21
BAB I PENDAHULUAN Dehidrasi Kehilangan cairan terjadi setiap saat dan mutlak diganti agar metabolisme tubuh dapat berlangsung normal. Harus ada keseimbangan antara jumlah air yang berasal dari masukkan serta dari hasil oksidasi karbohidrat, lemak, protein dan pada satu pihak lain dengan keluarnya air melalui ginjal, paru, kulit dan saluran cerna. Keseimbangan air ini dikelola dengan pengaturan masukkan dan pengeluaran. Air tubuh terdapat didalam sel (intrasel) dan diluar sel (extrasel). Cairan extraselular meliputi cairan interstisial dan plasma yang mempunyai komposisi yang sama. Natrium merupakan kation terpenting sedangkan anion terpenting adalah klorida dan bikarbonant. Kation terpenting pada intrasel adalah kalium dan magnesium sedangkan anion terpenting adalah fosfat organik, protein dan sulfat. Biasanya perubahan komposisi plasma darah mencerminkan perubahan yang terjadi dalam semua cairan tubuh. Kehilangan cairan normal berlangsung akibat pemakaian energi yang dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu kehilangan cairan insensibel, produksi urin serta kehilangan cairan melalui tinja. Selain itu dapat terjadi kehilangan cairan abnormal yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang

referat Dehidrasi jadi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: referat Dehidrasi jadi

BAB I

PENDAHULUAN

Dehidrasi

Kehilangan cairan terjadi setiap saat dan mutlak diganti agar metabolisme tubuh

dapat berlangsung normal. Harus ada keseimbangan antara jumlah air yang berasal dari

masukkan serta dari hasil oksidasi karbohidrat, lemak, protein dan pada satu pihak lain

dengan keluarnya air melalui ginjal, paru, kulit dan saluran cerna. Keseimbangan air ini

dikelola dengan pengaturan masukkan dan pengeluaran. Air tubuh terdapat didalam sel

(intrasel) dan diluar sel (extrasel). Cairan extraselular meliputi cairan interstisial dan

plasma yang mempunyai komposisi yang sama. Natrium merupakan kation terpenting

sedangkan anion terpenting adalah klorida dan bikarbonant. Kation terpenting pada

intrasel adalah kalium dan magnesium sedangkan anion terpenting adalah fosfat organik,

protein dan sulfat. Biasanya perubahan komposisi plasma darah mencerminkan

perubahan yang terjadi dalam semua cairan tubuh.

Kehilangan cairan normal berlangsung akibat pemakaian energi yang dapat dibagi

menjadi tiga kategori yaitu kehilangan cairan insensibel, produksi urin serta kehilangan

cairan melalui tinja. Selain itu dapat terjadi kehilangan cairan abnormal yang disebabkan

oleh berbagai penyakit yang berupa pengurangan masukkan cairan atau peningkatan

pengeluaran cairan. Pemenuhan cairan berdasarkan kehilangan cairan akibat penyakit dan

kehilangan yang tetap berlangsung secara normal. Cara pemberian cairan akibat

kehilangan oleh karena penyakit bisa diberikan secara oral ataupun parenteral. Dalam

pelaksanaannya pemberian cairan secara intravena perlu diperhatikan hal-hal seperti

pemilihan jenis cairan, jumlah dan lama pemberian yang disesuaikan dengan keadaan

penyakit dan gejala klinik. Untuk itu keputusan yang tepat dan teliti dalam menentukan

hal diatas mutlak diperlukan.

Page 2: referat Dehidrasi jadi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal

ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum).

Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat

elektrolit tubuh.

Dehidrasi terbagi dalam tiga jenis berdasarkan penurunan berat badan, yaitu:

Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB): gambaran klinisnya turgor kurang,

suara serak (vox cholerica), pasien belum jatuh dalam presyok.

Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8%): turgor buruk, suara serak, pasien jatuh

dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam.

Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB): tanda dehidrasi sedang ditambah

kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis.

