Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    1/59

    BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA LAPORAN KASUS & REFERATFAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2016

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    LAPORAN KASUS

    GANGGUAN DEPRESI SEDANG DENGAN GEJALA SOMATIK

    REFERAT

    GANGGUAN DEPRESI

    OLEH

    NAMA/NIM : Soekarno Hatta/ C11112046

    PEMIMBING : dr. Agustine Mahardika

    SUPERVISOR : Dr. dr. H. M. Faisal Idrus, Sp.KJ(K)

    DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK

    BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2016

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    2/59

    ii

    HALAMAN PENGESAHAN PENGESAHAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

    Nama : Soekarno Hatta

    NIM : C11112046

    Judul Kasus : Gangguan Depresi Sedang dengan Gejala Somatik (F 32.11)

    Judul Referat : Gangguan Depresi

    Adalah benar telah menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul Gangguan

    Depresi Sedang dengan Gejala Somatik dan Referat yang berjudul Gangguan

    Depresi dan telah disetujui serta telah dibacakan dihadapan pembimbing dan

    supervisor dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Jiwa dalam

    Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar.

    Makassar, Mei 2016

    Supervisor, Pembimbing Residen,

    Dr. dr. H. M. Faisal Idrus, Sp.KJ(K) dr. Agustine Mahardika

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    3/59

    iii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

    HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

    LAPORAN KASUS.

    EPISODE DEPRESI SEDANG DENGAN GEJALA SOMATIK (F32.11)

    IDENTITAS PASIEN .......................................................................................... 1

    LAPORAN PSIKIATRI ...................................................................................... 1

    I. RIWAYAT PENYAKIT ........................................................................ 2

    II. STATUS MENTAL ............................................................................... 5

    III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT ............................. 7

    IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA .............................................. 8

    V. EVALUASI MULTIAKSIAL ............................................................... 10

    VI.

    DAFTAR PROBLEM ............................................................................ 11

    VII. RENCANA TERAPI ............................................................................. 11

    VIII. PROGNOSIS ......................................................................................... 12

    IX. FOLLOW UP ......................................................................................... 12

    X. PEMBAHASAN .................................................................................... 12

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

    WAWANCARA .................................................................................................. 16

    REFERAT.

    GANGGUAN DEPRESI

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 20

    BAB II ISI ............................................................................................................ 21

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    4/59

    iv

    A. DEFINISI ................................................................................................. 21

    B. EPIDEMIOLOGI ..................................................................................... 22

    C. ETIOLOGI ............................................................................................... 22

    D.

    KLASIFIKASI ......................................................................................... 26

    E. GAMBARAN KLINIK ............................................................................ 27

    F. PEDOMAN DIAGNOSTIK .................................................................... 30

    G. DIFERENTIAL DIAGNOSTIK .............................................................. 42

    H. PENATALAKSANAAN ......................................................................... 44

    I. PROGNOSIS ........................................................................................... 52

    BAB III PENUTUP ............................................................................................. 54

    KESIMPULAN .................................................................................................... 54

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    5/59

    1

    LAPORAN KASUS

    EPISODE DEPRESI SEDANG DENGAN GEJALA SOMATIK (F32.11)

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : Tn. Kasman

    Usia : 53 tahun

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Status Perkawinan : Menikah

    Agama : Islam

    Suku : Bugis

    Pekerjaan : Wiraswasta

    Alamat : Soppeng

    LAPORAN PSIKIATRIK

    Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis dari :

    Nama : Ny. Mariyati

    Umur : 45 tahun

    Jenis kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Pendidikan Terakhir : S1

    Pekerjaan : Guru

    Alamat : Bumi Tamalanrea Permai Blok K

    Hubungan dengan pasien : Istri

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    6/59

    2

    I. RIWAYAT PENYAKIT

    A. Keluhan Utama

    Susah tidur

    B.

    Riwayat Gangguan Sekarang

    1. Keluhan dan Gejala

    Seorang pasien laki-laki 53 tahun datang ke Poli RSUH bersama

    istrinya dengan keluhan susah tidur sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan

    susah tidur ini sudah dialami pasien sejak 20 tahun yang lalu tapi

    pasien masih menganggap hal tersebut masih dalam batas normal dan

    keluhan ini memberat 1 bulan ini yang menyebabkan pasien datang ke

    Poli RSUH. Karakteristik keluhan susah tidur ini diakui pasien seperti

    kesulitan untuk memulai tidur dan saat tidur pasien merasa memimpikan

    orang-orang yang telah meninggal yang menyebabkan pasien terbangun

    pada malam hari dan tidak bisa melanjutkan aktivitas tidurnya, pasien

    mengakui dengan penggunaan obat alprazolam tidur pasien kembali

    membaik namun dalam 1 bulan ini keluhan susah tidur pasien semakin

    memberat, pasien mengakui susah memulai tidur dan ketika tertidur hanya

    dengan stimulus kecil pasien langsung terbangun dan sulit untuk

    melanjutkan aktivitas tidurnya lagi. Pasien sudah memulai untuk menarik

    dirinya dari kegiatan sosial yang berlangsung di lingkungannya, Pasien

    sudah mulai meninggalkan pekerjaannya dan lebih memilih untuk

    mengalihkan pekerjaannya ke orang lain, pasien merasa stres, merasa harga

    diri dan kepercayaan dirinya berkurang, selalu memikirkan masa depan

    yang suram dan pesimistis pada keluarganya ketika pasien telah meninggal,

    pasien mengakui dalam 2 bulan terakhir ini sudah tidak ada aktivitas

    hubungan suami istri. Nafsu makan pasien turun, berat badan pasien turun

    sekitar 8 kg dalam 1 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan keluhan

    nyeri ulu hati, nyeri tengkuk, nyeri dada yang menjalar ke tangan dan kaki

    kiri, jantung berdebar-debar dan keringat dingin.

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    7/59

    3

    Perubahan perilaku pada pasien pertama kali dialami 4 bulan yang

    lalu saat pasien mengalami keluhan nyeri ulu hati dan didiagnosis oleh

    internist dengan gangguan pada lambungnya, pada saat itu pasien mulai

    merasa kecewa pada dirinya sendiri menganggap bahwa dirinya tidak

    menjaga kesehatannya, pada usianya yang masih tergolong muda sudah

    mendapatkan berbagai macam penyakit, pasien selalu berpikiran tentang

    penyakit yang pasien derita dan berpikir tentang bagaimana kehidupan

    keluarga kedepannya apabila pasien meninggal dalam usia muda.

    Hal ini merupakan yang pertama kalinya pasien ke RS. Sebelum

    mengalami gangguan, pasien merupakan salah satu orang kepercayaan,

    tokoh masyarakat dikampungnya, seorang imam masjid, orang yang aktif

    bekerja, mudah bergaul, ceria dan sering bercanda.

    2. Hendaya dan premorbid

    Hendaya dalam bidang pekerjaan (+)

    Hendaya dalam bidang sosial (+)

    Hendaya dalam waktu senggang (+)

    3. Faktor stressor psikososial

    Pasien mulai depresi sejak mengetahui ada penyakit yang dia alami saatusianya masih muda dimana saat kedudukannya di lingkungan tempat

    tinggalnya pasien merupakan salah satu orang kepercayaan.

    4. Hubungan gangguan, sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis

    sebelumnya:

    Infeksi (-)

    Trauma (-)

    Kejang (-)

    Rokok (+), sudah jarang dikonsumsi sejak 1 bulan

    terakhir, sebelumnya 2 bungkus per hari

    Alkohol (-)

    Obat-obatan Napza (-)

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    8/59

    4

    C. Riwayat gangguan sebelumnya :

    Pasien sebelumnya pernah berobat ke internist 4 bulan yang lalu

    dengan keluhan nyeri uluh hati dan didiagnosis mengalami kelainan pada

    lambungnya, mendapatkan pengobatan berupa obat omeprazole dan

    keluhan nyeri ulu hati tidak berkurang sampai sekarang.

    D. Riwayat kehidupan pribadi :

    1. Riwayat prenatal dan perinatal (0-1 tahun)

    Pasien lahir di Soppeng pada tahun 1988, lahir normal di rumah,

    cukup bulan, dan ditolong oleh dukun beranak.

    2. Riwayat Kanak Awal (1-3 tahun)

    Pasien meminum ASI. Pertumbuhan dan perkembangan masa kanak-

    kanak awal pasien seperti berjalan, berbicara baik, perkembangan motorik

    berlangsung baik. Pasien bermain dengan teman seusiannya.

    3. Riwayat Kanak Pertengahan (3-11 tahun)

    Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya dan cukup mendapatkan

    perhatian dan kasih sayang. Hubungan pasien dengan saudara baik. Pasien

    juga mendapatkan pendidikan yang layak. Pada termasuk anak yang rajin

    di sekolahnya.4. Riwayat Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)

    Setelah lulus SMP, pasien melanjutkan pendidikan ke SMA. Pergaulan

    pasien semasa SMA baik.

    5. Riwayat Masa Dewasa

    a. Riwayat Pendidikan: Setelah lulus SMA, pasien melanjutkan

    pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi hingga sarjana (S1)

    b. Riwayat Pekerjaan: Wiraswasta

    c. Riwayat Pernikahan: Menikah

    d. Riwayat Kehidupan Sosial: pasien memiliki banyak teman

    e. Riwayat Kehidupan beragama: pasien beragama Islam

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    9/59

    5

    E. Riwayat kehidupan keluarga :

    a. Pasien merupakan anak pertama dari lima bersaudara (, , , , )

    b. Ibu masih ada, Ayah meninggal dunia karena sakit

    c.

    Telah memiliki anak 2 orang (, )

    d. Hubungan dengan keluarga baik

    e. Riwayat keluarga dengan gangguan serupa tidak ada

    F. Situasi sekarang :

    Pasien tinggal berpisah dengan istrinya, pasien tinggal bersama anak-

    anaknya di soppeng, sedangkan istrinya tinggal di makassar karena urusan

    pekerjaan. Keadaan keuangan menurun dari sebelumnya karena pasien

    memutuskan berhenti untuk bekerja tapi masih mencukupi biaya hidup

    keluarganya

    G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya :

    Pasien merasa dirinya sakit, selalu memikirkan penyakit yang dia

    derita dan selalu pesimis akan masa depan keluarganya apabila pasien

    meniggal saat usianya masih muda.

    II. STATUS MENTAL

    A.

    Deskripsi umum

    1. Penampilan : Seorang laki-laki dengan raut wajah

    murung memakai baju kemeja biru koak-

    kotak celana kain berwarna hitam. Wajah

    sesuai umur, perawakan tinggi dan

    perawatan diri cukup.

