Refarat SLE

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    1/36

    Systemik Lupus Erytematosus

    (SLE)

    Oleh:

    Ayunin Mardhatillah, S.ked

    Pembimbing :

    dr. Mawaddah Fitria, S.P!

    "EPA#$%E&AA# "L$#$" 'A$A#

    $LM PE#*A"$% !ALAM

    &MA+ SA"$% MM % ME%$A

    FA"L%AS "E!O"%E&A#

    #$-E&S$%AS MAL$"SSALE+

    /01

    1

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    2/36

    'A' $

    PE#!A+LA#

    Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun yang

    ditandai dengan terjadinya kerusakan jaringan dan sel-sel oleh auto antibodi

    patogen dan kompleks imun. Penyakit ini merupakan penyakit multisistem yang

    bermanifestasi sebagai lesi kulit seperti kupu-kupu di !ajah" perikarditis"

    kelainan ginjal" artritis" anemia dan gejala-gejala susunan saraf pusat.1

    #aktor genetik" imunologik dan hormonal serta lingkungan diduga

    berperan dalam patofisiologi SLE.$

    %nsiden tahunan LES di &merika serikat sebesar '"1 per 1.

    penduduk" sementara prealensi LES di &merika dilaporkan '$ kasus per 1.

    penduduk" dengan rasio jender !anita dan pria antara *-1+,1. elum terdapat data

    epidemiologi LES yang menakup semua !ilayah %ndonesia. /ata tahun $$ di

    0SP 2ipto 3angunkusumo (0S23) 4akarta" didapatkan 1.+5 kasus LES dari

    total kunjungan pasien di poliklinik 0eumatologi Penyakit /alam" sementara di

    0S 6asan Sadikin andung terdapat $*1 Pasien LES atau 1.'5 dari total pasien

    yang berobat ke poliklinik reumatologi selama $1.

    $

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    3/36

    'A'

    %$#2AA# PS%A"A

    .0 !e3ini4i

    Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun yang

    ditandai adanya inflamasi tersebar luas" yang mempengaruhi setiap organ atau

    sistem dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi autoantibodi dan

    kompleks imun" sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan. SLE juga

    merupakan penyakit inflamasi autoimun pada jaringan dan kompleks imun

    sehingga mengakibatkan manifestasi klinis diberbagai sistem organ.1"+

    Pada setiap penderita" peradangan akan mengenai jaringan dan organ yang

    berbeda.eratnya penyakit berariasi mulai dari penyakit yang ringan sampai

    penyakit yang menimbulkan keaatan.

    . Eidemi5l5gi

    /alam 7 tahun terakhir" SLE menjadi salah satu penyakit rematik utama

    didunia. Prealensi SLE diberbagai negara sangat berariasi dan lebih sering

    ditemukan pada ras tertentu seperti 8egro" 2ina dan #ilipina. #aktor ekonomi dan

    geografi tidak mempengaruhi distribusi penyakit. Peyakit ini dapat ditemukan

    pada semua usia" tetapi paling banyak pada usia 1'-+ tahun (masa reproduksi).

    #rekuensi pada !anita dibanding dengan pria berkisar antara *-1+,1. 1

    eberapa data yang ada di %ndonesia diperoleh dari pasien yang dira!at di

    rumah sakit. /ari 7 penelitian di /epartemen %lmu Penyakit /alam #akultas

    9edokteran niersitas %ndonesia: 0S. /r. 2ipto 3angunkusumo" 4akarta yang

    7

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    4/36

    melakukan penelitian pada periode yang berbeda diperoleh data sebagai berikut ,

    antara tahun 1*;*-1*-an dan diberi nama lupus karena sifat ruamnya yang berbentuk kupu-

    kupu" melintasi tonjolan hidung dan meluas pada kedua pipi yang menyerupai

    gigitan serigala ( lupus adalah katta dalam bahasa latin yang berarti serigala).+

