bowleg) dengan beban berlebihan pada meniskus medialis. 2,3

FisiologiPembentukan Tulang

Terdapat dua cara pembentukan tulang yaitu osifikasi intramembranosa dan osifikasi intrakartilaginosa.

1. Osifikasi Intramembranosa (Desmal)

Osifikasi ini membentuk tulang pipih yaitu tulang tengkorak frontal, parietal, temporal, mandibula, maksila, dan tulang pendek. Pada osifikasi desmal langsung terbentuk matriks tulang yang disekresi oleh osteoblas.

Sel mesenkim ( sel osteoprogenitor (osteogenik) ( osteoblas ( membentuk matriks ( Osteoid (blm mengapur) ( kalsifikasi ( keras

2. Osifikasi Intrakartilaginosa (kondral)

Pada osifikasi ini terjadi pengendapan matriks tulang pada matriks tulang rawan yang sudah ada. Osifikasi ini membentuk tulang pendek dan panjang. Pembentukan tulang panjang dimulai dengan penulangan perikondral (proses sama dengan osifikasi intramembranosa dari sel mesenkim) dalam perikondrium yang mengelilingi diafisis. Sel osteogenik di perikondrium berubah menjadi osteoblas yang membentuk tulang, maka terbentuk tulang silinder yang disebut cincin atau kerah tulang. Di dalam kerah tulang ini kondrosit mulai berproliferasi. Saat penulangan perikondral selesai, dimulai penulangan endokondral (memanjangkan tulang) pada tulang rawan di pusat diafisis.

Kondrosit di tulang rawan hialin ( proliferasi ( maturasi ( hipertrofi ( kalsifikasi & degenerasi ( osifikasi.

Terdapat 6 Zona pada lempeng epifisis:

1. Zona istirahat (tulang rawan hialin + kondrosit)

2. Zona proliferasi (kondrosit bermitosis cepat, sel-sel berbentuk gepeng)

3. Zona maturasi terdiri dari sel berbentuk lonjong

4. Zona hipertrofi terdiri dari sel kubis

5. Zona kalsifikasi (pengapuran, sel-sel mati bersamaan dengan pengendapan hidroksiapatit, terjadi pengapuran di matriks sel tulang rawan)

6. Zona osifikasi

Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-menerus membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengantulang di daerah diafisis, dengan demikian tebal cakram epifisis tetap sedangkan tulang akan tumbuh memanjang.

Pada pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang di daerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan (proses remodelling, anak yang tumbuh terjadi balance positif dan orang dewasa balance negatif).

Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis mengalami remodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil proses antara deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan. Prosesremodelingtulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-anak dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang negatif.Remodelingjuga terjadi setelah penyembuhan suatu fraktur.Histologi Tulang

Tulang merupakan jaringan tubuh yang paling keras. Fungsinya sebagai kerangka utama, penunjang otot, pelindung organ vital seperti otak, tempat sum sum tulang, dan tempat penyimpanan Ca, fosfor dan ion lainnya. Pertukaran nutrien dan O2 dan metabolit antara sel dan kapiler darah terjadi melalui kanalikuli (saluran kecil yang menembus matriks) karena tidak bisa difusi matriks. Dengan kanalikuli osteosit dapat berhubungan satu sama lainnya dengan permukaan dalam dan luar tulang dan dengan pembuluh darah yang melintasi matriks.Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri dari sel dan matriks. Sel adalah osteoblas, osteosit dengan osteoklas di luarnya. Matriks anorganik (60-70%) membantu pengerasan dan pengendapan) unsurnya adalah Ca fosfat (85%), Ca karbonat (10%), sedikit Ca fluorida dan Mg fluorida. Sedangkan organik (30-40% materi mirip tulang rawan) mengandung serat kolagen dan substansia dasar.Jenis Tulang

Jaringan tulang

a. Jaringan tulang rawan, terdiri atas:

Sel tulang rawan (kondrosit)

Sel kondrosit memproduksi tulang rawan

Sitoplasma basofil karena ada organel ribosom

Lakuna: kondrosit yang ada di dalam rongga (terdiri 1 kondrsit)

Sel nest: mengandung lebih dari satu sel kondrosit

Bahan antar sel (matrix tulang rawan), terdiri atas sabut kolagen dan sabut elastis.

b. Jaringan tulang keras, terdiri atas:

Sel-sel tulang keras

Osteobalas: berasal dari mesenkim yang tersusun berderet-deret secara epitelial di permukaan trabekula tulang muda. Berbentu kubid sampai piramid. Memproduksi banah organik matriks tulang.

Osteosit: merupakan osteoblas yang sudah terpendam dalam matriks tulang, sitoplasma basofil. Osteosit terletak dalam lakuna dan mempunyai inti gelap.

Osteoklas: adalah sel raksasa berinti banyak karena merupakan fusi dari beberapa sel monositsitoplasma asidofil karena mengandung enzim acid fosfatase. Sitoplasma tampak berbuih karena mempunyai banyak vakuola. Bahan antar sel (matriks tulang)

Unsur organik 35%, terdiri dari serat2 osteokolagen, diikat substansi semen (glikosaminoglikans)

Tampak asidofil karena kondroitin sulfat sedikit

Unsur anorganik 65%, pada bagian semen terutama kalsium fosfat dan sedikit kalsium karbonat

Tersusun atas lamel-lamel yang terjadi secara ritmik Sel tulang: Osteoprogenitor berasal dari mesenkim, mempunyai kemampuan berkembang menjadi osteoblas dan kemudian osteosit. Osteoblas terletak di permukaan tulang, mensintesa komponen organik matriks tulang dan mengendapkan komponen anorganik. Osteosit berasal dari osteoblas. Tonjolan sitoplasma osteosit terletak dalam kanalikuli yang memancar keluar dari lakuna. Tonjolan tersebut saling berhubungan satu sama lain melalui gap junction sehingga nutrien dapat sampai ke sel sel tulang tersebut. Osteosit mempertahankan matriks tulang terus menerus. Bila osteosit mati maka akan terjadi resorbsi matriks oleh osteoklas. Osteoklas adalah sel yang besar dapat bergerak. Osteoklas mensekresi asam kolagenase dan enzim proteolitik lainnya yang menyerang matriks tulang sehingga dilepaskan substansi yang berkalsium, jadi berfungsi meresorbsi dan memberi bentuk pada tulang.

Matriks tulang: Unsur anorganik matriks 50% dari berat matriks. Yang banyak adalah kalsium dan fosfor terdapat sedikit bikarbonat, sitrat, magnesium, kalium dan natrium. Ca dan P membentuk kristal hidroksiapatit {Ca10(PO4)6(CH2)}. Unsur organik adalah kolagen tipe 1 dan substantia dasar yang amorf yaitu glikosaminoglikan (ikatan protein-polisakarida) dan glikoprotein. Glikosaminoglikan tulang adalah kondroitin sulfat dan keratan sulfat. Gabungan hidroksiapatit dengan serat kolagen menjadikan tulang keras dan kuat, bila tulang dihilangkan unsur kalsiumnya maka sifatnya akan lentur seperti tendo dan bila bagian organiknya (terutama serat kolagen) diangkat maka sifat tulang mudah pecah dan hancur. Tulang primer adalah jaringan tulang pertama yang muncul pada perkembangan embrio, pada penyembuhan fraktur dan proses reparasi lainnya. Tulang primer bersifat sementara dan akan digantikan tulang sekunder kecuali pada sutura tulang pipih kepala, soket gigi dan insersi beberapa tendon. Tanda khasnya serat kolagen yang halus seperti anyaman yang tidak teratur dan kadar mineral lebih sedikit tapi osteosit lebih banyak dari tulang sekunder.

