17
BAB I PENDAHULUAN Definisi : Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Etiologi : Obstruksi lumen: hipertrofi jaringan limfoid, fekalit, sisa barium dari pemeriksaan rontgen, diet rendah serat, cacing usus dan erosi mukosa appendiks oleh E. histolytica. Patofisiologis : Adanya sumbatan disertai sekresi mukus yang berlebih menyebabkan tekanan intralumen meningkat lalu timbulnya gangguan drainage limfe yang kemudian menyebabkan edema disertai kuman yang muncul lalu terjadi ulserasi mukosa yang setelah itu menjadi apendisitis akut fokal yang muncul dengan gejala nyeri visceral di ulu hati karena regangan mukosa. Tekanan intralumen yang makin tinggi menyebabkan gangguan vena, thrombus, iskemia ditambah kuman yang menghasilkan pus dapat menyebabkan appendisitis supuratif yang menimbulkan nyeri di titik Mc Burney dan peritonitis fokal. Tekanan intralumen yang sangat tinggi menyebabkan gangguan arteri kemudian terjadi nekrosis dan gangren yang menyebabkan apendisitis gangrenosa yang dapat terjadi perforasi lalu peritonitis umum. Gejala Klinis : Nyeri abdomen kanan bawah, mual muntah pada fase awal, nafsu makan menurun, obstipasi, demam bila terjadi komplikasi. Diagnosis : Anamnesis, pemeriksaan fisik, status generalis: tampak kesakitan, membungkuk dan memegang perut kanan bawah. Status lokalis: inspeksi; penonjolan perut kanan bawah pada massa atau abses apendikuler, palpasi; nyeri tekan/lepas(+), defans muskuler. Pemeriksaan penunjang: laboratorium (darah dan urin), foto polos abdomen, USG. Diagnosis Banding : Gastroenteritis, demam dengue, limfadenitis mesentrika, kelainan ovulasi, infeksi panggul, kehamilan diluar

REFERAT APPENDISITIS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

REFERAT APPENDISITIS

Citation preview

Page 1: REFERAT APPENDISITIS

BAB I

PENDAHULUAN

Definisi : Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis dan merupakan

penyebab abdomen akut yang paling sering.

Etiologi : Obstruksi lumen: hipertrofi jaringan limfoid, fekalit, sisa barium dari pemeriksaan

rontgen, diet rendah serat, cacing usus dan erosi mukosa appendiks oleh E. histolytica.

Patofisiologis : Adanya sumbatan disertai sekresi mukus yang berlebih menyebabkan tekanan

intralumen meningkat lalu timbulnya gangguan drainage limfe yang kemudian menyebabkan

edema disertai kuman yang muncul lalu terjadi ulserasi mukosa yang setelah itu menjadi

apendisitis akut fokal yang muncul dengan gejala nyeri visceral di ulu hati karena regangan

mukosa. Tekanan intralumen yang makin tinggi menyebabkan gangguan vena, thrombus,

iskemia ditambah kuman yang menghasilkan pus dapat menyebabkan appendisitis supuratif yang

menimbulkan nyeri di titik Mc Burney dan peritonitis fokal. Tekanan intralumen yang sangat

tinggi menyebabkan gangguan arteri kemudian terjadi nekrosis dan gangren yang menyebabkan

apendisitis gangrenosa yang dapat terjadi perforasi lalu peritonitis umum.

Gejala Klinis : Nyeri abdomen kanan bawah, mual muntah pada fase awal, nafsu makan

menurun, obstipasi, demam bila terjadi komplikasi.

Diagnosis : Anamnesis, pemeriksaan fisik, status generalis: tampak kesakitan, membungkuk dan

memegang perut kanan bawah. Status lokalis: inspeksi; penonjolan perut kanan bawah pada

massa atau abses apendikuler, palpasi; nyeri tekan/lepas(+), defans muskuler. Pemeriksaan

penunjang: laboratorium (darah dan urin), foto polos abdomen, USG.

