30
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maraknya penggunaan formalin sebagai pengawet makanan seperti yang banyak diberitakan oleh berbagai media akhir- akhir ini membuat keresahan pada masyarakat, karena masyarakat beranggapan formalin hanya digunakan untuk mengawetkan jenazah, walaupun sebenarnya formalin cukup luas untuk berbagai keperluan lainnya.Badan pengawas obat dan makanan (BPOM) memberitahukan hasil penelitiannya pada tahun 2006 bahwa 56% dari 700 sampel makanan yang diambil dari berbagai provinsi di Indonesia mengandung formalin, pada tahun 2009 dilakukan penelitian pada jajanan di kantin sekolah di Indonesia ditemukan 40% mengandung bahan berbahaya dimana salah satu kandungannya tersebut adalah formalin. Hal ini bertentangan dengan PERMENKES RI No. 033 Tahun 2014 yang melarang penggunaan formalin sebagai bahan tambahan pada makanan, PP No. 28 tahun 2012 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan, UU No.7 tahun 1996 tentang pangan dan UU No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Formalin merupakan ikatan formaldehide dengan air. Seratus persen formalin berisi larutan formaldehide (40% per volume atau 37% per massa) dalam air. Formaldehide merupakan senyawa golongan formaldehide dengan senyawa CH2O dan dihasilkan oleh proses oksidasi methanol, tidak berwarna, mudah terbakar dan 1

REFERAT FORENSIK

  • Upload
    tabita

  • View
    56

  • Download
    4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

formaldehid

Citation preview

Page 1: REFERAT FORENSIK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Maraknya penggunaan formalin sebagai pengawet makanan seperti yang banyak

diberitakan oleh berbagai media akhir-akhir ini membuat keresahan pada masyarakat, karena

masyarakat beranggapan formalin hanya digunakan untuk mengawetkan jenazah, walaupun

sebenarnya formalin cukup luas untuk berbagai keperluan lainnya.Badan pengawas obat dan

makanan (BPOM) memberitahukan hasil penelitiannya pada tahun 2006 bahwa 56% dari 700

sampel makanan yang diambil dari berbagai provinsi di Indonesia mengandung formalin,

pada tahun 2009 dilakukan penelitian pada jajanan di kantin sekolah di Indonesia ditemukan

40% mengandung bahan berbahaya dimana salah satu kandungannya tersebut adalah

formalin. Hal ini bertentangan dengan PERMENKES RI No. 033 Tahun 2014 yang

melarang penggunaan formalin sebagai bahan tambahan pada makanan, PP No. 28 tahun

2012 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan, UU No.7 tahun 1996 tentang pangan dan UU

No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.

Formalin merupakan ikatan formaldehide dengan air. Seratus persen formalin berisi

larutan formaldehide (40% per volume atau 37% per massa) dalam air. Formaldehide

merupakan senyawa golongan formaldehide dengan senyawa CH2O dan dihasilkan oleh

proses oksidasi methanol, tidak berwarna, mudah terbakar dan mempunyai bau yang

menyengat. Dalam kehidupan sehari-hari, formaldehide memiliki beberapa kegunaan,

diantaranya untuk industri sintetis, kosmetik, fungisida, tekstile, dan cairan pengawet.

Seorang dapat terpapar formalin dengan berbagai cara antara lain: terhirup, peroral dan

melalui kulit. Ambang batas yang ditentukan oleh American Conference of Environtmental,

Govermental and Industrial Hygine (ACGIH) yaitu 0,4 ppm, National Institute for

ocupational safety and health (NIOSH) yaitu 0.016 ppm selama periode 8 jam dan 0,1 ppm

selama periode 15 menit., nternational program of chemical safety (IPCS) yaitu 0,1 ml/L atau

0,2 mg/hari dalam air minum dan 1,5 mg- 14 mg per hari dalam makanan. Penelitian WHO

menyebutkan kadar formalin baru dapat menimbulkan toksifikasi atau pengaruh negatif jika

mencapai 6 gram.

1

Page 2: REFERAT FORENSIK

Berdasarkan uraian di atas, maka, penyusun hendak membahas lebih lanjut mengenai

aspek medikolegal makanan berformalin.

1.2. Rumusan Masalah

Mengetahui aspek medikolegal makanan berformalin

Mengetahui efek dari keracunan formalin peroral terhadap tubuh manusia.