    .6 Eti5l5gi

    Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang

    menyebabkan peningkatan autoantibody yang berlebihan. ?angguan

    imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara fator - faktor genetik"

    hormonal dan lingkungan (ahaya matahari" luka bakar termal). Sampai saat ini

    penyebab SLE belum diketahui" diduga faktor genetik" infeksi dan lingkungan

    ikut berperan pada patofisiologi SLE. Sistem imun tubuh kehilangan kemampuan

    untuk membedakan antigen dari sel dan jaringan tubuh sendiri. Penyimpangan

    reaksi imunologi ini akan menghasilkan antibodi seara terus menerus. &ntibody

    ini juga berperan dalam pembentukan kompleks imun sehingga menetuskan

    penyakit inflamasi imun sistemik dengan kerusakkan multiorgan. /alam keadaan

    +

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    5/36

    normal" sistem kekebalan berfungsi mengendalikan pertahanan tubuh dalam

    mela!an infeksi. Pada lupus dan penyakit autoimun lainnya" sistem pertahanan

    tubuh ini berbalik mela!an tubuh" dimana antibodi yang dihasilkan menyerang

    sel tubuhnya sendiri. &ntibodi ini menyerang sel darah" organ dan jaringan tubuh"

    sehingga terjadi penyakit menahun. 1"$"+

    #aktor-faktor yang berperan ,

    a. #aktor ?enetik

    9ejadian SLE lebih tinggi pada kembar mono@igotik ($'5) dibanding

    dengan kembar di@igotik (75)" peningkatan frekuensi SLE pada

    keluarga penderita SLE dibanding dengan kontrol sehat dan

    peningkatan prealensi SLE pada kelompok etnik tertentu"

    menguatkan dugaan bah!a faktor genetik berperan dalam patogenesis

    SLE.1

    '

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    6/36

    Elemen genetik yang paling banyak diteliti kontribusinya terhadap

    SLE pada manusia adalah gen dari kompleks 6istokompatibilitas

    3ayor (362). Penelitian populasi menunjukkan bah!a kepekaan

    terhadap SLE melibatkan polimorfisme dari gen 6L& (human

    leucocyte antigen) kelas %%. 6L& berhubungan dengan adanya antibody

    tertentu seperti anti-Sm (small nuclear ribonuclearm protein)" anti-0o"

    anti-La" anti-n08P (nuclear ribonuclear protein) dan anti-/8&. ?en

    6L& kelas %%%" khususnya yang mengkode komponen komplemen 2$

    dan 2+" memberikan resiko SLE pada kelompok etnik tertentu. Selain

    itu SLE berhubungan dengan pe!arisan defisiensi 21A" 21r:s dan 2$.

    Penurunan aktiitas komplemen meningkatkan kepekaan terhadap

    antigen diri sendiri maupun antigen asing. 4ika beban antigen melebihi

    kapasitas pembersih dari sistem imun" maka autoimunitas mungkin

    terjadi.

    b. #aktor 6omoral

    SLE penyakit yang lebih banyak menyerang perempuan 1"$"; .

    3etabolisme estrogen yang abnormal telah ditunjukkan pada kedua

    jenis kelamin" dimana peningkatan hidroksilasi 1;a dari estrone

    mengakibatkan peningkatan yang bermakna konsentrasi 1;a

    hidroksiestron. 3etabolit 1; a lebih kuat dan merupakan feminising

    estrogen. Perempuan dengan SLE juga mempunyai konsentrasi

    androgen plasma yang rendah" termasuk testosteron"

    dehidrotestosteron" dehidroepiandosteron (/6E&) dan

    ;

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    7/36

    dehidroepianrosteron (/6E&S). &bnormalitas ini mungkin disebabkan

    oleh peningkatan oksidasi testosteron pada 2-1< atau peningkatan

    aktiitas aromatase jaringan. 9onsentrasi androgen berkorelasi negatif

    dengan aktiitas penyakit. 9onsentrasi testosteron plasma yang rendah

    dan meningkatnya konsentrasi luteinising hormone (L6) ditemukan

    pada penderita SLE laki-laki. 4adi estrogen yang berlebihan dengan

    aktiitas hormone androgen yang tidak adekuat pada laki-laki maupun

    perempuan" mungkin bertanggung ja!ab terhadap perubahan respon

    imun. 9onsentrasi progesteron didapatkan lebih rendah pada penderita

    SLE perempuan dibandingkan dengan kontrol sehat.

    Prolatin (P0L) adalah hormon terutama berasal dari kelenjar hipofise

    anterior" diketahui menstimulasi respon imun selular dan humoral"

    yang diduga berperan dalam patogenesis SLE. #ungsi P0L menyerupai

    sitokin" yang mempunyai aktiitas endokrin " paraktin dan autokrin.

