30
Disediakan oleh : Emir Afif bin Mohamad Azlan FARINGITIS BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap tahunnya ± 40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena faringitis. Banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 kali infeksi virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis. Secara global di dunia ini viral faringitis merupakan penyebab utama seseorang absen bekerja atau sekolah. National Ambulatory Medical Care Survey menunjukkan ±200 kunjungan ke dokter tiap 1000 populasi antara tahun 1980-1996 adalah karena viral faringitis. 1 Faringitis merupakan suatu kondisi dimana terjadi peradangan pada dinding faring yang bisa disebabkan oleh bakteri maupun virus. Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk penyebab common cold, adenovirus, mononucleosis atau HIV. Bakteri yang bisa menyebabkan faringitis adalah Streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae atau Clamidia pneumonia. 2 Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita faringitis. Faktor risiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan. Tujuan Adapun tujuan pembuatan tinjauan pustaka ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di departemen Ilmu Telinga Hidung Tenggorokan dan Bedah Kepala Leher. Dalam tinjauan pustaka ini dibahas tentang definisi, etiologi, insidens, patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, dan terapi dari faringitis.

Referat faringitis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Referat faringitis

Disediakan oleh : Emir Afif bin Mohamad Azlan

FARINGITIS

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap tahunnya ± 40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena faringitis. Banyak

anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 kali infeksi virus pada saluran pernafasan atas termasuk

faringitis. Secara global di dunia ini viral faringitis merupakan penyebab utama seseorang absen bekerja atau

sekolah. National Ambulatory Medical Care Survey menunjukkan ±200 kunjungan ke dokter tiap 1000

populasi antara tahun 1980-1996 adalah karena viral faringitis.1

Faringitis merupakan suatu kondisi dimana terjadi peradangan pada dinding faring yang bisa

disebabkan oleh bakteri maupun virus. Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk penyebab common

cold, adenovirus, mononucleosis atau HIV. Bakteri yang bisa menyebabkan faringitis adalah Streptokokus

grup A, korinebakterium, arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae atau Clamidia pneumonia. 2 Faringitis

dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita faringitis. Faktor risiko penyebab

faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi,

konsumsi alkohol yang berlebihan.

Tujuan

Adapun tujuan pembuatan tinjauan pustaka ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di

departemen Ilmu Telinga Hidung Tenggorokan dan Bedah Kepala Leher. Dalam tinjauan pustaka ini dibahas

tentang definisi, etiologi, insidens, patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, dan terapi dari faringitis.

Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

Memberikan informasi pada dokter maupun tenaga kesehatan tentang faringitis serta berbagai hal

lain yang berhubungan dengan penyakit ini.

Menambah pengetahuan penulis tentang penyakit faringitis.

Sebagai sumber informasi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian atau hal lain yang ada

kaitannya dengan penyakit ini.

Page 2: Referat faringitis

BAB 2

PEMBAHASAN

Anatomi Faring

Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya kelihatan seperti corong dengan ukuran

bagian atasnya lebih besar dan bagian bawah yang lebih sempit. Faring merupakan ruang utama traktus

resporatorius dan traktus digestivus. Kantong fibromuskuler ini mulai dari dasar tengkorak dan terus

menyambung ke esophagus hingga setinggi vertebra servikalis ke-6. Panjang dinding posterior faring pada

orang dewasa ±14 cm dan bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring

dibentuk oleh selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.

Unsur-unsur faring

Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lender (mucous blanket) dan otot. 3

1) Mukosa

Bentuk mukosa faring bervariasi tergantung pada letaknya. Pada nasofaring karena fungsinya untuk

saluran respirasi, maka mukosanya bersilia, epitelnya torak berlapis mengandung sel goblet. Di bagian

bawahnya, yaitu orofaring dan laringofaring, karena fungsinya untuk saluran cerna maka epitelnya gepeng

berlapis dan tidak bersilia. Di sepanjang faring dapat ditemukan banyak jaringan limfoid yang terletak dalam

rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam sistem retikuloendotelial. Oleh karena itu, faring dapat juga

disebut bagian pertahanan tubuh terdepan. 3

2) Palut Lendir (Mucous Blanket)

Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernafasan yang diisap melalui hidung. Di bagian atas,

nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke

belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang diisap.

