28
Bab I Pendahuluan Otak manusia terletak di dalam tengkorak dan dikelilingi oleh lapisan meningeal dan cairan serebrospinal. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terbagi menjadi dua bagian besar yang disebut hemisfer, kanan dan kiri dan terbagi menjadi 4 lobus. Lobus frontal, lobus parietal, lobus temporal, dan lobus occipital. 1 Lobus frontalis merupakan lobus terbesar dari otak kita yang berhubungan dengan aspek tingkah laku. Dari berbagai fungsi tersebut ada beberapa fungsi yang berkaitan dengan fungsi-fungsi psikis manusia yaitu kognisi dan emosi. Dengan mempelajari anatomi , fungsi, cara bekerja, dan penyakit-penyakit yang terkait dengan lobus frontalis kita akan memahami pengobatan dan penanganan yang tepat terhadap penyakit-penyakit yang ditimbulkan. 1 Fungsi lobus frontalis berhubungan dengan aspek tingkah laku dan berpengaruh dalam mewujudkan kepribadian dan 1

Referat Lobus Frontalis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Lo

Citation preview

Page 1: Referat Lobus Frontalis

Bab I

Pendahuluan

Otak manusia terletak di dalam tengkorak dan dikelilingi oleh lapisan meningeal dan

cairan serebrospinal. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100

triliun neuron. Otak terbagi menjadi dua bagian besar yang disebut hemisfer, kanan dan kiri dan

terbagi menjadi 4 lobus. Lobus frontal, lobus parietal, lobus temporal, dan lobus occipital.1

Lobus frontalis merupakan lobus terbesar dari otak kita yang berhubungan dengan aspek

tingkah laku. Dari berbagai fungsi tersebut ada beberapa fungsi yang berkaitan dengan fungsi-

fungsi psikis manusia yaitu kognisi dan emosi. Dengan mempelajari anatomi , fungsi, cara

bekerja, dan penyakit-penyakit yang terkait dengan lobus frontalis kita akan memahami

pengobatan dan penanganan yang tepat terhadap penyakit-penyakit yang ditimbulkan.1

Fungsi  lobus  frontalis berhubungan dengan aspek tingkah  laku dan

berpengaruh  dalam  mewujudkan kepribadian dan adaptasi  sosial. Selain itu, melalui asimilasi

dan perpaduan proses persepsi, kehendak, kognitif, dan emosional, lobus frontal terlibat dalam

pengambilan keputusan dan pembentukan tujuan, memodulasi dan bentuk karakter dan

kepribadian dan mengarahkan perhatian, menjaga konsentrasi, dan berpartisipasi dalam

penyimpanan informasi dan pengambilan memori.8

Karena kemampuan luas fungsional dan interkoneksi, jika terjadi kerusakan dapat

mengakibatkan gairah berlebihan atau berkurang kortikal dan perilaku, disintegrasi kepribadian

dan berfungsi emosional, perencanaan kesulitan atau memulai aktivitas, perhatian abnormal dan

kemampuan untuk berkonsentrasi, apatis berat atau euforia, rasa malu dan mengurangi

1

Page 2: Referat Lobus Frontalis

kemampuan untuk memantau dan mengendalikan seseorang pikiran, ucapan, dan tindakan,

termasuk kehilangan memori.8

2

Page 3: Referat Lobus Frontalis

Bab II

Tinjauan Pustaka

A. Anatomi

Otak manusia terletak di dalam tengkorak dan dikelilingi oleh lapisan meningeal dan

cairan serebrospinal. Lapisan meningeal terdiri dari tiga lapisan, lapisan yang paling tipis adalah

piamater, menutupi keseluruhan otak hingga mengikuti bentuk lekukan fisura. Lapisan arachnoid

meliputi otak tetapi tidak mengikuti lekukan fisura. Lapisan duramater adalah lapisan paling luar

yang melindungi otak. Sedangkan, cairan serebrospinal akan mengisi ruang antara lapisan

piamater dan arachnoid, menciptakan tempat seperti sebuah kasur apung untuk otak.9

Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron.