1.3. Tujuan

1. Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan tentang aspek medikolegal makanan berformalin

2. Tujuan Khusus

Mengetahui aspek medikolegal makanan berformalin

Mengetahui pengertian keracunan

Mengetahui tentang formalin

Mengetahui ciri-ciri bahan pangan yang mengandung formalin

Mengetahui cara mengawetkan makanan tanpa formalin

Mengetahui cara kerja dan efek formalin pada organ otak, lambung, hepar dan

ginjal

Mengetahui hasil pemeriksaan tambahan pada organ otak, jantung, lambung, dan

hepar yang ditemukan pada manusia yang keracunan formalin.

1.4. Manfaat

Manfaat referat ini dapat dirasakan berbagai pihak sebagai berikut:

Bagi masyarakat:

1. Memberikan informasi dan pengetahuan tentang formalin

2. Memberikan informasi dan pengetahuan tentang keracunan formalin per oral

3. Memberikan informasi tentang penemuan tanda-tanda keracunan formalin pada tubuh

manusia

2

Page 3: REFERAT FORENSIK

4. Memberikan informasi tentang ciri-ciri pangan yang mengandung formalin

Bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran:

1. Mengerti efek formalin pada organ otak, jantung, lambung, hepar dan ginjal

2. Membantu perkembangan ilmu kedokteran dan sebagai bahan reevaluasi terhadap

penggunaan formalin.

BAB II

3

Page 4: REFERAT FORENSIK

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. RACUN

2.1.1 Definisi

Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari sumber, sifat serta khasiat racun, gejala gejala

dan pengobatan pada keracunan, serta kelainan yang didapatkan pada korban yang

meninggal. (1)

Racun adalah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologi dalam dosis

toksik yang akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian. (1)

2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Keracunan

Berbagai faktor yang mempengarubi terjadinya keracunan, yaitu:

A. Cara masuk

Keracunan paling cepat terjadi jika masuknya racun secara inhalasi. Cara masuk lain

berturut-turut ialah intravena, intramuskular, intraperitoneal, subkutan, peroral dan

paling lambat ialah bila melalui kulit yang sehat.(1)

B. Umur

Kecuali untuk beberapa jenis tertentu, orang tua dan anak-anak lebih sensitif misalnya

pada barbiturat. Bayi prematur lebih rentan terhadap obat karena ekskresi melalui

ginjal belum sempurna dan aktivitas mikrosom dalam hepar belum cukup.(1)

C. Kondisi tubuh

Penderita penyakit ginjal pada umumnya lebih mudah mengalami keracunan. Pada

penderita demam dan penyakit lambung, absorpsi dapat terjadi dengan lambat. Bentuk

fisik dan kondisi fisik, misalnya lambung berisi atau kosong.

D. Kebiasaan

Kebiasaan sangat berpengaruh pada racun golongan alkohol dan morfin, sebab dapat

terjadi toleransi, tetapi toleransi tidak dapat menetap, jika pada suatu ketika

dihentikan, maka toleransi akan menurun lagi. (1)

4

Page 5: REFERAT FORENSIK

E. Waktu Pemberian

Untuk racun yang ditelan, jika ditelan sebelum makan, absorpsi terjadi lebih baik,

sehingga efek akan timbul lebih cepat. Jangka pemberian waktu lama (kronik) atau

waktu singkat/sesaat. (1)

2.2 FORMALDEHIDA

2.2.1 Definisi

Formaldehid berasal dari formika Latin, yang berarti semut (semut menghasilkan asam

forniat sebagai pertahanan alami). Ini adalah gas tidak berwarna, tetapi biasanya

didistribusikan sebagai larutan (umumnya disebut sebagai formalin), dan dikenal sebagian

besar orang dalam rumah sakit sebagai disinfektan penting, yang telah digunakan sejak akhir

1800-an.(2,4)

Formaldehida juga merupakan senyawa dalam kimia industri yang sangat penting,

dimana jutaan ton formaldehid digunakan setiap tahun dan diproduksi dengan bahan kimia

lain. Adapun fungsi dari formaldehid adalah dalam pembuatan berbagai plastik, desinfektan

dan perekat untuk membuat partikel, kayu lapis untuk furnitur dan konstruksi indurstri, dan

lain-lain. (2,4)

2.2.2 Struktur Formaldehida

Pada umumnya, formaldehida terbentuk akibat reaksi oksidasi katalitik pada metanol.

