33
BAB I PENDAHULUAN Nyeri neuropati dapat didefinisikan sebagai nyeri akibat lesi jaringan saraf baik perifer maupun sentral bisa diakibatkan oleh beberapa penyebab seperti amputasi, toksis (akibat khemoterapi) metabolik (diabetik neuropati) atau juga infeksi misalnya herpes zoster pada neuralgia pasca herpes dan lain-lain. Nyeri pada neuropatik bisa muncul spontan (tanpa stimulus) maupun dengan stimulus atau juga kombinasi. Nyeri adalah keluhan yang paling sering membuat pasien datang ke dokter. Hal ini hampir selalu merupakan manifestasi dan tanda dari sebuah proses patologis atau penyakit dalam tubuh. 1,2 International Association for Study of Pain (IASP), mendefinisikan nyeri sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut.nyeri juga dapat dibedakan atas dua komponen utama, yaitu komponen emosional (psikogenik) dan sensorik (fisik). Nyeri juga dapat divariasikan berdasarkan: waktu dan lamanya berlangsung (transien, intermiten, atau persisten), intensitas (ringan, sedang dan berat), kualitas (tajam, tumpul, dan terbakar), penjalarannya (superfisial, dalam, lokal atau difus). Di samping itu nyeri pada umumnya memiliki komponen kognitif dan emosional yang digambarkan sebagai penderitaan. Selain itu nyeri juga dihubungkan dengan refleks 1

Referat Evy

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat neuropati

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

Nyeri neuropati dapat didefinisikan sebagai nyeri akibat lesi jaringan saraf baik perifer maupun sentral bisa diakibatkan oleh beberapa penyebab seperti amputasi, toksis (akibat khemoterapi) metabolik (diabetik neuropati) atau juga infeksi misalnya herpes zoster pada neuralgia pasca herpes dan lain-lain. Nyeri pada neuropatik bisa muncul spontan (tanpa stimulus) maupun dengan stimulus atau juga kombinasi. Nyeri adalah keluhan yang paling sering membuat pasien datang ke dokter. Hal ini hampir selalu merupakan manifestasi dan tanda dari sebuah proses patologis atau penyakit dalam tubuh.1,2 International Association for Study of Pain (IASP), mendefinisikan nyeri sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut.nyeri juga dapat dibedakan atas dua komponen utama, yaitu komponen emosional (psikogenik) dan sensorik (fisik). Nyeri juga dapat divariasikan berdasarkan: waktu dan lamanya berlangsung (transien, intermiten, atau persisten), intensitas (ringan, sedang dan berat), kualitas (tajam, tumpul, dan terbakar), penjalarannya (superfisial, dalam, lokal atau difus). Di samping itu nyeri pada umumnya memiliki komponen kognitif dan emosional yang digambarkan sebagai penderitaan. Selain itu nyeri juga dihubungkan dengan refleks motorikmenghindar dan gangguan otonom yang disebut sebagai pengalaman nyeri.1-4

Secara patologik nyeri dikelompokkan pada nyeri adaptif atau nyeri nosiseptif, atau nyeri akut dan nyeri maladaptif sebagai nyeri kronik juga disebut sebagai nyeri neuropatik serta nyeri psikologik atau nyeri idiopatik. Nyeri akut atau nosiseptif yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan, merupakan salah satu sinyal untuk mempercepat perbaikan dari jaringan yang rusak. Sedangkan nyeri neuropatik disebut sebagai nyeri fungsional merupakan proses sensorik abnormal yang disebut juga sebagai gangguan sistem alarm. Nyeri idiopatik yang tidak berhubungan dengan patologi baik neuropatik maupun nosiseptif dan memunculkan gejala gangguan psikologik memenuhi somatoform seperti stres, depresi, ansietas dan sebagainya. 1,2

BAB II PEMBAHASAN

II.1 DEFINISINyeri neuropatik yang didefinisikan sebagai nyeri akibat lesi jaringan saraf baik perifer maupun sentral bisa diakibatkan oleh beberapa penyebab seperti amputasi, toksis (akibat khemoterapi) metabolik (diabetik neuropati) atau juga infeksi misalnya herpes zoster pada neuralgia pasca herpes dan lain-lain. Nyeri pada neuropatik bisa muncul spontan (tanpa stimulus) maupun dengan stimulus atau juga kombinasi.1,2 Nyeri neuropatik juga disebut sebagai nyeri kronik berbeda dengan nyeri akut atau nosiseptif dalam hal etiologi, patofisiologi, diagnosis dan terapi. Nyeri akut adalah nyeri yang sifatnya self-limiting dan dianggap sebagai proteksi biologik melalui signal nyeri pada proses kerusakan jaringan. Nyeri pada tipe akut merupakan simptom akibat kerusakan jaringan itu sendiri dan berlokasi disekitar kerusakan jaringan dan mempunyai efek psikologis sangat minimal dibanding dengan nyeri kronik. Nyeri ini dipicu oleh keberadaan neurotransmiter sebagai reaksi stimulasi terhadap reseptor serabut alfa-delta dan C polimodal yang berlokasi di kulit, tulang, jaringan ikat otot dan organ visera. Stimulus ini bisa berupa mekhanik, kimia dan termis, demikian juga infeksi dan tumor. Reaksi stimulus ini berakibat pada sekresi neurotransmiter seperti prostaglandin, histamin, serotonin, substansi P, juga somatostatin (SS), cholecystokinin (CCK), vasoactive intestinal peptide (VIP), calcitoningenen-related peptide (CGRP) dan lain sebagainya. Nyeri neuropatik adalah non-self-limiting dan nyeri yang dialami bukan bersifat sebagai protektif biologis namun adalah nyeri yang berlangsung dalam proses patologi penyakit itu sendiri. Nyeri bisa bertahan beberapa lama yakni bulan sampai tahun sesudah cedera sembuh sehingga juga berdampak luas dalam strategi pengobatan termasuk terapi gangguan psikologik. 1,2