    2. Kesadaran : Baik

    3.

    Aktivitas psikomotor : Tenang

    4. Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi biasa

    5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif

    B. Keadaan Afektif (mood), perasaan, dan empati, perhatian :

    1. Mood : Sedih

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    10/59

    6

    2. Afek : Depresi

    3. Empati : Tidak dapat dirabarasakan

    C. Fungsi Intelektual (kognitif) :

    1.

    Taraf pendidikan, pengetahua umum, dan kecerdasan sesuai dengan

    pendidikan.

    2. Daya konsentrasi : Baik

    3. Orientasi :

    Orientasi waktu : Baik

    Orang : Baik

    Tempat : Baik

    4.

    Daya ingat : Jangka panjang : Baik

    Jangka pendek : Baik

    Jangka segera : Baik

    5. Pikiran abstrak : Baik

    6. Bakat kreatif : Tidak dikeahui

    7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik

    D. Gangguan Persepsi :

    1. Halusinasi : Tidak ada

    2. Ilusi : Tidak ada

    3. Depersonalisasi : Tidak ada

    4. Derealisasi : Tidak ada

    E. Proses Berpikir :

    1. Arus pikiran :

    Produktivitas : Bicara spontan pikiran mengalir

    Kontinuitas : Relevan dan koheren

    Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa

    2. Isi pikiran :

    Preokupasi : Tidak ada

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    11/59

    7

    Gangguan isi pikiran :

    - Pasien merasa pesimis terhadap kehidupan keluarganya di masa

    depan setelah pasien meninggal dunia.

    F.

    Pengendalian impuls : tidak terganggu

    G. Daya nilai :

    Norma sosial : Baik

    Uji daya nilai : Baik

    Penilaian realitas : Baik

    H. Tilikan (insight) :Derajat 5 (Pengakuan sakit dan mengetahui

    gejala dan kegagalan dalam penyesuaian social

    oleh karena perasaan irrasional atau terganggu,tanpa menerapkan pengetahuaanya untuk

    pengalaman dimasa mendatang)

    I. Taraf dipercaya : Dapat dipercaya

    III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT:

    1. Status Internus

    a. Keadaan umum : Baik

    b. Kesadaran : Compos mentis

    c. Tanda vital

    - Tekanan darah : 130/80 mmHg

    - Nadi : 88x/menit

    - Suhu : 36,5C

    - Pernapasan : 18x/menit

    Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, jantung, paru dan

    abdomen dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada

    kelainan.

    2. Status Neurologi

    a. GCS : E4M6V5

    b. Rangsang meningeal : tidak dilakukan

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    12/59

    8

    c. Tanda ekstrapiramidal

    - Tremor tangan : tidak ada

    - Cara berjalan : normal

    -

    Keseimbangan : baik

    d. Sistem saraf motorik dan sensorik dalam batas normal

    e. Kesan : normal

    IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA :

    Seorang pasien laki-laki 53 tahun datang ke Poli RSUH bersama

    istrinya dengan keluhan susah tidur sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan susah

    tidur ini sudah dialami pasien sejak 20 tahun yang lalu tapi pasien masih

    menganggap hal tersebut masih dalam batas normal dan keluhan ini memberat

    1 bulan ini yang menyebabkan pasien datang ke Poli RSUH. Karakteristik

    keluhan susah tidur ini diakui pasien seperti kesulitan untuk memulai tidur

    dan saat tidur pasien merasa memimpikan orang-orang yang telah meninggal

    yang menyebabkan pasien terbangun pada malam hari dan tidak bisa

    melanjutkan aktivitas tidurnya, pasien mengakui dengan penggunaan obat

    alprazolam tidur pasien kembali membaik namun dalam 1 bulan ini keluhan

    susah tidur pasien semakin memberat, pasien mengakui susah memulai tidur

    dan ketika tertidur hanya dengan stimulus kecil pasien langsung terbangun

    dan sulit untuk melanjutkan aktivitas tidurnya lagi. Pasien sudah memulai

    untuk menarik dirinya dari kegiatan sosial yang berlangsung di

    lingkungannya, Pasien sudah mulai meninggalkan pekerjaannya dan lebih

    memilih untuk mengalihkan pekerjaannya ke orang lain, pasien merasa stres,

    merasa harga diri dan kepercayaan dirinya berkurang, selalu memikirkan

    masa depan yang suram dan pesimistis pada keluarganya ketika pasien telah

    meninggal, pasien mengakui dalam 2 bulan terakhir ini sudah tidak ada

    aktivitas hubungan suami istri. Nafsu makan pasien turun, berat badan pasien

    turun sekitar 8 kg dalam 1 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan keluhan

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    13/59

    9

    nyeri ulu hati, nyeri tengkuk, nyeri dada yang menjalar ke tangan dan kaki

    kiri, jantung berdebar-debar dan keringat dingin.

    Perubahan perilaku pada pasien pertama kali dialami 4 bulan yang

    lalu saat pasien mengalami keluhan nyeri ulu hati dan didiagnosis oleh

    internist dengan gangguan pada lambungnya, pada saat itu pasien mulai

    merasa kecewa pada dirinya sendiri menganggap bahwa dirinya tidak menjaga

    kesehatannya, pada usianya yang masih tergolong muda sudah mendapatkan

    berbagai macam penyakit, pasien selalu berpikiran tentang penyakit yang

    pasien derita dan berpikir tentang bagaimana kehidupan keluarga kedepannya

    apabila pasien meninggal dalam usia muda.

    Hal ini merupakan yang pertama kalinya pasien ke RS. Sebelum

    mengalami gangguan, pasien merupakan salah satu orang kepercayaan, tokoh

    masyarakat dikampungnya, seorang imam masjid, orang yang aktif bekerja,

    mudah bergaul, ceria dan sering bercanda.

    Pada pemeriksaan status mental didapatkan perawatan diri pasien baik,

    pembicaraan spontan, intonasi biasa dan lancar. Sikap pasien terhadap

    pemeriksa kooperatif. Mood sedih, afek depresi, perasaan empati tidak dapat

    dirabarasakan, fungsi kognitif dalam batas normal, tidak ditemukan adanya

    gangguan persepsi, arus pikir normal dan ditemukan adanya gangguan isi

    pikir berupa perasaan pesimis terhadap kehidupan keluarganya di masa depan

    setelah pasien meninggal dunia. Tidak ada gangguan pengendalian impuls,

    daya nilai dalam batas normal, tilikan 5 yaitu Pengakuan sakit dan

    mengetahui gejala dan kegagalan dalam penyesuaian social oleh karena

    perasaan irrasional atau terganggu, tanpa menerapkan pengetahuaanya untuk

    pengalaman dimasa mendatang. Taraf kepercayaan dapat dipercayai.

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    14/59

    10

    V. EVALUASI MULTIAKSIAL :

    Aksis I :

    Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis didapatkan adanya gejala

    klinis yang bermakna yaitu berupa pola prilaku yang susah tidur, sedih,

    kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi sehingga mudah

    lelah, menurunnya aktifitas, kurangnya kepercayaan diri, pandangan masa

    depan yang suram dan nafsu makan berkurang. Keadaan ini

    mengakibatkan keluarga dan pasien terganggu dan tidak nyaman

    (distress), sulit melakukan pekerjaan dengan benar, dan sulit mengisi

    waktu luangnya dengan hal yang bermanfaat (disability). Oleh karena itu,

    digolongkan sebagai gangguan jiwa. Dari pemeriksaan fisik tidakditemukan tanda disfungsi otak sehingga dapat digolongkan gangguan

    jiwa non organik. Pasien juga mengalami keluhan nyeri ulu hati, nyeri

    tengkuk, nyeri dada yang menjalar ke tangan dan kaki kiri, jantung

    berdebar-debar dan keringat dingin yang terus berulang pasien alami

    walaupun telah melakukan pemeriksaan dan pengobatan dari dokter

    sehingga digolongkan sebagai gangguan somatisasi. Pasien tidak

    mengalami hendaya dalam menilai realita sehingga digolongkan sebagai

    gangguan jiwa non-organik tanpa psikotik.

    Berdasarkan uraian diatas, pasein memiliki gejala-gejala pada penyakit

    episode depresi sedang dengan gejala somatik yang memiliki 3 gejala

    utama dan 4 gejala tambahan disertai adanya gejala somatisasi. Dan dari

    pemeriksaan status mental didapatkan pembicaraan spontan, intonasi bias,

    lancar. Sikap pasien kooperatif. Mood sedih, afek depresif, perasaan

    empati dapat dirabarasakan, fungsi kognitif dalam batas normal, arus

    pikir normal dan ditemukan adanya gangguan isi pikir berupa perasaan

    pesimis terhadap kehidupan keluarganya di masa depan setelah pasien

    meninggal dunia. Tidak ada gangguan pengendalian impuls dan tidak

    memiliki penyakit yang sama sebelumnya, sehingga Berdasarkan

    Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    15/59

    11

    diagnosis diarahkan pada Episode Depresif Sedang dengan Gejala

    Somatik (F32.11).

    Aksis II :

    Pasien tidak memenuhi ciri-ciri gangguan kepribadian yang tercantum

    dalam PPDGJ III

    Aksis III :

    Penyakit sistem pencernaan (GERD)

    Aksis IV :

    Masalah dengan primary support group (keluarga) masalah penyakit

    yang pasien alami di usia mudanya yang membuat pasien merasa depresi

    mengenai kehidupan keluarganya di masa depan ketika pasien meninggaldunia.

    Aksis V :

    GAF scale saat ini :70-61: Beberapa gejala ringan dan menetap,

    disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik

    VI. DAFTAR PROBLEM :

    Organobiologik

    Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, namun diduga terdapat

    ketidak seimbangan neurotransmitter, maka dari itu pasien memerlukan

    farmakoterapi.

    Psikologik

    Tidak ditemukan hendaya dalam menilai realita, namun diduga pasien

    masih menyimpan keluhan dalam dirinya sehingga diperlukan psikoterapi

    Sosiologik

    Ditemukan adanya hendaya social dan hendaya pekerjaan

    VII. RENCANA TERAPI :

    Farmakoterapi :

    - Maprotiline (Ludiomil) 50 mg 0-0-1

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    16/59

    12

    Psikoterapi :

    - Ventilasi: Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pasien untuk

    menceritakan keluhan dan isi hati serta perasaan sehingga pasien merasa

    lega.