Otak terbagi menjadi dua bagian besar yang disebut hemisfer, kanan dan kiri. Alur yang

membagi kedua hemisfer disebut fisura longitudinal. Setiap hemisfer memiliki ventrikel yang

memanjang dari lobus parietal, frontal, occipital, dan temporal. Lateral ventrikel ini

berkoordinasi dengan ventrikel ketiga yang berada di antara kedua hemisfer. Dari ventrikel

tersebut terdapat cerebral aquaduct yang menuju ke ventrikel keempat.9

Sulkus dan girus yang berada di permukaan hemisfer serebri akan membagi hemisfer

serebri menjadi lobus frontalis, lobus parietalis, lobus temporalis, dan lobus oksipitalis. Fisura

lateral nantinya akan memisahkan lobus temporalis di atas dari lobus frontalis dan lobus

temporalis di atasnya. Di dasar fisura lateral terdapat area korteks yang dikenal sebagai insula

dan lobus frontalis, lobus parietalis, dan lobus temporalis yang menutupinya disebut sebagai

operkulum.10

3

Page 4: Referat Lobus Frontalis

Tepat di anterior dan sejajar dengan sulkus sentralis terletak girus presentalis yang

dikenal sebagai korteks motorik primer. Area ini berfungsi sesuai brodmann 4. Fungsinya adalah

mengendalikan gerakan terampil volunter (disadari), kadang-kadang disebut juga sebagai

gerakan fraksional. 10

Area tepat di anterior korteks motorik primer dikenal sebagai kortek premotorik (area

brodmann 6). Area ini berfungsi dalam pemrogaman dan persiapan gerakan serta pengendalian

sikap (postur). Area ini termasuk bagian posterior dari girus frontalis superior, medius dan

inferior. Korteks premotorik menimbulkan aksinya sebagian melalui korteks motorik primer

yang dihubungkan oleh serabut-serabut asosiasi dan sebagian lagi oleh serabut-serabut

kortikospinal dan kortikobulbar. Pada permukaan medial hemisfer korteks premotorik terdapat

daerah korteks motorik suplementer. Korteks ini akan merepresentasi somatotopik tubuh secara

bilateral di kedua hemisfer.10

Pada girus frontalis medius terletak frontal eye field (area brodmann 8). Area ini

mengendalikan deviasi konjugata volunter mata yang terjadi ketika memindai lapangan pandang.

Area ini terletak di depan korteks premotorik.10

Pada girus frontalis inferior hemisfer dominan terletak area bicara motorik yang biasa

dikenal sebagai area broca (area brodmann 44 dn 45). Area ini mempunyai interkoneksi dengan

bagian-bagian lobus temporalis, parietal, dan oksipitalis.10

Daerah luas korteks lobus frontalis yang berada di bawah area premotorik disebut korteks

prefrontalis. Korteks ini mempunyai hubungan luas dengan korteks parietalis, temporalis, dan

oksipitalis melalui serabut-serabut saraf asosiasi panjang di substansia alba subkortikal. Aferen

subkortikal terutama berasal dari nukleus mediodorsalis dan anterior talamus. Korteks ini

4

Page 5: Referat Lobus Frontalis

mempunya fungsi yang berhubungan dengan kognitif, seperti kemampuan intelektual,

pertimbangan, dan prediksi, serta perencanaan perilaku.10

Lobus frontalis mendapat suplai darah melalui dua pasang pembuluh darah besar, yaitu

arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Darah kapiler yang memasuki vena meninggalkan

otak melalui vena interna dan eksterna yang mengalir ke dalam sinus duralis besar. Dari sinus,

darah kembali ke jantung melalui vena jugularis interna, vena anonima, dan vena kava superior.