Diagnosis Banding : Gastroenteritis, demam dengue, limfadenitis mesentrika, kelainan ovulasi,

infeksi panggul, kehamilan diluar kandungan, kista ovarium terpuntir, endometriosis eksterna,

urolitiasis pielum, penyakit GIT lain nya.

Penatalaksanaan : Appendiktomi, antibiotic, observasi.

Prognosis : Dengan diagnosis yang akurat dan pembedahan, tingkat mortalitas dan morbiditas

sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas jika terjadi

komplikasi.

BAB II

Page 2: REFERAT APPENDISITIS

APENDISITIS

Definisi :

Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis dan merupakan

penyebab abdomen akut yang paling sering.

Anatomi :

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjang nya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15

cm) dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar dibagian

distal. Panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa

mengandung amilase dan musin. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar

pada pangkalnya dan menyempit pada ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya

insiden apendisitis pada usia itu.

Gambar 1. Anatomi Apendiks

Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan

apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks penggantungnya.

Pada kasus selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang sekum, di belakang

kolon asendens, atau di tepi lateral kolon asendens. Gejala klinis apendisitis ditentukan oleh letak

apendiks.

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti a.mesentrika

superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X. oleh

karena itu, nyeri visceral pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus.

Pendarahan apendiks berasal dari a.apendikularis yang merupakan aretri tanpa kolateral.

Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena thrombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami

gangren.

Topografi : Pangkal apendiks terletak pada titik Mc Burney

• Garis Monroe : garis anatara umbilikus dengan SIAS dekstra

• Titik Mc Burney : sepertiga bagian dari SIAS dekstra pada garis Monroe

Page 3: REFERAT APPENDISITIS

• Titik Lanz : seperenam bagian dari SIAS dekstra pada garis antara SIAS dekstra hingga

SIAS sinistra

• Titik Monroe : pertemuan antara garis Monroe dengan parasagital dari pertengahan SIAS

kanan dengan simphisis.

Fisiologis :

Apendiks menghasilkan lender 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan ke

dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks

tampaknya berperan pada patogenesa apendisitis. Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh

GALT (gut associated lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk

apendiks ialah IgA. Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi.

Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah

jaringan limf disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di

seluruh tubuh.

Patofisiologis :

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia

folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau

neoplasma.

Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.

Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai

keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat

tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan

ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai nyeri epigastrium.

Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan

menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.

Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan

nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti

dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah

rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.

Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan

bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa local yang disebut infiltrat apendikularis.

Page 4: REFERAT APPENDISITIS

Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.

Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding

apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang

memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orangtua perforasi mudah terjadi karena telah

ada gangguan pembuluh darah.

Apendisitis akut :

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya.

Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus di samping

hyperplasia jaringan limf, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris. Penyebab lain yang dapat

diduga menimbulkan apendisitis ialah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.

histolytica.

Patologi apendisitis dapat mulai di mukosa dan kemudian melibatkan seluruh lapisan dinding

apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama.

Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak yang

memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal. Gejala

klasik apendisitis adalah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral di daerah

epigastrium. Keluhan ini sering disertai mual dan kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan

menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindak ke kanan bawah ke titik Mc Burney. Disini

nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatic setempat.

Bila terdapat perangsangan peritoneum, pasien mengeluh sakit perut bila berjalan atau batuk.

Apendisitis kronis :

Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua syarat: riwayat nyeri

perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan

mikroskopik, dan keluhan menghilang setelah apendiktomi. Kriteria mikroskopik apendisitis

kronis adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di

mukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik.

Apendisitis infiltrat :

Proses radang apendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum dan usus-usus dan

peritoneum disekitarnya sehingga membentuk massa. Umumnya massa apendiks terbentuk pada

hari ke 4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis umum. Massa apendiks lebih

sering dijumpai pada pasien berumur lima tahun atau lebih, daya tahan tubuh telah berkembang

Page 5: REFERAT APPENDISITIS

dengan baik dan omentum telah cukup panjang dan tebal untuk membungkus proses radang.

