28
A. DEFINISI Dislokasi adalah perpindahan suatu bagian. Dislokasi sendi atau disebut juga luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk persendian terhadap tulang lainnya. Dislokasi dapat berupa lepas komplet atau parsial , atau subluksasio. B. ANATOMI SENDI Tempat pertemuan dua tulang atau lebih, baik terjadi pergerakan atau tidak terjadi pergerakan disebut sendi (junctura). Sendi dikelompokkan menurut jaringan yang terdapat di antara tulang-tulang: junctura fibrosa, junctura cartilaginea, dan junctura synovialis. 1. Junctura fibrosa Permukaan tulang yang bersendi dihubungkan oleh jaringan fibrosa sehingga kemungkinan geraknya sangat sedikit. Sutura tengkorak dan articulation tibiofibularis inferior merupakan contoh junctura fibrosa. 1

Referat Dislokasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Referat dislokasi, tugas koass RUSPAU Halim

Citation preview

Page 1: Referat Dislokasi

A. DEFINISI

Dislokasi adalah perpindahan suatu bagian. Dislokasi sendi atau disebut juga luksasio

adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk persendian terhadap tulang

lainnya. Dislokasi dapat berupa lepas komplet atau parsial , atau subluksasio.

B. ANATOMI SENDI

Tempat pertemuan dua tulang atau lebih, baik terjadi pergerakan atau tidak terjadi

pergerakan disebut sendi (junctura). Sendi dikelompokkan menurut jaringan yang

terdapat di antara tulang-tulang: junctura fibrosa, junctura cartilaginea, dan junctura

synovialis.

1. Junctura fibrosa

Permukaan tulang yang bersendi dihubungkan oleh jaringan fibrosa sehingga

kemungkinan geraknya sangat sedikit. Sutura tengkorak dan articulation

tibiofibularis inferior merupakan contoh junctura fibrosa.

Gambar 1. Junctura fibrosa

1

Page 2: Referat Dislokasi

2. Junctura cartilaginea

Junctura cartilaginea dapat dibagi menjadi dua tipe:

Junctura cartilaginea primer adalah junctura cartilaginea yang tulang-

tulangnya disatukan oleh selempeng atau sebatang cartilage hialin.

Contohnya adalah hubungan antara iga pertama dan manubrium sterni.

Tidak ada pergerakan yang dapat dilakukan.

Junctura cartilaginea sekunder adalah sendi kartilaginosa yang tulang-

tulangnya dihubungkan oleh selempeng cartilage fibrosa dan facies

articularis-facies articularisnya diliputi oleh selapis tipis cartilage hialin.

Contohnya adalah sendi di antara corpus vertebrae dan simfisis pubis.

Sangat sedikit terdapat pergerakan.

Gambar 2. Junctura cartilaginea

3. Junctura synovialis

Facies articularis dan tulang-tulang diliputi oleh selapis tipis cartilage hialin dan

ujungnya dipisahkan oleh rongga sendi. Susunan ini memungkinkan pergerakan

yang luas. Junctura synovialis dapat dikelompokkan berdasarkan pada bentuk

facies articularisnya dan tipe pergerakan yang mungkin dilakukan.

Articulatio plana (sendi plana): Permukaan sendinya rata atau hampir rata,

sehingga memungkinkan terjadinya pergeseran antara tulang yang satu

dengan yang lainnya. Contoh sendi plana adalah articulatio

sternoclavicularis dan articulatio acromioclavicularis.

2

Page 3: Referat Dislokasi

Ginglymus (sendi engsel): sendi ini menyerupai engsel pintu sehingga

memberi kemungkinan untuk gerakan fleksi dan ekstensi. Contoh

ginglymus adalah articulatio cubiti, articulatio genus, dan articulatio

talocruralis.

