22
BAB I PENDAHULUAN Penampilan fisik termasuk gigi merupakan aspek yang sangat penting untuk menumbuhkan kepercayaan diri seseorang. Gigi dengan susunan yang rapi dan senyum yang menawan akan memberikan efek yang positif pada tiap tingkat sosial, sedangkan gigi yang tidak teratur dan protrusi akan memberikan efek negatif. Banyak masyarakat melakukan perawatan ortodonti untuk memperbaiki penampilan, dan tentu saja keinginan yang terbesar biasanya berhubungan dengan estetik serta untuk meningkatkan kepercayaan diri. Maloklusi adalah kelainan susunan gigi atau kelainan hubungan antara rahang atas dan rahang bawah. Kata maloklusi secara literatur memiliki arti sebagai gigitan yang buruk. Kondisi ini dapat berupa gigitan yang tidak teratur, crossbite, atau overbite. Maloklusi juga dapat berupa gigi yang miring, protrusi, atau crowded. Hal ini dapat mengganggu penampilan, fonetik, ataupun pengunyahan. Maloklusi masih menjadi salah satu masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut di Indonesia, khususnya dalam kesehatan gigi dan mulut anak. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya maloklusi pada anak-anak. Selain karies, perilaku pada anak cukup memiliki

REFERAT GIMUL JADI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: REFERAT GIMUL JADI

BAB I

PENDAHULUAN

Penampilan fisik termasuk gigi merupakan aspek yang sangat penting

untuk menumbuhkan kepercayaan diri seseorang. Gigi dengan susunan yang rapi

dan senyum yang menawan akan memberikan efek yang positif pada tiap tingkat

sosial, sedangkan gigi yang tidak teratur dan protrusi akan memberikan efek

negatif. Banyak masyarakat melakukan perawatan ortodonti untuk memperbaiki

penampilan, dan tentu saja keinginan yang terbesar biasanya berhubungan dengan

estetik serta untuk meningkatkan kepercayaan diri.

Maloklusi adalah kelainan susunan gigi atau kelainan hubungan antara

rahang atas dan rahang bawah. Kata maloklusi secara literatur memiliki arti

sebagai gigitan yang buruk. Kondisi ini dapat berupa gigitan yang tidak teratur,

crossbite, atau overbite. Maloklusi juga dapat berupa gigi yang miring, protrusi,

atau crowded. Hal ini dapat mengganggu penampilan, fonetik, ataupun

pengunyahan.

Maloklusi masih menjadi salah satu masalah utama dalam kesehatan gigi

dan mulut di Indonesia, khususnya dalam kesehatan gigi dan mulut anak. Banyak

faktor yang dapat menyebabkan terjadinya maloklusi pada anak-anak. Selain

karies, perilaku pada anak cukup memiliki peranan yang penting dalam proses

terjadinya maloklusi. Perilaku tersebut dapat berupa tindakan kesehatan gigi dan

mulut maupun kebiasaan buruk. Kebiasaan buruk pada anak, khususnya kebiasaan

buruk oral, jika berlanjut sampai usia dimana gigi permanen mulai tumbuh, akan

dapat menyebabkan resiko maloklusi.

Banyak survei yang telah dilakukan terhadap populasi di berbagai tempat

untuk memperkirakan prevalensi maloklusi. Survei tersebut membuktikan bahwa

kebanyakan anak-anak memiliki gigi yang tidak teratur atau maloklusi. Menurut

beberapa studi epidemiologi yang dilakukan pada remaja Amerika Serikat

dilaporkan 11% remaja umur 12-17 tahun mempunyai oklusi normal, 34,8 %

mempunyai maloklusi ringan dan 25, 2 % mempunyai maloklusi berat sehingga

beberapa kasus memerlukan perawatan (Dewanto, 1993). Penelitian Gan-Gan

Page 2: REFERAT GIMUL JADI

(1997) tentang maloklusi pada murid-murid SMP di wilayah Kotamadya Bandung

menunjukkan prevalensi maloklusi telah mencapai 90,79 %. Keadaan ini

mencakup maloklusi berat 26, 32%, maloklusi sedang 11, 84% dan maloklusi

ringan 11, 84%. Hasil penelitian ini menunjukkan lebih separuh (54,4%) yang

mengalami maloklusi mempunyai pengetahun yang kurang tentang akibat

maloklusi dan perawatan.