Apendisitis rekurens :

Diagnosis apendisitis rekurens baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di

perut kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi, dan hasil patologi menunjukan

peradangan akut. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh

spontan. Namun, apendiks tidak pernah kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan

jaringan parut. Risiko untuk terjadinya serangan lagi sekitar 50%. Insidens apendisitis rekuren

adalah sebesar 10% dari specimen apendiktomi yang diperiksa secara patologik. Pada apendisitis

rekuren biasanya dilakukan apendiktomi karena sering penderita datang dalam serangan akut.

Patogenesis :

Sembelit Katup ileocaecal kompeten

Tekanan dalam caecum tinggi

Flora kuman kolon meningkat apendisitis mukosa

Erosis selaput lendir oleh E.histolitica Pengosongan isi apendiks terhambat

oleh : stenosis, adhesi, mesoapendiks

Apendisitis Komplet

Gejala Klinis :

Keluhan apendisitis biasanya bermula nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus yang

berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan berpindah ke kuadran kanan bawah,

yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk.

Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya

juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah. Pada permulaan

timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap. Namun dalam beberapa jam

Page 6: REFERAT APPENDISITIS

nyeri abdomen kanan bawah akan semakin progresif, dan dengan pemeriksaan seksama akan

dapat ditunjukan satu titik dengan nyeri maksimal.

Diagnosis :

Anamnesis : nyeri perut kanan bawah, mual muntah, nafsu makan menurun.

Pemeriksaan fisik : Perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan

lokasi nyeri.

Status generalis: tampak kesakitan, membungkuk dan memegang perut kanan bawah.

Status lokalis: inspeksi; penonjolan perut kanan bawah pada massa atau abses apendikuler,

palpasi; nyeri tekan/lepas(+), defans muskuler. Bila tanda Rovsing, psoas, dan obturator positif,

akan semakin meyakinkan diagnosi klinis apendisitis.

Gambar 2. Titik McBurney

Pemeriksaan Penunjang :

Akan terjadi leukositosis ringan >13.000/mm3 dengan peningkatan jumlah netrofil.

Pemeriksaan urin juga perlu dilakukan untuk membedakannya dengan kelainan pada ginjal dan

saluran kemih. Piuria ada bila apendiks yang meradang terletak di dekat ureter atau kandung

kemih. Basiluria menunjukan adanya infeksi traktus urinarius.

Pada kasus akut tidak diperbolehkan melakukan barium enema, sedangkan pada

apendisitis kronis tindakan ini dibenarkan. Pemeriksaan USG dilakukan bila telah terjadi

infiltrate apendikularis.

Pemeriksaan radiologi foto polos abdomen dilakukan apabila dari hasil pemeriksaan

riwayat sakit dan pemeriksaan fisik meragukan. Foto polos abdomen dapat memperlihatkan

distensi sekum, satau atau dua lingkaran usus yang berdistensi atau fekalit pada kuadran kanan

bawah menandakan apendisitis.

Diagnosis Banding :

Pada keadaan tertentu beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis

banding, antara lain:

Page 7: REFERAT APPENDISITIS

• Gastroenteritis : adalah suatu jenis peradangan yang terjadi pada saluran pencernaan,

terutama pada lambung dan usus kecil, dan mengakibatkan diare akut. Peradangan dapat

disebabkan oleh paparan makanan dan air yang terkontaminasi, atau oleh infeksi

beberapa jenis virus atau bakteri, parasit dan efek samping dari diet berlebih dan

pengobatan. pada gastroenteritis didapatkan mual, muntah dan diare mendahului rasa

sakit. Sakit perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistalsis sering ditemukan.

Panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan apendisitis akut.

Gambar 3. Gastroenteritis

• Demam Dengue : adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang

masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes. Demam

dengue dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Disini didapatkan hasil tes

positif untuk Rumpel Leede, trombositopenia, hematokrit yang meningkat.

