44
2.1. Embriologi Nervus Facialis 1,2,3 Sistem saraf pusat terbentuk pada awal minggu ke-3 dalam bentuk penebalan lempeng ectoderm yang menyerupai bentuk sandal yang disebut lempeng saraf. Lempeng ini terletak di daerah dorsal tengah dan didepan lubang primitif. Pinggir lateral lempeng ini segera meninggi membentuk lipatan-lipatan saraf. Pada perkembangan selanjutnya, lipatan saraf makin meninggi, saling mendekat digaris tengah,dan akhirnya bersatu membentuk tabung saraf. Penyatuan ini dimulai pada daerah leher dan berlanjut ke arah sefalik dan kaudal. Ketika fusi dimulai, ujung terbuka dari tabung saraf membentuk neuroporus kranial dan kaudal yang berhubungan langsung dengan rongga amnion. Penutupan neuroporus kranial berlangsung ke arah kranial dari area leher dan area yang akan membentuk otak depan. Area ini akan terus bersatu menutup tabung saraf secara kcaudal. Penutupan neuroporus kranial terjadi pada tingkat 18-20 somit (hari ke-25) dan neuroporus kcaudal kira-kira 3 hari kemudian. Ujung sefalik tabung saraf memperlihatkan 3 buah pelebaran, yakni kantung otak primer: a. Prosenfalon atau otak depan, b. mensefalon atau otak tengah c. rhombencefalon atau otak belakang. Bersamaan dengan itu, tabung saraf membentuk dua fleksura, yaitu : fleksura servikalis pada perbatasan otak belakang

Referat Embriologi Aza

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Referat Embriologi Aza

2.1. Embriologi Nervus Facialis1,2,3

Sistem saraf pusat terbentuk pada awal minggu ke-3 dalam bentuk penebalan lempeng

ectoderm yang menyerupai bentuk sandal yang disebut lempeng saraf. Lempeng ini terletak di

daerah dorsal tengah dan didepan lubang primitif. Pinggir lateral lempeng ini segera meninggi

membentuk lipatan-lipatan saraf.

Pada perkembangan selanjutnya, lipatan saraf makin meninggi, saling mendekat digaris

tengah,dan akhirnya bersatu membentuk tabung saraf. Penyatuan ini dimulai pada daerah leher

dan berlanjut ke arah sefalik dan kaudal. Ketika fusi dimulai, ujung terbuka dari tabung saraf

membentuk neuroporus kranial dan kaudal yang berhubungan langsung dengan rongga

amnion. Penutupan neuroporus kranial berlangsung ke arah kranial dari area leher dan area yang

akan membentuk otak depan. Area ini akan terus bersatu menutup tabung saraf secara kcaudal.

Penutupan neuroporus kranial terjadi pada tingkat 18-20 somit (hari ke-25) dan neuroporus

kcaudal kira-kira 3 hari kemudian.

Ujung sefalik tabung saraf memperlihatkan 3 buah pelebaran, yakni kantung otak primer:

a. Prosenfalon atau otak depan,

b. mensefalon atau otak tengah

c. rhombencefalon atau otak belakang.

Bersamaan dengan itu, tabung saraf membentuk dua fleksura, yaitu : fleksura servikalis

pada perbatasan otak belakang dengan medulla spinalis dan fleksura sefalika yang terletak

di daerah otak tengah.

Ketika mudigah berumur 5 minggu, proensefalon terdiri atas dua bagian: telensefalon yang

dibentuk oleh bagian tengah dan dua tonjolan lateral, hemisferi serebri primitif dan

diensefalon yang ditandai oleh pembentukan kantung-kantung optik. Mesenfalon dipisahkan

dari rhombensefalon oleh sebuah alur yang dalam, isthmus rhombencephali. Rhombensefalon

juga terdiri atas dua bagian: metensefalon yang kelak menjadi pons dan serebelum dan yang

kedua adalah myelensefalon. Batas antara kedua bagian ini ditandai oleh sebuah lekukan yang

disebut fleksura pontin.

Page 2: Referat Embriologi Aza

Saraf-saraf kranial terbentuk pada minggu ke-4 perkembangan. Semua saraf kecuali nervus

olfactorius (I) dan opticus (II) muncul dari batang otak, dan hanya nervus oculomotorius (III)

yang muncul diluar daerah otak belakang. Di otak belakang, pusat proliferasi di neuroepitelium

membentuk delapan segmen terpisah yang disebut rhombomere. Pasangan-pasangan

rhombomare membentuk nuklei motorik saraf kranial IV,V,VI,VII,IX,X,XI dan XII.

Pembentukan pola segmental ini tampaknya diarahkan oleh mesoderm yang terkumpul didalam

somitomer dibawah neuroepitelium yang ada diatasnya. Saraf saraf motorik untuk nuklei kranial

terletak didalam batang otak. Sedangkan ganglia sensoriknya terletak diluar otak. Dengan

demikian, organisasi saraf saraf kranial homolog dengan saraf saraf spinal, meskipun tidak

semua saraf kranial mengandung serat saraf motorik dan sensorik sekaligus.

Gambar 1: gambar ini memperlihatkan pola pola segmentasi di otak mesoderm yang

terlihat pada hari ke 25 perkembangan. otak belakang (titik titik kasar)dibagi menjadi 8

rhombomere, dan pasangan pasangan bangunan ini membentuk saraf saraf motorik.

Asal mula ganglia sensorik saraf kranial adalah dari plakoda ektoderm dan sel sel krista

neuralis. Plakoda ektoderm mencakup plakoda hidung, telinga dan empat plakoda epibrankial

Page 3: Referat Embriologi Aza

yang diwakili oleh penebalan penebalan disebelah dorsal lengkung faring (brankial) plakoda

epibrankial ikut membentuk ganglia untuk saraf saraf dari lengkung faring (V, VII, IX, dan X).

Ganglia parasimpatik (eferen viseral) berasal dari sel-sel crista neuralis dan serabut serabutnya

dibawa oleh saraf kranial III, VII, IX, dan X.

Pada minggu ke-3 kehidupan, facioakustik primordium bertumbuh menjadi nervus fasialis

dan vestibulocochlearis. Dalam minggu ke-4 kehidupan, saraf korda timpani dapat dibedakan

dari cabang utama. Saraf ini berjalan ke arah ventral berakhir dekat cabang nervus trigeminus

dan berakhir menjadi nervus lingualis. Cabang utama berjalan masuk ke mesenkim mendekati

plakoda epibrankial. Pada minggu ke-5, ganglion genikulata, nervus intermedius, dan nervus

superfisialis petrossal mayor sudah terlihat. Pada minggu k-7 dan 8, cabang kedua berumbuh

mempersarafi otot-otot ekspresi wajah. Agar dapat menginnervasi otot-otot ini, nervus fasialis

berjalan melewati daerah telinga tengah. Pada minggu ke-11, nervus fasialis membentuk formasi

cabang yang luas.

