65
BAB I PENDAHULUAN Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan yang terstandar dan segera untuk mengurangi resiko infeksi. Utamanya adalah untuk mencegah infeksi, penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. Beberapa hal yang penting untuk dilakukan dalam penanggulangan fraktur terbuka yaitu operasi yang dilakukan dengan segera, secara hati-hati, debridemen yang dapat dilakukan berulang-ulang selama 48-72 jam, stabilisasi fraktur, penutupan kulit serta pemberian antibiotik yang adekuat. 1 Fraktur terbuka terjadi dalam banyak cara, dan lokasi serta tingkat keparahan cederanya berhubungan langsung dengan lokasi dan besarnya gaya yang mengenai tubuh. Fraktur terbuka dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung seperti luka tembak, trauma kecelakaan lalu lintas, ataupun kecelakaan kerja yang berhubungan dengan himpitan pada jaringan lunak. 2 1

referat fraktur terbuka1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fraktur terbuka

Citation preview

Page 1: referat fraktur terbuka1

BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan

penanganan yang terstandar dan segera untuk mengurangi resiko infeksi.

Utamanya adalah untuk mencegah infeksi, penyembuhan fraktur dan restorasi

fungsi anggota gerak. Beberapa hal yang penting untuk dilakukan dalam

penanggulangan fraktur terbuka yaitu operasi yang dilakukan dengan segera,

secara hati-hati, debridemen yang dapat dilakukan berulang-ulang selama 48-72

jam, stabilisasi fraktur, penutupan kulit serta pemberian antibiotik yang adekuat. 1

Fraktur terbuka terjadi dalam banyak cara, dan lokasi serta tingkat

keparahan cederanya berhubungan langsung dengan lokasi dan besarnya gaya

yang mengenai tubuh. Fraktur terbuka dapat disebabkan oleh trauma langsung

maupun tidak langsung seperti luka tembak, trauma kecelakaan lalu lintas,

ataupun kecelakaan kerja yang berhubungan dengan himpitan pada jaringan

lunak.2

Infeksi pada tulang dapat menjadi masalah yang sulit ditangani. Gustilo

dan Anderson melaporkan bahwa 50,7 % dari pasien mereka memiliki hasil kultur

yang positif pada luka mereka pada evaluasi awal. Sementara 31% pasien yang

memiliki hasil kultur negatif pada awalnya, menjadi positif pada saat penutupan

definitif. Oleh karena itu, setiap upaya dilakukan untuk mencegah masalah

potensial tersebut dengan penanganan secepat mungkin.

BAB II

PEMBAHASAN

1

Page 2: referat fraktur terbuka1

2.1 Penatalaksanaan fraktur secara umum

Penatalaksanaan awal fraktur sebelum dilakukan pengobatan definitif, maka

diperlukan:

1. Pertolongan pertama

Pada penderita dengan fraktur yang penting dilakukan adalah

membersihkan jalan nafas, menutup luka dengan verban yang bersih dan

imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena agar penderita merasa

nyaman dan mengurangi nyeri sebelum diangkut ke ambulan.

2. Penilaian klinis

Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian klinis.

Apakah luka itu luka tembus tulang, adaah trauma pembuluh darah atau

saraf ataukah ada trauma organ dalam yang lain.

3. Resusitasi

Kebanyakan penderita dengan fraktur multipel tiba dirumah sakit dengan

syok, sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada

frakturnya sendiri berupa pemberian transfuse darah dan obat-obat anti

nyeri.

Adapun prinsip penatalaksanaan fraktur dibagi menjadi 6, yaitu:

1. Jangan membuat keadaan lebih jelek

2. Pengobatan berdasarkan diagnosis dan prognosis yang akurat

3. Seleksi pengobatan dengan tujuan khusus

- Menghilangkan nyeri

2

Page 3: referat fraktur terbuka1

- Memperoleh posisi yang baik dari fragmen

- Mengusahakan terjadinya penyambungan tulang

- Mengembalikan fungsi secara optimal

4. Mengingat hukum – hukum penyembuhan secara alami

5. Bersifat realistik dan praktis dalam memilih jenis pengobatan

6. Seleksi pengobatan sesuai dengan penderita secara individual

Kasus fraktur biasanya terjadi akibat adanya trauma oleh karena perlu

dilakukan penatalaksaan sesuai dengan prinsip trauma, sebagai berikut:

Penilaian awal (primary survey / survei awal)

Survei awal bertujuan untuk menilai dan memberikan pengobatan sesuai dengan

prioritas berdasarkan trauma yang dialami. Fungsi-fungsi vital penderita harus

dinilai secara tepat dan efisien. Penanganan penderita terdiri atas evaluasi awal

yang cepat serta resusitasi fungsi vital, penangan trauma, dan identifikasi keadaan

yang dapat menyebabkan kematian.

A: Airway (saluran napas). Pada evaluasi awal penderita trauma, yang pertama

kali harus dinilai adalah saluran nafas. Penilain ini untuk mengetahui adanya

obstruksi saluran nafas seperti adanya benda asing, adanya fraktur mandibula atau

kerusakan trakea maupun laring yang dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas.

Harus diperhatikan pula secara cermat mengenai kelainan yang mungkin terdapat

pada vertebra servikalis dan apabila ditemukan kelainan, harus dicegah gerakan

yang berlebihan pada tempat ini dan dapat diberikan alat bantu seperti kolar leher

untuk penyangga. Pada beberapa keadaan kemungkinan terdapat kesulitan untuk

3

Page 4: referat fraktur terbuka1

membedakan adanya benda asing dalam jalan nafas, fraktur mandibula dan

maksila, robekan trakea atau laring dan trauma servikalis. Pemeriksaan yang

dilakukan adalah pemeriksaan neurologis dan foto rontgen vertebra servikal

B: Breathing (pernapasan). Perhatikan secara keseluruhan daerah thorak untuk

menilai ventilasi. Jalan napas yang bebas bukan berarti ventilasi cukup. Bila ada