Oleh sebab itu, formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung

karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau.

Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen

terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil

sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia. (3)

Formaldehyde

5

Page 6: REFERAT FORENSIK

IUPAC:

Methanol

Nama lain:

Formol, methyl aldehyde, methylene oxide, methanal, methylene glycol (3)

2.2.3 Sumber Formaldehida

Secara industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis yang

paling sering dipakai adalah logam pera atau campuran oksida besi dan molibdenum serta

vanadium. Dalam sistem oksida besi yang lebih sering dipakai (proses Formox), reaksi

metanol dan oksigen terjadi pada 250ºC dan menghasilkan formaldehida, berdasarkan

persamaan kimia(3)

2CH3OH + 02 2 H2CO + 2 H20 (3)

Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam temperatur yang lebih

tinggi. Kira-kira 650ºC. Dalam keadaan ini, akan ada dua reaksi kimia sekaligus yang

menghasilkan formaldehida: satu seperti yang di atas, sedangkan satu lagi adalah reaksi

dehidrogenasi (3)

CH3OH H2CO + H2 (3)

Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format yang

sering ada dalam larutan formakdehiga dalam kadar ppm. (3) Di dalam skala yang lebih kecil,

formalin bisa juga dihasilkan dari konversi etanol, yang secara kmoersial tidak

menguntungkan. (3)

2.2.4 Sifat Formaldehida

Gas formaldehid ini sudah dikenal sejak lama sebagai zat bakterial dan sudah lama

digunakan untuk maksud-maksud pengasapan. Mempunyai sifat sangat reaktif terhadap

6

Page 7: REFERAT FORENSIK

asam amino dan protein, dan berdasarkan hal inilah maka formaldehid ini mempunyai daya

antibakteri. (3)

Gas formaldehid ini dapat diperoleh dengan menguapkan paraformaldehid atau

dengan pemanasan solution formalehid (formalin). Cara-cara lain dapat juga dilakukan

dengan mencampurkan dua bagian formalin dengan 1 bagian KMnO4 dan akan timbul panas

sebagai hasil reaksi oksidasi yang akan menimbulan gas formaldehid. (3)

Kekurangan dari sterilisasi dengan gas formaldehid ini baik yang berasal dari

paraformaldehid ataupun formalin adalah sifatnya mudah berkondensasi pada permukaan-

permuakaan yang akan membentuk lapisan-lapisan putih tipis pada temperatur kamar. Tapi

kondensasi ini tidak akan terjadi sampai konsentrasi gas itu melebihi 3mg/L dan ada tekanan

uap air cukup untuk merubah formaldehid membentuk larutan.

2.2.5 Kegunaan Umum Formaldehid (5,6)

Larutan formaldehida secara luas digunakan dalam otopsi, bedah, departemen

patologi dan juga pada tingkat lebih rendah, dalam dermatologi dan bedah klinik,

departemen X-ray dan unit perawatan kesehatan lainnya. Untuk pengawetan biasanya

digunakan formalin dengan konsentrasi 10%.

Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya.

Bahan pembuatan sutra sintesis, zat pewarna , cermin, kaca

Pengeras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia fotografi.

Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan untuk pembuatan produk parfum.

Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.

Pencegah korosi untuk sumur minyak.

Dalam konsentrasi yang sangat kecil (kurang dari 1%). Formalin digunakan sebagai

pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah tangga,

cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, pasta

gigi, dan pembersih karpet.

Di industri perikanan, formalin digunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa

hidup di sisik ikan. Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam

pengobatan penyakit ikan akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir.

7

Page 8: REFERAT FORENSIK

Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracum bagi ikan. Ambang batas

amannya sangat rendah, sehingga terkadang ikan yang diobati malah mati akibat

formalin daripada akibat penyakitnya. Formalin banyak digunakan dalam pengawetan

spesimen ikan untuk keperluan penelitian dan identifikasi.

2.3 INTOKSIKASI FORMALIN SECARA UMUM

2.3.1 Efek Keracunan Formalin Secara Umum

Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yaitu mulut dan

pernapasan. Sebetulnya, sehari-hari kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar.