Gambar 4. Demam Dengue

• Limfadenitis Mesentrika : biasa didahului oleh enteritis atau gastroenteritis ditandai

dengan nyeri perut terutama kanan disertai dengan perasaan mual, nyeri tekan perut

samar, terutama kanan.

• Kelainan Ovulasi : folikel ovarium yang pecah mungkin memberikan nyeri perut kanan

bawah pada pertengahan siklus menstruasi. Pada anamnesis, nyeri yang sama pernah

timbul lebih dulu. Tidak ada tanda radang, dan nyeri biasa hilang dalam waktu 24 jam

tetapi mungkin dapat mengganggu selama dua hari.

Gambar 5. Ovulasi

• Infeksi Panggul : salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu

biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah perut lebih difus.

Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai keputihan dan infeksi urin. Pada colok

vagina akan timbul nyeri hebat di panggul jika uterus diayunkan. Pada gadis dapat

dilakukan colok dubur jika perlu untuk diagnosis banding.

Page 8: REFERAT APPENDISITIS

Gambar 6. Salpingitis

• Kehamilan Di Luar Kandungan : hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan

keluhan yang tidak menentu. Jika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim

dengan perdarahan, akan timbul nyeri yang mendadak difus didaerah pelvis dan mungkin

terjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan vaginal didapatkan nyeri dan penonjolan

rongga Douglas dan pada kuldosentesis didapatkan darah.

• Kista Ovarium Terpuntir : timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan

teraba massa dalam rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal, atau colok

rectal. Tidak terdapat demam. Pemeriksaan USG dapat menentukan diagnosis.

Gambar 7. Kista Ovarium

• Endometriosis Eksterna : endometrium diluar rahim akan memberikan keluhan nyeri di

tempat endometriosis berada. Darah menstruasi terkumpul di tempat itu karena tidak ada

jalan keluar.

• Urolitiasis Pielum : batu ureter atau batu ginjal kanan. Adanya riwayat kolik dari

pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas.

Erigosituria sering ditemukan. Foto polos perut atau urografi intravena dapat memastikan

penyakit tersebut. Pielonefritis sering disertai dengan demam tinggi,menggigil, nyeri

kostovertebral di sebelah kanan dan piuria.

• Penyakit Saluran Cerna Lainnya : penyakit lain yang perlu dipikirkan adalah peradangan

di perut, seperti divertikulus meckel, perforasi tukak duodenum atau lambung, koleistitis

akut, pancreatitis, divertikulus kolon, obstruksi usus awal, perforasi kolon, demam tifoid

abdominalis, karsinoid, dan mukokel apendiks.

Penatalaksanaan :

• Sebelum operasi

• Observasi

Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis seringkali

Page 9: REFERAT APPENDISITIS

masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien

diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan

bila dicurigai adanya apendisitis ataupun bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan

abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah (leukositosis dan hitung jenis)

diulang secara periodic. Foto abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk mencari

kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan

dengan lokalisasi nyeri didaerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya

keluhan.

• Intubasi bila perlu

• Antibiotik

• Operasi apendiktomi

• Insisi menurut McBurney (grid incision atau muscle splitting incision). Sayatan

dilakukan pada garis yang tegak lurus pada garis yang menghubungkan spina iliaka

anterior superior (SIAS) dengan umbilikus pada batas sepertiga lateral. Sayatan ini

mengenai kutis, subkutis, dan fasia. Otot-otot dinding perut dibelah secara tumpul

menurut arah serabutnya. Setelah itu akan tampak peritoneum parietal (mengkilat dan

berwarna biru keabu-abuan) yang disayat secukupnya untuk meluksasi sekum. Sekum

dikenali dari ukurannya yang besar, mengkilat,lebih keabu/putih, mempunyai

haustrae dan taenia koli, sedangkan ileum lebih kecil, merah dan tidak mempunyai

haustrae atau taenia koli. Basis apendiks dicari pada pertemuan ketiga taenia koli.