Tulang sekunder terdapat pada keadaan dewasa. Tanda khasnya serat kolagen tersusun membentuk lamel lamel sejajar satu sama lain atau konsentris mengelilingi pembuluh darah. Lamel yang mengelilingi sebuah saluran (saluran havers) dan saluran tersebut berisi pembuluh darah, serat saraf dan jaringan ikat jarang disebut sistem havers atau osteon. Saluran havers berhubungan dengan rongga sum sum tulang, endosteum, periosteum dan berhubungan satu dengan lainnya melalui saluran volkman yang melintang atau serong.

Secara makroskopik dibedakan 2 amacam tulang yaitu tulang kompakta dan tulang spongiosa. Kompakta terlihat padat tanpa rongga. Spongiosa terlihat banyak rongga yang saling berhubungan. Secara mikroskopis kedua tulang ini mempunyai struktur histologis yang sama. Pada tulang panjang ujung tulang yang bulat (epifisis) terdiri dari tulang spongiosa yang diliputi selapis tipis tulang kompakta. Celah celah tulang spongiosa ini berhubungan langsung dengan rongga sum sumtulang diafisis. Bagian yang berbentuk batang (diafisis) hampir semua terdiri dari tulang kompakta dengan hanya sedikit tulang spongiosa di permukaan dalamnya.Tulang mempunyai 2 pelapis tulang, yaitu:

Periosteum (lapisan luar): terdiri atas dua lapis yang tidak berbatas jelas. Lapisan luar terdiri dari serat kolagen dan fibroblas serta pembuluh darah. Serat kolagen ini menembus matriks mengikat periosteum ke tulang disebut serat Sharpey. Lapisan dalam terdiri dari sel sel osteoprogenitor dengan jaringan ikat yang lebih longgar, merupakan sel gepeng dengan potensi membelah secara mitosis dan berdiferensiasi menjadi osteoblas.

Endosteum (lapisan dalam): terdiri dari sel sel osteoprogenitor dan sedikit sekali jaringan ikat, jadi lebih tipis dari periosteum. selapis sel osteoprogenitor dan sedikit jaringan ikat yang melapisi semua permukaan rongga di dalam tulang.Fungsi utama peri dan endosteum adalah memberi nutrisi jaringan tulang dan sumber pengadaan terus menerus osteoblas baru untuk reparasi dan pertumbuhan tulang.

Sistem haver : lamel-lamel + saluran havers atau osteon (berisi: pembuluh darah, serat saraf, jaringan ikat).

Lamel: berisi serat-serat kolagen sejajar satu sama lain. Lamel yang mengelilingi saluran havers terdiri dari kolagen dan garam mineral. Lakuna: (berisi osteoit) terdapat di antara lamel atau di dalam lamel. Kanalikuli: menghubungkan osteosit satu ke yang lain dan ke osteon. Saluran Volkman: menghubungkan satu osteon ke osteon lainnya, berbentuk serong.

Lamel General (sirkumferensial) dalam: terletak di sekeliling sumsum tulang (tersusun melingkar). Lamel General luar: lamel dibawah periosteum berjalan sejajar dengan permukaan tulang.

Tulang spongiosa tidak ada sistem havers. Adanya trabekula sebagai pattern untuk menahan stress yang terjadi pada tulang.4BAB III

OSTEOARTHRITISDefinisi

Osteoarthritis yang juga sebagai penyakit degeneratif pada sendi adalah bentuk penyakit radang sendi yang paling umum dan merupakan sumber utama penyebab rasa sakit dan lumpuh, terutama pada orang lanjut usia (lansia). OA merupakan penyakit degeneratif kronik pada sendi yang terjadi akibat menipisnya lapisan tulang rawan yang melindungi ujung tulang sejati. Tulang rawan menjadi kasar sehingga menimbulkan gesekan dan peradangan. Bentuk kerusakan yang terjadi ialah perubahan struktural dan pengikisan kartilago yang menimbulkan rasa sakit dan kaku (Kralovec dan Barrow 2008).

Osteoartritis adalah jenis arthritis yang disebabkan oleh kerusakan dan hilangnya tulang rawan dari satu atau lebih sendi. Tulang rawan adalah substansi protein yang berfungsi sebagai bantal antara tulang-tulang pada persendian. Osteoartritis juga dikenal sebagai artritis degeneratif.

Osteoartritis disebut juga: Hipertrofik osteoartritis; Osteoarthrosis; penyakit sendi degenerative (PSD); DJD (Degenerative Joint Disease), OA; Arthritis osteoarthritis.

Osteoartritis umumnya mempengaruhi tangan, kaki , tulang belakang , dan sendi yang menahan beban besar, seperti pinggul dan lutut. Kebanyakan kasus osteoartritis tidak diketahui penyebabnya dan disebut sebagai osteoarthritis primer. Ketika penyebab osteoartritis diketahui, kondisi ini disebut sebagai osteoarthritis sekunder.Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit tersering yang menyebabakan timbulnya nyeri dan disabilitas (hambatan) gerakan pada populasi usia lanjut. OA merupakan kelainan yang mengenai berbagai ras dan kedua jenis kelamin. Pria dan wanita memiliki kesempatan yang sama untuk terkena OA, namun pada wanita biasanya sendi yang terkena lebih banyak. Seiring dengan bertambahnya usia, insidens OA juga semakin bertambah. Dapat dibayangkan nanti ketika seseorang sudah berusia lebih dari 60 tahun, dari seluruh populasi wanita dan 1/5 dari seluruh populasi pria dapat terkena OA. OA dapat menyerang semua sendi, namun predileksi yang tersering adalah pada sendi-sendi yang menanggung beban berat badan seperti panggul, lutut, dan sendi tulang belakang bagian lumbal bawah.

Di antara lebih dari 100 jenis yang berbeda dari arthritis, osteoarthritis adalah yang paling umum, yang mempengaruhi lebih dari 20 juta orang di Amerika Serikat. Osteoarthritis lebih sering terjadi saat kita bertambah usia. Sebelum usia 45 tahun, osteoartritis lebih sering terjadi pada laki-laki. Setelah 55 tahun, osteorhtritis lebih sering terjadi pada wanita. Di Amerika Serikat, semua ras muncul sama banyak. Sebuah kejadian osteoartritis ada yang lebih tinggi pada populasi Jepang, sementara orang kulit hitam Afrika Selatan, India Timur, dan Selatan Cina memiliki tingkat yang lebih rendah.Klasifikasi

Osteoartritis dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:1. Osteoartritis primer

Osteoartritis primer tidak diketahui penyebabnya, dapat mengenai satu atau beberapa sendi.

2. Osteoartritis sekunder

Osteoartritis sekunder dapat disebabkan penyakit yang menyebabkan kerusakan pada synovial

Etiologi

Pada osteoartritis, bantalan (tulang rawan) antara tulang akan menipis dalam sendi. Jika osteoartritis semakin memburuk, tulang rawan hilang dan menggosok tulang pada tulang. Tulang tumbuh taji (bony spurs) atau biasanya membentuk sekitar sendi. Ligamen dan mengendurkan otot di sekitar sendi dan menjadi lemah. Seringkali, penyebab OA tidak diketahui. Hal ini terutama berkaitan dengan penuaan, tetapi faktor lain juga dapat menyebabkan OA.