    P0L diketahui menstimulasi sel B" sel naturl killer" makrofag" neutrofil"

    sel hemopoietik 2/7+C dan sel dendritik presentasi antigen.

    . #aktor Lingkungan

    &gen infeksi irusEpstein-Barr(ED) mungkin menginduksi respon

    spesifik melalui kemiripan molekular (molecular mimicry) dan

    gangguan terhadap regulasi imun. /iet mempengaruhi produksi

    mediator inflamasi " toksin:obat-obatan memodifikasi respon selular

    dan imunogenitas dari self antigendan agen fisik:kimia seperti sinar

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    8/36

    ultraiolet (D) dapat memnyebabkan inflamasi" memiu apoptosis sel

    dan menyebabkan kerusakan jaringan.

    .7 Pat5gene4i4

    Patogenesis dari SLE masih belum diketahui seara jelas" dimana terdapat

    banyak bukti bah!a patogenesis SLE bersifat multifaktoral seperti faktor genetik"

    faktor lingkungan" dan faktor hormonal terhadap respons imun. #aktor genetik

    memegang peranan pada banyak penderita lupus dengan resiko yang meningkat

    pada saudara kandung dan kembar mono@igot. Penelitian terakhir menunjukkan

    bah!a banyak gen yang berperan terutama gen yang mengkode unsur-unsur

    sistem imun. /iduga berhubungan dengan gen respons imun spesifik pada

    kompleks histokompabilitas mayor kelas %%" yaitu 6L&-/0$ dan 6L&-/07 serta

    dengan komponen komplemen yang berperan dalam fase a!al reaksi ikat

    komplemen ( yaitu 21A" 21r" 21s" 2+" dan 2$) telah terbukti. ?en-gen lain yang

    mulai ikut berperan adalah gen yang mengkode reseptor sel B" imunoglobulin dan

    sitokin7";. Studi lain mengenai faktor genetik ini yaitu studi yang berhubungan

    dengan 6L& (Human Leucocyte Antigens) yang mendukung konsep bah!a gen

    362 (Major Histocompatibility Comple) mengatur produksi autoantibodi

    spesifik. Penderita lupus (kira-kira ;5) me!arisi defisiensi komponen

    komplemen" seperti 2$" 2+" atau 21A1+-1'. 9ekurangan komplemen dapat

    merusak pelepasan sirkulasi kompleks imun oleh sistem fagositosit mononuklear

    sehingga membantu terjadinya deposisi jaringan.

    >

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    9/36

    /efisiensi 21A menyebabkan sel fagosit gagal membersihkan sel apoptosis

    sehingga komponen nuklear akan menimbulkan respon imun;.

    #aktor lingkungan dapat menjadi pemiu pada penderita lupus" seperti radiasi

    ultra iolet" tembakau" obat-obatan" irus. Sinar D mengarah padaself-immunity

    dan hilangnya toleransi karena menyebabkan apoptosis keratinosit. Selain itu sinar

    D menyebabkan pelepasan mediator imun pada penderita lupus" dan memegang

    peranan dalam fase induksi yanng seara langsung mengubah sel /8&" serta

    mempengaruhi sel imunoregulator yang bila normal membantu menekan

    terjadinya kelainan pada inflamasi kulit. #aktor lingkungan lainnya yaitu

    kebiasaan merokok yang menunjukkan bah!a perokok memiliki resiko tinggi

    terkena lupus" berhubungan dengan @at yang terkandung dalam tembakau yaitu

    amino lipogenik aromatik. Pengaruh obat juga memberikan gambaran berariasi

    pada penderita lupus. Pengaruh obat salah satunya yaitu dapat meningkatkan

    apoptosis keratinosit. #aktor lingkungan lainnya yaitu peranan agen infeksius

    terutama irus dapat ditemukan pada penderita lupus. Dirus rubella"

    sitomegaloirus" dapat mempengaruhi ekspresi sel permukaan dan apoptosis&utoantibodi

    pada lupus kemudian dibentuk untuk menjadi antigen nuklear ( &8& dan anti-

    /8&). Selain itu" terdapat antibodi terhadap struktur sel lainnya seperti eritrosit"