    - Konseling: Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang

    penyakitnya, agar pasien memahami cara menghadapinya, serta

    memotivasi pasien agar tetap rutin minum obat.

    Sosioterapi :

    Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang

    disekitarnya tentang gangguan yang dialami pasien sehingga mereka

    dapat menerima dan menciptakan lingkungan yang kondusif untukmembantu proses pemulihan pasien.

    VIII. PROGNOSIS :

    Ad vitam : dubia ad bonam

    Ad sanationem : dubia ad bonam

    IX. FOLLOW UP :

    Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya, efektifitas

    terapi serta kemungkinan terjadinya efek samping dari obat yang diberikan.

    X. PEMBAHASAN

    Gejala utama (pada derajat ringan, sedang dan berat)

    - Afek depresif

    - Kehilangan minat dan kegembiraan

    -

    Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah

    (rasa yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

    Gejala lainnya:

    - Konsentrasi dan perhatian berkurang

    - Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    17/59

    13

    - Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

    - Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

    - Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

    -

    Tidur terganggu

    - Nafsu makan berkurang

    Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa

    sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi

    pEriode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan

    berlansung cepat.

    Gangguan depresif berulang diterapkan berdasarkan:

    1. Gangguan ini bersifat dengan berulang dari :

    - Episode depresi ringan

    - Episode depresi sedang

    -

    Episode depresi berat

    Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan akan tetapi

    frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.

    2. Tanpa adanya riwayat episode tersendiri dari peninggian afek dan

    hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania.

    3. Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode namun sebagianm

    kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama

    pada usia lanjut.

    4. Episode masing-masing, dalam berbagai tingakt keparahan, seringkali

    dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stres atau trauma lahir.

    Gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik diagnosis

    pasti dengan:

    a.

    Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus terpenuhi, dan episode

    sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala

    psikotik

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    18/59

    14

    b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama

    minimal 2 minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa gangguan

    afektif yang bermakna.

    Pada pasein diatas memiliki gejala-gejala pada penyakit episode depresi

    yang memiliki 3 gejala utama dan 4 gejala tambahan. Berupa: pola prilaku

    yang selalu sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi

    sehingga mudah lelah, kurangnya kepercayaan diri, pandangan masa depan

    yang suram, gangguan tidur, nafsu makan berkurang. Kejadian ini sudah

    dialami sekitar 4 bulan dan tambah berat 1 bulan lalu disertai dengan

    mengalami keluhan nyeri ulu hati, nyeri tengkuk, nyeri dada yang menjalar ke

    tangan dan kaki kiri, jantung berdebar-debar dan keringat dingin yang terus

    berulang pasien alami walaupun telah melakukan pemeriksaan dan pengobatan

    dari dokter sehingga menunjang diagnosa untuk Episode Depresif Sedang

    dengan Gejala Somatik.

    Pada pasien diatas dengan gangguan depresif yang disertai susah tidur

    dalam 4 bulan terakhir dan memberat dalam 1 bulan terakhir maka

    diindikasikan untuk pemberian Obat-Antidepresi Tetrasiklik yang memiliki

    efek samping otonomik, kardiologik relatif kecil dan efek sedasi yang sangat

    kuat. Sehingga sesuai untuk diberikan pasien ini karena gejala insomnia yang

    sangat menonjol.

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    19/59

    15

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Maslim, R Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.

    Cetakan 1. 2001. Jakarta : Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika

    Atma Jaya. Dicetak oleh PT. Nuh Jaya.

    2. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi 3.

    2007. Jakarta : Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya.

    Dicetak oleh PT. Nuh Jaya.

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    20/59

    16

    WAWANCARA

    DM : Dokter Muda

    P : Pasien

    IP : Istri Pasien

    DM : Assalamualaikum pak, nama saya soekarno hatta. Dokter muda yang

    sekarang di bagian jiwa. Maaf pak bisa tau siapa namata pak?

    P : Iya dok, nama saya Kasman dok.

    DM : Siapa antarki ke sini pak :

    P : Saya sama istriku dok ke sini

    DM : Bisa kita panggil istrita masuk ke dalam temaniki pak ?

    P : Iya dok ( Keluar memanggil istrinya)

    DM : Mari bu silahkan duduk, Ibu Istrinya pak Kasman ? siapa namanya bu

    IP : Iya dok, saya istrinya pak kasman, saya mariyati

    DM : Dimanaki tinggal ibu ?

    IP : Saya tinggal di btp dok blok K

    DM : Maaf bu, ibu tinggal bersama bapak ?

    IP : Tidak dok, bapak ini tinggal di soppeng temani anak-anaknya dan urus

    pekerjaan di soppeng juga, saya tinggal di Makassar karena harus bekerja

    juga di sekolah dok.

    DM : oh iya bu, bapak kasman bagaimana kabarnya ini pak ?

    P : begini dok sekarang itu saya susah tidur dok, sudah lama mi memang saya

    susah tidur dok, kira-kira sejak 4 bulan yang lalu, tapi 1 bulan belakangan ini

    tidak bisa sekali mi dok, terganggu sekali mi tidurku dok

    DM : Susah tidurnya memang sejak 4 bulan yang lalu atau memang pernah dialami

    sebelumnya ?

    P : Ini susah tidurku dok sudah lama sekali mi saya rasa, sejak masih kuliah

    mungkin 20 tahun yang lalu tapi masih bisaji saya terima susah tidurku yang

    lalu dok.

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    21/59

    17

    DM : bisa kita ceritakan pak bagaimana susah tidurta itu pak ?

    P : begini dok kan susah tidurku itu muncul pas nyeri ulu hatiku dok dan itumi

    saya pikir kenapa bisa saya dapat sakit disaat umurku ini masih dibilang

    muda dok. Susah tidurku ini dok saya susah untuk mulai tidur dok, kadang

    itu jam-jam 2 malam pi baru saya bisa tidur dok, baru kalau tidur dok

    sering saya mimpikan orang-orang yang sudah meninggal dok, nah itu yang

    buat saya bangun dan tidak tertidurmi lagi dok.

    DM : Pak kasman sempat ki berobat sebelumnya pak ?

    P : Iya dok kurang lebih 4 bulang yang lalu pernah sebelumnya saya pergi

    berobat di interna dok, pas nyeri uluh hatiku, dokter bilang ada masalah di

    lambung ku. Itu yang jadi beban di saya dok.

    DM : Ada obat yang dikasihki pak ?

    P : Ada obat dok, omeprazole dikasih ka dok, sempat ji membaik tapi lama-lama

    kembali lagi nyeri dok, dikasihka juga obat alprazolam dok untuk obat

    tidurku, sempat membaik tidurku dok tapi 1 bulan ini efek obatnya sudah

    tidak terasa dok, sekarang itu susah mulai tidur terus kalau ada suara-suara

    saya dengar langsung bangun lagi dok.

    DM : sejak kapan itu pak memberat kita rasa susah tidur ta ?

    P : Sejak 1 bulan yang lalu dok

    DM : Bagaimana dengan aktivitas dan pekerjaan sehari-hati ta pak kasman ?

    P : saya ini dok imam desa dok, saya punya lahan sawah di soppeng dok seluas

    4 hektar, dulunya itu saya yang kerja sendiri, tapi semenjak saya sakit ini

    dok itu sawah saya alihkan ke orang lain nanti penghasilannya dari sawah itu

    baru dibagi dua dok.

    DM : Iya pak, bagaimana hubungan ta sama tetangga ta pak ?

    P : Sekarang ini dok, malu-malu ma dating ke acaranya tetangga, kemarin itu

    dok ada acara nikahannya keponakanku dan saya tidak pergi ke acaranya

    dok (menangis)

    DM : Sabarki pak, maaf pak kenapaki menangis pak ?

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    22/59

    18

    P : iya dok, makasih. Begini dok saya ini selalu pesimis dok kenapa bisa saya ini

    selalu berpikir pesimis mengenai kehidupannya keluargaku di masa depan

    dok, saya juga kecewa dok saya ini imam, tapi masih selalu saya pikir ini

    sakitku kenapa tidak bisa sembuh-sembuh padahal saya sudah berobat dan

    tau ada yang di Atas yang bisa sembuhkan tapi tetap saya pesimis tentang

    kehidupannya keluargaku kedepannya dok.

    DM : Ada keluhan lain kita rasa pak ?

    P : iya dok banyak keluhan yang saya rasa dok, nyeri uluh hati, nyeri tengkuk,

    nyeri dada menjalan ke kaki dan tangan kiri, jantung berdebar, keringat

    dingin. Dan ini keluhan tidak pernah hilang dok saya sudah periksa di rumah

    sakit di kampong sama disini dok tetap tidak ada perubahan saya rasa dok.

    DM : Bagaimana nafsu makan ta pak ?

    P : ini dok karena sakitku jadi saya takut-takut untuk makan terlalu banyak dok,

    sama memang nafsu makanku ini sudah mulai menurun dok. Berat badan ku

    ini sudah turun 8 kg dalam 1 bulan ini dok.

    DM : Iya pak, Maaf pak bagaimana hubungan aktivitas suami istrita di rumah ?

    P : Rasa tidak minat mi dok, ini sudah 2 bulan mi kira-kira tidak ada aktivitas di

    atas ranjang dok.

    DM : Maaf ibu bagaimana pendapatnya ibu tentang keluhannya bapak ini bu ?

    IP : Iya dok, cocokmi apa yang dibilang suamiku dok, selama tinggal di

    Makassar ini dok saya liat memang susah sekali tidur, kalau tidur itu ada

    suara sedikit saja bangun lagi dan susah mi tidur lagi dok

    DM : Bagaimana hubungannya ibu sama bapak, anaknya ibu juga sama bapak

    mengenai keluhannya bapak ini ?

    IP : saya sama anak selalu dukung ji dok, kasih tenang bapaknya dok

    DM : Iya bu makasih, maaf bapak saya mau tanya bagaimana kehidupannya bapak

    sejak kecil sampai sekarang ? apakah ada masalah-masalah sewaktu

    sekolah?

    P : selama saya sekolah dok tidak adaji masalah, saya orangnya mudah bergaul

    dok, kalau masalah-masalah kecil jelas ada tapi bisa ji di atasi dok

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    23/59

    19

    DM : Bapak ada yang mau kita ceritakan lagi sama saya pak?

    P : tidak adami dok, saya rasa cukup mi dok

    DM : iya pak, makasih atas waktunya untuk tanya-jawab mengenai keluhannya

    bapak ini, nanti dari hasil tanya-jawab ini semoga kita bisa tentukan solusi

    yang terbaik untuk bapak.