Sejumlah kecil darah meninggalkan serebrum melalui pleksus venosus dari kanalis spinalis dan

vena emisarius.11

B. Fisiologi

Lobus frontalis yang terletak di korteks bagian depan bertanggung jawab terhadap tiga

fungsi utama, yaitu aktivitas motorik volunter, kemampuan berbicara, elaborasi pikiran. Daerah

5

Page 6: Referat Lobus Frontalis

di lobus frontalis belakang tepat di depan sulkus sentralis dan dekat dengan korteks

somatosensorik adalah korteks motorik primer. Daerah ini memberi kontrol volunter atas

gerakan yang dihasilkan otot-otot rangka. Seperti pada pengolahan sensorik, korteks motorik di

tiap-tiap sisi otak terutama mengontrol otot di sisi tubuh yang berlawanan. Jaras-jaras saraf yang

berasal dari korteks motorik hemisfer kiri menyebrang (menyilang) sebelum turun ke korda

spinalis untuk berakhir di neuron-neuron motorik eferen yang mencetuskan kontraksi otot rangka

di sisi kanan tubuh. Dengan demikian, kerusakan di korteks motorik di sisi kiri otak akan

menimbulkan paralisis di sisi kanan tubuh dan demikian sebaliknya.7

Stimulasi daerah-daerah yang berlainan di korteks motorik primer juga menyebabkan

timbulnya gerakan di bagian-bagian tubuh yang berbeda. Seperti homunkulus sensorik untuk

korteks somatosensorik, homunkulus motorik yang melukiskan lokasi dan jumlah relatif korteks

motorik yang diabdikan sebagai keluaran ke otot-otot tiap bagian tubuh, juga terbalik dan

mengalami distorsi. Jari tangan, ibu jari tangan, dan otot-otot yang penting untuk berbicara,

terutama otot-otot lidah dan bibir, digambarkan secara berlebihan yang mencerminkan kontrol

motorik halus atas bagian-bagian tubuh ini. Bandingkan ini dengan seberapa kecil jaringan otak

yang mengontrol badan, lengan, dan ekstremitas bawah, yang tidak mampu melakukan gerakan

kompleks. Dengan demikian, luas representasi di korteks motorik sebanding dengan presisi dan

kompleksitas keterampilan motorik yang diperlukan oleh bagian yang bersangkutan.8

Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi kompleks dengan kata-kata yang secara tertulis

atau lisan melambangkan benda dan menyanpaikan gagasan. Bahasa melibatkan integrasi dua

kemampuan terpisah yaitu ekspresi dan pemahaman masing-masing berkaitan dengan daerah

tertentu di korteks. Daerah primer spesialisasi kortikal untuk bahasa adalah daerah Broca dan

daerah Wernicke.8

6

Page 7: Referat Lobus Frontalis

Daerah Broca yang bertanggung jawab untuk kemampuan berbicara, terletak di lobus

frontalis kiri dan berkaitan erat dengan daerah motorik korteks yang mengontrol otot-otot yang

penting untuk artikulasi. Sedangkan daerah wernicke terletak di korteks kiri pada pertemuan

lobus-lobus parietalis, temporalis, dan oksipetalis, berhubungan dengan pemahaman bahasa, baik

pemahaman bahasa tertulis maupun lisan. Selain itu daerah ini bertanggung jawab untuk

memformulasikan pola pembicaraan koheren yang disalurkan melalui seberkas serat ke daerah

Broca, kemudian mengontrol artikulasi pembicaraan ini.8

Karena berbagai aspek bahasa terletak di daerah-daerah korteks yang berlainan,

kerusakan di daerah tertentu di otak dapat menyebabkan gangguan bahasa selektif. Kerusakan

daerah Broca menyebabkan kegagalan pembentukan kata, walaupun pasien masih dapat

mengerti kata lisan dan tertulis. Para individu tersebut mengetahui apa yang hendak mereka

katakan, tetapi tidak mampu mengekspresikan diri mereka. Walaupun mereka dapat

menggerakkan bibir dan lidah, mereka tidak dapat melakukan perintah motorik yang benar untuk

mengartikulasikan kata-kata yang mereka inginkan.8

Daerah Wernicke menerima masukkan dari korteks visual di lobus oksipetalis, suatu jalur

yang penting dalam pemahaman membaca dan dalam menjelaskan suatu benda yang tampak,

serta dari korteks auditorius di lobus temporalis, suatu jalur yang penting dalam memahami

bahasa lisan. Menurut model berbahasa terakhir, berbagai aspek bicara melibatkan jalur-jalur

interkoneksi yang tepat antara daerah-daerah korteks lokal tersebut.9

Pasien dengan lesi di daerah Wernicke tidak dapat mengerti kata-kata yang mereka

dengar atau lihat. Mereka mampu berbicara secara lancar, walaupun kata-kata yang mereka

ucapkan dengan sempurna tersebut tidak memiliki arti. Mereka tidak dapat mengaitkan arti

dengan kata atau memilih kata-kata yang tepat untuk menyampaikan pikiran mereka. Gangguan

