40
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan prediktor tertinggi angka kematian bayi, terutama dalam satu bulan pertama kehidupan. Berdasarkan studi epidemiologi, bayi BBLR mempunyai risiko kematian 20 kali lipat lebih besar di bandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia lahir dengan BBLR dan 95.6% bayi BBLR lahir di negara yang sedang berkembang, contohnya di Indonesia. Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2002- 2003, angka prevalensi BBLR di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 9% dengan sebaran yang cukup bervariasi pada masing-masing provinsi. Angka terendah tercatat di Bali (5,8%) dan tertinggi di Papua (27%), sedangkan di Provinsi Sumatera Barat berkisar 7%.

Referat BBLR

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Berat Bayi Lahir Rendah

Citation preview

Page 1: Referat BBLR

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir

dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan prediktor tertinggi

angka kematian bayi, terutama dalam satu bulan pertama kehidupan. Berdasarkan

studi epidemiologi, bayi BBLR mempunyai risiko kematian 20 kali lipat lebih

besar di bandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal.

Lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia lahir dengan BBLR dan 95.6%

bayi BBLR lahir di negara yang sedang berkembang, contohnya di Indonesia.

Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003, angka

prevalensi BBLR di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 9% dengan sebaran

yang cukup bervariasi pada masing-masing provinsi. Angka terendah tercatat di

Bali (5,8%) dan tertinggi di Papua (27%), sedangkan di Provinsi Sumatera Barat

berkisar 7%.

Di Kota Padang, angka kematian bayi pada tahun 2009 tercatat 107 kasus

dari 16.449 kelahiran hidup dan BBLR menjadi penyebab nomor satu dari

kematian bayi dengan jumlah 28 kasus (26,2%). Pada tahun 2011, dari 16.584

kelahiran hidup, tercatat 142 bayi lahir dengan BBLR.

BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (prematuritas), IUGR

(Intra Uterine Growth Restriction) yang dalam bahasa Indonesia disebut

Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau keduanya. Kedua penyebab ini

dipengaruhi oleh faktor risiko, seperti faktor ibu, plasenta, janin dan lingkungan.

Page 2: Referat BBLR

Faktor risiko tersebut menyebabkan kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin

selama masa kehamilan.

Bayi dengan berat badan lahir rendah umumnya mengalami proses hidup

jangka panjang yang kurang baik. Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran,

bayi BBLR memiliki risiko tumbuh dan berkembang lebih lambat dibandingkan

dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Selain gangguan tumbuh

kembang, individu dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk

terjadinya hipertensi, penyakit jantung dan diabetes setelah mencapai usia 40

tahun.

Pada masa sekarang ini, sudah dikembangkan tatalaksana awal terhadap

bayi BBLR dengan menjaga suhu optimal bayi, memberi nutrisi adekuat dan

melakukan pencegahan infeksi. Meskipun demikian, masih didapatkan 50% bayi

BBLR yang meninggal pada masa neonatus atau bertahan hidup dengan

malnutrisi, infeksi berulang dan kecacatan perkembangan neurologis. Oleh karena

itu, pencegahan insiden BBLR lebih diutamakan dalam usaha menekan Angka

Kematian Bayi.

Dalam rangka mencapai target Millenium Development Goals yang ke IV

yaitu menurunkan angka kematian anak terutama di negara berkembang, perlu

dilakukan upaya pencegahan kejadian BBLR di masa mendatang.

Page 3: Referat BBLR

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari

2500 gram tanpa memandang masa gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang

bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)

Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.

BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Prematuritas murni

Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai

dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut neonatus kurang

bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).

b. Dismaturitas

Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya

untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin

dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

2.2 Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh

kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-

negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan

90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35

kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.

BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan

Page 4: Referat BBLR

disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang

terhadap kehidupannya dimasa depan.

Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan

daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter

diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan

analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target

BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia

Sehat 2010 yakni maksimal 7%.

2.3 Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor

ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit

vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab

terjadinya BBLR.