- Minggu ke 0-4:

Pada minggu ke-3 kehidupan, fasioakustik primordium (4.2 mm crown-rump length

[CRL]) terbentuk dan menempel pada bagian kranial metensefalon. Bagian fasial dari

fasioakustik bermigrasi secara kranial dan berdekatan dengan plakoda epibrankial yang

terletak pada bagian kaudal dari celah cabang yang pertama. Di akhir minggu ke-4

kehidupan (4.8-6.5 mm CRL), nervus fasialis terpisah menjadi 2 bagian yaitu cabang

kaudal dan rostral. Nervus korda timpani keluar dan berjalan kea rah vental memasuki

lengkung mandibular. Setelah itu, nervus mendekati plakoda epibrankial, membentuk

nuclei neuroblast yang besar dan gelap yang nantinya menjadi ganglion genikulata.

- Minggu ke 5-6:

Plakoda epibrankial menghilang dan ganglion genikulata sudah terlihat. Nervus petrosal

superfisialis sudah muncul. Nervus korda timpani memasuki lengkungan mandibular dan

berakhir di dekat cabang nervus trigeminus menjadi nervus lingualis. Pemisahan total

nervus fasial dan akustik terjadi dan pengembangan nervus intermedius berlangsung.

Nervus petrosal superfisialis berjalan ke bagian lateral dari arteri karotis interna yang

sedang berkembang, dimana akan bertemu dengan nervus petrosal profunda dan menjadi

nervus di kanalis pterygoid

Page 4: Referat Embriologi Aza

- Minggu 7:

Nervus intermedius memasuki batang otak antara nervus vestibulokoklearis dan akar

motoric nervus fasialis. Nervus lingualis memasuki glandula submandibular. Pada fase

ini, glandula parotis mulai berkembang dari tunas parotid. Cabang temporal, zigomatik,

dan bukkal bagian atas merupakan bagian superfisial dari primordium parotid. Sementara

bagian mandibular, bukkal bawah, dan servikal merupakan bagian yang lebih dalam.

- Minggu 8-9:

Semua nervus kranial mulai menyerupai nervus kranial orang dewasa

- Minggu 10-15

Percabangan nervus fasialis yang luas terjadi pada saat ini. Hubungan dengan nervus

trigeminal muncul via infraorbital, bukkal, dan temporal.. Pada minggu ke-15, ganglion

genikulata akan berkembang sempurna

- Minggu 16-kelahiran

Semua hubungan definitif dengan nervus fasialis ditetapkan pada minggu ke-16

2.2 Anatomi Nervus Fasialis2,4

Nervus fasialis dibentuk oleh kira-kira 10.000 neuron, 7000 diantaranya termielinisasi

dan bekerja mempersarafi ekspresi wajah. Tiga ribu serat saraf lainnya berperan sebagai saraf

somatosensorik dan sekretomotorik dan bekerjasama dengan nervus intermedius.

Page 5: Referat Embriologi Aza

Nervus Facialis mempunyai empat buah inti yaitu :

• Nukleus facialis untuk saraf Somatomotoris yang mensarafi otot-otot wajah, otot platisma,

stillohioid, disgatrikus bagian posterior dan stapedius bagian tengah

• Nukleus salivatorius superior untuk saraf viseromotoris, serabut ini mengurus glandula dan

mukosa faring, palatum, rongga hidung, sinus paranasal, dan glandula submaksilar serta

sublingual dan lakrimalis

• Nukleus solitarius untuk saraf viserosensorik yang menghantar impuls dari alat pengecap di

duapertiga bagian depan lidah

• Nukleus sensoris trigeminus untuk saraf somatosensoris mengurus rasa nyeri dari sebagian

daerah kulit dan mukosa yang dipersarafi oleh nerus trigeminus. Daerah overlapping (dipersarafi

oleh lebih dari satu saraf) ini terdapat di lidah, palatum, meatus akustikus eksterna dan bagian

luar gendang telinga

Page 6: Referat Embriologi Aza

Inti motorik nervus facialis terletak pada bagian ventolateral tegmentum pons bagian

bawah. Dari sini, nervus fasialis berjalan ke belakang dan mengelilingi inti N VI dan

membentuk genu internum nervus facialis, sehingga membentuk penonjolan kecil di dasar

ventrikel keempat (kolikulus fasialis). Kemudian serabut ini membentuk berkas padat yang

berjalan di ventrolateral menuju ujung kaudal pons dan kemudian keluar di batang otak,

menembus ruang subarachnoid di cerebellopontine angle dan kemudian memasuki meatus

akustikus internus bersama dengan nervus intermedius dan nervus kranialis VIII.

Saraf Intermedius terletak pada bagian diantara N VII dan N VIII. Serabut motorik saraf

facialis bersama-sama dengan saraf intermedius dan saraf vestibulokoklearis memasuki meatus

akustikus internus untuk meneruskan perjalanannya didalam os petrosus (kanalis facialis). Jarak

rata-rata antara titik keluarnya saraf dari batang otak dan titik masuk ke meatus akustikus

internus adalah ± 15,8 mm. Saraf fasial dan saraf intermedius terletak di atas dan agak anterior

dari nervus VIII.

Nervus Facialis dan nervus intermedius terpisah dari nervus kranialis VIII dan berjalan ke

arah lateral di kanalis fasialis menuju ganglion genikulatum. Setinggi ganglion kanalis fasialis

menurun curam (genu eksternum nervus fasialis). Kemudian turun dan sedikit membelok ke

belakang dan keluar dari tulang tengkorak melalui foramen stilomatoideus.

Page 7: Referat Embriologi Aza

Pada waktu nervus turun ke bawah dan membelok ke belakang kavum timpani di situ

nervus tergabung dengan ganglion genikulatum. Ganglion tersebut merupakan set induk dari

serabut penghantar impuls pengecap, yang dinamakan korda timpani. Juluran sel-sel tersebut

yang menuju ke batang otak adalah nervus intermedius, disamping itu ganglion tersebut

memberikan cabang- cabang kepada ganglion lain yang menghantarkan impuls sekretomotorik.

Jadi, nervus intermedius terdiri atas :

A. Serabut aferen gustatorik

Badan sel serabut aferen untuk pengecapan terletak di ganglion genikulatum yang

mengandung sel-sel pseudounipolar yang menyerupai sel-sel pseudounipolar pada

ganglia spinalia. Beberapa serabut aferen ini berawal dari taste bud 2/3 anterior lidah.