OA juga dapat disebabkan oleh penekanan beban tubuh yang secara terus-menerus terhadap persendian, sehingga mengakibatkan kerusakan terhadap tulang rawan sendi. Akibat lanjut dari OA diantaranya adalah timbulnya rasa nyeri karena terjepitnya ujung-ujung saraf sensoris oleh osteofit-osteofit yang terbentuk serta adanya pembengkakan dan penebalan jaringan lunak di sekitar sendi yang akan mengakibatkan deformitas, terlepasnya osteofit pada suatu gerakan menimbulkan krepitasi pada sendi tersebut (Carter 1995 dalam Utami 2010). Faktor resiko:

Umur. Umumnya ditemukan pada usia lanjut (diatas 50 tahun). Pada usia lanjut, pembentukkan kondroitin sulfat yang merupakan substansia dasar tulang rawan berkurang dan dapat terjadi fibrosis tulang rawan Jenis kelamin. Osteoartritis primer lebih banyak ditemukan pada wanita sedangkan osteoarthritis sekunder lebih banyak ditemukan pada pria. Trauma. Trauma yang hebat terutama fraktur intra-artikuler atau dislokasi sendi merupakan factor predesposisi terjadinya osteoartritis. Pekerjaan yang menimbulkan beban berulang pada sendi.

Obesitas (kegemukan), yang menyebabkan peningkatan beban pada sendi, terutama sendi lutut.

Riwayat OA pada keluarga.

Densitas (kepadatan) tulang yang rendah. Kondisi medis yang dapat menyebabkan osteoarthritis meliputi:

Gangguan pendarahan yang menyebabkan pendarahan pada sendi, seperti hemofilia. Gangguan yang menghambat pasokan darah dekat persendian, seperti nekrosis avascular

Jenis lain arthritis, seperti gout kronis, pseudogout, atau rheumatoid arthritis.Patologi 1. Kerusakan tulang rawan yang progresif

Selama penyakit berlangsung, terjadi erosi dan degenerasi tulang rawan hialin, dan ini akhirnya sampai ke tulang yg terletak di bawahnya (tulang subchondral). Degenerasi tulang rawan ini yang merangsang kondrosit untuk mencoba memperbaiki dengan cara meningkatkan produksi proteoglikan dan kolagen. Namun, upaya perbaikan juga merangsang enzim yang mendegradasi tulang rawan, serta sitokin inflamasi, yang biasanya hadir dalam jumlah kecil. Osteoarthritis pada tahap ini berlangsung selama bertahun-tahun sebelum maju ke tahap berikutnya, yang dicirikan oleh fibrilasi yaitu kedaan dimana terjadi keretakan pada tulang rawan. Penyebaran fibrilasi ini menyebabkan cairan sinovial mulai mengalir ke dalam bagian yang rusak. Akhirnya, potongan tulang rawan pecah dan menetap di sinovium, yang kemudian mendorong terjadinya peradangan dan reaksi sel tubuh. Hasilnya adalah sinovium menjadi hiperemic dan hipertrofi.

2. Tereksposnya tulang subchondral

Keretakan kemudian memanjang ke bawah kemudian neovaskularisasi dari epifisis dan tulang subchondral meluas ke daerah yang retak yang kemudian merangsang resorpsi dari osteklas tulang subchondral. Pada saat yang sama juga terjadi aktivitas osteoblas yang mengakibatkan penebalan lempeng tulang subchondral pada daerah retak. Neurovaskularisasi kemudian semakin meluas ke daerah yang retak, lalu terjadi invasi sel mesenskim dan terbentuklah tulang rawan fibrosa, sebagai pengganti yang buruk. Tulang rawan fibrosa ini bisa menetap bisa juga tersapu ke dalam sendi. Apabila tersapu, tulang subchondral menjadi terekspos dan mengkilap akibat tergerus oleh permukaan sendi yang berlawanan, yang juga mengalami proses yang sama. Tulang subchondral yang tebal, mengkilap dan halus ini disebut tulang eburnated.

3. Pembentukkan kista subartikular Di beberapa daerah, yang retak tulang eburnated, memungkinkan cairan sinovial untuk masuk dari permukaan sendi ke dalam tulang subchondral, di mana pada akhirnya menghasilkan kista tulang subchondral

4. Pembentukan osteofit

Pada ujung sendi, tepatnya pada bagian yang terekspos karena tidak adanya tulang rawan juga terjadi pembentukan tulang yang disebut osteofit. Osterofit dibentuk dalam upaya penstabilan sendi terutama pada ujung sendi yang menahan beban lebih berat. Pembentukan tulang ini menghasilkan penebalan dan kekakuan pada ujung-ujung dari sendi yang nantinya menyebabkan deformitas pada tulang.Glukosamin Hidroklorida (GlcN Hcl)

Glukosamin hidroklorida memiliki nama lain yakni 2-amino-2-deoxy-D-glucopyranose, kitosamin hidroklorida, dan D-(+)-glukosamin hidroklorida. Secara struktural, glukosamin merupakan gula beramin dengan rumus molekul C6H13NO5HCl dan massa molekul 215,63 Da. Glukosamin dalam bentuk murni berbentuk serbuk kristal putih dengan titik leleh 190-194oC. Glukosamin memiliki kelarutan tinggi dalam air dengan titik larut 100 mg/mL pada suhu 20oC (Kralovec dan Barrow, 2008).

Glukosamin merupakan senyawa alami yang terdapat dalam tubuh manusia yang merupakan unsur pokok dari GAG pada tulang rawan dan cairan synovial. Glukosamin dalam tubuh berfungsi untuk memproduksi cairan synovial sebagai bahan pelumas pada tulang rawan. Kekurangan cairan synovial dalam tubuh dapat menimbulkan kekakuan pada sendi sehingga menyebabkan penyakit osteoarthritis (OA). Pemberian glukosamin sulfat secara oral dapat membantu produksi cairan synovial untuk mencegah dan mengobati penyakit OA (Williams 2004 dalam Afridiana 2011). Penelitian Kulkarni et al. (2012) menunjukkan bahwa konsumsi glukosamin hidroklorida dan atau glukosamin sulfat terhadap pasien penderita OA

(tingkat sedang) berpengaruh nyata terhadap pengurangan rasa nyeri pada sendi.

Dosis harian untuk konsumsi glukosamin menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) tahun 2004 adalah 1500 mg/ hari. Hasil penelitian Hathcock dan Andrew (2006) menunjukkan bahwa asupan glukosamin secara oral pada dosis 2000 mg/ hari aman untuk dikonsumsi. Adapun efek konsumsi glukosamin terhadap tubuh dapat dilihat setelah satu bulan pemakaian.

Glukosamin dapat dihasilkan dengan beberapa cara ekstraksi yakni proses hidrolisis kimiawi, proses enzimatis, proses fermentasi, dan proses gabungan antara ketiganya. Produksi glukosamin dengan proses ekstraksi enzimatis dan fermentasi biasanya dilakukan pada skala laboratorium. Proses ekstraksi yang paling umum digunakan pada produksi glukosamin skala industri adalah proses hidrolisis kimiawi dengan kombinasi asam HCl dan basa NaOH dengan konsentrasi tertentu. Menurut Kralovec dan Barrow (2008) angka hidrolisis kitin menjadi glukosamin menurun ketika konsentrasi asam yang digunakan kurang

dari 9 M. Kadar asam yang rendah menyebabkan terjadinya hidrolisis yang tidak sempurna dan terbentuknya kitosan oligomer. Hidrolisis yang tidak sempurna juga dapat disebabkan oleh kurangnya waktu reaksi meskipun konsentrasi asam yang digunakan mencapai 10 M.

Kitin

Kitin adalah polisakarida struktural yang umum digunakan untuk menyusun eksokleton dari artropoda (serangga, laba-laba, krustase, dan hewan-hewan lain sejenis). Kitin juga tergolong homopolisakarida linear yang tersusun atas residu N-asetilglukosamin pada rantai beta dan memiliki monomer berupa molekul glukosa dengan cabang yang mengandung nitrogen. Kitin murni mirip dengan kulit, namun akan mengeras ketika dilapisi dengan garam kalsium karbonat CaCO3. Kitin membentuk serat mirip selulosa yang tidak dapat dicerna oleh vertebrata (Sugita et al. 2009).

