Referat - demam ruam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

rs koas anak

Citation preview

  • REFERATILMU KESEHATAN ANAK

    DIFFERENTIAL DIAGNOSIS DEMAM RUAM

    Disusun oleh:

    Sarrah Kusuma Dewi

    NIM 072011101028

    Dosen Pembimbing:

    dr. H. Ahmad Nuri, Sp.A

    dr. Gebyar T. B., Sp.A

    dr. Ramzi Syamlan, Sp.A

    Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik MadyaLab/SMF Ilmu Kesehatan Anak di RSD dr.Soebandi Jember

    SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSD dr. SOEBANDIFAKULTAS KEDOKTERAN

  • UNIVERSITAS JEMBER2011

    ii

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL...i

    DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

    iii

  • 1. PENDAHULUAN

    Demam dan ruam adalah tanda yang sering ditemui pada anak. Adanya

    demam dan ruam bersama-sama pada umumnya sudah dapat membatasi spektrum

    diagnosis penyakit yang harus ditegakkan. Spektrum tersebut mencakup infeksi

    lokal atau sistemik (dengan serangkaian mikroba penyebab), kelainan yang

    diperantarai toksin (termasuk yang diduga berhubungan dengan superantigen

    bakteri), dan kelainan pembuluh darah (vaskulitis, termasuk hipersensitifitas).1

    Derajat beratnya penyakit bervariasi mulai dari yang ringan (self limiting

    disease) sampai kepada keadaan yang berat bahkan dapat mengancam jiwa (life-

    threatening). Apabila salah dugaan pada awal kontak dengan pasien bisa berakibat

    fatal, baik pada pasien itu sendiri maupun pada masyarakat. Elemen yang sangat

    penting untuk menegakkan diagnosis yang akurat mencakup anamnesis yang detil,

    observasi sistemik pada penderita anak yang menunjukkan tanda-tanda toksisitas,

    dan pemeriksaan fisik menyeluruh. Sering kali anamnesis dan pemeriksaan fisik

    tetap mempunyai sensitifitas yang rendah. Dalam kondisi semacam itu uji

    laboratorium dapat menunjukkan peran yang penting. 1, 2

    Kulit merupakan salah satu kunci awal untuk mengenali penyakit dengan

    demam yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme. Penyebab infeksi

    tersebut bisa menghasilkan beragam lesi di kulit. Lesi tersebut bisa merupakan

    gangguan primer atau sebagai gejala dari proses sistemik. Lesi yang muncul pada

    umumnya akan menjadi petanda penting penegakan diagnosis. Penting untuk

    mendeskripsikan lesi, karena lesi sering berubah menurut waktu. 1

    2. DEFINISI

    International Union of Physiological Sciences Commission for Thermal

    Physiology, Dinarello, dan Porat mendefinisikan demam sebagai suatu keadaan

    peningkatan suhu yang merupakan bagian dari respons pertahanan organisme

    multiselular (host) terhadap invasi mikroorganisme atau benda mati yang

    patogenik atau dianggap asing oleh host. 3

    El-Rahdi dan kawan-kawan mendefinisikan demam (pireksia) dari segi

    patofisiologis dan klinis. Secara patofisiologis demam adalah peningkatan

    4

  • thermoregulatory set point dari pusat hipotalamus yang diperantarai oleh

    interleukin 1 (IL-1). Sedangkan secara klinis demam adalah peningkatan suhu

    tubuh 1oC atau lebih besar di atas nilai rerata suhu normal di tempat pencatatan.

    Sebagai respons terhadap perubahan set point ini, terjadi proses aktif untuk

    mencapai set point yang baru. Hal ini dicapai secara fisiologis dengan

    meminimalkan pelepasan panas dan memproduksi panas. 2,7

    Ruam adalah istilah umum yang menggambarkan perubahan pada warna

    dan susunan kulit. Ruam umumnya menyebabkan daerah-daerah kulit menjadi

    merah atau benjolan pada kulit, yang juga mungkin menjadi gatal dan/atau lunak.

    Kulit yang terpengaruh sering bengkak. Ruam dapat dibagi menjadi lesi primer

    dan sekunder. Lesi primer dapat timbul dari kulit yang sebelumnya normal.

    Misalnya perubahan warna kulit yang sirkumskripta, rata, dan tidak teraba, atau

    adanya massa padat dan cairan yang menonjol. Lesi sekunder terjadi karena

    perubahan pada lesi sekunder. Misalnya kehilangan permukaan kulit (erosi, ulkus,

    erosi) dan adanya material pada kulit (krusta, skuama).3 Berikut adalah berbagai

    definisi ruam yang paling sering didapatkan:

    Ruam DefinisiMakula Kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna, datar,

    nonpalpable. Bentuk, warna, dan batas bervariasi.Eritema Kemerahan pada kulit yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh

    darah kapiler pada dermis papiler dan retikuler yang reversibel.

    Eritema menunjukkan perubahan yang blanchable pada warna

    kulit atau mukosa membranVesikel Gelembung berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang dari cm

    garis tengah dan mempunyai dasar. Vesikel hemoragik = vesikel

    berisi darah. Vesikel pada mukosa mudah pecah. Vesikel dan bula

    muncul sebagai akibat rekahan pada berbagai tingkatan pada

    epidermis (intra-epidermal) maupun dermal epidermal (sub-

    epidermal)Bula Vesikel berukuran lebih besar. Bulla hemoragik, bulla hipopion, dan

    bulla purulen. Jika robek atau kemps, bulla akan meninggkalkan

    erosi. Dinding sering tipis sehingga memungkinkan melihat isinya.

    5

  • Papula Penonjolan di atas permukaan kulit, sirkumskrip, diameter lebih kecil

    dari cm, berisi zat padat. Bentuk dan warna bervariasi. Papul

    dengan pengelupasan disebut lesi papulosquamous.Eksantema Kelainan kulit yang timbul serentak dalam waktu singkat. Pada

    umumnya didahului demamPetekie Macula pin point, kecilPurpura Ekstravasasi sel darah merah dari pembuluh darah kulit ke lapisan

    kulit atau membrane mukosa. Ekimose Bercak seperti purpura yang lebih besar. Ptekie, purpura, dan

    ekimosis berhubungan dengan ekstravasasi sel darah merah non-

    inflamasi.

    3. PATOFISIOLOGI DEMAM

    Tujuan pengaturan suhuh adalah mempertahankan suhu inti tubuh

    sebenarnya pada set level sekitar 370C (dengan variasi diurnal). Berbeda dengan

    hipertermia pasif, set level meningkat ketika demam. Oleh karena itu, dalam

    6

  • keadaan ini mekanisme pengaturan suhu berperan untuk mempertahankan suhu

    yang meningkat ini.