II.2 EPIDEMIOLOGIMenurut Bennet (1978) dan Tollison (1998), di Amerika Serikat terdapat kira-kira 75-8 juta penderita nyeri kronik, dengan 25 juta diantaranya penderita artrirtis. Diperkirakan ada 600.000 penderita artritis baru setiap tahunnya. Jumlah penderita nyeri neuropatik lebih kurang 1% dari total penduduk di luar nyeri punggung bawah. Untuk nyeri punggung bawah sendiri diperkirakan 15% dari jumlah penduduk (Fordyce, 1995). Insidensi maupun prevalensi nyeri akut belum diketahui, tetapi diperkirakan operasi dan trauma penyebab utama nyeri akut (Loeser and Melzack, 1999; McQuay and Moore, 1999).Pada penelitian lain didapatkan, nyeri neuropatik mungkin menyerang 3% dari populasi umum. Dari 6000 sampel keluarga yang tinggal di tiga kota di Inggris, didapatkan prevalensi nyeri kronis adalah 48% dan prevalensi nyeri neuropatik adalah 8%. Responden dengan nyeri neuropatik kronis lebih banyak perempuan, dengan usia yang cukup tua, belum menikah, tidak memiliki kualifikasi pendidikan, dan merupakan perokok.3,4,5II.3 ETIOLOGINyeri neuropatik dapat terjadi akibat lesi di susunan saraf pusat (nyeri sentral) atau kerusakan saraf perifer (nyeri perifer). Nyeri neuropatik berasal dari saraf perifer di sepanjang perjalanannya atau dari SSP karena gangguan fungsi, tanpa melibatkan eksitasi reseptor nyeri spesifik (nosiseptor). Gangguan ini dapat disebabkan oleh kompresi, transeksi, infiltrasi, iskemik, dan gangguan metabolik pada badan sel neuron. 6,7Nyeri sentral neuropatik adalah suatu konsep yang berkembang akibat bertambahnya bukti bahwa kerusakan ujung-ujung saraf nosiseptif perifer di jaringan lunak, pleksus saraf, dan saraf itu sendiri juga dapat menyebabkan nyeri sentral nosiseptif melalui proses sensitasi. Sindrom nyeri thalamus adalah salah satu nyeri neuropatik sentral. Nyeri sentral neuropatik juga dapat ditemukan pada pasien post-stroke, multiple sklerosis, spinal cord injury, dan penyakit Parkinson. 6,7,8Nyeri neuropatik perifer terjadi akibat kerusakan saraf perifer. Kerusakan yang berasal dari perifer menyebabkan tidak saja pelepasan muatan spontan serat saraf perifer yang terkena tetapi juga lepasnya muatan spontan sel-sel ganglion akar dorsal saraf yang rusak. Contoh-contoh sindrom yang mungkin dijumpai adalah neuralgia pascaherpes, neuropati diabetes, neuralgia trigeminus, kausalgi, phantom-limb pain, kompresi akibat tumor, dan post operasi. 6,8

Penyebab Tersering Nyeri Neuropatik : 8Nyeri Neuropatik SentralNyeri Neuropatik Perifer

Mielopati kompresif dengan stenosis spinalis Mielopati HIV Multiple sclerosis Penyakit Parkinson Mielopati post iskemik Mielopati post radiasi Nyeri post stroke Nyeri post trauma korda spinalis Siringomielia

Poliradikuloneuropati demielinasi inflamasi akut dan kronik Polineuropati alkoholik Polineuropati oleh karena kemoterapiSindrom nyeri regional kompleks (complex regional pain syndrome)Neuropati jebakan (misalnya, carpal tunnel syndrome)Neuropati sensoris oleh karena HIVNeuralgia iatrogenik (misalnya, nyeri post mastektomi atau nyeri post thorakotomi) Neuropati sensoris idiopatik Kompresi atau infiltrasi saraf oleh tumorNeuropati oleh karena defisiensi nutrisional Neuropati diabetik Phantom limb pain Neuralgia post herpetic Pleksopati post radiasi Radikulopati (servikal, thorakal, atau lumbosakral) Neuropatik oleh karena paparan toksik Neuralgia trigeminus (Tic Doulorex) Neuralgia post trauma

Nyeri neuropatik juga dapat dihubungkan dengan penyakit infeksi, yang paling sering adalah HIV. Cytomegalovirus, yang sering ada pada penderita HIV, juga dapat menyebabkan low back pain, radicular pain, dan mielopati. Nyeri neuropatik adalah hal yang paling sering dan penting dalam morbiditas pasien kanker. Nyeri pada pasien kanker dapat timbul dari kompresi tumor pada jaringan saraf atau kerusakan sistem saraf karena radiasi atau kemoterapi. 8

II.4 KLASIFIKASIKlasifikasi nyeri neuropati terbagi menjadi 2, yakni berdasarkan penyakit yang mendahului dan letak anatomisnya, dan berdasarkan gejala. Berdasarkan penyakit yang mendahului dan letak anatomisnya, nyeri neuropati terbagi menjadi : 9 Perifer, dapat diakibatkan oleh neuropati, nueralgia pasca herpes zoster, trauma susunan saraf pusat, radikulopati, neoplasma, dan lain-lain Medula spinalis, dapat diakibatkan oleh multiple sclerosis, trauma medula spinalis, neoplasma, arakhnoiditis, dan lain-lain Otak, dapat diakibatkan oleh stroke, siringomielia, neoplasma, dan lain-lain.