Teknik inilah yang paling sering dikerjakan karena keuntungannya tidak terjadi

benjolan dan tidak mungkin terjadi herniasi, trauma operasi minimum pada alat-alat

tubuh, dan masa istirahat pasca bedah yang lebih pendek karena penyembuhan lebih

cepat. kerugiannya adalah lapangan operasi terbatas, sulit diperluas, dan waktu

operasi lebih lama.

• Insisi menurut Roux (muscle cutting incision). Lokasi dan arah sayatan sama dengan

Mc Burney, hanya sayatannya langsung menembus otot dinding perut tanpa

memperdulikan arah serabut sampai tampak peritoneum. Keuntungannya adalah

lapangan operasi lebih luas, mudah diperluas, sederhana dan mudah.

Sedangkan kerugiannya adalah diagnosis yang harus tepat sehingga lokasi dapat

dipastikan, masa istirahat pasca bedah lebih lama.

Page 10: REFERAT APPENDISITIS

• Insisi pararektal. Dilakukan sayatan pada garis batas lateral m.rektus abdominis

dextra secara vertical dari cranial ke kaudal sepanjang 10cm. keuntungannya, teknik

ini dapat dipakai pada kasus-kasus apendiks yang belum pasti dan kalau perlu sayatan

dapat diperpanjang dengan mudah. Sedangkan kerugiannya, sayatan ini secara tidak

langsung mengarah ke apendiks atau sekum, kemungkinan memotong syaraf dan

pembuluh darah lebih besar, dan untuk meutup luka operasi diperlukan jahitan

penunjang.

Gambar 8. Insisi

Setelah peritoneum dibuka dengan retractor, maka basis apendiks dapat dicari pada pertemuan

tiga taenia koli. Untuk membebaskannya dari meso-apendiks ada dua cara yang dapat dipakai

sesuai dengan situasi dan kondisi, yaitu :

• Apendiktomi secara biasa; bila kita mulai dari apeks ke basis apendiks untuk

memotong mesoapendiks. Ini dilakukan pada apendiks yang tergantung bebas pada

sekum atau bila puncak apendiks mudah ditemukan.

• Apendiktomi secara retrograd; bila kita memotong mesoapendiks dari basis kea rah

puncak. Ini dilakukan pada apendiks yang letaknya sulit, misalnya retrosekal atau

puncaknya sukar dicapai karena tersembunyi, misalnya karena telah terjad

perlengketan dengan sekitarnya.

Teknik Apendiktomi Mc Burney :

• Pasien berbaring terlentang dalam anastesi umum atau regional. Kemudian dilakukan

tindakan sepsis dan antisepsis pada daerah perut kanan bawah.

• Dibuat sayatan menurut Mc Burney sepanjang kurang lebih 10 cm dan otot-otot dinding

perut dibelah secara tumpul menurut arah serabutnya, berturut-turut m.oblikus abdominis

eksternus, m.abdominis internus, m.transversus abdominis, sampai akhirnya tampak

peritoneum.

• Peritoneum disayat sehingga cukup melebar untuk eksplorasi.

Page 11: REFERAT APPENDISITIS

• Sekum beserta apendiks diluksasi keluar

• Mesoapendiks dibebaskan dan dipotong dari apendiks secara biasa, dari puncak kea rah

basis.

• Semua perdarahan dirawat.