Serabut ini awalnya disertai oleh nervus lingualis (cabang nervus mandibularis, divisi

terbawah nervus trigeminus), dan berjalan melalui khorda timpani menuju ganglion

genikulatum dan kemudian di dalam nervus intermedius menuju nucleus traktus

solitarius. Nukleus ini juga menerima serabut gustatorik dari nervus glosofaringeus, yang

mempresentasikan pengecapan di 1/3 posterior dan papilla valatae, dan dari nervus vagus

yang merepresentasikan pengecapan di epiglottis. Dengan demikian, pengecapan

dipersarafi oleh tiga saraf yang berbeda (NVII, IX, X) pada kedua sisi.

Nukleus traktus solitarius merupakan nucleus relay umum pada semua serabut gustatorik.

Nukleus ini mengirimkan impuls gustatorik ke dalam thalamus kontralateral (perjalanan

pastinya tidak diketahui) dan terus menuju komponen paling medial nucleus ventralis

posteromedial talami. Dari thalamus, jaras gustatorikberlanjut ke region presentralis

bagian kaudal menyelimuti insula.

B. Serabut somatik aferen

Beberpa serabut somatik aferen yang merepresentasikan area kecil di telinga luar, kanalis

auditoris eksternus, dan permukaan eksternal tympanum (gendang telinga) berjalan di

dalam nervus fasialis ke ganglion genikulatum dan kemudian ke nuclei sensorik nervi

trigemini.

C. Serabut sekretotik eferen

Nervus intermedius juga mengandung serabut saraf parasimpatis eferen yang berasal dari

nucleus salivatorius superior yang terletak medial dan kaudal nucleus motoric nervus

fasialis. Beberapa serabut radiks nucleus ini meninggalkan cabang utama nervus fasialis

Page 8: Referat Embriologi Aza

setinggi ganglion genikulatum dan melanjutkan ke ganglion pterigopalatinum dan masuk

ke gandula lakrimalis dan ke glandula mukosa nasalis.

Nervus fasialis terbagi menjadi :

1. Jalur Intratemporal

Nervus fasialis berjalan melewati tulang temporal petrous seperti yang terlihat pada

gambar di bawah ini, kanal tulang yang disebut kanalis fallopian.

- Segmen Labyrinthine (proksimal)

Segmen labyrinthine dari nervus fasialis terletak di bawah fossa kranialis media dan merupakan

segmen terpendek dalam kanalis fallopian (kira-kira 3.5-4mm). Di segmen ini, nervus tegak

lurus dengan tulang temporal. Asal kata segmen labyrinthine didapatkan dari lokasi segmen yang

berada posterior dari koklea.dan berada posterolateral dari ujung akhir kanalis semisirkularis

Segmen labyrinthine adalah segmen tersempit dari nervus fasialis dan sangat rentan terhadap

kompresi (dalam arti edema). Segmen ini adalah satu-satunya segmen yang miskin anastomosis

vasa, membuatnya sangat rentan terhadap fenomena embolisasi dan kompresi vascular. Setelah

melintasi segmen labyrinthine, nervus fasialis berubah arah untuk membentuk belokan pertama

yang menandai lokasi ganglion genikulata. Tiga cabang nervus yang berasal dari ganglion

genikulata : nervus superfisialis mayor, nervus petrosal minor, nervus petrosal eksternus.

Page 9: Referat Embriologi Aza

Nervus petrosal

Nervus petrosal mayor muncul dari bagian atass ganglion genikulata dan mengandung serat

sekretomotorik ke glandula lakrimalis. Nervus petrosal mayor keluar dari tulang temporal

petrosus masuk ke fossa kranialis media. Nervus melewati ganglion Gasserian (ie. Trigeminal

ganglion) menuju ke foramen lacerum yang menuju ke kanalis pterigoid .

Dalam kanalis pterigoid , nervus petrosal mayor bergabung dengan nervus petrosal profunda

menjadi nervus dari kanalis pterigoid. Akson dari nervus ini bersinaps di ganglion

pterigopalantina; serat post-ganglionik parasimpatetis yang dibawa via cabang nervus trigeminus

maksilaris yang mempersarafi glandula lakrimalis dan glandula mukus di nasal dan mulut.

Nervus petrosal eksternus adalah cabang yang membawa serat simpatis dari arteri meningea

media tetapi masih belum jelas dipelajari. Nervus petrosal minor membawa serat sekretorik dari

glandula parotis.

- Segmen Timpani

Segmen timpanik terbentang dari ganglion genikulata sampai kanalis semisirkularis horizontal

(panjangnya 8-11 mm). Segemen ini berada berhadapan dengan dinding medial kavum timpani..

Exposure of the facial nerve after a cortical

mastoidectomy. The facial recess has been opened by thinning of the posterior canal wall. The

recess is identified using the incus, chorda tympani, and horizontal semicircular canal as

landmarks.

Page 10: Referat Embriologi Aza

- Segmen Mastoid

Segmen mastoid adalah bagian terpanjang dari bagian intratemporal (kira-kira 10-14mm).

Terdapat tiga cabang nervus yang keluar dari segmen nervus fasialis, yaitu ;

1. Nervus yang mempersrafi otot stapedius

2. Nervus khorda timpani

3. Nervus dari cabang aurikularis nervus vagus.

2. Jalur ekstratemporal

5 cabang mayor dari nervus fasialis:

• Temporal (ie, frontal) mempersarafi bagian otot orbirkularis okuli

• Zygomatic mempersarafi bagian otot orbicularis okuli

• Buccal adalah cabang terbesar dan mempersarafi otot-otot kecil sekeliling hidung dan

orbicularis oris

• Marginal mandibular mempersarafi bagian otot bibir bagian bawah dan dagu.

• Cervical mempersarafi otot platysma

Suplai vaskular nervus fasialis

Area korteks motorik wajah dipersarafi oleh cabang Rolandic dari arteri serebralis media.

Di dalam pons, nukleus fasialis diperdarahi oleh arteri serebellar anterior inferior. Arteri

serebellar anterior inferior, cabang dari arteri basiler, memasuki kanalis auditorik internus

bersama dengan nervus fasialis. Arteri serebellar anterior inferior bercabang menjadi arteri

labyrinthine dan koklearis.

Arteri petrosal superfisialis merupakan cabang dari arteri meningea media yang

merupakan sumber kedua dari 3 sumber suplai arteri untuk nervus fasialis intrapetrosal. Arteri

aurikularis posterior menyuplai bagian distal nervus fasialis yang masuk foramen

stilomastoideus. Aliran vena berjalan mengikuti suplai darah arteri.