Polusi yang dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik, mengandung formalin yang mau

tidak mau kita hirup, kemudian masuk ke dalam tubuh. Asap rokok atau air hujan yang

jatuh ke bumi pun sebetulnya juga mengandung formalin.8

Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang

ditimbulkan dapat berupa: luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernapasan, reaksi

alergi dan bahaya kanker pada manusia. Jika kandungan dalam tubuh tinggi, akan

bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi

sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan kerusakan pada organ tubuh.

Formalin merupakan zat yang bersifat karsinogenik atau bisa menyebabkan kanker.

Beberapa penelitian terhadap tikus dan anjing pemberian formalin dalam dosis tertentu

jangka panjang secara bermakna mengakibatkan kanker saluran cerna seperti

adenocarcinoma pylorus, preneoplastic hyperplasia pylorus dan adenocarcinoma

duodenum. Penelitian lainnya menyebutkan peningkatan resiko kanker faring

(tenggorokan), sinus dan cavum nasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat paparan

formalin melalui hirupan.8

Dalam jumlah sedikit, formalin akan larut dalam air, serta akan dibuang ke luar

bersama cairan tubuh. Sehingga formalin sulit dideteksi keberadaannya di dalam darah.

Imunitas tubuh sangat berperan dalam berdampak tidaknya formalin di dalam tubuh. Jika

imunitas tubuh rendah atau mekanisme pertahanan tubuh rendah, sangat mungkin

formalin dengan kadar rendah pun bisa berdampak buruk terhadap kesehatan. Usia anak

khususnya bayi dan balita adalah salah satu yang rentan untuk mengalami gangguan ini.

Secara mekanik integritas mukosa (permukaan) usus dan peristaltik (gerakan usus)

8

Page 9: REFERAT FORENSIK

merupakan pelindung masuknya zat asing masuk ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam

lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi zat berbahaya tersebut. Secara

imunologik sLgA (sekretori Imunoglobulin A) pada permukaan mukosa dan limfosit

pada lamina propia dapat menangkal zat asing masuk ke dalam tubuh. Pada usia anak,

usus imatur (belum sempurna) atau sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan

gagal berfungsi sehingga memudahkan bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh sulit

untuk dikeluarkan. Hal ini juga akan lebih menggangu pada penderita gangguan saluran

cerna yang kronis seperti pada penderita Autism, penderita alergi dan sebagainya.

Menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety), secara umum ambang

batas aman di dalam tubuh adalah 1 miligram per liter IPCS adalah lembaga khusus dari

tiga organisasi di PBB, yaitu ILO, UNEP, serta WHO, yang mengkhususkan pada

keselamatan penggunaan bahan kimiawi. Bila formalin masuk ke tubuh melebihi ambang

batas tersebut maka dapat mengakibatkan gangguan pada organ dan sistem tubuh

manusia. Akibat yang ditimbulkan tersebut dapat terjadi dalam waktu singkat atau jangka

pendek dan dalam jangka panjang, bisa melalui hirupan, kontak langsung atau tertelan.8

Akibat jangka pendek yang terjadi biasanya bila terpapar formalin dalam jumlah

yang banyak. Tanda dan gejala akut atau jangka pendek yang dapat terjadi adalah bersin,

radang tonsil, radang tenggorokan, sakit dada, yang berlebihan, lelah, jantung berdebar,

sakit kepala, mual, diare dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat

menyebabkan kematian.8

Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan,

mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendaraahan, sakit perut yang hebat, sakit

kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu

juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf

pusat dan ginjal.6

Meskipun dalam jumlah kecil, dalam jangka panjang formalin juga bisa

mengakibatkan banyak gangguan organ tubuh. Apabila teerhirup dalam jangka lama

maka akan menimbulkan sakit kepala, gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan,

batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan

sensitasi paru. Gangguan otak mengakibatkan efek neuropsikologis meliputi gangguan

tidur, cepat marah, gangguan emosi, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi,

daya ingat berkurang dan gangguan perilaku lainnya. Dalam jangka panjang dapat terjadi

9

Page 10: REFERAT FORENSIK

gangguan haid dan kemandulan pada perempuan. Kanker pada hidung, rongga hidung,

mulut, tenggorokan, paru dan otak juga bisa terjadi.8

Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan

kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di

dada.8

2.3.2 Penanganan Keracunan Formalin Secara Umum

Pertolongan tergantung pada konsentrasi cairan dan gejala yang dialami korban.