    Ketika demam meningkat, karena nilai sebenarnya menyimpang dari set

    level yang tiba-tiba meningkat, pengeluaran panas akan dikurangi melalui

    penurunan aliran darah ke kulit sehingga kulit menjadi dingin (perasaan dingin).

    Selain itu, produksi panas juga meningkat karena menggigil (tremor). Keadaan ini

    berlangsung terus sampai nilai sebenarnya mendekati set level yang baru.

    Ketika demam turun, set level akan turun sehingga nilai sebenarnya

    sekarang menjadi terlalu tinggi. Pada keadaan ini aliran darah ke kulit meningkat

    sehingga orang tersebut akan merasa kepanasan dan mengeluarkan banyak

    keringat.

    Demam terutama biasa terjadi pada infeksi sebagai reaksi fase akut. Pada

    keadaan ini, zat yang menimbulkan demam (pirogen) menyebabkan perubahan

    pada set point. Pirogen eksogen merupakan bagian dari pathogen, di antarnya

    yang palingf efektif adalah kompleks lipopolisakarida (endotoksin) bakteri gram

    negative. Pirogen atau pathogen itu diopsonisasi oleh komplemen dan difagosit

    oleh makrofag, misalnya sel Kupffer pada hati. Proses ini melepaskan sejumlah

    sitokin di antaranya pirogen endogen interleukin 1, 1, 6, 8, dan 11, interferon

    2 dan , tumor necrosis factor TNF (kahektin) dan TNF (limfotoksin),

    macrophage-inflammatory MIP1, dll. Sitokin ini diduga (Mf = sekitar 1530 kDa)

    mencapai organ sirkumventrikular otak yang tidak memiliki sawar darah otak.

    Oleh karena itu, sitokin dapat menyebabkan reaksi demam pada organ-organ ini

    atau yang berdekatan dengan area preoptik dan organ vaskulosa lamina terminalis

    (OVLT) melalui prostaglandin PGE2. Obat antipiretik bekerja secara efektif di

    daerah ini. Jadi asam asetilsalisilat, misalnya, menghambat enzim yang

    membentuk PGE2 dari asam arakhidonat (siklooksigenase 1 dan 2).

    Pirogen eksogen juga merangsang area preoptik dan OVLT melalui serabut

    aferen dari abdomen. Terdapat kemungkinan bahwa zat pembawa sinyal yang

    dilepaskan oleh sel Kupffer di hati merangsang serabut yang dekat dengan saraf

    aferen vagus melalui nucleus solitaries, ke kelompok sel noradrenalin A1 dan

    A2 traktus noradrenalin ventral neuron yang mengatur demam di area

    7

  • preoptik dan OVLT. Noradreanalin yang dilepaskan menimbulkan pembentukan

    PGE2 dan mengakibatkan demam. Proses ini juga melepaskan adiuretin (ADH,

    efek reseptor V1), -melanocyte-stimulating hormone (-MSH), dan

    corticotrophin-releasing hormone corticoliberin (CRH) yang mengatasi demam

    dengan pembentukan antipiretik endogen melalui feed-back negative.

    Kegunaan demam berhubungan dalam mengatasi infeksi. Peningkatan suhu

    menghambat pertumbuhan beberapa pathogen, bahkan membunuh sebagian

    lainnya. Selain itu, konsentrasi logam dasar di plasma (seperti besi, seng,

    tembaga) yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri dikurangi. Selanjutnya, sel

    yang rusak karena virus juga dimusnahkan sehingga replikasi virus dihambat.

    Karena alasan ini, secara umum antipiretik hanya digunakan bila demam

    menyebabkan kejang demam-biasanya pada bayi dan anak-atau bila demam

    sangat tinggi (>390C) sehingga dikhawatirkan terjadi kejang.

    8

  • 9

  • 4. ETIOLOGI DAN DIAGNOSIS BANDING

    Lesi Patogen atau PenyakitMakula atau Makulopapula Virus Measles Rubella Roseola (HHV-6 or HHV-7) Erythema infectiosum (fifth disease, parvovirus B19) Epstein-Barr virus Echovirus HBV (papular acrodermatitis or Gianotti-Crosti syndrome) HIVBakteri Erythema marginatum (rheumatic fever) Scarlet fever (group A streptococcus) Erysipelas (group A streptococcus) Arcanobacterium haemolyticum Secondary syphilis Leptospirosis Pseudomonas Meningococcal infection (early) Salmonella typhi (typhoid fever) Lyme disease (erythema migrans) Mycoplasma pneumoniaeRiketsia Rocky Mountain spotted fever (awal) Typhus (scrub, endemik) EhrlichiosisLain-lain Penyakit Kawasaki Artritis reumatoid Reaksi obatEritroderma DifusBakteri Demam Skarlet (Streptokokus grup A) Staphylococcal scalded skin syndrome Toxic shock syndrome (Staphylococcus aureus)Fungi Candida albicansLain-lain Sindrom Kawasaki UrtikariaVirus Epstein-Barr virus HBV HIVBakteri M. pneumoniae Streptokokus grup A

    10

  • Lain-lain Reaksi obatVesikel, Bula, PustulVirus Herpes simplex Varicella-zoster CoxsackievirusBakteri Staphylococcal scalded skin syndrome Staphylococcal bullous impetigo Group A streptococcal crusted impetigoRickettsiae RickettsialpoxLain-lain Toxic epidermal necrolysis Erythema multiforme (Stevens-Johnson syndrome)Peteki-PurpuraVirus Atypical measles Congenital rubella Congenital cytomegalovirus Enterovirus Papular-purpuric gloves and socks (parvovirus B19) HIV Hemorrhagic fever virusesBakteri Sepsis (meningococcal, gonococcal, pneumococcal, Haemophilus influenzae tipe b) Infektif endokarditis Ecthyma gangrenosum (Pseudomonas aeruginosa)Riketsia Rocky Mountain spotted fever Epidemic typhus EhrlichiosisFungi Necrotic eschar (Aspergillus, Mucor)Lain-lain Vaskulitis Thrombositopeni Henoch-Schnlein purpura MalariaEritema NodosumVirus Virus Epstein-Barr HBVBakteri Group A streptokokus Mycobacterium tuberculosis Yersinia Cat-scratch disease (Bartonella henselae)Fungi Coccidioidomycosis HistoplasmosisLain-lain Sarcoidosis

    11

  • Inflammatory bowel disease Estrogen-containing oral contraceptives Systemic lupus erythematosus Behet disease

    Sumber: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Marcdante KJ. (2007)4

    Diagnosis banding penyakit eksantema akut pada dasarnya dapat didekati

    dengan mengenal beberapa kriteria antara lain, (1) riwayat penyakit adanya

    penyakit infeksi serta data imunisasi pasien, (2) gambaran gejala masa prodromal,

    (3) gambaran/karakteristik ruam, baik lokasi, maupun pola penyebaran, (4)

    adanya gejala patognomonik atau ciri tertentu, dan (5) hasil laboratorium uji

    diagnostik.5

    5. PATOFISIOLOGI DEMAM DAN RUAM

    Cara kulit bereaksi terhadap infeksi sesungguhnya terbatas. Patogenesis

    manifestasi kulit dari penyakit sistemik meliputi:

    1) Penyebaran mikroorganisme penyebab infeksi melalui darah (viremia, bakteriemia, dan sebagainya) yang menghasilkan infeksi sekunder di kulit.