Berdasarkan gejala, nyeri neuropati terbagi menjadi : Nyeri spontan (independent pain) Nyeri oleh karena stimulus (evoked pain) Gabungan antara keduanya.

II.5 PATOFISIOLOGIMekanisme yang mendasari munculnya nyeri neuropati adalah: sensitisasi perifer, ectopic discharge, sprouting, sensitisasi sentral, dan disinhibisi. Perubahan ekspresi dan distribusi saluran ion natrium dan kalium terjadi setelah cedera saraf, dan meningkatkan eksitabilitas membran, sehingga muncul aktivitas ektopik yang bertanggung jawab terhadap munculnya nyeri neuropatik spontan.1,2,3Kerusakan jaringan dapat berupa rangkaian peristiwa yang terjadi di nosiseptor disebut nyeri inflamasi akut atau nyeri nosiseptif, atau terjadi di jaringan saraf, baik serabut saraf pusat maupun perifer disebut nyeri neuropatik. Trauma atau lesi di jaringan akan direspon oleh nosiseptor dengan mengeluarkan berbagai mediator inflamasi, seperti bradikinin, prostaglandin, histamin, dan sebagainya. Mediator inflamasi dapat mengaktivasi nosiseptor yang menyebabkan munculnya nyeri spontan, atau membuat nosiseptor lebih sensitif (sensitasi) secara langsung maupun tidak langsung. Sensitasi nosiseptor menyebabkan munculnya hiperalgesia. Trauma atau lesi serabut saraf di perifer atau sentral dapat memacu terjadinya remodelling atau hipereksibilitas membran sel. Di bagian proksimal lesi yang masih berhubungan dengan badan sel dalam beberapa jam atau hari, tumbuh tunas-tunas baru (sprouting). Tunas-tunas baru ini, ada yang tumbuh dan mencapai organ target, sedangkan sebagian lainnya tidak mencapai organ target dan membentuk semacam pentolan yang disebut neuroma. Pada neuroma terjadi akumulasi berbagai ion-channel, terutama Na+ channel. Akumulasi Na+ channel menyebabkan munculnya ectopic pacemaker. Di samping ion channel juga terlihat adanya molekul-molekul transducer dan reseptor baru yang semuanya dapat menyebabkan terjadinya ectopic discharge, abnormal mechanosensitivity, thermosensitivity, dan chemosensitivity (Devor and Seltzer, 1990). Ectopic discharge dan sensitisasi dari berbagai reseptor (mechanical, termal, chemical) dapat menyebabkan timbulnya nyeri spontan dan evoked pain.1,2,3Lesi jaringan mungkin berlangsung singkat, dan bila lesi sembuh nyeri akan hilang. Akan tetapi, lesi yang berlanjut menyebabkan neuron-neuron di kornu dorsalis dibanjiri potensial aksi yang mungkin mengakibatkan terjadinya sensisitasi neuron-neuron tersebut. Sensitisasi neuron di kornu dorsalis menjadi penyebab timbulnya alodinia dan hiperalgesia sekunder. Dari keterangan di atas, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa nyeri timbul karena aktivasi dan sensitisasi sistem nosiseptif baik perifer maupun sentral.Baik nyeri neuropatik perifer maupun sentral berawal dari sensitisasi neuron sebagai stimulus noksious melalui jaras nyeri sampai ke sentral. Bagian dari jaras ini dimulai dari kornu dorsalis, traktus spinotalamikus (struktur somatik) dan kolum dorsalis (untuk viseral), sampai talamus sensomotorik, limbik, korteks prefrontal dan korteks insula. Karakteristik sensitisasi neuron bergantung pada: meningkatnya aktivitas neuron; rendahnya ambang batas stimulus terhadap aktivitas neuron itu sendiri misalnya terhadap stimulus yang non noksious, dan luasnya penyebaran areal yang mengandung reseptor yang mengakibatkan peningkatan letupan-letupan dari berbagai neuron. Nyeri neuropatik muncul akibat proses patologi yang berlangsung berupa perubahan sensitisasi baik perifer maupun sentral yang berdampak pada fungsi sistem inhibitorik serta gangguan interaksi antara somatik dan simpatetik. Keadaan ini memberikan gambaran umum berupa alodinia dan hiperalgesia. Permasalahan pada nyeri neuropatik adalah menyangkut terapi yang berkaitan dengan kerusakan neuron dan sifatnya ireversibel. Pada umumnya hal ini terjadi akibat proses apoptosis yang dipicu baik melalui modulasi intrinsik kalsium di neuron sendiri maupun akibat proses inflamasi sebagai faktor ekstrinsik. Kejadian inilah yang mendasari konsep nyeri kronik yang ireversibel pada sistem saraf. Atas dasar ini jugalah maka nyeri neuropatik harus secepat mungkin di terapi untuk menghindari proses mengarah ke plastisitas sebagai nyeri kronik. Neuron sensorik nosiseptif berakhir pada bagian lamina paling superfisial dari medula spinalis. Sebaliknya, serabut sensorik dengan ambang rendah (raba, tekanan, vibrasi, dan gerakan sendi) berakhir pada lapisan yang dalam. Penelitian eksperimental pada tikus menunjukkan adanya perubahan fisik sirkuit ini setelah cedera pada saraf. Pada beberapa minggu setelah cedera, terjadi pertumbuhan baru atau sprouting aferen dengan non noksious ke daerah-daerah akhiran nosiseptor. Sampai saat ini belum diketahui benar apakah hal yang serupa juga terjadi pada pasien dengan nyeri neuropati. Hal ini menjelaskan mengapa banyak kasus nyeri intraktabel terhadap terapi. Rasa nyeri akibat sentuhan ringan pada pasien nyeri neuropati disebabkan oleh karena respon sentral abnormal serabut sensorik non noksious. Reaksi sentral yang abnormal ini dapat disebabkan oleh faktor sensitisasi sentral, reorganisasi struktural, dan hilangnya inhibisi.1,3,14Nyeri neuropati merupakan nyeri yang dikarenakan adanya lesi pada sistem saraf perifer maupun pusat. Nyeri ini bersifat kronik dan mengakibatkan penurunan kualitas hidup penderita. Nyeri neuropati melibatkan gangguan neuronal fungsional dimana saraf perifer atau sentral terlibat dan menimbulkan nyeri khas bersifat epikritik (tajam dan menyetrum) yg ditimbulkan oleh serabut A yg rusak, atau protopatik seperti disestesia, rasa terbakar, parestesia dengan lokalisasi tak jelas yang disebabkan oleh serabut C yang abnormal. Gejala-gejala ini biasa disertai dengan defisit neurologik atau gangguan fungsi lokal. 1,3Umumnya, lesi saraf tepi maupun sentral berakibat hilangnya fungsi seluruh atau sebagian sistim saraf tersebut, ini sering disebut sebagai gejala negatif. Akan tetapi, pada bagian kecil penderita dengan lesi saraf tepi, seperti pada penderita stroke, akan menunjukkan gejala positif yang berupa disestesia, parestesia atau nyeri. Nyeri yang terjadi akibat lesi sistem saraf ini dinamakan nyeri neuropatik. Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahuluhi atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada sistem saraf.15Iskemia, keracunan zat tonik, infeksi dan gangguan metabolik dapat menyebabkan lesi serabut saraf aferen. Lesi tersebut dapat mengubah fungsi neuron sensorik yang dalam keadaan normal dipertahankan secara aktif oleh keseimbangan antara neuron dengan lingkungannya. Gangguan yang terjadi dapat berupa gangguan keseimbangan neuron sensorik, melalui perubahan molekular, sehingga aktivitas serabut saraf aferen menjadi abnormal (mekanisme perifer) yang selanjutnya menyebabkan gangguan nosiseptik sentral.Pada nyeri inflamasi maupun nyeri neuropatik sudah jelas keterlibatan reseptor NMDA dalam proses sensitisasi sentral yang menimbulkan gejala hiperalgesia terutama sekunder dan alodinia. Akan tetapi di klinik ada perbedaaan dalam terapi untuk kedua jenis nyeri inflamasi sedangkan untuk nyeri neuropatik obat tersebut kurang efektif. Banyak teori telah dikembangkan untuk menerangkan perbedaan tersebut.Prinsip terjadinya nyeri adalah gangguan keseimbangan antara eksitasi dan inhibisi akibat kerusakan jaringan (inflamasi) atau sistem saraf (neuropatik). Eksitasi meningkat pada kedua jenis nyeri tersebut pada neyeri neuropatik dari beberapa keterangan sebelumnya telah diketahui bahwa inhibisi menurun yang sering disebut dengan istilah disinhibisi. Disinhibisi dapat disebabkan oleh penurunan reseptor opioid di neuron kornu dorsalis terutama di presinap serabut C.1,3,14