1. Faktor ibu

a. Penyakit

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya

toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan

psikologis. Penyebab lainnya adalah diabetes mellitus, penyakit

jantung, bacterial vaginosis, chorioamnionitis atau tindakan operatif

dapat merupakan faktor etiologi prematuritas.

b. Usia

Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah pada usia dibawah 20

tahun dan pada multi gravida yang jarak antar kelahirannya terlalu

dekat. Pada ibu-ibu yang sebelumnya telah melahirkan lebih dari 4

Page 5: Referat BBLR

anak juga sering ditemukan. Kejadian terendah adalah pada usia

antara 26-35 tahun.

c. Keadaan sosial ekonomi

Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini

disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan

antenatal yang kurang.

2. Faktor janin

Hidramnion, gawat janin, kehamilan ganda, eritroblastosis umumnya

akan mengakibatkan BBLR.

B. Dismaturitas

Penyebab dismaturitas adalah setiap keadaan yang menganggu pertukaran zat

antara ibu dan janin (gangguan suplai makanan pada janin). Dismaturitas

dihubungkan dengan keadaan medik yang menggangu sirkulasi dan insuffisiensi

plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau kesehatan umum dan nutrisi

ibu.

2.4 Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi

dalam jangka waktu tertentu, dapat diketahui dengan dilakukan anamesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

2.4.1 Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk

menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

terjadinya BBLR:

Page 6: Referat BBLR

Umur ibu

Riwayat hari pertama haid terakir

Riwayat persalinan sebelumnya

Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

Kenaikan berat badan selama hamil

Aktivitas

Penyakit yang diderita selama hamil

Obat-obatan yang diminum selama hamil.

2.4.2 Pemeriksaan Fisik

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:

Berat badan.

Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan).

Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil

untuk masa kehamilan).

2.4.3 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:

Pemeriksaan skor ballard.

Page 7: Referat BBLR

Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan.

Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas

diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.

Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir

dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam

atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan lebih

maupun kurang.

2.5 Penatalaksanaan

2.5.1 Medikamentosa

Pemberian vitamin K:

o Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

Page 8: Referat BBLR

o Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,

umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).

2.5.2 Diatetik

Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks

menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan

dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau

pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih

untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan

pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan

utama:

o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup

dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan

bayi menghisap paling kurang sehari sekali.

o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20

g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan

lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut :

a. Berat lahir 1750 – 2500 gram

Bayi Sehat

o Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil

lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih

sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu.

Page 9: Referat BBLR

o Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai

efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan

ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian

minum.

Bayi Sakit

o Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV,

berikan minum seperti pada bayi sehat.

o Apabila bayi memerlukan cairan intravena:

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera

setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada

dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.

Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui

(contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui

pipa lambung :

Berikan cairan IV dan ASI menurut umur

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam

sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari

tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali

minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil

dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat

menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

Page 10: Referat BBLR

b. Berat lahir 1500-1749 gram

Bayi Sehat

o Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang

dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada

resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum

dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan

cangkir/sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini

dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu

lebih dari 1 minggu).

o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi

telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar,

beri tambahan ASI setiap kali minum.

o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/

sendok, coba untuk menyusui langsung.

Bayi Sakit

o Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

o Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi

jumlah cairan IV secara perlahan.

o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi

telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar,

beri tambahan ASI setiap kali minum.

o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila

kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak

Page 11: Referat BBLR

o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/

sendok, coba untuk menyusui langsung.

c. Berat lahir 1250-1499 gram

Bayi Sehat

o Beri ASI peras melalui pipa lambung

o Beri minum 8 kali dalam 24 jam. Apabila bayi telah mendapatkan minum

160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap

kali minum.

o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/

sendok, coba untuk menyusui langsung.

Bayi Sakit

o Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.

o Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi

jumlah cairan intravena secara perlahan.

o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri

tambahan ASI setiap kali minum

o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/

sendok, coba untuk menyusui langsung.

d. Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)

o Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

Page 12: Referat BBLR

o Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi

pemberian cairan intravena secara perlahan.

o Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri

tambahan ASI setiap kali minum

o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/

sendok, coba untuk menyusui langsung

2.6 Suportif

Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh

normal:

o Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh

bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas,

inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan

setempat sesuai petunjuk.

o Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

o Ukur suhu tubuh dengan berkala

o Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah:

Jaga dan pantau patensi jalan nafas.

Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit.

Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia,

kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia).

Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya.

Page 13: Referat BBLR

Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan

ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

2.7 Pemantauan (Monitoring)

1) Pemantauan Saat Dirawat

a. Terapi

o Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan.

o Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu.

b. Tumbuh kembang

o Pantau berat badan bayi secara periodik.

o Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai

10% untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi

dengan berat <1500 gram.

o Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori

berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :

- Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai

jumlah 180 ml/kg/hari.

- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan

bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari.

- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah

pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari.

- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala

setiap minggu.

Page 14: Referat BBLR

2). Pemantauan Setelah Pulang

Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi

dan mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah

pulang sebagai berikut :

o Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.

o Hitung umur koreksi.

o Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.

o Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).

o Awasi adanya kelainan bawaan.

2.8 Prognosis BBLR

Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masa perinatal,

misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat badan,

makin tingggi angka kematian), asfiksia atau iskemia otak, sindroma gangguan

pernapasan, perdarahan intraventrikuler, fibroplasias retrolental, infeksi, gangguan

metabolik. Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan

orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal

(pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, pencegahan infeksi, mengatasi

gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan lain-lain).

2.9 Pencegahan

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah

langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:

o Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali

selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu

hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah

Page 15: Referat BBLR

melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada

institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

o Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin

dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri

selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin

yang dikandung dengan baik.

o Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur

reproduksi sehat (20-34 tahun).

o Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam

meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka

dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan

status gizi ibu selama hamil.

Tanda kecukupan pemberian ASI:

o BAK minimal 6 kali/ 24 jam.

o Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.

o BB naik pd 7 hari pertama sbyk 20 gram/ hari.

o Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap à ASI akan

menetes dari payudara yg lain.

Indikasi bayi BBLR pulang:

o Suhu bayi stabil.

o Toleransi minum oral baik à terutama ASI.

o Ibu sanggup merawat BBLR di rumah.

Page 16: Referat BBLR

Cara menghangatkan bayi

Cara Petunjuk penggunaan

Kontak kulit Untuk semua bayi

Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau

menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4 oC) apabila cara lain

tidak mungkin dilakukan.

KMC Untuk menstabilkan bayi dgn berat badan <2.500 g, terutama

direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan

berat badan <1.800 g.

Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)

Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak

dapat merawat bayinya.

Pemancar panas Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1.500 g atau

lebih.

Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan

tindakan, atau menghangatkan kembali bayi hipotermi.

Inkubator Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1.500 g yang

tidak dapat dilakukan KMC.

Ruangan hangat Untuk merawat bayi dengan berat <2.500 g yang tidak

memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur

pengobatan.

Tidak untuk bayi sakit berat.

Page 17: Referat BBLR

BAB 3

LAPORAN KASUS

Identitas

Nama : By. Ny. U

Tanggal Lahir: 13 – 04 – 2016

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 0 hari

BB : 2.060 gram

PB : 44 cm

Alamat : Diwek – Jombang

MRS : 13 – 04 – 2016 (14.50)

Ayah:

Nama : Tn. W

Usia : 33 tahun

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SD

Ibu:

Nama : Ny. U

Usia : 33 tahun

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMP

Page 18: Referat BBLR

Summary Of Database

Riwayat Kehamilan Ibu

Hamil keempat GIV P0120 32/33 minggu + THIU + letkep

• Selama kehamilan ibu hanya kontrol ke bidan, trimester 1 (kontrol 3x obat

yang diterima vit C dan Fe) trimester kedua (kontrol 3x obat yang diterima

vit C dan Fe)

• Pernah ke dokter kandungan maupun USG untuk melihat kehamilannya

• Ibu riwayat keguguran 2x dan dikuret

Riwayat Persalinan

o Bayi laki-laki lahir Spontan B tanggal 13/04/2016 jam 14.50

o Bayi langsung menangis dengan sisa ketuban jernih AS 8-9

o Bayi dikirim ke anggrek karena prematur dan BBLR

Keluhan Utama :

o Bayi prematur lahir Spontan B

Pemeriksaan Fisik :

KU : cukup, gerak tangis (+) baik

HR : 136 x/menit

RR : 40 x/menit

Temp : 36,6°C

Kepala : a/i/c/d -/-/-/-

mata cowong (-)

pch: (-)

Leher : pembesaran KGB (-)

Page 19: Referat BBLR

Pulmo

Inspeksi : Bentuk dada normal, penggunaan otot bantu pernafasan (-)

Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris

Perkusi : - Perkusi sonor pada semua lapang paru

Auskultasi : -vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

COR :