Sebelum ke Rumah Sakit, berikan arang aktif (norit) bila tersedia. Jangan lakukan

rangsangan agar korban muntah, karena akan menimbulkan resiko trauma korosif pada

saluran cerna atas. Di Rumah Sakit biasanya tim medis akan melakukan bilas lambung

(gastric lavage) memberikan arang aktif (walaupun pemberian arang aktif akan

menggangu penglihatan saat endoskopi).5

Yang lebih menyulitkan adalah pemantauan efek samping jangka panjang. Biasanya

hal ini terjadi akibat paparan terhadap formalin dalam jumlah kecil. Dalam jangka

pendek akibat yang ditimbulkan seringkali tanpa gejala atau gejala sangat ringan. Jangka

waktu tertentu gangguan dan gejala baru timbul.5

2.4 KERACUNAN FORMALIN PER ORAL

2.4.1 Penggunaan Formalin yang Salah

Melalui sejumlah survei dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah produk

pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini

dilakukan oleh produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa

contoh produk yang sering diketahui mengandung formalin misalnya :7

1. Ikan segar : Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya berwarna

merah tua (bukan merah segar), awet sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk.7

10

Page 11: REFERAT FORENSIK

2. Ayam potong : Ayam yang sudah dipotong berwarna putih bersih, awet dan tidak

mudah busuk.7

3. Mie basah : Mie basah yang awet sampai beberapa hari dan tidak mudah basi

dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin.7

4. Tahu : Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet beberapa

hari dan tidak mudah basi.7

2.4.2 Cara Mengenali Pangan yang Mengandung Formalin9

Beberapa contoh produk yang sering diketahui mengandung formalin misalnya :

a. Ikan segar “

1. Pada suhu kamar (250C), ikan berformalin tidak mengalami kerusakan sampai 3

hari.

2. Warna insang pucat kusam, sedikit keputihan (tidak cemerlang)

3. Aroma agak menyengat (bau formalin)

4. Warna daging ikan putih bersih, tekstur kenyal dan bau asam

b. Ikan asin :

1. Pada suhu kamar (25ºC), ikan asin berformalin tidak mengalami kerusakan sampai 30

hari.

2. Warna bersih dan cerah.

3. Tidak berbau khas ikan asin dan tidak mudah hancur.

4. Tidak dihinggapi lalat biladitaruh tempat terbuka.

c. Ayam potong : Ayam yang sudah dipotong berwarna putih bersih, awet dan tidak

mudah busuk.

d. Bakso:

1. Pada suhu kamar (25ºc), bakso berformalin tidak mengalami kerusakan sampai 2 hari.

2. Tekstur bakso sangat kenyal.

e. Mie basah :`1. Pada suhu kamar (25ºC), mie basah tidak mengalami kerusakan sampai 2 hari.

11

Page 12: REFERAT FORENSIK

2. Pada suhu lemari es (10ºC), mie basah akan bertahan lebih dari 15 hari.

3. Aroma agak menyengat ( bau formalin ).

4. Tampian mie lebih mengkilap dibanding mie normal.

5. Tidak lengket.

f. Tahu :

1. Pada suhu kamar (25ºC), tahu berformalin tidak mengalami kerusakan sampai

3 hari.

2. Pada suhu lemari es (10ºC), tahu berfornalin akan bertahan lebih dari 15 hari.

3. Aroma agak menyengat ( bau formalin ).

4. Tampilan tahu berformalin lebih keras, namun tidak padat.

2.4.3 Cara Menjaga Keawetan Pangan(9)

Cara untuk mempertahankan keawetan pangan dengan lebih tepat : Menurunkan

suhu bahan makanan ( contoh : dimasukkan ke dalam lemari pendingin ).

2.5 TEMUAN POST MORTEM PADA KERACUNAN FORMALIN

2.5.1 Otak

Bagian otak yang sering terkena dampak pada keracunan formalin adalah putamen

dan nervus optikus. Di putamen sering terjadi nekrosis karena kebutuhan metabolismenya

yang tinggi. Sedangkan pada nervus optikus terpengaruh karena di tempat ini terjadi

penumpukan dari asam format, dengan adanya paparan zat toksik yang terus menerus

ataupun dengan kadar tinggi dapat juga menyebabkan nekrosis dari sel.(11)