gangguan atau instabilitas kardiovaskuler, respirasi, atau gangguan neurologis,

kita harus melakukan ventilasi dengan bantuan alat pernapasan berupa kantong

yang disambung dengan masker atau pipa endotrakeal

C: Circulation (sirkulasi). Sirkulasi adalah kontrol perdarahan meliputi 2 hal: a)

volume darah dan output jantung yang merupakan penyebab utama kematian pada

trauma. Perdarahan dianggap sebagai penyebab hipotensi pada trauma sebelum

dapat dibuktikan penyebab yang lain. Pada keadaan ini diperlukan penilaian

secara cepat dan akurat terhadap status hemodinamik penderita yang mengalami

trauma. 3 tanda klinis untuk menunjukan hipovolemik: kesadaran, warna kulit,

nadi b) perdarahan baik perdarahan luar maupun perdarahan dalam. Perdarahan

luar harus diatasi dengan balut tekan

D: Disability (evaluasi neurologis). Evaluasi neurologis secara cepat setelah satu

survei awal, dengan menilai tingkat kesadaran, besar dan reaksi pupil. Evaluasi ini

menggunakan metode AVPU, yaitu: A (Alert atau sadar), V (Vocal atau adanya

respon terhadap suara), P (Painful adanya respon terhadap rangsangan nyeri) dan

U (Unresponsive atau tidak ada respon sama sekali). Hasilnya dapat diketahui

GCS (glasgow coma scale)

4

Page 5: referat fraktur terbuka1

E: Exposure (kontrol lingkungan). Untuk melakukan pemeriksaan secara teliti

pakaian penderita perlu dilepas (pada pasien tidak sadarkan diri), selain itu perlu

dihindari terjadinya hipotermi

Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan definitif

prinsip pengobatan ada 4 (4R), adalah:

- Rekognisi (diagnosis dan penilaian fraktur)

Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan

anamnesis, pemeriksaan fisik dan radiologis. Pada awal pengobatan yang perlu

diperhatikan, adalah; lokalisasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan teknik yang

sesuai untuk pengobatan, dan komplikasi yang mungkin terjadi selama dan

sesudah pengobatan.

- Reduksi / Manipulasi / Reposisi

Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula

secara optimal. Reduksi terbuka dapat dilakukan untuk mereduksi fraktur. Metode

tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur namun prinsip yang mendasarinya

tetap sama. Biasanya reduksi fraktur dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah

jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan

perdarahan. Sebelum reduksi dan imobilisasi fraktur, pasien harus dipersiapkan

untuk menjalani prosedur. Harus diperoleh izin untuk melakukan prosedur, dan

analgetika diberikan sesuai ketentuan. Ekstremitas yang akan dimanipulasi harus

ditangani dengan lembut untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Fraktur seperti

fraktur klavikula, iga dan fraktur impaksi dan humerus tidak memerlukan reduksi.

Adanya rotasi tidak dapat diterima dimanapun lokalisasi fraktur.

5

Page 6: referat fraktur terbuka1

- Retensi/Immobilisasi

Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali

seperti semula secara optimal. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus

diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai

terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau

interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu,

pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat digunakan untuk

fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.

- Rehabilitasi

Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala upaya diarahkan

pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan imobilisasi harus

dipertahankan sesuai kebutuhan. Status neurovaskuler (mis. pengkajian peredaran

darah, nyeri, perabaan, gerakan) dipantau, dan ahli bedah ortopedi diberitahu

segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler. Kegelisahan, ansietas dan keti-

daknyamanan dikontrol dengan berbagai pendekatan (mis. meyakinkan,

perubahan posisi, strategi peredaan nyeri, termasuk analgetika). Latihan isometrik

dan setting otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi dan meningkatkan

peredaran darah. Pengembalian bertahap pada aktivitas semula diusahakan sesuai

batasan terapeutika. Biasanya, fiksasi interna memungkinkan mobilisasi lebih

awal. Ahli bedah yang memperkirakan stabilitas fiksasi fraktur, menentukan

luasnya gerakan dan stres pada ekstrermitas yang diperbolehkan, dan menentukan

tingkat aktivitas dan beban berat badan.4

6

Page 7: referat fraktur terbuka1

2.2 Penatalaksanaan fraktur terbuka

Fraktur terbuka sendiri merupakan suatu kasus emergensi karena dapat terjadi

kontaminasi oleh bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam

(golden period). Agar kuman tidak terlalu jauh masuk kedalam tubuh, maka

dilakukan:

1. Pembersihan luka

Pembersihan luka dilakukan dengan cara irigasi dengan cairan NaCL

fisiologis secara mekanis untuk mengeluarkan benda asing yang melekat pada

luka.

2. Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridement)

Semua jaringan yang kehilangan vaskularisasinya merupakan daerah tempat

perkembangan bakteri sehingga diperlukan eksisi secara operasi pada kulit,

jaringan subkutaneus, lemak, fascia, otot dan fragmen-fragmen yang lepas.

Debridemen adalah pengangkatan jaringan yang rusak dan mati sehingga luka

menjadi bersih. Untuk melakukan debridemen yang adekuat, luka lama dapat

diperluas, jika diperlukan dapat membentuk irisan yang berbentuk elips untuk

mengangkat kulit, fasia serta tendon ataupun jaringan yang sudah mati.

Debridemen yang adekuat merupakan tahapan yang penting untuk

pengelolaan dan dapat dilakukan secara berulang. Diperlukan cairan yang

cukup untuk fraktur terbuka dan dapat menggunakan cairan normal salin.

3. Pengobatan fraktur itu sendiri

7

Page 8: referat fraktur terbuka1

Fraktur dengan luka yang hebat memerlukan suatu fraksi skeletal atau reduksi

terbuka dengan fiksasi eksterna tulang. Fraktur grade II dan III sebaiknya

difiksasi dengan fiksasi eksterna.