Page 11: Referat Embriologi Aza

2.3 Neurofisiologi nervus fasialis2,4,5

Nervus fasialis merupakan saraf motoric yang menginervasi otot-otot ekspresi wajah.

Di samping itu, saraf ini membawa serabut parasimpatis ke kelenjar ludah, air mata, dan

ke selaput mukosa rongga mulut dan hidung. Selain itu, nervus ini menghantarkan

berbagai jenis sensasi, termasuk sensasi eksteroseptif dari daerah gendang telinga, sensasi

pengecapan 2/3 bagian depan lidah dan sensasi visceral umum dari kelenjar ludah,

mukosa hidung dan faring, dan sensasi proprioseptif dari otot-otot yang dipersarafi. Sel

sensorik nervus intermedius terletak di ganglion genikulatum, mempersarafi pengecapan

2/3 bagian depan lidah dihantar melalui saraf lingual.Hal ini yang akan menginduksi

salivasi. Sedangkan serabut yang menghantar sensasi eksteroseptif mempunyai badan sel

di ganglion genikulatum dan berakhir dengan saraf trigeminus.

Impuls aferen reflex berkedip berjalan dari retina langsung ke tektum mesensefali dan

kemudian berjalan melalui traktus tektonuklearis ke nuklei nervus fasialis kedua sisi yang

serabut eferennya mempersarafi m.oblikularis okuli. Pada glandula lakrimalis, nervus

fasialis berperan dalam penyampaian input dari hipotalamus (emosi) melalui formasio

retikularis batang otak serta dari nukleus spinalis nervi trigemini (iritasi konjungtiva)

yang menyebabkan lakrimasi.

2.4 Gangguan pada Nervus Fasialis2,5,6,7,8

Gangguan pada nervus fasialis dapat komplit dan parsial. Secara umum,

hilangnya fungsi motorik dapat diobservasi langsung setelah terjadinya gangguan

nervus fasialis. Dengan melihat bagian yang terkena dan lokalisasinya, beberapa pola

dari kehilangan fungsi motorik dan dilihat untuk diagnosis primer area lesi.

Perubahan awal pada tingkat seluler (kira-kira 1 minggu setelah denervasi) termasuk

perubahan kromatin dan peningkatan jumlah mitokondria, DNA, dan sel satelit yang

menandai bagian dari otot denervasi. Selain itu, penemuan klinis dan histopatologis

menunjukan bahwa fungsi parasimpatis seperti; salivasi, lakrimasi, dan sensasi rasa

terganggu.

Gangguan kontralateral dari traktus kortikonuklearis seperti infark mengakibatkan

otot dahi tetap utuh yang disebut dengan paralisis sentral. Akan tetapi, jika lesi terjadi

Page 12: Referat Embriologi Aza

di nukleus nervus fasialis maka semua otot fasial ipsilateral lesi akan mengalami

paralisis perifer. Nukleus fasialis juga menerima impuls dari thalamus yang

mengarahkan gerakan ekspresi emosional otot wajah. Selain itu, jika bagian dari

sistem piramidal ini yang terkena lesi maka akan terjadi penurunan ekspresi wajah

seperti pada penyakit parkinson.

Gangguan nervus fasialis yang paling sering terjadi adalah kelumpuhan unilateral

pada nervus fasialis yang disebut paralisis wajah idiopatik (bell’s palsy). Sekitar 25

dari 100.000 orang per tahun terkena gangguan ini. Penyebabnya masih belum dapat

diketahui. Gangguan ini ditandai dengan paresis pada semua otot ekspresi wajah.

2.4.1 Bell’s palsy

Bell’s palsy yang disebut sebagai paralisis wajah idiopatik adalah penyebab paling

sering kelumpuhan wajah unilateral. Bell’s palsy bersifat akut, unilateral,

peripheral, dan kelumpuhan wajah yang bersifat lower motor neuron Etiologi

dari bell’s palsy masih terus diperdebatkan karena penyebab hal ini msaih belum

didapatkan suatu kejelasan. Walaupun beberapa gangguan seperti infeksi virus,

inflamasi, autoimun, dan iskemik sering dikaitkan dengan kejadian gangguan ini.

Bell’s palsy adalah gangguan neurologis yang paling sering terjadi yang

melibatkan nervus kranialis.

Left-sided bell’s palsy

Page 13: Referat Embriologi Aza

2.4.1.1 Epidemiologi

Secara umum, studi populasi memperlihatkan bahwa insidensi bell’s palsy

15-30 kasus setiap tahun per 100000 populasi. Seseorang dengan diabetes

memiliki 29% risikolebih tinggi untuk terkena bell’s palsy daripada seseorang

yang tidak menderita diabetes. Bell’ palsy juga sering terjadi pada orang-orang

yang immunocompromised.

Insidensi bell’s palsy adalah sama pada setiap gender. Bell’s palsy juga sering

terjadi pada orang dewasa dan sedikit lebih tinggi angka kejadiannnya pada

pasien yang lebih dari 65 tahun (59 kasus per 100.000 orang) dan angka kejadian

yang lebih rendah adalah pada anak-anak berumur kurang dari 13 tahun (13 kasus

per 100.000 orang).

2.4.1.2 Patofisiologi

Para ahli menyebutkan bahwa pada Bell’s palsy terjadi proses inflamasi

akut pada nervus fasialis di daerah tulang temporal, di sekitar foramen

stilomastoideus. Bell’s palsy hampir selalu terjadi secara unilateral.

Patofisiologinya belum jelas, tetapi salah satu teori menyebutkan terjadinya

proses inflamasi pada nervus fasialis yang menyebabkan peningkatan diameter

nervus fasialis sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut pada saat melalui

tulang temporal. Perjalanan nervus fasialis keluar dari tulang temporal melalui

kanalis fasialis yang mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada

pintu keluar sebagai foramen mental. Dengan bentukan kanalis yang unik

tersebut,adanya inflamasi, demielinisasi atau iskemik dapat menyebabkan

gangguan dari konduksi. Impuls motorik yang dihantarkan oleh nervus fasialis

bisa mendapat gangguan di lintasan supranuklear, nuklear dan infranuklear. Lesi

supranuklear bisa terletak di daerah wajah korteks motorik primer atau di jaras

kortikobulbar ataupun di lintasan asosiasi yang berhubungan dengan daerah

somatotropik wajah di korteks motorik primer.