Keberadaan kitin di alam umumnya terikat dengan protein, mineral, dan berbagai macam pigmen. Contohnya, kulit udang mengandung 25-40% protein, 40-50% CaCO3, dan 15-20% kitin, tetapi besarnya komponen tersebut masih bergantung pada jenis udangnya (Altschul 1976 dalam Sugita et al. 2009) sedangkan kulit kepiting mengandung protein (15,60-23,90%), kalsium karbonat (53,70-78,40%) dan kitin (18,70-32,20%), hal ini tergantung pada jenis kepiting tempat hidupnya (Focher 1992 dalam Sugita et al. 2009).

Secara kimia, struktur kitin merupakan poli (2-asetamido-2-deoksi--(14)-D-glukopiranosa) dengan rumus molekul (C8H13NO5)n yang tersusun atas 47% C, 6% H, 7% N, dan 40% O. Struktur kitin menyerupai struktur selulosa dan hanya berbeda pada gugus yang terikat di posisi atom C2. Gugus pada C2 selulosa adalah gugus hidroksil -OH, sedangkan pada C2 kitin adalah gugus N-asetil (Muzzarelli, 1977).Kitosan

Kitosan merupakan produk deasetilasi kitin melalui proses reaksi kimia menggunakan basa natrium hidroksida atau reaksi enzimatis menggunakan enzim kitin deacetylase. Kitosan merupakan biopolimer yang resisten terhadap tekanan mekanik. Unsur-unsur yang menyusun kitosan hampir sama dengan unsur-unsur yang menyusun kitin yaitu C, H, N, O dan unsur-unsur lainnya. Kitosan adalah turunan kitin yang diisolasi dari kulit kepiting, udang, rajungan, dan kulit serangga lainnya. Kitosan merupakan kopolimer alam berbentuk lembaran tipis, tidak berbau, terdiri dari dua jenis polimer, yaitu poli (2-Deoksi-2-asetilamin-2-Glukosa) dan poli (2-Deoksi-2 Aminoglukosa) yang berikatan -D (14 ) (Hirano 1986).

Kitosan tidak beracun dan mudah terbiodegradasi. Kitosan tidak larut dalam air, dalam larutan basa kuat, dalam H2SO4 dan dalam beberapa pelarut organik seperti alkohol dan aseton. Kitosan sedikit larut dalam asam klorida dan asam nitrat serta larut baik dalam asam lemah seperti asam formiat dan asam asetat (Sugita et al 2009).

Tahap utama yang berperan penting dalam proses transformasi kitin menjadi kitosan ialah tahap deasetilasi dengan penggunaan basa kuat KOH atau NaOH. Proses deasetilasi gugus asetil pada asetamida kitin dapat dijelaskan sebagai berikut: gugus karbon karbonil diserang oleh nukleofil OH-, akibatnya terjadi reaksi adisi sehingga terbentuk zat antara. Zat antara ini selanjutnya mengalami reaksi elimininasi sehingga gugus asetil pada asetamida kitin lepas membentuk asetat. Proses pelepasan gugus asetil dari gugus asetamida kitin berhubungan dengan konsentrasi ion OH- pada larutan. Konsentrasi OH- akan lebih besar pada larutan basa kuat. Semakin kuat suatu basa semakin besar konsentrasi OH- dalam

larutannya. Dengan demikian kekuatan basa mempengaruhi proses deasetilasi gugus asetil dari gugus asetamida kitin (Azhar et al. 2010).

Penggunaan larutan NaOH 50% (b/v) pada proses deasetilasi kitin menjadi kitosan dimaksudkan untuk memutus ikatan antara gugus asetil dengan atom nitrogen, sehingga berubah menjadi gugus amina (-NH2). Larutan basa dengan konsentrasi tinggi ini digunakan karena ikatan antara nitrogen N dengan gugus asetil sangat kuat. Hal ini disebabkan karena unit sel kitin berstruktur kristalin dan adanya ikatan hidrogen yang meluas antar atom nitrogen dengan gugus karboksil tetangganya (Karmas 1992). Proses deasetilasi ini bertujuan untuk memutuskan ikatan kovalen antara gugus asetil dengan nitrogen dalam gugus asetamida kitin sehingga berubah menjadi gugus amina (-NH2) dengan demikian pelepasan gugus asetil pada asetamida kitin menghasilkan gugus amina terdeasetilasi.

Fourier Transform Infra Red (FTIR)

Fourier Transform Infra Red (FITR) merupakan suatu teknik spektroskopi inframerah yang dapat mengidentifikasi kandungan gugus fungsi suatu senyawa termasuk kalsium fosfat, namun tidak dapat mengidentifikasi unsur-unsur penyusunnya. Ada dua jenis energi vibrasi yaitu vibrasi bending dan vibrasi stretching. Vibrasi bending yaitu pergerakan atom yang menyebabkan perubahan sudut ikatan antara dua ikatan atom atau pergerakan dari seluruh

atom terhadap atom lainnya. Sedangkan vibrasi stretching adalah pergerakan atom yang teratur sepanjang sumbu ikatan antara dua atom sehingga jarak antara dua atom dapat bertambah atau berkurang (Samsiah 2009).

Spektroskopi IR digunakan untuk menetukan struktur molekul melalui sederetan gugus fungsi yang berdasarkan pada perubahan amplitudo vibrasi yang diawali oleh terjadinya aksi antara molekul dengan radiasi infra merah yang medan listriknya memiliki frekuensi sama. Prinsip dasar dari spektrofotometri IR adalah perubahan amplitudo radiasi IR dari gugus dalam molekul pada energi (bilangan gelombang atau bilangan gelombang) yang sesuai. Pengujian FTIR memiliki beberapa keuntungan, yakni relatif cepat, sampel tidak perlu murni, dan tingkat ketelitian tinggi (Pavia et al. 2009).

Identifikasi gugus fungsi biasanya dilakukan pada daerah bilangan gelombang 800-4000 cm -1. Serapan pita amida I memiliki bilangan gelombang 1655 cm-1 dan gugus hidroksil memiliki bilangan gelombang 3450 cm-1 (Sugita et al. 2009). Serapan gugus hidroksi O-H memiliki bilangan gelombang pada 3200-3400 cm-1 (H terikat) dan pada 3650-3600 cm-1 (gugus hidroksi bebas). Gugus amina N-H memiliki bilangan gelombang 3500-3100 cm-1 (vibrasi ulur) dan 1640-1550 cm-1 (vibrasi tekuk). Gugus amin C-N memiliki bilangan gelombang 1350-1000 cm-1. Gugus C-O berada pada bilangan gelombang 1300-1000 cm-1. Gugus C-H berada pada daerah bilangan gelombang 3000-2850 cm-1 (Pavia et al. 2009).Patogenesis

Sendi dapat diklasifikasikan sebagai sendi sinovial, dan fibrosa, berdasarkan ada atau tidak adanya membran sinovial. Normalnya sendi sinovial memungkinkan sejumlah besar gerakan dan permukaan artikular mereka sangat halus.

Sendi ini terdiri dari: tulang rawan artikular (tulang rawan hialin), tulang subchondral, membran synovial, cairan synovial, dan kapsul sendi (kapsul fibrosa). Permukaan artikular normal sendi synovial terdiri dari tulang rawan artikular (terdiri dari kondrosit) dikelilingi oleh matriks ekstraselular yang mencakup berbagai makromolekul, terutama proteoglikan dan kolagen.

Tulang rawan ini yang melindungi tulang subchondral mendasari penyebaran beban besar, membuat kontak tegangan menjadi rendah dan mengurangi gesekan pada sendi.