4. Penutupan kulit

Fraktur terbuka harus diobati dalam waktu periode emas (6-8 jam mulai dari

terjadinya kecelakaan), maka sebaiknya kulit ditutup. Hal ini dilakukan

apabila penutupan membuat kulit sangat tegang. Dapat dilakukan split

thickness skin-graft serta pemasangan drainase isap untuk mencegah

akumulasi darah dan serum pada luka yang dalam. Luka dapat dibiarkan

terbuka setelah beberapa hari tapi tidak lebih dari 10 hari. Kulit dapat ditutup

kembali disebut delayed primary closure. Yang perlu mendapat perhatian

adalah penutupan kulit tidak dipaksakan yang mengakibatkan sehingga kulit

menjadi tegang.

5. Pemberian antibiotik

Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah infeksi. Antibiotik diberikan

dalam dosis yang adekuat sebelum, saat dan sesudah tindakan operasi.

Pemberian antibiotika efektif mencegah terjadinya infeksi pada fraktur

terbuka. Untuk fraktur terbuka antibiotika yang dianjurkan adalah golongan

sefalosporin dan dikombinasi dengan golongan aminoglikosida.

6. Pencegahan tetanus

Semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus.

Pada penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian

8

Page 9: referat fraktur terbuka1

toksoid tapi bagi yang belum, dapat diberikan 250 unit tetanus imunoglobulin

(manusia).5

Terapi invasif (Operasi atau pembedahan)

Peralatan proteksi diri yang dibutuhkan saat operasi adalah google, boot

dan sarung tangan tambahan. Sebelum dilakukan operasi, dilakukan pencucian

dengan povine iodine, lalu drapping area operasi. Debridemen dilakukan pertama

kali pada daerah kulit. Kemudian rawat perdarahan di vena dengan melakuan

koagulasi. Buka fascia untuk menilai otot dan tendon. Viabilitas otot dinilai

dengan 4C, “Color, Contractility, Circulation and Consistency”. Lakukan

pengangkatan kontaminasi canal medullary dengan saw atau rongeur. Curettage

canal medulary dihindarkan dengan alasan mencegah infeksi ke arah proksimal.

Irigasi dilakukan dengan normal salin. Penggunaan normal salin adalah 6-10 liter

untuk fraktur terbuka grade II dan III. Tulang dipertahankan dengan reposisi.

Penutupan luka dilakukan jika memungkinkan. Berdasarkan jumlah jaringan

lunak yang hilang, luka-luka kompleks (complex wound) dapat ditutupi dengan

menggunakan metode yang berbeda, yakni :

a. Lokal Flap

Jaringan otot dari ekstremitas yang terlibat diputar untuk menutupi fraktur.

Kemudian diambil sebagian kulit dari daerah lain dari tubuh (graft) dan

ditempatkan di atas luka.

9

Page 10: referat fraktur terbuka1

b. Free Flap

Beberapa luka mungkin memerlukan transfer lengkap jaringan. Jaringan ini

sering diambil dari bagian punggung atau perut. Prosedur free flap

membutuhkan bantuan dari seorang ahli bedah mikrovaskuler untuk

memastikan pembuluh darah terhubung dan sirkulasi tetap berjalan. 6

Tulang patah dalam fraktur terbuka biasanya digunakan metode fiksasi

eksternal atau internal. Hal ini penting untuk menstabilkan patah tulang sesegera

mungkin dan mencegah kerusakan jaringan yang lebuh lunak. Adapun

metodenya memerlukan operasi:

a. Fiksasi Internal

Selama operasi, fragmen tulang yang pertama direposisi (dikurangi) ke posisi

normal kemudian diikat dengan sekrup khusus atau dengan melampirkan

pelat logam ke permukaan luar tulang. Fragmen juga dapat diselenggarakan

bersama-sama dengan memasukkan batang bawah melalui ruang sumsum di

tengah tulang. Karena fraktur terbuka mungkin termasuk kerusakan jaringan

dan disertai dengan cedera tambahan, mungkin diperlukan waktu sebelum

operasi fiksasi internal dapat dilakukan dengan aman. Indikasi untuk fraktur

terbuka, fraktur multipel.

b. Fiksasi Eksternal

Fiksasi eksternal tergantung pada cedera yang terjadi. Fiksasi ini digunakan

untuk menahan tulang tetap dalam garis lurus. Dalam fiksasi eksternal, pin

10

Page 11: referat fraktur terbuka1

atau sekrup ditempatkan ke dalam tulang yang patah di atas dan di bawah

tempat fraktur. Kemudian fragmen tulang direposisi. Pin atau sekrup

dihubungkan ke sebuah lempengan logam di luar kulit. Perangkat ini

merupakan suatu kerangka stabilisasi yang menyangga tulang dalam posisi

yang tepat. Indikasi dilakukan fiksasi eksterna yaitu fraktur terbuka grade II

& III, fraktur terbuka disertai hilangnya jaringan atau tulang yang hebat.7

Pada beberapa kasus, amputasi menjadi pilihan terapi. Immediate amputation

biasanya diindikasikan pada keadaan berikut:

Fraktur terbuka derajat IIIC dimana lesi tidak dapat diperbaiki dan

iskemia sudah terjadi >8 jam

Anggota gerak yang mengalami crush berat dan jaringan viable yang

tersisa untuk revaskularisasi sangat minimal

Kerusakan neurologis dan soft tissue yang berat, dimana hasil akhir

repair tidak lebih baik dari penggunaan prosthesis.

Cedera multipel dimana amputasi dapat mengontrol perdarahan dan

mengurangi efek sistemik/life saving

Kasus dimana limb salvage bersifat life-threatening dengan adanya

penyakit kronik yang berat, seperti diabetes mellitus dengan gangguan

vaskular perifer berat dan neuropati (2099)

Kondisi bencana / mass disaster

11

Page 12: referat fraktur terbuka1

Tabel 2.1 Penilaian amputasi menurut MESS

Diperlukan perawatan pasca bedah untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Dimana terdapat lima tujuan pengobatan fraktur, yaitu:

1. Menghilangkan nyeri

2. Mendapatkan dan mempertahankan posisi yang memadai dari fragmen

fraktur

3. Mengharapkan dan mengusahakan union

4. Mengembalikan fungsi secara optimal dengan cara mempertahankan

fungsi otot dan sendi, mencegah atrofi otot dan mencegah kekakuan

sendi

12

Page 13: referat fraktur terbuka1

5. Mengembalikan fungsi secara maksimal merupakan sebuah akhir

pengobatan fraktur. Baik secara psikologis maupun pemberian

fisioterapi.8

13

Page 14: referat fraktur terbuka1

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Struktur dan penyembuhan tulang

3.1.1 Struktur

Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai 5

fungsi utama, yaitu:

1. Membentuk rangka badan

2. Sebagai tempat melekat otot

3. Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat

dalam, seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung dan paru-paru

4. Sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium, dan garam

5. Sebagai organ yang berfungsi sebagai jaringan hematopoetik untuk

memproduksi sel-sel darah merah, sel-sel darah putih dan trombosit 9

Tulang dalam garis besarnya dibagi atas:10

Tulang panjang, yang temasuk adalah femur, tibia, fibula, humerus, ulna.