    Temuan klinis di kulit pada kelompok ini dapat merupakan efek langsung

    penyebab infeksi di epidermis, dermis, atau endotel kapiler dermis, atau

    dapat juga merupakan hasil reaksi respon imun antara organisme yang

    bersangkutan dengan antibodi atau faktor seluler di lokasi kulit. Cacar air,

    infeksi enterovirus, dan meningokoksemia adalah contoh penyakit dimana

    mikroba mencapai kulit melalui darah dan menimbulkan temuan di kulit

    tanpa campur tangan faktor imunologis penjamu. Pada penyakit campak,

    rubella, dan gonokoksemia, faktor waktu, gambaran histologis, dan tingkat

    kesulitan mendapatkan hasil pada kultur mengindikasikan adanya

    kombinasi 2 faktor yaitu efek langsung dan respon imunologis.

    2) Patogenesis yang berhubungan dengan penyebaran toksin dari penyebab infeksi. Infeksi terjadi di lokasi tertentu namun kemudian toksin yang

    dihasilkan menyebar dan mencapai kulit melalui darah. Tiga contoh

    penyakit dalam kelompok ini adalah demam skarlatina streptokokal,

    Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS), dan sindroma syok toksik.

    12

  • 3) Patogenesis pada penyakit sistemik dimana eksantema tidak dapat dimengerti dengan baik namun muncul dan diduga mempunyai dasar

    imunologis. Yang paling penting dari kelompok ini adalah gambaran klinis

    eritema multiforme eksudativum (sindroma Stevens-Johnsons) dan eritema

    nodosum. Pada sebagian besar kasus lokasi antigen maupun toksin yang

    menyebar sulit diidentifikasi.

    4) Ramundo menambahkan mekanisme keempat yaitu melalui keterlibatan

    vaskuler yang menghasilkan lesi di kulit. Berbagai mekanisme tersebut

    mungkin saja terjadi secara berurutan.

    Aspek klinik yang penting dari penyakit eksantematus adalah penyebaran

    dan progresifitas lesi. Sekalipun demikian pengetahuan mengenai hal tersebut

    belum banyak diungkap. Para ahli mengetahui bahwa perbedaan ketebalan kulit,

    kondisi vaskuler, derajat proliferasi, suhu, dan aktivitas metabolik sangat penting

    pada penyakit dengan manifestasi kulit. 1,2

    6. GEJALA KLINIK

    Pembahasan gejala klinik dapat dilakukan dengan berbagai sudut pandang.

    Dalam hal ini akan dibagi berdasarkan etiologi infeksi. Haruslah dipahami bahwa

    tidak ada batas yang nyata yang dapat membedakan penyebab infeksi, terutama

    dari aspek gejala klinik semata-mata. Etiologi infeksi terbanyak yang dapat

    menimbulkan demam dan ruam pada anak adalah virus.

    1) Infeksi Virus

    Virus dapat melibatkan kulit dengan cara menyebar ke kulit selama infeksi

    sistemik disertai replikasi virus pada kulit atau dengan memproduksi tumor kulit

    yang diinduksi virus. Sejumlah virus bersifat epidermotrofik dan bereplikasi di

    dalam keratinosit. 1

    Erupsi kulit yang berhubungan dengan sindroma virus akut disebut

    eksantema virus (viral exanthem). Jika mukosa terlibat, istilah yang digunakan

    adalah enantema virus. Enteroviral dan adenoviral adalah eksantema virus

    terbanyak di Amerika Serikat. Semua virus dapat menimbulkan eksantema. 1

    13

  • Reaksi kulit non-spesifik terhadap infeksi virus adalah yang tidak

    menunjukkan distribusi klasik, morfologi lesi yang unik, enantema yang berkaitan

    ataupun kompleks gejala yang menyertainya. Sebaliknya, beberapa kelainan

    menunjukkan eksantema yang klasik, seperti morbili, rubella, atau eritema

    infeksiosum. Penyebab eksantema yang tidak spesifik kebanyakan tidak dapat

    dipastikan pada akhir perjalanan penyakitnya. 1

    Penderita infeksi virus mungkin menunjukkan gejala penyerta seperti

    demam, nyeri kepala, malaise, gangguan pernapasan, gangguan pencernaan, dan

    sebagainya. Pembedaan terhadap erupsi obat sering sukar dilakukan dan hal ini

    diperburuk dengan peresepan antimikroba. Gejala penyerta, waktu munculnya

    erupsi, dan riwayat pemakaian obat sangat membantu menegakkan diagnosis. 1

    Lesi kulit pada eksantema virus yang tidak khas biasanya terdiri dari makula

    atau papula eritematus yang blanchable, yang tersebar difus di tubuh dan

    ekstremitas. Presentasi yang lebih jarang meliputi bentuk vesikular, pustular,

    urtikaria, maupun skarlatiniformis. Purpura jarang ditemukan. Secara umum dapat

    dikatakan bahwa kebanyakan eksantema virus pada musim panas disebabkan oleh

    kelompok enterovirus sedangkan yang timbul pada musim dingin disebabkan oleh

    virus saluran pernapasan.1

    Tabel berikut memuat deskripsi berbagai infeksi virus yang menimbulkan

    demam dan ruam pada anak.