7

Page 8: Referat Lobus Frontalis

bahasa semacam itu disebabkan oleh kerusakan daerah korteks spesifik dan dikenal sebagai

afasia, yang sebagian besar disebabkan oleh stroke. Afasia jangan dikacaukan dengan kesukaran

berbicara (speech impedient), yang disebabkan oleh defek pada aspek mekanis berbicara,

misalnya kelemahan atau inkoordinasi otot-otot yang mengontrol perangkat vokal. Mungkin

disleksia, yaitu kesulitan dalam belajar membaca karena ketidaksesuaian interpretasi huruf atau

kata sebagai bayangan terbalik ( misalnya, bad “terlihat” sebagai dab), timbul akibat kelainan

perkembangan dalam hubungan antara daerah penglihatan dan bahasa di korteks atau di dalam

daerah bahasa itu sendiri.9

Korteks Asosiasi Prafrontalis adalah bagian depan dari lobus frontalis tepat di anterior

korteks motorik. Peran yang diperkirakan berkaitan dengan daerah ini adalah perencanaan

aktivitas volunter, pertimbangan konsekuensi-konsekuensi tindakan mendatang dan penentuan

bermacam-macam pilihan untuk berbagai situasi sosial atau fisik dan sifat-sifat kepribadian.

Stimulasi daerah ini tidak menimbulkan efek yang dapat diamati, tetapi defisit di daerah ini

menimbulkan perubahan kepribadian dan perilaku sosial.8

Hubungan antara motorik dan premotor. Premotor bertugas untuk mempengaruhi

gerakan, menerima proyeksi, dan berhubungan area motorik untuk menggerakkan anggota tubuh,

menerima proyeksi untuk gerakan mata dan mengirimnya pada area yang akan mengeksekusi

kontrol gerakan mata.

Hubungan dengan prefrontal area. Dorsolateral prefrontal cortex berfungsi untuk

menerima input utama dari posterior parietal area dan sulkus superior temporal. Area lainnya

berfungsi untuk menerima proyeksi dari lobus temporal dari area auditory dan visual.9

Fungsi luhur dan juga yang paling umum dari prefrontal korteks adalah pengaturan

temporal terhadap tujuan biologis dan kognitif. Ini merupakan esensi dari pengaturan prefrontal

8

Page 9: Referat Lobus Frontalis

korteks dengan pengaturan umum dari semua bentuk aksi (pergerakan somatik, pergerakan bola

mata, perilaku emosional, penampilan intelektual, bicara, dsb). Prefrontal korteks – khususnya

daerah lateralnya - memiliki spesifikasi di temporal dalam menyusun beberapa tindakan-

tindakan baru dan kompleks, baik itu berupa perilaku, perkataan, atau alasan. Hal yang baru dan

kerumitan dari aksi-aksi tersebut yang ditentukan oleh prefrontal korteks atau dikenal juga

dengan “organ kreatifitas”. Lebih jauh lagi, peran dari prefrontal korteks menentukan alternatif

dalam membuat keputusan dan dalam mengeksekusi aksi-aksi terstruktur adalah alasan juga

mengapa korteks ini disebut “eksekutif sentral”

Dengan maksud menampilkan perannya dalam mengintegrasi, prefrontal korteks harus

dapat diakses dan mengakses secara sekaligus semua informasi sensorik, motorik, dan

mnemonik yang membentuk struktur-struktur perilaku.13

Pengaturan sementara dari perilaku adalah fungsi utama dari lobus frontalis. Jika korteks

motorik memfasilitasi mekanisme eksekusi dari pergerakan individual maka premotor cortex

memilih pergerakan mana yang akan dieksekusi. Passingham mengusulkan bahwa bagian

premotor berfungsi untuk memilih perilaku dalam merespon tanda dari eksternal dan korteks