Articulatio trochoidea (sendi pasak): Pada sendi in, terdapat pasak tulang

yang dikelilingi oleh cincin ligamentum-bertulang. Hanya mungkin

dilakukan gerakan rotasi. Contoh yang baik dari sendi ini adalah

articulatio atlantoaxialis dan articulatio radioulnaris superior.

Articulatio condyloidea: Sendi ini mempunyai dua permukaan konveks

yang bersendi dengan dua permukaan konkaf. Gerakan yang mungkin

dilakukan adalah fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi, serta sedikit rotasi.

Contoh yang baik dari sendi ini adalah articulationes metacarpophalangeae

atau articulationes interphalangeae manus.

Articulatio ellipsoidea: Pada sendi ini, facies articularis berbentuk konveks

elips yang sesuai dengan facies articularis konkaf elips. Gerakan fleksi,

ekstensi, abduksi, dan adduksi dapat dilakukan, kecuali rotasi. Contohnya

ialah articulation radiocarpalis.

Articulatio sellaris (sendi pelana): Pada sendi ini, faciess articularis

berbentuk konkafokonveks yang saling berlawanan dan mirip dengan

pelana kuda pada punggung kuda. Sendi ini dapat melakukan fleksi,

ekstensi, abduksi, adduksi dan rotasi. Contoh tipe sendi pelana yang paling

baik yaitu articulatio carpometacarpalis pollicis,

Articulatio spheroidea (sendi peluru): Pada sendi ini, kepala sendi yang

berbentuk bola pada satu tulang cocok dengan lekuk sendi yang berbentuk

socket pada tulang yang lain. Susunan ini memungkinkan pergerakan yang

luas, termasuk fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi medial, rotasi

lateral, dan sirkumduksi. Contoh yang baik untuk sendi ini adalah

articulatio humeri dan articulatio coxae.

3

Page 4: Referat Dislokasi

4

Page 5: Referat Dislokasi

Gambar 3. Junctura Synovialis

Stabilitas Sendi

Stabilitas sebuah sendi tergantung pada tiga factor utama: (a) bentuk, ukuran, dan

susunan facies articularis; (b) ligamentum; (c) tonus otot di sekitar sendi.

5

Page 6: Referat Dislokasi

Permukaan Sendi

Struktur “ball-and-socket” articulatio coxae dan “mortise” pada articulatio

talocruralis merupakan contoh yang baik bagaimana bentuk tulang berperan

penting pada stabilitas sendi. Akan tetapi terdapat pula sendi yang bentuk

sendinya kurang atau tidak berperan dalam stabilitas sendi seperti articulatio

acromioclavicularis, articulatio calcaneocuboidea, dan articulatio genus.

Ligamentum

Ligamentum fibrosa mencegah pergerakan sendi yang berlebihan, tetapi apabila

regangan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, ligamentum fibrosa akan

teregang. Contohnya ialah ligamentum pada sendi-sendi yang membentuk

lengkung kaki tidak dengan sendirinya menyokong beban berat badan. Apabila

tonus otot yang biasanya menyokong lengkung kaki terganggu akibat kelelahan,

ligamentum akan meregang dan lengkung kaki akan turun sehingga terjadi kaki

datar.

Sebaliknya, ligamentum elastika akan kembali ke panjang semula sesudah

meregang. Ligamentum elastika tulang-tulang pendengaran memegang peranan

aktif dalam menyokong sendi dan membantu mengembalikan tulang-tulang pada

posisi semula setelah melakukan pergerakan.

Tonus Otot

Pada kebanyakan sendi, tonus otot merupakan factor utama yang mengatur

stabilitas sendi, misalnya tonus otot-otot pendek di sekitar articulation humeri

mempertahankan caput humeri yang berbentuk setengah bulat pada cavitas

glenoidalis scapulae. Tanpa kerja otot-otot ini, hanya dibutuhkan sedikit tenaga

untuk menyebabkan terjadinya dislokasio sendi. Articulatio genus merupakan

sendi yang sangat tidak stabil tanpa aktivitas tonus musculus quadriceps femoris.