Palut lendir ini mengandung enzim Lyzozome yang penting untuk proteksi. 3

Otot

Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot

yang sirkuler terdiri dari m. konstriktor faring superior, media dan inferior. Otot-otot ini terletak di sebelah

luar, berbentuk kipas dengan tiap bagian bawahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Di

sebelah depan, otot-otot ini bertemu satu sama lain dan di belakang bertemu pada jaringan ikat yang disebut

Page 3: Referat faringitis

“rafe faring” (raphe pharyngis). Kerja otot konstriktor untuk mengecilkan lumen faring. Otot-otot ini

dipersarafi oleh n.Vagus (n.X). 3

Otot-otot yang longitudinal adalah m.stilofaring dan m.palatofaring. Letak otot-otot ini di sebelah

dalam. M.stilofaring berfungsi untuk melebarkan faring dan menarik laring, sedangkan m. Palatofaring

mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan bagian bawah faring dan laring. Jadi kedua otot ini bekerja

sebagai elevator. Kerja kedua otot ini penting pada waktu menelan. M.stilofarig dipersarafi oleh n.IX, dan m.

Palatofaring dipersarafi oleh n.X. Pada palatum mole terdapat lima pasang otot yang dijadikan satu dalam

satu sarung fascia dari mukosa yaitu m.levator veli palatini, m.tensor veli palatini, m.palatoglosus,

m.palatofaring dan m.azigos uvula. 3

M. levator veli palatini membentuk sebagian besar palatum mole dan kerjanya untuk menyempitkan

ismus faring dan memperlebar ostium tuba Eustachius.M. tensor veli palatini membentuk tenda palatum

mole dan kerjanya untuk mengencangkan bagian anterior palatum mole dan membuka tuba Eustachius. M.

palatoglosus membentuk arkus anterior laring dan kerjanya menyempitkan ismus faring. M.palatofaring

membentuk arkus posterior faring. M.azigos uvula merupakan otot yang kecil, kerjanya memperpendek dan

menaikkan uvula ke belakang atas. Kesemua otot-otot ini dipersarafi oleh n.X. 3

Gambar 1. Otot-otot Faring dan Esofagus

Pendarahan

Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama

berasal dari cabang arteri karotis eksterna (cabang faring asendens dan cabang fausial) serta dari cabang

arteri maksila interna yakni cabang palatine superior. 3

Page 4: Referat faringitis

Otot Pembuluh darah

M. konstriktor faring superior Arteri faringeal ascendens (cabang faringl)

Arteri fasialis (cabang tonsila)

M. konstriktor faring medial Arteri faringeal (cabang faring)Arteri fasialis (cabang tonsila)

M. konstriktor faring inferior Arteri faringeal (cabang faring)Arteri tiroideus inferior (cabang muskulus)

M. Palatopharyngeus Arteri fasialis (cabang palatine ascendens)Arteri maksilaris (cabang palatina)Arteri faringeal ascendens (cabang faring)

M. Salpingopharyngeus Sama seperti M. palatopharyngeus:

Arteri fasialis (cabang palatine ascendens)Arteri maksilaris (cabang palatine ascendens)Arteri faringeal ascendens (cabang faringeal)

M. Stylopharyngeus Arteri faringeal ascendens (cabang faringeal)

Persarafan

Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif. Pleksus ini

dibentuk oleh cabang faring dari N. Vagus, cabang dari N. Glossopharyngeus dan serabut simpatis. Cabang

faring dari N. Vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini keluar cabang-cabang

untuk otot-otot faring kecuali M.Stilofaring yang dipersarafi langsung oleh cabang Nervus

Glossopharyngeus. 3

Page 5: Referat faringitis

Gambar 2. Persarafan faring

Saluran limfe

Aliran limfa dari dinding faring dapat melalui 3 saluran, yakni superior, media dan inferior. Saluran

limfa superior mengalir ke kelenjar getah bening retrofaring dan kelenjar getah bening servikal dalam atas.

Saluran limfa media mengalir ke kelenjar getah bening jugulo-digastrik dan kelenjar servikal dalam atas,

sedangkan saluran limfa inferior mengalir ke kelenjar getah bening servikal dalam bawah. 3

Gambar 3. Sistem limfe

Page 6: Referat faringitis

Berdasarkan letaknya maka faring dapat dibagi menjadi Nasofaring, Orofaring dan Laringofaring

(Hipofaring).