Tanda dari kehilangan cairan dilihat dari presentasi berat badan:

Tanda 5 % 10 % 15 %Membran mukosa Kering Sangat kering Terpanggang

Sensorium Normal Lemas Sangat lemas

Perubahan ortostatik

Nadi

Tekanan darah

Normal Ada

> 15 bpm meningkat

> 10 mmHg turun

Rata-rata aliran urin Penurunan ringan Penurunan Penurunan nyata

Rata-rata nadi Normal / meningkat Meningkat >100 bpm Peningkatan nyata >120

bpm

Tekanan darah Normal Peningkatan ringan

dengan variasi

pernapasan

Penurunan

Bpm (beats per minute)

Dehidrasi menurut Godberger E (1980)

Cara 1

1

Page 3: referat Dehidrasi jadi

Jika ada rasa haus dan tidak ada tanda-tanda klinis dehidrasi lainnya, maka

kehilangan air diperkirakan 2% dari berat badan pada waktu itu. Misalnya berat

badan 50 kg maka defisit air sekitar 1 liter atau 1000 ml.

Jika seseorang berpergian 3-4 hari tanpa air dan ada rasa haus, mulut kering,

oligouria, maka defisit air diperkirakan sekitar 6% atau 3000 ml pada orang

dengan berat badan 50 kg.

Bila ada tanda-tanda diatas ditambah dengan kelemahan fisis yang nyata,

perubahan mental seperti bingung atau delirium maka defisit air sekitar 7-14%

atau sekitar 3,5-7 liter pada orang dengan berat badan 50 kg.

Cara 2

Jika pasien dapat ditimbang tiap hari, maka kehilangan berat badan 4 kg pada fase akut

sama dengan defisit air 4 liter.

Cara 3

Dengan kenyataan bahwa konsentrasi natrium dalam plasma berbanding terbalik dengan

volume air ekstraseluler dengan pengertian bahwa kehilangan air tidak disertai dengan

perubahan konsentrasi natrium dalam plasma, maka dapat dihitung dengan rumus:

Di mana:

Na1 : kadar natrium plasma normal, 142 meq/L

BW1 : volume air badan yang normal, biasanya 60% dari berat badan pria dan 50% dari

berat badan wanita

Na2 : kadar natrium plasma sekarang 8w2: volume air berat badan sekarang.

Contoh: seorang pria dengan berat badan 80 kg dan kadar natrium plasma sekarang 162

meq/L

Na2 x 8w2 = Na1 x 8w1

Na2 x BW2 = Na1 x BW1

2

Page 4: referat Dehidrasi jadi

162 x (x) = 142 x 42

(x) = 37 L

Jadi defisit air 42 – 37 = 5 L.

Dehidrasi menurut Daldiyono:

Muntah 1

Suara serak 2

Kesadaran apatis 1

Kesadaran somnolen, sopor sampai koma 2

Tensi sistolik kurang atau sama dengan 90 mmHg 2

Nadi lebih atau sama dengan 120x/menit 1

Napas kussmaul (lebih dari 30x/menit) 1

Turgor kulit kurang 1

Facies cholerica 2

Ekstremitas dingin 1

Jari tangan keriput 1

Sianosis 2

Umur 50 tahun atau lebih -1 (negative)

Umur 60 tahun atau lebih -2 (negative)

Daldiyono (1973) mengemukakan salah satu cara menghitung kebutuhan cairan

untuk rehidrasi inisial pada gastroenteritis akut / diare koliform berdasarkan sistem score

(nilai) gejala klinis dapat dilihat pada tabel. Semua skor ditulis lalu dijumlah. Jumlah

cairan yang akan diberikan dalam 2 jam, dapat di hitung:

Rehidrasi menurut

Morgan-Watten

Dengan mengukur berat jenis plasma:

Skor x 10% BB (kg) x 1liter

15

Berat jenis plasma – 1,025 x 40 x 4 ml = 800 ml

0,001

3

Page 5: referat Dehidrasi jadi

Contoh:

Seorang pria dengan berat badan 40 kg dan berat jenis plasma pada waktu itu 1,030,

maka kebutuhan cairan untuk rehidrasi inisial:

1,030 – 1,025 x 40 x 4 ml = 800 ml

0,001

Derajat dehidrasi berdasarkan berat jenis plasma

Pada dehidrasi berat jenis plasma meningkat:

a. dehidrasi berat: BJ plasma 1,032 – 1,040

b. dehidrasi sedang: BJ plasma 1,028 -1,032

c. dehidrasi ringan: BJ plasma 1,025 – 1,028

Derajat dehidrasi berdasarkan pengukuran central venous pressure

(CVP)

Bila CVP = 4-11 cmH2O: normal

Syok atau dehidrasi maka CVP < 4cmH2O

Dehidrasi WHO

1. Dehidrasi Ringan

4

Page 6: referat Dehidrasi jadi

Tidak ada keluhan atau gejala yang mencolok. Tandanya anak terlihat agak lesu,

haus, dan agak rewel.

2. Dehidrasi Sedang

Tandanya ditemukan 2 gejala atau lebih gejala berikut:

Gelisah, cengeng

Kehausan

Mata cekung

Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera kembali ke

posisi semula.

3. Dehidrasi berat

Tandanya ditemukan 2 atau lebih gejala berikut:

Berak cair terus-menerus

Muntah terus-menerus

Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk

Tidak bisa minum, tidak mau makan

Mata cekung, bibir kering dan biru

Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik

Tidak kencing 6 jam atau lebih / frekuensi buang air kecil berkurang / kurang dari

6 popok / hari.

Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi

Tubuh manusia sebagian besar terbentuk dari cairan, dengan presentase hampir

75% dari total berat badan. Cairan ini terdistribusi sedemikian rupa sehingga mengisi

hampir di setiap rongga yang ada pada tubuh manusia. Dehidrasi terjadi jika cairan yang

dikeluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang masuk.

5

Page 7: referat Dehidrasi jadi

Namun karena mekanisme yang terdapat pada tubuh manusia sudah sangat unik

dan dinamis maka tidak setiap kehilangan cairan akan menyebabkan tubuh dehidrasi.

Dalam kondisi normal, kehilangan cairan dapat terjadi saat kita :

o Bernafas

o Kondisi cuaca sekitar

o Berkeringat

o Buang air kecil dan buang air besar.

Sehingga setiap hari kita harus minum cukup air guna mengganti cairan yang hilang saat

aktifitas normal tersebut. Untungnya, tubuh mempunyai mekanisme unik bila kekurangan

cairan. Rasa haus akan serta merta muncul bila keseimbangan cairan dalam tubuh mulai

terganggu. Tubuh akan menghasilkan hormon ADH guna mengurangi produksi kencing

oleh ginjal. Tujuan akhir dari mekanisme ini adalah mengurangi sebanyak mungkin

kehilangan cairan saat keseimbangan cairan tubuh terganggu.

Penyebab dehidrasi

Dehidrasi terjadi bila kehilangan cairan sangat besar sementara pemasukan cairan

sangat kurang. Beberapa kondisi yang sering menyebabkan dehidrasi antara lain :

o Diare. Diare merupakan keadaan yang paling sering menyebabkan kehilangan

cairan dalam jumlah besar. Di seluruh dunia, 4 juta anak anak mati setiap

tahun karena dehidrasi akibat diare.

o Muntah. Muntah sering menyebabkan dehidrasi karena sangat sulit untuk

menggantikan cairan yang keluar dengan cara minum.

o Berkeringat. Tubuh kehilangan banyak cairan saat berkeringat. Kondisi

lingkungan yang panas akan menyebabkan tubuh berusaha mengatur suhu

tubuh dengan mengeluarkan keringat. Bila keadaan ini berlangsung lama

sementara pemasukan cairan kurang maka tubuh dapat jatuh ke dalam kondisi

dehidrasi.