Suara jantung I, II reguler normal, gallop (-), murmur (-)

Abdomen :

Inspeksi : normal, massa (-)

Palpasi : soefl, hepatomegali (-), splenomegali (-), turgor kulit

menurun

Perkusi : timfani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Page 20: Referat BBLR

Clue And Cue

Bayi kurang bulan

BBLR

Problem List

BKB-BBLR

Initial Diagnosis

BKB-BBLR

Planning Diagnosis

DL

Page 21: Referat BBLR

Planning Therapy

MRS

Inj. Vitamin K 1 mg i.m

Gentamycin eye drop 1 tetes OD/OS

Thermoregulasi

Perawatan tali pusat

ASI/PASI 12x31cc (372cc/24jam)

Planning Monitoring

Monitoring data obyektif

Monitoring hasil terapi

Monitoring perkembangan pasien

Planning Edukasi

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang keadaan pasie

Menjelaskan mengenai kemungkinan diagnosis dari pasien

Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan

Menjelaskan tentang tindakan dan pengobatan yang akan diberikan kepada

pasien serta efek sampingnya

Menjelaskan tentang komplikasi dan prognosis yang mungkin akan terjadi

Menjelaskan kepada orang tua dan keluarga pasien untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi bayi.

Page 22: Referat BBLR

Clinical Pathway

13/04/2016

S: panas (-), menangis spontan (+), grunting (-), retraksi (-), pch (-), anemis (-),

ikterus (-), cyanosis (-), BAB (+), BAK (+).

O: KU: cukup HR: 136x T: 36,6 UG: 32-33 mgg

Gt: (+) baik RR: 40x CRT: <2” UK: 33 mgg+ 0 hr

A: BKB-BBLR

P: MRS

Inj. Vitamin K 1 mg i.m

Gentamycin eye drop 1 tetes OD/OS

Thermoregulasi

Perawatan tali pusat

ASI/PASI 8x25cc

14/04/2016

S: panas (-), menangis spontan (+), grunting (-), retraksi (-), pch (-), anemis (-),

ikterus (-), cyanosis (-), BAB (+), BAK (+).

O: KU: cukup HR: 126x T: 37,2

Gt: (+) baik RR: 38x CRT: <2”

A: BKB-BBLR

P: MRS

Thermoregulasi

Perawatan tali pusat

ASI/PASI 8x25cc

Page 23: Referat BBLR

15/04/2016

S: panas (-), menangis spontan (+), grunting (-), retraksi (-), pch (-), anemis (-),

ikterus (-), cyanosis (-), BAB (+), BAK (+).

O: KU: cukup HR: 130x T: 36,9

Gt: (+) baik RR: 36x CRT: <2”

A: BKB-BBLR

P: MRS

Thermoregulasi

Perawatan tali pusatASI/PASI 8x25cc

16/04/2016

S: panas (+), menangis spontan (+), grunting (-), retraksi (-), pch (-), anemis (-),

ikterus (+), cyanosis (-), BAB (+), BAK (+).

O: KU: cukup HR: 130x T: 37,6

Gt: (+) baik RR: 36x CRT: <2”

Lab: Hb: 16,1

Leukosit: 12.900

Hematrokitr: 44,6

Trombosit : 151.000

Bilirubin total: 14,58

Bilirubin direct 0,93

A: BKB-BBLR

P: MRS

Inf D10 1/5 S 120cc/24 jam

Page 24: Referat BBLR

Inj. Vicc sx 2x150 mg

Fototerapi

Thermoregulasi

Perawatan tali pusat

ASI/PASI 8x20cc

17/04/2016

S: panas (-), menangis spontan (+), grunting (-), retraksi (-), pch (-), anemis (-),

ikterus (+), cyanosis (-), BAB (+), BAK (+).

O: KU: cukup HR: 130x T: 37

Gt: (+) baik RR: 36x CRT: <2”

A: BKB-BBLR

P: MRS

Inf D10 1/5 S 120cc/24 jam

Inj. Vicc sx 2x150 mg

Fototerapi

Thermoregulasi

Perawatan tali pusat

ASI/PASI 8x20cc

18/04/2016

S: panas (-), menangis spontan (+), grunting (-), retraksi (-), pch (-), anemis (-),

ikterus (+), cyanosis (-), BAB (+), BAK (+).