Tulang panjang (os longum) terdiri dari 3 bagian, yaitu epiphysis,

diaphysis, dan metaphysis. Diaphysis atau batang, adalah bagian tengah

tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal

yang memiliki kekuatan yang besar. Metaphysis adalah bagian tulang yang

melebar di dekat ujung akhir batang. Daerah ini terutama disusun oleh

14

Page 15: referat fraktur terbuka1

trabekular atau sel spongiosa yang mengandung sel-sel hematopoetik.

Metaphysis juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup

luas untuk perlekatan tendon dan ligamen pada epiphysis. Epiphysis

langsung berbatasan dengan sendi tulang panjang. Seluruh tulang dilapisi

oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum.

Gambar 3.1 Tulang panjang

Tulang pendek, contohnya antara lain tulang vertebra dan tulang-tulang

carpal

Tulang pipih, antara lain tulang iga, tulang skapula, tulang pelvis

Tulang terdiri atas bagian kompak pada bagian luar yang disebut korteks dan

bagian dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekular dan di luarnya dilapisi

oleh periosteum. Berdasarkan histologisnya maka dikenal:

Tulang imatur (non-lamellar bone, woven bone, fiber bone), tulang ini

pertama-tama terbentuk dari osifikasi endokondral pada perkembangan

15

Page 16: referat fraktur terbuka1

embrional dan kemudian secara perlahan-lahan menjadi tulang yang matur

dan pada umur 1 tahun tulang imatur tidak terlihat lagi. Tulang imatur ini

mengandung jaringan kolagen dengan substansi semen dan mineral yang

lebih sedikit dibandingkan dengan tulang matur.

Tulang matur (mature bone, lamellar bone)

o Tulang kortikal (cortical bone, dense bone, compacta bone)

o Tulang trabekular (cansellous bone, trabecular bone, spongiosa)

Secara histolgik, perbedaan tulang matur dan imatur terutama dalam jumlah sel,

jaringan kolagen, dan mukopolisakarida. Tulang matur ditandai dengan sistem

Harversian atau osteon yang memberikan kemudahan sirkulasi darah melalui

korteks yang tebal. Tulang matur kurang mengandung sel dan lebih banyak

substansi semen dan mineral dibanding dengan tulang imatur.

Tulang terdiri atas bahan antar sel dan sel tulang. Sel tulang ada 3, yaitu

osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Sedang bahan antar sel terdiri dari bahan

organik (serabut kolagen, dll) dan bahan anorganik (kalsium, fosfor, dll).

Osteoblas merupakan salah satu jenis sel hasil diferensiasi sel mesenkim yang

sangat penting dalam proses osteogenesis dan osifikasi. Sebagai sel osteoblas

dapat memproduksi substansi organik intraseluler atau matriks, dimana kalsifikasi

terjadi di kemudian hari. Jaringan yang tidak mengandung kalsium disebut osteoid

dan apabila kalsifikasi terjadi pada matriks maka jaringan disebut tulang. Sesaat

16

Page 17: referat fraktur terbuka1

sesudah osteoblas dikelilingi oleh substansi organik intraseluler, disebut osteosit

dimana kradaan ini terjadi dalam lakuna.

Gambar 3.2 Histologi Tulang

Osteosit adalah bentuk dewasa dari osteoblas yang berfungsi dalam

recycling garam kalsium dan berpartisipasi dalam reparasi tulang. Osteoklas

adalah sel makrofag yang aktivitasnya meresorpsi jaringan tulang. Kalsium hanya

dapat dikeluarkan dari tulang melalui proses aktivitas osteoklasis yang

mengilangkan matriks organik dan kalsium secara bersamaan dan disebut

deosifikasi. Jadi dalam tulang selalu terjadi perubahan dan pembaharuan. Tulang

dapat dibentuk dengan dua cara: melalui mineralisasi langsung pada matriks yang

disintesis osteoblas (osifikasi intramembranosa) atau melalui penimbunan matiks

tulang pada matriks tulang rawan sebelumnya (osifikasi endokondral).

Struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah periode

pertumbuhan tulang berakhir. Setelah fase ini perubahan tulang lebih banyak

terjadi dalam bentuk perubahan mikroskopik akibat aktivitas fisiologis tulang

17

Page 18: referat fraktur terbuka1

sebagai suatu organ biokimia utama tulang. Komposisi tulang terdiri atas:

substansi organik (35%), substansi anorganik (45%), air (20%). Substansi organik

terdiri atas sel-sel tulang serta substansi organik intraseluler atau matriks kolagen

dan merupakan bagian terbesar dari matriks (90%), sedangkan sisanya adalah

asam hialuronat dan kondrotin asam sulfur. Substansi anorganik terutama terdiri

atas kalsium dan fosfor dan sisanya oleh magnesium, sodium, hidroksil, karbonat,

dan fluorida. Enzim tulang adalah alkali fosfatase yang diproduksi oleh osteoblas

yang kemungkinan besar mempunyai peranan penting dalam produksi organik

matriks sebelum terjadi kalsifikasi.11

3.1.2 Penyembuhan fraktur

Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan.

Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa

jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada

penyembuhan fraktur merupakan dasar untuk mengobati fragmen fraktur. Proses

penyembuhan pada fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami

kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi

konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen tulang

secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang juga

merupakan suatu faktor yang sangat esensial dalam penyembuhan fraktur. Proses

penyembuhan fraktur berbeda pada tulang kortikal pada tulang panjang serta

tulang kanselosa pada metafisis tulang panjang atau tulang-tulang pendek,

sehingga kedua jenis penyembuhan fraktur ini harus dibedakan.

18

Page 19: referat fraktur terbuka1

Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu:

Gambar 3.3 Proses penyembuhan fraktur

1. Fase hematoma

Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil

yang melewati kanalikuli dalam sistem harvesian mengalami robekan pada

daerah fraktur dan akan membentuk hematoma di antara kedua sisi fraktur.

Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong

dan dapat mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi

sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak.

Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah

fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu

19

Page 20: referat fraktur terbuka1

daerah cincin avaskuler tulang yang mati pada sisi sisi fraktur segera

setelah trauma. Waktu terjadinya proses ini dimulai saat fraktur terjadi

sampai 2 – 3 minggu.

2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal

Pada saat ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu

reaksi penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel

osteogenik yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk suatu

kalus eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus interna

sebagai aktifitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan

yang hebat pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari

diferensiasi sel-sel mesenkimal yang tidak berdiferensiasi ke dalam

jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi

pertambahan jumlah dari sel-sel osteogenik yang memberi pertumbuhan

yang cepat pada jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor

ganas. Jaringan seluler tidak terbentuk dari organisasi pembekuan

hematoma suatu daerah fraktur.

Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa

yang meliputi jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologis kalus

belum mengandung tulang sehingga merupakan suatu daerah radiolusen.

Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 – 3 setelah terjadinya fraktur dan

berakhir pada minggu ke 4 – 8.

3. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis)

20

Page 21: referat fraktur terbuka1

Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen

sel dasar yang berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas

membentuk tulang rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks

interseluler kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garam-garam

kalsium membentuk suatu tulang imatur. Bentuk tulang ini disebut sebagai

woven bone. Pada pemeriksaan radiologis pertama terjadi penyembuhan

fraktur.

4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologik)

Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan

diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang

menjadi struktur lamelar dan kelebihan kalus akan diresorpsi secara

bertahap. Pada fase 3 dan 4 dimulai pada minggu ke 4 – 8 dan berakhir

pada minggu ke 8 – 12 setelah terjadinya fraktur.

5. Fase remodelling

Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian

yang menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis

medularis. Pada fase remodelling ini, perlahan-lahan akan terjadi resorbsi

secara osteoklasik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada tulang dan

kalus eksterna secara perlahan-lahan menghilang. Kalus intermediat

berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi sistem harvesian dan

kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk ruang

sumsum. Pada fase terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8 – 12 dan

berakhir sampai beberapa tahun dari terjadinya fraktur.12

21

Page 22: referat fraktur terbuka1

3.1.3 Waktu penyembuhan fraktur

Waktu penyembuhan fraktur bervariasi secara individual dan berhubungan dengan

beberapa factor penting pada penderita, antara lain:

1. Umur penderita

Waktu penyembuhan tulang pada anak – anak jauh lebih cepat pada orang

dewasa. Hal ini terutama disebabkan karena aktivitas proses osteogenesis

pada daerah periosteum dan endoestium dan juga berhubungan dengan

proses remodeling tulang pada bayi pada bayi sangat aktif dan makin

berkurang apabila usia bertambah

2. Lokalisasi dan konfigurasi fraktur

Lokalisasi fraktur memegang peranan sangat penting. Fraktur metafisis

penyembuhannya lebih cepat dari pada diafisis. Disamping itu konfigurasi

fraktur seperti fraktur tranversal lebih lambat penyembuhannya dibanding

dengan fraktur oblik karena kontak yang lebih banyak.

3. Pergeseran awal fraktur

Pada fraktur yang tidak bergeser dimana periosteum intak, maka

penyembuhannya dua kali lebih cepat dibandingkan pada fraktur yang

bergeser. Terjadinya pergeseran fraktur yang lebih besar juga akan

menyebabkan kerusakan periosteum yang lebih hebat.

4. Vaskularisasi pada kedua fragmen

Apabila kedua fragmen memiliki vaskularisasi yang baik, maka

penyembuhan biasanya tanpa komplikasi. Bila salah satu sisi fraktur

22

Page 23: referat fraktur terbuka1

vaskularisasinya jelek sehingga mengalami kematian, maka akan

menghambat terjadinya union atau bahkan mungkin terjadi nonunion.

5. Reduksi dan Imobilisasi

Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang

lebih baik dalam  bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan

mencegah pergerakan dan kerusakan pembuluh darah yang akan

mengganggu penyembuhan fraktur.

6. Waktu imobilisasi

Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum

terjadi union, maka kemungkinan untuk terjadinya nonunion sangat besar.

7. Ruangan diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lemak.

Bila ditemukan interposisi jaringan baik berupa periosteal, maupun otot

atau jaringan fibrosa lainnya, maka akan menghambat vaskularisasi kedua

ujung fraktur.

8. Adanya infeksi

Bila terjadi infeksi didaerah fraktur, misalnya operasi terbuka pada fraktur

tertutup atau fraktur terbuka, maka akan mengganggu terjadinya proses

penyembuhan.

9. Cairan Sinovia

Pada persendian dimana terdapat cairan sinovia merupakan hambatan

dalam penyembuhan fraktur.