Tulang subchondral dapat memberikan fungsi meredam shock, karena dapat memberikan suatu cara yang halus ketika sebuah impuls datang. Cairan sinovial dibentuk oleh proses ultrafiltrasi serum oleh sel-sel yang membentuk membran sinovial (synovial). Cairan sinovial mengurangi gesekan antara permukaan artikulasi tulang rawan, Fungsi pelumas ini tergantung pada molekul lubricin, sebuah glikoprotein bermusin yang disekresi oleh fibroblas sinovial yang konsentrasinya berkurang setelah cedera sendi dan dalam menghadapi peradangan sendi.Kapsula fibrosa bersama ligamen melindungi sendi dengan memberikan batas untuk ekskursi, sehingga memperbaiki jangkauan gerak sendi. Ligamen, bersama dengan kulit di atasnya dan tendon, mengandung mechanoreceptor saraf sensorik aferen. Mechanoreceptors ini tercetus pada rentang frekuensi yang berbeda sepanjang gerakan sendi, memberikan umpan balik dari sumsum tulang belakang ke otot dan tendon. Pada akhirnya, otot-otot dan tendon dapat menentukan ketegangan yang tepat pada titik yang sesuai pada sendi untuk bertindak sebagai pelindung sendi yang optimal, dan mengantisipasi beban sendi.

Otot dan tendon juga merupakan pelindung sendi. Bersama-sama mereka berkontraksi pada waktu yang tepat dalam gerakan sendi dan menyediakan kekuatan yang tepat dan akselerasi ekstremitas untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Focal stress di seluruh sendi diminimalkan oleh kontraksi otot yang mengurangi gerakan sendi ketika benturan tiba, kemudian didistribusikan secara luas di seluruh permukaan sendi. Kegagalan dari pelindung sendi meningkatkan risiko cedera sendi dan OA.8,9Selain menjadi jaringan target utama untuk penyakit, tulang rawan hialin juga berfungsi sebagai pelindung sendi. Tulang rawan hialin adalah sebuah lingkaran tipis jaringan di ujung dua tulang yang berlawanan, dan tulang rawan dilumasi oleh cairan sinovial untuk memberikan permukaan yang hampir licin pada pergerakan kedua tulang. Kekakuan kompresibel tulang rawan dibandingkan dengan tulang yang menyediakan sendi dengan kapasitas menyerap benturan. Baik gesekan permukaan halus dan kekakuan kompresibel tulang rawan berfungsi sebagai mekanisme perlindungan mencegah cedera sendi.Sejak awal pada OA dapat terjadi pada perubahan pada tulang rawan dan adanya kelainan bisa mempercepat perkembangan penyakit, melihat struktur dan fisiologi tulang rawan sangat penting dalam proses patogenesis penyakit. Dua makromolekul utama dalam tulang rawan adalah kolagen tipe 2, dan aggrecan, sebuah makromolekul proteoglycan terkait dengan asam hyaluronic, yang terdiri dari glukosaminoglikan sangat bermuatan negatif. Dalam tulang rawan normal, kolagen tipe 2 adalah berupa tenunan yang ketat, membatasi molekul aggrecan di celah antara untaian kolagen, memaksa molekul-molekul yang sangat bermuatan negatif ini saling mendekat satu sama lain. Molekul aggrecan, melalui tolakan elektrostatik muatan negatif, memberikan tulang rawan kekakuan kompresibel. Kondrosit, sel-sel dalam jaringan yang avaskular, mensintesis semua elemen dari matriks. Selain itu, kondrosit memproduksi enzim yang memecah matriks dan sitokin dan growth factor, yang pada gilirannya memberikan autokrin / parakrin feedback yang memodulasi sintesis molekul matriks (terlihat pada gambar). Sintesis matriks tulang rawan dan katabolisme berada dalam keseimbangan dinamis dipengaruhi oleh growth factor dan sitokin. Sementara itu, kondrosit mensintesis berbagai enzim, terutama matrix metalloproteinase (MMP), yang sangat penting dalam mengatur degradasi tulang rawan. Kolagen tipe 2 terutama didegradasi oleh MMP-13 (kolagenase 3), dengan MMP lain yang memainkan peran kecil MMP-1 dan MMP-2. Degradasi aggrecan sangat kompleks, tetapi yang penting adalah aktivasi aggrecanase 1 (ADAMTS-4) dan mungkin dari MMPs. Baik kolagen dan aggrecan terutama mengambil bagian dalam teritorial matriks di sekitar kondrosit, namun, sebagai proses OA, aktivitas kolagen dan aggrecan menyebar ke seluruh matriks, khususnya di lapisan superficial pada tulang rawan.

Sinovium dan kondrosit mensintesis berbagai growth factor dan sitokin. Yang paling utama di antaranya adalah interleukin IL-1, yang memberikan efek transkripsi pada kondrosit, merangsang produksi proteinase dan menekan sintesis matriks tulang rawan. Tumor necrosis factor (TNF-) mungkin memainkan peran yang serupa dengan IL-1. Sitokin ini juga menyebabkan kondrosit mensintesis prostaglandin E2, oksida nitrat, dan bone morphogenic proteins 2 (BMP-2), yang bersama-sama memiliki efek kompleks pada sintesis dan degradasi matriks. Selain itu TNF- juga menstimulasi produksi metalloproteinase. Oksida nitrat menghambat sintesis aggrecan dan meningkatkan aktivitas proteinase, sedangkan BMP-2 adalah stimulator poten aktivitas anabolik. Pada tahap awal, matriks berespon terhadap cedera dengan respon normal seperti pada saat menerima beban, efek dari stimulasi sitokin mungkin omset matriks tetapi, pada akhirnya, kelebihan IL-1 memicu proses degradasi matriks. Enzim dalam matriks diperiksa oleh inhibitor aktivasi, termasuk tissue inhibitory metalloproteinase (TIMP). Tissue inhibitor metaloproteinase (TIMPs) mengatur MMPs Gangguan pengaturan tersebut dapat menyebabkan meningkatnya degradasi tulang rawan dan memberikan kontribusi pada pengembangan OA. Growth factor juga merupakan bagian dari kompleks jaringan ini, dengan jenis seperti insulin growth factor tipe 1 (IGF-1) dan transforming growth factor (TGF-) terlibat dalam sintesis kolagen, dan kekurangannya mungkin memainkan peran dalam mempengaruhi perbaikan matriks.

Sedangkan tulang rawan yang sehat mengalami metabolik lambat, dengan omset matriks lambat dan keseimbangan dari sintesis dan degradasi, tulang rawan pada OA awal atau setelah cedera sangat metabolik aktif. Selanjutnya, merangsang kondrosit mensintesis enzim dan molekul matriks baru, dengan enzim tersebut menjadi aktif dalam matriks yang menyebabkan aggrecan dan kolagen tipe 2 terdegradasi ke dalam tulang rawan dan ke dalam cairan sinovial. Tulang rawan OA ditandai dengan menipisnya aggrecan secara bertahap, sebuah terbentang dari kolagen erat teranyam, dan hilangnya kolagen tipe 2. Perubahan yang meningkat ini menyebabkan tulang rawan rentan, dan tidak lagi memiliki kekakuan kompresibel.Gambaran KlinisGejala-gejala osteoarthritis meliputi: NyeriNyeri terutama terjadi pada sendi-sendi yang menanggung beban tubuh seperti sendi panggul atau sendi lutut. Nyeri terutama terjadi bila sendi digerakkan dan pada waktu berjalan. Nyeri merupakan keluhan utama tersering dari pasien-pasien dengan OA yang ditimbulkan oleh kelainan seperti tulang, membran sinovial, kapsul fibrosa, dan spasme otot-otot di sekeliling sendi. Nyeri awalnya tumpul kemudian semakin berat, hilang timbul, dan diperberat oleh aktivitas gerak sendi. Nyeri biasanya menghilang dengan istirahat. Nyeri sendi yang semakin buruk setelah latihan atau meletakkan beban di atasnya, dan hilang dengan istirahat. Rasa sakit yang lebih buruk ketika memulai aktivitas setelah jangka waktu tidak ada aktivitas. Seiring waktu, nyeri hadir bahkan ketika sedang istirahat. Rasa nyeri meningkat saat cuaca lembab atau basah. Tidak ada hubungannya beratnya nyeri dengan luasnya kerusakan pada pemeriksaan radiologis.Nyeri yang terjadi berhubungan dengan:

Inflamasi yang luas

Kontraktur kapsul sendi

Peningkatan tekanan intraartikuler akibat kongesti vaskuler KekakuanKekakuan terjadi oleh karena adanya lapisan yang terbentuk dari bahan elastic akibat pergeseran sendi atau adanya cairan yang viskosa. Keluhan yang dikemukakan berupa kesukaran untuk bergerak setelah duduk. Kekakuan pada kapsul sendi dapat menyebabkan kontraktur (tertariknya) sendi dan menyebabkan terbatasnya gerakan. Sendi terasa lebih kaku setelah istirahat. Perlahan-lahan sendi akan bertambah kaku. PembengkakanPembengkakan terutama ditemukan pada lutut dan siku. Pembengkakan dapat disebabkan oleh cairan dalam sendi pada stadium akut atau oleh karena pembentukkan osteofit. Juga dapat terjadi oleh karena adanaya pembengkakak dan penebalan pada sinovia yang berupa kista. Sendi akan terlihat membengkak karena adanya penumpukan cairan di dalam sendi. Pembengkakan ini terlihat lebih menonjol karena pengecilan otot sekitarnya yang diakibatkan karena otot menjadi jarang digunakan. Gangguan pergerakanGangguan pergerakan ini disebabkan oleh adanya fibrosis pada kapsul, osteofit, atau iregularitas permukaan sendi. Pada pergerakkan sendi dapat ditemukan atau didengar adanya krepitasi

DeformitasDeformitas ditemukan akibat adanya kontraktur kapsul serta instabilitas sendi karena kerusakan pada tulang dan tulang rawan.Pemeriksaan PenunjangTerdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk lebih mendukung adanya OA, antara lain :

1. Pemeriksaan laboratorium ( biasanya tidak dijumpai kelainan. LED normal. Rhematoid factor negative. ANA (Anti Nuclear Antibodies) tidak ditemukan2. Foto polos sendi (rontgen) ( dapat terlihat penyempitan rongga sendi, pembentukan osteofit (tonjolan-tonjolan kecil pada tulang), perubahan bentuk sendi, dan destruksi tulang. Foto rontgen in juga dapat menilar stadium OA yang diderita pasien3. Pemeriksaan cairan sendi ( dapat dijumpai peningkatan kekentalan cairan sendi (viskositas tinggi), string sign positif, warna kuning-jernih4. Pemeriksaan artroskopi ( dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan sebelum tampak di foto polosDiagnosis

Kriteria diagnosis menurut ACR

Sendi lutut

Anamnesis + Pemeriksaan FisikAnamnesis + Pemeriksaan Fisik + XrayAnamnesis + Pemeriksaan Fisik + Pemeriksaan Laboratorium

Nyeri pada sendi lutut

Ditambah 3 dari:

Umur > 50 tahun

< 30 menit kaku pada pagi hari

Krepitasi saat bergerak

Nyeri tekan Bengkak Nyeri pada sendi lutut

Ditambah 1 dari: Umur > 50 tahun

< 30 menit kaku pada pagi hari

Krepitasi saat bergerak

Ditemukannya osteofit

Nyeri pada sendi lutut

Ditambah 3 dari:

Umur > 50 tahun

< 30 menit kaku pada pagi hari

Krepitasi saat bergerak

Nyeri tekan

BengkakLab:

LED < 40 mm/jam

RF < 1:40

Synovial Fluid menandakan adanya OA

Sendi panggul

Adanya nyeri pada sendi panggul dan:

Endorotasi < 150 disertai LED < 45 mm/jam , flexi < 1150atau Endorotas > 150 disertai nyeri saat endorotasi, kekakuan pagi hari < 60 menit, dan umur > 50 tahunStadium OA

Sistem gradasi yang paling banyak dipakai adalah berdasarkan gambaran radiologis seperti yang dibuat oleh Kellgren dan Lawrence 30 tahun yang lalu :

Sistem gradasi yang lebih baru (Moll) membagi gradasi secara radiologis ke gambaran komponen-komponennya : osteofit, penyempitan rongga sendi, sclerosis secara lebih akurat dan ada korelasi dengan gambaran klinisnya.

Grade 0 : Normal.

Grade 1 : Meragukan/tidak jelas.

Grade 2 : OA minimal

Osteofit , minimal pada 2 tempat.

Sklerosis subkhondral minimal

Kista subkhondral samar-samar

Celah sendi normal

Tidak ada deformitas diujung tulang

Grade 3 : OA sedang / moderate

Osteofit sedang

Ada deformitas diujung tulang.

Celah sendi menyempit

Grade 4 : OA berat / severe

Osteofit besar

Ada deformitas diujung tulang

Celah sendi hilang.

Ada sklerosis

Ada kista

Selain itu OA harus dibedakan dengan sendi tua (Aged joints). 6Sendi tua (aged joints)Sendi OA

Kemunduran terjadi pada permukaan rawan sendi yang tidak dibebani berat badan.Kemunduran terjadi pada permukaan sendi yang dibebani berat badan.

Perubahan fisik dan kimiawi di matriks rawan minimalPerubahan fisik, kimiawi dan degerasi didalam matriks rawan jelas.

Tidak ada pertambahan volume jaringan.Ada pertambahan volume jaringan.

Tidak ada perubahan substansi cairan rawanAda pertambahan substansi cairan rawan secara awal dan dramatik.

Adanya pigmen dalam rawan sendiTidak ada pigmen dalam rawan sendi

Tidak ada perubahan tulang secara nyata.Ada perubahan tulang, termasuk pembentukan tulang baru (osteofit).

Penatalaksanaan

Walaupun belum ada pengobatan yang spesifik untuk penyakit degeneratif sendi; dan walaupun kerusakan pada sendi akan permanen dan bahkan progresif (semakin parah), pengobatan terbaik dapat diberikan bila tatalaksana secara umum dan lokal disesuaikan untuk setiap penderita. Tujuan pengobatan OA adalah :

1. Membantu penderita agar mengerti penyakitnya

2. Memberi bantuan psikologis

3. Menghilangkan rasa sakit

4. Menekan proses inflamasi (peradangan)

5. Mempertahankan fungsi sendi dan mencegah perubahan sendi dengan mempertahankan aktivitas fisik

6. Melakukan koreksi terhadap kelainan yang sudah terjadi

7. Memperbaiki fungsi sendi

8. Memperkuat otot-otot yang lemah9. Meningkatkan kekuatan sendi

10. Memelihara atau meningkatkan gerakan sendi

11. Mengurangi keterbatasan akibat penyakitTatalaksana terdiri atas:

Non-Bedah

1. Penangangan Umuma. Perubahan gaya hidupLatihan membantu menjaga gerakan sendi dan keseluruhan. Latihan air, seperti berenang, sangat membantu. Rekomendasi gaya hidup lainnya termasuk: Menerapkan panas dan dingin