Sendi antara tulang-tulang kecil yang membentuk lengkung kaki sebagian besar

disokong oleh tonus otot-otot tungkai bawah, yang tendonya berinsersio pada

tulang-tulang kaki.

6

Page 7: Referat Dislokasi

C. EPIDEMIOLOGI

Dari beberapa penelitian diperkirakan sekitar 42.1 kejadian dislokasi dari 100.000

orang dan penyebab tersering adalah akibat kecelakaan lalu-lintas (57.4%) diikuti dengan

terjatuh (27.5%). Dislokasi yang paling sering terjadi adalah dislokasi sendi bahu dan

lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada perempuan. Berdasarkan data

penelitian National Electronic Injury Surveillance System, dari 8,940 kejadian dislokasi

sendi bahu, diketahui terjadi 23.9 kejadian tiap tahunnya dengan faktor risiko terjadinya

dislokasi sendi bahu yaitu usia muda dan jenis kelamin laki-laki.

D. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

Dislokasi dapat disebabkan oleh :

1. Trauma : jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur dislokasi.

Cedera pada olahraga

Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan

hoki, serta olahraga yang berisiko jatuh, misalnya terperosok akibat

bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling

sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak

sengaja menangkap bola dari pemain lain.

Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga misalkan akibat

benturan karena terjatuh (dari ketinggian tertentu) ataupun akibat

kecelakaan ketika berkendara

2. Non traumatik akibat kelainan kongenital yaitu keadaan ligamen pada seseorang

yang jauh lebih kendur sehingga terjadi penurunan stabilitas dari daerah

persendian ataupun adanya penyakit tertentu yang mengakibatkan perubahan

struktur dari daerah persendian.

3. Patologis

7

Page 8: Referat Dislokasi

Akibat destruksi tulang, misalnya tuberculosis tulang belakang. Dimana patologis:

terjadinya tear ligament dan kapsul articular yang merupakan komponen vital

penghubung tulang.

Faktor Resiko dari Dislokasi

1. Kemungkinan untuk terjatuh

Ketika seseorang terjatuh maka terjadi peningkatan akan faktor resiko dari dislokasi,

jika seseorang menggunakan tangannya untuk menahan tubuh ketika terjatuh atau

bagian dari tubuh seseorang mengalami benturan keras saat terjatuh seperti panggul

dan bahu.

2. Keturunan

Beberapa orang dapat terlahir dengan ligamen yang jauh lebih longgar sehingga lebih

meningkatkan faktor resiko dari dislokasi ketika terluka.

3. Berolahraga

Dislokasi sering terjadi ketika seseorang melakukan olahraga dimana banyak terjadi

kontak antar pemain atau high impact sports seperti sepak bola, basket, hoki, dan

gulat (wrestling).

4. Kecelakaan ketika berkendara

Hal ini yang paling sering menyebabkan dari dislokasi panggul atau hip dislocation

E. MANIFESTASI KLINIS

Adanya mati rasa atau tebal dan kesemutan pada daerah persendian

Adanya rasa nyeri terutama bila sendi tersebut digunakan atau diberikan beban

Pergerakan dari sendi yang menjadi sangat terbatas

Terdapat bengkak dan kebiruan atau memar pada daerah persendian.

8

Page 9: Referat Dislokasi

Sendi terlihat tidak pada posisi sebenarnya, adanya perubahan warna maupun bentuk

(adanya deformitas yaitu hilangnya tonjolan tulang yang normal)

F. PATOFISIOLOGI

Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan

pemanasan yang benar sebelum melakukan olahraga sehingga dapat memicu terjadinya

dislokasi, yaitu cedera olahraga yang dapat menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan

tulang dari kesatuan sendi sehingga struktur sendi dan ligamen menjadi rusak. Keadaan

selanjutnya terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga

merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid menjadi teravulsi akibatnya tulang

berpindah dari posisi yang normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai dislokasi.

Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang tidak hati-hati dalam

melakukan suatu tindakan atau saat sedang berkendara dimana tidak menggunakan helm

atau sabuk pengaman memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma kecelakaan

mengkompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi

dan ligamen. Keadaan selanjutnya yaitu terjadinya penekanan pada jaringan tulang yang

terdorong ke depan sehingga merobek kapsul sehingga tulang dapat berpindah dari posisi

normal dan menyebabkan dislokasi.

G. KLASIFIKASI DISLOKASI

Klasifikasi dislokasi menurut penyebabnya adalah:

1. Dislokasi kongenital

Hal ini terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan seseorang, paling sering

terlihat pada daerah panggul (hip).

2. Dislokasi spontan atau patologik

Hal ini dapat terjadi akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi.

misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan

tulang yang berkurang.

3. Dislokasi traumatik

9

Page 10: Referat Dislokasi

Dislokasi traumatik adalah suatu kedaruratan ortopedi, yang memerlukan

pertolongan segera. Hal ini membuat sistem vaskularisasi terganggu, susunan

saraf rusak dan serta kematian dari jaringan. Trauma yang kuat membuat tulang

keluar dari posisi anatomisnya dan mengganggu jaringan lain seperti merusak

struktur sendi, ligamen, saraf, dan sistem vaskular. Seringkali terjadi pada orang

dewasa. Bila tidak ditangani dengan segera dapat terjadi nekrosis avaskuler

(kematian jaringan akibat anoksia dan hilangnya pasokan darah) dan paralisis

saraf.

Dislokasi berdasarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi :

1. Dislokasi Akut

Umumnya dapat terjadi pada bagian bahu, siku tangan dan panggul. Dislokasi ini

dapat juga disertai nyeri akut serta pembengkakan di sekitar sendi.

2. Dislokasi Kronis

Dislokasi kronis dapat dibedakan menjadi dislokasi rekuren, berkepanjangan atau

Prolonged dan kebiasaan atau Habitual. Pada dislokasi rekuren penderita sering

mengalami dislokasi namun tidak dapat mereposisi sendiri. Pada dislokasi

berkepanjangan dapat timbul bila dislokasi akut didiamkan saja tanpa diberikan

perawatan selama berminggu-minggu, sedangkan untuk dislokasi kebiasaan atau

habitual dislocation penderita dapat berulang-ulang mengalami dislokasi dan

dapat mereposisi sendi tersebut sendiri. Pada dislokasi rekuren dan kebiasaan

umumnya sudah terjadi perubahan bentuk kapsul maupun ligamennya maka dari

itu sendi tersebut menjadi hipermobilitas.

3. Dislokasi Berulang

Jika suatu trauma pada daerah dislokasi sendi diikuti oleh frekuensi berulang,

maka dislokasi akan berlanjut dengan trauma yang minimal, hal disebut dislokasi

berulang. Umumnya terjadi pada sendi bahu (shoulder joint) dan sendi

pergelangan kaki atas (patello femoral joint). Dislokasi berulang biasanya sering

dikaitkan dengan fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang

patah akibat dari kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

10

Page 11: Referat Dislokasi

Dislokasi berdasarkan daerah anatomis

1. Dislokasi sendi bahu (shoulder joint)

Gambar 4. Dislokasi sendi bahu ( shoulder joint )

2. Dislokasi sendi siku tangan (elbow joint)

Gambar 5. Dislokasi sendi siku tangan ( elbow joint )

3. Dislokasi sendi panggul (hip joint)

Dislokasi panggul dapat terjadi ketika caput femur keluar dari daerah acetabulum

(socket) pada pelvis. Dislokasi ini dapat terjadi apabila daerah tersebut mengalami

benturan keras seperti pada kecelakaan mobil ataupun jatuh dari ketinggian tertentu.

11

Page 12: Referat Dislokasi

Pada kecelakaan mobil, dimana akibat terbenturnya lutut membentur dashboard

sehingga terjadi deselerasi yang cepat dan tekanan dihantarkan dari femur ke panggul.