o Diabetes. Peningkatan kadar gula darah pada penderita diabetes atau kencing

manis akan menyebabkan banyak gula dan air yang dikeluarkan melalui

6

Page 8: referat Dehidrasi jadi

kencing sehingga penderita diabetes akan mengeluh sering ke belakang untuk

kencing.

o Luka bakar. Penderita luka bakar dapat mengalami dehidrasi akibat keluarnya

cairan berlebihan pada pada kulit yang rusak oleh luka bakar.

o Kesulitan minum. Orang yang mengalami kesulitan minum oleh karena suatu

sebab rentan untuk jatuh ke kondisi dehidrasi.

Gejala dan tanda dehidrasi

Respon awal tubuh terhadap dehidrasi antara lain : Rasa haus untuk meningkatkan

pemasukan cairan yang diikuti dengan penurunan produksi kencing untuk mengurangi

seminimal mungkin cairan yang keluar. Air seni akan tampak lebih pekat dan berwarna

gelap. Jika kondisi awal ini tidak tertanggulangi maka tubuh akan masuk ke kondisi

selanjutnya yaitu :

Mulut kering.

Berkurangnya air mata.

Berkurangnya keringat.

Kekakuan otot.

Mual dan muntah.

Kepala terasa ringan terutama saat berdiri.

Selanjutnya tubuh dapat jatuh ke kondisi dehidrasi berat yang gejalanya berupa

gelisah dan lemah lalu koma dan kegagalan multi organ. Bila ini terjadi maka

akan sangat sulit untuk menyembuhkan dan dapat berakibat fatal.

Terapi dehidrasi

Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derajat dehidrasi.

Dehidrasi terdiri dari ringan, sedang, berat. Ringan bila pasien mengalami kekurangan

7

Page 9: referat Dehidrasi jadi

cairan 2-5% dari berat badan. Sedang bila pasien mengalami kekurangan cairan 5-8%

dari berat badan. Berat bila pasien mengalami kekurangan cairan 8-10% dari berat badan

Prinsip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai dengan

jumlah caran yang keluar dari tubuh. Macam-macam pemberian cairan:

1. BJ plasma dengan rumus:

2. Metode Pierce berdasarkan klinis:

Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x berat badan (kg)

Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x berat badan (kg)

Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x berat badan (kg)

3. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis, antara lain:

Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral

(sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama dengan 3 disertai

syok diberikan cairan per intravena. Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral

melalui selang nasogastrik atau intravena.

Bila dehidrasi sedang-berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infus

pembuluh darah. Sedangkan dehidrasi ringan–sedang pada pasien masiih dapat diberikan

cairan per oral atau selan nasogastrik, kecuali bila ada kontraindikasi atau oral / saluran

cerna tak dapat dipakai. Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang hipotonik

Kebutuhan cairan = BJ plasma -1,025 x berat badan x 4 ml

0,001

Kebutuhan cairan = Skor x 10% x kgBB x 1liter

15

8

Page 10: referat Dehidrasi jadi

dengan komposisi 29 g glukosa, 3,5 g Nacl, 2,5 g Natrium Bikarbonat dan 1,5 g KCl

setiap liter.

Prinsip utama pengobatan dehidrasi adalah penggantian cairan. Penggantian

cairan ini dapat berupa banyak minum, bila minum gagal maka dilakukan pemasukan

cairan melalui infus. Tapi yang utama disini adalah penggantian cairan sedapat mungkin

dari minuman. Keputusan menggunakan cairan infus sangat tergantung dari kondisi

pasien berdasarkan pemeriksaan dokter. Keberhasilan penanganan dehidrasi dapat dilihat

dari produksi kencing.

Indikasi pemasangan infus melalui jalur pembuluh darah vena (Peripheral Venous

Cannulation):

1. Pemberian cairan intravena (intravenous fluids)

2. Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah

terbatas

3. Pemberian kantong darah dan produk darah.

4. Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu).

5. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada

operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur inf\us intravena untuk

persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)

6. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi

(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah

kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

Kontraindikasi dan peringatan pada pemasangan infus melalui jalur pembuluh darah

vena:

1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.

9

Page 11: referat Dehidrasi jadi

2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan

untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis

(cuci darah).

3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran

darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

Jenis cairan infus

1) Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion

Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan

osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke

jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas

tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel

“mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi

diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan

ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba

cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan

peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya

adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

2) Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian

cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.

Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh,

sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload

(kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi.

Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam

fisiologis (NaCl 0,9%).

3) Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga

“menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.

10

Page 12: referat Dehidrasi jadi

Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi

edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya

Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%

+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:

a. Kristaloid: bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan

(volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan

berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan

garam fisiologis. Sesuai dengan penggunaannya dapat dibagi menjadi beberapa

golongan, yaitu untuk pemeliharaan, pengganti dan tujuan khusus.

b. Koloid: ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan

keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya

hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah

albumin dan steroid. Disebut juga sebagai plasma ekspander, karena memiliki

kemampuan besar dalam mempertahankan volume intra-vaskuler. Contoh cairan ini

antara lain: Dekstran, Haemacel, Albumin, Plasma, Darah. Cairan koloid ini

digunakan untuk menggantikan kehilangan cairan intra-vaskuler.

Keunggulan:

1.Lebih mudah tersedia dan murah

2. Komposisi serupa dengan plasma (Ringer asetat/ringer laktat)

11

Page 13: referat Dehidrasi jadi

3. Bisa disimpan di suhu kamar

4. Bebas dari reaksi anafilaktik

5. Komplikasi minimal

Kekurangan:

1. Edema bisa mengurangi ekspansibilitas dinding dada

2. Oksigenasi jaringan terganggu karena bertambahnya jarak kapiler dan sel

3. Memerlukan volume 4 kali lebih banyak 1. Anafilaksis

2. Koagulopati

3. Albumin bisa memperberat depresi miokard pada pasien syok (mungkin

dengan mengikat kalsium, mengurangi kadar ion Ca++

BAB III

PENUTUP

12

Page 14: referat Dehidrasi jadi

Kesimpulan

Pemberian cairan diusahakan secara oral dan pada keadaan yang tidak

memungkinkan diberikan secara intravena.

Cairan intravena yang dapat diberikan diantaranya adalah larutan kristaloid,

koloid dan kombinasi keduanya.

Prinsip terapi cairan intravena yaitu menggantikan cairan yang hilang dengan

menghitung cairan yang dibutuhkan yaitu: defisit + rumatan + kehilangan cairan

yang sedang berlangsung.

Pemilihan jenis, jumlah, cara dan lama pemberian cairan intravena didasarkan

atas beberapa parameter.

Saran

Diperlukan pengalaman dan pengetahuan yang baik dalam memberikan cairan

yang harus disesuaikan dengan kebutuhan.

Perhitungan pemberian cairan intravena agar dilakukan dengan teliti.

Diperlukan pengetahuan dan penguasaan tentang sistem keseimbangan cairan

tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

13

Page 15: referat Dehidrasi jadi

1. Daldiyono. Diare. Dalam: Sulaiman HA-Dsdaldiyono-Akbar HN-Rani AA

eds.Gastoenterologi Hepatologi. Jakarta. CV Infomedika. 1990.p 21-33.

2. WS Aru.Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed.Jakarta:Pusat penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

FKUI CO.; 2006

3. http://www.medicastore.com/diare/diagnosa_diare.htm

4. http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=446

5. http://ilmukedokteran.net/pdf/Daftar-Masalah-Individu/dehidrasi.pdf Dehidrasi

6. http://dokmud.wordpress.com/2009/10/25/cairan-intravena/

7. http://www.blogdokter.net/2009/06/20/dehidrasi/

8. http://oknurse.wordpress.com/2009/09/02/therapi-cairan/

14