    P,IP : Iya dok, makasih banyak

    DM : Iya pak, sama-sama

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    24/59

    20

    REFERAT.

    GANGGUAN DEPRESI

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah

    masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke fase

    depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap bisa hilang sendiri tanpa

    pengobatan. Padahal, depresi yang tidak diterapi dengan baik bisa berakhir dengan

    bunuh diri.1

    Depresi tersebar luas, tetapi jumlah dan rata-rata dari gejala fisik dan kognitif

    berhubungan dengan gangguan depresi mayor atau major depressive disorder(MDD)

    yang berarti banyak orang tidak menunjukkan gejala emosional. Satu dari tujuh orang

    akan menderita gangguan psikososial dari MDD, beberapa tidak terdiagnosis kecuali

    dengan kunjungan ke dokter yang berulang. Dan, tidak hanya dokter keluarga,

    psikiatri, dan klinisi kesehatan mental juga harus dapat mendiagnosis depresi.

    Tingginya prevalensi dari MDD dengan penyakit medis lainnya menunjukkan bahwa

    professional kesehatan dan dokter, ataupun internis atau onkologis atau ahli bedah

    atau kardiologis atau neurologis atau spesialis lainnya, juga harus mengenali dan

    memberikan tatalaksana depresi klinis pada pasien.1

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    25/59

    21

    BAB II

    ISI

    A.

    DEFENISI

    Depresi merupakan salah satu gangguan mood (mood disorder). Depresi

    sendiri adalah gangguan unipolar, yaitu gangguan yang mengacu pada satu kutub

    (arah) atau tunggal, yang terdapat perubahan pada kondisi emosional, perubahan

    dalam motivasi, perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik, dan perubahan

    kognitif. Terdapat gangguan penyesuaian diri (gangguan dalam perkembangan emosi

    jangka pendek atau masalah-masalah perilaku, dimana dalam kasus ini, perasaan

    sedih yang mendalam dan perasaan kehilangan harapan atau merasa sia-sia, sebagai

    reaksi terhadapstressor) dengan kondisi moodyang menurun.2,3

    Depresi merupakan gangguan mental yang serius yang ditandai dengan

    perasaan sedih dan cemas. Gangguan ini biasanya menghilang dalam beberapa hari

    tetapi dapat juga berkelanjutan yang dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari.

    Menurut WHO, depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan

    munculnya gejala penurunan mood, kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan

    bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan

    konsentrasi.

    Depresi Mayor merupakan gangguan yang lebih berat, membutuhkan lima

    atau lebih simptom-simptom selama dua minggu, salah satunya harus ada gangguan

    mood, atau ketidaksenangan pada anak-anak. Sedangkan episode depresi berat

    menurut kriteria DSM-IV-TR, adalah suasana perasaan ekstrem yang berlangsung

    paling tidak dua minggu dan meliputi gejala-gejala kognitif (seperti perasaan tidak

    berharga dan tidak pasti) dan fungsi fisik yang terganggu (seperti perubahan pola

    tidur, perubahan nafsu makan dan berat badan yang signifikan, atau kehilangan

    banyak energi) sampai titik dimana aktivitas atau gerakan yang paling ringan

    sekalipun membutuhkan usaha yang luar biasa besar.2,4,5

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    26/59

    22

    B. EPIDEMIOLOGI

    Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi dari Major Depressive Disorder

    (MDD) adalah 1,6-3,1 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria

    dengan insiden yang besar di Amerika dan Eropa Barat. Episode depresi meningkat

    karena perbedaan hormonal pada saat haid dan menopause, stress psikososial, dan

    kelahiran anak.1,5

    Berdasarkan usia, populasi dunia 18-64 tahun, onset depresi antara 24-35

    tahun dengan rata-rata usia 27 tahun. Terdapat beberapa perkembangan yang

    menyatakan bahwa usia yang lebih muda onset depresi meningkat. Sebagai contoh,

    40% individu dengan depresi memiliki episode depresi pertama kali pada usia 20

    tahun, 50 % episode pertama antara usia 20 sampai 50 tahun, dan 10% setelah usia 50

    tahun.1,5

    C. ETIOLOGI

    Etiologi MDD belum diketahui secara pasti, tetapi etiologi selalu

    dihubungkan oleh banyak faktor sebagai diagnosis MDD dengan melihat beberapa

    sindrom yang ada dengan gejala yang berhubungan. Faktor biologis, psikologis, dan

    sosial berkaitan dengan MDD, tetapi penemuan terbaru menyatakan genetik,

    gambaran neurologis, dan biologi molekuler sudah menjelaskan beberapa hubungan

    dengan tekanan yang besar ini, terutama pada modulasi dari kehidupan pada proses

    genetik dan neurobiologi.1,2,5

    1. Genetik (Penemuan keluarga, kembar, dan adopsi)

    Studi keluarga menunjukkan risiko relatif bahwa setidaknya dua atau

    tiga kali lebih besar untuk MDD dalam keluarga garis pertama dengan MDD,

    dengan onset umur dan depresi berulang memberikan resiko yang lebih besar.

    Studi adopsi, kebanyakan dari mereka di Skandinavia, menemukan bahwa

    depresi jauh lebih mungkin dengan adanya kekerabatan biologis dibandingkan

    dengan orang tua asuh untuk menderita depresi. Studi anak kembar yang

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    27/59

    23

    membandingkan kembar monozigot dan dizigot, memperlihatkan pada

    pembedahan genetik dari pengaruh lingkungan terhadap risiko penyakit.

    Perkiraan dari studi anak kembar kapasitas depresi diturunkan secara genetik

    antara 3370 %, tanpa memandang jenis kelamin. hasil yang konsisten dari

    berbagai penelitian menunjukkan dasar genetik untuk MDD.1

    2. Neurobiologi

    a. Monoamin

    Hipotesis monoamina telah menjadi dasar teori neurobiologis

    depresi selama 50 tahun terakhir. Berdasarkan pengamatan dari

    mekanisme kerja antidepresan, hipotesis ini menyatakan bahwa depresi

    merupkan hasil dari defisit serotonin (5-HT) di otak atau neurotransmisi

    norepinefrin pada sinaps. Antidepresan bertindak dengan menghalangi

    transpor serotonin (SERT), yang meningkatkan ketersediaan

    neurotransmiter ke dalam celah sinaps. Namun, teori ini tidak sesuai

    dengan penundaan onset efek terapi antidepresan karena kenaikan

    neurotransmiter sinapsi terjadi segera penghambatan pengambilan

    kembali. Studi tryptophan deplesi dan katekolamin juga belum

    menghasilkan bukti untuk defisit sederhana di tingkat neurotransmitter

    atau fungsi pada MDD.1,2,5

    b. Axis hipotalamus-hipofisis-adrenal

    Perubahan dalam sumbu hipothalamic-hipofisis-adrenal telah lama

    diakui dikaitkan dengan MDD. Efek stes biologis dimediasi oleh sekresi

    faktor pelepasan kortikotropin/hormon (CRF/CRH) meningkatkan sekresi

    hormon adrenocortitrophic (ACTH) dan melepaskan glukokortikoid.Glukokortikoid mengubah sensitivitas reseptor noradrenergik melalui

    peraturan adrenoceptors beta dengan adenilat siklase di otak. Hasil stres

    kronis pada hipersensitivitas sumbu hipotalamus hipofisis adrenal dan

    MDD dikaitkan dengan immunoreactivity CRF meningkat dan ekspresi

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    28/59

    24

    gen dari CRF dalam nukleus hipotalamus paraventrikular, dan turun-

    regulasi reseptor CRF-R1 di korteks frontal. Sekresi glukokortikoid lama

    menyebabkan efek neurotoksik, terutama pada neurogenesis di

    hippocampus.1

    c. Tidur

    Keluhan tidur (insomnia, hipersomnia) telah lama dianggap

    sebagai fitur utama dari depresi klinis sehingga tidak mengherankan

    bahwa studi biologi telah difokuskan pada disregulasi tidur pada MDD.

    Polysomnography digunakan untuk mendeteksi gangguan tidur di MDD,

    dan memperlihatkan beberapa dari tanda-tanda biologis yang paling kuat

    di depresi. Masih ada kontroversi tentang apakah depresi menyebabkan

    perubahan dalam tidur adalah penanda karakteristik, mendahului onset

    depresi, dan memprediksi relaps pada pasien yang dilaporkan, sehingga

    menunjukkan peran patogenetik untuk gangguan tidur pada MDD.1,5

    Tabel 1. Abnormalitas Tidur Polisomnografi pada gangguan depresi mayor

    1. Onset awal REM (Rapid Eye Movement)

    2. Peningkatan tidur REM

    3. Peningkatan lamanya REM

    4.

    Penurunan tidur gelombang lambat/slow wave sleep(SWS)5. Perubahan SWS yang terjadi pada awal saat malam

    6. Gangguan padaslow wave activity(SWA)

    3.Psikososial

    a. Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan

    Satu pengamatan yang telah lama direplikasi adalah bahwa

    peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului

    epiode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya. Satu teori

    yang diajukan adalah bahwa stress yang menyertai episode pertama

    menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama. Perubahan

    tersebut menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai

    neurotransmitter dan sistme pemberi signal intraneuronal. Hasil akhir dari

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    29/59

    25

    perubahan tersebut menyebabkan seseorang berada pada risiko yang lebih

    tinggi untuk menderita episode gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa

    adanya stressor eksternal. Data yang paling mendukung menyatakan

    bahwa peristiwa kehidupan yang paling berhubungan dengan

    perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan orangtua sebelum

    usia 11 tahun. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset

    suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan.

    b. Faktor kepribadian premorbid.