motorik tambahan. Passingham menyarankan bahwa area 8 dispesialisasikan untuk gerakan

terhadap stimulus langsung (stimulus-directed movement), dan area 8A bertugas untuk gerakan

yang distimulasi oleh drive internal (internally driven movements). Korteks motorik bertugas

untuk membuat pergerakan. Korteks premotor bertugas untuk memilih pergerakan. Maka korteks

prefrontal bertugas untuk mengontrol proses kognitif agar pergerakan yang tepat dapat dipilih

disaat yang tepat dan di tempat yang tepat.8

9

Page 10: Referat Lobus Frontalis

Korteks motorik mengarahkan neuron motorik spinal untuk mengontrol anggota gerak,

tangan, kaki, dan pergerakan jari dan untuk menyesuaikan neuron motorik nervus kranialis untuk

mengontrol pergerakan fasial. Serta mengarahkan struktur motorik lainnya seperti ganglia basalis

dan nukleus. Area premotor dapat mempengaruhi pergerakan secara langsung melalui proyeksi

kortikospinal atau secara tidak langsung melalui proyeksi ke korteks motorik. Daerah premotorik

juga melalui proyeksi dari area parietal posterior, PE dan PF. Maka, daerah premotor berkaitan

dengan area yang mengeksekusi pergerakan aggota gerak.

Lapangan pandang mata (area 8 dan 8A) menerima proyeksi dari daerah yang mengontrol

pergerakan mata dan mengirim proyeksi ke daerah ini. maka, daerah ini menerima input visual

dari daerah parietal posterior PG dan kolikulus superior. Semua area premotor menerima

proyeksi dari korteks prefrontal dorsolateral, sehingga mengakibatkan daerah prefrontal ini

memiliki peran dalam mengontrol anggota gerak dan mata.13

Lobus frontalis menentukan perilaku dan merumuskan tindakan terhadap lingkungan.

Disfungsi dari lobus frontalis menghasilkan beberapa sindrom neuropsikiatri. Gangguan berpikir,

mood, motivasi dan ketidakmampuan mengontrol perilaku.12

Lobus frontal adalah satu-satunya area anatomis dengan informasi yang memadai untuk

membentuk pandangan global seseorang, lingkungan dan sejarah dari satu individu. Bagian ini

ditentukan untuk menunda respon tindakan dan membentuk sebuah respon berdasarkan kajian

dari masa lalu dan tujuan dari dari respon tersebut. Bagian dorsolateral korteks prefrontal juga

memiliki koneksi aferen yang luas, memiliki hubungan timbal balik yang luas dengan beberapa

area dimana bagian ini menerima masukan.12

10

Page 11: Referat Lobus Frontalis

Sebagai tambahan bagian ini memiliki gambaran luas di kepala pada nucleus kaudatus,

hubungan pertama dari sirkuit dorsolateral prefrontal-subkortikal yang terdiri dari konveksitas

frontal, nucleus kaudatus, globus pallidus dan substansia nigra dan nucleus dorsomedial dari

thalamus. Korteks orbitofrontal menerima proyeksi dari lobus temporal melalui fasciculus

uncinatus, nucleus dorsomedial di thalamus, hipotalamus, dan amigdala. Terdapat juga masukan

dari area asosiasi sensorik dan korteks asossiasi frontal.12

C. Korelasi Klinis Lobus Frontalis

Lobus frontalis merupakan lobus terbesar dari otak kita yang berhubungan dengan aspek

tingkah laku. Sindroma  lobus frontalis adalah suatu perubahan pola perilaku, emosi dan

personality yang terjadi akibat kerusakan otak bagian depan . Kejadian yang dapat menyebabkan

sindroma ini diantaranya adalah  cedera kepala, sindroma vascular, tumor, dementia