    14

  • Tabel 1. Eksantema pada Infeksi Virus yang UmumPENYAKIT PENYE

    BABUMUR MU

    SIMTRANS

    MISIINKUBASI

    PRODROMAL GAMBARAN DAN STRUKTUR

    RUAM

    ENANTEMA

    KOMPLIKASI PREVENSI KOMENTAR

    Measles Virus campak

    Bayi, remaja

    Dingin, semi

    Droplet pernapasan

    10-12 Demam tinggi, batuk, pilek, konjungtivitis, 2-4 hari

    Makulopapular (konfluen), mulai dari wajah, menyebar ke tubuh; 3-6 hari; menjadi coklat; deskuamasi halus; toksik, tampak tidak nyaman, fotofobia; ruam mungkin tidak muncul pada infeksi HIV

    Kopliks spot pada mukosa bukal sebelum ruam

    Kejang demam, otitis, pneumonia, ensefalitis, laringotrakeitis, trombositopenia; SSPE yang tertunda

    Umum: vaksin campak 12-15 bulan, dan ulangan pada 12 tahun; Paparan: vaksin campak jika dalam 72 jam: globulin serum jika dalam 6 hari (lalu menunggu 5-6 bulan untuk vaksinasi)

    Laporan kesehatan masyarakat; laporan epidemi; menular 3 hari sebelum muncul gejala sampai 4 hari setelah ruam

    Rubella (German measles, minor measles)

    Virus rubella

    Bayi, dewasa muda

    Dingin, semi

    Droplet pernapasan

    14-21 Malaise, demam tidak tinggi, pembesaran kelenjar leher, belakang telinga, dan oksipital; 0-4 hari

    Diskrit, nonkonfluen, makula dan papula berwarna merah muda, dimulai dari wajah dan menyebar ke bawah; 1-3 hari

    Berbagai makula eritematus pada palatum molle

    Artritis, trombositopenia, ensefalopati, embriopati fetal

    Umum vaksin rubella 12-15 bulan dan ulangan pada 12 tahun; Paparan: kemungkinan globulin serum

    Laporan kesehatan masyarakat; laporan epidemi, menular 2 hari pra gejala dan 5-7 hari pasca ruam

    Roseola (exanthema subitum)

    HHV 6 dan 7

    Bayi (6 bulan-2 tahun)

    Semua Tidak diketahui; saliva atau karier tanpa gejala

    5-15 (?)

    Rewel, demam tinggi, 3-4 hari, pembesaran kelenjar servikal dan oksipital

    Makula diskrit pada tubuh dan leher; ruam mendadak timbul lalu menghilang; 0,5-2 hari; beberapa pasien tanpa ruam

    Berbagai makula eritematus pada palatum molle

    Kejang demam tunggal atau beerulang; sindroma hemofagositik; ensefalopati; penyebaran pada pasien imunokompromais

    Tidak ada Tidak ada epidemi

    Fifth disease (erythema infectiosum)

    Parvovirus B19

    Prepubertal, guru sekolah

    Dingin, semi

    Droplet pernapasan; transfuse darah;

    5-15 Nyeri kepala, malaise, mialgia, sering demam

    Eritema lokal pada pipi (slapped cheek); eritema merah muda pada tubuh dan ekstremitas; mungkin

    Tidak ada Artritis, krisis aplastik pada pasien anemia hemolitik kronik, hidrops anemia

    Isolasi pasien dengan krisis aplastik namun tidak pasien normal dengan fifth disease

    Laporan epidemi; sekali ruam muncul, host normal tidak menular; pasien

    15

  • plasenta gatal; ruam mungkin tertunda masa prodromal hingga 3-7 hari; berlangsung 2-4 hari; dapat berulang 2-3 minggu kemudian

    pada fetus, vaskulitis, granulomatosis Wegener

    dengan krisis aplastik sering tidak menunjukkan ruam

    Tabel 2. Eksantema pada Infeksi Virus yang UmumPENYAKIT PENYE

    BABUMUR MU

    SIMTRANS

    MISIINKUBASI

    PRODROMAL GAMBARAN DAN STRUKTUR

    RUAM

    ENANTEMA

    KOMPLIKASI PREVENSI KOMENTAR

    Chickenpox (varicella)

    Virus varicella-zoster

    1-14 tahun

    Akhir musim gugur, dingin, awal semi

    Droplet pernapasan

    12-21 Demam Papula pruritik, vesikel dengan berbagai derajat; 2-4 tumbuh, kemudian menjadi krusta; tersebar pada tubuh dan kemudian wajah dan ekstremitas; 7-10 hari; terulang beberapa tahun kemudian mengikuti distribusi dermatomal (zoster, shingles)

    Mukosa mulut, lidah

    Infeksi kulit stafilokokus atau streptokokus, artritis, serebelar ataxia, ensefalitis, trombositopenia, sindroma Reye (dengan aspirin), miokarditis, nefritis, hepatitis, pneumonia, embriopati fetal, diseminasi pada pasien imunokompromais

    VZIG untuk pasien imunokompromais yang terpapar, wanita hamil yang suseptibel, neonatus preterm, dan bayi yang ibunya mengalami varicella 5 hari sebelum sampai 2 hari sesudah lahir; imunisasi aktif mungkin dengan vaksin hidup dilemahkan

    Asiklovir pada pasien imunokompromais dan mungkin pasien normal (kontroversial); menular 1-2 hari sebelum ruam dan 5 hari setelah ruam (biasanya tidak lagi menular ketika semua lesi menjadi krusta dan tidak ada lesi baru muncul)

    16

  • Enteroviruses

    Coxsackievirus, ECHOvirus, dan lain-lain

    Bayi, young children

    Panas, gugur

    Fekal-oral

    4-6 Bervariasi; rewel, demam, nyeri tenggorok, mialgia, nyeri kepala

    Tangan-kaki-mulut: vesikel di lokasi tersebut; Yang lain: tidak spesifik, biasanya halus, nonkonfluen, ruam makular atau makulopapular, jarang petekie, urtikaria, atau vesikel; berlangsung 3-7 hari

    Ya Meningitis aseptik, hepatitis, miokarditis, pleurodinia, paralisis: biasanya pada pasien yang lebih muda

    Tidak ada Ruam mungkin muncul dengan demam atau setelah deferfesen; ruam mungkin muncul pada

  • Sumber:Lembo RM. Fever and rash. Dalam: Kliegman RM, Greenbaum LA, Lye PS, editor. Practical strategies in pediatric diagnosis and therapy. Edisi kedua. Elsevier Saunders. Philadelphia, 2004; 997-1015.

    18

  • Gambaran Penyakit pada Infeksi Virus

    Measles (Campak)

    Gambar 1: Bercak koplik pada penderita campak Gambar 2: Konjungtivitis pada Campak

    Gambar 3: Ruam pada Campak

    Rubella

    Gambar 4: Ruam pada Rubella Gambar 5: Ruam pada Rubella

    19

  • Roseola

    Gambar 6 : Ruam pada Roseola Gambar 7 : Ruam pada Roseola

    Varicella

    Gambar 8 : Ruam pada Varicella Gambar 9 : Ruam pada Varicella

    Enterovirus

    Gambar 10: Ruam pada Enterovirus Gambar 11: Ruam pada Enterovirus

    Gambar 12: Ruam pada Enterovirus Gambar 13: Ruam pada Enterovirus

    20

  • 2) Infeksi BakteriEkspresi klinis infeksi bakteri yang mempunyai manifestasi kulit sangat bervariasi.