Maloklusi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan dalam berbicara,

dimana kebanyakan huruf-huruf alphabet memerlukan bantuan gigi untuk

pelafalan yang jelas. Hasil penelitian Tellervo tahun 1992 di Eropa yang dikutip

dari penelitian Fonte et al tentang hubungan maloklusi dengan gangguan bicara

pada remaja dengan rata-rata umur 18 tahun bahwa terjadi gangguan sebanyak

33,8% siswa dengan oklusi mesial, 27,8% dengan overjet mandibula, 25.6%

dengan open bite insisal, dan 12,8 % dengan crossbite lateral. Maloklusi juga

dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pengunyahan dimana terjadinya rasa

sakit pada rahang saat mengunyah. Hasil penelitian Oktavia pada anak SMU di

kota Medan menunjukkan bahwa terdapat kesulitan pengunyahan pada penderita

maloklusi sebesar 11,8%, makanan tersangkut 35,1%, sakit saat mengunyah

20,4%, rasa tidak nyaman saat mengunyah 44,1%.

Maloklusi selain memiliki dampak terhadap fonetik dan pengunyahan,

maloklusi juga dapat berdampak terhadap estetik dan mempengaruhi hubungan

sosial anak. Hasil penelitian Oktavia menunjukkan sebanyak 41,89% anak

memiliki kesulitan dalam bergaul, mudah tersinggung sebanyak 47,22%, malas

keluar rumah sebanyak 16,71 %.

Kebiasaan buruk dapat terjadi pada anak dalam masa pertumbuhan dan

perkembangan. Kebiasaan buruk tersebut antara lain menghisap jari, bernafas

melalui mulut, menghisap dan menggigit bibir, memajukan rahang ke depan,

mendorong lidah, atau menggigit kuku. Kebiasaan tersebut lebih dikenal sebagai

oral habit. Oral habit merupakan perilaku normal pada bayi. Biasanya bersifat

sementara dan hilang dengan sendirinya pada usia sekitar 3-4 tahun. Oral habit

tidak akan menyebabkan masalah yang berarti pada rongga mulut pada saat itu,

karena pada dasarnya tubuh dapat memberikan respon terhadap rangsangan-

Page 3: REFERAT GIMUL JADI

rangsangan dari luar semenjak dalam kandungan. Respon tersebut merupakan

pertanda bahwa perkembangan psikologis anak sudah dimulai, yang terlihat dari

tingkah laku spontan atau reaksi berulang Permasalahan akan muncul ketika oral

habit tersebut terus berlanjut hingga anak mulai memasuki usia sekolah dimana

kebiasaan ini terus dilakukan karena orang tua yang kurang memperhatikan

anaknya

Page 4: REFERAT GIMUL JADI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Maloklusi

Pengertian oklusi menurut Dewanto (1993) adalah berkontaknya

permukaan oklusal gigi geligi di rahang dengan permukaaan oklusal gigi geligi

di rahang bawah pada saat rahang atas dan rahang bawah menutup.

Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada rahang

atas (maksila) dan rahang bawah (mandibula) yang terjadi selama pergerakan

mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua

rahang. Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara dental system, skeletal

system, dan muscular system. Oklusi gigi bukan merupakan keadaan yang

stasis selama mandibula bergerak, sehingga ada bermacam-macam bentuk

oklusi misalnya: centrik, excentrik, habitual, supra-infra, mesial, distal, lingual

(Daniel, 2000).

Maloklusi adalah bentuk oklusi yang menyimpang dari bentuk standar

yang diterima sebagai bentuk normal. Maloklusi juga berarti kelainan ketika

gigi geligi atas dan bawah saling bertemu ketika menggigit atau mengunyah.

Maloklusi dapat berupa kondisi “bad bite” atau sebagai kontak gigitan

menyilang (crossbite), kontak gigitan yang dalam (overbite), gigi berjejal

(crowdeed), posisi gigi maju kedepan (protrusi). Hal ini dapat memberikan

efek terhadap penampilan estetis, berbicara atau kenyamanan dalam

mengunyah makanan (Daniel, 2000).

B. Jenis Maloklusi

Untuk memudahkan identifikasi maloklusi, perawatan dilakukan untuk

memudah berdasarkan hubungan rahang atas dan bawah.