Paparan udara dingin seperti angin kencang, AC, atau mengemudi dengan

kaca jendela yang terbuka diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya Bell’s

Page 14: Referat Embriologi Aza

palsy. Karena itu nervus fasialis bisa sembab, terjepit di dalam foramen

stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN. Pada lesi LMN bias

terletak di pons, di sudut serebelopontin, di os petrosum atau kavum timpani, di

foramen stilomastoideus dan pada cabang-cabang tepi nervus fasialis. Lesi di

pons yang terletak di daerah sekitar inti nervus abdusens dan fasikulus

longitudinalis medialis. Karena itu paralisis fasialis LMN tersebut akan disertai

kelumpuhan muskulus rektus lateralis atau gerakan melirik ke arah lesi.Selain itu,

paralisis nervus fasialis LMN akan timbul bersamaan dengan tuli perseptif

ipsilateral dan ageusia (tidak bisa mengecap dengan 2/3 bagian depan lidah).

Berdasarkan beberapa penelitian bahwa penyebab utama Bell’s palsy

adalah reaktivasi virus herpes (HSV tipe 1 dan virus herpes zoster) yang

menyerang saraf kranialis. Terutama virus herpes zoster karena virus ini

menyebar ke saraf melalui sel satelit. Pada radang herpes zoster di ganglion

genikulatum, nervus fasialis bisa ikut terlibat sehingga menimbulkan kelumpuhan

fasialis LMN

Kelumpuhan pada Bell’s palsy akan terjadi bagian atas dan bawah dari

otot wajah seluruhnya lumpuh. dahi tidak dapat dikerutkan, fisura palpebra tidak

dapat ditutup dan pada usaha untuk memejam mata terlihatlah bola mata yang

berbalik ke atas. Sudut mulut tidak bisa diangkat. Bibir tidak bisa dicucurkan dan

platisma tidak bisa digerakkan. Karena lagoftalmos, maka air mata tidak bisa

disalurkan secara wajar sehingga tertimbun Gejala-gejala pengiring seperti

ageusia dan hiperakusis tidak ada karena bagian nervus fasialis yang terjepit di

foramen stilomastoideum sudah tidak mengandung lagi serabut korda timpani dan

serabut yang mensyarafi muskulus stapedius.

2.4.1.3 Gejala klinis

Gejala Klinis

Kelumpuhan perifer N.VII memberikan ciri yang khas hingga dapat

didiagnosa dengan inspeksi. Otot muka pada sisi yang sakit tak dapat bergerak.

Lipatan-lipatan didahi akan menghilang dan nampak seluruh muka sisi yang sakit

Page 15: Referat Embriologi Aza

akan mencong tertarik ke arah sisi yang sehat. Gejala kelumpuhan perifer ini

tergantung dari lokalisasi kerusakan.

o Kerusakan setinggi foramen stilomastoideus.

Gejala : kelumpuhan otot-otot wajah pada sebelah lesi.

Sudut mulut sisi lesi jatuh dan tidak dapat diangkat

Makanan berkumpul diantara pipi dan gusi pada sebelah lesi

Tidak dapat menutup mata dan mengerutkan kening pada sisi lesi

Kelumpuhan ini adalah berupa tipe flaksid, LMN. Pengecapan dan sekresi air liur

masih baik

o Lesi setinggi diantara khorda tympani dengan n.stapedeus (didalam kanalis

fasialis).Gejala: seperti (a) ditambah dengan gangguan pengecapan 2/3 depan

lidah dangangguan salivasi

o Lesi setinggi diantara n.stapedeus dengan ganglion genikulatum.Gejala: seperti

(b) ditambah dengan gangguan pendengaran yaitu hiperakusis

o Lesi setinggi ganglion genikulatum.Gejala: seperti (c) ditambah dengan gangguan

sekresi kelenjar hidung dan gangguankelenjar air mata (lakrimasi)

o Lesi setinggi ganglion genikulatum.Gejala: seperti (c) ditambah dengan gangguan

sekresi kelenjar hidung dan gangguankelenjar air mata (lakrimasi)

Yang paling sering ditemui ialah kerusakan pada tempat setinggi foramen

stilomastoideus dan pada setinggi ganglion genikulatum. Adapun penyebab yang

sering pada kerusakan setinggi genikulatum adalah : herpes zoster, otitis media

perforata dan mastoiditis.

2.4.1.4 Diagnosis

Bell’s palsy dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis dan

pemeriksaan fisis. Pada pemeriksaan nervus kranialis akan didapatkan adanya

Page 16: Referat Embriologi Aza

parese dari nervus fasialis yang menyebabkan bibir mencong, tidak dapat

memejamkan mata dan adanya rasa nyeri pada telinga. Hiperakusis dan augesia

juga dapat ditemukan. harus dibedakan antara lesi UMN dan LMN. Pada Bell’s

palsy lesinya bersifat LMN.

a. Anamnesis.

Hampir semua pasien yang dibawa ke ruang gawat darurat merasa bahwa

merekamenderita stroke atau tumor intrakranial. Hampir semua keluhan yang

disampaikan adalah kelemahan pada salah satu sisi wajah.

o Nyeri postauricular: Hampir 50% pasien menderita nyeri di regio mastoid. Nyeri

sering muncul secara simultan disertai dengan paresis, tetapi paresis muncul

dalam 2-3 hari pada sekitar 25% pasien

o Aliran air mata: Dua pertiga pasien mengeluh mengenai aliran air matamereka. Ini

disebabkan akibat penurunan fungsi orbicularis oculi dalam mengalirkan air

mata. Hanya sedikit air mata yang dapat mengalir hingga saccus lacrimalis dan

terjadi kelebihan cairan. Produksi air mata tidak dipercepat

o Perubahan rasa: Hanya sepertiga pasien mengeluh tentang gangguan rasa,empat

per lima pasien menunjukkan penurunan rasa. Hal ini terjadi akibathanya

setengah bagian lidah yang terlibat

o Mata kering

o Hyperacusis: kerusakan toleransi pada tingkatan tertentu pada hidung akibat

peningkatan iritabilitas mekanisme neuron sensoris

b. Pemeriksaan Fisik

Gambaran paralisis wajah mudah dikenali pada pemeriksaan fisik.

Pemeriksaanyang lengkap dan tepat dapat menyingkirkan kemungkinan penyebab

lain paralisis wajah. Pikirkan etiologi lain jika semua cabang nervus facialis tidak

mengalami gangguan.

o Pemeriksaan neurologi

Kelumpuhan nervus fasilalis melibatkan semua otot wajah sesisi dandapat

dibuktikan dengan pemeriksaan - pemeriksaan berikut, yaitu:

# Pemeriksaan motorik nervus fasialis.

Page 17: Referat Embriologi Aza

-Mengerutkan dahi : lipatan kulit dahi hanya tampak pada sisiyang sehat saja.