    Infeksi stafilokokus grup II pada bayi muda akan ditandai ruam sedangkan pada dewasa

    jarang menimbulkan penyakit. Infeksi S. pneumoniae jarang ditandai eksantema. Infeksi

    N. meningitidis hampir selalu ditandai dengan eksantema. 1

    Sekalipun jumlah kasus tidak sebanyak eksantema virus, penyakit demam dan

    ruam yang disebabkan oleh bakteri memegang peran penting mengingat kemungkinan

    derajat beratnya penyakit serta tersedianya terapi definitif. 1

    3) Infeksi Jamur dan Protozoa

    Prosentase terbesar penyebab utama penyakit yang ditandai dengan demam dan

    ruam pada anak adalah infeksi virus dan bakteri. Mikroorganisma lain yang mampu

    menimbulkan demam dan ruam adalah infeksi jamur, protozoa, cacing, klamidia,

    rickettsia, dan mycoplasma. 1

    21

  • Tabel 4. Eksantema pada Infeksi Bakteri yang Umum PENYA

    KITPENYE

    BABUMU

    RMUSIM TRANS

    MISIINKUBASI

    PRODROMAL

    GAMBARAN DAN

    STRUKTUR RASH

    ENANTEMA

    KOMPLIKASI

    PREVENSI KOMENTAR

    Scarlet fever

    Group A streptococcus

    Usia sekolah

    Musim gugur, dingin, semi

    Kontak langsung, droplet

    1-4 Nyeri tenggorokan, nyeri kepala, nyeri perut, pembesaran kelenjar leher, demam, 0-2 hari, onset akut

    Eritema difus seperti sandpaper pada perabaan, dan tampilan goose flesh; aksentuasi eritema pada lipatan fleksural (garis pastia); kepucatan sekeliling mulut, selama 2-7 hari, bisa mengalami eksfoliasi

    Petekiae di palatum, lidah strawberry

    Abses peritonsilar, demam reuma, glomerulonefritis

    Cegah demam reuma dengan penisilin dalam 10 hari onset faringitis; obati dengan penisilin

    Ruam yang sama pada Arcanobacterium haemolyticum pada remaja; streptococcus gup A dapat juga memproduksi syok toksik atau sindroma syok bakteriemik yang sebenarnya, sebagai tambahan selulitis, limfangitis, atau erisipelas; S aureus bisa memproduksi ruam skarlatiniform

    Scalded skin syndrome

    S aureus producing exfoliative toxin

    Neonatus dan bayi

    Semua Kolonisasi, kontak

    Tak diketahui

    Tidak ada Onset mendadak, eritroderma yang tender menuju bulla flaksid yang difus; pengelupasan sekitar mulut dan hidung yang nyata, eksfoliasi difus (tanda Nikolsky), demam, konjungtivitis, hidung berair

    Tidak umum

    Syok Obati dengan nafsilin iv atau vankomisin jika MRSA

    Toxic shock

    S aureus producing

    Biasanya

    Semua Kolonisasi, kontak

    Bervariasi, umum

    Myalgia, mendahului

    Eritroderma difus menyerupai

    Konjungtivitis

    Syok, disfungsi

    Nafsilin iv atau

    22

  • syndrome toxic shock syndrome toxins

    remaja putri

    nya 1-5 croup virus atau pneumonia jika bifasik; mungkin sekunder setelah infeksi luka

    sunburn; hipotensi-kemungkinan ortostatik, diare, tmesis, kebingungan; deskuamasi pada tahap akhir

    multi organ, SIRS

    vankomisin jika resisten, klindamisin plus cairan iv, dopamine, kemungkinan IVIG, steroid; cegah dengan pergantian tampon berulang

    Tabel 5. Eksantema pada Infeksi Bakteri yang UmumPENYA

    KITPENYE

    BABUMU

    RMUSIM TRANS

    MISIINKUBASI

    PRODROMAL

    GAMBARAN DAN

    STRUKTUR RASH

    ENANTEMA

    KOMPLIKASI

    PREVENSI KOMENTAR

    Meningococcemia

    N meningitidis

    Semua ( 5 thn)Laki > Perempuan

    Panas Karier ticks 3-12 Demam, mialgia, nyeri kepala, malaise, tampak sakit, 2-4 hari

    Makulopapular awal, kemudian petekie atau purpura (jarang); pada ekstremitas, telapak tangan dan kaki, tubuh

    Petekie bervariasi

    Syok, miokarditis, ensefalitis, pneumonia

    Lepaskan ticks sesegera mungkin; gunakan repelen tick; obati dengan doksisiklin

    Ehrlichia chaffeensis dan rickettsiae lainnya dapat memproduksi penyakit yang serupa dengan atau tanpa ruam

    23

  • Rickettsialpox

    R akari Semua Semua Mite penghisap darah

    7-14 Demam, menggigil, nyeri kepala, malaise, 4-7 hari

    Pada lokasi gigitan primer, eskar, papulovesikel sekunder pada derajat yang sama sepanjang masa sakit; vesikel lebih sedikit daripada cacar air (5-30); pada tubuh dan ekstremitas proksimal

    Tidak diketahui

    Biasanya tidak ada

    Obati dengan doksisiklin

    Sering dibingungkan dengan cacar air; mungkin lebih banyak dari yang diduga, terutama pada daerah kota yang padat dengan perumahan yang buruk

    Sumber:

    Lembo RM. Fever and rash. Dalam: Kliegman RM, Greenbaum LA, Lye PS, editor. Practical strategies in pediatric diagnosis and therapy. Edisi kedua. Elsevier Saunders.

    Philadelphia, 2004; 997-1015. 6

    24

  • 25

    Gambaran Penyakit pada Infeksi Bakteri

    Scarlet Fever

    Gambar 14: Enantema pada Scarlet

    Scalded Skin Syndrome

    Gambar 15: Ruam Scalded

    7. DIAGNOSIS

    Penegakan diagnosis perlu memperhitungkan beberapa faktor penting,

    termasuk penyakit non infeksi. Karena umumnya anak dengan demam dan ruam

    akut mempunyai gambaran umum yang serupa yang terjadi pada banyak penyakit

    yang akan sembuh dengan sendirinya, penegakan diagnosis sering dapat

    dilakukan hanya dengan mengamati pola penyakit (misalnya dengan pengenalan

    visual eksantema yang timbul). Sekalipun demikian, spektrum penyakit infeksi

    begitu luas sehingga keluhan maupun tanda yang didapatkan kebanyakan sangat

  • 26

    tidak khas dan pengamatan pola tidak cukup untuk menegakkan diagnosis. Dalam

    hal ini diperlukan penggunaan tes laboratorium. 1

    Pendekatan diagnosis untuk anak dengan ruam petekial dan atau purpurik

    meliputi anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik menyeluruh, serta beberapa

    pemeriksaan tambahan sesuai indikasi, seperti darah lengkap, profil koagulasi,

    kultur darah, tenggorok, dan analisa cairan spinal. 1

    Penegakan diagnosis penyakit yang ditandai dengan demam dan ruam

    pada anak pada umumnya dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

    1. Menentukan proses lokal ataukah sistemik. Kelainan kulit lokal akan diselesaikan melalui pendekatan dermatologis yang lebih sederhana. Pada

    umumnya demam pada penderita menunjukkan adanya proses sistemik,

    sekalipun hal ini tidak bisa diberlakukan secara menyeluruh.