    *

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    10/36

    trombosit dan fosfolipid. &utoantibodi terlibat dalam pembentukan kompleks

    imun" yang diikuti oleh aktiasi komplemen yang mempengaruhi respon inflamasi

    pada banyak jaringan" termasuk kulit dan ginjal

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    19/36

    &B&

    () Perikarditis, Berdokumentasi dari E9? atau bunyimenggosok atau bukti efusi perikardial

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    20/36

    pemeriksaan immunofluorescencepada setiap titik !aktu dan

    tidak ada obat yang diketahui terkait dengan sindroma lupus

    yang diinduksi obat

    Seseorang "apat "i"iagnosis "engan SLE ji$a a"a atau lebih "ari $riteria "i

    atas& secara serial atau bersamaan& selama inter*al pengamatan%

    ila dijumpai + atau lebih kriteria diatas" diagnosis LES memiliki sensitifitas >'5

    dan spesiJisitas *'5. Sedangkan bila hanya 7 kriteria dan salah satunya &8&

    positif" maka sangat mungkin LES dan diagnosis bergantung pada pengamatan

    klinis. ila hasil tes &8& negatif" maka kemungkinan bukan LES. &pabila hanya

    tes &8& positif dan manifestasi klinis lain tidak ada" maka belum tentu LES" dan

    obserasi jangka panjang diperlukan.

    9eurigaan akan penyakit SLE bila dijumpai $ atau lebih keterlibatan organ

    sebagaimana terantum diba!ah ini" yaitu ,

    1. 4ender !anita pada usia rentang reproduksi

    $. ?ejala konstitusional , kelelahan" demam (tanpa bukti infeksi) dan

    penurunan berat badan.

    7. 3uskuloskeletal , artritis" artralgia" miositis.

    +. 9ulit , ruam kupu-kupu (butterfly atau malar rash)" fotosensitiitas" SLE

    membranamukosa" alopesia" fenomena 0aynaud" purpura" urtikaria"

    askulitis.

    '. ?injal , hematuria proteinuria" sindroma nefrotik.

    ;. ?astrointestinal , mual" muntah" nyeri abdomen.

    . 4antung , perikarditis" endokarditis" miokarditis.

    $

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    21/36

    *. 0etikulo-endotel , organomegali (limfadenopati" splenomegali"

    hepatomegali).

    1. 6ematologi , anemia" leukopenia" dan trombositopenia.

    11. 8europsikiatri , psikosis" kejang" sindroma otakorganik" mielitis

    transersal" neuropati kranial dan perifer.

    . !era;ad Penyakit SLE8.0/

    Penyakit LES dapat dikategorikan ringan atau berat sampai

    mengancam nyawa

    0. "riteria untuk dikatakan SLE ringan adalah:

    a. Seara klinis tenang

    b. Bidak terdapat tanda atau gejala yang menganam nya!a

    . #ungsi organ normal atau stabil" yaitu, ginjal" paru" jantung" gastrointestinal"

    susunan saraf pusat" sendi" hematologi dan kulit. 2ontoh SLE dengan manifestasi

    arthritis.

    . "riteria SLE !era;at Sedang adalah:

    a. 8efritis ringan sampai sedang ( Lupus nefritis kelas % dan %%)

    b. Brombositopenia (trombosit $-'K17:mm7)

    . Serositis mayor

    6. "riteria SLE dera;at berat dan daat membahayakan ;iwa:

    a. 4antung, endokarditis Libman-Saks" askulitis arteri koronaria" miokarditis"

    tamponade jantung" hipertensi maligna.

    $1

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    22/36

    b. Paru-paru, hipertensi pulmonal" perdarahan paru" pneumonitis" emboli paru" infark

    paru" fibrosis interstisial"shrin$ing lung%

    . ?astrointestinal, pankreatitis" askulitis mesenterika.

    d. ?injal, nefritis proliferatif dan atau membranous.

    e. 9ulit, askulitis berat" ruam difus disertai ulkus atau melepuh (blister).

    f. 8eurologi, kejang" acute confusional state" koma" stroke" mielopati transersa"

    mononeuritis" polineuritis" neuritis optik" psikosis" sindroma demielinasi. 1+

    g. 6ematologi, anemia hemolitik" neutropenia (leukosit I1.:mm7)"

    trombositopenia I $.:mm7 " purpura trombotik trombositopenia"

    trombosis ena atau arteri.