10. Gerakan aktif dan pasif anggota gerak

23

Page 24: referat fraktur terbuka1

Gerakan pasif dan aktif pada anggota gerak akan meningkatkan

vaskularisasi daerah fraktur tapi gerakan yang dilakukan didaerah fraktur

tanpa imobilisasi yang baik juga akan mengganggu vaskularisasi

Penyembuhan fraktur berkisar antara 3 minggu – 4 bulan. Waktu

penyembuhan pada anak secara kasar setengah waktu penyembuhan daripada

orang dewasa. Perkiraan  penyembuhan fraktur pada orang dewasa dapat di lihat

pada table berikut:

LOKALISASI WAKTU PENYEMBUHAN (minggu)

Phalang / metacarpal/ metatarsal / kosta

Distal radius

Diafisis ulna dan radius

Humerus

Klavicula

Panggul

Femur

Condillus femur / tibia

Tibia / fibula

Vertebra

3 – 6

6

12

10 – 12

6

10 – 12

12 – 16

8 – 10

12 – 16

12

Tabel 3.1 Waktu penyembuhan fraktur

Penilaian penyembuhan fraktur (union) didasarkan atas union secara klinis

dan union secara radiologik. Penilaian secara klinis dilakukan dengan

24

Page 25: referat fraktur terbuka1

pemeriksaan daerah fraktur dengan melakukan pembengkokan pada daerah

fraktur, pemutaran dan kompresi untuk mengetahui adanya gerakan atau perasaan

nyeri pada penderita. Keadaan ini dapat dirasakan oleh pemeriksa atau oleh

penderita sendiri. Apabila tidak ditemukan adanya gerakan, maka secara klinis

telah terjadi union dari fraktur.

Union secara radiologik dinilai dengan pemeriksaan rontgen pada daerah

fraktur dan dilihat adanya garis fraktur atau kalus dan mungkin dapat ditemukan

adanya trabekulasi yang sudah menyambung pada kedua fragmen. Pada tingkat

lanjut dapat dilihat adanya medulla atau ruangan dalam daerah fraktur.13

3.2 Fraktur

3.2.1 Pengertian

Fraktur adalah diskontinuitas atau terputusnya jaringan tulang maupun

jaringan skeletal akibat tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat

diserap tulang Trauma yang dapat menyebabkan fraktur dapat berupa trauma

langsung maupun tidak langsung. Dimana trauma langsung menyebabkan tekanan

langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan, sedangkan trauma

tidak langsung apabila trauma tersebut dihantarkan ke daerah yang lebih dari

daerah fraktur (contoh: jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur

pada klavikula) dan pada keadan ini biasanya jaringan lunak akan tetap utuh.

Fraktur terbuka sendiri merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan

penanganan yang terstandar untuk menurangi resiko infeksi. Selain mencegah

infeksi juga diharapkan terjadi penyembuhan dari fraktur dan restorasi fungsi

anggota gerak.5

25

Page 26: referat fraktur terbuka1

Fraktur terbuka sering menimbulkan komplikasi berupa infeksi. Infeksi

dapat berasal dari flora normal di kulit ataupun bakteri pathogen khususnya

bakteri gram (-). Golongan flora normal kulit, seperti Staphylococus,

Propionibacterium acne, Micrococus dan dapat juga Corynebacterium.

3.2.2 Epidemiologi

Frekuensi dari fraktur terbuka bervariasi tergantung pada faktor geografis ,

sosio-ekonomi, populasi penduduk, dan trauma yang terjadi. Dari data yang

diambil didapatkan insidens fraktur terbuka sebesar 4% dari seluruh fraktur

dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 3,64 : 1 dan kelompok umur

mayoritas dekade dua atau dekade tiga, dimana mobilitas dan aktifitas fisik

tergolong tinggi. Sedangkan sumber lain mengatakan insiden fraktur terbuka

sebanyak 21,3 kasus per 100.000 dalam setahun. Fraktur diafisis menduduki

peringkat terbanyak pada tibia (21,6%), disusul oleh femur (12,1%), radius dan

ulna (9,3%), dan humerus (5,7%). Pada tulang panjang, fraktur terbuka diafiseal

lebih sering terjadi dibanding metafiseal (15.3 % versus 1.2%).14

Lokasi Jumlah kasus fraktur Fraktur Terbuka % Fraktur

Terbuka

Ekstremitas atas 15,406 503 3.3

Ekstremitas bawah 13,096 488 3.7

26

Page 27: referat fraktur terbuka1

Lingkar bahu 1,448 3 0.2

Pelvis 942 6 0.6

Tulang Belakang 683 0 0.0

Total 31,575 1,000 3.17

Tabel 3.2 Epidemiologi fraktur

3.2.3 Klasifikasi

Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis ,

dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:

Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).

1). Faktur Terbuka (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih

(karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.

2). Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan

antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena

adanya perlukaan kulit.

Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur.

1). Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang

tulang atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada

foto.

2). Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh

penampang tulang seperti:

a) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)

27

Page 28: referat fraktur terbuka1

b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu

korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.

c) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi

korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang.

Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan

mekanisme trauma.

1). Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang

dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

2). Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut

terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma

angulasijuga.

3). Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral

yang disebabkan trauma rotasi.

4). Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi

yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.

5). Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan

atau traksi otot pada insersinya pada tulang.

Berdasarkan jumlah garis patah.

1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan

saling berhubungan.

2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi

tidak berhubungan.

3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi

28

Page 29: referat fraktur terbuka1

tidak pada tulang yang sama.

Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.

1). Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi

kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.

2). Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang

yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:

a) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran

searah sumbu dan overlapping).

b) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).

c) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling

menjauh).

Berdasarkan posisi frakur

Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :

1. 1/3 proksimal

2. 1/3 medial

3. 1/3 distal

Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.

Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis

tulang.15

Menurut Gustilo dan Anderson pada tahun 1990 membagi fraktur terbuka

menjadi 3 kelompok, yaitu :

29

Page 30: referat fraktur terbuka1

1. Grade I : Luka kecil kurang dari 1cm panjangnya, biasanya karena luka

tusukan dari fragmen tulang yang menembus kulit. Terdapat sedikit kerusakan

jaringan dan tidak terdapat tanda-tanda trauma yang hebat pada jaringan

lunak. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat simple, transversal, oblik pendek

atau sedikit komunitif.

2. Grade II : Laserasi kulit melebihi 1cm tetapi tidak ada kerusakan jaringan

yang hebat atau avulsi kulit. Terdapat kerusakan yang sedang dari jaringan

dengan sedikit kontaminasi fraktur.