A. Oklusi normal

B. Jonggang sebagian gigi atas

C. Jonggang yang ketara

D. Rahang bawah lebih panjang dari rahang atas

Page 5: REFERAT GIMUL JADI

Gambar 1. Klasifikasi maloklusi berdasarkan hubungan rahang atas dan bawah

1. Protrusi

Protrusi adalah gigi yang posisinya maju ke depan. Protrusi dapat

disebabkan oleh faktor keturunan, kebiasaan jelek seperti menghisap

jari dan menghisap bibir bawah, mendorong lidah ke depan, kebiasaan

menelan yang salah serta bernafas melalui mulut.

2. Intrusi dan Ekstrusi

Intrusi adalah pergerakan gigi menjauhi bidang oklusal. Pergerakan

intrusi membutuhkan kontrol kekuatan yang baik. Ekstrusi adalah

pergerakan gigi mendekati bidang oklusal.

3. Crossbite

Crossbite adalah suatu keadaan jika rahang dalam keadaan relasi

sentrik terdapat kelainan-kelainan dalam arah transversal dari gigi

geligi maksila terhadap gigi geligi mandibula yang dapat mengenai

seluruh atau setengah rahang, sekelompok gigi, atau satu gigi saja.

Berdasarkan lokasinya crossbite dibagi dua yaitu:

a. Crossbite anterior

Suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat

satu atau beberapa gigi anterior maksila yang posisinya terletak

di sebelah lingual dari gigi anterior mandibula.

b. Crossbite posterior

Page 6: REFERAT GIMUL JADI

Hubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau

beberapa gigi posterior mandibula.

4. Deep bite

Deep bite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian

insisal insisivus maksila terhadap insisal insisivus mandibula dalam

arah vertikal melebihi 2-3 mm. Pada kasus deep bite, gigi posterior

sering linguoversi atau miring ke mesial dan insisivus madibula sering

berjejal, linguo versi, dan supra oklusi.

5. Open bite

Open bite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari

gigi saat rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik.

Gambar 3. Open bite

Macam-macam open bite menurut lokasinya adalah :

a. Anterior open bite

Klas I Angle anterior open bite terjadi karena rahang atas

yang sempit, gigi depan inklinasi ke depan, dan gigi posterior

Gambar 2. Crossbite

Page 7: REFERAT GIMUL JADI

supra oklusi, sedangkan klas II Angle divisi I disebabkan karena

kebiasaan buruk atau keturunan.

b. Posterior open bite pada regio premolar dan molar

c. Kombinasi anterior dan posterior (total open bite) terdapat baik

di anterior, posterior, dapat unilateral atau bilateral.

6. Crowded

Crowded adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang

normal. Penyebab crowded adalah lengkung basal yang terlalu kecil

daripada lengkung koronal. Lengkung basal adalah lengkung pada

prossesus alveolaris tempat dari apeks gigi itu tertanam, lengkung

koronal adalah lengkungan yang paling lebar dari mahkota gigi atau

jumlah mesiodistal yang paling besar dari mahkota gigi geligi.

Gambar 4. Crowded Teeth

Derajat keparahan gigi crowded:

a. Crowded ringan

Terdapat gigi-gigi yang sedikit berjejal, sering pada gigi

depan mandibula,dianggap suatu variasi yang normal, dan

dianggap tidak memerlukan perawatan.

b. Crowded berat

Terdapat gigi-gigi yang sangat berjejal sehingga dapat

menimbulkan hygiene oral yang jelek

7. Diastema

Diastema adalah suatu keadaan adanya ruang di antara gigi geligi

yang seharusnya berkontak. Diastema ada 2 macam, yaitu :

Page 8: REFERAT GIMUL JADI

a. Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi, dapat disebabkan

karena dens supernumerary, frenulum labii yang abnormal, gigi

yang tidak ada, kebiasaan jelek, dan persistensi.

b. Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan

oleh faktor keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang

traumatis.

C. Etiologi Maloklusi

Maloklusi tidak dapat disebabkan oleh satu faktor saja, ada beberapa

faktor berbeda yang merupakan penyebabnya yaitu, genetik dan lingkungan.

Menurut Proffit (1998) secara umum maloklusi disebabkan karena 2 faktor

yaitu:

a. Faktor keadaan diluar gigi itu sendiri (ekstrinsik factor):

1. Herediter

2. Kelainan Kongenitl

3. Perkembangan dan pertumbuhan yang salah pada waktu prenatal

dan postnatal

4. Penyakit-penyakit sistemik yang menyebabkan adanya

kecenderungan kearah maloklusi seperti: ketidakseimbangan

kelenjar endokrin, gangguan metabolisme, penyakit-penyakit

infeksi, malnutrisi.