    . %erai

    Al5garitma tatalak4ana SLE

    $$

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    23/36

    9eterangan ,

    B0 , tidak respon

    0S , respon sebagian"0P , respon penuh

    &%8S , obat anti inflamasi non steroid"

    22 , siklofosfamid"

    8PSLE , neuropsikiatri SLE.

    9S , kortikosteroid setara prednison

    &M& , a@atioprin

    3P , metilprednisolon

    Edukasi

    Penyuluhan dan interensi psikososial" membentuk kelompok penderita

    yang bertemu seara berkala.

    Pada umumnya pasien SLE mengalami fotosensitifitas" sehingga harus

    selalu diingatkan untuk tidak terlalu banyak terpapar oleh sinar matahari.

    Selalu menggunakan krem pelindung sinar matahari" baju lengan panjang"

    topi atau payung jika akan berjalan siang hari. Pekerjaan dimana pun harus

    selalu dilindungi terhadap sinar matahari dari jendela.

    Berapi konseratif

    &rtritis" artralgia dan mialgia.

    9eluhan yang ringan , analgetik sederhana atau obat antiinflamasi

    nonsteroid. Perhatikan efek samping penggunaan obat-obatan yang

    diberikan" agar tidak memperberat keadaan umum penderita. Efek

    samping terhadap gastrointestinal" ginjal dan hepar harus diperhatikan"

    misalnya dengan memeriksa kadar kreatinin serum seara berkala.

    ila analgetik dan obat antiinflamasi nonsteroid tidak memberikan respon

    yang baik " dapat mempertimbangkan pemberian obat antimalaria"

    misalnya hidroksiklorokuin +mg:hari. ila dlam ; bulan obat ini tidak

    $7

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    24/36

    memberikan efek yang baik" harus segera distop. Pemberian klorokuin I7

    bulan dan hidroklorokuin G; bulan memerlukan ealuasi oftalmologik"

    karena mempunyai efek toksik terhadap retina.

    Pada pasien yang tidak menunjukkan respon adekuat terhadap analgetik

    atau anti-inlamasi non-steroid dan antimalaria maka dipertimbangkan

    pemberian kortikosteroid dosis rendah" dengan dosis tidak lebih kurang

    dari 1'mg" setiap pagi. 3etotreksat dosis rendah (

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    25/36

    hipertrofik " misalnya" daerah palmar dan plantar pedis dapat digunakan

    steroid topikal berkekuatan tinggi misalnya betametason dipropionat.

    Penggunaan krem glukokortikoid topikal berkekuatan tinggi harus dibatasi

    selama $ minggu" untuk kemudian diganti dengan yang berkekuatan lebih

    rendah.

    bat-obat anti malaria sangat baik karena memiliki efek sunbloc$ing "

    antiinflamasi dan imunosupresan.

    Berapi &gregasif

    ila timbul manifestasi SLE yang menganam nya!a" misalnya askulitis"

    lupus kutaneus yang berat" poliartritis" poliserositis" miokarditis

    pneumonitis lupus" glomerulonefritis (bentuk ploriferatif)" anemia

    hemolitik" trombositopenia" sindrom otak organik" defek kognitif yang

    berat " mielopati" neuro perifer dan krisis lupus ( demam tinggi dan

    prostrasi) harus segera dimulai pemberian glukokortikoid dosis tinggi.

    Prednison "'mg:kg:hari dapat diberikan pada pasien yang mengalami

    gejala minor SLE seperti artritis dan gejala konstitusional. Pada

    manifestasi mayor dapat diberikan prednison 1-1"' mg:kg:hari.

    Pemberian bolus metilprednisolon intraena 1 gram atau 1'mg:kg

    selama 7-' hari dapat dipertimbangkan sebagai pengganti glukokortikoid

    oral dosis tinggi" kemudian dilanjutkan dengan dosis oral prednison 1-1"'

    mg:kg:hari.

    $'

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    26/36

    olus siklofosfamid intraena "'-1 gr:m$ dalam $' ml" 8a2l "*5

    selama ; menit diikuti dengan pemberian airan $-7 liter:$+ jam setelah

    pemberian obat. Siklofosfamid diindkasikan untuk ,

    1. Penderita SLE yang membutuhkan steroid dosis tinggi

    $. Penderita SLE yang dikontraindikasikan terhadap steroid dosis tinggi

    7. penderita SLE kambuh yang telah diterapi dengan steroid jangka lama

    atau berulang.