    2. Menentukan jenis ruam. Yang paling sering dijumpai adalah ptekie,

    purpura, macula, makulapapular, eritroderma difus, urtikarial, vesikel,

    bulla, pustul, dan eritema nodosum.

    3. Memikirkan diagnosis banding. Dari setiap jenis ruam terdapat beberapa

    diagnosis banding. Diagnosis banding mencakup: infeksi virus, bakteri,

    jamur, rickettsia.

    4. Dari beberapa diagnosis banding tersebut, yang harus diprioritaskan adalah yang berpotensi fatal (seperti infeksi virus dengue, infeksi

    meningokokal, dan penyakit Kawasaki), yang disebabkan oleh bakteri, dan

    yang pengobatannya tersedia. 2

    a. Anamnesis

    Anamnesis yang lengkap dan terarah sangat penting dalam membatasi

    diagnosis banding yang dipikirkan setiap kali menghadapi penderita demam dan

    ruam pada anak. Pertanyaan menyangkut ruam secara mendetail merupakan kunci

    yang harus didahulukan. Paparan terhadap penyebab infeksi, riwayat penyakit

    sebelumnya, pengobatan yang diterima, dan riwayat sosial sering memberikan

    petunjuk diagnosis yang berharga. 1

  • 27

    Sebagian besar penyakit eksantema akut memberikan kekebalan seumur

    hidup. Dengan demikian, jika dalam anamnesis ditemukan riwayat menderita

    penyakit tersebut sebelumnya, kemungkinan terulangnya penyakit yang sama

    dapat disingkirkan.

    Hal penting pada anamnesis

    Data demografis:

    Usia: neonatus, bayi, anak lebih besar

    Jenis kelamin

    Musim: musim dingin atau kemarau atau tidak khas

    Area geografis tertentu: berkaitan dengan endemisitas penyakit

    Exposures atau pajanan:

    Kontak dengan pasien yang sakit serupa (satu rumah, tempat penitipan

    anak)

    Bepergian ke daerah endemis tertentu

    Binatang liar, peliharaan, serangga

    Paparan dalam perkerjaan

    Obat-obatan atau tindakan medis lain saat ini

    Imunisasi

    Transfusi

    Faktor Risiko HIV

    Gambaran dari ruam:

    Kapan ruam muncul

    Lamanya ruam muncul

    Dimana mulainya

    Progresivitas, cepat atau lambat

    Apakah ruam berubah dibanding pertama kali muncul

    Lokasi dan distribusi

    Keadaan ruam saat terakhir

    Faktor provokatif

    Pengobatan ruam sebelumnya dan hasilnya

  • 28

    Hubungan timbulnya ruam dengan demam - sewaktu demam tinggi

    (morbili) setelah demam turun (roseola infantum)

    Disertai rasa nyeri, gatal (pada drug eruption rasa gatal biasanya

    menonjol) atau rasa terbakar

    Gejala yang berhubungan:

    Fokal (kemungkinan penyakit yang berhubungan dengan organ spesifik)

    Sistemik (kemungkinan penyakit multiorgan atau generalized)

    Riwayat umum penyakit

    Sindroma penyakit akut (demam, keringat, menggigil, nyeri kepala,

    nausea, muntah, batuk, pilek)

    Sindroma penyakit kronis (kelelahan, anoreksia, kehilangan berat badan,

    malaise)

    Pertanyaan menyangkut hubungan khusus tanda di kulit dengan sistem

    organ (misalnya, keluhan rematik: mialgia, atralgia)

    Pertanyaan menyangkut kecurigaan keganasan (berat terus menurun,

    demam, menggigil, keringat malam, nyeri kepala, pembesaran kelenjar,

    nyeri perut)

    Riwayat kesehatan sebelumnya:

    Riwayat penyakit yang pernah diderita, termasuk alergi obat dan riwayat

    pengobatan

    Pertumbuhan dan perkembangan

    Apakah berhubungan dengan status imuno-kompromais

    Riwayat penyakit yang rekuren

    Riwayat pembedahan

    Riwayat penyakit pada keluarga:

    Riwayat penyakit auto imun di keluarga

    Riwayat atopi

    Riwayat Sosial:

    Hobi

    Rokok

    Alkohol1,2

  • 29

    b. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis. Dimulai dari keadaan

    umum dan tanda vital, pemeriksaan kemudian dilanjutkan pada status tiap organ

    secara umum, dan akhirnya mengamati ruam dengan seksama. Menurut Garg dan

    kawan-kawan (2008) ada 3 hal penting menyangkut ruam yang harus bisa

    ditentukan yaitu : warna, konsistensi dan feel of lesion, serta komponen anatomi

    dari kulit yang terlibat (epidermal, dermal, subkutan, atau kombinasi).2

    Tabel 6. Pemeriksaan Fisik dengan Demam dan RuamNO PEMERIKSAAN KETERANGAN

    1

    2

    345678

    9

    10

    11

    Tanda vital

    Keadaan umum

    Pembesaran kelenjar dan lokasiLesi konjungtiva, mukosa, dan genitalPembesaran hepar dan lienArtritisNuchal rigidity atau disfungsi neurologisGambaran ruam Tipe :

    Diskrit atau uniform Deskuamasi Konfigurasi atau lesi individual : Susunan lesi : Pola distribusi dan lokasi :

    Lokasi :

    Enantema yang berhubungan

    Temuan lain yang berhubungan ( terisolir maupun dalam klaster )

    Pemeriksaan fisik umum lainnya

    Suhu, terutama tingginya demamNadiRespirasiTekanan darahSadar Tampak sakit - akutTampak sakit kronisTampak toksik