Gambar 4. Anatomi Nasofaring, Orofaring dan Hypoparing

Nasofaring merupakan bagian tertinggi dari faring, adapun batas-batas dari nasofaring ini antara lain :

- batas atas : Basis Kranii

- batas bawah : Palatum mole

- batas depan : rongga hidung

- batas belakang : vertebra servikal

Nasofaring yang relatif kecil mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa struktur penting

seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faring yang disebut fossa

Rosenmuller, kantong ranthke, yang merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus

tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare,

yang dilalui oleh Nervus Glossopharyngeus, Nervus Vags dan Nervus Asesorius spinal saraf cranial dan

vena jugularis interna, bagian petrosus os temporalis dan foramen laserum dan muara tuba Eustachius. 3,4

Orofaring disebut juga mesofaring, karena terletak diantara nasofaring dan laringofaring. Dengan

batas-batas dari orofaring ini antara lain, yaitu : 3,4

- batas atas : palatum mole

- batas bawah : tepi atas epiglottis

Page 7: Referat faringitis

- batas depan : rongga mulut

- batas belakang : vertebra servikalis

Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatine, fosa tonsil

serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum. Laringofaring (hipofaring)

merupakan bagian terbawah dari faring. Dengan batas-batas dari laringofaring antara lain, yaitu : 3,4 -

- batas atas : epiglotis

- batas bawah : kartilago krikodea

- batas depan : laring

- batas belakang : vertebra servikalis

Laringofaring disebut juga hipofaring dan terletak di bawah setelah orofaring. Dengan batas-batas

dari laringofaring antara lain, yaitu : 3,4

- batas atas : epiglotis

- batas depan : laring

- batas bawah : esofagus

- batas belakang : vertebra servikalis

Struktur-struktur yang terdapat di laringofaring : 3,4

• Valekula : Dibentuk oleh dua buah cekung yang dibentuk oleh ligamentum glossoepiglotika medial

dan lateral (kantong pil).

• Epiglotis: Terletak di bawah epiglottis. Pada bayi berbentuk omega & pada perkembangan menjadi

lebar sampai dewasa. Epiglotis berfungsi proteksi glotis ketika menelan minuman/bolus

makanan

Pada tiap sisi laringofaring berjalan N.laring superior di bawah dasar sinus piriformis. 3,4

Gambar 5. Strukttur laringofaring (hipofaring)

Ada dua ruang yang berhubungan dengan faring yang secara klinik mempunyai arti penting yaitu

ruang retrofaring dan ruang parafaring. Dinding anterior ruang retrofaring (retropharyngeal space) adalah

Page 8: Referat faringitis

dinding belakang faring yang terdiri dari mukosa faring, fasia faringobasilaris dan otot-otot faring. Ruang ini

berisi jaringan ikat jarang dan fasia prevetebralis. 3,4

Ruang ini mulai dari dasar tengkorak di bagian atas sampai batas paling bawah dari fasia servikalis.

Serat-serat jaringan ikat di garis tengah mengikatnya pada vertebra. Di sebelah lateral ruang ini berbatasan

dengan fosa faringomaksila. 3,4

Ruang parafaring (fosa faringomaksila) merupakan ruang berbentuk kerucut dengan dasarnya terletak

pada dasar tengkorak dekat foramen jugularis dan puncaknya ada kornu mayus os hyoid. Ruang ini dibatasi

di bagian dalam oleh M.Konstriktor faring superior, batas luarnya adalah ramus asendens mandibula yang

melekat dengan M.Pterigoid interna dan bagian posterior kelenjar parotis. Fosa ini dibagi menjadi dua

bagian yang tidak sama besarnya oleh os stiloid dengan otot yang melekat padanya. Bagian anterior

(presteloid) adalah bagian yang lebih luas dan dapat mengalami proses supuratif. Bagian yang lebih sempit

di bagian posterior (post stiloid) berisi arteri karotis interna, vena jugularis interna, Nervus vagus yang

dibungkus dalam suatu sarung yang disebut selubung karotis (carotid sheat). Bagian ini dipisahkan dari

ruang retrofaring oleh suatu lapisan fasia yang tipis. 3,4

Mukosa faring

Nasopharynx Bersilia,

Epitel torak berlapis dengan sel goblet

Bagian atas ditutupi palut lendir (mucous blanket)