    Tidak ada sifat atau tipe kepribadian tunggal yang secara langsung

    mempredisposisikan seseorang kepada depresi. Semua manusia, apapun

    pola kepribadiannya dapat dan memang mengalami depresi dalam keadaan

    tertentu, tetapi tipe kepribadian seperti obsesif kompulsif dan histeris,

    mungkin berada dalam risiko yang lebih besar untuk mengalami depresi

    daripada tipe kepribadian antisosial, paranoid, dan lainnya yang

    menggunakan proyeksi dan mekanisme pertahanan ekternal lainnya.

    c. Learned helplessness

    Menurut teori ketidakberdayaan yang dipelajari, depresi dapat

    membaik jika klinisi menanamkan pada pasien depresi suatu rasa

    pengendalian dan penguasaan lingkungan. Klinisi menggunakan teknik

    perilaku berupa dorongan yang menyenangkan dan positif dalam usaha

    tersebut.

    d. Kognitif

    Pasien depresi memperlihatkan gangguan pada fungsi kognitif dan

    daya ingat, terutama pada perhatian-perhatian tertentu dan daya ingat yang

    tersamar. Sebagai tambahan, ada beberapa defisit ingatan dalam jangka

    panjang dan pengambilan daya ingat yang diucapkan, dan fungsi kognitif

    khusus seperti pemilihan strategi dan pemantauan performa.Hipokampus

    adalah yang terpenting dalam proses daya ingat, sebagai jalur neuron

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    30/59

    26

    dalam memproses informasi dan membenntuk emosi dan menjabarkan

    ingatan. Volume hipokampus menurun pada pasien depresi, terutama

    dengan episode yang berulang atau kronis atau trauma masa lalu.1

    D. KLASIFIKASI

    Depresi mayor termasuk di dalam Gangguan Mood yang menurut ICD 10

    dalam bagian F30-F39, yakni:

    F32 Episode depresif

    o F32.0 Episode depresif ringan

    Tanpa gejala somatik

    Dengan gejala somatik

    o F32.1 Episode depresif sedang

    Tanpa gejala somatik

    Dengan gejala somatik

    o F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik

    o F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik

    o F32.8 Episode depresif lainnya

    o

    F32.9 Episode depresif YTT F33 Gangguan depresif berulang

    o F33.0 Gangguan depresif berulang, episode kini ringan

    F33.00 Tanpa gejala somatik

    F33.01 Dengan gejala somatik

    o F33.1 Gangguan depresif berulang, episode kini sedang

    F33.10 Tanpa gejala somatik

    F33.11 Dengan gejala somatik

    o

    F33.2 Gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala

    psikotik

    o F33.3 Gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan

    gejala psikotik

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    31/59

    27

    o F33.4 Ganguan depresif berulang ,sekarang dalam remisi

    o F33.8 Gangguan depresif berulang lainnya

    o F33.9 Gangguan depresif berulang YTT

    F34 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) menetap

    o F34.0 Siklotimia

    o F34.1 Distimia

    o F34.8 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) menetap

    lainnya

    o F34.9 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) menetap YTT

    F38 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) lainnya

    o F38.0 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) tunggal lainnya

    F38.00 Episode afektif campuran

    o F38.1 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) berulang

    lainnya

    F38.10 Gangguan depresif singkat berulang

    o F38.8 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) tunggal lainnya

    YDT

    F38.9 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) YTT

    E. GAMBARAN KLINIK

    1. Mood yang rendah

    Selama orang depresi memperlihatkan suasana perasaannya

    dengan mood yang rendah, pengalaman emosional yang buruk selama

    depresi berbeda secara kualitatif dengan orang yang mengalami kesedihan

    dalam batas normal atau rasa kehilangan yang dialami oleh orang pada

    umumnya. Beberapa menyampaikannya dengan menangis, atau merasa

    seperti ingin menangis, lainnya memperlihatkan respon emosional yang

    buruk.1

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    32/59

    28

    2. Minat

    Kehilangan minat pada aktivitas atau interaksi sosial yang

    biasanya ada merupakan salah satu tanda penting pada depresi.

    Anhedonia juga memperlihatkan sebagai pembedanya, dan tetap ada

    walaupun penderita tidak memperlihatkan mood yang turun. Kehilangan

    minat seksual, keinginan, atau fungsi juga umum terjadi, dimana dapat

    menyebabkan masalah dalam hubungan terdekat atau konflik rumah

    tangga.1,

    3. Tidur

    Kebanyakan pasien depresi mengalami kesulitan tidur. Hal yang

    klasik adalah terbangun dari tidur pada pagi buta dan tidak dapat tidur

    lagi (terminal insomnia), tetapi tidur dengan kelelahan dan frekuensi

    terbangun pada tengah malam (insomnia pertengahan) juga umum terjadi.

    Kesulitan tertidur pada malam hari (insomnia awal atau permulaan)

    biasanya terlihat saat cemas menyertai. Tetapi, hipersomnia atau tidur

    yang berlebihan juga bisa menjadi gejala yang umum terjadi pada pasien

    depresi.1

    4.

    Tenaga

    Kelelahan adalah keluhan yang sering disampaikan pada depresi,

    seperti sulit untuk memulai suatu pekerjaan. Kelelahan dapat bersifat

    mental atau fisik, dan bisa berhubungan dengan kurangnya tidur dan

    nafsu makan, pada kasus yang berat, aktivitas rutin seperti kebersihan

    sehari-hari atau makan kemungkinan terganggu. Pada bentuk yang

    ekstrem dari kelelahan adalah kelumpuhan yang dibuat, dimana pasien

    menggambarkan bahwa tubuhnya yang membuat hal ini atau mereka

    seperti berjalan di air.1

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    33/59

    29

    5. Rasa bersalah

    Perasaan tidak berguna dan merasa bersalah dapat menjadi hal

    yang umum dipikirkan oleh pasien yang dalam episode depresi. Pasien

    depresi sering salah menginterpretasikan kejadian sehari-hari dan

    mengambil tanggung jawab kejadian negative diluar kemampuan mereka,

    ini dapat menjadi suatu porsi delusi. Rasa cemas yang berlebihan dapat

    menyertai dan rasa bersalah yang muncul kembali.1

    6. Konsentrasi

    Kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengambil keputusan adalah

    hal yang sering dialami oleh pasien depresi. Keluhan tentang daya ingat

    biasanya menyebabkan permasalahan pada perhatian. Pada pasien lanjut

    usia, keluhan kognitif bisa salah didiagnosis sebagai dementia onset dini.1

    7. Nafsu makan/berat badan

    Kehilangan nafsu makan, rasa, dan nikmat dalam makan akan

    menyebabkan kehilangan berat badan yang signifikan dan beberapa

    pasien harus memaksa dirinya sendiri untuk makan. Bagaimanapun,

    pasien lainnya harus mendapatkan karbohidrat dan glukosa ketika

    depresi, atau perlakuan sendiri dalam mendapatkan kenyamanan dalam

    makan. Tetapi, berkurangnya aktifitas dan olahraga akan menyebabkan

    peningkatan berat badan dan sindrom metabolic. Perubahan berat badan

    juga dapat berdampak pada gambaran diri dan harga diri.1

    8. Aktivitas psikomotor

    Perubahan psikomotor, dimana terjadi perubahan pada fungsi

    motorik tanpa adanya kelainan pada tes secara objektif, sering terlihat

    pada depresi. Kemunduran psikomotor meliputi sebuah perlambatan

    (melambatnya gerakan badan, buruknya ekspresi wajah, respon

    pembicaraan yang lama) dimana pada keadaan yang ekstrem dapat

    menjadi mutisme atau katatonik. Kecemasan juga dapat bersamaan

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    34/59

    30

    dengan agitasi psikomotorik (berbicara cepat, sangat berenergi, tidak

    dapat duduk diam).1,

    9. Bunuh diri

    Beberapa ide bunuh diri, dimulai dari pemikiran bahwa dengan

    bunuh diri diharapkan semuanya akan selesai bersamaan dengan rencana

    bunuh diri tersebut, terjadi pada 2/3 orang dengan depresi. Walaupun ide

    bunuh diri merupakan hal yang serius, pasien depresi sering kekurangan

    tenaga dan motivasi untuk melaksanakan bunuh diri. Tetapi, bunuh diri

    merupakan hal yang menjadi pusat perhatian karena 10-15% pasien yang

    dirawat inap adalah pasien yang matinya karena bunuh diri. Waktu resiko

    tinggi untuk terjadinya bunuh diri adalah saat awalan pengobatan, ketika

    tenaga dan motivasinya mulai berkembang baik selain gejala kognitif

    (keputusasaan), membuat pasien depresi mungkin bertindak seperti apa

    yang mereka pikirkan dan rencanakan untuk bunuh diri.1

    10. Gejala lain.

    Kecemasan, dengan berbagai manifestasi klinis, adalah hal yang

    umum pada depresi. Mudah marah dan perubahan mood yang cepat,

    berlebihan dalam kemarahan dan kesedihan, dan frustasi juga mudah

    terganggu untuk hal kecil adalah yang sering terlihat. Variasi diurnal

    mood, dengan kekhawatiran pada pagi hari, dapat muncul. Depresi sering

    menyebabkan berkurangnya kepercayaan diri dan harga diri dengan

    pemikiran bahwa dirinya tidak berguna didukung dengan keputusasaan.

    Depresi juga berhubungan dengan peningkatan frekuensi sakit fisik,

    seperti sakit kepala, sakit punggung, dan kondisi nyeri kronis lainnya.1

    F. PEDOMAN DIAGNOSTIK

    DSM-IV-TR, membagi depresi menjadi tiga bagian besar : gangguan depresi

    mayor/ major depressive disorder (MDD), distimia, dan depresi yang tidak

    terklasifikasikan.1

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    35/59

    31

    MDD memiliki karakteristik dengan adanya satu atau lebih episode depresi

    mayor (Kotak 2). Kriteria diagnosis menunjukkan beberapa gejala yang harus ada

    pada waktu yang sering, sekurang-kurangnya dalam 2 minggu, walaupun durasinya

    terkadang lebih lama dari waktu yang terlihat. Gejala yang muncul juga harus

    memperlihatkan perubahan fungsi yang signifikan. Akhirnya, bereavement dan

    beberapa penyebab gejala depresi harus dapat disingkirkan.1,5

    Kriteria depresi menurut PPDGJ III

    F32 Episode depresif

    Gejala utama (pada derajat ringan, sedang dan berat):

    -Afek depresif

    - Kehilangan minat dan kegembiraan, dan

    - Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa

    lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas

    Gejala lainnya:

    a. konsentrasi dan perhatian berkurang

    b. harga diri dan kepercayaan diri berkurang

    c. gagasan tentang rasa bersalah dan tidak bergunad. pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

    e. gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

    f. tidur terganggu

    g. nafsu makan berkurang

    Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa

    sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih

    pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.

    Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.2) hanya digunakan untuk

    episode depresif tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus

    diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33-).