Kadang dislokasi pada sendi panggul ini juga dapat disertai adanya fraktur. Dislokasi

pada sendi panggul merupakan jenis dislokasi yang amat serius dan membutuhkan

penanganan yang cepat. Diagnosis dan terapi yang tepat untuk menghindari akibat jangka

panjang dari hal ini yaitu nekrosis avaskuler dan osteoarthritis.

Dislokasi sendi panggul terbagi menjadi dua yaitu dislokasi anterior dan dislokasi

posterior tergantung berat atau tidaknya trauma tersebut.

Gambar 6. Dislokasi Sendi Panggul

1. Dislokasi Posterior 90% dislokasi ini terjadi pada daerah panggul, dimana tulang

femur terdorong keluar dari socket atau acetabulum arah ke belakang (backward

direction). Dislokasi posterior ditandai dengan pergelangan kaki atas (tulang femur)

yang berotasi interna dan adduksi, panggul dalam posisi fleksi namun pada bagian

lutut serta pergelangan kaki bawah justru pada posisi yang berkebalikan. Biasanya

disertai juga dengan penekanan dari nervus ischiadicus.

2. Dislokasi Anterior (Obturator Type) Dislokasi ini sering disebabkan tekanan

hiperekstensi melawan tungkai yang abduksi sehingga caput femur terangkat dan

keluar dari acetabulum, caput femur terlihat di depan acetabulum socketnya dengan

arah maju ke depan (forward direction) sehingga daerah panggul mengalami abduksi

dan rotasi eksterna menjauhi dari bagian tengah tubuh.

12

Page 13: Referat Dislokasi

Klasifikasi Dislokasi Sendi Panggul Anterior menurut Epstein yaitu :

Tipe 1 : Dislokasi superior termasuk pubis dan subspinosa

1A Tidak terdapat fraktur

1B Terdapat fraktur atau impaksi dari caput femur

1C Terdapat fraktur dari acetabulum

Tipe 2 : Dislokasi inferior termasuk obturator dan perineal

2A Tidak terdapat fraktur

2B Terdapat fraktur atau impaksi dari caput femur

2C Terdapat fraktur acetabulum

4. Dislokasi sendi lutut (kneecap joint)

Dislokasi patella paling sering disebabkan oleh robeknya ligamen yang berfungsi

untuk menstabilkan dari sendi lutut tersebut. Ligamen yang paling sering mengalami

cedera dalam hal ini yaitu Ligamentum Krusiatum, dimana hal ini dapat terjadi

ketika bagian lateral dari lutut mengalami suatu tekanan atau benturan keras. Padahal

ligamen ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk penyembuhannya. Dislokasi

sendi lutut atau patella ini dapat menyebabkan cederanya otot quadriceps, yang akan

memperparah dalam hal ini terutama bila terjadi efusi pada bagian lutut atau dalam

keadaan terlalu cepat melakukan pemanasan, dan terlalu cepat untuk kembali

melakukan suatu aktivitas (olahraga). Dislokasi pada sendi lutut jarang terjadi. Hal ini

terjadi akibat trauma yang cukup besar seperti terjatuh, tabrakan mobil, dan cedera

yang terjadi secara cepat. Bila sendi lutut mengalami dislokasi, maka akan terlihat

terjadinya deformitas. Bentuk dari kaki akan terlihat bengkok atau mengalami

angulasi. Kadang dislokasi pada sendi lutut ini akan mengalami relokasi secara

sendiri. Lutut dalam hal ini akan menjadi sangat bengkak dan sakit.