3. Grade III : Terdapat kerusakan yang hebat dari jaringan lunak termasuk otot,

kulit dan struktur neurovaskuler dengan kontaminasi yang hebat. Tipe ini

biasanya di sebabkan oleh karena trauma dengan kecepatan tinggi. Tipe 3 di

bagi dalam 3 subtipe:

1. Tipe IIIA : Jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah walaupun

terdapat laserasi yang hebat ataupun adanya flap. Fraktur bersifat

segmental atau komunitif yang hebat

2. Tipe IIIB: fraktur disertai dengan trauma yang hebat dengan kerusakan

dan kehilangan jaringan, terdapat pendorongan periost, tulang terbuka,

kontaminasi yang hebatserta fraktur komunitif yang hebat.

3. Tipe IIIC: fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan arteri yang

memerlukan perbaikan tanpa memperhatikan tingkat kerusakan jaringan

lunak.16

30

Page 31: referat fraktur terbuka1

Gambar 3.4 Derajat fraktur terbuka menurut Gustilo dan Anderson

3.2.4 Etiologi

Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:17

1. Cedera Traumatik

Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :

a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga

tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan

fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di atasnya.

b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari

lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan

menyebabkan fraktur klavikula.

c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot

yang kuat

2. Fraktur Patologik

31

Page 32: referat fraktur terbuka1

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan

trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada

berbagai keadaan berikut :

a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru

yang tidak terkendali dan progresif.

b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut

atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat

dan sakit nyeri.

c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi

Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya

disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan

kalsium atau fosfat yang rendah.

32

Page 33: referat fraktur terbuka1

Gambar 3.5 Pathway fraktur

Tekanan pada tulang dapat berupa:5

1. Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat

spiral atau oblik

2. Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur

transversal

3. Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan

fraktur impaksi, dislokasi atau fraktur dislokasi

33

Page 34: referat fraktur terbuka1

4. Kompresi vertical dapat menyebabkan fraktur komunitif

atau memecah misalnya pada badan vertebra, talus atau fraktur

buckle pada anak-anak

5. Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu

jarak tertentu akan menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z

6. Fraktur oleh karena remuk

7. Trauma karena tarikan pada ligament atau tendon akan

menarik sebagian tulang

Gambar 3.6 Klasifikasi fraktur sesuai konfigurasi

3.2.5 Gejala klinis

1. Nyeri terus menerus dan bertambah berat. Nyeri berkurang jika fragmen

tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan

34

Page 35: referat fraktur terbuka1

bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar

fragmen tulang.

2. Deformitas dapat disebabkan oleh pergeseran fragmen pada eksremitas.

Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas

normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi

normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.

3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan

dibawah tempat fraktur.

4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba

adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen

satu dengan lainnya.

5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat

trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi

setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.

3.2.6 Diagnosis

1. Anamnesis

Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik, fraktur), baik yang

hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk

menggunakan anggota gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat karena

fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada

daerah lain.

35

Page 36: referat fraktur terbuka1

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:

1. Syok, anemia atau pendarahan

2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang

atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen

3. Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.

3. Pemeriksaan Lokal

Inspeksi (Look) Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang

abnormal,angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal

yang penting adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka

memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbuka, keadaan vaskularisasi

Palpasi (Feel) Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita

biasanya mengeluh sangat nyeri. Adanya cedera pembuluh darah adalah

keadaan darurat

o Temperatur setempat yang meningkat.

o Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan

oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang.

o Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan

secara hati-hati.

o Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri

radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan

anggota gerak yang terkena.

36

Page 37: referat fraktur terbuka1

o Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal

daerah trauma , temperatur kulit.

o Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui

adanya perbedaan panjang tungkai.

Pergerakan (Movement). Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan,

tetapi lebih penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan

sendi – sendi di bagian distal cedera. Pergerakan dengan mengajak

penderita untuk menggerakkan secara aktif dan pasif sendi proksimal dan

distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada pederita dengan fraktur,

setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan

tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan

kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.

Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris

serta gradasi kelelahan neurologis, yaitu neuropraksia, aksonotmesis atau

neurotmesis. Kelaianan saraf yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena

dapat menimbulkan masalah asuransi dan tuntutan (klaim) penderita serta

merupakan patokan untuk pengobatan selanjutnya.5

37

Page 38: referat fraktur terbuka1

3.2.7 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan radiologis

Macam-macam pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk menetapkan

kelainan tulang dan sendi :

o Foto Polos

Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur.

Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan

keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan bidai yang

bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan

pemeriksaan radiologis. Tujuan pemeriksaan radiologis :

Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi

Untuk konfirmasi adanya fraktur 

Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmenserta

pergerakannya

Untuk menentukan teknik pengobatan

Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak 

Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler 

Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang

Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru.

Pemeriksaan radiologi dilakukan dengan beberapa prinsip dua (rule of 2):

dua posisi proyeksi (minimal AP dan lateral)

2 sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, dibawah dan

diatas sendi yang mengalami fraktur

38

Page 39: referat fraktur terbuka1

2 anggota gerak

2 trauma, pada trauma hebat sering menyebabkan fraktur pada 2 daerah

tulang. Misal: fraktur kalkaneus dan femur, maka perlu dilakukan foto

pada panggul dan tulang belakang

2 kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya tulang skafoid foto

pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan foto

berikutnya 10-14 harikemudian.

Pemeriksaan radiologis lainnya:

o CT-Scan. Suatu jenis pemeriksaan untuk melihat lebih detail mengenai bagian

tulang atau sendi, dengan membuat foto irisan lapis demi lapis.

o MRI, dapat digunakan untuk memeriksa hampir seluruh tulang, sendi, dan

jaringan lunak. MRI dapat digunakan untuk mengidentifikasi cedera

tendon,ligamen, otot, tulang rawan dan tulang.

o Radioisotop scanning

o Tomografi

Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi perlu

ditanyakan apakah fraktur terbuka atau tertutup, tulang mana yang terkena dan

lokasinya, apakah sendi juga mengalami fraktur serta bentuk fraktur itu sendiri.