Oropharynx Tidak bersilia

Epitel gepeng berlapis

Laryngopharynx Tidak bersilia

Epitel gepeng berlapis

Fisiologi Faring

Fungsi faring yang terutama adalah ialah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi suara dan

artikulasi. 3-5

Fungsi respirasi

Faring merupakan sebagian dari saluran pernafasan. Otot-otot faring mempunyai “tonic dilator activity”

Yang berfungsi untuk mencegah orofaring kolaps karena tekanan negatif semasa inspirasi. Hal ini akan

memastikan lumen faring tetap terbuka. 3-5

Page 9: Referat faringitis

Fungsi Menelan

Proses menelan dibagi menjadi 3 fase, yaitu : fase oral, fase faringeal dan fase esophagus yang terjadi secara

berkesinambungan. Pada proses menelan akan terjadi hal-hal sebagai berikut: 3-5

a. Pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang baik

b. Upaya sfingetr mencegah terhamburnya bolus selama fase menelan

c. Mempercepat masuknya bolus makanan ke dalam faring pada saat respirasi

d. Mencegah masuknya makanan dan minuman ke dalam nasofaring dan laring

e. Kerjasama yang baik dari otot-otot di rongga mulut untuk mendorong bolus makanan ke arah

lambung

f. Usaha untuk membersihkan kembali esofagus

Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang telah dikunyah dan bercampur dengan air liur akan

membentuk bolus makanan. Bolus ini akan bergerak dari rongga mulut melalui dorsum lidah, terletak di

tengah lidah akibat kontraksi otot intrinsik lidah. Kontraksi M. Levator veli palatine mengakibatkan rongga

pada lekukan dorsum lidah diperluas, palatum molle terangkat dan bagian atas dinding posterior faring

(Passavant’s ridge) akan terangkat pula. Bolus terdorong ke posterior karena lidah terangkat ke atas.

Bersamaan dengan ini terjadi penutupan nasofaring sebagai akibat kontraksi M. Levator veli palatini.

Selanjutnya terjadi kontraksi M. Palatoglossus yang menyebabkan isthmus fausium tertutup, diikuti oleh

kontraksi M. Palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut. 3-5

Fase faringeal terjadi secara refleks pada akhir fase oral, yaitu perpindahan bolus makanan dari faring

ke esophagus. Faring dan laring bergerak ke atas oleh kontraksi M. Stilofaring, M.Tirohioid dan M.

Palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglottis, sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika

ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika vokalis tertutup karena kontraksi M.Ariepiglotika dan

M.Aritenoid obligus. Bersamaan dengan ini terjadi juga penghentian aliran udara ke laring karena reflex

yang menghambat pernapasan, sehingga bolus makanan akan meluncur ke arah esophagus, karena valekula

dan sinus piriformis sudah dalam keadaan lurus. 3-5

Fase esophageal ialah fase perpindahan bolus makanan dari esophagus ke lambung. Dalam keadaan

istirahat introitus esophagus selalu tertutup. Dengan adanya rangsangan bolus makanan pada akhir fase

faringeal, maka terjadi relaksasi M. Krikofaring, sehingga introitus esophagus terbuka dan bolus makanan

masuk ke dalam esophagus. Setelah bolus makanan lewat, maka sfingter akan berkontraksi lebih kuat,

melebihi tonus introitus esophagus pada saat istirahat, sehingga makanan tidak akan kembali ke faring.

Dengan demikian refluks dapat dihindari. Gerak bolus makanan di esophagus bagian atas masih dipengaruhi

oleh kontraksi M.Konstriktor faring inferior pada akhir fase faringeal. Selanjutnya bolus makanan akan

didorong ke distal oleh gerakan peristaltic esophagus. Dalam keadaan istirahat sfingter esophagus bagian

bawah selalu tertutup dengan tekanan rata-rata 8 mmHg lebih dari tekanan di dalam lambung sehingga tidak

Page 10: Referat faringitis

akan terjadi regurgitasi isi lambung. Pada akhir fase esofagal sfingter ini akan terbuka secara reflex ketika

dimulainya peristaltik esophagus servikal untuk mendorong bolus makanan ke distal. Selanjutnya setelah

bolus makanan lewat maka sfingter ini akan menutup kembali. 3-5

Gambar 6. Proses Menelan

Fungsi Faring Dalam Proses Bicara

Sewaktu bicara, palatum molle bergerak ke atas sewaktu produksi suara kecuali huruf M dan N.

Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum molle kearah dinding belakang faring. Gerakan

penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula M. Salpingofaring dan M. Palatofaring,

kemudian M. Levator veli palatini bersama-sama M. Konstriktor faring superior. Pada gerakan penutupan

nasofaring M. Levator veli palatini menarik paltum molle ke atas belakang hampir mengenai dinding

posterior faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan (fold of) Passavant pada dinding belakang faring

yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai hasil gerakann M. Palatofaring

(bersama M. Salpingofaring) dan oleh kontraksi aktif M. Konstriktor faring superior. Mungkin kedua

gerakan ini bekerja tidak pada waktu yang bersamaan. Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini

menetap pada periode fonasi tetapi ada pula pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan hilang secara

cepat bersamaan dengan gerakan palatum. 3-5

Fungsi proteksi

Pada faring terdapatnya rangkaian jaringan limfoid subepitel yang terletak di cincin Waldeyer. Jaringan

limfoid ini berfungsi dalam mekanisme pertahanan tubuh. 3-5

Page 11: Referat faringitis

FARINGITIS

Definisi

Faringitis merupakan suatu kondisi dimana terjadi peradangan dinding faring yang dapat disebabkan

oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin dan lain-lain.2 Jaringan yang mungkin terlibat

antara lain nasofaring,orofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid. 3-5

Etiologi

Banyak mikroorganisma yang dapat menyebabkan faringitis yaitu, virus (40-60%) bakteri (5-40%).

Respiratory viruses merupakan penyebab faringitis yang paling banyak teridentifikasi dengan Rhinovirus

(±20%) dan coronaviruses (±5%). Selain itu juga ada Influenza virus, Parainfluenza virus, adenovirus,

Herpes simplex virus type 1 & 2, Coxsackie virus A, Cytomegalovirus dan Epstein-Barr virus (EBV). Selain

itu infeksi HIV juga dapat menyebabkan terjadinya faringitis. 3-5

Faringitis yang disebabkan oleh bakteri biasanya oleh grup S. pyogenes dengan 5-15% penyebab

faringitis pada orang dewasa. Group A streptococcus merupakan penyebab faringitis yang utama pada anak-

anak berusia 5-15 tahun, ini jarang ditemukan pada anak berusia < 3tahun. Bakteri penyebab faringitis yang

lainnya (<1%) antara lain Neisseria gonorrhoeae, Corynebacterium diptheriae, Corynebacterium ulcerans,

Yersinia eneterolitica dan Treponema pallidum, Mycobacterium tuberculosis. 3-5

Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita faringitis. Faktor resiko

penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang

gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan. 3-5

Insidens

Setiap tahunnya ± 40juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena faringitis. Banyak

anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 kali infeksi virus pada saluran pernafasan atas termasuk

faringitis. Secara global di dunia ini viral faringitis merupakan penyebab utama seseorang absen bekerja atau

sekolah. National Ambulatory Medical Care Survey menunjukkan ± 200 kunjungan ke dokter tiap 1000

populasi antara tahun 1980-1996 adalah karena viral faringitis. Viral faringitis menyerang semua ras, etnik

dan jenis kelamin. Viral faringitis menyerang anak-anak dan orang dewasa dan lebih sering pada anak-anak.

Puncak insidensi bakterial dan viral faringitis adalah pada anak-anak usia 4-7tahun. Faringitis yang

disebabkan infeksi grup A streptococcus jarang dijumpai pada anak berusia < 3 tahun. 4,5

Page 12: Referat faringitis

Patogenesis

Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung menginvasi

mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila

epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi

leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemis, kemudian edema dan sekresi yang

meningkat. Pada awalnya eksudat bersifat serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cenderung menjadi

kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemis, pembuluh darah dinding faring menjadi

lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan

limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih

ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat

menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal. 4,5

Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan extracellular

toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena fragmen M protein dari

Group A streptococcus memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan

dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan akut

glomerulonefritis karena fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi. 4,5

KLASIFIKASI FARINGITIS

Faringitis Akut

Gambar 7. Gambaran faringitis akut

Page 13: Referat faringitis

i) Faringitis Viral

Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan faringitis.

Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorokan dan sulit menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan

tonsil hiperemis. Virus influenza, Coxsachievirus, dan cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat.

Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash. 3-5

Gambar 8. Faringitis Virus

Selain menimbulkan gejala faringitis, adenovirus juga menimbulkan gejala konjungtivitis terutama pada

anak. Epstein-Barr virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang

banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama retroservikal dan

hepatosplenomegali. Faringitis yang disebabkan HIV menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan,

mual dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati akut di leher

dan pasien tampak lemah. 3-5

ii) Faringitis Bakterial

Gejala pada faringitis yang disebabkan oleh bakteri antara lain, nyeri kepala yang hebat, muntah,

kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi dan jarang disertai dengan batuk. Pada pemeriksaan

tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari

kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal

dan nyeri pada penekanan. 3-5

Page 14: Referat faringitis

Gambar 9. Faringitis Streptococcus

Faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus group A dapat diperkirakan dengan menggunakan Centor

criteria, yaitu : 3-5

(i) Demam

(ii) Anterior Cervical lymphadenopathy

(iii) Tonsillar exudates

(iv) absence of cough

Tiap kriteria ini bila dijumpai diberi skor 1. bila skor 0-1 maka pasien tidak mengalami faringitis akibat

infeksi streptococcus group A, bila skor 1-3 maka pasien memiliki kemungkian 40% terinfeksi streptococcus

group A dan bila skor 4 pasien memiliki kemungkinan 50% terinfeksi streptococcus group A. 3-5

iii) Faringitis Fungal

Penyebab dari fungal yang tersering adalah candida yang tumbuh di ukosa rongga mulut dan faring.

Keluhan yang sering timbul adalah nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak

putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis. 3-5

Gambar 10. Faringitis disebabkan candida

Page 15: Referat faringitis

Gambar 11. Contoh jamur Candida albicans

Gambar 12. Gambaran mikroskopik Candida albicans

a. Faringitis gonorea

Faringitis ini disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Pasien yang menderita faringitis tipe

ini selalunya punya riwayat pernah melakukan riwayat seks oral atau kontak orogenital. Makanya selalu jika

didapatkan pasien dengan faringitis tipe ini, adalah wajib untuk ditanyakan kepada pasien apakah pernah

melakukan kontak orogenital sebelumnya. 3-5

Gambar 13. Gambaran penderita faringitis gonorrhea

Page 16: Referat faringitis

Faringitis Kronik

Terdapat dua bentuk faringitis kronik yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi.

Faktor predisposisi terjadi proses radang kronik di faring adalah rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh

rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu. Faktor lain penyebab

terjadinya faringitis kronik adalah pasien yang bernafas melalui mulut karena hidungnya tersumbat. 3-5

Gambar 14. Faringitis kronik

a) Faringitis Kronik Hiperplastik

. Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak

kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa

dinding posterior tidak rata dan berglanular. Pasien mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal dan

akhirnya batuk yang berdahak. 3-5

b) Faringitis Kronik Atrofi

Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi, udara

pernafasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada

faring. Pasien umumnya mengeluh tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau. Pada pemeriksaan

tampak mukosa faring ditutupi oleh lender yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering. 3-5

Page 17: Referat faringitis

Faringitis spesifik

a. Faringits luetika

Faringitis leutika atau faringitis syphilis ini dapat disebabkan oleh Treponema palidum yang dapat

menimbulkan infeksi di daerah faring seperti penyakit lues di organ lain. Gambaran klinik penyakit ini

berbeza dan tergantung kepada stadium yang dapat dibahagi kepada tiga, iaitu primer, sekunder dan tersier. 3-

5

1. Stadium primer

Kelainan terdapat terlihat pada lidah, palatum molle, tonsil dan dinding faring seperti bercak

keputihan. Apabila infeksi terus berlangsung maka timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus

pada genitalia iaitu tiada rasa nyeri. Selain itu terdapat juga pembesaran kelenjar mandibula yang

tiada rasa nyeri jika ditekan.

2. Stadium sekunder

Jarang ditemukan pasien yang berada di stadium ini. Selalunya akan terlihat eritema pada dinding

faring yang menjalar ke faring

3. Pada stadium tiga, akan terlihat guma yang dimana predileksinya adalah pada tonsil dan palatum.

Guma pada dinding faring jarang ditemukan, namun sekiranya ada, ianya dapat meluas hingga ke

vertebra servikal dan dapat menyebabkan kematian. Guma yang terdapat di palatum molle pula,

sekiranya sembuh akan membentuk jaringan parut yang dapat menimbulkan gangguan fungsi

palatum secara permanen.