Makan makanan yang sehat dan seimbang

Istirahat Menurunkan berat badan jika kelebihan berat badan

Melindungi sendi Orang-orang yang pekerjaannya menyebabkan stres pada persendian tertentu harus mencari cara untuk mengurangi trauma, mungkin perlu menyesuaikan area kerja atau tugas-tugas perubahan kerjab. FisioterapiFisioterapi bertujuan untuk memelihara mobilitas sendi dan meningkatkan kekuatan otot. Memperkuat otot-otot di sekitar sendi dapat memberikan efek proteksi terhadap sendi yang terserang OA dengan meningkatkan penyerapan tekanan dan mengurangi beban terhadap sendi. Latihan yang dilakukan dapat berupa gerakan aerobik, namun tetap menghindari aktivitas yang memberatkan sendi. Latihan secara teratur dapat berguna dalam menurunkan berat badan yang pada akhirnya membantu perbaikan OA, mengingat obesitas merupakan salah satu faktor risiko OA.2. Pemberian Obat-obatana. Obat-obatan analgesic dan anti-inflamasiTerapi obat-obatan berupa antinflamsi non steroid merupakan penatalaksanaan utama pada OA. Pengobatan ini selain membantu menghilangkan gejala nyeri juga dapat mencegah perburukan yang dapat terjadi.b. Injeksi steroidPenyuntikan (injeksi) kortikosteroid pada sendi dapat mengurangi nyeri untuk sementara, namun injeksi ini tidak boleh sering diulang karena merupakan dapat menyebabkan destruksi tulang.3. Pemasangan Splint (bidai)Splints dan kawat penyangga kadang-kadang dapat mendukung sendi yang lemah. Some prevent the joint from moving; others allow some movement. Beberapa mencegah sendi dari pergerakan; lain memungkinkan beberapa gerakan. Pasien harus menggunakan alat penyangga hanya bila dokter atau terapis merekomendasikan. Menggunakan penjepit dengan cara yang salah dapat menyebabkan kerusakan sendi, kekakuan, dan rasa sakit.BedahTindakan Operasi

Tindakan operasi dilakukan apabila: Nyeri yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan atau tindakan local

Sendi yang tidak stabil oleh karena subluksasi atau deformitas pada sendi

Adanya kerusakan sendi tingkat lanjut

Untuk mengkoreksi beban pada sendi agar distribusi beban terbagi sama rata

Kasus yang parah dari osteoarthritis mungkin memerlukan pembedahan untuk mengganti sendi yang rusak atau perbaikan. Pilihan Bedah mencakup:

Artroplasti atau prostatic joint replacement (penggantian sendi) merupakan tindakan pembuangan sendi yang dan membuat sendi palsu yang dapat terbuat dari plastik atau logam. Indikasi utama tindakan ini adalah adanya nyeri, terutama yang disertai deformitas dan instabilitas. Terapi ini memberikan hasil yang baik pada pasien-pasien OA yang berat dan tidak dapat ditangani dengan terapi konservatif. Artrodesis atau penggabungan sendi merupakan tindakan yang menghilangkan nyeri sendi secara permanen namun menyebabkan hilangnya fungsi pergerakan. Tindakan ini lebih sering dilakukan pada sendi-sendi kecil seperti sendi tangan, sedangkan bila dilakukan pada sendi-sendi besar seperti sendi lutut atau sendi panggul umumnya memberikan hasil yang kurang baik. Tindakan ini hanya dilakukan bila tindakan artroplasti tidak dapat dilakukan karena alasan tertentu; atau untuk menyelamatkan artroplasti yang gagal. Mengganti alignment tulang untuk menghilangkan stress pada tulang atau sendi (osteotomy) Penggantian parsial atau total sendi yang rusak dengan sendi buatan (arthroplasti lutut , arthroplasti pinggul)Kemungkinan komplikasi:

1. Efek samping obat yang digunakan untuk pengobatan

2. Penurunan kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari, seperti kebersihan pribadi, pekerjaan rumah tangga, atau memasak3. Berkurangnya kemampuan untuk berjalan

4. Komplikasi pembedahanRehabilitasi MedikProgram rehabilitas medik yang sering dilakukan pada penderita OA adalah :

Fisoterapi

Terapi panas

Terapi dingin

Terapi listrik

Laser

latihan

Ortotik

Terapi okupasi

Psikologi

Sosial medikI. Terapi panas dengan SWD (Short Wave Diathermy):Short Wave Diathermy (SWD) menghasilkan panas (deep heating) melalui perubahan energi elektromagnetik menjadi panas. Alat tersebut tersedia dengan bermacam frekuensi seperti 13,56 MHz (panjang gelombang 22m), 27,12 MHz (panjang gelombang 11m), 48,68 (panjang gelombang 7,5). Yang paling sering digunakan adalah dengan frekuensi 27,12 MHz. dalam penetrasi 1 2cm. dosis menggunakan toleransi penderita. Lama pemberian 15 20 menit. Rasa panas digunakan untuk monitoring dosis terapi.Efek panas yang diharapkan :

Mengurangi rasa nyeri dengan jalan meningkatkan nilai ambang nyeri ujung saraf sensoris. Mekanisme tersebut berdasarkan teori gate control dari melzac and wall (rangsangan pada serabut saraf berdiameter besar akan mempengaruhi transmisi nyeri yang disalurkan oleh saraf berdiameter kecil). Meningkatkan sifat viskoelastik jaringan kolagensehingga mengurangi kekakuan sendi. Mengurangi spasme otot, memperbaiki sirkulasi/suplai darah didaerah nyeri, meningkatkan metabolism didaerah terapi.

Kontraindikasi SWD :

Berkurangnya sensasi (hipestesi/anestesi) pada daerah yang akan diterapi

Diatas area dengan insufisiensi vaskuler

Diatas area dengan keganasan

Penderita hemofili

Area inflamasi akut

Area yang diketahui ada infeksi

Penderita tidak kooperatif

Penderita dengan implant metal

Penderita dengan pace maker

Diatas perut atau punggung bawah wanita hamil

II. Terapi latihan

Sendi yang sakit akan mengalami inaktifitas sehingga akan mengurangi lingkup gerak sendi (LGS) sedangkan otot otot sekitar sendi akan mengalami kelemahan dan atrofi. Bila inaktifitas selam 1 minggu maka otot akan kehilangan massa otot sekitar 30%. Dengan tirah baring ketat setiap harinya akan kehilangan kekuatan sampai 5%.Penderita OA biasanya mempunyai gejala keterbatasan fungsional bersamaan dengan nyeri. Terapi latian diberikan dengan tujuan :

Peningkatan lingkup gerak sendi (ROM) Peningkatan kekuatan otot

Peningkatan ketahanan otot

Peningkatan status fungsional dan hidup lebih nyaman

A. Latihan Mobilita SendiLatihan ini bertujuan menambah/mempertahankan lingkup gerak sendi /LGS, mecegah terjadinya kontraktur, mencegah udem. Latihan peregangan ini harus ditentukan gradasinya sesuai dengan tingkat inflamasi, nyeri, ketahanan penderita terhadap nyeri. Modalitas panas dapat diperlukan dalam latihan peregangan yaitu untuk meningkatkan daya lentur jaringan kolagen. Latihan dapat dilakukan dengan pasif maupun aktif. Latihan LGS/ROM pasif harus hati-hati karna dapat menambah radang sendi. Peradangan berlebihan pada sendi dengan efusi sedang atau berat dapat merobek kapsul sendi dan juga tidak dianjurkan bila ada kerusakan ligament. Latihan LGS/ROM aktif dapat berupa aktif dibantu (assisted), aktif bertahan (resisted), dan bebas (free).

B. Latihan penguatan otot

Pengurangan kekuatan sering terjadi pada otot sekitar sendi yang sakit dan dapat terjadi atrofi. Latihan ini bertujuan untuk mempertahankan kekuatan otot yang ada dan menguatkan otot yang lemah. Pada latian ini kekuatan otot minimal 3 dan diberikan latihan dengan beban. Dikenal dengan 3 metode :

Isometrik

Isotonik

Isokinetik

Aktifitas latihan yang dilakukan pada OA lutut dapat berupa latihan isotonic dan isometric :1. Quadriceps setting exercise

Penderita dalam posisi berbaring di tempat tidur dengan posisi lutut lurus, kemudian penderita disuruh menekan lututnya kebawah. Pertahankan selama 5 detikdan diulangi selama 10 15 kali. Dilakukan sebanyak 2 kali sehari.