Pada pemeriksaan postmortem secara makroskopis kita dapat menentukan tanda

asfikisia seperti bintik-bintik perdarahan (tardieu spot) . Tanda edem otak yang tampak

dengan gambaran otak menjadi lebih berat, gyrus melebar, sulcus menyemit, batas substansia

grisea dan alba mengabur. Pada jaringan otak juga terjadi hipoksia yang mengakibatkan sel-

sel otak menjadi nekrosis sehingga dapat dijumpai jaringan otak yang nekrotik mencair

meninggalkan rongga yang berisi cairan. Perdarahan juga dapat timbul di mana sering terjadi

pada khiasma optikum, thalamus, putamen akan nampak sebagai jendalan darah.(11)

12

Page 13: REFERAT FORENSIK

Makroskopis lainna yaitu melalui pemeriksaan dengan CT scan, yaitu lesi pada

substansia alba, hipodensitas pada putamen yang mencerimnkan terjadi nekrosis, sedangkan

perdarahan akan keluar sebagai lesi hiperdensitas. Sedangkan pada pemeriksaan MRI akan

kita temukan hipointense pada daerah yang nekrosis dan hiperintense pada daerah

perdarahan.(11)

Pada pemeriksaan mikroskopis yaitu dengan pemeriksaan Hematoxylin Eosin (HE)

maka akan terlihat nekrosis sel-sel otak, perdarahan, kavitas, infiltrasi makrofag yang luas.

Formaldehid dan metabolitnya dapat ditemukan konsentrasinya di otak maupun dalam cairan

serebrospinal. Pemeriksaannya melalui gas konjugasi zat yang dapat berbahaya dan

mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif.(11)

Gambar 1: Putamen yang mengalami nekrosis11

2.5.2 Hepar

Paparan formaldehid dalam makanan dapat menimbulkan stress oksidatif, kerusakan

oksidatif, dan terjadinya reaksi preoksidasi senyawa biologis yang terdapat pada sel dan

jaringan hepar, terutama lemak membran sel hepar. Makin tinggi dosis paparan formaldehid,

akan semakin tinggi potensi kerusakan lemak membran sel, bahkan bisa menimbulkan

kerusakan serius, sampai dengan kematian sel, yang ditandai dengan semakin tinggi produksi

malondialdehid (MDA). Senyawa radikal bebas, terutama radikal hidroksil (OH-) dapat

menyebabkan terjadinya reaksi lanjut pada asam-asam lemak tidak jenuh, menghasilkan

produk senyawa malondialdehid (MDA). Berdasarkan penelitian menggunakan binatang

percobaan, pemberian formaldehid dengan dosis minimal 10 mmol/l sudah dappat

menyebabkan peningkatan GPT, penumpukan kalsium, dan penurunan kadar glutation di

hepar. Selain itu akan terjadinya pelepasan senawa malondialdehid (MDA) dari sel-sel hepar

yang mengidikasikan telah terjadinya proses peroksidatif, pada tahap ini konsumsi jaringan

hepar kan diikutin oleh metabolisme anaerobik yang akan menghentikan asam laktat. Jika

13

Page 14: REFERAT FORENSIK

keadaan ini berlangsung terus, akan menyebabkan penumpukan laktat yang bisa menurunkan

pH darah dan menyebabkan asidosis. Selain itu hipoksia jaringan hepar juga dapat

menimbulkan gejala yang sama seperti hepatitits yang disebabkan oleh hepatitis virus.(12)(13)

Pada penelitian dengan sampel tikus, otopsi hepar akan kemungkinan besar terjadi

penambahan berat dan ukuran. Pemeriksaaan mikroskopis akan meningkatkan pengurangan

sel hepar, hiperplasia sel, hiperkertosis, metaplasia skuamosa dan penambahan jaringan

adiposa yang menggantikan sel hepar normal. Selain itu juga terjadi penurunan level

trigliserid hepar.(12)(14)

Gambar 2: Tahapan kerusakan hati12

2.5.3 Ginjal

Pada penelitian dengan kelompok kontrol tikus, otopsi di ginjal akan ditemukan

degenerasi tubulus renal dengan derajat yang bervariasi. Pada hampir semua kasus

didapatkan bercak nekrosis pada parenkim ginjal, selain itu juga didapatkan bendungan pada

kapiler peritubular, pelebaran dan bendungan pada kapiler-kapiler glomerulus,

pembengkakan pada lapisan endotel pembuluh darah ginjal dan proliferasi sel-sel mesangial.