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    36/59

    32

    F32.0 Episode depresif ringan

    Pedoman diagnostik

    - Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti disebut di

    atas

    - Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya sampai dengan (g)

    - Tidak boleh ada gejala berat diantaranya

    - Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu

    - Hanya ada sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa

    dilakukannya

    Karakter kelima: F32.00 = tanpa gejala somatik

    F 32.01 = dengan gejala somatik

    F32.1 Episode depresif sedang

    Pedoman diagnostik

    - Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada

    depresi ringan

    - Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya;

    - Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu

    - Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan

    urusan rumah tangga

    Karakter kelima: F32.10 = tanpa gejala somatik

    F 32.11 = dengan gejala somatik

    F 32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik

    Pedoman diagnostik

    -Semua 3 gejala utama depresi harus ada

    - Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa di antaranya

    harus berintensitas berat

    - Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang

    mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    37/59

    33

    melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian

    secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan

    - Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu,

    akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih

    dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2

    minggu.

    - Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,

    pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf sangat terbatas.

    F 32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik

    -

    Episode depresi berta yang memenuhi kriteria menurut F 32.2 tersebut di atas;- Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan

    ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien

    merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik

    biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau

    daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menunjukkan

    stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi

    atau tidak serasi dengan afek (mood-congruent).

    F 32.8 Episode depresif lainnya

    F 32.9 Episode depresif YTT

    F33 Gangguan depresif berulang

    Pedoman diagnostik

    Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari :

    - Episode depresi ringan (F32.0)

    -Episode depresi sedang (F32.1)

    - Episode depresi berat (F32.2 dan F32.3)

    Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi

    frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    38/59

    34

    Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan

    hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2).

    Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode singkat

    dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria

    hipomania (F30.0) segera sesudah suatu episode depresif (kadang-kadang

    tampaknya dicetuskan oleh tindakan pengobatan depresi).

    Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode, namun sebagian

    kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama

    pada usia lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini tetap harus digunakan).

    Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali

    dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress atau trauma mentallain (adanya stress tidak esensial untuk penegakkan diagnosis).

    F33.0 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Ringan

    Pedoman diagnostik

    Untuk diagnosis pasti :

    a.

    Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan

    episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif

    ringan (F32.0); dan

    b. Selurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing

    selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa

    gangguan afektif yang bermakna.

    Karakter kelima : F33.00 = tanpa gejala somatik

    F33.01 = dengan gejala somatic

    F33.1 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Sedang

    Pedoman diagnostik

    Untuk diagnosis pasti :

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    39/59

    35

    a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan

    episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif sedang

    (F32.1); dan

    b.

    Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing

    selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa

    gangguan afektif yang bermakna.

    Karakter kelima : F33.10 = tanpa gejala somatik

    F33.11 = dengan gejala somatic

    F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat tanpa Gejala Psikotik

    Pedoman diagnostik

    Untuk diagnosis pasti :

    a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan

    episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat

    tanpa gejala psikotik (F32.2); dan

    b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing

    selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa

    gangguan afektif yang bermakna.

    F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan Gejala Psikotik

    Pedoman diagnostik

    Untuk diagnosis pasti :

    a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan

    episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat

    dengan gejala psikotik (F32.3); dan

    b.

    Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing

    selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa

    gangguan afektif yang bermakna.

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    40/59

    36

    F33.4 Gangguan Depresif Berulang, Kini dalam Remisi

    Pedoman diagnostik

    Untuk diagnosis pasti :

    a.

    Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus pernah dipenuhi

    di masa lampau, tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi

    kriteria untuk episode depresif dengan derajat keparahan apapun atau

    gangguan lain apapun dalam F30-F39; dan

    b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing

    selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulanb tanpa

    gangguan afektif yang bermakna.

    F33.8 Gangguan Depresif Berulang Lainnya

    F33.9 Gangguan Depresif Berulang YTT

    F34 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif] Menetap)

    F34.0 Siklotimia

    Pedoman diagnostik

    Ciri esensial ialah ketidak-stabilan menetap dari afek (suasana perasaan),

    meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania ringan, di antaranya

    tidak ada yang cukup parah atau cukup lama untuk memenuhi kriteria

    gangguan afektif bipolar (F31.-) atau gangguan depresif berulang (F33.-)

    Setiap episode alunan afektif (mood swings) tidak memenuhi kriteria untuk

    kategori manapun yang disebut dalam episode manik (F30.-) atau episode

    depresif (F32.-)

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    41/59

    37

    F34.1 Distimia

    Pedoman diagnostik

    Ciri esensial ialah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak

    pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan

    depresif berulang ringan atau sedang (F33.0 atau F33.1)

    Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurang-

    kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu tidak terbatas.

    Jika onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan ini seringkali merupakan

    kelanjutan suatu episode depresif tersendiri (F32.) dan berhubungan dengan

    masa berkabung atau stress lain yang tampak jelas.

    F34.8 Gangguan afektif Menetap Lainnya

    Kategori sisa untuk gangguan afektif menetap yang tidak cukup parah atau

    tidak berlagsung cukup lama untuk memenuhi kriteria siklotimia (34.0) atau

    distimia (34.1), namun secara klinis bermakna.

    F34.9 Gangguan Afektif Menetap YTT

    F38 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif]) Lainnya

    F38.0 Gangguan Afektif Tunggal Lainnya

    F38.00 Episode Afektif Campuran

    Episode afektif yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu yang

    bersifat campuran atau pergantian cepat (biasanya dalam beberapa jam)antara

    gejala hipomanik, manik, dan depresif.

    F38.1 Gangguan Afektif Berulang Lainnya

    F38.10 Ganguan depresif singkat berulang

    Episode depresif singkat yang berulang, muncul kira-kira sekali sebulan

    selama satu tahun yang lampau. Semua episode depresif masing-masing

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    42/59

    38

    berlangsung kurang dari 2 minggu (yang khas ialah 2 3 hari, dengan

    pemulihan sempurna) tetapi memenuhi kriteria simtomatik untuk episode

    depresif ringan, sedang, atau berat (F32.0, F32.1, F32.2).

    F38.8 Gangguan Afektif Lainnya YDT

    Merupakan kategori sisa untuk gangguan afektif yang tidak memenuhi kriteria

    untuk kategori manapun dari F30F38.1 tersebut diatas.

    F38.9 Gangguan Afektif YTT

    Untuk dipakai hanya sebagai langkah terakhir, jika tak ada istilah lain yang

    dapat digunakan. Termasuk : Psikosis afektif YTT

    Episode depresi berdasarkan ICD-106

    Kriteria Umum

    1.

    Episode depresi harus bertahan setidaknya 2 minggu

    2. Tidak ada hypomanic atau manik gejala cukup untuk memenuhi kriteria untuk

    episode hypomanicatau manik pada setiap saat dalam kehidupan individu

    3. Tidak disebabkan penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental organik

    Gejala Utama

    1. Perasaan depresi untuk tingkat yang pasti tidak normal bagi individu, hadir

    untuk hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari, sebagian besar tidak

    responsif terhadap keadaan, dan bertahan selama minimal 2 minggu

    2. Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasanya

    menyenangkan

    3. Penurunan energi atau kelelahan meningkat

    Gejala Lainnya

    1. Kehilangan percaya diri atau harga diri

    2.

    Tidak masuk akal perasaan diri atau rasa bersalah yang berlebihan dan tidak

    tepat

    3. Berpikiran tentang kematian atau bunuh diri, atau perilaku bunuh diri

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    43/59

    39

    4. Keluhan atau bukti kemampuan berkurang untuk berpikir atau berkonsentrasi,

    seperti keraguan atau kebimbangan

    5. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis

    6.

    Gangguan tidur

    7. Perubahan nafsu makan (penurunan atau kenaikan) dengan perubahan berat

    badan yang sesuai

    Tabel 2. DSM-IV-TR kriteria diagnosis episode depresi mayor,

    A. Lima (atau lebih) gejala yang ada berlangsung selama 2 minggu dan

    memperlihatkan perubahan fungsi, paling tidak satu atau lainnya (1)mood

    depresi (2)kehilangan minat1.

    Mood depresi terjadi sepanjang hari atau bahkan setiap hari, diindikasikan

    dengan laporan yang subjektif (merasa sedih atau kosong) atau yang dilihat

    oleh orang sekitar. Note : pada anak dan remaja, dapat mudah marah

    2. Ditandai dengan hilangnya minat disemua hal, atau hampir semua hal

    3. Penurunan berat badan yang signifikan ketika tidak diet, atau penurunan

    atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari. Note : pada anak-anak,

    berat badan yang tidak naik

    4.

    Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari

    5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (dilihat oleh orang

    lain, bukan perasaan yang dirasakan secara subjektif dengan kelelahan atau

    lamban)

    6. Cepat lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari

    7. Merasa tidak berguna atau perasaan bersalah yang berlebihan (bisa terjadi

    delusi) hampir setiap hari

    8.

    Tidak dapat berkonsentrasi atau berpikir hampir setiap hari

    9. Pemikiran untuk mati yang berulang, ide bunuh diri yang berulang tanpa

    perencanaan yang jelas, atau ide bunuh diri dengan perencanaan.

    B. Gejala-gejalanya tidak memenuhi episode campuran

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    44/59

    40

    C. Gejala yang ada menyebabkan distress atau kerusakan yang signifikan secara

    klinis

    D. Gejala tidak disebabkan langsung oleh sebuah zat (penyalahgunaan obat, obat-

    obatan) atau kondisi medis umum (hipotiroid)

    E. Gejala yang muncul lebih baik tidak masuk dalam kriteria bereavement

    MDD dapat ditemukan sebagai penyakit yang baru pertama kali diderita atau

    saat kambuh, setidaknya sudah pernah mengalami 2 kali episode depresi mayor

    dengan jarak penyembuhan paling tidak 2 bulan. MDD juga dapat juga memiliki

    beberapa sub tipe yang memiliki perbedaan pada beberapa spesifikasi dan derajat

    keparahan.1

    Sub tipe MDD dikelompokkan berdasarkan gejala klinis yang muncul dan poladari episode depresi. DSM-IV-TR memberikan spesifikasi depresi dengan maksud

    agar pemilihan terapi yang diberikan lebih baik dan memprediksikan prognosisnya.