    Makular Papular Makulopapular Petekiae atau purpura Eritroderma difus : Penekanan pada flexural crease Deskuamasi dengan stroking (Nikolsky sign) Eritroderma terlokalisir : Expansile Nyeri Urtikaria Vesikula, pustula, bulla Nodul Ulcer

    annular ; iris; arciform; linear; bulat; umbilicated zosteriform; linear; tersebar; terisolasi; berkelompok area terpapar ; sentripetal atau sentrifugal umum atau terlokalisir simetris atau asimetris daerah fleksor, ekstensor, sela jari, telapak tangan dan kaki, dermatomal, area terekspose, dsbMukosa buccalPalatumFaring dan tonsilOkularKardiakPulmonaryGastrointestinalMusculoskeletalReticuloendothelialNeurologisArtritis, Kelainan pada mata, jantungHepatomegali, splenomegali, limfadenopati

  • 30

    Sumber:Garg A, Levin NA, Bernhard JD. Structure of skin lesions and fundamentals of clinical diagnosis. Dalam: Wollf K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatricks dermatology in general medicine. Edisi ketujuh. Mc-Graw Hill Medical. New York, 2008; 23-40.Lembo RM. Fever and rash. Dalam: Kliegman RM, Greenbaum LA, Lye PS, editor. Practical strategies in pediatric diagnosis and therapy. Edisi kedua. Elsevier Saunders. Philadelphia, 2004; 997-1015.Sanders CV. Approach to the diagnosis of the patient with fever and rash. Dalam: Sanders CV, Nesbitt LT, editor. The skin and infection. Williams & Wilkins. Baltimore, 1995; 296-304.

    Berikut adalah skema diagram beberapa penyakit eksantema akut

    makulopapular dan papula vesikular yang dapat diketahui dengan anamnesis dan

    pemeriksaan fisik:5

  • 31

    c. Pemeriksaan PenunjangPada umumnya diagnosis sudah dapat ditetapkan berdasarkan riwayat

    penyakit dan hasil pemeriksaan fisik yang khas. Namum pada beberapa keadaan

    masih diperlukan pemeriksaan penunjang.

    1) Pemeriksaan laboratorium darah rutin seperti kadar hemoglobin, jumlah leukosit serta hitung jenis, jumlah trombosit serta gambaran hapusan darah

    tepi penting untuk mengarahkan diagnosis. Pemeriksaan lain yang sering

    dilakukan juga adalah laju endap darah dan kadar C-reactive protein

    (CRP).

    Demam dengue: ditandai dengan leukopenia, trombositopenia, dan

    neutropenia. Pada fase kebocoran plasma, apalagi jika sampai syok, akan

    dijumpai kenaikan hemoglobin yang nyata.

    Pada campak: pola darah tepi tidak begitu jelas.

    Efek toksik bakteri: neutrofil normal atau rendah.

  • 32

    Penyakit Kawasaki: trombositosis sering ditemukan pada perjalanan

    penyakit minggu kedua.

    Sindroma syok toksik dan infeksi bakteri invasif: trombositopenia.

    2) Mikrobiologi. Klinisi perlu melakukan pengecatan gram pada setiap lesi ulseratif, pustular, petekial, dan purpurik. Diagnosis infeksi sistemik

    mungkin memerlukan kultur bakteri, virus, dan jamur. Lesi vesikular dan

    bula pada anak dengan demam tanpa diagnosis yang jelas harus dibuka di

    lapisan atasnya, dilakukan scrapping pada bagian dasar, dan diperiksa

    secara mikroskopis setelah preparasi Tzanck. Adanya multinucleated giant

    cells atau inklusi intranuklear eosinofilik menunjukkan infeksi virus

    herpes maupun varicella-zoster.

    3) Serologi. Kadar antibodi spesifik seperti anti streptolisisin-O meningkat lebih dari 3 kali lipat untuk infeksi streptokokus (ASLO/ASTO/ASO).

    Aglutinasi partikel lateks adalah system deteksi yang cepat memberikan

    hasil dan mudah dikerjakan yang ditujukan untuk mengetahui adanya

    infeksi streptokokus grup A, S. pneumonia, H. influenza tipe b,

    Meningitidis, Streptokokus grup B, dan E. coli. 1,2

    8. ALGORITMA DIAGNOSIS

    Beberapa pakar mengemukakan algoritma dalam diagnosis dan

    penatalaksanaan anak dengan demam dan ruam. Algoritma tersebut menggunakan

    beberapa pendekatan yang berbeda sekalipun dengan dasar teori yang serupa. 1

    Beberapa kemungkinan dalam mendiagnosis harus selalu diperhitungkan.

    Anamnesis yang lengkap, pemeriksaan fisik yang cermat, serta pemeriksaan

    penunjang sesuai kebutuhan pada umumnya cukup untuk membuat diagnosis.

    Sekalipun demikian, pada sebagian kasus masih diperlukan pengamatan penyakit

    untuk beberapa saat serta evaluasi terhadap hasil pengobatan. 1

  • 33

    Anamnesis Tampilan dari Ruam

    Makula atau makulopapular

    Petekie atau Purpura

    Eritroderma Difus

    Ruam Lain

    Pemeriksaan darah lengkap dengan hitung jenis dan jumlah trombosit dipertimbangkan :Uji Koagulasi,Kultur darah,Kultur dan sitologi cairan serebrospinal

    Virus: Enterovirus Congenital rubella CMV Atypical measles HIV Hemorrhagic fever virus Hemorrhagic varicellaBakteri : Sepsis (meningococcal, gonococcal, pneumococcal, Haemophilus influenzae) Endokarditis Pseudomonas aeruginosa Rickettsia Rocky Mountain spotted fever Endemic typhus EhrlichiosisLain-lain: Henoch-Schonlein purpura Vaskulitis Trombositopenia

    Virus : Roseola ( HHV-6 ) Virus Epstein-Barr Adenovirus Campak Rubella Fifth disease (parvovirus) Enterovirus Hepatitis B virus (papular acrodermatitis) HIV Dengue virusBakteri : Mycoplasma pneumoniae Streptokokus Grup A (demam skarlet) Arcanobacterium hemolyticus Secondary syphilis Leptospirosis Pseudomonas Infeksi Meningokokus (awal) Salmonella Lyme disease Listeria monocytogenesRickettsia : Early Rocky Mountain spotted fever Typhus EhrlichiosisLain-lain: Penyakit Kawasaki Coccidioides immitis

    Bakteri : Demam Skarlet (Streptokokus Grup A) Toxic shock syndrome (Staphylococcus aureus) Staphylococcal scalded skinJamur: (Candida albicans)

    DEMAM DAN RUAM

    Sumber : Prince A. Infectious diseases. In: Behrman RE, Kliegman RM (eds). Nelson Essentials of Pediatrics, 3rd ed. Philadelphia. WB Saunders 1998: 317