-Mengangkat alis : alis pada sisi yang sakit tidak dapatdiangkat

-Memejamkan mata dengan kuat : pada sisi yang sakitkelompak mata tidak dapat

menutupi bola mata dan berputarnya bolamata ke atas dapat dilihat. Hal tersebut

dikenal Fenomena Bell.Selain itu dapat dilihat juga bahwa gerakan kelopak mata

yang sakitlebih lambat dibandingkan dengan gerakan kelopak mata yang sehat,hal

ini dikenal sebagai Lagoftalmus.

-Mengembungkan pipi : pada sisi yang tidak sehat pipi tidak dapat

dikembungkan.

-Pasien disuruh utnuk memperlihatkan gigi geliginya ataudisuruh meringis

menyeringai : sudut mulut sisi yang lumpuh tidak dapat diangkat sehingga mulut

tampaknya mencong ke arah sehat. Dan juga sulcus nasolabialis pada sisi wajah

yang sakit mendatar.

# Pemeriksaan sensorik pada nervus fasialis.

Sensasi pengecapan diperiksa sebagai berikut : rasa manisdiperiksa pada bagian

ujung lidah dengan bahan berupa garam, dan rasaasam diperiksa pada bagian

tengah lidah dengan bahan asam sitrat. Pengecapan 2/3 depan lidah : pengecapan

pada sisi yang tidak sehat kurang tajam

# Pemeriksaan Refleks.

Pemeriksaan reflek yang dilakukan pada penderita Bell’s Palsyadalah

pemeriksaan reflek kornea baik langsung maupun tidak langsungdimana pada

paresis nervus VII didapatkan hasil berupa pada sisi yangsakit kedipan mata yang

terjadi lebih lambat atau tidak ada sama sekali.Selain itu juga dapat diperiksa

refleks nasopalpebra pada orang sehat pengetukan ujung jari pada daerah diantara

kedua alis langsungdijawab dengan pemejaman kelopak mata pada sisi,

sedangkan pada paresis facialis jenis perifer terdapat kelemahan kontraksi m.

orbikularisoculi (pemejaman mata pada sisi sakit)

#Beberapa pemeriksaan sederhana lain yang dapat dilakukanuntuk membantu

penegakkan diagnosa antara lain :

Page 18: Referat Embriologi Aza

-Stethoscope Loudness Test

Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menilai fungsi dari muskulus stapedius.

Pasien diminta menggunakan stetoskop kemudian dibunyikan garpu tala pada

membran stetoskop, makasuara yang keras akan terlateralisasi ke sisi muskulus

stapedius yang lumpuh

-Schirmer Blotting Test. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi

lakrimasi. Digunakan benzene yang menstimulasi refleks nasolacrimalis sehingga

dapat dibandingkan keluar air mata dapat dibandingkan antara sisi yang lumpuh

dan yang normal

c. Diagnosis Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium.Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik

untuk menegakkan diagnosis Bell’s palsy. Namun pemeriksaan kadar gula darah

atau HbA1c dapat dipertimbangkan untuk mengetahui apakah pasien tersebut

menderita diabetes atau tidak. Pemeriksaan kadar serum HSV juga bisa dilakukan

namun ini biasanya tidak dapat menentukan dari mana virus tersebut berasal

d. Pemeriksaan radiologi.

Bila dari anamnesis dan pemeriksaan fisik telah mengarahkan ke diagnosis Bell’s

palsy, maka pemeriksaan radiologi tidak diperlukan lagi, karena pasien-pasien

dengan Bell’s palsy umumnya akan mengalami perbaikan dalam 8-10

minggu.Bila tidak ada perbaikan ataupun mengalami perburukan, pencitraan

mungkin akan membantu. MRI mungkin dapat menunjukkan adanya tumor

(misalnya Schwannoma, hemangioma, meningioma). Bila pasien memiliki

riwayat trauma maka pemeriksaan CT-Scan harus dilakukan

2.4.1.5 Stadium

Sistem grading dikembangkan oleh House and Brackmann yang mengkategorikan Bell’s

palsy pada skala I-VI, yaitu;

Grade I Normal symmetrical function

Grade II - Slight weakness noticeable only

on close inspection

- Complete eye closure with

Page 19: Referat Embriologi Aza

minimal effort

- Slight asymmetry of smile with

maximal effort

- Synkinesis barely noticeable,

contracture, or spasm absent

Grade III - Obvious weakness, but not

disfiguring

- May not be able to lift eyebrow

- Complete eye closure and strong

but asymmetrical mouth

movement

- Obvious, but not disfiguring

synkinesis, mass movement or

spasm

Grade IV - Obvious disfiguring weakness

- Inability to lift brow

- Incomplete eye closure and

asymmetry of mouth with

maximal effort

- Severe synkinesis, mass

movement, spasm

Grade V - Motion barely perceptible

- Incomplete eye closure, slight

movement corner mouth

- Synkinesis, contracture, and

spasm usually absent

Grade VI - No movement, loss of tone, no

synkinesis, contracture, or spasm

Page 20: Referat Embriologi Aza

2.4.1.6 Diagnosis Banding

1. Otitis Media Supurativa dan Mastoiditis

Disamping kemungkinan adanya paresis fasialis, maka ditemukan adanya rasa nyeri di

dalam atau di belakang telinga. Pada foto mastroid ditemukan14 gambaran infeksi.

Pada otitis media terjadi proses radang di dalam kavumtimpani sehingga dinding

tulang kanalis fasialis ikut mengalami kerusakan sehingga terjadi paresis fasialis.

2. Herpes Zoster Oticus

Terjadi infeksi herpes zoster pada ganglion genikulatum. Di samping adanya paresis

fasialis juga ditemukan adanya tuli persetif dan tampak vesikel-vesikel yang terasa

amat nyeri di daun telinga. Karena adanya proses inflamasi maka akan menimbulkan

pembengkakan, timbunan metabolit di dalam kanalis Fallopii dan selanjutnya

menyebabkan iskemia dan paresis fasialis. Pada pemeriksaan darah didapatkan adanya

kenaikan titer antibodi terhadap virus varisela-zoster.

3. Trauma kapitis

Paresis fasialis terdapat pada trauma kapitis (misalnya fraktur os temporal,fraktur basis

kranii atau trauma lahir/forceps) atau karena operasi. Padacedera kepala sering terjadi

fraktura os temporale parspetrosus yang selaluterlihat pada foto rontgen.

4. Sindroma Guillain – Barre dan Miastenia Gravis

Pada kedua penyakit ini, perjalanan dan gambaran penyakitnya khas dan paresis hampir

selalu bilateral.