11

Page 12: Referat Lobus Frontalis

frontotemporal, dan akibat pembedahan karena aneurisma. Manifestasi klinis yang timbul

amat beragam  namun berinti pada ketidakmampuan untuk mengatur perilaku.1,3

Fungsi  lobus  frontalis berhubungan dengan aspek tingkah  laku dan

berpengaruh  dalam  mewujudkan kepribadian dan adaptasi  sosial . Suatu  trauma kepala sering

kali menimbulkan  sindroma  lobus frontalis dan memberikan manifestasi  klinis yang bermacam

macam sehingga sulit untuk  membuat diagnosa klinis .1,3 Gejala yang ditimbulkan sering

dikacaukan dengan gejala psikiatrik . Pasien dengan lesi lobus frontal yang timbul perlahan

lahan  sering menimbulkan gejala yang samar diperlukan pemahaman  tentang

fungsi  lobus  frontalis dan sindroma yang terjadi untuk mengevaluasi suatu keadaan sindroma

lobus frontalis, karena gangguan status mental berupa gangguan memori, gangguan atensi,

perubahan tingkah laku, gangguan fungsi control dan eksekusi , merupakan gejala yang penting

pada lobus frontalis, selain gangguan akibat kenaikan tekanan intracranial.1,2,3,4,5

Etiologi dan patofisiologi

Sindroma  lobus  frontalis adalah suatu perubahan pola perilaku, emosi dan personality

yang terjadi akibat kerusakan otak bagian depan . Kejadian yang dapat menyebabkan sindroma

ini diantaranya adalah  cedera kepala, sindroma vascular, tumor, dementia frontotemporal, dan

akibat pembedahan karena aneurisma .1

Lobus  frontalis  merupakan sepertiga  bagian  dari  kortek serebri manusia.

Setiap  bagian  lobus  frontalis dibagi  menjadi  3 daerah, yaitu  kortek motor primer , kortek

premotor  dan  kortek prefrontal .1,2,6

Kortek motor primer terutama untuk gerakan gerakan voluntary . Kerusakan pda daerah

ini akan menyebabkan kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan . Kortek premotor

berhubungan dengan kortek motor primer dan penting untuk integrasi dan program program

12

Page 13: Referat Lobus Frontalis

gerakan yang berurutan . Kortek pre frontal dibagi menjadi 3 regio yaitu , region orbito-frontal

( anterior lobus frontal ) , region dorsolateral, serta cingulum anterior .3

Terdapat lima sirkuit yang diketahui , yaitu : sirkuit motorik pada area motorik, sirkuit

okulomotor pada lapangan penglihatan frontal, dan tiga sirkuit pada daerah kortek pre frontal ;

yaitu sirkuit dorsolateral pre frontal, sirkuit orbitofrontal pre frontal,  serta cingulatum anterior.

Setiap sirkuit mempunyai serabut proyeksi ke struktur striata ( nucleus caudatus, putamen, dan

striatum anterior ) , dan dari striata berhubungan ke globus pallidus dan substansia nigra ,

proyeksi ke nucleus thalamus  dan kembali ke lobus frontal .

Sirkuit dorsolateral  dimulai dari korteks pre frontal dorsolateral→nucleus

kaudatus  dorsolateral globus pallidus dorsomedial lateral → nucleus thalamus dorsomedial dan

anteroventral → regio dorsolateral pre frontal . Kerusakan pada sirkuit ini menyebabkan

gangguan fungsi eksekutif , diantaranya kesulitan mempelajari informasi baru , gangguan

program gerakan motor, gangguan kelancaran verbal dan non verbal , gangguan untuk menyusun

kembali bentukyang kompleks . Sirkuit ini menerima inpuls dari serabut afferent area prefrontal

4,6 dan area parietal 7a yang berperan dalam proses penglihatan. Serabut aferen dari sistim

limbic diterima melalui proyeksi dopamine dari substansia nigra.3

Sirkuit orbitofrontal dimulai dari kortek orbitolateral → nucleus caudatus ventromedial

→globus pallidus dorsomedial medial → nucleus thalamus ventroanterior dan mediodorsal

→kortek orbitolateral . Kerusakan pada sirkuit ini menyebabkan gangguan disinhibisi , berupa

gangguan perilaku berupa mudah , emosi yang labil dan obsesif kompulsif . Sirkuit

ini  menerima serabut aferen dari area temporal 22 dan orbito frontal 12 yang terdiri dari bagian

sensorik heteromodal dan para limbic.