II.6 MANIFESTASI KLINISGejala khas dari neuropati adalah berkaitan dengan jenis saraf yang terkena. Jika saraf sensoris yang rusak, gejala umumnya termasuk kebas, kesemutan pada daerah yang terkena, sensasi seperti ditusuk-tusuk, atau nyeri. Nyeri yang berkaitan dengan neuropati dapat cukup kuat dan dapat digambarkan seperti nyeri tusuk, terpotong, terasa remuk, dan rasa terbakar. Pada beberapa kasus rangsangan tidak nyeri dapat diterjemahkan sebagai nyeri yang hebat atau nyeri juga dapat dirasakan bahkan tanpa ada rangsangan. Kerusakan saraf motoris biasanya di indikasikan dengan kelemahan pada daerah yang dipengaruhi. 12Jika masalah dengan saraf motoris berlanjut dalam suatu periode waktu, atrofi atau berkurangnya tonus otot dapat terlihat jelas. Kerusakan saraf otonom terlihat paling jelas ketika seseorang berdiri dan mengalami masalah seperti kepala terasa ringan atau perubahan tekanan darah. Indikasi lain kerusakan saraf otonom adalah kurangnya keringat, air mata dan air liur, konstipasi, retensi urin dan impotensi. Dalam beberapa kasus, dapat terjadi gangguan irama jantung dan masalah-masalah pernafasan. Gejala-gejala dapat muncul dalam beberapa hari, bulan atau tahun. Jangka waktu dan hasil akhir dari neuropati berkaitan dengan penyebab kerusakan saraf. Penyebab potensial termasuk penyakit, trauma fisik, keracunan, malnutrisi dan penyalahgunaan alkohol. Pada beberapa kasus neuropati bukanlah merupakan gangguan utama, namun merupakan suatu gejala dari penyakit yang mendasarinya.12Semua gejala neurologi yang terjadi berhubungan dengan sistem saraf pusat yang terdiri dari otak dan medulla spinalis atau sistem saraf perifer yang menghubungkan medulla spinalis dan otak ke semua bagian tubuh. Jaringan saraf perifer terdiri dari saraf motorik yang dapat mengkontraksi otot dan sensorik yang dapat memberikan batasan sensasi rasa. Saraf perifer dapat mengkontrol beberapa fungsi involunter system saraf otonom yang mana mengatur beberapa organ interna, kelenjar keringat dan tekanan darah.12Namun, saraf saraf perifer mudah rapuh dan rusak. Kerusakan saraf perifer dapat menganggu hubungan antara area yang dipersarafi dan otak, yang menganggu kemampuan untuk pergerakan otot otot tertentu atau sensasi rasa yang normal. Gejala tersebut tidak tergantung pada penyebab neuropati dan satu atau beberapa saraf yang terlibat. Jika saraf sensorik mengalami kerusakan , gejala gejala yang muncul : Nyeri Kebas Rasa gatal kelemahan otot Rasa terbakar hilang rasa