2. Straight leg raises

Penderita dalam posisi berbaring terlentang. Bila tungkai kanan yang akan dilatih, maka tungkai kiri dipertahankan lurus. Kemudian tungkai kanan diangkat lurus tinggi tinggi, kemudian diturunkan perlahan-lahan samapi kira kira 15 cm dari atas alas. Pertahankan selama 5 detik dan istirahatkan selama 5 detik. Ulangi 5 10 kali dan latian dilakukan 2 kali sehari.

3. Progressive Resistive Exercise (PRE)

Penderita dalam posisi dududk dengan lutut dalam keadaan flexi dan tungkai bawah diberi beban. Kemudian lutut diekstensikan perlahan-lahan samapi tercapai ekstensi maksimal dan pertahankan selama 5 detik, kemudian istirahat. Latihan diulangi sampai 10 kali dan dilakukan 3 kali perhari.

4. Sepeda statik

III. Indeks status fungsional jette (modifikasi fisher)

Pertama kali digunakan dalam the pilot geriatric program, Wiconsin USA 1977. Status fungsional terdiri dari 3 dimensi yang saling berkaitan yaitu :

Nyeri : derajat nyeri saat melakukan aktifitas Kesulitan : derajat kesukaran dalam melakukan aktifitas

Ketergantungan : derajat ketergantungan saat aktifitas

Konsep ini sesuai dengan tujuan terapi beberapa penyakit menahun yaitu mengurangi ketergantungan, mengurangi kesulitan dalam beraktifitas, dan mengatasi nyeri. Untuk menilai masing-masing dimensi, salah satunya menggunakan pilihan ganda, masing-masing dimensi dibagi 5 skala jette ( ketergantungan dan kesulitan) dan dimensi nyeri dibagi 4 skala jette:

Nyeri

5. Tidak nyeri

6. Nyeri ringan

7. Nyeri sedang

8. Sangat nyeri

Derajat Kesulitan

1. Sangat mudah2. Agak mudah

3. Tidak mudah dan tidak sulit

4. Agak sulit

5. Sangat sulit

Derajat Ketergantungan

1. Tanpa bantuan

2. Memerlukan bantuan alat

3. Memerlukan bantuan orang

4. Memerlukan bantuan alat dan orang

5. Tidak dapat melakukan aktifitas

Aktifitas yang dinilai meliputi :

Berdiri atau bangkit dari posisi duduk

Berjalan 50 kaki (15m)

Naik tangga 3 stepPrognosis

Gerakan penderita mungkin menjadi sangat terbatas. Pengobatan umumnya meningkatkan fungsi.

Kebanyakan orang dengan OA tidak akan menjadi cacat yang parah.

OA lutut memiliki prognosis yang paling buruk dalam periode 10 tahun dan OA tangan memiliki prognosis yang paling baik.

Suatu studi menyebutkan bahwa OA yang merata di seluruh tubuh berhubungan dengan gambaran radiologis yang progresif dari OA lutut.12BAB IV

KESIMPULAN

Etiopatogenesis osteoartritis sampai saat ini belum dapat dijelaskan melalui satu teori yang pasti. Telah diketahui bahwa tidak ada satupun pemeriksaan tunggal yang dapat menjelaskan proses kerusakan rawan sendi pada OA. OA diduga merupakan interaksi antara faktor intrinsik dan ekstrinsik dan OA merupakan keseimbangan di antara faktor.Diagnosis dan terapi yang tepat, termasuk edukasi pasien, dapat meminimalkan gejala dan membantu pasien memperthankan kualitas hidup. Untuk mencapai tujuan ini dokter harus mengerti patofisiologi degenerasi sendi dan hubungan antara degenerasi sendi dan sindron klinis osteoarthritis. Kerusakan yulang rawan sendi disebabkan oleh gangguan intregitas struktur kartilago sendi disertai ketidakseimbangan aktivitas anabolik dan katabolik jaringan. Proses degenerasi sendi bervariasi pada tiap pasien; pada beberapa pasien degenerasi berlangsung cepat dan ada juga yang berlangsung lambat, tetapi ada juga yang stabil.

Pada kasus yang jarang perubahan sendi membaik dengan spontan. Meskipun degenerasi sendi adalah dasar penyebab gejala osteoartritis, termasuk nyeri dan kerusakan fungsi sendi. Tidak semua pasien dengan degenerasi sendi merasakan gejala osteoarthritis. Tatalakasana meliputi Disease Modifying Drugs dan prosedur bedah untuk menkoreksi abnormalitas mekanik, debridement sendi, dan menggantikan kartilago artikuler yang rusak dengan implant yang menstimulasi restorasi permukaan tulang rawan sendi. Artrithis inflamantorik terjadi bilateral. Pemeriksaan laboratorium bervariasi. Terapi awal arthritis inflamantori biasanya meliputi fisioterapi dan obat-obat anti inflamasi. DMARDs mempunnyai peran penting dalam jangka panjang dari penyakit ini. Penelitian tentang efektivitas TNF- bloker dalam inflamantori sendi, menurut penelitian, penggunaan ini bermanfaat untuk menghambat kerusakan tulang yang dimediasi TNF- melalui aksi mengurangi jumlah osteoclast dalam jaringan peradang.

DAFTAR PUSTAKA1. Altman, Roy D. Osteoarthritis. Updated: November 2012. Available at: http://www.merckmanuals.com/professional/musculoskeletal_and_connective_tissue_disorders/joint_disorders/osteoarthritis_oa.html Accessed on: December 20132. Wibowo DS, Paryana W. Anatomi tubuh manusia. Yogyakarta; Graha Ilmu; 2009.p.149-553. Moore KL, Agur AMR. Essential Clinical Anatomy: The Skeletal. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 20074. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar Teks dan Atlas: Tulang. 10th ed. In: Tambayong J, Danny F (editors). Jakarta: EGC; 2007.p.134-485. Rasjad, Chairuddin. Kelainan Degeneratif Tulang dan Sendi: Osteoartritis. In: Rasjad, Chairuddin (editors). Jakarta: Yarsif Watampone; 2009.p.196-201.6. Solomon, Louis. Osteoarthritis. In: Solomon L, Warwick D, Nayagam S (editors). Apleys System of Orthopaedics and Fractures. 9th ed. London: Hodder Arnold; 2010.p.85-937. Hoch BL, Klein MJ, Schiller AL. Osteoarthritis. In: Rubin E, Heisner HM. Essentials of Rubins Pathology. 5th ed. Baltimore : Lippincott Williams and Wilkins; 2009. p 562-3

8. Felson DT. Osteoarthritis. In: Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, et al (editors). Harrisons Principles of Internal Medicine. 17 th ed. New York: Mc Graw-Hill; 2008.p. 2158-65.9. Lozada CJ. Osteoarthritis. Updated: November 13, 2013. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/330487-overview#aw2aab6b2b2aa Accessed on: December 201310. ACR Diagnostic Guidelines. ACR Clinical Classification Criteria for Osteoarthritis. Available at: http://www.hopkinsarthritis.org/physician-corner/education/arthritis-education-diagnostic-guidelines/ Accessed on: December 201311. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoarthritis. Dalam: Sudoyo W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.p. 2538-4912. de Craen AJ, Di Giulio G, Lampe-Schoenmaeckers JE, et al; Analgesic efficacy and safety of paracetamol-codeine combinations versus paracetamol alone: a systematic review. BMJ. 1996 Aug 10;313(7053):321-5.

1