Penelitian pada tikus yang mendapatkan inhalasi formalin didapatkan peningkatan sel adipose

pada jaringan ginjal.(14)

Gambar 3: Nekrosis pada parenkim ginjal14

14

Page 15: REFERAT FORENSIK

2.5.4 Lambung

Berdasarkan hasil peneltian yang dilakukan pada tikus wistar, peningkatan dosis

menunjukkan adanya hubungan korelasi positif kuat antara paparan formalin per oral dosis

bertingkat dengan jumlah sel gaster yang mengalami erosi dan ulserasi, hal ini sesuai dengan

teori dengan teori bahwa formalin dengan dosis tinggi mempunyai sifat iritatif kuat. Sifat

iritatif kuat ini menyebabkan kerusakan pada mukosa lambung.(15)

Gambar 4 : Ulserasi pada mukosa lambung15

2.5 ASPEK MEDIKOLEGAL

Landasan Hukum yang Berlaku di Indonesia Seputar Perlindungan Konsumen dalam

Penyalahgunaan Zat Berbahaya dalam Produk Pangan Undang-Undangn mengenai

Perlindungan konsumen diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 8 tahun 1999 Tentang

perlindungan konsumen. Diantaranya : (10)

Ban IV : Perbuatan yang Dilarang bagi Pelaku Usaha

(3) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak,

cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi secara

lengkap.

Bab VI : Tanggung jawab pelaku usaha.

1. Pasal 19 : bagian 1 : Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas

kerusakan, pencemaran dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang

dan/ atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.

2. Bagian 2 : Ganti rugi sebagaimana yang disebutkan pada ayat (1) dapat berupa

pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa jasa yang sejenis atau

15

Page 16: REFERAT FORENSIK

setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

3. Bagian 4 : Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

tidak menghapus kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih

lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan

Pasal 67

(1) Keamanan pangan diselenggarakan untuk menjaga pangan tetap aman, higienis, bermutu,

bergizi, dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat

(2) Keamanan pangan dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan cemaran biologis, kimia

dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.

Pasal 75

(1) Setiap orang yang melakukan produksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan:

a. Bahan tambahan pangan yang melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan;

dan/atau

b. Bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pangan.

(2) Ketentuan mengenai ambang batas maksimal dan bahan yang dilarang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Pasal 76

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana yang dimaksudkan dalam pasal 75

ayat (1) dikenai sanksi administrative.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) berupa

a. Denda;

b. Penghentian sementara dari kegiatan, produksi dan/atau peredaran;

c. Penarikan pangan dari peredaran oleh produsen;

d. Ganti rugi; dan/atau

e. Pencabutan izin

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, besaran denda, tata cara, dan mekanisme

pengenaan sangksi administrative sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur

dalam Peraturan Pemerintah.

16

Page 17: REFERAT FORENSIK

Pasal 86

(2) Setiap orang yang memproduksi dan memperdagangkan pangan wajib memenuhi standar

keamanan pangan dan mutu pangan

(6) Ketentuan mengenai standar keamanan pangan dan mutu pangan diatur dalam Peraturan

Pemerintah

Pasal 136

Setiap orang yang melakukan produksi pangan untuk diedarkan yang dengan sengaja

melakukan:

a. Bahan tambahan pangan melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan: atau

b. Bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pangan

sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 75 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling

lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)

Pasal 148

(1) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 sampai pasal 145 dilakukan

oleh korporasi, selain pidana penjara dan pidana denda terhadap pengurusnya, pidana dapat

dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari

pidana dan denda terhadap perseorangan.

PP No. 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.16

Bahan Tambahan Pangan

Pasal 11

17

Page 18: REFERAT FORENSIK

(1) Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan

apapun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang.

(2) Bahan yang dinyatakan terlarang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh

Kepala badan.

Pasal 12

(1) Setiap orang yang memproduksi pangan dengan menggunakan bahan tambahan untuk

diedarkan wajib menggunakan bahan tambahan pangan yang diizinkan.

(2) Nama dan golongan bahan tambhan pangan yang diizinkan, tujuan pengguanaan dan

batas maksimal penggunaannya menurut jenis pangan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditetapkan oleh Kepala Badan.