    +. ?lomerulonefritis difus a!al

    '. SLE dengan trombositopenia yang resisten terhadap steroid

    ;. penurunan laju filtrasi glomerulus atau peningkatan kreatinin serum

    tanpa adanya faktor-faktor ekstrarenal

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    27/36

    bat sitotoksik lain dan efektifitasnya lebih rendah dari siklofosfamid

    adalah a@atioprin. &@atioprin merupakan analog purin yang dapat

    digunakan sebagai alternatif terhadap siklofosfamid dengan dosis 1-7

    mg:kg:hari diberikan seara per oral. /apat diberikan ;-1$ bulan.

    Berapi hormonal yang banyak digunakan adalah dana@ol" suatu androgen"

    yang bermanfaat untuk mengatasi trombositopenia pada SLE dengan dosis

    7-+ mg:kg:hari" diberi selama ' hari berturut-turut" diikuti dosis

    pemeliharaan setiap bulan untuk menegah kekambuhan.

    9ontraindikasi ,defisiensi %g&.

    Penatalaksanaan 9eadaan 9husus

    Brombosis pada SLE

    Brombosis sering kali merupakan manifestasi dari SLE dan sering

    berhubungan dengan adanya antibodi antifodfolipid. /alam

    keadaan ini antikoagulan merupakan obat pilihan untuk

    mengatasinya" misalnya !arfarin dan mempertahankan nilai %80 (

    +nternational ,ormaliation .atio) 7-7"'. 6al terutama sangat

    penting untuk arteri karotis interna. &ntikoagulan lupus" biasanya

    mempunyai respon yang baik terhadap glukokortikoid dosis tinggi"

    sedangkan antibodi antikardiolipin sangat resisten baik terhadap

    glukokortikoid dosis tinggi maupun imunosupresan lain.

    &bortus berulang pada SLE

    ntuk menekan aktifitas SLE" glukokortikoid ukup aman dan

    tidak mempengaruhi janin" keuali betametason dan deKametason

    $

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    28/36

    karena dapat menapai janin dalam bentuk yang aktif. Pada

    penderita dengan antifosfolipid yang belum pernah mengalami

    abortus" dapat dipertimbangkan untuk tidak memberikan terapi

    apapun.

    Brombositopeni

    Pada pasien SLE yang mengalami trombositopenia" harus

    diealuasi kemungkinan penyebab trombositopenianya. erikan

    prednison "'-1 mg:kg:hari selama 7-+ minggu" bila jumlah

    trombosit I'.:ml" kemudian dosis diturunkan seara bertahap.

    Barget terapi ini adalah jumlah trombosit G'.:ml. ila

    prednison tidak memberikan efek perbaikan" dapat

    dipertimbangkan pemberian dana@ol +-> mg:hari"

    imunoglobulin atau splenektomi.

    Lupus 8efritis1"*

    ?injal merupakan organ yang sering terlibat pada pasien dengan LES.

    Lebih dari

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    29/36

    (/H0) untuk lupus nefritis sudah diperbaharui oleh +nternational Society of

    ,ephrolog dan.enal !athology Society (+S,1.!S) tahun $7 9lasfikasi N6

    dinilai berdasarkan pola histologi dan lokasi dari imun kompleks" sementara klasi

    ikasi %S8:0PS juga membagi menjadi lesi fokal" difus" aktif" tidak aktif" dan

    kronis.