    Tabel 3 memperlihatkan kriteria-kriteria depresi dengan beberapa kunci-kuncinya.1

    Tabel 3. DSM-IV-TR sub tipe dan spesifikasi MDD, ,

    Sub tipe Spesifikasi DSM-IV-TR Kunci

    Depresi melankolis Dengan gambaran

    melankolis

    Mood nonreaktif,

    anhedonia, kehilangan berat

    badan, rasa bersalah, agitasi

    dan retardasi psikomotorik,

    mood yang memburuk pada

    pagi hari, terbangun di pagi

    buta

    Depresi atipikal Dengan gambaran

    atipikal

    Mood reaktif, terlalu banyak

    tidur, makan berlebihan,

    paralisis yang dibuat,

    sensitive pada penolakan

    interpersonal

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    45/59

    41

    Depresi psikotik

    (waham)

    Dengan gambaran

    psikotik

    Halusinasi atau waham

    Depresi katatonik Dengan gambaran

    katatonik

    Katalepsi, katatonik,

    negativism, mutisme,

    mannerism, echolalia,

    echopraxia (tidak lazim pada

    klinis sehari-hari)

    Depresi kronik Gambaran kronis 2 tahun atau lebih dengan

    kriteria MDD

    Gangguan afektif

    musiman

    Musiman Onset yang seperti biasa dan

    kambuh pada saat musimtertentu (biasanya musim

    gugur/dingin)

    Depresi postpartum Postpartum Onset depresi selama 4

    minggu postpartum

    DSM-IV-TR dan ICD-10, keduanya mengkategorikan tingkat keparahan MDD

    menjadi tiga : ringan, sedang, dan berat (Tabel 4). DSM-IV-TR membagi tngkat

    keparahannya berdasarkan efek yang dihasilkan depresi dalam hal sosial/pekerjaan

    dan tanggung jawab individu dan ada atau tidaknya gejala psikotik. ICD-10,

    sebaliknya, membedakan tingkat keparahan depresi berdasarkan jumlah dan jenis

    gejala yang diperlihatkan saat seseorang menderita depresi. Penggunaan skala depresi

    sangat dianjurkan untuk menentukan derajat keparahan.1

    Tabel 4. Derajat keparahan depresi

    Keparahan depresi Kriteria DSM-IV-TR Kriteria ICD-10

    Ringan 1.

    Mood depresi atau kehilangan

    minat + 4 gejala depresi lainnya

    2. Gangguan minor sosial/

    pekerjaan

    1.

    2 gejala tipikal

    2. 2 gejala inti lainnya

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    46/59

    42

    Sedang 1. Mood depresi atau kehilangan

    minat + 4 atau lebih gejala

    depresi lainnya

    2.

    Gangguan sosial/pekerjaan yang

    bervariasi

    1. 2 gejala tipikal

    2. 3 atau lebih gejala

    inti lainnya

    Berat 1. Mood depresi atau kehilangan

    minat + 4 atau lebih gejala

    depresi lainnya

    2. Gangguan sosial atau pekerjaan

    yang berat atau ada gambaran

    psikotik

    1. 3 gejala tipikal

    2. 4 atau lebih gejala

    inti lainnya

    Juga dapat dengan

    atau tanpa gejala

    psikotik

    G. DIFERENTIAL DIAGNOSTIK

    1. Bereavement(Kehilangan teman atau keluarga karena kematian)

    Bereavement atau rasa kesedihan yang berlebihan karena

    putusnya suatu hubungan dapat memperlihatkan gejala yang sama dengan

    episode depresi mayor. Tingkat keparahan dan durasi dari gejala dan

    dampaknya pada fungsi sosial dapat membantu dalam menyingkirkanantara kesedihan yang mendalam dan MDD.

    1

    Tabel 5. Pembeda antara bereavementdan episode depresi mayor

    Gejala Bereavement Episode depresi mayor

    Waktu Kurang dari 2 bulan Lebih dari 2 bulan

    Perasaan tidak

    berguna/tidak pantas

    Tidak ada Ada

    Ide bunuh diri Tidak ada Kebanyakan adaRasa bersalah, dll Tidak ada Mungkin ada

    Perubahan psikomotor Agitasi ringan Melambat

    Gangguan fungsi Ringan SedangBerat

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    47/59

    43

    2. Gangguan Afektif Disebabkan Karena Kondisi Medis Umum

    Gejala depresi dapat diperlihatkan dari efek fisiologis suatu

    kondisi medis khusus yang terjadi sebelumnya. Sebaliknya, gejala fisik

    suatu penyakit medis utama sulit untuk dapat didiagnosis yang

    berkormorbid dengan MDD. The Hospital Anxiety and Depression Scale

    (HADS) sangat berguna untuk alat deteksi pasien dengan penyakit medis

    dimana digunakan pertanyaan yang memfokuskan pada gejala kognitif

    dibandingkan dengan gejala somatiknya. MDD sama banyaknya dengan

    penyakit kronis (Tabel 5), tetapi lebih umum diabetes, penyakit tiroid,

    dan gangguan neurologis (penyakit Parkinson, multiple sklerosis).1

    3. Gangguan Afektif Disebabkan Karena Zat

    Efek samping obat (baik yang diresepkan atau tidak) dapat

    memperlihatkan gejala depresi, jadi suatu zat yang dapat mempengaruhi

    gangguan mood harus dapat dipertimbangkan dalam mendiagnosis

    banding MDD (Kotak 6). Bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau

    temuan laboratories digunakan untuk dapat menentukan adanya suatu

    pengalahgunaan, ketergantungan, intoksikasi/keracunan, atau kondisi

    putus obat yang secara fisoilogis akan menyebabkan suatu episode

    depresi. Selama gejala depresi karena pengaruh obat dapat disembuhkan

    dengan menghentikan penggunaan obat tersebut, gejala putus obat dapat

    berlangsung selama beberapa bulan.1

    Tabel 6. Obat yang umum disalahgunakan dan menyebabkan gangguan mood

    yang dipengaruhi zat1

    Alcohol

    Amfetamin

    Anxiolitik

    Kokain

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    48/59

    44

    Zat-zat halusinogen

    Hipnotik

    Inhalant

    Opioid

    Phencycline

    Sedative

    4. Gangguan Bipolar

    Sejarah adanya mania atau hipomania mengidentifikasikan adanya

    gangguan bipolar, tetapi semenjak (1) gangguan bipolar sering berawal

    dengan episode depresi, dan (2) pasien bipolar mengalami episode depresi

    lebih lama dibandingkan dengan hipomania/mania, hal ini penting untuk

    untuk mengeluarkan diagnosis bipolar ketika sedang mendiagnosis MDD.

    Pada kenyataannya, 5-10% individu yang mengalami episode depresi

    mayor akan memiliki episode hipomanik atau manik didalam

    kehidupannya. Gejala depresi yang memperlihatkan suatu gangguan

    bipolar termasuk didalamnya pemikiran yang kacau, gejala psikotik,

    gambaran atipikal (pipersomnia, makan berlebihan), onset usia dini, dan

    episode kekambuhan. Gangguan Bipolar II (dengan hipomania) sulit

    untuk dikenali karena pasien tidak mengenali hipomania sebagai suatu

    kondisi yang abnormal mereka menerima itu sebagai perasaan yang

    baik. Informasi yang mendukung dari pasangan hidup, teman terdekat,

    dan keluarga sering menjadi hal yang penting untuk dapat mendiagnosis.1

    H. PENATALAKSANAAN

    Memilih pengobatan harus mencakup evaluasi seberapa parah episode

    depresif telah terjadi, ketersediaan sumber daya pengobatan, dan keinginan pribadi

    pasien. Untuk depresi ringan sampai berat, psikoterapi berbasis bukti sama efektifnya

    dengan farmakoterapi. Terdapat sedikit bukti bahwa kombinasi antara farmakoterapi

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    49/59

    45

    dan psikoterapi untuk pengobatan dini lebih unggul daripada pengobatan lainnya

    untuk depresi tanpa komplikasi. Oleh karena itu, pengobatan kombinasi harus

    dipertimbangkan ketika terjadi depresi berat, komorbiditas dengan kondisi lain, atau

    tidak adanya respon yang memadai pada monoterapi.1

    1. Farmakoterapi

    Anti depresi

    Golongan Trisiklik : Amytriptyline, Imipramine, Clomipramine, Tianeptine

    Golongan Tetrasiklik : Maprotiline, Mianserin, Amoxapine.

    Golongan MAOI-Reversible ( REVERSIBLE INHIBITOR OF

    MONOAMIN OXYDASE-A-(RIMA) : Moclobemide

    Golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) : Sertraline,

    Paroxentine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Duloxetine, Citalopram.

    Golongan Atipical : Trazodone, Mirtazapine, Venlafaxine.

    4,

    Jenis-jenis dari obat antidepresan dibedakan dengan mekanisme kerja masing-

    masing (tabel 1). Kebanyakan dari obat antidepresan yang efektif bekerja dengan

    meningkatkan sinyal dari serotonin dan norepinefrin adalah dengan cara menghambat

    proses reuptakepada celah-celah sinaps (Fig 1A &1B).

    Beberapa jenis obat tersebut adalah SSRIs, NRI dan obat-obatan dengan cara

    kerja ganda yang menghambat pengambilan serotonin dan norepinefrin. Monoamine

    Oxidase Inhibitors (MAOIs) bekerja dengan menghambat degradasi monoamine oleh

    Monoamine oxidase A atau B. Sementara obat-obat antidepresan yang lain

    mengantagonis kerja autoreseptor 2-adrenergik yang mengakibatkan meningkatnya

    pelepasan norepinefrin, mengantagonis reseptor 5-hydroxytryptamine2A, atau

    keduanya.

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    50/59

    46

    SSRI (Selective Serotonine Reuptake inhibitor)

    Pada percobaan klinis, didapatkan bahwa keberhasilan pengobatan dengan

    beberapa macam SSRIs bila dibandingkan dengan dengan beberapa jenis

    antidepressan lain adalah kurang bermakna, namun beberapa perbedaan yang

    spesifik perlu diperhatikan.

    Metabolit aktif fluoxetine memiliki waktu paruh yang lebih panjang daripada

    SSRI lainnya, yang menyebabkan fluoxetine hanya diperbolehkan untuk

    dimakan satu dosis per hari dan dengan demikian mengurangi efek dari

    diskontinuasi pengobatan SSRI. Namun Fluoxetine perlu digunakan secara

    berhati-hati pada pasien dengan sindroma bipolar atau pasien dengan riwayat

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    51/59

    47

    keluarga sindroma bipolar, karena metabolit aktif yang terdapat dalam darah

    selama beberapa minggu dapat memperburuk episode manik pada saat

    perubahan episode dari depresi ke episode manik.

    SSRI juga dapat digunakan pada pasien yang tidak berespons dengan

    pengobatan trisiklik antidepresan, serta pada pasien yang memiliki daya

    toleransi yang rendah pada kasus diskontinuasi obat SSRI dan efek

    kardiovaskular. Meskipun obat trisiklik antidepresan mungkin memiliki

    tingkat kemanjuran yang lebih tinggi daripada SSRI pada kasus-kasus depresi

    mayor yang parah atau pada depresi dengan fitur melankolis, trisiklik

    antidepresan kurang efektif pada pengobatan kasus bipolar karena trisiklik

    antidepresan dapat memacu episode mania atau episode hipomania.