5. Kebiasaan jelek (bad habit), sikap tubuh yang salah dan trauma.

b. Faktor-faktor pada gigi (intrinsik/ lokal factor)

1. Anomali jumlah gigi, terdiri adanya gigi berlebih (dens

upernumerary teeth dan tidak adanya gigi (anondontia)

2. Anomali ukuran gigi

3. Anomali bentuk gigi

4. Frenulum labii yang tidak normal

5. Kehilangan dini gigi decidui

6. Persistensi gigi decidui

7. Terlambatnya erupsi gigi permanen

Page 9: REFERAT GIMUL JADI

8. Jalan erupsi yang abnormal

9. Ankilosis

10.Karies gigi

11.Restorasi yang tidak baik

D. Akibat dari Maloklusi

Maloklusi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada pengunyahan,

bicara serta estetik. Gangguan pengunyahan yang terjadi yaitu dapat berupa

rasa tidak nyaman saat mengunyah, terjadinya rasa nyeri pada TMJ dan juga

mengakibatkan nyeri kepala dan leher. Pada gigi yang berjejal dapat

mengakibatkan kesulitan dalam pembersihan. Tanggalnya gigi-gigi akan

mempengaruhi pola pengunyahan misalnya pengunyahan pada satu sisi, dan

pengunyahan pada satu sisi ini juga dapat mengakibatkan rasa sakit pada TMJ.

Maloklusi dapat mempengaruhi kejelasan bicara seseorang. Apabila ciri

maloklusinya berupa disto oklusi akan terjadi hambatan mengucapkan huruf p

dan b. Apabila ciri maloklusinya berupa mesio oklusi akan terjadi hambatan

mengucapkan huruf s, z, t, dan n. Menurut Bruggeman anomali dental yang

mengakibatkan gangguan bicara adalah:

1. Ruang antar gigi (spaces) yaitu terjadi kelainan bunyi saat

mengucapkan semua huruf terutama s, sh, z, zh kecuali huruf n dan y.

2. Lebar lengkung yaitu terjadi kelainan saat mengucapkan huruf s, z, th.

3. Open bite yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan huruf s, sh, z,

zh, th, dan kadang-kadang pada huruf t dan d.

4. Derajat protrusi yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan huruf s,

sh,z, zh.

5. Pada gigi yang rotasi kelainan bunyi yang terjadi sama dengan kelainan

Maloklusi dapat mempengaruhi estetis dari penampilan seseorang.

Penampilan wajah yang tidak menarik mempunyai dampak yang tidak

menguntungkan pada perkembangan psikologis seseorang, apalagi pada

saat usia masa remaja. Dibiasa menyatakan beberapa kasus maloklusi pada

anak remaja sangat berpengaruh terhadap psikologis dan perkembangan

Page 10: REFERAT GIMUL JADI

sosial yang disebabkan oleh penindasan yang berupa ejekan atau hinaan

dari teman sekolahnya. Pengalaman psikis yang tidak menguntungkan

dapat sangat menyakitkan hati sehingga remaja korban penindasan tersebut

akan menjadi sangat depresi.

E. Kebiasaan Buruk (Bad Habit) Penyebab Maloklusi

Kebiasaan jelek mempunyai pengaruh yang besar pada maloklusi,

khususnya pada masa periode gigi bercampur. Salah satunya adalah kebiasaan

menghisap jari, kebiasaan ini menyebabkan protrusi insisivus permanen atas

juga merintangi perkembangan lengkung mandibula.

Kebiasaan buruk atau Bad Habit yang sering dilakukan secara berulang-

ulang oleh anak-anak dapat berakibat pada gigi dan jaringan pendukungnya,

yaitu antara lain:

1. Menghisap jari

Gambar 5. Anak menghisap ibu jari.