    9lasifikasi lupus nefritis

    International Society of Nephrology/Renal Pathology Society 200

    !ISN/RPS"#2 9elas % Minimal me4angial luu4 ne3riti4

    9elas %% Me4angial r5li3erati

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    30/36

    Berdapat beberapa ariabel klinis yang dapat mempengaruhi prognosis. #aktor-

    faktor yang dapat mempengaruhi hasil akhir buruk tersebut adalah ras hitam"

    a@otemia" anemia" sindroma antiphospholipid" gagal terhadap terapi imunosupresi

    a!al" kambuh dengan fungsi ginjal yang memburuk. Batalaksana Lupus 8efritis*

    a. Semua pasien lupus nefritis seyogyanya menjalani biopsi ginjal bila tidak

    terdapat kontra indikasi (trombositopeni berat" reaksi penolakan terhadap

    komponen darah" koagulopati yang tidak dapat dikoreksi) dan tersedianya

    dokter ahli dibidang biopsi ginjal" oleh karena terapi akan sangat berbeda pada

    kelas histopatologi yang berbeda. Pengulangan biopsi ginjal diperlukan pada

    pasien dengan perubahan gambar klinis dimana terapi tambahan agresif

    diperlukan.

    b. Pemantauan aktiitas ginjal melalui pemeriksaan urin rutin terutama sedimen"

    kadar kreatinin" tekanan darah" albumin serum" 27 komplemen" anti-ds /8&"

    proteinuria dan bersihan kreatinin. 3onitor tergantung situasi klinis. Pada

    penyakit rapi"ly progressi*e glomerulonephritis diperlukan pemeriksaan

    kreatinin serum harian" untuk parameter lain diperlukan !aktu 1 sampai $

    minggu untuk berubah.

    . bati hipertensi seagresif mungkin. Barget tekanan darah pada pasien dengan

    ri!ayat glomerulonefritis adalah I 1$:> mm6g. eberapa obat antihipertensi

    banyak digunakan untuk pasien lupus" tetapi pemilihan angiotensin-onerting

    en@im (&2E) inhibitor lebih diutamakan terutama untuk pasien dengan

    proteinuria menetap. Pemberian &2E inhibitor saja atau dengan kombinasi.

    /iet rendah garam direkomendasikan pada seluruh pasien hipertensi dengan

    7

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    31/36

    lupus nefritis aktif. ila diperlukan loop diuretik dipakai untuk mengurangi

    edema dan mengontrol hipertensi dengan monitor elektrolit yang baik.

    d. 6iperkolesterolemia harus dikontrol untuk mengurangi risiko prematur

    aterosklerosis dan menegah penurunan fungsi ginjal. &supan lemak juga

    harus dikurangi bila terdapat hiperlipidemia atau pasien nefrotik. Barget terapi

    menurut 2ui"elines American Heart Association (&6&) adalah kolesterol

    serum I 1> mg:dL" risiko kardioaskular pada pasien dengan LES masih

    meningkat pada kolesterol serum $ mg:dL. Pasien lupus dengan

    hiperlipidemia yang menetap diobati dengan obat penurun lemak seperti

    HM2 Co-A re"uctase inhibitors%

    e. /eteksi dini dan terapi agresif terhadap infeksi pada pasien lupus" karena

    infeksi merupakan penyebab $5 kematian pada pasien LES

    f. Pasien lupus yang mendapat kortikosteroid" diperlukan penilaian risiko

    osteoporosis. Pemberian kalsium bila memakai kortikosteroid dalam dosis

    lebih dari

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    32/36

    densitas massa tulang. 6al ini dimonitor sesuai dengan situasi klinis dimana

    dapat diperkirakan dampak buruk dari kortokosteroid.

    h. Pasien dianjurkan untuk menghindari obat anti inflamasi non steroid" karena

    dapat mengganggu fungsi ginjal" menetuskan edema dan hipertensi serta

    meningkatkan risiko toksisitas gastrointestinal (apalagi bila dikombinasi

    dengan kortikosteroid dan obat imunosupresan lainnya). ila sangat

    diperlukan" maka diberikan dengan dosis rendah dan dalam !aktu singkat"

    dengan pemantauan yang ketat.

    i. 9ehamilan pada pasien lupus nefritis aktif harus ditunda mengingat risiko

    morbiditas dan mortalitas bagi ibu dan janin" termasuk kejadian gagal ginjal

    juga meningkat.

    8europsikiatri Lupus Eritematosus (8PSLE)+"*"1

    3anifestasi klinis 8PSLE sangat beragam mulai dari disfungsi saraf pusat sampai

    saraf tepi dan dari gejala kognitif ringan sampai kepada manifestasi neurologik dan

    psikiatrik yang berat seperti stroke dan psikosis.