Gambar 15. Faringitis luetika

Page 18: Referat faringitis

Gambar 16. Contoh lesi luetika pada palatum iaitu stadium dua

Gambar 17. Contoh gumma pada palatum molle pada stadium tiga

Gambar 18. Contoh parasit Treponema pallidum

yang menyebabkan faringitis lues

b. Faringitis tuberculosis

Faringitis tuberculosis merupakan suatu proses sekunder dari tuberculosis di paru. Cara infeksi bisa

secara eksogen yang disebabkan kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi kuman

melalui udara. Infeksi secara endogen pula dapat terjadi lewat darah yaitu pada tuberculosis milllier.

Sekiranya infeksi terjadi secara hematogen maka tonsil dapat terkena pada kedua-dua sisi dan dapat

ditemukan lesi pada dinding faring, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum molle, dan

palatum durum. Kelenjar regional akan turut membengkak dan penyebaran pada saat ini adalah secara

limfogen.3-5

Pasien dengan penyakit ini selalunya mempunyai keadaan umum yang buruk karena anoreksi dan

odinofagi. Keluhan yang sering dinyatakan adalah seperti nyeri hebat di tenggorokan, nyeri telinga dan

pembesaran kelenjar getah bening servikal. 3-5

Page 19: Referat faringitis

Gejala klinis

Gejala dan tanda yang ditimbulkan faringitis tergantung pada mikroorganisme yang menginfeksi.

Pada faringitis akut gejala dapat ringan berupa rasa tidak enak di tenggorok yang berakhir beberapa hari,

malaise ringan dan demam ringan. Pada keadaan berat sakit di tenggorok lebih hebat. Adanya keluhan sulit

menelan ludah, jika palatum edema akan menyebabkan batuk iritatif karena uvula mengenai pangkal lidah.

Terdapatjuga keluhan demam dan sakit kepala. 3-5

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis faringitis dapat dimulai dari anamnesa yang cermat dan dilakukan

pemeriksaan suhu tubuh dan evaluasi tenggorokan, sinus, telinga, hidung dan leher. Pada faringitis dapat

dijumpai faring yang hiperemis, eksudat, tonsil yang membesar dan hiperemis, pembesaran kelenjar getah

bening di leher.4,5

Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dalam penegakkan diagnose antara lain yaitu : 4,5

pemeriksaan darah lengkap

GABHS rapid antigen detection test bila dicurigai faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus

group A

Kultur tenggorokan

Namun pada umumnya peran diagnostik pada laboratorium dan radiologi terbatas.

Gambar 18. Contoh gambar bakteri Mycobacterium tuberculosis

yang menyebabkan faringitis tuberkulosis

Page 20: Referat faringitis

Penatalaksanaan

Pada faringitis virus pasien dianjurkan untuk istirahat, minum yang cukup dan berkumur dengan air

yang hangat. Analgetika diberikan jika perlu. Antivirus metisoprinol (isoprenosine) diberikan pada infeksi

herpes simpleks dengan dosis 60-100mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan

pada anak < 5tahun diberikan 50mg/kgBb dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari.4,5

Pada faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya streptococcus group A diberikan

antibiotik yaitu Penicillin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau amoksisilin 50mg/kgBB dosis

dibagi 3kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500mg selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500mg/hari.

Selain antibiotik juga diberikan kortikosteroid karena steroid telah menunjukan perbaikan klinis karena dapat

menekan reaksi inflamasi. Steroid yang dapat diberikan berupa deksametason 8-16mg/IM sekali dan pada

anak-anak 0,08-0,3 mg/kgBB/IM sekali dan pada pasien dengan faringitis akibat bakteri dapat diberikan

analgetik, antipiretik dan dianjurkan pasien untuk berkumur-kumur dengan menggunakan air hangat atau

antiseptik.4,5

Pada faringitis yang disebabkan oleh Neisseria gonorrheae obat yang selalu diberikan adalah obat

dari golongan sefalosporin generasi ketiga. Contohnya adalah seperti seftriakson dengan dosis sesuai dengan

berat badan pasien. 4,5

Pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan

memakai zat kimia larutan nitras argenti atau dengan listrik (electro cauter). Pengobatan simptomatis