    Gambar 1a. Algoritma untuk Demam dan Ruam menurut Pomeranz dkk (1)Sumber:Pomeranz AJ, Busey SL, Sabnis S, Behrman RE, Kliegman RM. Pediatric decision-making strategies to accompany Nelson textbook of pediatrics. Edisi keenam belas. WB Saunders Company. Philadelphia, 2002; 224-9. 8

  • 34

    Demam dan Ruam

    (lanjutan)

    Urtikaria

    Vesikel, bulla, pustul

    Eritema nodosum

    Ruam Khusus

    Di Pertimbangkan :Pewarnaan Gram stain dan preparasi Tzanck kultur lesiTes PCR

    Di Pertimbangkan :Kultur Streptokokus atau tes deteksi antigen Serologi Hepatitis B PPD (tuberculous skin test)X-ray Dada

    Ecthyma gangrenosum

    Erythema chronicum migrans

    Necrotic eschar

    Erysipelas rashes

    Bercak Koplik

    Erythema marginatum

    Sumber : Prince A. Infectious diseases. In: Behrman RE, Kliegman RM (eds). Nelson Essentials of Pediatrics, 3rd ed. Philadelphia. WB Saunders 1998: 317

    Virus : Virus Epstein-Barr Hepatitis B HIV EnterovirusBakteri : Mycoplasma pneumoniae Streptokokus Grup A Shigella Meningokokus YersiniaLain-lain: Parasit Gigitan Serangga Reaksi obat

    Virus : Herpes simplex Varicella zoster Coxsackie virus A and B ECHO (enteric cytopathogenic human orphan) virusBaktera : Staphylococcal scalded skin syndrome Staphylococcal bullous impetigo Group A streptococcus impetigoLain-lain : Toxic epidermal necrolysis Erythema multiforme (Stevens-Johnson syndrome) Rickettsial pox

    Virus : Virus Epstein-Barr Hepatitis BBacteria : Streptokokus Grup A Tuberkulosis Yersinia Cat-scratch diseaseFungi : Coccidiomycosis HistoplasmosisLain-lain : Sarcoidosis Inflammatory bowel disease Systemic lupus erythematosus Behcet disease

    Pseudomonas aeruginosa

    Lyme disease

    Aspergillosis, mucormycosis

    Streptokokus Grup A

    Campak

    Rheumatic fever

    Gambar 1b. Algoritma untuk Demam dan Ruam menurut Pomeranz dkk (2)Sumber:Pomeranz AJ, Busey SL, Sabnis S, Behrman RE, Kliegman RM. Pediatric decision-making strategies to accompany Nelson textbook of pediatrics. Edisi keenam belas. WB Saunders Company. Philadelphia, 2002; 224-9.8

  • 35

    8. PENATALAKSANAAN

    Demam dengan ruam umumnya disebabkan oleh infeksi dan umumnya

    tidak memerlukan terapi khusus. Pengobatan bersifat suportif. Pasien

    diindikasikan rawat inap bila hiperpireksia (>38C), dehidrasi, kejang, asupan oral

    sulit, dan adanya komplikasi.

    Umum: Antipiretik, namun penggunaan antipiretik perlu dilakukan hati-hati

    terutama dalam hal pemilihan jenis obat. Sindrom Reye pernah dilaporkan pada

    anak dengan eksantema virus yang mengkonsumsi aspirin.

    Sebaiknya memakai obat anti radang non-steroid (NSAID) dan minum banyak

    minuman sejuk untuk membantu mengurangi demam. Walau tidak mengobati

    penyebab dasar demam, tindakan ini akan mengurangi gejala. Sebaiknya jangan

    mengeruk, meraba atau mengganggu ruam. Bila lepuh berisi cairan berkembang,

    jangan membukanya.

    Bila mengalami kasus berat, mungkin harus dirawat di RSA untuk menerima

    cairan dan gizi secara infus.

    Antimikroba: Obat yang disebut antimikroba dipakai untuk mengobati ruam

    yang disebabkan oleh infeksi. Antibiotik (ampisilin, aminoglikosida, vankomisin,

    sefalosporin) dipakai untuk infeksi bakteri (misalnya meningitis), antijamur

    dipakai untuk mengobati infeksi jamur (misalnya kriptokokus) dan antiviral

    (misalnya asiklovir) dipakai untuk mengobati infeksi virus (misalnya herpes).

    Tergantung pada tipe dan beratnya gejala, obat ini mungkin dioleskan pada kulit,

    disuntik ke pembuluh darah, atau dipakai secara oral. Lama dan dosis pengobatan

    juga tergantung pada tipe dan beratnya infeksi.

    Cairan sejuk: Meminum minuman sejuk dapat membantu meringankan gejala

    demam. Namun tindakan ini tidak mengobati penyebab dasarnya.

    Kompres dingin: Kompres dingin dapat ditempatkan pada daerah kulit yang

    terpengaruh untuk membantu meringankan gatal dan pembengkakan terkait

    dengan beberapa jenis ruam. 1,9

  • 36

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Husada, Dominicus, dan Ismoedijanto. Demam dan Ruam Pada Anak. http://www.google.co.id/urlDEMAM%2BDAN%2BRUAM%2B

    %2BCHAPTER%2BMONOGRAF-revisi2.doc.

    2. Husada, Dominicus. 2010. Workshop dan Simposium Tatalaksana

    Mutakhir Kasus Demam Pada Anak. Jember: Idai Jatim Kom. Jember.

    3. Bickley, Linn S. 2009. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat

    Kesehatan Bates. Jakarta: EGC.

    4. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Marcdante KJ. 2007. Nelson Essentials of Pediatrics. Fifth Edition. Philadelphia: WB Saunders

    Company.

    5. Soedarmo, Garna, Hadinegoro, dan Satari. 2008. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.

    6. Lembo RM. Fever and rash. Dalam: Kliegman RM, Greenbaum LA, Lye

    PS, editor. Practical strategies in pediatric diagnosis and therapy. Edisi

    kedua. Elsevier Saunders. Philadelphia, 2004; 997-1015.

    7. El-Radhi AS, Caroll J, Klein N, et al. Clinical manual of fever in children. Springer-Verlag. Berlin, 2009; 117-21 ; 279-80

    8. Pomeranz AJ, Busey SL, Sabnis S, Behrman RE, Kliegman RM. Pediatric decision-making strategies to accompany Nelson textbook of pediatrics.

    Edisi ketujuh belas. WB Saunders Company. Philadelphia, 2004.

    9. Djatnika S. Pendekatan Diagnosis Demam Disertai Ruam pada Anak. http://muslimah.or.id/kesehatan-muslimah/demam-pada-anak.html