    Sin"rom neuropsi$iatri$ pa"a SLE menurut AC. (American Chollege of .heumatologi)

    %abel 7. Sistem saraf pusat Sistem saraf perifer

    Acute confusional state Polineuropati

    /isfungsi kognitif pleksopati

    psikosis 3ononeuropati (tunggal: multi pleks)

    ?angguan mood Sindrom guillain-arre

    ?angguan emas ?angguan otonom

    8yeri kepala (termasuk migrain dan

    hipertensi intrakranial ringan)

    3istenia grais

    Penyakit serebroaskular

    3ielopati

    ?angguan gerak

    Sindrom demielinisasi

    9ejang

    3eningitis aseptik

    8europati kranial

    7$

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    33/36

    .= Pr5gn54i4

    Prognosis untuk SLE berariasi dan bergantung pada keparahan gejala"

    organ-organ yang terlibat" dan lama !aktu remisi. SLE tidak dapat disembuhkan"

    penatalaksaan ditujukan untuk mengatasi gejala prognosis berkaitan dengan

    sejauh mana gejal-gejala dapat diatasi.7"'

    'A' 6

    "ES$MPLA#

    Systemik Lupus Erytematosus (SLE) yaitu penyakit jaringan ikat

    autoimun yang diperantarai oleh autoantibodi dan kompleks imun dengan

    menimbulkan inflamasi dan edera terutama pada persendian" kulit" darah dan

    organ-organ internal. 0atio !anita dan perempuan yang mengalami penyakit ini

    *-1+,1 .

    Penyakit lupus ditandai oleh interaksi yang simultan dan sekuensial yang

    melibatkan ,

    77

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    34/36

    - Sel-sel B" sel-sel dan antigen-presenting ells

    - Sitokin

    - (&uto) antibodi

    - (&uto) antigen

    - 9ompleks imun

    - 9omplemen

    Lupus Eritematosus Sistemik merupakan saalah satu penyakit yang tidak

    mudah didiagnosa dikarenakan banyaknya ariasi dari manifestasi klinis yang

    ditimbulkannya. /alam melakukan penegakan diagnosa LES dibutuhkan adanya

    pengamatan klinis yang baik serta pemeriksaan &ntibodi &ntinuklear (&8&)"

    yang keduanya harus menunjukan hasil yang positif.

    Penatalaksanaan pada LES dapat dilakukan dengan dua ara yaitu terapi non

    farmakologis dan terapi farmakologis. Berapi non farmakologis diantaranya

    edukasi dan program rehabilitasi" sedangkan terapi farmakologis meliputi terapi

    konseratif dan terapi agresif.

    7+

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    35/36

    !AF%A& PS%A"A

    % %sbagio" 6." 9asjmir" %." Setyohadi" dan ." Suarjana" 8. $*. uku

    &jar Penyakit /alam. 4ilid %%%. Edisi , D. 4akarta. Pusat Penerbit

    /epartemen %lmu Penyakit /alam #9 %.

    3% 9endall"9" $17. 3uskulusekeletal. Bangerang Selatan, 9arisma

    Publishing ?roup.

    4% /anhenko 8" Satia 4&" &nthony 3S.$;.Epi"emiology of systemic

    lupus rythematosus5 a comparison of #orl"#i"e "isease bur"en

    % 2arter" 3&."$;. Patofisiologi. Dolume $. 4ilid ;. 4akarta , E?2

    6% 0osani" S dan %sbagio 6." $1+. 9apita Selekta. 4ilid %%. Edisi %D.

    4akarta , 3edia &esulapius.

    7% 3ok 22" Lau 2S. $7.!athogenesis of systemic lupus erythematosus

    page. 4 2lin Pathol= +>1-+*.

    8% /F2ru@ /" Espino@a ?" 2erera 0. $1. Systemic lupus erythematosus5

    pathogenesis& clinical manifestations& an" "iagnosis

    9% 6anh ." $1+. 6arrison Prinsip-Prinsip %lmu Penyakit /alam. Dolume

    +. 4ilid 17. ogyakarta , E?2.

    :% Perhimpunan 0eumatologi %ndonesia. $11. /iagnosis dan Pengelolaan

    Lupus Eritematosus Sistemik. 4akarta

    ;% &merian 2ollege of 0heumatology &d 6o 2ommittee on systemi

    lupus erythematosus guidelines .

    7'

  • 7/25/2019 Refarat SLE

    36/36