Permenkes No. 033 tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Makanan17

Pasal 8

(1) Bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pangan tercantum dalam

lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam Peraturan Menteri ini.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

18

Page 19: REFERAT FORENSIK

Kesimpulan

1. Formalin dapat dikonsumsi oleh manusia dalam batas tertentu

2. Gejala keracunan formalin peroral dapat berupa tenggorokan dan perut terasa

terbakar, sakit menelan, mual, muntah, sakit perut yang hebat, diare, terjadi

pendarahan, hipotensi, kejang, tidak sadar hingga koma.

3. Untuk mengetahui bahan panjang yang mengandung formalin dapat dilihat secara

kasat mata

4. Secara medikolegal penggunaan formalin tidak diizinkan untuk digunakan sebagai zat

pengawet makanan dan diatur dalam UU perlindungan konsumen, PERMENKES,

serta UU pangan.

Saran

1. Pengawasan terhadap makanan yang beredar di masyarakat lebih tingkatkan.

2. Konsumen lebih cerdas dalam memilih makanan.

3. Mahasiswa kedokteran membantu perkembangan ilmu kedokteran dan sebagai bahan

reevaluasi terhadap penggunaan formalin.

DAFTAR PUSTAKA

19

Page 20: REFERAT FORENSIK

1. A.Budianto, W Widyatmaka, S Sudiono. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian

Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997. Hal : 71-

86.Vol 1.

2. Toxicity of Ingested Formalin and Its Management. Pandey, C K, et al. 360-66,

India : Nature America, 2000, Vol.19.

3. Formaldehid. Wikipedia. (Online) (Dikutip : 06 Maret 2013).

http://www.wikipedia.org/wiki/formaldehid.

4. FC, Lu. Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko.

Jakarta:Universitas Indonesia, 2006. Hal. 380-J.Vol 2.

5. Kegunaan Formaldehida. Scrib. (Online) (Dikutip : 06 Maret 2013).

http://www.scrib.com/doc/117820289/FORMALDEHYDE

6. Ma’at, Suprapto. Sterilisasi dan Disinfeksi. Surabaya : Airlangga University

Press,2009.

7. Formalin dan Efek Sampingnya. Shvoong. (Online) (Dikutip : 06 Maret 2013).

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2158297-

formalin-dan-efek-sampingnya/

8. Occupational Safety and Health Administration. Occupational Safety and Health

Standards (Online) US Department of Labor. (Dikutip: 27 September 2015).

http://www.osha.gov/pls/oshaweb/owadisp.show_document?

p_table=standards&p_id=10078

9. Formalin bahan tambahan pangan yang berbahaya. Diskanlut-jateng (Online) (Dikutip

: 06 Maret 2013). http://www.diskanlut-jateng.go.id/index.php/read/news/detail/29

10. Pengertian Pangan. Hukumkes Wordpress (Online) (Dikutip: 27 September 2015).

http://hukumkes.wordpress.com/2008/03/15/pengertian-pangan/

11. A. Songar dan al, et. The Toxic Effects of Formaldehyde on The Nervous System.

Anatomy. (Online) (Dikutip: 27 September 2015 ).

http://www.anatomidemegi.org/belge/The%20Toxic%20Effects%20of

%20Formaldehyde.pdf.

12. Y. Kunthi. Efek Pemberian Formalin Peroral Selama Satu Minggu Terhadap

Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Wistar. Program Pendidikan Dokter Ilmu

Kedokteran Forensik dan Medikolgal, Universitas Diponegara. Semarang:S.N.2010.

13. C,H.Hamdi, et, al. A Riview of The Health Effects of Formaldehyde Toxicity. Turky:

Ankara University,2000.

20

Page 21: REFERAT FORENSIK

14. K, Sadive, et al. Effects of Formaldehyde and Xylene Inhalation on Fattyliver and

Kidney in Adult and Developing Rats. Us: Jurnal of Animal and Veterinary advances,

2010, vol. 9.396-411.

15. Mansuri. Efek Pemberian Formalin Peroral Selama Satu Minggu Terhadap Gambaran

Histopatologis Lambung Tikus Wistar. Semarang: Universitas Diponegoro,2010.

16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang

Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Depkes (Online) (Dikutip: 3 Oktober 2015).

17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 tahun 2012 Tentang

Bahan Tambahan Makanan. . Depkes (Online) (Dikutip: 3 Oktober 2015).

http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/regulasi/P ermenkes -No- 033 -Th-

20 12 .pdf

21