13

Page 14: Referat Lobus Frontalis

 Sirkuit cingulatum anterior dimulai dari kortek cingulatum anterior →nucleus akumbens

→globus pallidus rostrolateral→ thalamus medio dorsal →kortek cingulatum anterior .

Kerusakan pada sirkuit ini ditandai dengan apati, penurunan kemauan dan tidak adanya emosi .

Sirkuit ini menerima serabut afferent hipokampus , area enttorhinal 28 dan area perirhinal 35.1

Berdasarkan patofisologi kerusakan yang terjadi pada lobus frontalis di atas di dapati

gejala-gejala yang muncul secara motoric maupun perubahan perilaku akibat kerusakan lobus

frontalis sebagai berikut :

1. Gangguan fungsi motorik

a) Fine movements, speed and strength - Kerusakan pada korteks motorik primer biasanya

diasosiasikan dengan kehilangan kemampuan untuk melakukan gerakan tangan yang

baik, disebabkan oleh adanya kehilangan proyeksi langsung dari kortikospinal ke motor

neuron.

b) Movement Programming - Kerusakannya menyebabkan adanya gangguan pada gerakan-

gerakan lengan dan wajah. Kerusakan pada kedua bagian lobus frontal, yaitu bagian kiri

dan kanan menyebabkan adanya gangguan dalam menganalisis gerakan-gerakan wajah,

karena lobus frontal juga berpengaruh terhadap pengendalian gerakan-gerakan wajah.

c) Voluntary Gaze - Kesulitan pasien dengan luka frontal dijumpai dalam tugas visual dan

tugas pencarian menunjukkan pentingnya korteks frontal untuk aspek-aspek tertentu dari

kontrol okulomotoris. Studi oleh Guitton dan rekan memiliki efek lokal di bidang frontal,

tetapi kemungkinan bahwa defisit paling parah dalam melaksanakan tugas-tugas seperti

diasosiasikan dengan kerusakan pada bidang-bidang tersebut.

d) Corollary Discharge - Teuber mengusulkan bahwa harus ada sinyal atau tanda, untuk

menghasilkan gerakan dan juga sinyal yang menandakan bahwa suatu gerakan akan

14

Page 15: Referat Lobus Frontalis

terjadi. Teuber berpendapat bahwa gerakan yang sengaja dilakukan melibatkan dua set

sinyal lebih dari satu. Ada perintah gerakan, melalui sistem motorik untuk efek gerakan,

dan ada corollary discharge dari asosiasi korteks lobus frontal parietal dan temporal yang

mengatur system sensori untuk mengantisipasi tindakan motorik. Jadi, sistem sensorik

seseorang dapat menginterpretasikan perubahan dalam dunia eksternal dalam hal

informasi tentang dirinya atau gerakannya.

e) Speech - Ada dua area berbicara di lobus frontal: Area Broca, yang dia anggap sebagai

perpanjangan dari area lateral premotor dan area pelengkap berbicara,seperti yang telah

dibahas diatas. Sebaliknya, area berbicara tambahan diperlukan untuk mengambil kata-

kata tanpa isyarat eksternal, yang juga konsistent dengan fungsi umum area motorik

tambahan.8

2. Loss of different thinking: Salah satu akibat dari luka yang ada pada lobus frontal adalah

berkurangnya kemampuan dalam melakukan divergent thinking. Beberapa hal yang

mendukung pernyataan tersebut adalah:

a) Behavioral Spontanity : Seseorang yang mengalami luka pada lobus frontal (baik

bagian kiri maupun kanannya) kehilangan spontanitas dalam berbicara serta

kesulitan dalam mengeluarkan kata atau frase yang tepat.

b) Strategy Formation : Seseorang dengan luka pada lobus frontal mengalami

kesulitan untuk melakukan rencana atau strategi kognitif untuk menyelesaikan

masalah.8

3. Lemahnya Respon terhadap Hambatan dan Tingkah laku yang tidak fleksibel. - Sifat yang

paling umum yang dapat diamati dari seorang pasien lobus forntal adalah mereka memiliki

15

Page 16: Referat Lobus Frontalis

kesulitan dalam menggunakn informasi (umpan balik) dari isyarat yang ada di lingkungannya

untuk meregulasi atau merubah perilaku mereka.