5. Tumor Intrakranialis

Semua neoplasma yang mengenai sepanjang perjalanan N.VII dapat menyebabkan

paresis fasialis. Tumor intra kranial yang tersering yaitu tumor sudut serebelopontis. Di

sini selain terdapat paresis N.VII juga biasanya ditemukan adanya lesi N.V dan N.VIII.

tumor yang lain misalnya Ca-nasofaring (biasanya disertai dengan kelainan saraf

kraniales lain) dan tumor kelenjar parotis

Page 21: Referat Embriologi Aza

2.4.1.7 Penatalaksanaan

A. Farmakologis

The American Academy of Neurology (AAN) mempublikasikan parameter praktik

pada 2001 menyatakan bahwa steroid memiliki suatu kemungkinan efektif dan acyclovir

(dengan prednisone) mungkin efektif untuk tatalaksana bell’s palsy. Pada tahun 2012,

AAN merilis guidelines menyatakan bahwa steroid sangat efektif dan meningkatkan

kecendrungan kesembuhan pada fungsi nervus fasialis dalam new-onset bell’s palsy.

- Agen antiviral

Meskipun pada penelitian yang pernah dilakukan masih kurang menunjukkan

efektifitas obat-obat antivirus pada Bell’s palsy hampir semua ahli percaya pada etiologi

virus. Penemuan genom virus disekitar nervus fasialis memungkinkan digunakannya

agen-agen antivirus pada penatalaksanaan Bell’s palsy. Oleh karena itu, zat antiviral

merupakan pilihan yang logis sebagai penatalaksaan farmakologis dan sering dianjurkan

pemberiannya. Acyclovir 400 mg selama 10 hari dapatdigunakan dalam penatalaksanaan

Bell’s palsy. Acyclovir akan berguna jika diberikan pada 3 hari pertama dari onset

penyakit untuk mencegah replikasi virus.

Nama Obat Acyclovir (Zovirax) ± menunjukkan aktivitas hambatan langsung

melawan HSV-1 dan HSV-2, dan sel yang terinfeksi secara selektif.

Dosis Dewasa 4000 mg/24 jam peroral selama 7-10 hari

Kontraindikasi hipersensitivitas.

Interaksi obat Penggunaan bersama dengan probenecid atau zidovudine dapat

memperpanjang waktu paruh dan meningkatkan toksisitas acyclovir

terhadap SSP

kehamilan C ± keamanan penggunaan selama kehamilan belum pernahdilaporkan.

Page 22: Referat Embriologi Aza

Perhatian Bersifat nefrotoksik

o Kortikosteroid.

Pengobatan Bell’s palsy dengan menggunakan steroid masih merpakan suatu

kontroversi. Berbagai artikel penelitian telah diterbitkan mengenai keuntungan

dan kerugian pemberian steroid pada Bell’s palsy. Para peneliti lebih cenderung

memilihmenggunakan steroid untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Bila telah

diputuskan untuk menggunakan steroid, maka harus segera dilakukan konsensus.

Prednison dengan dosis 40-60 mg/ hari per oral atau 1 mg/ kgBB/ hari selama 3

hari, diturunkan perlahan-lahan selama 7 hari kemudian, dimana pemberiannya

dimulai pada hari kelima setelah onset penyakit, gunanya untuk meningkatkan

peluang kesembuhan pasien. High-dose steroids (>120 mg/day prednisone) telah

digunakan untuk menatalaksana Bell’s palsy pada pasien dengan diabetes.

Nama Obat Prednisone (Deltasone, Orasone, Sterapred) ± efek

farmakologis yang berguna adalah efek anti

inflamasinya, yang menurunkan kompresi

nervus facialis di canalis f acialis

.

Dosis dewasa 1 mg/kg/hari peroral selama 7 hari.

Kontraindikasi Pernah dilaporkan adanya hipersensitivitas; infeksi

virus, jamur, jaringan konektif, dan infeksi kulit

tuberkuler; penyakit tukak lambung; disfungsi

hepatik; penyakit gastrointestinal

Interaksi obat Pemberian bersamaan dengan estrogen dapat

Menurunkan klirens prednisone; penggunaan

dengan digoksin dapatmenyebabkan toksisitas

digitalis akibat hipokalemia;fenobarbital,

Page 23: Referat Embriologi Aza

fenitoin, dan rifampin dapat meningkatkan

metabolisme glukokortikoid (tingkatkan dosis

pemeliharaan);monitor hipokalemia bila

pemberian bersama dengan obatdiuretik

Kehamilan B ± biasanya aman tetapi keuntungan obat ini

dapat memperberat risiko.

Perhatian Penghentian pemberian glukokortikoid secara tiba-

tiba dapat menyebabkan krisis adrenal;

hiperglikemia, edema,osteonekrosis, miopati,

penyakit tukak lambung,

hipokalemia,osteoporosis, euforia, psikosis,

myasthenia gravis, penurunan pertumbuhan, dan

infeksi dapat muncul dengan penggunaan bersama

glukokortikoid

o Perawatan mata.

Mata sering tidak terlindungi pada pasien-psien dengan Bell’s palsy sehingga

pada mata berisiko terjadinya kekeringan kornea dan terpapar benda asing. Atasi

dengan pemberian air mata pengganti, lubrikan, dan pelindung mata

Air mata pengganti digunakan selama pasien terbangun untuk mengganti air mata

yang kurang atau tidak ada

Lubrikan digunakan saat sedang tidur. Dapat juga digunakan saat terbangun jika

air mata pengganti tidak cukup melindungi mata. Salah satu kerugiannya adalah

pandangan kabur selama pasien terbangun

B. Operatif

o Facial Nerve Decompression

Operasi untuk dekompresi nervus fasialis masih kontroversial. Pasien

dengan prognosis yang buruk, yang dapat diidentifikasi dari hasil tes nervus

Page 24: Referat Embriologi Aza

fasialis atau paralisis persisten yang memiliki keuntungan dari intervensi operasi.

Operasi dapat dipertimbangkan pada pasien bell’s palsy komplit yang tidak

berespon terhadap terapi medikamentosa dan mengalami >90% degenerasi akson

yang dapat diketahui dari EMG nervus fasialis pada 3 minggu setelah onset

paralisis. Bagian yang bermasalah dapat dilokalisasi dengan MRI. Ahli bedah

nantinya dapat memutuskan apakah segmen maksilaris harus didekompresi secara

eksternal atau segmen labyrinthine dan ganglion genikulata harus didekompresi

dengan middle fossa craniotomy.