• Disiapkan tabac sac mengelilingi basis apendiks dengan sutra, basis apendiks kemudian

dijahit dengan catgut

• Dilakukan pemotongan apendiks apical dari jahitan tersebut

• Punting apendiks diolesi betadin

• Jahitan tabac sac disimpulkan dan punting dikuburkan dalam simpul tersebut,

mesoapendiks diikat dengan sutera

• Dilakukan pemeriksaan terhadap rongga peritoneum dan alat-alat didalamnya, semua

perdarahan dirawat

• Sekum dikembalikan ke dalam abdomen

• Sebelum ditutup, peritoneum dijepit dengan minimal 4 klem dan didekatkan untuk

memudahkan penutupannya. Peritoneum ini dijahit jelujur dengan chromic catgut dan

otot-otot dikembalikan

• Dinding perut ditutup/dijahit lapis demi lapis, fasia dengan sutera, subkutis dengan catgut

dan akhirnya kulit dengan sutera

• Luka operasi dibersihkan dan ditutup dengan kasa steril

Gambar 9. Apendiktomi

Hasil apendiktomi :

Gambar 10. Hasil apendiktomi

3 . Pasca operasi :

Perlu dilakukan observasi tanda tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di

Page 12: REFERAT APPENDISITIS

dalam, syok, hipertermia, atau gangguan pernapasan. Angkat sonde lambung bila pasien telah

sadar, sehingga aspirasi cairanlambung dapat dicegah. Baringkan pasien dalam posisi fowler.

Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan.

Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa

diteruskan sampai fungsi usus kembali normal.

Kemudian berikan minum mulai 15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30ml/jam.

Keesokan harinya diberikan makanan saring, dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.

Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur selama 2x30

menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar. Hari ke tujuh jahitan dapat

diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.

4 . Penatalaksanaan gawat darurat non-operasi :

Bila tidak ada fasilitas bedah, berikan penatalaksanaan seperti dalam peritonitis akut.

Dengan demikian, gejala apendisitis akut akan mereda, dan kemungkinan terjadinya komplikasi

akan berkurang.

Komplikasi :

Apendisitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan, tetapi penyakit ini tidak

dapat diramalkan dan mempunyai kecenderungan menjadi progresif dan mengalami perforasi.

Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk dilakukan dalam

masa tersebut.

Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadran

kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus, demam,

pembentukan abses telah terjadi sejak pasien pertama kali datang, diagnosis dapat ditegakkan

dengan pasti.

Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi untuk

menutup asal perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai penunjang: tirah baring dalam posisi

fowler medium, pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan elektrolit, pemberian yang sesuai

dengan hasil kultur, transfuse untuk mengatasi anemia, dan penanganan syok septic secara

intensif, bila ada.

Bila terbentuk abses apendiks akan teraba massa di kuadran kanan bawah yang cenderung

menggelembung ke arah rectum atau vagina. Terapi dini dapat diberikan kombinasi antibiotik.

Dengan sediaan ini abses akan segera menghilang, dan apendiktomi dapat dilakukan 6-12

Page 13: REFERAT APPENDISITIS

minggu kemudian. Pada abses yang tetap progresif harus segera dilakukan drainase. Abses

daerah pelvis yang menonjol kea rah rectum atau vagina dengan fluktuasi positif juga perlu

dibuatkan drainase.

Tromboflebitis supuratif dari system portal jarang terjadi tetapi merupakan komplikasi

yang letal. Hal ini harus kita curigai bila ditemukan demam sepsis, menggigil, hepatomegali, dan

ikterus setelah terjadi perforasi apendiks. Pada keadaan ini diindikasikan pemberian antibiotic

kombinasi dengan drainase.

Komplikasi lain yang dapat terjadi berupa abses subfrenikus dan fokal sepsis

intraabdominal lain. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan.

Prognosis :

Dengan diagnosis yang akurat dan pembedahan, tingkat mortalitas dan morbiditas sangat

kecil. Keterlambatan diagnosis akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas jika terjadi

komplikasi. Serangan berulang dapat terjadi bila apendiks tidak diangkat.

DAFTAR PUSTAKA

- Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC.2004.

- Grace, Borley, At a Glance ILMU BEDAH. Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2006

- Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Media Aesculapius Fakultas

Kedokteran Univeristas Indonesia. 2000

- Schwartz. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Jakarta : EGC 2000.

Page 14: REFERAT APPENDISITIS