Mengisap ibu jari bukanlah suatu penyebab atau gejala dari masalah

fisik atau psikologis (Dionne, 2001). Beberapa kasus menunjukkan

kebiasaan mengisap ibu jari dapat menjadi masalah karena ada

kemungkinan terjadinya misalignment gigi permanen jika seorang anak

yang berusia lima atau enam tahun masih melakukan kebiasaan mengisap

ibu jari (Stuani, et al, 2006). Oral habit ini dapat menyebabkan perubahan

bidang incisal gigi seri, yaitu retroklinasi pada gigi incisivus rahang bawah

dan proklinasi pada gigi incisivus rahang sehingga meningkatkan overjet

dan menciptakan crossbite bukal unilateral yang berhubungan dengan

pergeseran mandibula. Hal tersebut juga dapat mengubah rasio antara

Page 11: REFERAT GIMUL JADI

bagian atas dan bawah ketinggian wajah anterior. Akibatnya posisi gigi

depan jauh lebih maju dari gigi bawah, dan terjadi open bite (Millett and

Welbury, 2005; Dionne, 2001).

Kebiasaan mengisap jari timbul pada anak-anak pada usia 1-2 tahun.

Dan jika dibiarkan terus menerus sampai usia 5 tahun atau lebih dapat

berakibat kelainan pada posisi gigi. Kebiasaan menghisap jari dapat

menyebabkan abnormalitas cavum oris dan struktur sekelilingnya, secara

anatomis dapat menyebabkan anterior open bite yaitu suatu bentuk kelainan

gigi anterior atas dan bawah terdapat overlapping saat oklusi, sehingga

terbentuk celah terbuka pada saat oklusi. Pada saat menghisap jari terjadi

perubahan tekanan dalam cavum oris. Hal ini karena saat mengisap, lidah

terdorong kebawah oleh jari sehingga terpisah dari palatum. Kemudian

kontraksi otot orbicularis dan buccinators secara terus-menerus terpisah

menyebabkan arks maksillaris kolaps sehingga terjadi crossbite, yaitu suatu

kelainan dimana gigi superior pada sis bucal masuk lebih kedalam

dibanding gigi inferior.

2. Bernapas lewat mulut

Jika anak mengalami gangguan pada rongga hidung, maka dia akan

bernapas melalui rongga mulut. Kebiasaan napas dari mulut dapat

menyebabkan maloklusi dengan gigi anterior atas retrusi, atau berjejal atau

protrusi.

Jalan nafas mempunyai dua jalur yaitu rongga hidung dan rongga

mulut, seseorang individu mempunyai variasi tersendiri dalam bernafas,

salah satunya adalah dengan sering menggunakan rongga mulut daripada

hidung. Bernafas dengan cara ini dapat mengubah postur tulang rahang ,

kepala dan lidah, dan hal ini dapat mengubah tekanan keseimbangan dari

tulang rahang dan posisi gigi. Bernafas pada mulut dapat menurunkan posisi

mandibula dan lidah, serta memperpanjang kepala, tinggi wajah akan

meningkat dan gigi posterior akan mengalami super-eruption (erupsi yang

berlebihan) sedikit terjadi pertumbuhan vertikal pada ramus mandibula,

menyebabkan open bite anterior, overjet serta meningkatkan tekanan bidang

Page 12: REFERAT GIMUL JADI

otot dari bukal yang disebabkan oleh penyempitan pada lengkung maksila.

Pernafasan dari hidung juga mempunyai resiko namun lebih bersifat infeksi

kronik yang diakibatkan terlalu lamanya inflamasi dari nasal mukosa yang

diakibatkan oleh bahan alergen.

3. Bruxism

Gambar 6. bruxism

Bruxism adalah kebiasaan buruk berupa menggesek-gesek gigi-gigi

rahang atas dan rahang bawah, bisa timbul pada masa anak-anak maupun

dewasa. Biasanya tindakan ini dilakukan pada saat tidur di malam hari dan

penderita tidak menyadari bahwa ia memiliki kebiasaan buruk tersebut.

Pada anak-anak, kadang kebiasaan ini timbul pada masa gigi-geligi

sedang tumbuh. Pada orang-orang dewasa biasanya bruxism timbul karena

adanya maloklusi (hubungan yang tidak baik antara gigi-gigi rahang atas

dan rahang bawah), stres, rasa marah, rasa sakit, atau frustasi.

Bruxism dapat menyebabkan abrasi (aus) permukaan gigi-gigi pada

rahang atas dan rahang bawah, baik itu gigi susu maupun gigi permanen.

Lapisan email (lapisan terluar dari gigi) yang melindungi permukaan atas

gigi hilang, sehingga dapat timbul rasa ngilu pada gigi-gigi tersebut. Bila

kebiasaan ini berlanjut terus dan berlangsung dalam waktu lama, dapat

menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal (jaringan penyangga

gigi), maloklusi, patahnya gigi akibat tekanan yang berlebihan, dan kelainan

pada sendi Temporo Mandibular Joint (sendi yang menghubungkan rahang

bawah dan tulang kepala).