Pada saat gejala baru saja muncul dan beberapa penderita tidak menyadari adanya kelainan. Bagi penderita lainnya, gejala menetap dan terutama pada malam hari gejalanya hampir tidak bisa ditahan. Gejala dan tanda antara lain : tidak ada perasaan saat memakai sarung tangan atau kaus kaki nyeri seperti terbakar nyeri tajam, tertusuk atau seperti terkena listrik kepekaan berlebihan terhadap sentuhan, bahkan sentuhan ringan kurangnya koordinasiBila saraf motorik rusak, penderita akan mengalami kelemahan atau paralisis otot yang dikendalikan oleh saraf tersebut. Dan bila saraf tersebut rusak yang mana mengontrol fungsi sistem saraf otonom tertentu, penderita akan mengalami gangguan dengan buang air besar dan kecil, berkurangnya keringat atau impotensi. anda mungkin juga mengalami penurunan tajam tekanan darah pada saat berdiri yang menyebabkan pingsan dan pusing.

II.7 DIAGNOSISAnamnesis Skrining nyeri Anamnesis diawali dengan meminta pasien mengisi ID Pain Screening Questionnaire untuk membedakan apakah nyeri yang diderita pasien adalah nyeri nosiseptif atau neurotik

ID pain 1. Apakah nyeri terasa seperti kesemutan? Ya (+1 poin) Tidak (0 poin)2. Apakah nyeri terasa panas atau membakar? Ya (+1 poin) Tidak (0 poin)3. Apakah terasa kebas atau baal? Ya (+1 poin) Tidak (0 poin)4. Apakah nyeri terasa seperti kesetrum? Ya (+1 poin) Tidak (0 poin)5. Apakah nyeri bertambah hebat bila tersentuh? Ya (+1 poin) Tidak (0 poin)6. Apakah nyeri hanya terasa dipersendian/otot/gigi/lainnya? Ya (+1 poin) Tidak (0 poin)Total skorSkor total minimum = -1Skor total maksimum= 5Jika skor anda >2, kemungkinan anda menderita nyeri neuropatik.

Anamnesis nyeria. riwayat klinik: kapankah nyeri berawal? Berapa sering? Apakah intensitasnya berubah?b. sifat keluhan : seperti apa rasa nyerinya? c. kualitas nyeri: pada skala 0-10, dimana 0 adalah keadaaan tanpa nyeri dan 10 adalah nyeri paling hebat yang anda bayangkan, seberapa nyeri anda sekrang? d. lokasi keluhan: dimana lokasi awal nyeri? Apakah lebih dari satu tempat?e. distribusi dan penjalaran nyeri: dari mana awal serangan timbul dan menjalar ke mana?f. faktor yang meringankan/memperberat nyeri: apakah yang membuat nyeri anda membaik? Apakah yang membuat nyeri anda memburuk?g. anamnesis psikologispain triad(kecemasan, depresi, gangguan tidur)

Intensitas nyeriSecara sederhana nyeri pasca bedah pada pasien sadar dapat langsung ditanyakan pada yang bersangkutan dan biasanya dikategorikan sebagai:1. Tidak nyeri (none) 2. Nyeri ringan (mild, slight)3. Nyeri sedang (moderate)4. Nyeri berat (severe)5. Sangat nyeri (very severe, intorable)Secara kuantitatif, keparahan derajat nyeri dapat membantu untuk memilah intervensi terapi dan evaluasi apakah efisien atau tidak. Walaupun nyeri bersifat subyektif dan dipengaruhi oleh faktor psikologis dan lain-lain. Skala nyeri juga dapat dinilai dengan alat bantu, yang paling sering digunakan untuk menilai intensitas atau keparahan pasien adalah Skala Analog Visual (VAS, Visual Analogue Scales), Numerical Rating Scale, Faces Rating Scale, dan Mc Gill Pain Questioner.eria. visual analog scale (VAS)

b. Numeric pain scale

Keterangan: 10 :Tidak nyeri 1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul

c. McGill pain Questionnaire

a. Pemeriksaan fisik 1. Pemeriksaan fisik umum2. Pemeriksaan neurologisa. Kesadaran b. Saraf-saraf kranialc. Motorikd. Sensorike. Otonomf. Fungsi luhurb. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan elektrodiagnosis untuk menilai sindroma nyeri akut dan menahun mencakup:1. Kecepatan hantaran saraf motorik: NCV (nerve conduction velocity)Pemeriksaan bertujuan untuk memeriksa transmisi melalui persimpangan mioneural junction, depolarisasi dari membran sel. Kecepatan hantar saraf menjadi lambat pada proses demielinasi dari saraf motorik. Amplitudo dari compound muscle action potential (CMAP) berhubungan dengan banyaknya akson saraf motorik yang ikut serta, jadi berkurang bila ada konduksi terganggu pada kerusakan selubung mielin karena blok konduksi atau kerusakan akson.2. Kecepatan hantaran saraf sensorik Kecepatan hantar sensorik SCV (sensorik conduction velocity)Berkurang pada demielinisasi serat saraf sensorik. Amplitudo dari sensoric nerve action potential (SNAP) behubungan dengan banyak serat aferen bermielin yang berfungsi. Pada pemeriksaan SNAP dapt menolong untuk membedakan antara radikulopati dan lesi saraf lebih distal.3. ElektromiografiEMG mempelajari aktivitas listrik dari otot dan dapat digunakan untuk mempelajari kelainan motor unit serta prognosisnya. Selain itu, EMG bersama dengan kecepatan hantar saraf KHS dapat memberikan diagnosis, jenis serta prognosis dari kelainan saraf tepi. Otot sehat waktu istirahat elektrikal tenang (silent) . bila akson motorik terganggu dan degenerasi waller terjadi, serta otot denervasi menjadi spontan aktif, memberikan potensial fibrilasi dan positive sharp wave. Potensial fibrilasi dan positive sharp wave terdapat juga pada pasien dengan penyakit otot primer, terutama miopati, radang, distrofi muscle dan penyakit motor neuro.Tabel. EMG dan kecepatan hantar saraf 3,5Penyakit Coduction velocityamplitudoDistal latencyFibrilasi

Axonal NP> 70N

Demyel. NP70motorN

UMN diseaseNNNNone

Radiculopathy>80Mild N

Myopathy NMild NNone

Pemeriksaan Neuroimaging: foto polos, USG, CT SCAN, MRI, Fmri, Myelographya. CT ScanComputed Tomography (CT) atau computed axial tomography (CAT) scans menggunakan X-ray dan computer untuk menghasilkan gambar cross-section dari tubuh. Selama tes, anda akan diminta untuk berbaring dan tidak bergerak di atas meja. Mejanya akan bergerak masuk ke dalam alat scanning yang berbentuk seperti donat. Terkadang, kontras material yang disuntikkan secara intravena dibutuhkan untuk CAT scan. Dalam kasus seperti ini, anda harus melakukan tes darah sebelum CAT scan. Biasanya CAT scan memerlukan waktu 15-60 menit.b. MRI MRI (Magnetic Resonance Imaging) menghasilkan gambar tubuh yang sangat jelas tanpa menggunakan X-ray. Tes ini menggunakan magnet besar, gelombang radio, dan sebuah computer untuk menghasilkan gambar. Dalam kebanyakan kasus, MRI tes membutuhkan waktu 40-80 menit, sementara itu beberapa lusin gambar dapat diamati. Tes MRI memerlukan injeksi kontras materil yang dinamakan gadolinium, yang membantu identifikasi struktur anatomis pada gambar scan. Karena adanya magnet yang digunakan, beberapa orang (seperti mereka yang menggunakan pacemaker) tidak boleh melakukan MRI. c. MyelographySeperti pada discography, selama pelaksanaan myelogram, zat warna kontras akan diinjeksikan ke sumsum tulang belakang untuk meningkatkan kemampuan diagnostic dari X-ray. Dokter akan dapat melihat gambar X-ray dari sumsum tulang belakang dan dapat mengindentifikasi tekanan syaraf yang disebabkan oleh patah tulangPemeriksaan laboratorium (dilakukan atas indikasi)1. Darah rutin, kimia darah, PCR2. Urine rutin3. Pemeriksaan LCS Neuropati, hal yang mendasar pada nyeri neuropatik perifer, dapat bersifat fokal, multifokal atau distribusi yang difuse, yang bersifat fokal dapat berasal dari saraf, akar saraf atau kadang-kadang dari plexus. Adakalanya, nyeri neuropatik sentral (medula spinalis maupun otak) juga dapat menyebabkan nyeri yang bersifat fokal. Di negara berkembang, kebanyakan kasus yang dijumpai adalah demyelisasi. Neuralgia atau yang berasal dari radiks saraf cenderung untuk mengikuti distribusi dari dermatom dan memiliki ciri tertentu dari distribusinya, distribusi nyeri bagaimanapun juga, tidak selalu merupakan indikator dalam menunjukkan asal dari nyeri tersebut. Distribusi dari parestesia dapat menjadi indikator yang efektif dalam menunjukkan asal dari suatu lesi nyeri neuropatik11