Konfigurasi fraktur dapat menentukan prognosis serta waktu penyembuhan

fraktur. 5,8

3.2.8 Komplikasi

39

Page 40: referat fraktur terbuka1

Komplikasi Fraktur Terbuka

1. Komplikasi Umum

Syok, koagulopati difus atau gangguan fungsi pernapasan yang dapat

terjadi dalam 24 jam pertama setelah trauma dan setelah beberapa hari

kemudian akan terjadi gangguan metabolisme berupa peningkatan

katabolisme. Komplikasi umum yang lain dapat berupa emboli lemak,

trombosis vena dalam, infeksi tetanus atau gas gangren.

2. Komplikasi Lokal Dini

Komplikasi dalam 1 minggu pertama pasca trauma disebut sebagai

komplikasi lokal dini dan bila lebih dari 1 minggu pasca trauma disebut

komplikasi lokal lanjut. Macam komplikasi lokal dini dapat mengenai

tulang, otot, jaringan lunak, sendi, pembuluh darah, saraf, organ viseral

maupun timbulnya sindrom kompartemen atau nekrosis avaskuler.

3. Komplikasi Lokal Lanjut

Komplikasi pada tulang, osteomielitis kronis, kekakuan sendi, degenerasi

sendi, maupun nekrosis pasca trauma. Dalam penyembuhan fraktur dapat

juga terjadi komplikasi karena teknik, perlengkapan ataupun keadaan yang

kurang baik, sehingga mengakibatkan terjadinya infeksi, nonunion,

delayed union, dan malunion.5

3.2.9 Prognosis

Semua patah  tulang terbuka adalah kasus gawat darurat. Dengan terbukanya

barier jaringan lunak, maka patah tulang tersebut terancam untuk terjadinya

infeksi. Seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam sejak patah tulang terbuka, luka

40

Page 41: referat fraktur terbuka1

yang terjadi masih dalam stadium kontaminasi (golden period) dan setelah waktu

tersebut, luka berubah menjadi luka infeksi. Oleh karena itu penanganan patah

tulang terbuka harus dilakukan sebelum golden periode terlampaui agar sasaran

akhir penanganan patah tulang terbuka tercapai walaupun ditinjau dari segi

prioritas penanganannya, tulang secara primer menempati urutan prioritas ke 6.12

BAB IV

KESIMPULAN

Fraktur adalah diskontinuitas atau terputusnya jaringan tulang maupun jaringan

skeletal akibat tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap

tulang. Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat. Insiden fraktur terbuka

sebesar 4% dan banyak pada laki-laki. Klasifikasi fraktur terbuka yang dianut

dewasa ini adalah menurut Gustillo dan Anderson. Penyebabnya bisa berupa

trauma langsung dan tidak langsung. Diagnosis fraktur terbuka didapatkan dari

hasil anamnesis, pemeriksaan fisik yang paling bermakna adalah look, feel dan

41

Page 42: referat fraktur terbuka1

move serta penunjang berupa pemeriksaan radiologis, CT-Scan maupun MRI.

Tujuan dari tata laksana fraktur terbuka adalah untuk mengurangi resiko infeksi,

terjadi penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. Beberapa hal

yang penting untuk dilakukan dalam penanggulangan fraktur terbuka yaitu operasi

yang dilakukan dengan segera, secara hati-hati, debridemen yang berulang-ulang,

stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone grafting yang dini serta pemberian

antibiotik yang adekuat. Komplikasi fraktur sendiri terdiri dari komplikasi umum,

lokal dini maupun lokal lanjut. Prognosis tergantung pada penolongan fraktur itu

sendiri yang harus dilakukan sebelum 6 jam (golden period).

DAFTAR PUSTAKA

1. Kenneth J.K., Joseph D.Z. Handbook of Fractures, 3rd Edition. Pennsylvania. 2006.

2. Thomas M. S., Jason H.C. Open Fractures. Mescape Reference (update 2012, May 21). Available from http://emedicine.medscape.com/article/1269242-overview#aw2aab6b3. Accessed 18 September 2014

3. Jonathan C. Open Fracture. Orthopedics (update 2012, May 27). Available from http://orthopedics.about.com/cs/ brokenbones/g/openfracture.htm. Accessed 18 September 2014

4. American College of Surgeons. Advance Trauma Life Support Course for Physicians (1993), USA

5. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi: Trauma, Fraktur Terbuka, Edisi ke-3. Jakarta: PT Yarsif Watampone. 2008; 317-478.

6. American Academy of Orthopaedics Surgeons. 2011. Open Fractures. Available from http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00582. Accessed 18 September 2014

42

Page 43: referat fraktur terbuka1

7. Lakatos R dan Herbenick MA. General Principles of Internal Fixation. 2009[cited 2011 Feb 2]. Available from:URL:http://emedicine.medscape.com/article/1269987-overview. Accessed 18 September 2014

8. Chapman MW. Open Fractures in in Chapman’s Orthopaedic Surgery 3rd

ed Vol 1. 2001[online database]. Lippincott Williams & Wilkins.

9. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed: Ke-6. Jakarta: EGC.

10. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi: Struktur dan Fungsi Tulang, Edisi ke-3. Jakarta: PT Yarsif Watampone. 2008; 6-11.

11. Carlos Junqueira, Jose Carniero, Robert Kelley. 1998. Histologi Dasar. Jakarta : EGC.

12. Salter RB. Textbook Disorders and Injuries of The Muskuloskeletal System Third Edition. USA: Lippincott Williams and Wilkins. 1999. p417-498

13. Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown CM. Rockwood & Green's Fractures in Adults, 6th Edition. USA: Maryland Composition. 2006. p80-331

14. Court-Brown CM, Brewster N (1996) Epidemiology of open fractures. Court-Brown CM, McQueen MM, Quaba AA (eds), Management of open fractures. London: Martin Dunitz, 25-35.

15. Newton CD. Etiology, Classification, and Diagnosis of Fracture. http://www.ivis.org [diakses 14 Mei 2011].

16. Gustilo RB, Merkow RL, Templeman D (1990) Current Concepts Review. The Management of Open Fractures. J. Bone and Joint Surg, 72-A(2): 299303.

17. Sachdeva R.K., 1996. Catatan Ilmu Bedah. Ed 5, Jakarta: Hipocrates, hal 245-249

18. Apley, A. Graham. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley.

Widya Medika: Jakarta.

43