diberikan obat kumur, jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspetoran. Penyakit pada

hidung dan sinus paranasal harus diobati. Pada faringitis kronik atrofi pengobatannya ditujukan pada rhinitis

atrofi dan untuk faringitis kronik atrofi hanya ditambahkan dengan obat kumur dan pasien disuruh menjaga

kebersihan mulut.4,5

Pada faringitis spesifik akibat lues, obat pilihan pertama yang diberikan sebagai terapi adalah penisilin

dengan dosis tinggi. Sementara untuk faringitis yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, obat

yang harus diberikan adalah obat antituberkulosis (OAT) sama seperti terapi tuberculosis paru.4,5

Prognosis

Umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik. Pasien dengan faringitis biasanya sembuh

dalam waktu 1-2 minggu. 4,5

Komplikasi

Adapun komplikasi dari faringitis yaitu dapat terbagi dua, yaitu komplikasi lokal dan general. Pada

komplikasi lokal dapat terjadi penyebaran langsung ke laring di bagian inferior dimana terjadinya edema

glotis sehingga bisa menyebabkan obstruksi pernafasan. Pada komplikasi general, penyakit ini dapat

menyebabkan toksemia, bakteremia, septikemia dan piema. 4,5

Page 21: Referat faringitis

BAB 3

KESIMPULAN

Faringitis merupakan suatu kondisi dimana terjadi peradangan dinding faring yang dapat disebabkan

oleh virus, bakteri, alergi, trauma, toksin dan lain-lain. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring,

nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid. Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang

menderita faringitis. Faktor risiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh,

konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan.

Gejala dan tanda yang ditimbulkan faringitis tergantung pada mikroorganisme yang menginfeksi.

Secara garis besar faringitis menunjukkan tanda dan gejala-gejala seperti lemas, anorexia, suhu tubuh naik,

suara serak, kaku dan sakit pada otot leher, faring yang hiperemis, tonsil membesar, pinggir palatum molle

yang hiperemis, kelenjar limfe pada rahang bawah teraba dan nyeri bila ditekan dan bila dilakukan

pemeriksaan darah mungkin dijumpai peningkatan laju endap darah dan leukosit. Untuk menegakkan

diagnosis faringitis dapat dimulai dari anamnesa yang cermat dan dilakukan pemeriksaan temperature tubuh

dan evaluasi tenggorokan, sinus, telinga, hidung dan leher. Pada faringitis dapat dijumpai faring yang

hiperemis, eksudat, tonsil yang membesar dan hiperemis, pembesaran kelenjar getah bening di leher.

Terapi faringitis tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya adalah bakteri maka diberikan

antibiotik dan bila penyebabnya adalah virus maka cukup diberikan analgetik dan pasien dianjurkan istirahat

dan mengurangi aktivitasnya. Dengan pengobatan yang adekuat umumnya prognosis pasien dengan

faringitis yang cukup. Umumnya pasien sembuh dalam waktu 1-2 minggu. Komplikasi dari faringitis yaitu

sinusitis, otitis media, epiglotitis, mastoiditis, pneumonia, abses peritonsilar, abses retrofaringeal. Selain itu

dapat juga terjadi komplikasi lain berupa septikemia, meningitis, glomerulonefritis, demam rematik akut.

Hal ini terjadi secara perkontuinatum, limfogenik maupun hematogenik.

Page 22: Referat faringitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Ballenjer JJ. Diseases of the oropharynx. In: Otorhinolaryngology head and neck surgery. 15th Ed. Lea

Febiger Book. Baltimore, Philadelphia, Sydney, Tokyo: p.236-44.

2. Radang Tenggorokan diunduh dari :

http://medicastore.com/penyakit/56/Faringitis_(Radang_Tenggorokan).html 05/07/2013

3. Rusmarjono, Soepardi EA, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorokan Edisi

Ketujuh, Cetakan pertama, Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2012.

h195-8.

4. Bailey BJ, Johnson JT, American Academy of Otolaryngology – Head and Neck Surgery. Lippincott

Williams & Wilkins, Fourth Edition, Volume one, United States of America, 2006. p601-13.

5. Adam GL. Diseases of the nasopharynx and oropharynx. In: Boies fundamentals of otolaryngology. A

text book of ear, nose and throat diseases 6th Ed. WB Saunders Co 2009: p,332-69.