O: KU: cukup HR: 130x T: 37

Page 25: Referat BBLR

Gt: (+) baik RR: 36x CRT: <2”

A: BKB-BBLR

P: MRS

Inf D10 1/5 S 120cc/24 jam

Inj. Vicc sx 2x150 mg

Fototerapi

Thermoregulasi

Perawatan tali pusat

ASI/PASI 8x22cc

19/04/2016

S: panas (-), menangis spontan (+), grunting (-), retraksi (-), pch (-), anemis (-),

ikterus (-), cyanosis (-), BAB (+), BAK (+).

O: KU: cukup HR: 135x T: 36,9

Gt: (+) baik RR: 36x CRT: <2”

A: BKB-BBLR

P: MRS

Thermoregulasi

Perawatan tali pusat

ASI/PASI 8x30cc

KMC

Page 26: Referat BBLR

20/04/2016

S: panas (-), menangis spontan (+), grunting (-), retraksi (-), pch (-), anemis (-),

ikterus (-), cyanosis (-), BAB (+), BAK (+).

O: KU: cukup HR: 135x T: 36,9

Gt: (+) baik RR: 36x CRT: <2”

A: BKB-BBLR

P: MRS

Thermoregulasi

Perawatan tali pusat

ASI/PASI 8x30cc

KMC

Pro KRS

Page 27: Referat BBLR

DAFTAR PUSTAKA

Arifuddin J, Palada P. BBLR-LBW. Dalam : Perinatologi dan Tumbuh Kembang.

Jakarta : FKUI, 2004;9-11.

Azis, Abdul Latief. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Kesehatan

Anak, edisi III. RSU Dokter Sutomo. Surabaya.

Bayi Berat Lahir Rendah, 1. http://www.keluargasehat.com/keluarga- buisi.php?

news_id=499.

Behrman, RE, Kliegman RM. The Fetus and the Neonatal Infant, In : Nelson

Textbook of pediatrics; 17 th ed. California: Saunders. 2004; 550-8

Gomella, TL, Cunningham MD. Management of the Extremely Low Birth Infant

During the First Weekof Life. In : Lange Neonatology; 5 th ed. New York :

Medical Publishing Division, 2002; 120-31

Hyaline Membrane Disease/ Respiratory Distress Syndrome. University of

Virginia Health System. http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-

transitional.dtd .

Kosim, Sholeh. 2008. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Ikatan Dokter Anak

Indonesia. Jakarta.

Lubis, S. Status Gixi Ibu Hamil serta Pengaruhnya terhadap Bayi yang

Dilahirkan”,http://rudyct.topcities.com/pps702_71034/zulhaida_lubis.htm. La

st updated: Nov, 2003.

MacClure, Peter. Hyaline Membrane Disease.

http://www.emedicine.com/topic350_files/adservice.htm .  Last Updated:

September 23, 2005.

Page 28: Referat BBLR

Poesponegoro, Hardiono, dr. Sp.A(K). 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan

Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.

Pramanik, Arun. Respiratory Distress Syndrome. http://www

.emedicine.com/specialties.htm  Last Updated: October 20, 2006.

Pratoom. H “The Development of the Kangaroo Mother Care (KMC) Global and

National Perspectives”.http://www.sehat2010.com. Last update: March 2003.

Pusponegoro, Hardiono D. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I

2004. Ikatan Dokter Anak Indonesia

Rachma, F.B. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah, dalam: Buku Teks Ilmu

Kebidanan, Edisi ke 3, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo 2002: 771-784.

Setyowati T (1996, Desember 24-last update), “Faktor-Faktor YanG

Mempengaruhi Bayi Lahir Dengan Berat Badan Rendah”.

http://www.litbang.depkes.go.id. Last update: Des, 2005.

Sitohang, Nur Asnah. Asuhan Keperawatan pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah.

http://library.usu.ac.id/download/fk/04006076.pdf   .  Last Updated: 2006.

Suraatmaja, Sudrajat, dr,SpA(K). Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan

Anak. RSUP Sanglah, Denpasar.

University of Pretoria. Chapter 2: The Low Birth Weight Premature Baby, Parent

eotional Reactin, Parent-Infant Interaction and Infant Development.

http://upetd.up.ac.za/thesis/available/etd-06192008-104505/unrestricted/

02chapter 2b.pdf.