    SSRI tidak begitu efektif bila dibandingkan jenis lainnya dalam kasus depresi

    yang berhubungan dengan penyakit-penyakit fisik, ataupun pada kasus

    dimana terdapat nyeri yang mencolok.

    SSRI yang paling menunjukan efektivitas pada anak-anak dan dewasa muda

    (18-24 tahun) adalah Fluoxetine.

    NRI (Norepinephrine Reuptake Inhibitor)

    Nortriptyline, maprotiline, dan desipramine adalah NRI trisiklik dengan efek

    antikolinergik, sementara reboxetine adalah NRI selektif fengan efektivitas

    yang mirip dengan trisiklik antidepresan dan SSRI.

    Antidepresan kerja ganda

    Serotoninnorepinephrine reuptake inhibitors seperti venlafaxine, duloxetine,

    dan milnacipran memblok transporter monoamine lebih efektif daripada

    trisiklik antidepresan, dengan efek samping jantung minimal.

    Kerja ganda dari antidepresan seperti venlafaxine menunjukan efektivitas

    yang lebih tinggi dan nilai remisi yang lebih tinggi pada depresi yang parah

    bila dibandingan dengan fluoxetine atau trisiklik antidepresan

    Efektivitas duloxetine mirip dengan paroxetine golongan SSRI, sementara

    venlafaxine dan duloxetine juga efektif untuk meredakan sakit yang kronis

    dan diabetik neuropati.

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    52/59

    48

    MAOI (Monoamine Oxidase Inhibitor)

    MAOI generasi lama yang secara ireversibel dan nonselektif memblok

    isoenzim MAO A dan B memiliki efektivitas yang mirip dengan trisiklik

    antidepresan. Namun MAOI bukanlah obat pilihan pertama dikarenakan

    pasien yang memilih pengobatan dengan MAOI diharuskan untuk mengikuti

    diet dengan tyramine rendah untuk mencegah munculnya krisis hipertensi,

    serta karena MAOI juga memiliki resiko interaksi obat yang tinggi dengan

    pengobatan lainnya.

    MAOI biasanya dipakai pada pasien yang tidak berespons pada pengobatan

    trisiklik antidepresan.

    Antidepresan lainnyaMirtazapine dapat meningkatkan pelepasan norepinefrin dengan menghambat

    autoreseptor a2-adrenergic dan reseptor serotonin 5-HT2A, reseptor serotonin

    5-HT3, serta reseptor hitsamin H-1.

    Nefazodone, menghambat reseptor serotonin 5-HT2A dan reuptake serotonin

    dengan begitu memiliki efektivitas yang mirip dengan SSRI namun dengan

    efek samping minimal. Nefazodone juga sering dipakai pada depresi pasca

    melahirkan, depresi kronis dan depresi major dengan gangguan cemas yang

    resisten terhadap pengobatan lainnya.

    Interaksi dengan obat-obatan lain

    Beberapa obat-obatan dapat ditambahkan dengan antidepresan untuk memperbesar

    efek dari antidepresan tersebut (tabel.2). Beberapa dari obat-obatan tersebut juga

    dapat mencegah beberapa efek samping, seperti mencegah perubahan episode depresi

    menjadi episode mania.

    Mood stabilizer

    Lithium merupakan obat antimanik dan berfungsi sebagai mood stabilizer yang

    fungsinya untuk mencegah rekurensi dari episode depresi maupun episode manik.

    Lithium baik dipakai untuk pasien dengan bipolar, namun tidak dianjurkan untuk

    pasien dengan depresi mayor.

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    53/59

    49

    Antikonvulsan lamotrigine dapat dipakai pada pasien depresi mayor, dan untuk

    pencegahan relaps bipolar. Namun lamotrigine memiliki efek samping

    menginduksi Steven Johnson syndromedan Toxic epidermal nercrolisismeskipun

    penurunan dosis secara gradual dapat mengurangi resiko tersebut.

    Mood stabilizer lainnya yang termasuk dalam golongan antikonvulsan seperti

    asam valproat, divalproex dan carbamazepine biasa dipakai untuk mengobati

    episode mania dalam kasus bipolar.

    Obat-obatan antipsikotik

    Obat-obatan antipsikotik tipikal seperti chlorpromazine, fluphenazine, dan

    haloperidol menginhibisi reseptor dopamin D2, dimana agen antipsikotik atipikal

    (clozapine, olanzapine, risperidone, quetiapine, ziprasidone, and aripiprazole)berperan sebagan antagonis dari 5HT2A. Obat-obatan antipsikotik yang

    dikombinasikan dengan antidepresan digunakan untuk mengobati depresi dengan

    fitur-fitur psikotik. Atipikal antipsikotik memberikan efek samping

    parkinsonisme, akathisia dan diskinesia

    2. Psikologi Terapi2,4

    a. Cogniti ve Behavioural therapy

    Cognitive Behavioral Therapy(CBT) berorientasi pada pemecahan

    masalah dengan terapi yang dipusatkan pada keadaan disini dan sekarang,

    yang memandang individu sebagai pengambil keputusan penting tentang

    tujuan atau masalah yang akan dipecahkan dalam proses terapi. Dengan cara

    tersebut, pasien sebagai mitra kerja terapis dalam mengatasi masalahnya dan

    dengan pemahaman yang memadai tentang teknik yang digunakan untuk

    mengatasi masalahnya

    Tujuan utama dalam teknik Cognitive Behavioral Therapy(CBT)

    adalah :

    Membangkitkan pikiran pikiran negative/ berbahaya, dialog internal atau

    bicara sendiri (self-talk), dan interpretasi terhadap kejadian kejadian yang

    dialami. Pikiran pikiran negative tersebut muncul secara otomatis, sering

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    54/59

    50

    diluar kesadaran pasien, apabila menghadapi situasi stress atau mengingat

    kejadian penting masa lalu. Distorsi kognitif tersebut perilaku maladaptive

    yang menambah berat masalahnya.

    Terapis bersama klien mengumpulkan bukti yang mendukung atau

    menyanggah interpretasi yang telah diambil. Oleh karena pikiran otomatis

    sering didasarkan atas kesalahan logika, maka program Cognitive

    Behavioral Therapy(CBT) diarahkan untuk membantu pasien mengenali

    dan mengubah distorsi kognitif. Pasien dilatih mengenali pikiranya, dan

    mendorong untuk menggunakan ketrampilan, menginterpretasikan secara

    lebih rasional terhadap struktur kognitif yang maladaptive.

    Menyusun desain eksperimen (pekerjaan Rumah) untuk menguji validitasinterpretasi dan menjaring data tambahan unjtuk diskusi di dalam proses

    terapi.

    b. I nterpersonal Therapy

    Dilakukan terhadap pasien yang mengalami konflik saat ini

    dengan pihak-pihak lain yang bermakna sehingga ia mengalami kesulitan

    dalam beradaptasi terhadap perubahan-perubahan dalam karier atau peran

    sosial atau perubahan hidup lainnya. Banyak dilakukan terhadap depresi

    sedang dan berat.

    c. Intervensi krisis:

    Dilakukan terhadap pasien yang sedang mengalami suatu krisis dan

    memerlukan tindakan segera (catatan: krisis yaitu suatu respons terhadap

    keadaan bahaya atau penuh risiko dan dirasakan/dihayati sebagai keadaan

    yang menyakitkan, agar tercapai kembali keadaan seimbang (emotional

    equilibrium). Dalam terapi ini kita harus secepatnya membina hubungan

    interpersonal yang adekuat serta mengerti peran psikodinamik dan

    hubungannya terhadap krisis yang terjadi. Teknik yang dilakukan yaitu

    reassurance, sugesti, manipulasi lingkungan dan medikasi psikotropik. Kita

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    55/59

    51

    ajarkan kepada pasien untuk menghindari situasi yang berbahaya untuk

    mencegah terjadinya kembali krisis di masa yang akan datang.

    d. Terapi berorientasi psikoanalitik

    Pendekatan psikoanalitik pada gangguan mood adalah didasarkan pada

    teori psikoanalitik tentang depresi dan mania. Pada umumnya, tujuan

    psikoterapi psikoanalitik ini adalah untuk mendapatkan perubahan pada

    struktur atau karakter kepribadian pasien, bukan semata-mata menghilangkan

    gejala. Perbaikan dalam kepercayaan diri, keintiman, mekanisme mengatasi

    masalah, kapasitas untuk berduka cita, dan kemampuan untuk mengalami

    berbagai macam emosi adalah beberapa tujuan terapi psikoanalitik.

    Pengobatan seringkali mengharuskan pasien mengalami kecemasan dan

    penderitaan yang lebih banyak selama perjalanan terapi yang dapat

    berlangsung beberapa hari.

    e. Terapi keluarga

    Terapi keluarga umumnya tidak digunakan sebagai terapi primer untuk

    pengobatan gangguan depresif berat, tetapi semakin banyaknya bukti

    menyatakan bahwa membantu seorang pasien dengan gangguan mood

    menurunkan stress dan menerima stress dapat menurunkan kemungkinan

    relaps. Terapi keluarga diindikasikan jika gangguan membahayakan

    perkawinan atau fungsi keluarga pasien atau jika gangguan mood

    dikembangkan atau dipertahankan oleh situasi keluarga. Terapi keluarga

    memeriksa peranan anggota yang mengalami gangguan mood dalam

    kesehatan psikologis keseluruhan keluarga; terapi ini juga memeriksa peranan

    keseluruhan keluarga dalam mempertahankan gejala pasien. Pasien dengan

    gangguan mood memiliki angka perceraian yang tinggi, dan kira-kira 50%

    dari semua pasangan melaporkan bahwa mereka seharusnya tidak menikah

    dengan pasien atau memiliki anak jika mereka tahu bahwa pasien akan

    memiliki suatu gangguan mood.

  • 7/26/2019 Referat Dan Lapsus Psikiatri - Soekarno Hatta c11112046

    56/59

    52

    http://www.e-mfp.org/old/2011v6n1/depressive_disorder.html

    I. PROGNOSIS

    Beberapa pasien, MDD dapat menjadi kronis, penyakit yang berulang. Relaps

    terjadi pada enam bulan pertama dari masa penyembuhan terjadi pada 25% pasien,

    58% akan relaps setelah lima tahun, dan 85% akan relaps setelah 15 tahun setelah

    penyembuhan yang terdahulu. Individu yang mengalami d