II.8 PENATALAKSANAANBanyak jenis obat obat yangtelah digunakan dalam mengobati nyeri neuropatik, termasuk diantaranya antiepilepsi spektrum luas (AEDs), misalnya karbamazepin, fenitoin, okskarbazepin, gabapentin, pregabalin, lamotrigin, penobarbital, topiramate, dan valproic bekerja dengan mengurangi loncatan listrik pada neuron melalui blokade dari voltage dependent sodium dan kalsium channel. 10

Anti DepresanDari berbagai jenis anti depresan, yang paling sering digunakan untuk terapi nyeri neuropati adalah golongan trisiklik, seperti amitriptilin, imipramin, maprotilin, desipramin. Mekanisme kerja anti depresan trisiklik (TCA) terutama mampu memodulasi transmisi dari serotonin dan norepinefrin (NE). Anti depresan trisiklik menghambat pengambilan kembali serotonin (5-HT) dan noradrenalin oleh reseptor presineptik. Disamping itu, anti depresan trisiklik juga menurunkan jumlah reseptor 5-HT (autoreseptor), sehingga secara keseluruhan mampu meningkatkan konsentrasi 5-HT dicelah sinaptik. Hambatan reuptake norepinefrin juga meningkatkan konsentrasi norepinefrin dicelah sinaptik. Peningkatan konsentrasi norepinefrin dicelah sinaptik menyebabkan penurunan jumlah reseptor adrenalin beta yang akan mengurangi aktivitas adenilsiklasi. Penurunan aktivitas adenilsiklasi ini akan mengurangi siklik adenosum monofosfat dan mengurangi pembukaan Si-Na. Penurunan Si-Na yang membuka berarti depolarisasi menurun dan nyeri berkurang.12,13

Anti KonvulsanAnti konvulsan merupakan gabungan berbagai macam obat yang dimasukkan kedalam satu golongan yang mempunyai kemampuan untuk menekan kepekaan abnormal dari neuron-neuron di sistem saraf sentral. Seperti diketahui nyeri neuropati timbul karena adanya aktifitas abnormal dari sistem saraf. Nyeri neuropati dipicu oleh hipereksitabilitas sistem saraf sentral yang dapat menyebabkan nyeri spontan dan paroksismal. Reseptor NMDA dalam influks Ca2+ sangat berperan dalam proses kejadian wind-up pada nyeri neuropati. Prinsip pengobatan nyeri neuropati adalah penghentian proses hiperaktivitas terutama dengan blok Si-Na atau pencegahan sensitisasi sentral dan peningkatan inhibisi. 12,14

Karbamasepin dan OkskarbasepinMekanisme kerja utama adalah memblok voltage-sensitive sodium channels (VSSC). Efek ini mampu mengurangi cetusan dengan frekuensi tinggi dari neuron. Okskarbasepin merupakan anti konvulsan yang struktur kimianya mirip karbamasepin maupun amitriptilin. Dari berbagai uji coba klinik, pengobatan dengan okskarbasepin pada berbagai jenis nyeri neuropati menunjukkan hasil yang memuaskan, sama, atau sedikit diatas karbamazepin, hanya saja okskarbasepin mempunyai efek samping yang minimal.11LamotriginMerupakan anti konvulsan baru untuk stabilisasi membran melalui VSCC, merubah atau mengurangi pelepasan glutamat maupun aspartat dari neuron presinaptik, meningkatkan konsentrasi GABA di otak. Khusus untuk nyeri neuropati penderita HIV, digunakan lamotrigin sampai dosis 300 mg perhari. Hasilnya, efektivitas lamotrigin lebih baik dari plasebo, tetapi 11 dari 20 penderita dilakukan penghentian obat karena efek samping. Efek samping utama lamotrigin adalah skin rash, terutama bila dosis ditingkatkan dengan cepat.11

GabapentinGabapentine diindikasikan untuk penanganan PHN pada orang dewasa, molekulnya secara struktural berhubungan dengan neurotransmittergamma-amino butyric acid, namungabapentin tidak berinteraksi secara signifikan dengan neurotransmitter yang lainnya, walaupun mekanisme kerja gabapentin dalam mengurangi nyeri pada PHN belum dipahami dengan baik, namun salah satu sumber menyebutkan bahwa gabapentin mengikat reseptor 2 subunit darivoltage-activated calsium channels,pengikatan ini menyebabkan pengurangan influks ca2+ke dalam ujung saraf dan mengurangi pelepasan neurotransmitter, termasuk glutamat dan norepinephrin.11Pada orang dewasa yang menderita PHN, terapi gabapentin dimulai dengan dosis tunggal 300 mg pada hari pertama, 600 mg pada hari kedua (dibagi dalam dua dosis), dan 900 mg pada hari yang ketiga(dibagi dalam 3 dosis). Dosis ini dapat dititrasi sesuai kebutuhan untuk mengurangi nyeri sampai dosis maksimum 1800 hingga 3600 mg(dibagi dalam 3 dosis). Pada penderita gangguan fungsi ginjal dan usia lanjut dosisnya dikurangi.11