13

Page 14: Referat Dislokasi

Gambar 7. Dislokasi Sendi Lutut

5. Dislokasi sendi pergelangan kaki (ankle joint)

Dislokasi pergelangan kaki (ankle) adalah suatu kondisi dimana rusaknya dan

robeknya jaringan konektif di sekitar pergelangan kaki disertai dengan berubahnya

posisi tulang dalam suatu daerah persendian. Pergelangan kaki terdiri dari dua tulang

yaitu tulang fibula dan tibia yang berdampingan. Kedua tulang ini turut membangun

persendian pada pergelangan kaki. Sendi pergelangan kaki terdiri atas kapsul sendi

dan beberapa ligamen yang membantu kestabilan dari persendian. Dalam

pergerakannya, stretching atau pemanasan yang berlebihan dapat merusak dari

jaringan konektif yang ada, sehingga tulang pada persendian ini dapat keluar dari

posisi normalnya atau mengalami dislokasi.

Gambar 8. Dislokasi Pergelangan Kaki

14

Page 15: Referat Dislokasi

Dislokasi pergelangan kaki biasanya terjadi akibat trauma atau terjadi dorongan yang

keras terhadap tulang pergelangan sehingga terpisah. Hal ini dapat terjadi akibat

benturan langsung, kecelakaan motor atau pun cedera berat pada pergelangan tersebut

(severe sprain). Mekanisme dari dislokasi ini terjadi sebagai kombinasi dari posisi

plantar flexi pada bagian pergelangan kaki namun kaki juga mengalami baik inversi

maupun eversi agar dapat menahan beban.

Seseorang dengan dislokasi pada pergelangan kakinya biasanya akan merasakan nyeri

yang sangat hebat ketika mengalami cedera. Nyeri tersebut bahkan dapat membuat

pasien tidak dapat melakukan aktivitas serta menahan beban sama sekali. Nyeri

biasanya dirasakan pada bagian pergelangan kaki namun dapat terjadi penjalaran

nyeri pada bagian kaki sekitarnya. Nyeri sendiri dapat dirasakan ketika bagian

pergelangan kaki tersebut disentuh. Selain nyeri didapatkan juga bengkak dalam hal

ini. Pergerakan dari sendi lutut ini juga akan semakin terbatas akibat membengkaknya

daerah sendi dalam hal ini. Mati rasa atau kebas dan kesemutan juga dapat dirasakan

pada bagian

6. Dislokasi sendi-sendi kecil

H. PEMERIKSAAN

1. Anamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan mengenai adanya riwayat trauma, bagaimana

mekanisme terjadinya trauma, apakah terasa ada sendi yang keluar, bila trauma

minimal, hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekuren atau habitual.

2. Pemeriksaan Fisik

Look

a) Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami

dislokasi

b) Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami dislokasi

c) Tampak adanya perubahan warna (lebam) pada daerah yang mengalami dislokasi

sendi

15

Page 16: Referat Dislokasi

Feel

Didapatkan nyeri tekan pada daerah sendi yang cedera.

Move

Akan terlihat keterbatasan pada pergerakan sendi baik pada pergerakan sendi secara

aktif maupun pasif serta ketidakstabilan pada pergerakan pasien serta dinilainya

kekuatan otot pada daerah persendian.

Selain itu, perlu juga dilakukan pemeriksaan neurologis pada daerah persendian yang

mengalami cedera untuk mengetahui apakah terdapat cedera persarafan pada daerah

tersebut yang dapat menjadi komplikasi dini dari dislokasi.

3. Pemeriksaan Penunjang

a) X-Ray : dilakukan pemeriksaan berupa foto rontgen pada daerah dari persendian

yang mengalami cedera, hal ini juga dilakukan guna memastikan apakah terdapat

fraktur juga pada tulang di daerah persendian. Bisa juga dilakukan pemeriksaan

radiologi melalui CT Scan ataupun MRI.

Gambar 4. Foto Rontgen Dislokasi

b) Arteriogram : hal ini dilakukan guna melihat apakah terdapat cedera pada

pembuluh darah pada daerah persendian yang mengalami dislokasi.