Sebuah studi tentang pasien-pasien yang mengalami degenerasi lebih dari

90% dan menjalani middle fossa decompression memperlihatkan hasil yang lebih

baik dalam studi kohort, dibandingkan dengan kelompok yang memilih untuk

tidak menjalani operasi dekompresi. Pada kelompok operasi, 91% kasus

memperlihatkan postoperative House-Brackmann grade I atau II. Dalam

kelompok yang tidak menjalani operasi, 58% pasien memiliki hasil yang buruk,

dengan House-Brackmann grade III atau IV dalam 7 bulan. Hasil operasi terbaik

didapat saat prosedur sudah dilakukan dalam waktu 14 hari setelah onset paralisis.

-

o Implan pada lipatan mata

Page 25: Referat Embriologi Aza

Alat implant telah digunakan untuk memperbaiki gerakan penutupan mata

pada lagoftalmus yang parah. Prosedur ini adalah prosedur terbaik untuk pasien

dengan penurunan sensasi kornea. Lempeng emas maupun platinum dapat

disisipkan pada bagian lipatan mata. Implan tercipta dari 99,99% emas dan

platinum asli. Ukurannya berkisar dari 0,6-1,8 g. Lempeng ini membuat bagian

atas dari lipatan mata untuk menutup dengan gravitasi ketika m.levator palpebra

relaksasi. Maka, pasien harus tidur dengan kepala sedikit terelevasi.

o Muscle transposition, Nerve grafting, Brow lift

Facial nerve grafting or hypoglossal-facial nerve anastomosis

Reinnervasi dari nervus fasialis dalam arti facial nerve grafting atau hypoglossal-

facial nerve anastomosis dapat digunakan pada kasus yang secara klinis

mengalamu paralisis permanen untuk membantu memperbaiki fungsi normal

relative dari m. oblicularis oculi atau kelopak mata.

Page 26: Referat Embriologi Aza

Direct brow lift

Ptosis alis diperbaiki dengan Direct brow lift. Akan tetapi perlu diperhatikan

bahwa adanya dekompensasi kornea akibat penarikan alis dapat memperburuk

lagoftalmus.

2.4.1.8 Prognosis

Berdasarkan prognosisnya, pasien bell’s palsy terbagi menjadi 3 kelompok;

Kelompok 1 – penyembuhan total dari fungsi motorik wajah tanpa sekuel

Kelompok 2 – penyembuhan incomplete fungsi motorik wajah, tetapi tanpa defek

kosmetik yang terlihat secara kasat mata

Kelompok 3 – Kerusakan neurologis permanen yang secara kosmetik dan klinis

terlihat

Sekitar 80-90% pasien dengan bell’s palsy sembuh tanpa disfigurement yang

terlihat dalam 6 minggu sampai 3 bulan. Pasien yang menderita bell’s palsy juga

menderita local nerve conduction block. Pasien seperti ini dapat mengalami

Page 27: Referat Embriologi Aza

penyembuhan total pada saraf. Akan tetapi, jika kerusakan sudah parah dimana

sudah merusak akson, maka penyembuhan biasanya incomplete

Faktor resiko yang memperburuk prognosis Bell’s palsy adalah:

a.Usia di atas 60 tahun.

b.Paralisis komplit.

c.Menurunnya fungsi pengecapan atau aliran saliva pada sisi yang lumpuh.

d. Nyeri pada bagian belakang telinga.

e. Berkurangnya air mata

Page 28: Referat Embriologi Aza

KESIMPULAN

Saraf fasialis (N.VII) mengandung sekitar 10.000 serabut saraf yang terdiri dari

7.000 serabut saraf motorik untuk otot-otot wajah dan 3.000 serabut saraf lainnya

membentuk saraf intermedius (Nerve of Wrisberg) yang berisikan serabut sensorik untuk

pengecapan 2/3 anterior lidah dan serabut parasimpatik untuk kelenjar parotis,

submandibula, sublingual dan lakrimal

Nervus ini berasal dari plakoda ektoderm dan sel sel krista neuralis. Plakoda

ektoderm mencakup plakoda hidung, telinga dan empat plakoda epibrankial yang

diwakili oleh penebalan penebalan disebelah dorsal lengkung faring (brankial) plakoda

epibrankial ikut membentuk ganglia untuk saraf saraf dari lengkung faring (V, VII, IX,

dan X). Ganglia parasimpatik (eferen viseral) berasal dari sel-sel crista neuralis dan

serabut serabutnya dibawa oleh saraf kranial III, VII, IX, dan X.

Dalam persarafannya, nervus fasialis mempunyai empat buah inti; nukleus

fasialis untuk saraf somatomotoris, nukleus salivatorius superior untuk saraf

viseromotoris, nukleus solitarius untuk saraf viserosensorik, dan nukleus sensoris

trigeminus untuk saraf somatosensoris

Bell’s palsy merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering

mempengaruhi nervus kranialis VII. Gangguan ini berupa paresis atau paralisis fasial

perifer yang terjadi tiba-tiba, bersifat unilateral tanpa penyebab yang jelas. Kelumpuhan

perifer N.VII memberikan ciri yang khas hingga dapat didiagnosa dengan inspeksi. Otot

muka pada sisi yang sakit tak dapat bergerak. Lipatan-lipatan didahi akan menghilang

dan nampak seluruh muka sisi yang sakit akan mencong tertarik ke arah sisi yang sehat.

Gejala kelumpuhan perifer ini tergantung dari lokalisasi kerusakan.

Penatalaksanaan Bell’s palsy dapat secara farmakologis maupun operatif. Secara

farmakologis, Bell’s palsy ditatalaksana menggunakan antiviral dan/atau kortikosteroid.

Secara operatif, dapat dilakukan facial nerve decompression, pemasangan implant pada

kelompak mata, nerve grafting, dan direct brow lift. Sekitar 80-90% pasien dengan bell’s

palsy sembuh tanpa disfigurement yang terlihat dalam 6 minggu sampai 3 bulan

Page 29: Referat Embriologi Aza

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadler, T.W. Langman’s Medical embryology. 11 th edition. Baltimore. Lippincott

William & wilkins. 2009

2. Duus, Peter, Topical Diagnosis In Neurology, Georg Thieme Verlag Stutt, Ed IV,

Stuttgart- New York. 2005; 167-175

3. Bien, Alexander G. Facial Nerve Embryology. Medscape. Nebraska. 2011

4. Patel, Alpen A. Facial Nerve Anatomy. Medscape. Towson Medical Center. 2012

5. Fauci, Kasper et al. Harrison’s principle of Internal Medicine. 18th edition. USA.

McGraw Hill. 2012

6. Kim, John YS. Facial Nerve Paralysis. Medscape. Northwestern Plastic Surgery. 2012

7. Taylor, Danette C. Bell’s palsy. Medscape. Michigan State University. 2012

8. Lo, Bruce M. Bell’s Palsy Empiric Therapy. Medscape. Eastern Virginia. 2013