PregabalinPregabalin diindikasikan pada penanganan nyeri neuropatik untuk DPN dan juga PHN. Mekanisme kerja dari pregabalin sejauh ini belum dimengerti, namun diyakini sama dengan gabapentin. Pregabalin mengikat reseptor 2 subunits darivoltage activated calsium channels,memblok ca2+masuk pada ujung saraf dan mengurangi pelepasan neurotransmitter. Pada penderita DPN yang nyeri, dosis maksimum yang direkomendasikan dari pregabalin adalah 100 mg tiga kali sehari (300mg/hari). Pada pasien dengancreatinin clearance 60 ml/min, dosis seharusnya mulai pada 50 mg tiga kali sehari (150mg/hari) dan dapat ditingkatkan hingga 300mg/hari dalam 1 minggu berdasarkan keampuhan dan daya toleransi dari penderita. Dosis pregabalin sebaiknya diatur pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Pada penderita PHN, dosis yang direkomendasikan dari pregabalin adalah 75 hingga 150 mg 2 kali sehari atau 50 hingga 100 mg 3 kali sehari (150-300 mg/hari). Pada pasien dengan creatinin clearance 60 ml/min, dosis mulai pada 75 mg 2 kali sehari, atau 50 mg 3 kali sehari (150 mg/hari) dan dapat ditingkatkan hingga 300 mg/hari dalam 1 mingguberdasarkan keampuhan dan daya toleransi penderita, jika nyerinya tidak berkurang pada dosis 300 mg/hari, pregabalin dapat ditingkatkan hingga 600 mg/hari.11

BAB IIIRINGKASAN

Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang dipicu atau disebabkan oleh lesi primer atau disfungsi dari sistem saraf. Nyeri neuropatik pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu berdasarkan asalnya yaitu perifer dan sentral, juga berdasarkan waktunya, yakni nyeri neuropatik akut dan kronik.Nyeri neuropatik dapat terjadi akibat lesi di susunan saraf pusat (nyeri sentral) atau kerusakan saraf perifer (nyeri perifer). Nyeri neuropatik berasal dari saraf perifer di sepanjang perjalanannya atau dari SSP karena gangguan fungsi, tanpa melibatkan eksitasi reseptor nyeri spesifik (nosiseptor). Gangguan ini dapat disebabkan oleh kompresi, transeksi, infiltrasi, iskemik, dan gangguan metabolik pada badan sel neuron. Nyeri neuropatik juga dapat dihubungkan dengan penyakit infeksi, yang paling sering adalah HIV. Nyeri pada pasien kanker dapat timbul dari kompresi tumor pada jaringan saraf atau kerusakan sistem saraf karena radiasi atau kemoterapi.Mekanisme yang mendasari munculnya nyeri neuropati adalah: sensitisasi perifer, ectopic discharge, sprouting, sensitisasi sentral, dan disinhibisi. Perubahan ekspresi dan distribusi saluran ion natrium dan kalium terjadi setelah cedera saraf, dan meningkatkan eksitabilitas membran, sehingga muncul aktivitas ektopik yang bertanggung jawab terhadap munculnya nyeri neuropatik spontan.Penatalaksanaan yang sistematik bergantung kepada diagnosis yang tepat. Diagnosis dari nyeri neuropatik mengutamakan anamnesis riwayat penyakit yang tepat dan pemeriksaan fisik yang sesuai alat diagnostik Obat-obatan yang banyak digunakan sebagai terapi nyeri neuropati adalah anti depresan trisiklik dan anti konvulsan karbamazepin, Lamotrigin, Gabapentin, Pregabalin.

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

1. Purba JS. Penggunaan Obat Antiepilepsi sebagai terapi Nyeri Neuropatik.Available from: URL: http://www.dexa-medica.com .Accesed on 7th June,2015.2. Nicholson B. Differential Diagnosis: Nociceptive and Neuropathic Pain. The American Journal of Managed Care. Juni 2006. p256-61.3. Argoff CE. Managing Neuropathic Pain: New Approaches For Today's Clinical Practice. Available from: URL : http://www.medscape.com/viewprogram/2361.htm.Accesed on 7th june,2015.4. Romanoff ME. Neuropathic Pain. In: Ramamurthy S, Alanmanou E, Rogers JN. Decision Making in Pain Management. 2nd ed. Philadelphia: Mosby, 2006: p86-895. Suzuki R, Dickenson A. Neuropathic pain.Available from: URL: http://www.chemistanddruggist.com. Accesed on 7th June,2015.6. Mary SH, Lorraine MW. Nyeri. In: Sylvia AP, Lorraine MW, editors. Patofisiologi Volume 2. 6th edition. Jakarta: EGC; 2003. p.1063-1101.7. Galuzzi KE. Management of Neuropathic Pain. JAOA September 2005; 105: 12-19.8. Dupere D. Neuropathic Pain: An Option Overview. The Canadian Journal of CME February 2006; 79: 90-92.9. Bouhassira D, Lanteri-Minet M, Attal N, Laurent B, Toubul C. Prevalence of chronic pain with neuropathic characteristic in the general population pain 2008;136:380-7.10. GidalB,BillingtonR. New and Emerging Treatment Option for Neuropatic Pain.The American Journal of Managed CareJuni 2006; 12(9): S269-S278.11. Vranken J.H et al. Pregabalin in Patients With Central Neuropathic Pain. J Pain Juni 2007; 7(4): 281-912. Dwordkin RH. An Overview of Neuropathic Pain:Syndrom, Symptom, Sign and Several Mechanism. The Clinical Jornal of Pain 2002; 18: p343-349.13. Zeltzer L. The use of topical analgesics in the treatment of neuropathic pain:mechanism of action, clinical efficacy, and psychologic correlates. Available from: URL: http://www.medscape.com . Accesed on 7th June,2015.14. Richeimer S. Understanding neuropathic pain.Available from URL : http://www.spineuniverse.com. Accesed on 7th June,2015.15. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem. 2nd edition. Jakarta: EGC; 2001. p156-159

8