4. Response Inhibition : Pasien dengan luka pada lobus frontalis konsisten mengulang respon

setelah penghentian stimulus asli dalam respon pada berbagai situasi tes, khusunya ketika ada

perubahan tuntutan.

5. Risk Taking and Rule Baking : Lobus frontal pasien dibedakan dari pasien lainnya dari

kegagalan mereka untuk mematuhi instruksi tugas. Subjek dengan luka pada lobus frontal

cenderung mengabaikan sinyal, sehingga terus jalan pada jalan yang salah dan membuat

lebih banyak kesalahan.

6. Associative Learning : Banyak yang mengklaim bahwa pasien dengan luka besar pada

lobus frontal tidak bisa meregulasi perilaku mereka dalam merespon internal stimuli.8

a) Poor temporal memory - Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jacobsen,

menunjukkan pentingnya peran frontal cortex dalam beberapa jenis dari proses

memori jangka pendek, dan beberapa bagian dari korteks prefrontal berhubungan

dengan penyimpanan jenis-jenis informasi yang berbeda. Corsi merancang suatu

penelitian tentang memori mengenai urutan hal-hal yang sudah terjadi, atau biasa

disebut recency memory. Penelitian ini mengindikasikan lobus frontal kanan penting

untuk recency memori nonverbal atau bergambar, sedangkan lobus frontal kiri

penting untuk verbal recency.

b) Impaired social and sexual behavior - Perilaku sosial dan seksual keduanya

membutuhkan tanggapan yang fleksibel yang sangat tergantung pada isyarat yang

kontekstual, karena itu luka pada lobus frontal akan mengganggu kedua perilaku

16

Page 17: Referat Lobus Frontalis

tersebut. Dari observasi pada beberapa pasien, ada dua perubahan kepribadian, yaitu

pseudepression dan pseudopsycopathy. Penderita pseudepression menunjukan

symptom seperti apatis dan tidak peduli, kehilangan inisiatif, penurunan minat

seksual, sedikit emosi berlebihan, dan sedikit atau tidak ada sama sekali verbal

output. Penderita pseudopsychopathy menunjukan perilaku yang kekanakan,

kurangnya taktis dan pengendalian, bahasa kasar, perilaku seksual yang kacau,

meningkatnya aktivitas motorik, dan kurangnya keterampilan sosialnya.8

17

Page 18: Referat Lobus Frontalis

Daftar Pustaka

1. Cummings JL, Miller BL . The human Frontal  Lobe ; function and disorder 1st ed.

D. New York :  The Guilford Press : 1999.

2. Cummings JL, Vinters H, Felix J. The neuropsychiatry of Alzheimer disease and

E. related dementia .1st ed. United Kingdom : Martin Dunitz Press: 2003 p 217-20

3. Thim`ble MH. Psychopathology of frontal lobe syndrome . Seminars in Meurology  ;

F. vol.10,  No.3 Benraska : September 1990

4. Frontal loce syndrome  .Available at : htt;://rickets.unl.edu/tbi/frontal/

5. Davies S. Frontal lobe syndrome – a behavioral problem . Seminars in Neurology :

G. Pittsburg : vol 5, No. 8 Februari 2001 .

6. Waxman SG. Correlative neuroanatomy.23 ed.New York:  Lange Med. Publ: 1996 p

H. 195-200

7. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1996.

H.119-22

8. Nuraini A, Ilmi P, Rininta DR, Megariana, Triasari et al. Lobus Frontalis. [Paper]. 2013

9. Parkin I, Logan B M, McCarthy M J. Core Anatomy Illustrated. Hodder Arnold; 2007. H.

26-27.

10. Crossman A R, Neary D Neuroanatomy – Buku Ajar Ilustrasi Berwarna, 5 th Edition.

Churchill Livingstone ;2014

11. Snell Klinik Ed.6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGG; 2006.

12. Neuropsychiatry and behavioural neuroscience. Ch.9 Frontal lobe dysfunction. P. 128-45

13. Fuster MJ. Frontal lobe and cognitive development. Journal of Neurocytology ; 2002. 31: 373-85

18