Page 13: REFERAT GIMUL JADI

F. Preventif Maloklusi

Perilaku adalah tindakan yang normal dan wajar jika terjadi pada

seseorang yang merupakan perwujudan atau ekspresi terhadap suatu kejadian

atau peristiwa. Umumnya perilaku timbul sebagai dampak hubungan sosial

yang dipengaruhi oleh lingkungan atau situasi dimana seseorang berada.

Keadaan tersebut disadari maupun tidak. Perilaku hadir sebagai reaksi yang

menyenangkan, namun dapat timbul pula sebagai sebuah kebiasaan buruk,

yaitu ketika seseorang dihadapkan pada keadaan yang tidak membahagiakan

dirinya dan mulai mencari kompensasi untuk memuaskan keinginannya.

Kebiasaan adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan seakan-

akan hal tersebut terjadi otomatis tanpa disadari oleh seseorang tersebut.

Sehingga untuk ini peran lingkungan dan keluarga sangat penting untuk

menghentikan kebiasaan tersebut. Selain itu juga dapat dilakukan usaha

pencegahan sebelum menyebabkan efek yang tidak baik pada anak tersebut.

Usaha pertama yang dapat dilakukan adalah:

1. Mengingatkan

Disini peran keluarga terutama orang tua, dan khususnya ibu sangat

penting untuk menghentikan kebiasan buruk anak tersebut,. Dan

mengajarkan cara menjaga kebersihan mulut.

2. Edukasi

mengajarkan cara yang benar dari bad habit yang biasa dilakukan

anak, sehingga dapat menghilangkan kebiasaan buruk anak tersebut.

3. Perawatan gigi anak

Setiap 6bulan sekali orang tua harus mengkonsultasikan kesehatan

gigi anaknya ke dokter gigi dalam hal kesehatan dan perawatan gigi.

Page 14: REFERAT GIMUL JADI

BAB III

KESIMPULAN

Maloklusi adalah kelainan susunan gigi atau kelainan hubungan antara

rahang atas dan rahang bawah. Kata maloklusi secara literatur memiliki arti

sebagai gigitan yang buruk. Kondisi ini dapat berupa gigitan yang tidak teratur,

crossbite, atau overbite. Maloklusi juga dapat berupa gigi yang miring, protrusi,

atau crowded. Hal ini dapat mengganggu penampilan, fonetik, ataupun

pengunyahan.

Etiologi maloklusi dibagi atas dua golongan yaitu faktor luar atau faktor

umum dan faktor dalam atau faktor lokal. Hal yang termasuk faktor luar yaitu

herediter, kelainan kongenital, perkembangan atau pertumbuhan yang salah pada

masa prenatal dan posnatal, malnutrisi, kebiasaan jelek, sikap tubuh, trauma, dan

penyakit-penyakit dan keadaan metabolik yang menyebabkan adanya predisposisi

ke arah maloklusi seperti ketidakseimbangan kelenjar endokrin, gangguan

metabolis, penyakit-penyakit infeksi.

Hal yang termasuk faktor dalam adalah anomali jumlah gigi seperti

adanya gigi berlebihan (dens supernumeralis) atau tidak adanya gigi (anodontis),

anomali ukuran gigi, anomali bentuk gigi, frenulum labii yang abnormal,

kehilangan dini gigi desidui, persistensi gigi desidui, jalan erupsi abnormal,

ankylosis dan karies gigi.

Usaha pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah maloklusi pada anak

adalah:

1. Mengingatkan

2. Edukasi

3. Perawatan gigi anak

Page 15: REFERAT GIMUL JADI

DAFTAR PUSTAKA

Daniel, C., Richmond, S., 2000. The Development of The Index of Complexity

Outcome and Need (ICON). British Journal of Orthodontic Society.

Dewanto, H., 2004. Aspek-aspek Epidemiologi Maloklusi, Yogjakarta:

Gajahmada University Press.

Gan-Gan, P., Soemantri, ES., Sowondo, S., 1997. Penelitian Survei Maloklusi

Murid-murid Sekolah Lanjutan Pertama di Wilayah Kotamadya Bandung. J.

Of Dentistry UNPAD.

Profit, WR, 2001. Contemporary Ortodontic. 2nd ed. Toronto: Mosby year Book.