16

Page 17: Referat Dislokasi

I. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada seseorang dengan dislokasi diantaranya

1)      Cedera pada saraf yang dapat menyebabkan kelemahan pada daerah otot yang

dipersarafi.

2)      Cedera pada pembuluh darah di tulang, bahkan dapat menyebabkan avaskuler

nekrosis (osteonekrosis).

3)      Fraktur dislokasi, yang akan semakin memperburuk keadaan dari pasien

J. PENATALAKSANAAN

1. Relokasi : Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan

reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu

memanjang. Tindakan reposisi ini dapat dilakukan di tempat kejadian tanpa

anastesi. Namun tindakan reposisi tidak bisa dilakukan dengan reduksi ringan,

maka diperlukan reposisi dengan anastesi lokal dan obat – obat penahan rasa sakit.

Reposisi tidak dapat dilakukan jika penderita mengalami rasa nyeri yang hebat,

disamping tindakan tersebut tidak nyaman terhadap penderita bahkan dapat

menyebabkan syok neurogenik, ataupun menimbulkan fraktur. Dislokasi sendi

dasar misalnya dislokasi sendi panggul memerlukan anestesi umum terlebih dahulu

sebelum direposisi.

2. Imobilisasi : sendi diimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga

agar tetap dalam posisi stabil, beberapa hari beberapa minggu setelah reduksi

gerakan aktif lembut tiga sampai empat kali sehari dapat mengembalikan kisaran

sendi,  sendi tetap disangga saat latihan.

3. Dirujuk : Dislokasi yang kadang disertai oleh cederanya ligamen bahkan fraktur

pada tulang yang dapat semakin memperparah hal tersebut, maka untuk mencegah

hal tersebut setelah dilakukan pemeriksaan dan penanangan awal maka perlu

dilakukan rujukan segera kepada spesialis ortopedi sehingga dapat diperiksa dan

ditangani lebih lanjut (dapat dilakukannya operasi atau tindakan pembedahan)

17

Page 18: Referat Dislokasi

Indikasi untuk dilakukan operasi atau pembedahan diantaranya :

1. Pada seseorang dengan dislokasi yang disertai fraktur di daerah sekitar persendian

2. Pada dislokasi yang tidak dapat direposisi secara tertutup

3. Pada dislokasi yang memilki resiko ketidakstabilan dari sendi berulang,

osteonekrosis, serta arthritis pasca trauma

K. PROGNOSIS

Prognosis dislokasi sendi pada umumnya baik apabila tidak terdapat komplikasi lebih

lanjut, dimana hal tersebut didukung dengan dilakukannya fisioterapi yang rutin pada

daerah persendian tersebut sehingga fungsi dari sendi dapat kembali normal dalam

beberapa bulan.

18

Page 19: Referat Dislokasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Ed 25. Jakarta : EGC, 1998.

2. Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong. Ed 3. Jakarta : EGC,

2010.

3. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed 6. Jakarta : EGC, 2006.

4. Yang NP, Chen HC, Phan DV, Yu IL, Lee YH, Chan CL, et al. Epidemiological survey

of orthopedic joint dislocations based on nationwide insurance data in Taiwan, 2000-

2005. BMC Muskuloskeletal Disorders 2011, 12:253.

5. Gammon Matthew. Hip Dislocation. Medscape. 2014. Available from :

http://emedicine.medscape.com/article/86930-overview. Updated March 27th, 2014.

6. William C, Shiel Jr. Knee Dislocation. Emedicine Health. 2014. Available from :

http://www.emedicinehealth.com/knee_dislocation/article_em.htm.

7.  Keany JE. Ankle Dislocation in Emergency Medicine. Available from :

http://emedicine.medscape.com/article/823087-overview. Updated October 29th, 2012.

8. Salter RB. 1999. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System. 3rd

ed. USA : Lippincott Williams and Wilkins. 619-23.

9. Williams, Wilkins. Orthop trauma Practical suggestions for the application of the OTA

dislocation classification system. vol 21. 2007, 103-27.

19